Anda di halaman 1dari 11

UPAYA Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Konsep KPK

dan FPB melalui Pendekatan Pembelajaran Aktif SISWA KELAS


IV MI

Disusun Oleh :
Yuslinawati Lubis, S.Pd

Madrasah Ibtidaiyah Swasta Perdamean


Rantau Selatan, Labuhanbatu
Sumatera Utara
2023/2024
A. Latar Belakang Masalah
Di era abad ke-21 yang serba global, menuntut kita untuk memiliki kompetensi yang
tinggi di berbagai segi kehidupan. Oleh karena itu dunia pendidikan dihadapkan pada
tantangan berat, terutama dalam penyiapan sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas. Di sisi lain pendidikan nasional dihadapkan pada permasalahan mendasar
yakni : (1) masih rendahnya pemerataan memperoleh pendidikan, (2) masih rendahnya
kualitas dan relevansi pendidikan, dan (3) masih lemahnya manajemen pendidikan
(Depdiknas, 2005:2). Realitas pendidikan hasil paradigma lama adalah pendidikan
sebagai instrumen politik, alat penyeragaman, peserta didik sebagai objek,
mengutamakan aspek kognitif, dan pendidik sangat dominan sehingga pembelajaran
berpusat pada guru. Pendidikan yang mengutamakan aspek kecerdasan intelektual
(kognitif), mengakibatkan krisis kehidupan masyarakat yang multi dimensional sebagai
refleksi krisis pendidikan. Perubahan dunia di era globalisasi yang serba cepat di segala
bidang kehidupan sangat mempengaruhi paradigma pendidikan. Paradigma baru
pendidikan diharapkan dapat memecahkan permasalahan pendidikan. Pendidikan sebagai
subjek pembangunan, schooling menjadi learning (sekolah menjadi belajar) dengan
paradigma pembelajaran learning to know (belajar untuk mengetahui), learning to do
(belajar untuk bekerja), learning to be (belajar untuk hidup), learning to live together
(belajar untuk hidup bersama), cara belajar siswa aktif menjadi belajar reflektif,
pendidikan berbasis pada kehidupan masyarakat, keragaman dalam keseragaman, anak
didik sebagai subjek, linking (link and math atau life skill) dan delinking (pemusatan
lingkungan negatif), diversifikasi kurikulum, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP), dan otonomi pendidikan pada tingkat sekolah dengan Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS). Tujuan utamanya adalah mengupayakan fondasi dan mengembangkan
Pendidikan Anak Seutuhnya (Agus Triarso, 2005). Visi dan misi pendidikan nasional
yang tertera dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, bahwa
pendidikan nasional 9 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggungjawab (Dirjen Dikdasmen, 2003:3). Bertitik tolak dari konsepsi visi dan misi
tersebut di atas, dapat ditarik suatu pengertian bahwa untuk meningkatkan mutu
pendidikan diperlukan peran serta dari berbagai komponen yang terkait dalam sistem
pendidikan dan pengajaran. Untuk merealisasikan paradigma tersebut di atas, perlu
berbagai upaya yang harus dilakukan oleh lembaga atau instansi yang memiliki tugas dan
tanggung jawab terhadap penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan. Guru sebagai
ujung tombak dalam peningkatan kualitas atau yang melaksanakan tugas di lapangan
sangat terkait dengan masalah-masalah dan bertanggungjawab atas masalah tersebut.
Bagi seorang guru selain sebagai perencana pembelajaran, juga harus melaksanakan
pembelajaran, serta melakukan evaluasi untuk mengetahui berhasil tidaknya pendidikan
bagi generasi bangsa. Berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah
dilakukan oleh seluruh penyelenggara dan penanggungjawab pendidikan, baik pihak
pemerintah, swasta, maupun masyarakat, namun belum menunjukkan hasil yang
memuaskan. Upaya tersebut di antaranya dengan memberlakukan UndangUndang
tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Rencana Strategis Pendidikan. Pembelajaran
matematika di sekolah dasar meliputi tiga tingkatan atau tahapan, yaitu, (1) penanaman
konsep, (2) pemahaman konsep, dan (3) pembinaan keterampilan. Matematika
merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak. Matematika dibentuk
melalui proses penalaran deduktif. Pembelajaran Matematika bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan, (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan
antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien,
dan tepat, dalam pemecahan masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat,
melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah yang
meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan
model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) mengkomunikasikan gagasan dengan
simbol, tabel, diagram, 10 atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5)
memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa
ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan
percaya diri dalam pemecahan masalah (Depdiknas, 2006). Keberhasilan seorang siswa
ditandai dengan perubahan tingkah laku, kemajuan prestasi, dan bertambah
keterampilannya. Prestasi belajar siswa khususnya mata pelajaran matematika sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah kelengkapan fasilitas belajar serta
pemanfaatannya bagi kepentingan belajar siswa. Selain itu keberhasilan dalam proses
belajar mengajar dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal (dalam diri siswa) terdiri dari faktor jasmaniah (kesehatan jasmani) dan faktor
rohani (psikologis) sedangkan faktor eksternal (dari luar siswa) dapat dibedakan menjadi
tiga, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Sedangkan
keberhasilan dalam proses belajar mengajar selain dipengaruhi oleh guru juga
dipengaruhi oleh cara belajar. Untuk mendukung cara belajar yang efektif dan efisien
maka perlu didukung oleh metode dan media pembelajaran. Dalam proses pembelajaran,
guru selalu dihadapkan pada suatu kenyataan tentang keanekaragaman kemampuan
siswa. Keanekaragaman kemampuan ini akan membuat tingkat penguasaan belajar yang
berbeda antara siswa yang satu dengan yang lain, sehingga ada siswa yang mencapai
prestasi belajar yang amat baik, dalam arti menguasai seluruh bahan pelajaran. Tetapi ada
pula siswa yang tidak mampu mencapai prestasi belajar secara tuntas. Begitu pula ada
siswa yang memang tergolong memiliki kemampuan akademik yang kurang. Jika siswa
yang tidak mampu menguasai bahan pembelajaran secara tuntas ini dibiarkan terus
menerus, akan berdampak negatif terhadap penguasaan bahan pelajaran pada
pembelajaran berikutnya, sehingga bahan belajar yang belum mampu dikuasai
menjadikan siswa mengalami kesulitan untuk mengejarnya.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah tentang upaya meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep KPK
(Kelipatan Persekutuan Terkecil) dan FPB (Faktor Persekutuan Terbesar) melalui pendekatan
pembelajaran aktif di kelas IV MI dapat mencakup beberapa aspek berikut:

1. Kurangnya pemahaman awal siswa: Beberapa siswa mungkin tidak memiliki pemahaman
dasar yang cukup tentang konsep KPK dan FPB, sehingga mereka kesulitan memahami
materi yang lebih kompleks. Hal ini dapat menjadi hambatan dalam pembelajaran lebih
lanjut.
2. Kurikulum yang padat: Banyak kurikulum di MI cenderung padat, dan mengajar materi
KPK dan FPB seringkali harus dilakukan dalam waktu yang terbatas. Ini dapat
menghambat guru dalam memberikan pemahaman yang mendalam tentang konsep ini.
3. Metode pengajaran yang kurang sesuai: Metode pengajaran yang kurang sesuai atau
kurang interaktif mungkin tidak efektif dalam membantu siswa memahami konsep KPK
dan FPB. Guru perlu mencari cara yang lebih cocok untuk mendekatkan materi ini pada
siswa.
4. Kurangnya sumber daya pendukung: MI mungkin kurang memiliki sumber daya
pendukung seperti buku teks yang sesuai atau perangkat pembelajaran interaktif untuk
membantu siswa memahami konsep KPK dan FPB dengan lebih baik.
5. Variabilitas tingkat pemahaman siswa: Siswa di kelas IV MI mungkin memiliki tingkat
pemahaman yang beragam tentang konsep matematika. Ini dapat menjadi tantangan bagi
guru untuk menyesuaikan pendekatan pembelajaran agar sesuai dengan berbagai tingkat
pemahaman siswa.
6. Kurangnya motivasi siswa: Siswa mungkin kurang termotivasi untuk belajar tentang
konsep KPK dan FPB karena mereka tidak melihat relevansi atau kepentingan dari materi
tersebut dalam kehidupan sehari-hari mereka.
7. Keterbatasan waktu pembelajaran: Guru di MI sering memiliki waktu pembelajaran yang
terbatas, dan mencoba untuk mengajarkan konsep KPK dan FPB secara efektif dalam
waktu yang terbatas dapat menjadi tantangan.
8. Pengukuran pemahaman siswa yang kurang efektif: Pengukuran pemahaman siswa yang
hanya berfokus pada tes tertulis mungkin tidak memberikan gambaran yang akurat
tentang sejauh mana siswa telah memahami konsep KPK dan FPB.

Dalam mengatasi masalah ini, penting bagi guru untuk merancang strategi pembelajaran yang
lebih interaktif, mencari cara untuk mengukur pemahaman siswa dengan lebih baik, dan
menciptakan lingkungan pembelajaran yang memotivasi siswa untuk belajar tentang konsep
KPK dan FPB. Dengan pendekatan yang lebih sesuai dan sumber daya yang mendukung,
diharapkan pemahaman siswa terhadap materi ini dapat ditingkatkan.

C. Analisis Masalah
Identifikasi Analisis tentang Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Konsep KPK
(Kebalikan Pecahan) dan FPB (Faktor Persekutuan Terbesar) melalui Pendekatan Pembelajaran
Aktif bagi Siswa Kelas IV MI adalah sebagai berikut:

1. Pendekatan Pembelajaran Aktif: Menggunakan pendekatan pembelajaran aktif, seperti


pembelajaran berbasis proyek, diskusi kelompok, permainan matematika, dan
eksperimen, yang menggugah partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran. Metode ini
dapat meningkatkan pemahaman siswa karena mereka terlibat secara langsung dalam
pembelajaran.
2. Menyusun Rencana Pembelajaran yang Terstruktur: Merancang rencana pembelajaran
yang terstruktur dengan tujuan yang jelas, mengidentifikasi kompetensi dasar yang akan
dicapai, dan mengintegrasikan konsep KPK dan FPB ke dalam kurikulum yang sesuai
untuk siswa kelas IV MI.
3. Penggunaan Materi Pembelajaran yang Relevan: Memilih materi pembelajaran yang
relevan dan sesuai dengan tingkat perkembangan siswa kelas IV. Materi tersebut harus
mengandung contoh-contoh yang relevan dengan kehidupan sehari-hari agar siswa lebih
mudah memahami konsep KPK dan FPB.
4. Pemanfaatan Media dan Alat Bantu: Menggunakan media pembelajaran, seperti gambar,
video, manipulatif matematika, dan perangkat lunak interaktif yang dapat membantu
siswa memahami konsep KPK dan FPB dengan cara yang lebih visual dan interaktif.
5. Peningkatan Interaksi Guru-Siswa: Mendorong interaksi yang lebih aktif antara guru dan
siswa. Guru dapat berperan sebagai fasilitator pembelajaran, membimbing siswa dalam
memecahkan masalah, memberikan penjelasan, dan memberikan umpan balik yang
konstruktif.
6. Pengukuran dan Evaluasi Pembelajaran: Melakukan penilaian berkala untuk mengukur
pemahaman siswa terhadap konsep KPK dan FPB. Menggunakan berbagai alat evaluasi,
seperti ujian tertulis, tugas proyek, dan penugasan praktis.
7. Kegiatan Pembelajaran yang Kolaboratif: Mendorong kolaborasi antara siswa dalam
kelompok-kelompok kecil. Kolaborasi memungkinkan siswa berbagi pengetahuan dan
pengalaman mereka, yang dapat meningkatkan pemahaman kolektif mereka tentang
konsep KPK dan FPB.
8. Umpan Balik dan Koreksi: Memberikan umpan balik yang konstruktif kepada siswa
tentang kinerja mereka dalam memahami konsep KPK dan FPB. Guru harus siap untuk
memberikan bantuan tambahan dan koreksi ketika diperlukan.
9. Penghubung dengan Konteks Nyata: Mengaitkan konsep KPK dan FPB dengan situasi
nyata dalam kehidupan sehari-hari siswa. Contoh aplikasi nyata dapat membantu siswa
melihat relevansi konsep ini dalam kehidupan mereka.
10. Evaluasi dan Perbaikan Berkelanjutan: Terus melakukan evaluasi dan perbaikan terhadap
metode pembelajaran yang digunakan, berdasarkan hasil pembelajaran siswa. Proses ini
harus menjadi siklus berkelanjutan untuk memastikan pemahaman siswa semakin
meningkat.

Dengan menerapkan upaya-upaya di atas, diharapkan pemahaman siswa tentang konsep KPK
dan FPB dapat ditingkatkan secara signifikan melalui pendekatan pembelajaran aktif di kelas IV
MI.

D. Rumusan Masalah
"Bagaimana meningkatkan pemahaman siswa kelas IV MI tentang konsep KPK dan FPB
melalui penerapan pendekatan pembelajaran aktif, dan apa faktor-faktor yang
memengaruhi keberhasilan dari upaya tersebut?"

Dalam rumusan masalah ini, penelitian akan berfokus pada upaya konkret untuk meningkatkan
pemahaman siswa tentang konsep KPK dan FPB, sementara juga mengidentifikasi faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi keberhasilan upaya tersebut. Penelitian ini dapat memberikan
wawasan tentang metode pembelajaran yang efektif dalam konteks pembelajaran matematika
untuk siswa kelas IV MI.

E. Tujuan Penelitian
Berikut adalah beberapa tujuan penelitian yang dapat Anda gunakan untuk meneliti
upaya meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep KPK (Kebalikan Pecahan
Terkecil) dan FPB (Faktor Persekutuan Terbesar) melalui pendekatan pembelajaran aktif
pada siswa kelas IV MI:

1. Untuk mengidentifikasi tingkat pemahaman awal siswa kelas IV MI tentang konsep KPK
dan FPB sebelum menerapkan pendekatan pembelajaran aktif.
2. Untuk mengevaluasi efektivitas pendekatan pembelajaran aktif dalam meningkatkan
pemahaman siswa tentang konsep KPK dan FPB.
3. Untuk menganalisis perubahan signifikan dalam pemahaman siswa tentang konsep KPK
dan FPB setelah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran aktif.
4. Untuk membandingkan pencapaian pemahaman siswa tentang konsep KPK dan FPB
antara kelompok yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran aktif
dan kelompok yang tidak mengikuti pendekatan tersebut.
5. Untuk mengevaluasi respon siswa terhadap pendekatan pembelajaran aktif dalam proses
pembelajaran konsep KPK dan FPB.
6. Untuk menyediakan rekomendasi dan saran bagi guru dan sekolah dalam
mengembangkan metode pembelajaran yang lebih efektif dalam meningkatkan
pemahaman siswa tentang konsep KPK dan FPB.

Tujuan-tujuan tersebut dapat membantu Anda merancang penelitian yang komprehensif untuk
mengukur efektivitas pendekatan pembelajaran aktif dalam meningkatkan pemahaman siswa
tentang konsep KPK dan FPB di kelas IV MI.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian tentang upaya meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep KPK
(Kelipatan Persekutuan Terkecil) dan FPB (Faktor Persekutuan Terbesar) melalui
pendekatan pembelajaran aktif pada siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah (MI) memiliki
beberapa manfaat. Berikut adalah beberapa manfaat penelitian ini:

1. Meningkatkan Pemahaman Siswa: Penelitian ini dapat membantu meningkatkan


pemahaman siswa tentang konsep KPK dan FPB. Melalui pendekatan pembelajaran aktif,
siswa dapat lebih aktif terlibat dalam proses belajar, sehingga mereka lebih mampu
memahami konsep-konsep matematika ini.
2. Peningkatan Prestasi Akademik: Dengan pemahaman yang lebih baik tentang KPK dan
FPB, diharapkan siswa dapat mencapai prestasi akademik yang lebih baik dalam mata
pelajaran matematika. Ini dapat berdampak positif pada nilai-nilai mereka dan
kepercayaan diri dalam belajar.
3. Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis: Pendekatan pembelajaran aktif mendorong
siswa untuk berpikir kritis, mengajukan pertanyaan, dan mencari solusi sendiri. Ini akan
membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir yang lebih baik dalam
memecahkan masalah matematika.
4. Peningkatan Partisipasi Siswa: Siswa akan lebih termotivasi dan terlibat dalam
pembelajaran karena pendekatan aktif ini memberi mereka kesempatan untuk aktif
berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Mereka akan lebih mudah menjelaskan
pemahaman mereka dan berbagi gagasan dengan teman-teman sekelas.
5. Pembelajaran yang Lebih Menyenangkan: Pembelajaran aktif seringkali lebih menarik
dan menyenangkan bagi siswa. Ini dapat menciptakan lingkungan belajar yang positif dan
memotivasi siswa untuk belajar lebih baik.
6. Peningkatan Kemampuan Sosial: Pendekatan pembelajaran aktif juga dapat membantu
siswa dalam pengembangan keterampilan sosial, seperti bekerja sama, berbagi ide, dan
berkomunikasi dengan baik. Ini adalah keterampilan penting yang dapat bermanfaat
dalam kehidupan sehari-hari mereka.
7. Kontribusi Terhadap Metode Pembelajaran Matematika yang Lebih Efektif: Hasil
penelitian ini dapat memberikan kontribusi kepada pendidik dan peneliti dalam
pengembangan metode pembelajaran matematika yang lebih efektif, terutama dalam
pengajaran konsep KPK dan FPB.
8. Peningkatan Kualitas Pengajaran: Penelitian ini juga dapat membantu guru dalam
meningkatkan kualitas pengajaran mereka dengan memahami metode pembelajaran yang
efektif untuk mengajar konsep-konsep matematika ini.

Dengan demikian, penelitian ini memiliki manfaat yang signifikan dalam meningkatkan
pemahaman siswa tentang konsep KPK dan FPB melalui pendekatan pembelajaran aktif, dengan
dampak positif pada hasil belajar siswa dan perkembangan mereka secara keseluruhan.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Matematika

1. Hakikat Belajar

Jika ditelaah dari berbagai sumber, maka akan dijumpai berbagai pengertian tentang belajar
yang perumusannya satu dengan yang lainnya berbeda. Untuk memahami, mengalami, dan
mempunyai gambaran yang jelas. Ini diberikan beberapa pengertian menurut beberapa ahli
sebagai berikut : a. Winkel (1984:162) mengutarakan pengertian belajar suatu proses mental
yang mengarah kepada penguasaan, kecakapan / skill, kebiasaan atau sikap yang semuanya
diperoleh, disimpan dan dilaksanakan sehingga menimbulkan tingkah laku yang progresif dan
adaptif. b. Slameto (1991:22) “Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. c. Gagne (dalam Dadang Garnida, 2001:56) mengartikan belajar
terjadi jika rangsangan bersama dengan isi rangsang mempengaruhi siswa, sehingga perilaku
siswa berubah sebelum dipengaruhi dan setelah dipengaruhi. d. Nana Sujana (dalam T Nur
Djannah, 2002:8) mengartikan belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan perubahan
dengan diri seseorang. e. Sardiman AM (2002 : 20) mengemukakan belajar dimaksudkan sebagai
usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian menuju terbentuknya
kepribadian seutuhnya. f. Herman Hudaya (2003 : 3) mengemukakan belajar adalah suatu proses
aktif dalam memperoleh pengalaman/pengajaran baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah
laku. g. Bruner (dalam Noehi Nasution, 2004 : 3.24) menganggap bahwa belajar dan persepsi
merupakan suatu kegiatan pengolahan informasi yang menemukan kebutuhan-kebutuhan untuk
mengenal dan menjelaskan gejala yang ada dilingkungan kita. Dari beberapa pengertian tersebut
dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses kegiatan yang dilakukan individu untuk
memperoleh perubahan tingkah laku. Perubahan yang terjadi setelah seseorang melakukan
kegiatan belajar dapat berupa pengertian atau pengetahuan, keterampilan atau sikap.

2. Pengertian Prestasi

Belajar Matematika Menurut Tirtonegoro (1989:43), “Prestasi belajar matematika adalah


penilaian hasil usaha kegiatan belajar–mengajar dari ilmu yang menyangkut seluk beluk bilangan
beserta hubungannya dan dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang
dapat mencerminkan hasil yang dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu.” Menurut
Pasaribu dan Simanjuntak (1980:115), menyatakan yang dimaksud dengan “Prestasi belajar
matematika adalah achievement, isi / kapasitas seorang yakni hasil yang diperoleh seseorang
setelah mengikuti kegiatan dan latihan yang ada hubungannya dengan bilangan, dan prosedur
operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan yang ditentukan
melalui pemberian tes akhir pada pendidikan itu”. Dari rumusan–rumusan di atas dapat penulis
simpulkan bahwa prestasi belajar matematika adalah hasil penilaian belajar atau hasil belajar
yang dilakukan oleh seseorang yang ada hubungannya dengan bilangan, dan prosedur
operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan diukur dengan tes
dan hasilnya berupa angka-angka atau huruf– huruf yang mempunyai arti penting dalam
pendidikan. Angka–angka atau huruf–huruf tersebut bisa memberikan gambaran tentang keadaan
atau pencapaian tujuan pembelajaran.

3. Pengertian Matematika

Para pakar pendidikan dalam mendefinisikan pengertian matematika belum ada kesepahaman.
Hal ini disebabkan oleh perbedaan sudut pandang tentang hakikat pembelajaran matematika itu
sendiri. Pengertian atau makna dari istilah matematika sangat beragam, antara lain : (a)
Matematika adalah ilmu yang membahas angka-angka dan perhitungannya; (b) Matematika
adalah ilmu membahas fakta-fakta dan hubungan-hubungannya; (c) Matematika adalah ilmu
membahas masalah ruang dan bentuk; (d) Matematika adalah ilmu membahas logika dan
membahas numerik; (e) Matematika adalah ilmu yang mempelajari hubungan pola, bentuk dan
struktur; (f) Matematika adalah sarana berfikir Ismail ( 2003: 13).

4. Fungsi Mata

Pelajaran Matematika Matematika di Sekolah Dasar kedudukannya memiliki fungsi yang sangat
penting karena menyajikan materi dan pola pikir yang penerapannya sesuai dengan kebutuhan
dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan perkembangan Iptek. Selain itu, materi matematika di
SD bersifat elementer yang esensial sebagai prasyarat konsep-konsep matematika lanjut.
Menurut Ismail (2003:115) fungsi matematika di Sekolah Dasar adalah, (1) meningkatkan
ketajaman siswa yang dapat membantu memperjelas dan menyelesaiakan permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari; (2) meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan
bilangan dan simbol-simbol. Senada dengan hal itu (Suyitno, 2000:10) berpendapat bahwa
“Matematika sekolah mempuyai fungsi sebagai instrumental input, yang memiliki objek dasar
abstrak dan berlandaskan kebenaran konsisten, dalam sistem pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan”. Mata pelajaran matematika berfungsi “untuk mengembangkan kemampuan
berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol serta ketajaman penalaran
yang dapat membantu, memperjelas, dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-
hari” (Depdikbud, 1994: 96). Mata pelajaran matematika berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbolsimbol serta ketajaman
penalaran yang dapat membantu memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari. Di sekolah dasar diutamakan agar siswa mengenal, memahami serta
mahir menggunakan bilangan dalam kaitannya dengan praktek kehidupan sehari-hari
(Depdikbud,1996:95) Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi
matematika sekolah dasar adalah sebagai instrumen input yang memiliki objek dasar abstrak dan
berlandasakan kebenaran konsisten untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan
menggunakan bilangan dan simbol-simbol serta ketajaman penalaran yang dapat membantu,
memperjelas, dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

5. Tujuan Mata Pelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Mata pelajaran matematika di sekolah dasar diberikan dengan maksud menata dan meningkatkan
ketajaman penalaran siswa yang dapat membantu memperjelas cara menyelesaikan
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dan kemampuan berkomunikasi dengan
menggunakan bilangan, simbol-simbol, serta lebih mengembangkan sikap logis, kritis, cermat,
disiplin dan menghargai kegunaan matematika. Tujuan pembelajaran matematika pada dasarnya
mencakup dua hal yaitu pembelajaran umum dan pembelajaran khusus. Menurut Karso (2004 :
14 ) pembelajaran mata pelajaran matematika di sekolah dasar memiliki tujuan umum maupun
khusus. Tujuan umum mempelajari matematika di SD adalah : a. Mempersiapkan siswa agar
sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu
berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat,
jujur, dan efektif. b. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir
matematika dalam kehidupan sehari-hari dan mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. c.
Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan bilangan) sebagai
alat dalam kehidupan sehari-hari; d. Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialihgunakan
melalui kegiatan matematika; e. Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal
lebih lanjut di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan; f. Membentuk sikap logis, kritis,
cermat dan kreatif dan disiplin. Menurut Wahyudin (2003 : 3) tujuan pengajaran matematika
secara keseluruhan “agar siswa memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk menambah
perbendaharaan pengetahuan khususnya di bidang matematika”. Tujuan khusus pembelajaran
Matematika di sekolah dasar adalah : a. Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan
berhitung sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari. b. Menumbuhkan kemampuan siswa, yang
dapat dialihgunakan melalui kegiatan Matematika. c. Mengembangkan pengetahuan dasar
matematika untuk mempersiapkan bekal belajar lebih lanjut di sekolah lanjutan tingkat pertama (
SLTP ). d. Membentuk sikap logis, kritis, kreatif disiplin (Soedjadi, 2000 : 15). Sesuai dengan
tujuan pembelajaran matematika umum di atas menunjukkan bahwa belajar matematika di
tingkat Sekolah Dasar sangat penting karena mampu membentuk sikap, pola pikir yang kritis,
logis, cermat dan kreatif sehingga dapat menjadi dasar dalam menjalani kehidupan seharihari di
masyarakat. Selain itu, tujuan umum pendidikan matematika pada jenjang pendidikan dasar
tersebut memberi tekanan pada penataan nalar an pembentukan sikap siswa serta juga memberi
tekanan pada keterampilan dalam penerapan matematika
6. Ciri-ciri Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar memiliki ciri-ciri tersendiri dibandingkan
dengan matematika di tingkat Menengah. Pada tingkat Sekolah Dasar matematika
berorientasi pada belajar konsep dari abstrak ke konkrit. Oleh karena itu pembelajaran
matematika di sekolah dasar memiliki karakteristik tersendiri dan menjadi perhatian dari
para ahli matematika. Menurut Karso (2004: 15), pembelajaran matematika memiliki ciri
tersendiri dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya, yakni: memiliki objek kejadian
yang abstrak, berpola pikir deduktif, dan konsisten”. Berdasarkan Kurikulum Sekolah
Dasar 1994, matematika sekolah adalah “Matematika yang diajarkan di Pendidikan
Dasar” (Depdikbud, 1994: 1). Matematika sekolah terdiri atas bagian-bagian matematika
yang dipilih guna: (a) menumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan; (b) membentuk
pribadi siswa; (c) berpadu pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kepala Sekolah Guru

NURANA HASIBUAN, S.Pd YUSLINAWATI, S.Pd

NIP. 19771010 200501 2010

Anda mungkin juga menyukai