Disusun Oleh :
Yuslinawati Lubis, S.Pd
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah tentang upaya meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep KPK
(Kelipatan Persekutuan Terkecil) dan FPB (Faktor Persekutuan Terbesar) melalui pendekatan
pembelajaran aktif di kelas IV MI dapat mencakup beberapa aspek berikut:
1. Kurangnya pemahaman awal siswa: Beberapa siswa mungkin tidak memiliki pemahaman
dasar yang cukup tentang konsep KPK dan FPB, sehingga mereka kesulitan memahami
materi yang lebih kompleks. Hal ini dapat menjadi hambatan dalam pembelajaran lebih
lanjut.
2. Kurikulum yang padat: Banyak kurikulum di MI cenderung padat, dan mengajar materi
KPK dan FPB seringkali harus dilakukan dalam waktu yang terbatas. Ini dapat
menghambat guru dalam memberikan pemahaman yang mendalam tentang konsep ini.
3. Metode pengajaran yang kurang sesuai: Metode pengajaran yang kurang sesuai atau
kurang interaktif mungkin tidak efektif dalam membantu siswa memahami konsep KPK
dan FPB. Guru perlu mencari cara yang lebih cocok untuk mendekatkan materi ini pada
siswa.
4. Kurangnya sumber daya pendukung: MI mungkin kurang memiliki sumber daya
pendukung seperti buku teks yang sesuai atau perangkat pembelajaran interaktif untuk
membantu siswa memahami konsep KPK dan FPB dengan lebih baik.
5. Variabilitas tingkat pemahaman siswa: Siswa di kelas IV MI mungkin memiliki tingkat
pemahaman yang beragam tentang konsep matematika. Ini dapat menjadi tantangan bagi
guru untuk menyesuaikan pendekatan pembelajaran agar sesuai dengan berbagai tingkat
pemahaman siswa.
6. Kurangnya motivasi siswa: Siswa mungkin kurang termotivasi untuk belajar tentang
konsep KPK dan FPB karena mereka tidak melihat relevansi atau kepentingan dari materi
tersebut dalam kehidupan sehari-hari mereka.
7. Keterbatasan waktu pembelajaran: Guru di MI sering memiliki waktu pembelajaran yang
terbatas, dan mencoba untuk mengajarkan konsep KPK dan FPB secara efektif dalam
waktu yang terbatas dapat menjadi tantangan.
8. Pengukuran pemahaman siswa yang kurang efektif: Pengukuran pemahaman siswa yang
hanya berfokus pada tes tertulis mungkin tidak memberikan gambaran yang akurat
tentang sejauh mana siswa telah memahami konsep KPK dan FPB.
Dalam mengatasi masalah ini, penting bagi guru untuk merancang strategi pembelajaran yang
lebih interaktif, mencari cara untuk mengukur pemahaman siswa dengan lebih baik, dan
menciptakan lingkungan pembelajaran yang memotivasi siswa untuk belajar tentang konsep
KPK dan FPB. Dengan pendekatan yang lebih sesuai dan sumber daya yang mendukung,
diharapkan pemahaman siswa terhadap materi ini dapat ditingkatkan.
C. Analisis Masalah
Identifikasi Analisis tentang Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Konsep KPK
(Kebalikan Pecahan) dan FPB (Faktor Persekutuan Terbesar) melalui Pendekatan Pembelajaran
Aktif bagi Siswa Kelas IV MI adalah sebagai berikut:
Dengan menerapkan upaya-upaya di atas, diharapkan pemahaman siswa tentang konsep KPK
dan FPB dapat ditingkatkan secara signifikan melalui pendekatan pembelajaran aktif di kelas IV
MI.
D. Rumusan Masalah
"Bagaimana meningkatkan pemahaman siswa kelas IV MI tentang konsep KPK dan FPB
melalui penerapan pendekatan pembelajaran aktif, dan apa faktor-faktor yang
memengaruhi keberhasilan dari upaya tersebut?"
Dalam rumusan masalah ini, penelitian akan berfokus pada upaya konkret untuk meningkatkan
pemahaman siswa tentang konsep KPK dan FPB, sementara juga mengidentifikasi faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi keberhasilan upaya tersebut. Penelitian ini dapat memberikan
wawasan tentang metode pembelajaran yang efektif dalam konteks pembelajaran matematika
untuk siswa kelas IV MI.
E. Tujuan Penelitian
Berikut adalah beberapa tujuan penelitian yang dapat Anda gunakan untuk meneliti
upaya meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep KPK (Kebalikan Pecahan
Terkecil) dan FPB (Faktor Persekutuan Terbesar) melalui pendekatan pembelajaran aktif
pada siswa kelas IV MI:
1. Untuk mengidentifikasi tingkat pemahaman awal siswa kelas IV MI tentang konsep KPK
dan FPB sebelum menerapkan pendekatan pembelajaran aktif.
2. Untuk mengevaluasi efektivitas pendekatan pembelajaran aktif dalam meningkatkan
pemahaman siswa tentang konsep KPK dan FPB.
3. Untuk menganalisis perubahan signifikan dalam pemahaman siswa tentang konsep KPK
dan FPB setelah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran aktif.
4. Untuk membandingkan pencapaian pemahaman siswa tentang konsep KPK dan FPB
antara kelompok yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran aktif
dan kelompok yang tidak mengikuti pendekatan tersebut.
5. Untuk mengevaluasi respon siswa terhadap pendekatan pembelajaran aktif dalam proses
pembelajaran konsep KPK dan FPB.
6. Untuk menyediakan rekomendasi dan saran bagi guru dan sekolah dalam
mengembangkan metode pembelajaran yang lebih efektif dalam meningkatkan
pemahaman siswa tentang konsep KPK dan FPB.
Tujuan-tujuan tersebut dapat membantu Anda merancang penelitian yang komprehensif untuk
mengukur efektivitas pendekatan pembelajaran aktif dalam meningkatkan pemahaman siswa
tentang konsep KPK dan FPB di kelas IV MI.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian tentang upaya meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep KPK
(Kelipatan Persekutuan Terkecil) dan FPB (Faktor Persekutuan Terbesar) melalui
pendekatan pembelajaran aktif pada siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah (MI) memiliki
beberapa manfaat. Berikut adalah beberapa manfaat penelitian ini:
Dengan demikian, penelitian ini memiliki manfaat yang signifikan dalam meningkatkan
pemahaman siswa tentang konsep KPK dan FPB melalui pendekatan pembelajaran aktif, dengan
dampak positif pada hasil belajar siswa dan perkembangan mereka secara keseluruhan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Matematika
1. Hakikat Belajar
Jika ditelaah dari berbagai sumber, maka akan dijumpai berbagai pengertian tentang belajar
yang perumusannya satu dengan yang lainnya berbeda. Untuk memahami, mengalami, dan
mempunyai gambaran yang jelas. Ini diberikan beberapa pengertian menurut beberapa ahli
sebagai berikut : a. Winkel (1984:162) mengutarakan pengertian belajar suatu proses mental
yang mengarah kepada penguasaan, kecakapan / skill, kebiasaan atau sikap yang semuanya
diperoleh, disimpan dan dilaksanakan sehingga menimbulkan tingkah laku yang progresif dan
adaptif. b. Slameto (1991:22) “Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. c. Gagne (dalam Dadang Garnida, 2001:56) mengartikan belajar
terjadi jika rangsangan bersama dengan isi rangsang mempengaruhi siswa, sehingga perilaku
siswa berubah sebelum dipengaruhi dan setelah dipengaruhi. d. Nana Sujana (dalam T Nur
Djannah, 2002:8) mengartikan belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan perubahan
dengan diri seseorang. e. Sardiman AM (2002 : 20) mengemukakan belajar dimaksudkan sebagai
usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian menuju terbentuknya
kepribadian seutuhnya. f. Herman Hudaya (2003 : 3) mengemukakan belajar adalah suatu proses
aktif dalam memperoleh pengalaman/pengajaran baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah
laku. g. Bruner (dalam Noehi Nasution, 2004 : 3.24) menganggap bahwa belajar dan persepsi
merupakan suatu kegiatan pengolahan informasi yang menemukan kebutuhan-kebutuhan untuk
mengenal dan menjelaskan gejala yang ada dilingkungan kita. Dari beberapa pengertian tersebut
dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses kegiatan yang dilakukan individu untuk
memperoleh perubahan tingkah laku. Perubahan yang terjadi setelah seseorang melakukan
kegiatan belajar dapat berupa pengertian atau pengetahuan, keterampilan atau sikap.
2. Pengertian Prestasi
3. Pengertian Matematika
Para pakar pendidikan dalam mendefinisikan pengertian matematika belum ada kesepahaman.
Hal ini disebabkan oleh perbedaan sudut pandang tentang hakikat pembelajaran matematika itu
sendiri. Pengertian atau makna dari istilah matematika sangat beragam, antara lain : (a)
Matematika adalah ilmu yang membahas angka-angka dan perhitungannya; (b) Matematika
adalah ilmu membahas fakta-fakta dan hubungan-hubungannya; (c) Matematika adalah ilmu
membahas masalah ruang dan bentuk; (d) Matematika adalah ilmu membahas logika dan
membahas numerik; (e) Matematika adalah ilmu yang mempelajari hubungan pola, bentuk dan
struktur; (f) Matematika adalah sarana berfikir Ismail ( 2003: 13).
4. Fungsi Mata
Pelajaran Matematika Matematika di Sekolah Dasar kedudukannya memiliki fungsi yang sangat
penting karena menyajikan materi dan pola pikir yang penerapannya sesuai dengan kebutuhan
dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan perkembangan Iptek. Selain itu, materi matematika di
SD bersifat elementer yang esensial sebagai prasyarat konsep-konsep matematika lanjut.
Menurut Ismail (2003:115) fungsi matematika di Sekolah Dasar adalah, (1) meningkatkan
ketajaman siswa yang dapat membantu memperjelas dan menyelesaiakan permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari; (2) meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan
bilangan dan simbol-simbol. Senada dengan hal itu (Suyitno, 2000:10) berpendapat bahwa
“Matematika sekolah mempuyai fungsi sebagai instrumental input, yang memiliki objek dasar
abstrak dan berlandaskan kebenaran konsisten, dalam sistem pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan”. Mata pelajaran matematika berfungsi “untuk mengembangkan kemampuan
berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol serta ketajaman penalaran
yang dapat membantu, memperjelas, dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-
hari” (Depdikbud, 1994: 96). Mata pelajaran matematika berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbolsimbol serta ketajaman
penalaran yang dapat membantu memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari. Di sekolah dasar diutamakan agar siswa mengenal, memahami serta
mahir menggunakan bilangan dalam kaitannya dengan praktek kehidupan sehari-hari
(Depdikbud,1996:95) Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi
matematika sekolah dasar adalah sebagai instrumen input yang memiliki objek dasar abstrak dan
berlandasakan kebenaran konsisten untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan
menggunakan bilangan dan simbol-simbol serta ketajaman penalaran yang dapat membantu,
memperjelas, dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
Mata pelajaran matematika di sekolah dasar diberikan dengan maksud menata dan meningkatkan
ketajaman penalaran siswa yang dapat membantu memperjelas cara menyelesaikan
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dan kemampuan berkomunikasi dengan
menggunakan bilangan, simbol-simbol, serta lebih mengembangkan sikap logis, kritis, cermat,
disiplin dan menghargai kegunaan matematika. Tujuan pembelajaran matematika pada dasarnya
mencakup dua hal yaitu pembelajaran umum dan pembelajaran khusus. Menurut Karso (2004 :
14 ) pembelajaran mata pelajaran matematika di sekolah dasar memiliki tujuan umum maupun
khusus. Tujuan umum mempelajari matematika di SD adalah : a. Mempersiapkan siswa agar
sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu
berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat,
jujur, dan efektif. b. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir
matematika dalam kehidupan sehari-hari dan mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. c.
Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan bilangan) sebagai
alat dalam kehidupan sehari-hari; d. Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialihgunakan
melalui kegiatan matematika; e. Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal
lebih lanjut di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan; f. Membentuk sikap logis, kritis,
cermat dan kreatif dan disiplin. Menurut Wahyudin (2003 : 3) tujuan pengajaran matematika
secara keseluruhan “agar siswa memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk menambah
perbendaharaan pengetahuan khususnya di bidang matematika”. Tujuan khusus pembelajaran
Matematika di sekolah dasar adalah : a. Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan
berhitung sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari. b. Menumbuhkan kemampuan siswa, yang
dapat dialihgunakan melalui kegiatan Matematika. c. Mengembangkan pengetahuan dasar
matematika untuk mempersiapkan bekal belajar lebih lanjut di sekolah lanjutan tingkat pertama (
SLTP ). d. Membentuk sikap logis, kritis, kreatif disiplin (Soedjadi, 2000 : 15). Sesuai dengan
tujuan pembelajaran matematika umum di atas menunjukkan bahwa belajar matematika di
tingkat Sekolah Dasar sangat penting karena mampu membentuk sikap, pola pikir yang kritis,
logis, cermat dan kreatif sehingga dapat menjadi dasar dalam menjalani kehidupan seharihari di
masyarakat. Selain itu, tujuan umum pendidikan matematika pada jenjang pendidikan dasar
tersebut memberi tekanan pada penataan nalar an pembentukan sikap siswa serta juga memberi
tekanan pada keterampilan dalam penerapan matematika
6. Ciri-ciri Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar memiliki ciri-ciri tersendiri dibandingkan
dengan matematika di tingkat Menengah. Pada tingkat Sekolah Dasar matematika
berorientasi pada belajar konsep dari abstrak ke konkrit. Oleh karena itu pembelajaran
matematika di sekolah dasar memiliki karakteristik tersendiri dan menjadi perhatian dari
para ahli matematika. Menurut Karso (2004: 15), pembelajaran matematika memiliki ciri
tersendiri dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya, yakni: memiliki objek kejadian
yang abstrak, berpola pikir deduktif, dan konsisten”. Berdasarkan Kurikulum Sekolah
Dasar 1994, matematika sekolah adalah “Matematika yang diajarkan di Pendidikan
Dasar” (Depdikbud, 1994: 1). Matematika sekolah terdiri atas bagian-bagian matematika
yang dipilih guna: (a) menumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan; (b) membentuk
pribadi siswa; (c) berpadu pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.