Anda di halaman 1dari 10

PROBLEMATIKA DISEKOLAH DALAM PEMBELAJARAN PKN DI KELAS VIII

NAMA : HERLINDA
NIM : 043133904

UPBJJ MAJENE
UNIVERSITAS TERBUKA
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Problematika dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) di kelas VIII bisa


bervariasi tergantung pada lingkungan sekolah, guru, siswa, dan kurikulum yang diterapkan.
Beberapa potensi permasalahan yang mungkin muncul dalam pembelajaran PKN di kelas VIII
meliputi:
1. Kurangnya Pemahaman Konsep PKN: Siswa mungkin kesulitan memahami konsep-konsep
abstrak seperti hak asasi manusia, demokrasi, dan sistem pemerintahan. Ini dapat menjadi
hambatan dalam pembelajaran.
2. Ketidakberpihakan terhadap Mata Pelajaran: Siswa mungkin tidak melihat relevansi PKN
dengan kehidupan sehari-hari mereka, yang dapat menyebabkan ketidakminatan dalam
mata pelajaran ini.
3. Kualitas Pengajaran: Kualitas pengajaran PKN oleh guru dapat sangat bervariasi.
Kurangnya keterampilan mengajar dan pemahaman mendalam tentang materi dapat
mengganggu proses pembelajaran.
4. Ketersediaan Sumber Belajar: Banyak sekolah mungkin tidak memiliki sumber belajar yang
memadai untuk mendukung pembelajaran PKN. Ini termasuk buku teks yang relevan dan
bahan ajar.
5. Kurangnya Interaktif dan Partisipasi Siswa: Pembelajaran PKN yang terlalu berfokus pada
ceramah guru tanpa banyak kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi aktif dan
berdiskusi dapat membuat siswa merasa bosan dan tidak termotivasi.
6. Kontroversi Politik dan Ideologi: Pembelajaran PKN sering kali mencakup isu-isu politik
dan ideologi yang kontroversial. Hal ini dapat menciptakan ketegangan dan perbedaan
pendapat di antara siswa, terutama jika guru tidak mengelola diskusi dengan baik.
7. Evaluasi yang Tidak Efektif: Penggunaan metode evaluasi yang tidak sesuai atau tidak adil
dalam PKN dapat menghambat pemahaman dan perkembangan siswa.
8. Kurangnya Pelatihan Guru: Guru PKN mungkin tidak mendapatkan pelatihan yang cukup
dalam pengajaran mata pelajaran ini. Mereka mungkin tidak memahami pendekatan
terbaik dalam mengajar konsep-konsep PKN kepada siswa.
9. Kurikulum yang Terlalu Padat: Kurikulum yang terlalu padat dengan topik-topik yang
beragam dapat membuat sulit untuk mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang
setiap topik.
10. Ketidaksetaraan dalam Akses Pendidikan: Masalah sosial seperti ketidaksetaraan dalam akses
pendidikan juga dapat memengaruhi pembelajaran PKN. Siswa dari latar belakang sosioekonomi
yang rendah mungkin menghadapi kesulitan dalam mengakses sumber daya dan kesempatan yang
sama.
mengatasi berbagai permasalahan ini, diperlukan upaya bersama antara guru,
sekolah, pemerintah, dan stakeholder pendidikan lainnya. Ini termasuk meningkatkan
kualifikasi guru, mengembangkan metode pengajaran yang lebih interaktif, dan
menyediakan sumber daya belajar yang memadai. Selain itu, penting untuk memastikan
bahwa kurikulum PKN relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa sehingga mereka
dapat melihat nilai dalam memahami dan menerapkan konsep-konsep tersebut dalam
kehidupan mereka.

B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan uraian di atas yang menjadi identifikasi dalam penelitian ini adalah :

1. Kurangnya Minat dan Motivasi Siswa: Banyak siswa mungkin tidak memiliki minat atau motivasi
yang tinggi terhadap mata pelajaran PKN. Mereka mungkin menganggapnya sebagai mata
pelajaran yang kurang relevan atau membosankan.
2. Keterbatasan Sumber Belajar: Sekolah mungkin kurang menyediakan sumber belajar yang
memadai untuk PKN, seperti buku teks yang diperbarui dan materi ajar yang menarik. Ini dapat
membatasi akses siswa terhadap informasi yang relevan.
3. Kualitas Pengajaran yang Variatif: Kualitas pengajaran PKN bisa bervariasi antara guru. Beberapa
guru mungkin kurang memahami materi atau tidak memiliki keterampilan pengajaran yang baik.
4. Kurangnya Keterkaitan dengan Kehidupan Sehari-hari: Siswa mungkin kesulitan melihat
keterkaitan antara materi PKN dengan kehidupan sehari-hari mereka, sehingga kurang
termotivasi untuk belajar.

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi di atas, maka rumusan masalah yang akan dikaji adalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana minat dan motivasi siswa terhadap pembelajaran PKN di kelas VIII ?

2. Bagaimana kurikulum PKN di kelas VIII memengaruhi pemahaman siswa terhadap materi
pembelajaran?
3. Kurangnya Keterkaitan dengan Kehidupan Sehari-hari: Siswa mungkin kesulitan melihat
keterkaitan antara materi PKN dengan kehidupan sehari-hari mereka, sehingga kurang
termotivasi untuk belajar.

D. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian mengenai problematika dalam pembelajaran Pendidikan


Kewarganegaraan (PKN) di kelas VIII dapat bervariasi tergantung pada fokus penelitian dan
tujuan yang ingin dicapai.:
1. Mengidentifikasi Solusi untuk Keterbatasan Waktu dalam Pembelajaran PKN di kelas VIII

2. Mengembangkan Strategi Pembelajaran yang Lebih Interaktif

3. Menganalisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat dan Motivasi Siswa terhadap


PKN
E. MANFAAT PENELITIAN

Hasil Penelitian mengenai problematika dalam pembelajaran Pendidikan


Kewarganegaraan (PKN) di kelas VIII (kelas delapan) dapat memberikan pemahaman mendalam
tentang berbagai masalah yang mungkin terjadi dan solusi untuk meningkatkan proses
pembelajaran.
1. Meningkatkan Kesadaran Kewarganegaraan: Dengan memecahkan masalah dalam
pembelajaran PKN, penelitian ini juga dapat membantu meningkatkan kesadaran
kewarganegaraan siswa. Hal ini akan membantu mereka memahami pentingnya peran
aktif dalam masyarakat dan negara.
2. Pengembangan Keterampilan Sosial dan Kritis: Melalui solusi yang diusulkan, penelitian
ini dapat membantu dalam pengembangan keterampilan sosial, kritis, dan analitis siswa
dalam memahami isu-isu kewarganegaraan.
BAB II

LANDASAN TEORI

1. Model Pembelajaran

Definisi dari model pembelajaran adalah suatu perencanaan yang dipakai untuk

menjadi asas dalam kegiatan proses belajar mengajar di kelas atau pengajaran dalam tutorial

(Trianto, 2013:51). Sedangkan dari Darmadi (2017:42) mengatakan bahwa model

pembelajaran yaitu rancangan bersifat konseptual yang menggambarkan tahaptahap secara

terstruktur dalam mengorganisasikan pengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan, dan memilih fungsi sebagai fondasi bagi pembuat

rencana pembelajaran dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Dari uraian mengenai

model pembelajaran menurut beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

adalah suatu teknik yang dilakukan dan digunakan secara sistematis dalam hal belajar yang

ditujukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan yang memiliki fungsi sebagai

pedoman bagi pihak pendidik atau pengajar dalam proses pembelajaran di sekolah.

Mencapai tujuan proses kegiatan belajar mengajar, dibutuhkan model pembelajaran

yang baik. Berikut beberapa karakteristik yang harus dipenuhi dalam memilih model

pembelajaran agar setiap proses belajar mengajar berlangsung efektif:

a. Materi pembelajaran yang berdasarkan fakta, konsep, dan fenomena yang dapat

dijelaskan melalui logika pada peserta didik.

b. Semua yang disampaikan oleh pendidik, respons yang diperlihatkan peserta didik, dan

komunikasi antara pendidik dan peserta didik tidak terikat pada pemikiran subjektif dan

pemikiran yang menyimpang dari pemikiran logika.


c. Memotivasi siswa agar berpikir kritis, aktif, dan tepat dalam memecahkan masalah dalam

pembelajaran sesuai dengan materi yang diberikan

d. Memberikan dorongan pada siswa agar peserta didik mampu terinspirasi untuk berpikir

secara hipotesis atau mampu menyimpulkan secara umum dalam melihat materi pelajaran

e. Tujuan pembelajaran harus dirumuskan secara jelas agar pendidik maupun siswa mampu

menggapai tujuan yang diimpikan dan tujuan pembelajaran harus dikemas secara

menarik.

Menurut pendapat ….

Sejalan pendapat ….

Definisi model pembelajaran adalah…….

2. Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan adalah salah satu mata pelajaran wajib yang akan dipelajari

oleh setiap jenjang pendidikan dari Sekolah Dasar hingga perguruan tinggi. Berikut beberapa

pendapat dari ahli mengenai definisi dari PKn:

a. Azyumardi Azra, beliau mengartikan bahwa pendidikan kewarganegaraan merupakan

pendidikan yang meluas yang mencakup pendidikan demokrasi, HAM, pemerintahan,

konstitusional, rule of law, hak dan kewajiban warga negara, partisipasi warga negara

dalam masyarakat madani, dll.

b. Tim ICCE UIN Jakarta mendefinisikan bahwa PKn adalah suatu rancangan pendidikan

yang di dalamnya mencakup tentang bahasan masalah kewarganegaraan, kebangsaan,

dan semua yang berhubungan dengan negara, demokrasi, HAM, dan masyarakat serta

prinsip dari pendidikan demokrasi dan humanis.

c. UU No. 2 Tahun 1989 menyatakan bahwa PKn adalah suatu usaha untuk memberikan

bekal pada peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan

kewarganegaraan atau hal-hal yang berkaitan dengan bela negara (PPBN).


Dari beberapa pendapat menurut para ahli tersebut, dapat ditarik kesimpulan

bahwa PKn merupakan program mata pelajaran yang cakupannya luas meliputi hal-hal

yang berkaitan dengan negara atau kewarganegaraan. Namun pembelajaran PKn untuk

jenjang Sekolah Dasar memiliki konteks yang cukup sempit disesuaikan dengan

karakteristik siswa SD. Pendidikan Kewarganegaraan di SD merupakan salah satu tali

ajar untuk mengimplementasikan nilai atau norma sebagai pendidikan karakter siswa .

Tujuan dari PKn itu sendiri yaitu menciptakan peserta didik yang memiliki jiwa

demokratis sebagai warga negara yang baik, serta memiliki karakter seperti yang

terkandung dalam nilai-nilai Pancasila.

Menurut pendapat ….
Sejalan pendapat ….

Definisi model pembelajaran adalah…….

3. Model Pembelajaran Kooperatif Think, Pair, Share

Menurut Arends (dalam Trianto, 2010:65-66) bahwa pelajaran yang menggunakan

pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri, yaitu:

a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajar.

b. Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

c. Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin

yang beragam.

d. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.

Unsur-unsur dasar yang perlu ditanamkan kepada siswa agar pembelajaran kooperatif dapat

efektif adalah sebagai berikut:

a. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam” atau “berenang” bersama.
b. Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam kelompoknya, di

samping tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.

c. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang sama.

d. Para siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama besarnya diantara

para anggota kelompok.

Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) atau berpikir

berpasangan berbagi (Trianto, 2010:81) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang

dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa. Pertama kali dikembangkan oleh

Frang Lyman dan koleganya di Universitas Maryland sesuai yang dikutip Arends (1997),

menyatakan bahwa Think-Pair-Share (TPS) merupakan suatu cara yang efektif untuk

membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Model pembelajaran kooperatif tipe Think-

Pair-Share (TPS), merupakan suatu pembelajaran kooperatif yang memberikan kepada

siswa waktu untuk berfikir dan merespon. Hal ini menjadi faktor kuat dalam

meningkatkan

kemampuan siswa dalam merespon pertanyaan serta menumbuhkan sikap saling

membantu satu sama lain. Ada tiga langkah dalam model ini, antara lain : berfikir (think),

berpasangan (pair), dan berbagi (share) (Indien, 2012).

a. Tahap pendahuluan

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan topic inti materi.

b. Tahap Berpikir (Thinking)

Guru membagikan LKS kepada siswa dan meminta siswa menggunakan waktu

beberapa menit untuk berpikir sendiri mengenai pertanyaan yang diajukan oleh guru.

c. Tahap Berpasangan (Pairing)

Guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah diperoleh

pada tahap berpikir (think) tentang pertanyaan atau masalah yang diajukan guru.
Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu

pertanyaan yang diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus

yang didentifikasi.

d. Tahap Berbagi (Sharing)

Guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang

telah dibicarakan dengan cara menunjuk secara acak. Hal ini efektif untuk berkeliling

ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian

pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan. Guru menilai dan memberikan

umpan balik atas hasil diskusi.

e. Tahap penghargaan

Guru memberikan penghargaan secara individu maupun kelompok yang berhasil

menjawab tugas dengan baik. Keunggulan model pembelajaran kooperatif tipe

Think-Pair-Share (TPS) memberi kesempatan lebih kepada siswa untuk bekerja

sendiri sekaligus bekerja sama dengan teman lainnya (Thobroni dan Mustafa, 2011).

Kelemahannya menurut Basri (dalam Thobroni dan Mustafa, 2011:302), kelemahan

Think-Pair Share (TPS) antara lain:

a) Memerlukan koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktivitas,

b) Memerlukan perhatian khusus dalam penggunaan rung kelas.

c) Peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu pengajaran

yang berharga. Untuk itu, guru harus membuat perencanaan yang seksama

sehingga dapat meminimalkan jumlah waktu yang terbuang.

Menurut pendapat ….
Sejalan pendapat ….

Definisi model pembelajaran adalah…….


KERANGKA PIKIR

BAB III

Anda mungkin juga menyukai