Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN PPKN IPS SEKOLAH DASAR

FADHILLAH AHMAD

22124018

DOSEN PENGAMPU:

Prof. Dr. Yalvema Miaz, M.A., Ph,D

PENDIDIKAN DASAR

PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kaitannya dengan pembentukan warga negara Indonesia yang demokratis dan
bertanggung jawab, pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) memiliki peranan yang
strategis dan penting, yaitu dalam membentuk siswa maupun sikap dalam berperilaku
keseharian, sehingga diharapkan setiap individu mampu menjadi pribadi yang baik.Melalui mata
pelajaran PKn ini, siswa sebagai warga negara dapat mengkaji Pendidikan Kewarganegaraan
dalam forum yang dinamis dan interaktif. Jika memperhatikan tujuan pendidikan nasional di
atas, Pembangunan dalam dunia pendidikan perlu diusahakan peningkatannya. Pada penelitian
ini peneliti meneliti pembelajaran pada bidang studi PKn, karena PKn bukan sejarah maka hal
yang sangat substansial yang harus dipelajari adalah bagaimana penanaman moral pada siswa
sejak dini.
Minat belajar siswa pada bidang PKn ini perlu mendapat perhatian khusus karena minat
merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan proses belajar. Di samping itu minat yang
timbul dari kebutuhan siswa merupakan faktor penting bagi siswa dalam melaksanakan kegiatan-
kegiatan atau usahanya.Pada prakteknya, pembelajaran PKn masih menghadapi banyak kendala-
kendala. Kendala-kendala yang dimaksud antara lain:
Pertama, guru pengampu mata Pelajaran PKn masih mengalami kesulitan dalam
mengaktifkan siswa untuk terlibat langsung dalam proses penggalian dan penelaahan bahan
pelajaran.Kedua, jumlah siswa setiap kelas cukup besar (40-45 siswa). Terkait dengan jumlah
siswa yang cukup besar di setiap kelas ini, proses belajar dihadapkan pada kenyataan keberadaan
sarana dan prasarana pembelajaran yang kurang memadai, sehingga hal tersebut juga
menyebabkan guru kurang dapat mengenali sikap dan perilaku individual siswa atau murid
secara baik. Hal ini dapat berdampak pada kurangnya perhatian siswa terhadap materi
pembelajaran.Ketiga, sebagian siswa memandang mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
sebagai mata pelajaran yang bersifat konseptual dan teoritis. Akibatnya siswa ketika mengikuti
pembelajaran PKn merasa cukup mencatat dan menghafal konsep-konsep dan teori-teori yang
diceramahkan oleh guru, tugas-tugas terstruktur yang diberikan dikerjakan secara tidak serius
dan bila dikerjakan pun sekedar memenuhi formalitas. Keempat, praktik kehidupan di
masyarakat baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya, hukum, agama seringkali berbeda
dengan wacana yang dikembangkan dalam proses pembelajaran di kelas.
Akibatnya siswa seringkali merasa apa yang dipelajari dalam proses belajar di kelas
sebagai hal yang sia-sia. Kelima, letak sekolah yang ada di pinggir kota dan juga asal siswa dari
pinggir kota merupakan kendala dalam pembelajaran, karena wawasan siswa menjadi sangat
terbatas dan kurang, sehingga dalam proses pembelajaran siswa di kelas menjadi tidak aktif dan
tidak bergairah untuk bersama-sama proaktif.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan?


2. Bagaimana Karakteristik Mata Pelajaran IPS?

C. Tujuan

1.Untuk Mengetahui Bagaimana Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan


Kewarganegaraan
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Karakteristik Mata Pelajaran IPS
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, mata


pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) berubah menjadi Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) dan dalam Kurikulum 2004 disebut sebagai mata pelajaran
Kewarganegaraan (Citizenship). Mata pelajaran Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran
yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosial kultur, bahasa,
usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan
berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Fungsinya adalah sebagai wahana
untuk membentuk warga negara yang cerdas, terampil, berkarakter yang setia kepada bangsa dan
negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berfikir dan bertindak sesuai
dengan amanat Pancasila dan UUD 1945 (Balitbang, 2002: 7).
Pendidikan Kewarganegaraan adalah wahana untuk mengembangkan dan melestarikan
nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya Bangsa Indonesia yang diharapkan dapat
diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari siswa baik sebagai individu,
masyarakat, warganegara dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Perilaku-perilaku
tersebut adalah seperti yang tercantum di dalam penjelasan Undang-Undang tentang Pendidikan
Nasional pasal 39 ayat (2) yaitu perilaku yang memancarkan iman dan taqwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan agama, perlaku yang
bersifat kemanusiaan yang adil dan beradab, perilaku yang mendukung persatuan bangsa dalam
masyarakat yang beraneka ragam kebudayaan dan beraneka ragam kepentingan., perilaku yang
mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan perorangan dan golongan sehingga
perbedaan pemikiran, pendapat atau kepentingan diatas melalui musyawarah dan mufakat, serta
perilaku yang mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Di samping itu Pendidikan Kewarganegaraan juga dimaksudkan sebagai usaha untuk
membekali siswa dengan budi pekerti, pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan
hubungan antara sesama warga negara maupun antar warga negara dengan negara. Serta
pendidikan bela negara agar menjadi warga nagara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan
negara.
PKn merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan terpaan moral yang
mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala sosial, khususnya
yang berkaitan dengan moral serta perilaku manusia. Pendidikan Kewarganegaraan termasuk
pelajaran bidang ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari teori-teori serta perihal sosial yang
ada di sekitar lingkungan masyarakat kita.
Oleh karena itu dalam pembelajaran PKn perlu diberikan pengarahan, mereka harus
terbiasa untuk mendengar ataupun menerapkan serta mencatat hal-hal yang berkaitan dengan
ilmu PKn, salah satu keberhasilan pembelajaran adalah jika siswa yang diajar merasa senang dan
memerlukan materi ajar. Selain itu juga dengan diterapkannya pemberian tugas dengan bentuk
portofolio akan dapat memberikan diskripsi baru mengenai pembelajaran PKn, dan hal tersebut
juga sebagai penunjang agar siswa tidak merasa kebosanan dalam mengikuti pembelajaran
portofolio.

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran PKn

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran Pendidikan


Kewarganegaraan antara lain adalah sebagai berikut.

1.       Guru

Seorang guru yang profesional dituntut untuk mempunyai kemampuan-kemampuan


tertentu, Guru merupakan pribadi yang berkaitan erat dengan tindakannya di dalam kelas, cara
berkomunikasi, berinteraksi dengan warga sekolah dan masyarakat umumnya. Membicarakan
masalah guru yang baik, (S. Nasution dalam Amin Suyitno, 1997:25) mengemukakan sepuluh
kriteria yang baik adalah: 1) memahami dan menghormati siswa, 2) menguasai bahan pelajaran
yang diberikan, 3) menyesuaikan metode pengajaran dengan bahan pelajaran, 4) menyesuaikan
bahan pengajaran dengan kesanggupan individu, 5) mengaktifkan siswa dalam belajar, 6)
memberikan pengetahuan sehingga terhindar dari sikap verbalisme, 7) menghubungkan pelajaran
dengan kebutuhan siswa, 8) mempunyai tujuan tertentu dengan tiap pelajaran yang diberikannya,
9) tidak terikat oleh teks book, dan 10) tidak hanya mengajar dalam arti menyampaikan
pengetahuan saja kepada siswa melainkan senantiasa membentuk pribadi anak.

2.      Siswa

Jika ditinjau dari siswa, maka banyak faktor-faktor yang perlu mendapat perhatian, lebih-
lebih hubungannya dengan belajar PKn. PKn bagi siswa pada umumnya merupakan pelajaran
yang kurang disenangi karena kurangnya antusias siswa terhadap pelajaran ini. Karena itu dalam
interaksi belajar mengajar PKn seorang guru harus memperhatikan faktor-faktor yang
menyangkut siswa, yaitu: 1) Apakah siswa cukup cerdas, cukup berbobot, dan siap belajar
PKn? 2) Apakah siswa berminat, tertarik dan mau belajar PKn? 3) Apakah siswa senang dengan
cara belajar yang kita berikan? 4) Apakah siswa dapat menerima pelajaran dengan baik dan
benar? 5) Apakah suasana interaksi belajar mengajar mendorong siswa belajar?  Dengan faktor-
faktor tersebut guru dapat menentukan strategi pembelajaran yang seperti apa agar siswa berhasil
dalam belajar.

3.      Sarana dan Prasarana

Pembelajaran akan dapat berlangsung lebih baik jika sarana dan prasaranya menunjang.
Sarana yang cukup lengkap seperti perpustakaan dengan buku-buku PKn yang relevan.

4.      Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran PKn adalah strategi pembelajaran yang aktif, Pembelajaran aktif
ditandai oleh dua faktor yaitu 1) Adanya interaksi antara seluruh komponen dalam proses
pembelajaran terutama antara guru dan siswa, dan 2) Berfungsi secara optimal
seluruh sence siswa yang meliputi indera, emosi, karsa, dan nalar. Dalam pembelajaran siswa
aktif, metode-metode yang dianjurkan antara lain metode tanya jawab, drill, diskusi, eksperimen,
pemberian tugas, dan lain-lain. Pemilihan metode yang diterapkan tentu saja disesuaikan dengan
mata pelajaran, tujuan pembelajaran, maupun sarana yang tersedia.

C. Karakteristik Pembelajaran PKn

Pada materi konsep dasar pendidikan kewarganegaraan telah dikemukakan bahwa


Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pelajaran dengan keunikan tersendiri. PKn dimaknai
sebagai pendidikan nilai dan pendidikan politik demokrasi. Hal ini mengamndung konsekwensi
bahwa dalam hal perancangan pembelajaran PKn perlu mempertahtikan karakteristik
pembelajaran PKn itu sendiri.
Dalam standar isi 2006 dijelaskan bahwa PKn persekolahan atau mata pelajaran PKn
adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan
mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang
cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
PKn dalam kurikulum perguruan tinggi juga tidak lepas dari nilai-nilai bangsa yang
dijadikan arah pengembangan PKn sebagai mata kuliah. Kompetensi dasar mata kulaih PKn di
PT adalah menjadi ilmuwan dan profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air,
demokratis berkeadaban; menjadi warga negara yang memiliki daya saing; berdisiplindan
berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai berdasarkan sistem nilai
Pancasila (S-K Dirjen Dikti No 43/Dikti/2006).
Dalam hal tujuan, PKN persekolahan memiliki tujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut.
a.  Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan
b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam
kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi
c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan
karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-
bangsa lainnya
d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau
tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi

Menyimak hal-hal di atas, dapat dinyatakan bahwa PKn mengemban misi sebagai
pendidikan nilai dalam hal ini adalah nilai-nilai filosofis dan nilai konstitusional UUD 1945. Di
sisi lain adalah pendidikan politik demokrasi dalam rangka membentuk warganegara yang kritis,
partisipatif dan bertanggung jawab bagi kelangsungan negara bangsa.

Dalam naskah Kurikulum 2006 dinyatakan bahwa Pembelajaran dalam mata pelajaran
Kewarganegaraan merupakan proses dan upaya dengan menggunakan pendekatan belajar
kontekstual untuk mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan, keterampilan, dan karakter
warga Negara Indonesia. Pendekatan belajar kontekstual dapat diwujudkan antara lain dengan
metode-metode: (1) kooperatif, (2) penemuan (discovery), (3) inkuiri (inquiry) (4) interaktif, (5)
eksploratif, (6) berpikir kritis, dan (7) pemecahan masalah (problem solving). Metode-metode ini
merupakan kharakteristik dalam pembelajaran PKn.

D. Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk mengembangkan


kemampuan-kemampuan sebagai berikut.
1.    Berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan
2.  Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, serta bertindak secara cerdas dalam
kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
3.   Berkembang secara positif, dinamis, dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia, agar hidup bersama
dengan bangsa-bangsa lain
4.  Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam persatuan atau tidak langsung dengan
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi

Mata pelajaran PKn terdiri dari dimensi pengetahuan Kewarganegaraan (civics


knowledge) yang mencakup bidang politik, hukum, dan moral. Dimensi ketrampilan
Kewarganegaraan (civics skill) meliputi ketrampilan, partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Dimensi nilai-nilai Kewarganegaraan (civics values) mencakup antara lain percaya
diri, komitmen, penguasaan atas nilai religius, norma dan moral luhur, nilai keadilan, demokratis,
toleransi, kebebasan individual, kebebasan berbicara, kebebasan pers, kebebasan berserikat dan
berkumpul dan perlindungan terhadap minoritas. Mata pelajaran Kewarganegaraan merupakan
bidang kajian Interdisipliner artinya materi keilmuan Kewarganegaraan dijabarkan dari beberapa
disiplin ilmu antara lain ilmu politik, ilmu negara, ilmu tata negara, hukum sejarah, ekonomi,
moral, dan filsafat (Depdiknas, 2003: 2).

E. Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan


Pendidikan Kewarganegaraan mempunyai fungsi yang sempurna terhadap perkembangan
anak didik. Hal ini diungkapkan dalam Buku Panduan Pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan
kuikulum 1994 adalah sebagai berikut.
1.   Mengembangkan dan melestarikan nilai moral Pancasila secara dinamis dan terbuka,
yaitu nilai moral Pancasila yang dikembangkan itu mampu menjawab tantangan yang terjadi
didalam masayarakat, tanpa kehilangan jati diri sebagai Bangsa Indonesia yang merdeka bersatu
dan berdaulat.
2.  Mengembangkan dan membina siswa menuju terwujudnya manusia seutuhnya yang
sadar politik, hukum dan konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia, berlandaskan
Pancasila.
3.    Membina pemahaman dan kesadaran siswa terhadap hubungan antara sesame warga
negara dan pendidikan pendahuluan bela negara agar mengetahui dan mampu melaksanakan
dengan baik hak dan kewajibannya sebagai warga negara.

F.     Visi dan Misi Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Dengan memperhatikan visi dan misi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu
membentuk warga negara yang baik, maka selain mencakup dimensi pengetahuan, karakteristik
mata pelajaran Kewarganegaraan ditandai dengan memberi penekanan pada dimensi sikap dan
keterampilan civics. Jadi, pertama-tama seorang warga negara perlu memahami dan menguasai
pengetahuan yang lengkap tentang konsep dan prinsip-prinsip politik, hukum, dan moral civics.
Setelah menguasai pengetahuan, selanjutnya seorang warga negara diharapkan memiliki sikap
dan karakter sebagai warga negara yang baik serta memiliki keterampilan Kewarganegaraan
dalam bentuk keterampilan berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
keterampilan menentukan posisi diri, serta kecakapan hidup (life skills).

G.     Visi dan Misi Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek antara


lain adalah sebagai berikut.
1.  Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta
lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap
Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan
2.   Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga, Tata tertib
di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan-peraturan daerah, Norma-norma dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistim hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan
internasional.
3.   Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban anggota
masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan, penghormatan dan
perlindungan HAM.
4.   Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai warga
masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan pendapat, Menghargai
keputusan bersama, Prestasi diri, Persamaan kedudukan warga negara.
5.    Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama,
Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara dengan
konstitusi.
6.   Kekuasan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan, Pemerintahan
daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya politik, Budaya
demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi.
7.   Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideology negara,
Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka.
8.  Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri Indonesia di era
globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan organisasi internasional, dan
Mengevaluasi globalisasi.

H. Rasional Mempelajari IPS

Pengajaran IPS (social studies), sangat penting bagi jenjang pendidikan dasar dan
menengah karena siswa yang datang ke sekolah berasal dari lingkungan yang berbeda-beda.
Pengenalan mereka tentang masyarakat tempat mereka menjadi anggota diwarnai oleh
lingkungan mereka tersebut. Sekolah bukanlah satu-satunya wahana atau sarana untuk mengenal
masyarakat. Para siswa dapat belajar mengenal dan mempelajari masyarakat baik melalui media
massa, media cetak maupun media elektronika, misalnya melalui acara televisi, siaran radio,
membaca koran.

Pengenalan siswa melalui wahana luar sekolah mungkin masih bersifat umum terpisah-
pisah dan samar-samar. Oleh karena itu agar pengenalan tersebut dapat lebih bermakna, maka
bahan atau informasi yang masih umum dan samar-samar tersebut perlu disistematisasikan.
Dengan demikian sekolah mempunyai peran dan kedudukan yang penting karena apa yang telah
diperoleh di luar sekolah, dikembangkan dan diintegrasikan menjadi sesuatu yang lebih
bermakna di sekolah, sesuai dengan tingkat perkembangan dan kematangan siswa.

Sesuai dengan tingkat perkembangannya, siswa SD belum mampu memahami keluasan


dan kedalaman masalah-masalah sosial secara utuh, tetapi mereka dapat diperkenalkan kepada
masalah-masalah tersebut. Melalui pengajaran IPS siswa dapat memperoleh pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan kepekaan untuk menghadapi hidup dengan tantangan-tantangannya.
Selanjutnya diharapkan mereka kelak mampu bertindak secara rasional dalam memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi.

Perlu disadari bahwa dunia sekarang telah mengalami perubahan-perubahan yang sangat
cepat di segala bidang. Kemajuan teknologi dan informasi telah mengenalkan kita pada realitas
lain dari sekedar realitas fisik seperti yang sebelumnya kita rasakan. Dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi hubungan antar negara tetangga menjadi lebih luas, karena dunia
seakan-akan menjadi tetangga dekat, hal ini disebabkan kemajuan transportasi dan komunikasi.
Dengan demikian seolah-olah dunia “dipindahkan” ke ruang di dalam rumah sendiri.

Dalam hal ini IPS berperan sebagai pendorong untuk saling pengertian dan persaudaraan
antar umat manusia, selain itu juga memusatkan perhatiannya pada hubungan antar manusia dan
pemahaman sosial. Dengan demikian IPS dapat membangkitkan kesadaran bahwa kita akan
berhadapan dengan kehidupan yang penuh tantangan, atau dengan kata lain IPS mendorong
kepekaan siswa terhadap hidup dan kehidupan sosial. Jadi rasionalisasi mempelajari IPS untuk
jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah agar siswa dapat:Mensistematisasikan bahan,
informasi, dan atau kemampuan yang telah dimiliki tentang manusia dan lingkungannya menjadi
lebih bermakna.Lebih peka dan tanggap terhadap berbagai masalah sosial secara rasional dan
bertanggung jawab,Mempertinggi rasa toleransi dan persaudaraan di lingkungan sendiri dan
antar manusia.

IPS atau disebut Ilmu Pengetahuan Sosial pada kurikulum 2004, merupakan satu mata
pelajaran yang diberikan sejak SD dan MI sampai SMP dan MTs. Untuk jenjang SD dan MI
Pengetahuan Sosial memuat materi Pengetahuan Sosial dan Kewarganegaraan. Melalui
pengajaran Pengetahuan Sosial, siswa diarahkan, dibimbing, dan dibantu untuk menjadi warga
negara Indonesia dan warga dunia yang efektif. Untuk menjadi warga negara Indonesia dan
warga dunia yang efektif merupakan tantangan berat, karena masyarakat global selalu
mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itulah Ilmu Pengetahuan Sosial dirancang untuk
membangun dan merefleksikan kemampuan siswa dalam kehidupan bermasyarakat yang selalu
berubah dan berkembang secara terus menerus.

Pada hakikatnya, pengetahuan Sosial sebabagi suatu mata pelajaran yang menjadi
wahana dan alat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, antara lain:Siapa diri saya?Pada
masyarakat apa saya berada?Persyaratan-persyaratan apa yang diperlukan diri saya untuk
menjadi anggota suatu kelompok masyarakat dan bangsa?Apa artinya menjadi anggota
masyarakat bangsa dan dunia?Bagaimanakah kehidupan manusia dan masyarakat berubah dari
waktu ke waktu?

I. Karakteristik Pendidikan IPS SD

Pendidikan IPS merupakan gabungan ilmu-ilmu sosial yang terintegrasi atau terpadu.
Pengertian terpadu, bahwa bahan atau materi IPS diambil dari Ilmu-ilmu Sosial yang dipadukan
dan tidak terpisah-pisah dalam kotak disiplin ilmu (Lili M Sadeli, 1986:21). Berikut ini
dikemukakan karakteristik IPS dilihat dari materi dan strategi penyampaiannya.

1. Materi IPS

Mempelajari IPS pada hakekatnya adalah menelaah interaksi antara individu dan
masyarakat dengan lingkungan (fisik dan social-budaya). Materi IPS digali dari segala aspek
kehidupan praktis sehari-hari di masyarakat. Oleh karena itu, pengajaran IPS yang melupakan
masyarakat sebagai sumber dan objeknya merupakan suatu bidang ilmu yang tidak berpijak pada
kenyataan. Menurut Mulyono Tjokrodikaryo, (1986:21) ada 5 macam sumber materi IPS antara
lain:

a. Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga,
sekolah, desa, kecamatan sampai lingkungan yang luas negara dan dunia dengan
berbagai permasalahannya.
b. Kegiatan manusia misalnya: mata pencaharian, pendidikan, keagamaan, produksi,
komunikasi, transportasi.
c. Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan antropologi yang
terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai yang terjauh.
d. Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang dimulai dari
sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang tokohtokoh dan kejadian-
kejadian yang besar.
e. Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan, pakaian, permainan,
keluarga.
Dengan demikian masyarakat dan lingkungannya, selain menjadi sumber materi IPS
sekaligus juga menjadi laboratoriumnya. Pengetahuan konsep, teori-teori IPS yang diperoleh
anak di dalam kelas dapat dicocokkan dan dicobakan sekaligus diterapkan dalam kehidupannya
sehari-hari di masyarakat.

2. Strategi Penyampaian Pengajaran IPS

Strategi penyampaian pengajaran IPS, sebagaian besar adalah didasarkan pada suatu
tradisi, yaitu materi disusun dalam urutan: anak (diri sendiri), keluarga, masyarakat/tetangga,
kota, region, negara, dan dunia. Tipe kurikulum seperti ini disebut “The Wedining Horizon or
Expanding Enviroment Curriculum” (Mukminan, 1996:5).

Tipe kurikulum tersebut, didasarkan pada asumsi bahwa anak pertama-tama dikenalkan
atau perlu memperoleh konsep yang berhubungan dengan lingkungan terdekat atau diri
sendiri.Selanjutnya secara bertahap dan sistematis bergerak dalam lingkungan konsentrasi keluar
dari lingkaran tersebut, kemudian mengembangkan kemampuannya untuk menghadapai unsur-
unsur dunia yang lebih luas.

J. Tujuan IPS
Menurut Nursid Sumaatmadja (2006) tujuan pendidikan IPS adalah “membina anak didik
menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian
sosial yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan negara”

Sedangkan secara rinci menurut Oemar Hamalik (1992:40-41) merumuskan tujuan


pendidikan IPS berorientasi pada tingkah laku para siswa, yaitu: (1) pengetahuan dan
pemahaman, (2) sikap hidup belajar, (3) nilai-nilai sosial dan sikap, (4) keterampilan.

(1) Pengetahuan dan Pemahaman

mentransmisikan pengetahuan dan pemahaman tentang masyarakat berupa fakta-fakta


dan ide-ide kepada anak. Selain itu juga mengembangkan rasa kontinuitas dan stabilitas,
memberikan informasi dan teknik-teknik sehingga mereka dapat ikut memajukan masyarakat
sekitarnya.

(2) Sikap belajar IPS

mengembangkan sikap belajar yang baik, yaitu dengan belajar IPS anak memiliki
kemampuan menyelidiki (inkuiri) untuk menemukan ide-ide, konsep-konsep baru sehingga
mereka mampu melakukan perspektif untuk masa yang akan datang.

(3) Nilai-nilai sosial dan sikap

Anak membutuhkan nilai-nilai untuk menafsirkan fenomena dunia sekitarnya, sehingga


mereka mampu melakukan perspektif. Berdasar nilai-nilai sosial yang berkembang dalam
masyarakat, maka akan berkembang pula sikap-sikap sosial anak, seperti: menghormati dan
mentaati peraturan, mengembangkan rasa tanggung jawab, dan kritis.

(4) Keterampilan dasar IPS

Anak belajar menggunakan keterampilan dan alat-alat studi sosial, misalnya mencari
bukti dengan berpikir ilmiah, keterampilan mempelajari data masyarakat, mempertimbangkan
validitas dan relevansi data, mengklasifikasikan dan menafsirkan data-data sosial, dan
merumuskan kesimpulan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang sangat


penting bagi setiap individu untuk lebih mencintai bangsa Indonesia, melalui mata pelajaran ini
para siswa, mahasiswa, maupun warga negara dididik untuk lebih mencintai bangsa dan negara
Indonesia ini.
PKn meliputi pokok bahasan pengantar PKn, Hak dan Kewajiban warga negara,
pendidikan pendahuluan bela negara, demokrasi Indonesia, hak asasi manusi, wawasan
nusantara, ketahanan nasional, politik dan stategi nasional.
Jadi, Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan berdasarkan nilai-nilai
pancasila sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai luhur dan moral
yang berakar dari budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat menjadi jati diri yang
diwujudkan dalam bentuk perilaku yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari para
mahasiswa baik sebagai individu, sebagai calon guru/pendidik, anggota masyarakat dan makhluk
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
B. Saran

Semoga dengan makalah yang kami buat ini dapat bermafaat bagi kita semua, serta dapat
memberikan informasi tentang pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan sejak
Daftar Pustaka

Afandi, R. (2011). Integrasi pendidikan karakter dalam pembelajaran IPS di sekolah


dasar. PEDAGOGIA: Jurnal Pendidikan, 1(1), 85-98.

Kurniawan, M. I. (2013). Integrasi Pendidikan Karakter Ke Dalam Pembelajaran


Kewarganegaraan Di Sekolah Dasar. Jurnal Pemikiran Dan Pengembangan Sekolah
Dasar (JP2SD), 1(1), 37-45.

Setiawan, D. (2014). Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Karakter melalui Penerapan


Pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. JUPIIS: Jurnal
Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 6(2), 61-72.

Siska, Y. (2018). Pembelajaran Ips Di Sd/Mi. Garudhawaca.

Susanto, A. (2014). Pengembangan pembelajaran IPS di SD. Kencana.

Anda mungkin juga menyukai