FADHILLAH AHMAD
22124018
DOSEN PENGAMPU:
PENDIDIKAN DASAR
PASCASARJANA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kaitannya dengan pembentukan warga negara Indonesia yang demokratis dan
bertanggung jawab, pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) memiliki peranan yang
strategis dan penting, yaitu dalam membentuk siswa maupun sikap dalam berperilaku
keseharian, sehingga diharapkan setiap individu mampu menjadi pribadi yang baik.Melalui mata
pelajaran PKn ini, siswa sebagai warga negara dapat mengkaji Pendidikan Kewarganegaraan
dalam forum yang dinamis dan interaktif. Jika memperhatikan tujuan pendidikan nasional di
atas, Pembangunan dalam dunia pendidikan perlu diusahakan peningkatannya. Pada penelitian
ini peneliti meneliti pembelajaran pada bidang studi PKn, karena PKn bukan sejarah maka hal
yang sangat substansial yang harus dipelajari adalah bagaimana penanaman moral pada siswa
sejak dini.
Minat belajar siswa pada bidang PKn ini perlu mendapat perhatian khusus karena minat
merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan proses belajar. Di samping itu minat yang
timbul dari kebutuhan siswa merupakan faktor penting bagi siswa dalam melaksanakan kegiatan-
kegiatan atau usahanya.Pada prakteknya, pembelajaran PKn masih menghadapi banyak kendala-
kendala. Kendala-kendala yang dimaksud antara lain:
Pertama, guru pengampu mata Pelajaran PKn masih mengalami kesulitan dalam
mengaktifkan siswa untuk terlibat langsung dalam proses penggalian dan penelaahan bahan
pelajaran.Kedua, jumlah siswa setiap kelas cukup besar (40-45 siswa). Terkait dengan jumlah
siswa yang cukup besar di setiap kelas ini, proses belajar dihadapkan pada kenyataan keberadaan
sarana dan prasarana pembelajaran yang kurang memadai, sehingga hal tersebut juga
menyebabkan guru kurang dapat mengenali sikap dan perilaku individual siswa atau murid
secara baik. Hal ini dapat berdampak pada kurangnya perhatian siswa terhadap materi
pembelajaran.Ketiga, sebagian siswa memandang mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
sebagai mata pelajaran yang bersifat konseptual dan teoritis. Akibatnya siswa ketika mengikuti
pembelajaran PKn merasa cukup mencatat dan menghafal konsep-konsep dan teori-teori yang
diceramahkan oleh guru, tugas-tugas terstruktur yang diberikan dikerjakan secara tidak serius
dan bila dikerjakan pun sekedar memenuhi formalitas. Keempat, praktik kehidupan di
masyarakat baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya, hukum, agama seringkali berbeda
dengan wacana yang dikembangkan dalam proses pembelajaran di kelas.
Akibatnya siswa seringkali merasa apa yang dipelajari dalam proses belajar di kelas
sebagai hal yang sia-sia. Kelima, letak sekolah yang ada di pinggir kota dan juga asal siswa dari
pinggir kota merupakan kendala dalam pembelajaran, karena wawasan siswa menjadi sangat
terbatas dan kurang, sehingga dalam proses pembelajaran siswa di kelas menjadi tidak aktif dan
tidak bergairah untuk bersama-sama proaktif.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
1. Guru
2. Siswa
Jika ditinjau dari siswa, maka banyak faktor-faktor yang perlu mendapat perhatian, lebih-
lebih hubungannya dengan belajar PKn. PKn bagi siswa pada umumnya merupakan pelajaran
yang kurang disenangi karena kurangnya antusias siswa terhadap pelajaran ini. Karena itu dalam
interaksi belajar mengajar PKn seorang guru harus memperhatikan faktor-faktor yang
menyangkut siswa, yaitu: 1) Apakah siswa cukup cerdas, cukup berbobot, dan siap belajar
PKn? 2) Apakah siswa berminat, tertarik dan mau belajar PKn? 3) Apakah siswa senang dengan
cara belajar yang kita berikan? 4) Apakah siswa dapat menerima pelajaran dengan baik dan
benar? 5) Apakah suasana interaksi belajar mengajar mendorong siswa belajar? Dengan faktor-
faktor tersebut guru dapat menentukan strategi pembelajaran yang seperti apa agar siswa berhasil
dalam belajar.
Pembelajaran akan dapat berlangsung lebih baik jika sarana dan prasaranya menunjang.
Sarana yang cukup lengkap seperti perpustakaan dengan buku-buku PKn yang relevan.
4. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran PKn adalah strategi pembelajaran yang aktif, Pembelajaran aktif
ditandai oleh dua faktor yaitu 1) Adanya interaksi antara seluruh komponen dalam proses
pembelajaran terutama antara guru dan siswa, dan 2) Berfungsi secara optimal
seluruh sence siswa yang meliputi indera, emosi, karsa, dan nalar. Dalam pembelajaran siswa
aktif, metode-metode yang dianjurkan antara lain metode tanya jawab, drill, diskusi, eksperimen,
pemberian tugas, dan lain-lain. Pemilihan metode yang diterapkan tentu saja disesuaikan dengan
mata pelajaran, tujuan pembelajaran, maupun sarana yang tersedia.
Menyimak hal-hal di atas, dapat dinyatakan bahwa PKn mengemban misi sebagai
pendidikan nilai dalam hal ini adalah nilai-nilai filosofis dan nilai konstitusional UUD 1945. Di
sisi lain adalah pendidikan politik demokrasi dalam rangka membentuk warganegara yang kritis,
partisipatif dan bertanggung jawab bagi kelangsungan negara bangsa.
Dalam naskah Kurikulum 2006 dinyatakan bahwa Pembelajaran dalam mata pelajaran
Kewarganegaraan merupakan proses dan upaya dengan menggunakan pendekatan belajar
kontekstual untuk mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan, keterampilan, dan karakter
warga Negara Indonesia. Pendekatan belajar kontekstual dapat diwujudkan antara lain dengan
metode-metode: (1) kooperatif, (2) penemuan (discovery), (3) inkuiri (inquiry) (4) interaktif, (5)
eksploratif, (6) berpikir kritis, dan (7) pemecahan masalah (problem solving). Metode-metode ini
merupakan kharakteristik dalam pembelajaran PKn.
Dengan memperhatikan visi dan misi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu
membentuk warga negara yang baik, maka selain mencakup dimensi pengetahuan, karakteristik
mata pelajaran Kewarganegaraan ditandai dengan memberi penekanan pada dimensi sikap dan
keterampilan civics. Jadi, pertama-tama seorang warga negara perlu memahami dan menguasai
pengetahuan yang lengkap tentang konsep dan prinsip-prinsip politik, hukum, dan moral civics.
Setelah menguasai pengetahuan, selanjutnya seorang warga negara diharapkan memiliki sikap
dan karakter sebagai warga negara yang baik serta memiliki keterampilan Kewarganegaraan
dalam bentuk keterampilan berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
keterampilan menentukan posisi diri, serta kecakapan hidup (life skills).
Pengajaran IPS (social studies), sangat penting bagi jenjang pendidikan dasar dan
menengah karena siswa yang datang ke sekolah berasal dari lingkungan yang berbeda-beda.
Pengenalan mereka tentang masyarakat tempat mereka menjadi anggota diwarnai oleh
lingkungan mereka tersebut. Sekolah bukanlah satu-satunya wahana atau sarana untuk mengenal
masyarakat. Para siswa dapat belajar mengenal dan mempelajari masyarakat baik melalui media
massa, media cetak maupun media elektronika, misalnya melalui acara televisi, siaran radio,
membaca koran.
Pengenalan siswa melalui wahana luar sekolah mungkin masih bersifat umum terpisah-
pisah dan samar-samar. Oleh karena itu agar pengenalan tersebut dapat lebih bermakna, maka
bahan atau informasi yang masih umum dan samar-samar tersebut perlu disistematisasikan.
Dengan demikian sekolah mempunyai peran dan kedudukan yang penting karena apa yang telah
diperoleh di luar sekolah, dikembangkan dan diintegrasikan menjadi sesuatu yang lebih
bermakna di sekolah, sesuai dengan tingkat perkembangan dan kematangan siswa.
Perlu disadari bahwa dunia sekarang telah mengalami perubahan-perubahan yang sangat
cepat di segala bidang. Kemajuan teknologi dan informasi telah mengenalkan kita pada realitas
lain dari sekedar realitas fisik seperti yang sebelumnya kita rasakan. Dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi hubungan antar negara tetangga menjadi lebih luas, karena dunia
seakan-akan menjadi tetangga dekat, hal ini disebabkan kemajuan transportasi dan komunikasi.
Dengan demikian seolah-olah dunia “dipindahkan” ke ruang di dalam rumah sendiri.
Dalam hal ini IPS berperan sebagai pendorong untuk saling pengertian dan persaudaraan
antar umat manusia, selain itu juga memusatkan perhatiannya pada hubungan antar manusia dan
pemahaman sosial. Dengan demikian IPS dapat membangkitkan kesadaran bahwa kita akan
berhadapan dengan kehidupan yang penuh tantangan, atau dengan kata lain IPS mendorong
kepekaan siswa terhadap hidup dan kehidupan sosial. Jadi rasionalisasi mempelajari IPS untuk
jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah agar siswa dapat:Mensistematisasikan bahan,
informasi, dan atau kemampuan yang telah dimiliki tentang manusia dan lingkungannya menjadi
lebih bermakna.Lebih peka dan tanggap terhadap berbagai masalah sosial secara rasional dan
bertanggung jawab,Mempertinggi rasa toleransi dan persaudaraan di lingkungan sendiri dan
antar manusia.
IPS atau disebut Ilmu Pengetahuan Sosial pada kurikulum 2004, merupakan satu mata
pelajaran yang diberikan sejak SD dan MI sampai SMP dan MTs. Untuk jenjang SD dan MI
Pengetahuan Sosial memuat materi Pengetahuan Sosial dan Kewarganegaraan. Melalui
pengajaran Pengetahuan Sosial, siswa diarahkan, dibimbing, dan dibantu untuk menjadi warga
negara Indonesia dan warga dunia yang efektif. Untuk menjadi warga negara Indonesia dan
warga dunia yang efektif merupakan tantangan berat, karena masyarakat global selalu
mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itulah Ilmu Pengetahuan Sosial dirancang untuk
membangun dan merefleksikan kemampuan siswa dalam kehidupan bermasyarakat yang selalu
berubah dan berkembang secara terus menerus.
Pada hakikatnya, pengetahuan Sosial sebabagi suatu mata pelajaran yang menjadi
wahana dan alat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, antara lain:Siapa diri saya?Pada
masyarakat apa saya berada?Persyaratan-persyaratan apa yang diperlukan diri saya untuk
menjadi anggota suatu kelompok masyarakat dan bangsa?Apa artinya menjadi anggota
masyarakat bangsa dan dunia?Bagaimanakah kehidupan manusia dan masyarakat berubah dari
waktu ke waktu?
Pendidikan IPS merupakan gabungan ilmu-ilmu sosial yang terintegrasi atau terpadu.
Pengertian terpadu, bahwa bahan atau materi IPS diambil dari Ilmu-ilmu Sosial yang dipadukan
dan tidak terpisah-pisah dalam kotak disiplin ilmu (Lili M Sadeli, 1986:21). Berikut ini
dikemukakan karakteristik IPS dilihat dari materi dan strategi penyampaiannya.
1. Materi IPS
Mempelajari IPS pada hakekatnya adalah menelaah interaksi antara individu dan
masyarakat dengan lingkungan (fisik dan social-budaya). Materi IPS digali dari segala aspek
kehidupan praktis sehari-hari di masyarakat. Oleh karena itu, pengajaran IPS yang melupakan
masyarakat sebagai sumber dan objeknya merupakan suatu bidang ilmu yang tidak berpijak pada
kenyataan. Menurut Mulyono Tjokrodikaryo, (1986:21) ada 5 macam sumber materi IPS antara
lain:
a. Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga,
sekolah, desa, kecamatan sampai lingkungan yang luas negara dan dunia dengan
berbagai permasalahannya.
b. Kegiatan manusia misalnya: mata pencaharian, pendidikan, keagamaan, produksi,
komunikasi, transportasi.
c. Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan antropologi yang
terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai yang terjauh.
d. Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang dimulai dari
sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang tokohtokoh dan kejadian-
kejadian yang besar.
e. Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan, pakaian, permainan,
keluarga.
Dengan demikian masyarakat dan lingkungannya, selain menjadi sumber materi IPS
sekaligus juga menjadi laboratoriumnya. Pengetahuan konsep, teori-teori IPS yang diperoleh
anak di dalam kelas dapat dicocokkan dan dicobakan sekaligus diterapkan dalam kehidupannya
sehari-hari di masyarakat.
Strategi penyampaian pengajaran IPS, sebagaian besar adalah didasarkan pada suatu
tradisi, yaitu materi disusun dalam urutan: anak (diri sendiri), keluarga, masyarakat/tetangga,
kota, region, negara, dan dunia. Tipe kurikulum seperti ini disebut “The Wedining Horizon or
Expanding Enviroment Curriculum” (Mukminan, 1996:5).
Tipe kurikulum tersebut, didasarkan pada asumsi bahwa anak pertama-tama dikenalkan
atau perlu memperoleh konsep yang berhubungan dengan lingkungan terdekat atau diri
sendiri.Selanjutnya secara bertahap dan sistematis bergerak dalam lingkungan konsentrasi keluar
dari lingkaran tersebut, kemudian mengembangkan kemampuannya untuk menghadapai unsur-
unsur dunia yang lebih luas.
J. Tujuan IPS
Menurut Nursid Sumaatmadja (2006) tujuan pendidikan IPS adalah “membina anak didik
menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian
sosial yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan negara”
mengembangkan sikap belajar yang baik, yaitu dengan belajar IPS anak memiliki
kemampuan menyelidiki (inkuiri) untuk menemukan ide-ide, konsep-konsep baru sehingga
mereka mampu melakukan perspektif untuk masa yang akan datang.
Anak belajar menggunakan keterampilan dan alat-alat studi sosial, misalnya mencari
bukti dengan berpikir ilmiah, keterampilan mempelajari data masyarakat, mempertimbangkan
validitas dan relevansi data, mengklasifikasikan dan menafsirkan data-data sosial, dan
merumuskan kesimpulan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Semoga dengan makalah yang kami buat ini dapat bermafaat bagi kita semua, serta dapat
memberikan informasi tentang pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan sejak
Daftar Pustaka