1 Januari 2020
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JISIP/index p-ISSN: 2598-9944 e-ISSN: 2656-6753
Baiq Sumayati
Guru Kelas SDN Dondak Kec. Pujut Kabupaten Lombok Tengah
Abstrak. Berdasarkan hasil observasi di SD Negeri Dondak kualitas hasil belajar Pkn kelas V
masih dibawah KKM, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Pkn, melalui
metode bermain peran dengan model pembelajaran cooperatif learning. Dalam penelitian
ini,penulis menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Prosedur penelitian ini berbentuk siklus
yang terbagi menjadi 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap meliputi tahap perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan tes formatif dan
observasi. Pengumpulan data ini menggunakan instrumen pengamatan observasi siswa dan kinerja
guru dalam pembelajaraan, sedangkan untuk mengetahui kualitas hasil belajar siswa digunakan
LKS berupa tes formatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode bermain peran
dengan model kooperatif learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pkn
materi pengambilan keputusan bersama, dari nilai rata-rata prasiklus 53,88 menjadi 64,16 pada
siklus I dan 78,38 pada siklus II.
pembelajaran PKn pada materi pengambilan menekankan pada sikap atau perilaku bersama
keputusan bersama . untuk mencapai hasil dalam bekerja atau membantu di antara
belajar yang memuaskan diperlukan aktivitas sesama dalam struktur kerjasama yang teratur
siswa yaitu dengan melakukan aktivitas dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang
langsung dalam melakukan keputusan atau lebih.
bersama. Melalui aktivitas tersebut Pembelajaran kooperatif adalah
pembelajar akan lebih mengena pada siswa. salah satu bentuk pembelajaran yang
Selain itu siswa juga perlu berinteraksi berdasarkan faham konstruktivis.
dengan siswa yang lain untuk membuat Pembelajaran kooperatif merupakan strategi
simpulan dengan benar. belajar dengan sejumlah siswa sebagai
Dalam penelitian ini hasil belajar anggota kelompok kecil yang tingkat
pada pelajaran PKn materi Pengambilan kemampuannya berbeda. Dalam
keputusan bersama.Diukur melalui tes menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap
formatif dengan KKM 70, Bagi siswa yang siswa anggota kelompok harus saling bekerja
nilainya kurang dari 70 diberi soal perbaikan sama dan saling membantu untuk memahami
dan bagi siswa yang nilainya 70 ke atas diberi materi pelajaran. Dalam pembelajaran
soal pengayaan dalam bentuk pekerjaan kooperatif, belajar dikatakan belum selesai
rumah. jika salah satu teman dalam kelompok belum
Pembelajaran Kooperatif (Cooperative menguasai bahan pelajaran.
Learning) Menurut Anita Lie dalam bukunya
Undang-undang Sistem Pendidikan “Cooperative Learning”, bahwa
Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan model pembelajaran kooperatif tidak sama
bahwa pembelajaran adalah proses interaksi dengan sekedar belajar kelompok, tetapi ada
peserta didik dengan pendidik dan sumber unsur-unsur dasar yang membedakannya
belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam dengan pembagian kelompok yang dilakukan
pembelajaran, guru harus memahami hakikat asal-asalan. Roger dan David Johnson
materi pelajaran yang diajarkannya dan mengatakan bahwa tidak semua kerja
memahami berbagai model pembelajaran kelompok bisa dianggap pembelajaran
yang dapat merangsang kemampuan siswa kooperatif, untuk itu harus diterapkan lima
untuk belajar dengan perencanaan pengajaran unsur model pembelajaran gotong royong
yang matang oleh guru. yaitu :
Model pembelajaran kooperatif 1. Saling ketergantungan positif.
merupakan salah satu model pembelajaran Keberhasilan suatu karya
yang mendukung pembelajaran kontekstual. sangat bergantung pada usaha setiap
Sistem pembelajaran kooperatif dapat anggotanya. Untuk menciptakan
didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok kerja yang efektif, pengajar
kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di perlu menyusun tugas sedemikian rupa
dalam struktur ini adalah lima unsur pokok sehingga setiap anggota kelompok harus
(Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling menyelesaikan tugasnya sendiri agar
ketergantungan positif, tanggung jawab yang lain dapat mencapai tujuan mereka.
individual, interaksi personal, keahlian 2. Tanggung jawab perseorangan.
bekerja sama, dan proses kelompok. Jika tugas dan pola penilaian
Falsafah yang dibuat menurut prosedur model
mendasari pembelajaran kooperatif pembelajaran kooperatif, setiap siswa
(pembelajaran gotong royong) dalam akan merasa bertanggung jawab untuk
pendidikan adalah “homo homini socius” melakukan yang terbaik. Pengajar yang
yang menekankan bahwa manusia adalah efektif dalam model pembelajaran
makhluk sosial. kooperatif membuat persiapan dan
Pembelajaran kooperatif adalah menyusun tugas sedemikian rupa
suatu strategi belajar mengajar yang sehingga masing-masing anggota
4. Mengkaji pelajaran dengan berbagai cara. 8. Dilakukan lagi evaluasi dan diskusi;
Langkah – Langkah Penerapan Metode siswa mungkin mau menerima solusi,
Bermain Peran dalam Pembelajaran PKn. tetapi guru mendorong solusi yang
Shaffel dalam bukunya “ Role realistik.
Playing For Social Studies “ menyatakan 9. Berbagi pengalaman dan melakukan
bahwa ada sembilan langkah dalam role generalisasi. Tidak dapat diharapkan
playing yaitu sebagai berikut. untuk menghasilkan generalisasi dengan
1. Membangkitkan semangat kelompok, segera tentang aspek hubungan
memperkenalkan siswa dengan masalah kemanusiaan tentang situasi tertentu.
sehingga mereka mengenalnya sebagai Guru harus mencoba untuk membentuk
suatu bidang yangt harus dipelajari. diskusi, setelah mengalami setrategi
2. Pemilihan peserta, guru dan siswa bermain peran yang cukup lama, untuk
menggambarkan berbagai karakter / dapat menggeneralisasi mengenai
bagaimana rupanya, bagaimana rasanya, pendekatan terhadap situasi masalah serta
dan apa yang mungkin mereka akibat dari pendekatan itu. Semakin
kemukakan. Guru dapat menentukan memadai pembentukan diskusi ini,
berbagai criteria dalam memilih siswa kesimpulan yang dicapai akan semakin
untuk peran tertentu. mendekati generalisasi
3. Menentukan arena panggung, para METODE PENELITIAN
pemain peran membuat garis besar Tempat ,Waktu dan Subyek penelitian.
scenario, tetapi tidak mempersiapkan Penelitian ini bertempat di SDN
dialog khusus. Dondak Kecamatan Pujut Kabupaten
4. Mempersiapkan pengamat, adalah sangat Lombok Tengah. Tahun pelaran
penting untuk melibatkan pangamat 2019/2020.Penelirian ini dilaksanakan mulai
secara aktif sehingga seluruh anggota Juli sampai dengan September 2019. Adapun
kelompok mengalami kegiatan itu dan Subjek penelitian adalah siswa kelas V,
kemudian dapat menganalisisnya. Cara dengan jumlah siswa 23 orang.
guru melibatkan siswa pengamatan Teknik Analisis Data
ilmiah dengan menugaskan mereka untuk Pengamatan ini dilakukan pada saat
mengevaluasi, mengomentari berlangsungnya pelaksanaan perbaikan
efektifitasnya serta urutan – urutan pembelajaran di SD Negeri Dondak .Adapun
perilaku pemain dan mendefinisikan data – data yang diperoleh adalah sebagai
perasaan – perasaan serta cara – cara berikut.
berfikir individu yang sedang diamati. Hasil Data Kualitatif
5. Pelaksanaan kegiatan; para pemeran Dalam kegiatan pengumpulan data
mengasumsi perannya dan menghayati secara kualitatif, pengamat menggunakan
situasi secara sepontan dan saling lembar observasi guru. Pengamat memberikan
merespon secara realistik. tanda cek (√ ) pada kolom kemunculan sesuai
6. Berdiskusi dan mengevaluasi; apakah indikator tersebut.
masalahnya penting dan apakah peserta Pengamatan yang dilakukan oleh
dan pengamat terlibat secara intelektual pengamat ( observer ) adalah tentang
dan emosional. keefektifan metode bermain peran dalam
7. Melakukan lagi permainan peran; siswa meningkatkan motivasi siswa dalam
dan guru berbagi interpretasi baru tentang pembelajaran PKn khususnya tentang materi
peran dan menentukan apakah harus Pengambilan keputusan bersama. Untuk
dilakukan oleh individu – individu baru mendapatkan data yang lebih tepat, maka
atau tetap oleh orang terdahulu. Dengan fokus pengamatan ditekankan pada :
demikian permainan peran menjadi a. Kegiatan guru dalam menerapkan model
kegiatan konseptual yang dramatis. pembelajaran cooperative learning siswa
poses belajar mengajar hanya mencapai jumlah peserta didik yang tuntas 20
55,33 % orang atau 86,69% dan peserta didik
c. Hasil belajar siswa pada siklus 1 yang tidak tuntas 3 orang atau 13,04 %.
mencapai rata-rata 64,16 Dengan demikian kemampuan hasil
d. Masih ada kelompok yang belum bisa belajar siswa telah menunjukan
menyelesaikan tugas dengan waktu yang peningkatan yang signifikan dimana
ditentukan. Hal ini karena anggota terjadi kenaikan sebesar 27,78 % dari
kelompok tersebut kurang serius dalam siklus I sebesar 55,55 % ke Siklus II
belajar. sebesar 83,33%.
e. Masih ada kelompok yang kurang mampu PEMBAHASAN
dalam mempresentasikan kegiatan. Untuk Berdasarkan hasil penelitian yang
memperbaiki kelemahan dan telah dilakukan, memberikan informasi bahwa
mempertahankan keberhasilan yang telah penerapan metode kooperatif tipe bermain
dicapai pada siklus 1, maka pada peran merupakan alternatif untuk
pelaksanaan siklus II dapat dibuat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal
perencanaan sebagai berikut : tersebut dapat dibuktikan dengan peningkatan
Memberikan motivasi kelompok agar kemampuan hasil belajar siswa dalam
lebih aktif lagi dalam pembelajaran menyelesaikan soal sesuai dengan hasil
Lebih intensip membimbing penelitian yang telah dilakukan dapat
kelompok yang mengalami kesulitan dijelasakan sebagai berikut : secara
Memberi pengakuan atau keseluruhan data hasil analisis observasi
penghargaan. terhadap aktivitas siswa dan guru, serta tes
Tindakan Siklus II untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam
a. Aktivitas Siswa memahami dan menguasai materi yang
Berdasarkan hasil observasi dijadikan dalam proses pembelajaran dengan
menunjukkan aktivitas siswa dalam menyelesaikan soal yang ditugaskan tampak
kegiatan belajar mengajar diperoleh terjadi peningkatan setelah pemberian tes
jumlah rata-rata persentase 86,5 % awal dan hal ini dapat dilihat pada perolehan
berdasarkan criteria yang telah skor siswa pada setiap siklus antar sebelum
ditetapkan menunjukan bahwa aktivitas dan sesudah tindakan baik pada siklus I
belajar siswa berada pada kategori Baik maupun siklus II.
atau terjadi peningkatan dari siklus I ke Adapun bentuk motivasi yang
siklus II sebesar 29,17 %. diberikan peneliti/guru adalah melalui
b. Aktivitas Guru permainan teka teki silang (TTS) dengan
Berdasarkan hasil observasi aktivitas membagi siswa menjadi 2 (dua) kelompok
guru dalam kegiatan belajar mengajar dan berlomba untuk memenangkan
berada pada prosentase 81% atau berada pertandingan dimana pemenang mendapatkan
pada kriteria Baik sesuai dengan criteria hadiah dan yang kalah mendapatkan hukuman
yang telah ditetapkan dalam penelitian sesuai dengan peraturan yang telah disepakati
ini. Berdasarkan pengamatan aktivitas bersama antara guru dan siswa. Metode ini
guru pada siklus II ternyata aktivitas meningkatkan keaktifan siswa dalam hal:
guru dalam kegiatan belajar mengajar Siswa pada waktu menerima pelajaran
telah terlaksana dengan baik bahkan memperhatikan penjelasan yang
terjadi peningkatan yang signifikan dari diberikan oleh guru dengan baik.
siklus I ke siklus II sebesar 21,5 %. Berpartisipasi dalam kegiatan
c. Tes Individu pembelajaran, sudah ada keinginan untuk
Dari data prestasi belajar peserta didik mencari penelesaian soal dari guru.
pada siklus I diatas diperoleh jumlah Mau bertanya jika ada kesulitan, dan
sebesar 1.375 dengan rata-rata prestasi mulai berani untuk mengerjakan didepan
belajar peserta didik 78,38 dengan walaupun belum bisa.
Meskipun pada siklus I persentase 83,33 %, atau hanya ada 20 siswa dari 23
dan kriteria yang diperoleh hasil analisis siswa yang dinyatakan tuntas dengan
aktivitas belum mencapai indikator yang perolehan nilai rata-rata 78,38. Perolehan
ditetapkan, namun pada siklus II daya serap klasikal sebesar 78,38%. Dari hasil
menunjukkan peningkatan yang signifikan perolehan tindakan siklus II tersebut dapat
dan dapat dikatakan aktivitas siswa mengikuti diketahui bahwa nilai perolehan sudah
pembelajaran, rata-rata dalam kategori sangat mencapai standar ketuntasan belajar.
baik dan sudah mencapai indikator kinerja. Perolehan nilai secara individu juga sudah
Adapun kekurangan pada siklus I adalah memenuhi kriteria ketuntasan belajar
masih kurangnya motivasi dari guru dalam mengajar yang tetapkan disekolah. Penerapan
pembelajaran serta masih banyak siswa yang metode kooperatif tipe Bermain Peran dalam
belum memahami materi yang disampaikan pembelajaran PKn sangat membantu
guru sehingga mengurangi hasil belajar serta meningkatkan pemahaman belajar siswa
siswa masih cenderung mengharapkan sehingga dalam menyelesaikan soal serta
jawaban dari temannya. Hal ini juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam
dilihat pada analisis tes kemampuan siswa, belajar.
dimana pada siklus I hanya 10 dari 18 siswa PENUTUP
yang tuntas dan masih terdapat 8 orang siswa Berdasarkan hasil penelitian, maka
yang masih memperoleh nilai dibawah kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian
standar ketuntasan individu serta ketuntasan ini, yaitu penggunaan model pembelajaran
klasikal belum mencapai indikator kooperatif tipe Bermain peran dapat
keberhasilan. Untuk mengatasi masalah meningkatkan hasil belajar siswa pada
tersebut, maka rekomendasi yang dilakukan pembelajaran PKn di Kelas V SD Negeri
peneliti adalah membimbing siswa dan lebih Dondak , Kecamatan Pujut Kabupaten
mengoptimalkan motivasi kepada siswa Lombok Tengah. Pada pelaksanaan siklus I,
tentang cara menyelesaikan tugas dengan didapatkan ketuntasan belajar klasikal sebesar
benar dan meminta siswa untuk lebih 55,55% dan daya serap klasikal sebesar
memperhatikan penjelasan guru sehingga 55,33% serta persentase nilai rata-rata 64.16.
nilai perolehan siswa meningkat pada siklus Pada siklus II, ketuntasan belajar klasikal
II. sebesar 83,33 % serta daya serap kalsikal
Berdasarkan pelaksanaan tindakan sebesar 86,5 % serta persentase nilai rata-rata
siklus I, diperoleh daya serap klasikal sebesar 78,38%. Pembelajaran dengan melalui model
64,16 dan ketuntasan belajar klasikal yang pembelajaran kooperatif tipe Bermain peran
dicapai pada tes kemampuan pada siklus I merupakan salah satu strategi yang perlu
didapatkan sebesar 55,55 % atau tedapat 10 dikembangkan oleh setiap guru dalam proses
siswa yang tuntas dari 23 orang siswa. belajar mengajar dikelas dengan harapan
Persentase ketuntasan klasikal pada siklus I dapat meningkatkan kemampuan akademik,
ini menunjukkan belum mencapai indikator meningkatkan kreativitas siswa untuk belajar
keberhasilan belajar pada umumnya yaitu dari berbagai sumber serta meningkatkan
70%. Nilai rata-rata perolehan sebesar 65, motivasi belajar siswa.
sehingga dilanjutkan penelitian pada tahap Saran
selanjutnya (siklus II) yang akhirnya Dari hasil penelitian yang dilakukan,
memperoleh nilai yang memuaskan. maka ada beberapa sarankan agar
Hasil yang diperoleh pada siklus II pembelajaran menggunakan model
lebih baik daripada hasil siklus I. Dalam hal pembelajaran kooperatif tipe Bermain Peran
ini, adanya peningkatan ini terjadi karena dapat diterapkan di SD Negeri Dondak ,
kekurangan-kekurangan yang terdapat pada Kecamatan Pujut , Kabupaten Lombok
siklus I dapat diminimalisir. Dengan demikian Tengah. Bagi calon guru maupun guru-guru
terjadi peningkatan hasil yang signifikan, tetap agar bisa mengembangkan kreatifitas
dimana ketuntasan belajar klasikal mencapai mengajar dalam menerapakan model-model