Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan Vol. 4. No.

1 Januari 2020
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JISIP/index p-ISSN: 2598-9944 e-ISSN: 2656-6753

Meningkatan Hasil Belajar Muatan Pkn Materi Pengambilan Keputusan


Bersama dengan Metode Bermain Pran pada Siswa Kelas V SD Negeri Dondak
Kec. Pujut Kabupaten Lombok TengahTahun Pelajaran 2019/2020

Baiq Sumayati
Guru Kelas SDN Dondak Kec. Pujut Kabupaten Lombok Tengah

Abstrak. Berdasarkan hasil observasi di SD Negeri Dondak kualitas hasil belajar Pkn kelas V
masih dibawah KKM, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Pkn, melalui
metode bermain peran dengan model pembelajaran cooperatif learning. Dalam penelitian
ini,penulis menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Prosedur penelitian ini berbentuk siklus
yang terbagi menjadi 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap meliputi tahap perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan tes formatif dan
observasi. Pengumpulan data ini menggunakan instrumen pengamatan observasi siswa dan kinerja
guru dalam pembelajaraan, sedangkan untuk mengetahui kualitas hasil belajar siswa digunakan
LKS berupa tes formatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode bermain peran
dengan model kooperatif learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pkn
materi pengambilan keputusan bersama, dari nilai rata-rata prasiklus 53,88 menjadi 64,16 pada
siklus I dan 78,38 pada siklus II.

Kata kunci : Bermain Peran,Koperatif Learning,Siklus,Dan Lks.

PENDAHULUAN agama, kebudayaan nasional Indonesia,


Pendidikan Kewarganegaraan tanggap pada tuntutan perubahan zaman, serta
(Citizenship) merupakan mata pelajaran yang Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang
memfokuskan pada pembentukan diri yang Sistem Pendidikan Nasional, Kurikulum
beragam dari segi agama, sosio-kultural, Berbasis Kompetensi tahun 2004 serta
bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadi Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan
warga negara yang cerdas, terampil, dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan
berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan
dan UUD 1945 (Kurikulum Berbasis Nasional-Direktorat Jenderal Pendidikan
Kompetensi, 2004). Pendidikan Dasar Menengah-Direktorat Pendidikan
Kewarganegaraan mengalami perkembangan Menengah Umum.
sejarah yang sangat panjang, yang dimulai Pendidikan Kewarganegaraan ( PKn
dari Civic Education, Pendidikan Moral ) diberikan sejak SD sampai SLTA. Dengan
Pancasila, Pendidikan Pancasila dan PKn seseorang akan memiliki kemampuan
Kewarganegaraan, sampai yang terakhir pada untuk mengenal dan memahami karakter dan
Kurikulum 2004 berubah namanya menjadi budaya bangsa serta menjadikan warga negara
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. yang siap bersaing di dunia internasional
Pendidikan Kewarganegaraan dapat tanpa meninggalkan jati diri bangsa.
diartikan sebagai wahana untuk Melalui PKn setiap warga negara dapat
mengembangkan dan melestarikan nilai luhur mawas diri dengan perkembangan teknologi
dan moral yang berakar pada budaya bangsa informasi dan komunikasi dewasa ini yang
Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan memberi dampak positif dan negatif. PKn
dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari juga bermanfaat untuk membekali peserta
peserta didik sebagai individu, anggota didik agar memiliki kemampuan untuk
masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan mengelola dan memanfaatkan informasi
bernegara. untuk bertahan hidup pada keadaan yang
Landasan PKn adalah Pancasila dan selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.
UUD 1945, yang berakar pada nilai-nilai

Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 54


Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan Vol. 4. No. 1 Januari 2020
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JISIP/index p-ISSN: 2598-9944 e-ISSN: 2656-6753

Pada kenyataannya, PKn dianggap dalam berkomunikasi,guru juga tidak


ilmu yang sukar dan sulit dipahami. PKn menggunakan alat peraga,dan kurang
adalah pelajaran formal yang berupa sejarah memberikan contoh serta latihan tidak
masa lampau, perkembangan sosial budaya, memberikan bimbingan secara menyeluruh
perkembangan teknologi, tata cara hidup kepada siswa
bersosial, serta peraturan kenegaraan. Begitu Dari analisis masalah diatas,peneliti
luasnya materi PKn menyebabkab anak sulit menemukan alternatif pemecahan masalah
untuk diajak berfikir kritis dan kreatif dalam sebagai berikut:
menyikapi masalah yang berbeda. Sementara Guru perlu menerapkan metode pembelajaran
anak usia sekolah dasar tahap berfikir mereka bermain peran untuk meningkatkan keaktifan
masih belum formal, karena mereka baru siswa dalam pembelajaran PKn tentang
berada pada tahap Operasi Onal Konkret ( pengambilan keputusan bersama.
Peaget : 1920 ). Apa yang dianggap logis, Berdasarkan hal di atas maka peneliti
jelas dan dapat dipelajari bagi orang dewasa, mengambil judul “Meningkatkan Hasil
kadang – kadang merupakan hal yang tidak Belajar Muatan Pkn Materi pengambilan
masuk akal dan membingungkan bagi siswa. keputusan bersama Melalui Metode Bermain
Akibatnya banyak siswa yang tidak Peran di Kelas V SD Negeri Dondak
memahami konsep PKn. Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok
Berdasarkan temuan penulis, Tengah Tahun Pelajaran 2019/2020“.
sebagian besar siswa kurang aktif dan berfikir LANDASAN TEORI DAN KAJIAN
kritis dalam materi Negara Kesatuan Republik PUSTAKA
Indonesia (pengambilan keputusan bersama). PKn merupakan mata pelajaran di
Apabila anak menghadapi masalah sekolah yang perlu menyesuaikan diri sejalan
kontekstual baru yang berbeda dengan yang dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat
dicontohkan, anak belum mampu berfikir yang sedang berubah. Hal ini merupakan
kritis dan menemukan solusi dengan benar fungsi PKn sebagai pembangun karakter
sehingga banyak anak yang menjawab salah, bangsa ( nasional character building ) yang
dan dengan alasan soalnya sulit. Karena itu sejak proklamasi kemerdekaan RI telah
wajar setiap kali diadakan tes, nilai pelajaran mendapat prioritas, yang perlu direvitalisasi
PKn selalu rendah dengan rata – rata kurang agar sesuai dengan arah dan pesan konstitusi
dari KKM. Negara RI. Untuk itu pembentukan karakter
Hal ini dapat dilihat dari hasil anak yang kuat perlu penguasaan
ulangan semester siswa kelas V SDN Dondak Pembelajaran Kewarganegaraan sejak dini.
.Dari 23 orang siswa,hanya 10 siswa yang Tolak ukur dalam keberhasilan
berhasil mendapatkan nilai sesuai standar pembelajaran adalah hasil belajar. Hasil
KKM dan 13 siswa belum mencapai nilai belajar merupakan perubahan perilaku yang
KKM yang sudah ditetapkan yaitu 70. diperoleh pembelajar setelah mengalami
Rendahnya proses dan hasil belajar siswa aktivitas belajar ( Anni, 2004 : 4 ) Hasil
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya belajar adalah perubahan perilaku yang
adalah:1)faktor siswa, Siswa masih kurang relative menetap dalam diri seseorang sebagai
memahami konsep pengambilan keputusan akibat dari interaksi seseorang dengan
bersama.Siswa masih kurang aktif dalam lingkungannya (Hamzah:2007 : 213 ).
berdiskusi dan Siswa masih kurang terampil Berdasarkan pengertian hasil
dalam berkomunikasi dengan teman belajar di atas peneliti menyimpulkan bahwa
sebaya.2)Faktor guru, Dalam menyampaikan aspek – aspek perubahan perilaku tersebut
materi guru masih menggunakan metode yang tergantung pada apa yang dipelajari oleh
monoton dan bersifat konvensional.guru lebih pembelajar. Oleh karena itu apabila
banyak menggunakan metode ceramah,siswa pembelajar mempelajari tentang konsep,
hanya mendengarkan kemudian mencatat maka perubahan perilaku yang diperolah
serta menghafal siswa masih kurang terampil berupa penguasaan konsep. Dalam

Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 55


Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan Vol. 4. No. 1 Januari 2020
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JISIP/index p-ISSN: 2598-9944 e-ISSN: 2656-6753

pembelajaran PKn pada materi pengambilan menekankan pada sikap atau perilaku bersama
keputusan bersama . untuk mencapai hasil dalam bekerja atau membantu di antara
belajar yang memuaskan diperlukan aktivitas sesama dalam struktur kerjasama yang teratur
siswa yaitu dengan melakukan aktivitas dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang
langsung dalam melakukan keputusan atau lebih.
bersama. Melalui aktivitas tersebut Pembelajaran kooperatif adalah
pembelajar akan lebih mengena pada siswa. salah satu bentuk pembelajaran yang
Selain itu siswa juga perlu berinteraksi berdasarkan faham konstruktivis.
dengan siswa yang lain untuk membuat Pembelajaran kooperatif merupakan strategi
simpulan dengan benar. belajar dengan sejumlah siswa sebagai
Dalam penelitian ini hasil belajar anggota kelompok kecil yang tingkat
pada pelajaran PKn materi Pengambilan kemampuannya berbeda. Dalam
keputusan bersama.Diukur melalui tes menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap
formatif dengan KKM 70, Bagi siswa yang siswa anggota kelompok harus saling bekerja
nilainya kurang dari 70 diberi soal perbaikan sama dan saling membantu untuk memahami
dan bagi siswa yang nilainya 70 ke atas diberi materi pelajaran. Dalam pembelajaran
soal pengayaan dalam bentuk pekerjaan kooperatif, belajar dikatakan belum selesai
rumah. jika salah satu teman dalam kelompok belum
Pembelajaran Kooperatif (Cooperative menguasai bahan pelajaran.
Learning) Menurut Anita Lie dalam bukunya
Undang-undang Sistem Pendidikan “Cooperative Learning”, bahwa
Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan model pembelajaran kooperatif tidak sama
bahwa pembelajaran adalah proses interaksi dengan sekedar belajar kelompok, tetapi ada
peserta didik dengan pendidik dan sumber unsur-unsur dasar yang membedakannya
belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam dengan pembagian kelompok yang dilakukan
pembelajaran, guru harus memahami hakikat asal-asalan. Roger dan David Johnson
materi pelajaran yang diajarkannya dan mengatakan bahwa tidak semua kerja
memahami berbagai model pembelajaran kelompok bisa dianggap pembelajaran
yang dapat merangsang kemampuan siswa kooperatif, untuk itu harus diterapkan lima
untuk belajar dengan perencanaan pengajaran unsur model pembelajaran gotong royong
yang matang oleh guru. yaitu :
Model pembelajaran kooperatif 1. Saling ketergantungan positif.
merupakan salah satu model pembelajaran Keberhasilan suatu karya
yang mendukung pembelajaran kontekstual. sangat bergantung pada usaha setiap
Sistem pembelajaran kooperatif dapat anggotanya. Untuk menciptakan
didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok kerja yang efektif, pengajar
kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di perlu menyusun tugas sedemikian rupa
dalam struktur ini adalah lima unsur pokok sehingga setiap anggota kelompok harus
(Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling menyelesaikan tugasnya sendiri agar
ketergantungan positif, tanggung jawab yang lain dapat mencapai tujuan mereka.
individual, interaksi personal, keahlian 2. Tanggung jawab perseorangan.
bekerja sama, dan proses kelompok. Jika tugas dan pola penilaian
Falsafah yang dibuat menurut prosedur model
mendasari pembelajaran kooperatif pembelajaran kooperatif, setiap siswa
(pembelajaran gotong royong) dalam akan merasa bertanggung jawab untuk
pendidikan adalah “homo homini socius” melakukan yang terbaik. Pengajar yang
yang menekankan bahwa manusia adalah efektif dalam model pembelajaran
makhluk sosial. kooperatif membuat persiapan dan
Pembelajaran kooperatif adalah menyusun tugas sedemikian rupa
suatu strategi belajar mengajar yang sehingga masing-masing anggota

Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 56


Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan Vol. 4. No. 1 Januari 2020
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JISIP/index p-ISSN: 2598-9944 e-ISSN: 2656-6753

kelompok harus melaksanakan tanggung Melalui bermain peran, para siswa


jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya mencoba mengeksploitasi masalah – masalah
dalam kelompok bisa dilaksanakan. hubungan antara manusia dengan cara
3. Tatap muka. memperagakannya. Hasilnya didiskusikan
Dalam pembelajaran kooperatif dalam kelas.
setiap kelompok harus diberikan Proses belajar dengan
kesempatan untuk bertatap muka dan menggunakan metode bermain peran
berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan diharapkan siswa mampu menghayati tokoh
memberikan para pembelajar untuk yang dikehendaki, keberhasilan siswa dalam
membentuk sinergi yang menguntungkan menghayati peran itu akan menentukan
semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah apakah proses pemahaman, penghargaan dan
menghargai perbedaan, memanfaatkan identifikasi diri terhadap nilai berkembang :
kelebihan, dan mengisi kekurangan. (Hasan, 1996 : 266 ).
4. Komunikasi antar anggota. Penggunaan Model Bermain Peran dalam
Unsur ini menghendaki agar para Mata Pelajaran PKn
pembelajar dibekali dengan berbagai Menurut Sumantri (2001) bermain
keterampilan berkomunikasi, karena peran merupakan model mengajar yang
keberhasilan suatu kelompok juga berakar pada dimensi personal dan sosial dari
bergantung pada kesediaan para anggotanya pendidikan. Model ini mencoba membantu
untuk saling mendengarkan dan kemampuan indivisu untuk menemukan makna pribadi
mereka untuk mengutarakan pendapat dalan dunia sosial dan memecahkan dilema –
mereka. Keterampilan berkomunikasi dalam dilema dengan bantuan kelompok sosial.
kelompok juga merupakan proses panjang. Dalam hal ini memungkinkan individu untuk
Namun, proses ini merupakan proses yang bekerjasama untuk menganalisis situasi sosial
sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk terutama permasalahan interpersonal dalam
memperkaya pengalaman belajar dan mengembangkan cara – cara yang demokratis
pembinaan perkembangan mental dan untuk menghadapi situasi tersebut.
emosional para siswa. Dalam model mengajar bermain
5. Evaluasi proses kelompok. peran, sebagian siswa adalah pemain peran
Pengajar perlu menjadwalkan yang lainnya mengamati. Seseorang
waktu khusus bagi kelompok untuk meletakkan dirinya pada posisi orang lain
mengevaluasi proses kerja kelompok dan yang juga bermain peran. Bila empati,
hasil kerja sama mereka agar simpati, kemarahan, dan kasih sayang serta
Metode Bermain Peran apeksi dilakukan dalam berinteraksi, berarti
Metode bermain peran adalah bermain peran dapat dilaksanakan dengan
berperan atau memainkan peranan dalam baik / berhasil.
dramatisir masalah social atau psikologis. Hal penting dalam model mengajar
Bermain peran adalah salah satu bermain peran adalah keterlibatan siswa untuk
bentuk permainan pendidikan yang di berpartisipasi dalam situasi atau masalah
gunakan untuk menjelaskan perasaan, sikap, nyata serta adanya keinginan untuk mengatasi
tingkah laku, dan nilai, dengan tujuan untuk suatu masalah bersama. Pemahaman siswa
menghayati perasaan, sudut pandang dan cara dalam model belajar bermain peran dapat
berfikir orang lain (Depdikbud, 1964 : 171). memberikan contoh pada siswa dalam
Melalui metode bermain peran kehidupan sehari – hari untuk berperilaku
siswa diajak untuk belajar memecahkan sebagai berikut :
masalah pribadi, dengan bantuan kelompok 1. Menjajagi perasaan.
social yang anggotanya teman – temannya 2. Menambah pengetahuan tentang sikap,
sendiri. Dengan kata lain metode ini berupaya nilai – nilai dan persepsinya.
membantu individu melalui proses kelompok 3. Mengembangkan keterampilan dan
sosial. sikapnya dalam memecahkan masalah.

Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 57


Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan Vol. 4. No. 1 Januari 2020
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JISIP/index p-ISSN: 2598-9944 e-ISSN: 2656-6753

4. Mengkaji pelajaran dengan berbagai cara. 8. Dilakukan lagi evaluasi dan diskusi;
Langkah – Langkah Penerapan Metode siswa mungkin mau menerima solusi,
Bermain Peran dalam Pembelajaran PKn. tetapi guru mendorong solusi yang
Shaffel dalam bukunya “ Role realistik.
Playing For Social Studies “ menyatakan 9. Berbagi pengalaman dan melakukan
bahwa ada sembilan langkah dalam role generalisasi. Tidak dapat diharapkan
playing yaitu sebagai berikut. untuk menghasilkan generalisasi dengan
1. Membangkitkan semangat kelompok, segera tentang aspek hubungan
memperkenalkan siswa dengan masalah kemanusiaan tentang situasi tertentu.
sehingga mereka mengenalnya sebagai Guru harus mencoba untuk membentuk
suatu bidang yangt harus dipelajari. diskusi, setelah mengalami setrategi
2. Pemilihan peserta, guru dan siswa bermain peran yang cukup lama, untuk
menggambarkan berbagai karakter / dapat menggeneralisasi mengenai
bagaimana rupanya, bagaimana rasanya, pendekatan terhadap situasi masalah serta
dan apa yang mungkin mereka akibat dari pendekatan itu. Semakin
kemukakan. Guru dapat menentukan memadai pembentukan diskusi ini,
berbagai criteria dalam memilih siswa kesimpulan yang dicapai akan semakin
untuk peran tertentu. mendekati generalisasi
3. Menentukan arena panggung, para METODE PENELITIAN
pemain peran membuat garis besar Tempat ,Waktu dan Subyek penelitian.
scenario, tetapi tidak mempersiapkan Penelitian ini bertempat di SDN
dialog khusus. Dondak Kecamatan Pujut Kabupaten
4. Mempersiapkan pengamat, adalah sangat Lombok Tengah. Tahun pelaran
penting untuk melibatkan pangamat 2019/2020.Penelirian ini dilaksanakan mulai
secara aktif sehingga seluruh anggota Juli sampai dengan September 2019. Adapun
kelompok mengalami kegiatan itu dan Subjek penelitian adalah siswa kelas V,
kemudian dapat menganalisisnya. Cara dengan jumlah siswa 23 orang.
guru melibatkan siswa pengamatan Teknik Analisis Data
ilmiah dengan menugaskan mereka untuk Pengamatan ini dilakukan pada saat
mengevaluasi, mengomentari berlangsungnya pelaksanaan perbaikan
efektifitasnya serta urutan – urutan pembelajaran di SD Negeri Dondak .Adapun
perilaku pemain dan mendefinisikan data – data yang diperoleh adalah sebagai
perasaan – perasaan serta cara – cara berikut.
berfikir individu yang sedang diamati. Hasil Data Kualitatif
5. Pelaksanaan kegiatan; para pemeran Dalam kegiatan pengumpulan data
mengasumsi perannya dan menghayati secara kualitatif, pengamat menggunakan
situasi secara sepontan dan saling lembar observasi guru. Pengamat memberikan
merespon secara realistik. tanda cek (√ ) pada kolom kemunculan sesuai
6. Berdiskusi dan mengevaluasi; apakah indikator tersebut.
masalahnya penting dan apakah peserta Pengamatan yang dilakukan oleh
dan pengamat terlibat secara intelektual pengamat ( observer ) adalah tentang
dan emosional. keefektifan metode bermain peran dalam
7. Melakukan lagi permainan peran; siswa meningkatkan motivasi siswa dalam
dan guru berbagi interpretasi baru tentang pembelajaran PKn khususnya tentang materi
peran dan menentukan apakah harus Pengambilan keputusan bersama. Untuk
dilakukan oleh individu – individu baru mendapatkan data yang lebih tepat, maka
atau tetap oleh orang terdahulu. Dengan fokus pengamatan ditekankan pada :
demikian permainan peran menjadi a. Kegiatan guru dalam menerapkan model
kegiatan konseptual yang dramatis. pembelajaran cooperative learning siswa

Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 58


Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan Vol. 4. No. 1 Januari 2020
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JISIP/index p-ISSN: 2598-9944 e-ISSN: 2656-6753

b. Aktifitas anak dalam pelaksanaan subyek adalah kelulusan siswa kelas V SD


pembelajaran Negeri Dondak Kecamatan Pujut Kabupaten
c. Keaktifan siswa dalam pelaksanaan Lombok Tengah.
bermain peran Tindakan Siklus I
d. Indikator yang diamati pada lembar a. Observasi Aktivitas Siswa
observasi guru terlampir. Berdasarkan hasil observasi aktivitas
Hasil Data Kuantitatif siswa dalam kegiatan belajar mengajar
Data kuantitatif diperoleh dari hasil diperoleh jumlah rata-rata prosentase
nilai tes formatif. Dari hasil tersebut dapat 55,33% berdasarkan criteria yang telah
untuk mengukur tingkat keberhasilan ditetapkan menunjukan bahwa aktivitas
pembelajaran. Dari hasil nilai tes formatif belajar siswa berada pada kategori cukup.
tersebut dapat diketahui tingkat keberhasilan b. Observasi Aktivitas Guru
penggunaan model pembelajaran cooperative Berdasarkan hasil tabel 3 menunjukkan
learning siswa dalam meningkatkan motivasi aktivitas guru dalam kegiatan belajar
siswa. Data kuantitatif tersebut dibuat sesuai mengajar berada pada prosentase 56,5%
dengan pedoman penilaian yang telah dibuat atau berada pada kriteria Kurang sehingga
oleh guru. Setelah guru memberikan penilaian perlu tindak lanjut pada siklus
lalu menganalisis perbutir soal. Hasil analisis selanjutnya.
siswa terlampir. c. Tes Individu
HASIL PENELITIAN DAN Dari data hasil belajar peserta didik
PEMBAHASAN pada siklus I diatas diperoleh jumlah sebesar
Pelaksanaan pembelajaran diawali 1.155 dengan rata-rata prestasi belajar peserta
dengan melakukan pembelajaran awal (pra didik 64,16 dengan jumlah peserta didik yang
siklus) dengan melalui tahap perencanaan, tuntas 10 orang atau 43,47% dan peserta didik
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. yang tidak tuntas 13 orang atau 56,52 %. Dari
Selanjutnya dilakukan perbaikan hasil pelaksanaan tindakan siklus I, maka
pembelajaran pada siklus I dan siklus II dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
dengan melalui tahap yang sama dengan pra tindakan belum sepenuhnya berjalan dengan
siklus. baik. Oleh karena itu, peneliti lebih
Penelitian yang dilakukan pada siswa memperhatikan kembali hal-hal apa saja yang
kelas V SD Negeri Dondak Kecamatan Pujut belum terlaksana dengan baik serta
Kabupaten Lombok Tengah terkait hasil memperhatikan kembali faktor-faktor apa saja
belajar PKn tentang Pengambilan keputusan yang menjadi penyebab utama pada siswa
bersama. melalui metode bermain peran dalam meningkatkan hasil belajar mereka.
dengan model pembelajaran cooperative Adapun keberhasilan dan kegagalan
learning, yang dilaksanakan dalam perbaikan yang terjadi pada siklus 1 adalah sebagai
pembelajaran pada siklus I dan siklus II berikut:
secara lengkap dijabarkan sebagai berikut. a. Guru belum terbiasa menciptakan suasana
Hasil Data Awal pembelajaran yang mengarah kepada
Dari hasil kegiatan observasi pendekatan pembelajaran kooperatif
sebelum pelaksanaan penelitian, diperoleh dengan metode bermain peran. Hal ini
hasil observasi awal dari 23 orang siswa, 10 diperoleh dari hasil observasi terhadap
orang siswa yang belum tuntas aktifitas guru dalam proses belajar
pembelajarannya atau diperoleh 43,47 %, mengajar hanya mencapai 56,5%.
sementara yang telah tuntas hasil belajar b. Sebagian siswa belum terbiasa dengan
sebanyak 13 orang siswa dan dinyatakan kondisi belajar menggunakan pendekatan
tuntas atau sebesar 56,52 %. Hasil tersebut pembelajaran kooperatif metode bermain
menjadi alasan peneliti untuk melakukan peran. Mereka merasa senang dan antusias
penelitian tindakan kelas (PTK), akan tetapi dalam belajar. Hal ini bias diliat dari hasil
dalam proses penelitian ini yang menjadi observasi terhadap aktivitas siswa dalam

Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 59


Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan Vol. 4. No. 1 Januari 2020
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JISIP/index p-ISSN: 2598-9944 e-ISSN: 2656-6753

poses belajar mengajar hanya mencapai jumlah peserta didik yang tuntas 20
55,33 % orang atau 86,69% dan peserta didik
c. Hasil belajar siswa pada siklus 1 yang tidak tuntas 3 orang atau 13,04 %.
mencapai rata-rata 64,16 Dengan demikian kemampuan hasil
d. Masih ada kelompok yang belum bisa belajar siswa telah menunjukan
menyelesaikan tugas dengan waktu yang peningkatan yang signifikan dimana
ditentukan. Hal ini karena anggota terjadi kenaikan sebesar 27,78 % dari
kelompok tersebut kurang serius dalam siklus I sebesar 55,55 % ke Siklus II
belajar. sebesar 83,33%.
e. Masih ada kelompok yang kurang mampu PEMBAHASAN
dalam mempresentasikan kegiatan. Untuk Berdasarkan hasil penelitian yang
memperbaiki kelemahan dan telah dilakukan, memberikan informasi bahwa
mempertahankan keberhasilan yang telah penerapan metode kooperatif tipe bermain
dicapai pada siklus 1, maka pada peran merupakan alternatif untuk
pelaksanaan siklus II dapat dibuat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal
perencanaan sebagai berikut : tersebut dapat dibuktikan dengan peningkatan
 Memberikan motivasi kelompok agar kemampuan hasil belajar siswa dalam
lebih aktif lagi dalam pembelajaran menyelesaikan soal sesuai dengan hasil
 Lebih intensip membimbing penelitian yang telah dilakukan dapat
kelompok yang mengalami kesulitan dijelasakan sebagai berikut : secara
 Memberi pengakuan atau keseluruhan data hasil analisis observasi
penghargaan. terhadap aktivitas siswa dan guru, serta tes
Tindakan Siklus II untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam
a. Aktivitas Siswa memahami dan menguasai materi yang
Berdasarkan hasil observasi dijadikan dalam proses pembelajaran dengan
menunjukkan aktivitas siswa dalam menyelesaikan soal yang ditugaskan tampak
kegiatan belajar mengajar diperoleh terjadi peningkatan setelah pemberian tes
jumlah rata-rata persentase 86,5 % awal dan hal ini dapat dilihat pada perolehan
berdasarkan criteria yang telah skor siswa pada setiap siklus antar sebelum
ditetapkan menunjukan bahwa aktivitas dan sesudah tindakan baik pada siklus I
belajar siswa berada pada kategori Baik maupun siklus II.
atau terjadi peningkatan dari siklus I ke Adapun bentuk motivasi yang
siklus II sebesar 29,17 %. diberikan peneliti/guru adalah melalui
b. Aktivitas Guru permainan teka teki silang (TTS) dengan
Berdasarkan hasil observasi aktivitas membagi siswa menjadi 2 (dua) kelompok
guru dalam kegiatan belajar mengajar dan berlomba untuk memenangkan
berada pada prosentase 81% atau berada pertandingan dimana pemenang mendapatkan
pada kriteria Baik sesuai dengan criteria hadiah dan yang kalah mendapatkan hukuman
yang telah ditetapkan dalam penelitian sesuai dengan peraturan yang telah disepakati
ini. Berdasarkan pengamatan aktivitas bersama antara guru dan siswa. Metode ini
guru pada siklus II ternyata aktivitas meningkatkan keaktifan siswa dalam hal:
guru dalam kegiatan belajar mengajar  Siswa pada waktu menerima pelajaran
telah terlaksana dengan baik bahkan memperhatikan penjelasan yang
terjadi peningkatan yang signifikan dari diberikan oleh guru dengan baik.
siklus I ke siklus II sebesar 21,5 %.  Berpartisipasi dalam kegiatan
c. Tes Individu pembelajaran, sudah ada keinginan untuk
Dari data prestasi belajar peserta didik mencari penelesaian soal dari guru.
pada siklus I diatas diperoleh jumlah  Mau bertanya jika ada kesulitan, dan
sebesar 1.375 dengan rata-rata prestasi mulai berani untuk mengerjakan didepan
belajar peserta didik 78,38 dengan walaupun belum bisa.

Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 60


Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan Vol. 4. No. 1 Januari 2020
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JISIP/index p-ISSN: 2598-9944 e-ISSN: 2656-6753

Meskipun pada siklus I persentase 83,33 %, atau hanya ada 20 siswa dari 23
dan kriteria yang diperoleh hasil analisis siswa yang dinyatakan tuntas dengan
aktivitas belum mencapai indikator yang perolehan nilai rata-rata 78,38. Perolehan
ditetapkan, namun pada siklus II daya serap klasikal sebesar 78,38%. Dari hasil
menunjukkan peningkatan yang signifikan perolehan tindakan siklus II tersebut dapat
dan dapat dikatakan aktivitas siswa mengikuti diketahui bahwa nilai perolehan sudah
pembelajaran, rata-rata dalam kategori sangat mencapai standar ketuntasan belajar.
baik dan sudah mencapai indikator kinerja. Perolehan nilai secara individu juga sudah
Adapun kekurangan pada siklus I adalah memenuhi kriteria ketuntasan belajar
masih kurangnya motivasi dari guru dalam mengajar yang tetapkan disekolah. Penerapan
pembelajaran serta masih banyak siswa yang metode kooperatif tipe Bermain Peran dalam
belum memahami materi yang disampaikan pembelajaran PKn sangat membantu
guru sehingga mengurangi hasil belajar serta meningkatkan pemahaman belajar siswa
siswa masih cenderung mengharapkan sehingga dalam menyelesaikan soal serta
jawaban dari temannya. Hal ini juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam
dilihat pada analisis tes kemampuan siswa, belajar.
dimana pada siklus I hanya 10 dari 18 siswa PENUTUP
yang tuntas dan masih terdapat 8 orang siswa Berdasarkan hasil penelitian, maka
yang masih memperoleh nilai dibawah kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian
standar ketuntasan individu serta ketuntasan ini, yaitu penggunaan model pembelajaran
klasikal belum mencapai indikator kooperatif tipe Bermain peran dapat
keberhasilan. Untuk mengatasi masalah meningkatkan hasil belajar siswa pada
tersebut, maka rekomendasi yang dilakukan pembelajaran PKn di Kelas V SD Negeri
peneliti adalah membimbing siswa dan lebih Dondak , Kecamatan Pujut Kabupaten
mengoptimalkan motivasi kepada siswa Lombok Tengah. Pada pelaksanaan siklus I,
tentang cara menyelesaikan tugas dengan didapatkan ketuntasan belajar klasikal sebesar
benar dan meminta siswa untuk lebih 55,55% dan daya serap klasikal sebesar
memperhatikan penjelasan guru sehingga 55,33% serta persentase nilai rata-rata 64.16.
nilai perolehan siswa meningkat pada siklus Pada siklus II, ketuntasan belajar klasikal
II. sebesar 83,33 % serta daya serap kalsikal
Berdasarkan pelaksanaan tindakan sebesar 86,5 % serta persentase nilai rata-rata
siklus I, diperoleh daya serap klasikal sebesar 78,38%. Pembelajaran dengan melalui model
64,16 dan ketuntasan belajar klasikal yang pembelajaran kooperatif tipe Bermain peran
dicapai pada tes kemampuan pada siklus I merupakan salah satu strategi yang perlu
didapatkan sebesar 55,55 % atau tedapat 10 dikembangkan oleh setiap guru dalam proses
siswa yang tuntas dari 23 orang siswa. belajar mengajar dikelas dengan harapan
Persentase ketuntasan klasikal pada siklus I dapat meningkatkan kemampuan akademik,
ini menunjukkan belum mencapai indikator meningkatkan kreativitas siswa untuk belajar
keberhasilan belajar pada umumnya yaitu dari berbagai sumber serta meningkatkan
70%. Nilai rata-rata perolehan sebesar 65, motivasi belajar siswa.
sehingga dilanjutkan penelitian pada tahap Saran
selanjutnya (siklus II) yang akhirnya Dari hasil penelitian yang dilakukan,
memperoleh nilai yang memuaskan. maka ada beberapa sarankan agar
Hasil yang diperoleh pada siklus II pembelajaran menggunakan model
lebih baik daripada hasil siklus I. Dalam hal pembelajaran kooperatif tipe Bermain Peran
ini, adanya peningkatan ini terjadi karena dapat diterapkan di SD Negeri Dondak ,
kekurangan-kekurangan yang terdapat pada Kecamatan Pujut , Kabupaten Lombok
siklus I dapat diminimalisir. Dengan demikian Tengah. Bagi calon guru maupun guru-guru
terjadi peningkatan hasil yang signifikan, tetap agar bisa mengembangkan kreatifitas
dimana ketuntasan belajar klasikal mencapai mengajar dalam menerapakan model-model

Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 61


Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan Vol. 4. No. 1 Januari 2020
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JISIP/index p-ISSN: 2598-9944 e-ISSN: 2656-6753

pembelajaran yang baru di sekolah pada mata


pelajaran yang diajarkan, yang juga membuat
siswa juga merasa menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Andayani, dkk. 2010, Pemantapan
Kemampuan Profesional. Jakarta,
Universitas Terbuka.
Aswani, Zaenul,2004, Tes dan Asesmen di
SD, Jakarta, Universitas Terbuka.
Denny, Setyawan, 2005, Komputer dan
Media Pembelajaran, Jakarta,
Universitas Terbuka.
Gatot, Muhsetyo, Drs. M.Sc, dkk, 2007,
Pembelajaran PKN, Jakarta,
Universitas Terbuka.
Mulyani Sumantri, Nana Syaodih. 2007.
Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta, Universitas Terbuka.
Samsudin, Abin, 2004, Profesi Keguruan 2,
Jakarta, Universitas Terbuka.
Suciati, Drs. Dkk, 2004, Belajar dan
Pembelajaran 2, Jakarta,
universitas Terbuka.
Wardani, I.G.A.K, 2008, Penelitian Tindakan
Kelas, Jakarta, Universitas
Terbuka.
Wahyudi Duin, Supaiyati, Ishak, Abduhak,
2001, Pengantar Pendidikan,
Jakarta, Universitas Terbuka.
Dra. Dyah Sriwilujeng, M.Pd, Buku PKn
untuk SD Kelas V, Jakarta, Esis.
Pranaja S dkk, Buku Fokus PKn untuk SD
Kelas V, Jakarta, Sindutama.

Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 62

Anda mungkin juga menyukai