Anda di halaman 1dari 65

PROPOSAL

Pengembangan Buku Ajar Berbasis Model Pembelajaran Discovery Learning untuk


Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas IV SDN Tanjung Kota Bima

Oleh :

NAMA : INDRI ANA WATI

NIM : 2019070151

KELAS/SEMSTER : E/ VII

JURUSAN : PGSD

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) TAMAN SISWA BIMA

TAHUN AJARAN 2022/2023

1
BAB I

Latar belakang

Perubahan dan perkemnbangan aspek kehudupan perlu ditunjang oleh kinerja

pendidikan yang bermutu tinggi.pendidikan yang berkualitas sangat diperlukan untuk

mendukunkung terciptanya manusia yang cerdas serta mampu bersaing di era

globalisasi.pendikan mempunyai peranan yang sangat besar dalam membentuk kerakter,

perkembangan ilmu dan mental social anak, yang nantinya akan tumbuh menjadi seorang

manusia dewasa yang akan berinteraksi dan melakukan banyak hal terdapat

dilingkungannya, baik secara individu maupun sebagai makhluk social.

Dalam tuntutan kurikulum 2013 terkait proses pembelajaran harus banyak

melibatkan kerja peserta didik artinya disini guru sebagai fasilitaror dan berperan untuk

mengarahkan peserta didik dalam proses pembelajaran. Peserta didik dituntut utuk lebih

aktif dalam proses pembelajaran atau bisa dikatakan pembelajaran yang berpusat pada perta

didik sehingga tuntutan tersebut sesuai dengan tujuan kurikulum 2013 yaitu untuk

mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan

warga Negara yang beriman, produktif, kreatif, inovasif, dan afektif serta mampu

berkontrabusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan beradaban dunia

(permendikbud No.67 tahun 2013)

Pendidikan Kewarganegaraan (pkn) merupakan salah satu mata pembelajaran

penting yang perlu diajarkan pada siswa disekolah dasar. Hal ini terbukti bahwa mata

pembelajaran pendidikan kewararganeganegaraan diberikan sejak di bangku sekolah dasar

2
(sd) hingga keguruan tinggi. Sebagai program pendidkan yang berdasarkan nilai-nilai

pancasila untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar

pada budaya bangsa yang diharapkan menjadi jati diri yang diwujudkan dalam bentuk

perilaku dalam kehidupan sehari-hari.

Mata pembelajaran PKN adalah mata pembelajaran yang memfokuskan pada

pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan

kewajibannya untuk menjadi warga negara indonesia yang cerdas, terlampil, dan

berkarakter yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945.

Mata pembelajaran PKN yang diajarkan disekolah dasar diharapkan bertujuan

dapat membantu perta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain,

mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang mengunakan

bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif

yang ada dalam dirinya. Pertarta didik diharuskan memiliki kemampuan yang termuat

dalam tujuan pembelajaran PKN, salah satu diantaranya yanitu kemampuan berpikir

kreatif. Hal ini sejalan dengan kaelan……., bahwa pembelajaran PKN disekolah berperan

penting dalam menumbuhkan serta mengmbangkan kemampuan berpikir logis dan kreatif

siswa. Maka dari itu peran guru dinilai sangat penting dalam mengembangkan/

meningkatkan kreativitas peserta didik dalam pembelajaran PKn

Berpikir kreatif adalah salah satu kombinasi dari berpikir logis dan berpikir

divergen yang mencakup aspek kelancara, keluwesan, kebaruan, dan keterincian. Menurut

yusmanida (mulyaningsih, 2018:34) berpikir kreatif merupakan kemampuan untuk melihat

barbagai macam penyelesaian terdapat 1 pertanyaan berdasarkan teori diatas, dapat kita

3
diketahui bahwa makin banyak cara penyelesaian dari suatu permasalahan maka makin

kreatif orang itu, akan tetapi penyelesaian yang harusdihasilkan masih sama dengan

pertanyaan yang diberikan. Sehingga jumlah jawaban serta mutu proses penyelesaian yang

akan menetukan seorang dapat dikatakan kreatif .

Kemampuan berpkir kreatif adalah satu hal yang sangat penting bagi siswa.

Apalagi dalam proses pembelajaran mengajar PKN karena dapat memudahkan peserta

didik untuk menyelesaikan permasalahan PKN. Selain dari pda itu, kemampuan berpikir

kreatif dalam pembelajaran PKN dapat membantu perserta didik untuk mengemukakan

jawaban atau pendapat yang dihasilkan dari persoalan berbagai macam-macam selusi

penyelesaian. Kemampuan berpikir kreatif tidak hanya dibutuhkan dalam dunia

pendidikan, namun juga sangat berfungsi dalam menghadapi masa yang depan. Sejalan

dengan penyataan Noer (mulhahara, dkk, 2018: 64 berpendapat bahwa kemampuan

berpikir kreatif sangat diperlukan baik untuk masa ini ataupun dimasa yang akan datang,

terutama untuk menghadapi keadaan dunia yang selalu berubah-ubah. Melalui

kemampuan berpikir kreatf tersebut diharapkan perta didik mampu mengampikasikan

dalam berkomunikasi baik langsung maupun tidak.

Namun, hal ini dimiliki oleh perta didik, kenyataannya Yng terjadi dilapangan

sangat jauh berbeda, berdasarkan hasil observasi dan pengamatan peneliti tanggal 19

oktober 2022 sdn tanjung kota bima dengan ibu M. S.Pd.sudah menerapakan

pembelajaran kurikulum 2013 secara baik pada peserta didik tingkat kelas rendah maupun

tingkat kelas atas. Selain penelitian melakukan observasi tersebut banyak masalah yang

ditemukan yaitu peserta didik kelas 1v kurang focus memahami pembelajaran dan cepat

4
merasa bosan dalam pembelajaran PKN, seta rendahnya kemampuan bertanya pada

pembelajaran PKn. Penggunaan buku ajar belum diterapkan saat proses pembelajaran

berlangsung baik pada peseta didk kelas rendah maupun kelas atas belum adanya media

pembelajaran yang diggunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif peserta

didik yang sangat rendah.

Selain itu,Seorang guru harus bisa memiliki buku ajar yang sesuai dalam

mengajarkan suatu konsep atau materi kepada siswa. Hal ini dimaksud agar pembelajaran

pkn lebih menarik perhatian dan mudah dipahami oleh siswa.jika siswa sudah menunjukan

perhatian pada materi dan lebih efetif dalam kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, olehkarena itu peneliti ingin

melakukan penelitian melalui penelitian pengembangan dengan judul “ pengembangan

buku ajar berbasis model discovery learning untuk meningkatkan kemampuan berpikir

kreatif pada kelas IV SDN 29 tanjung kota bima. Dengan mengembangkan buku ajar

diharapkan peserta didik dapat mingkatakan kemapuan berikir kreatif pada pembelajaran

PKN.

B. Idenfikasi Masalah

Derdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

ada beberapa masalah yang ditumukan pada peserta didik kelas III SDN 29 Kota

Bima sebagai berikut:

5
1. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi Keberagaman Indonesia pada

mata pelajaran PKn.

2. Pembelajar PKN belum mengelibatkan keatifan seluruh siswa bahkan hanya

melibatkan siswa-siswa tertentu yang aktif belajar PPkN sehingga hasil belajar

siswa rendah.

3. keatifan siswa dalam proses belajar mengajar masih rendah seperti siswa tidak aktif

bertanya, mengeluarkan pendapat tentang pembelajaran PKN.

4. Guru kelas III belum menggunakan buku ajar yang dapat meningkatkan keatifan

siswa.

5. Guru lebih banyak mendominasi dalam pembelajaran dan hanya bepatokan pada

buku dan papan tulis, sehingga siswa menjadi pasif dalam menerima informasi atau

materi yang disampaikan. sehingga siswa hanya duduk mendengarkan,

mencatat,dan mengahafalkan tanpa melakukan aktivitas pembelajaran yang

aktif.dan beberapa siswa mengakui proses pembelajaran cenderung tidak menarik

membuat mereka merasa bosan dalam pembelajaran.

6. Guru kelas IV belum menerapkan variasi model pembelajaran terutama berbasis

discovery learning yang untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif pada saat

proses pembelajaran belangsung.

7. Buku PKn sebagai sumber belajar belum banyak membantu siswa untuk

mengatasi kesulitan dalam memahami materi Keberagaman Indonesia, karena

masih sedikitnya contoh dan gambar. Mengingat siswa kelas IV SD masih dalam

taraf berpikir, maka diperlukan menerangkan sesuatu dan tidak memaksa siswa

6
untuk berpikir secara abstrak, salah satunya dengan menyediakan contoh dan

gambar yang cukup.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan idenfikasi masalah tersebut agar peneliti lebih foKus dan terarah, maka

perlu adanya batasan masalah, maka dalam penelitian ini masalah dibatasi pada poin (6)

mengembangkan buku ajar sesuai dengan taraf kebutuhan siswa untuk mengembangan

buku ajar yang dapat membantu kesulitan dalam memahami materi yang diajarkan dan

poin(7) kemampuan berpikir kreatif peserta didik masih rendah pada perta didik IV dan

belum mengunakan medel pembelajaran berbasis discovery learning .Meskipun dibagian

idenfikasi masalah ada banyak masalah yang dipaparkan, peneliti mengambil dua pokok

permasalahan hal ini dilakukan agar peneliti dalam melakukan penelitian lebih fokus,

efetif dan efesien serta dapat melalukan penelitian dengan tuntas dalam waktu yang

singkat.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan idenfikasi masalah diatas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana desain mengembangkan buku ajar PKN materi keberagaman

Indonesia yang disusun berbasis discovery untuk untuk meningkatkan

kemampuan berpikir kreatif pada kelas IV SDN 29 Tanjung Kota Bima?

7
2. Bagaimana kemenarikan, kemudahan dan kemanfaatan pengembangan buku

ajar pkn berbasis model discovery untuk meningkatkan kemampuan berpikir

kreatif siswa kelas IV SDN Tanjung Kota Bima?

3. Bagaimana efektivitas buku ajar yang disusun berbasisis discovory untuk

meningkatkan kemampuan perpikir kreatif pada mata pelajaran PKN perserta

didik kelas IV SD?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian pengembangan ini sebagai berikut:

1. Menghasilkan produk buku ajar PPKN yang disusun berbasis discovery pada materi

keragaman budaya.

2. Mendeskripsikan kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan dari pengembangan

produk buku ajar PKN materi keragaman budaya yang disusun berbasis discovery.

3. Mengetahui efektivitas bahan ajar PKN yang disusun berbasis discovery untuk

pembelajaran PKN materi keberagaman di kelas III SD Kota Bima.

G. Manfaat Penelitian

Penelitian pengembanagn ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

Manfaat dalam penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis yang berdasarkan

pertimbangan kontekstual dan konseptual, dan maanfaat praktis digunakan untuk

perbaikan bagi lembaga pendidikan dalam pembelajaran. Adapun manfaat yang

diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

8
1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau

informasi bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya teknologi

pendidikan terkait bagaimana mengatasi kesulitan belajar PPKN sisiwa

kelas III SD dengan cara mengembangkan buku ajar mata pembelajaran

PPKN materi keberangaman indonesia

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam pengembangkan dan

implementasi kurikulum 2013. Selain itu dapat memberikan kontribusi pada

perkembangan ilmu pengetahuan sehingga dapat dijadikan sebagai landasan dalam

penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

1. Bagi peneliti

Memperoleh pengalaman dan pengetahuan tentang membuat buku ajar PPKN

yang layak gunakan untuk membantu kesulitan belajar siswa. Serta digunakan

sebagai referensi bekal menjagar untuk menciptakan dan mengembangkan

kualitas buku ajar di sekolah sesuai dengan kebutuhan dan pengembangan siswa.

2. Bagi guru

Penelitian ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam usaha

mengembangkan buku ajar PKN yang lebih inovatif dengan menggunakan

model pembelajaran berbasis discovery learning yang dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kreatif ini diharapkan mendorong guru untuk berinovasi,

mengali kreativitas diri dalam menggunakan dan menciptakan pembelajaran

9
yang baru dan menyenangkan, sehingga terciptanya tujuan pembelajaran yang

sesuai dengan kurikulum 2013 dan mengikuti pengembangan zaman diera

modern ini.

3. Bagi perserta didik

Pengembangan buku ajar berbasis model discovery learning yang dapat

membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif materi

keberagaman Indonesia mata pembelajaran PPKN. Selai itu, dapat memberikan

susuatu yang baru serta motivasi kepada siswa pada saat proses pembelajaran

berlangsung, karena disajikan dengan menarik dan tidak membosankan

terhadap pembelajaran PKN di sekolah.

4. Bagi sekolah

Memberikan wancana baru bagi sekolah dasar unrtuk meningkatkan mutu

pembelajaran di sekolah dengan melalui memanfaatan penggunaan buku ajar

berbasis model discovery learning untuk meningkatkan kemampuan berpikir

kreatif. khususnya pada mata pembelajaran PPKN materi keberagaman

indoneisa.

F. Spesifikasi Produk

Penelitian ini akan menghasilkan produk yang berupa pengembangan

buku ajar digital berbasis gambar yang akan digunakan oleh peserta didik

dalam belajar baik mandiri ataupun kelompok serta dengan bimbingan

orang tua di rumah. Adapun spesifikasi pengembangan produk adalah :

10
1. Produk yang akan dihasilkan berupa buku ajar berbasis gambar

yang disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku.

2. Didesain dengan menggunakan 3 software yaitu canva (untuk

mendesain produk), color hunt (memilih warna), book creator (untuk

membuka buku digital) pada perangkat komputer.

3. Buku ajar digital digunakan untuk melatih


kemampuan

Berpikir kreatif yang berfokus pada kemampuan membaca pada

peserta didik kelas IV SD yang dapat dilengkapi dengan audio dan

audio-visual yang sesuai dengan materi.

4. Buku ajar didesain semenarik mungkin sesuai tema yang dipilih

dan dilengkapi dengan gambar-gambar yang sesuai dengan lingkungan

peserta didik menggunakan canva.

5. Buku ajar digitial berbasis gambar dibuat sesuai ukuran kertas A4

(21,0 x 29,7) dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh

peserta didik.

6. Setiap halaman memiliki gambar dan full color, serta menggunakan

font penulisan Open Sans, ukuran huruf 38 sub bab 40.

7. Buku ajar berisikan materi tema 4 indahnya kebersamaan dengan

sub tema 1 keberagaman indonesia.

8. Adapun bagian-bagian dari buku ajar untuk meningkatkan

kemampuan berpikir kreatif peserta didik yaitu:

a. Cover buku

11
b. Kata pengantar

c. Daftar Isi

d. Kompetensi Inti (KI)

e. Pemetaan Kompetensi Dasar (KD)

f. Tujuan pembelajaran

g. Pengenalan tokoh

h. Tema utama

 Tema 6 merawat hewan dan tumbuhan

i. Sub –sub pembelajaran

j. Materi yang telah di rangkum

k. Latihan

l. Daftar pustaka

H. Asumsi dan kerterbatasan pengmbangan

1. asumsi

a. Jika pelitian ini dilaksanakan dengan baik maka akan menjawab

kebutuhan peserta dididk .

b. Jika produk bahan ajar inidikembangkan dengan model pembelajaran

berbasis discovery learning maka akan mampu memciptakan

pembelajaran yang efetif

12
c. Jika produk bahan ajar ini dikembangkan dengan model pembelajaran

berbasis discovery learning maka akaan mampu memberikan stimulus

siswa dan rasa ingin tahu delam mata pembelajaran PPKN

d. Jika produk bahan ajar ini dikembangkan dengan model pembelajaran

berbasis discovery learning maka akan dapat meningkatkan motivasi

karena menciptakan suasana yang menyenangkan bagi siswa dalam

belajar

b.batasan pengembangan

pengembangan yang dilakukan hanya terbatas pada mata pembelajaran

PKN dengan model pembelajaran berbasis discovery learning hanya berfokus

dapat digunakan untuk meningkatakan kemampuan berpikir kreatif pada perserta

didik SD kelas IV materi yang dikembangkan sesuai dengan SK dan KD tentang

kebenekaragaman Indonesia. Produk ini dikembambangkan hanya sampai pada

prototype yang merupakan revisi dari desain prodok awal berdasarkan validitas

desain oleh ahli.

BAB II

BAB II

KAJIAN TEORI

13
A. Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Dasar

1. Mata Pelajaran PKn di Sekolah Dasar

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu mata

pelajaran yang dianggap turut ikut serta dalam membentuk kepribadian

siswa. Menurut Ahmad Susanto (2013: 225), Pendidikan Kewarganegaraan

adalah mata pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk

mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada

budaya Indonesia. Sedangkan pada Kurikulum

Berbasis Kompetensi (2004) dijelaskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan

(Citizenship) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada

pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa,

usia dan suku bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil,

dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

Di dalam kurikulum Standar Nasional PKn untuk Pendidikan Dasar

dan Menengah disebutkan bahwa visi PKn adalah mewujudkan proses

pendidikan yang terarah pada pengembangan kemampuan individu

sehingga menjadi warga negara yang cerdas, partisipatif, dan

bertanggung jawab yang pada gilirannya mampu mendukung

berkembangnya kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

14
Indonesia yang cerdas dan berbudi pekerti luhur. Sedangkan misi yang

diemban mata pelajaran PKn adalah sebagai berikut:

a.Memanfaatkan kenyataan dan kecenderungan masyarakat yang semakin

transparan, tuntutan, tuntutan kendali mutu yang semakin mendesak dan

proses demokratisasi yang semakin intens dan meluas sebagai konteks dan

orientasi pendidikan demokrasi.

b. Memanfaatkan substansi berbagai disiplin ilmu yang relevan

sebagai wahana pedagogis untuk menghasilkan dampak instruksional dan

pengiringnya wawasan, disposisi, dan keterampilan kewarganegaraan

sehingga dihasilkan desain kurikulum yang bersifat interdisipliner.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran

pendidikan kewarganegaraan di sekolah dasar memiliki peranan untuk

membekali siswa dalam mengembangkan sikap bermasyarakat dengan

memperhatikan nilai dan aturan yang berlaku dan mempersiapkan siswa

demi menjadi warga negara Indonesia yang cinta dan bangga dengan segala

isi dan keberagamanya.

2. Tujuan PKn di Sekolah Dasar

Pendidikan Kewarganegaraan sebagai mata pelajaran di Sekolah

Dasar tentu mempunyai tujuan yang mengarah pada pembentukan

kepribadian siswa. Ahmad Susanto (2013: 70) mengatakan bahwa sekolah

dasar memiliki visi mengembangkan manusia yang beriman dan bertaqwa

kepada Tuhan Yang Mahas Esa, berakhlak mulia, sehat, beriman, cakap,

15
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan

bertanggung jawab.

Untuk memberikan sebuah bekal kepada siswa agar menjadi

manusia yang berkualitas kemampuan dan potensinya, sekolah dasar

menerapkan kurikulum-kurikulum yang memiliki tujuan ketercapaian

belajar siswa, yang termuat dalam mata pelajaran. Pendidikan

Kewarganegaraan adalah salah satu mata pelajaran yang berperan penting

dalam mencapai visi pendidikan dasar atau sekolah dasar tersebut. Menurut

Ahmad Susanto (2013: 227), pembelajaran PKn di Sekolah Dasar

dimaksudkan sebagai suatu proses belajar mengajar dalam rangka

membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik dan membentuk

manusia Indonesia seutuhnya dalam pembentukan karakter bangsa yang

diharapkan mengarah pada penciptaan suatu masyarakat yang

menempatkan demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang

berlandaskan Pancasila, UUD 1945, dan normanorma yang berlaku di

masyarakat.

Tujuan pembelajaran PKn di SD berdasarkan Penrmendiknas No,

22/2006 tentang standar isi Kurikulum Nasional, agar peserta didik

memiliki kemampuan sebagai berikut:

a.Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menangggapi isu

kewarganegaraan.

16
b. Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggungjawab, dan bertindak

secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara,secara antikorupsi

c.Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri

berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup

bersama dengan bangsa-bangsa lain.

d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia

secara langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan

komunikasi. (Kurikulum 22, 2006).

Berdasarkan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang

terdapat di dalam silabus, pengembangan buku ajar ini mempunyai tujuan

agar siswa mampu menjelaskan kekhasan yang dimiliki bangsa Indonesia,

mampu menyebutkan kebhinekaan yang dimiliki bangsa Indonesia, dan

memberikan contoh kebhinekaan di Indonesia.

3. Ruang Lingkup PKn di Sekolah Dasar

Pada kurikulum 2006 disampaikan bahwa ruang lingkup mata

pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek, diantaranya:

aspek persatuan dan kesatuan bangsa, aspek norma dan peraturan, aspek

hak asasi manusia, aspek kebutuhan warga Negara, aspek konstitusi

Negara, aspek kekuasaan dan politik, aspek Pancasila, dan aspek

globalisasi.

17
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dalam Fathurrohman

& Wuri Wuryandani (2011: 8-9), penjabaran ruang lingkup mata pelajaran

PKn adalah sebagai berikut:

a.Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: hidup rukun dalam perbedaan,

cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah Pemuda,

keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam

pembelaan negara, sikap positif terhadap negara kesatuan republik

indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan.

b. Norma, hukum dan peraturan , meliputi: tertib dalam kehidupan

keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat,

peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan

internasional.

c.Hak asasi manusia, meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban

anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional Hak Asasi

Manusia (HAM), pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.

d. Kebutuhan warga negara meliputi: hidup gotong royong, harga diri

sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan

mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri,

persamaan kedudukan warga negara.

18
e.Konstitusi negara meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang

pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia,

hubungan dasar negara dengan konstitusi.

f. Kekuasaan dan politik, meliputi: pemerintahan desa dan kecamatan,

pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem

politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani,

sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi.

g. Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan

ideologi negara, pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-

hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka.

h. Globalisasi meliputi: globalisasi di lingkungannya, politik luar

negeri indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan

internasional dan organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi.

Berdasarkan penjabaran di atas, dapat dilihat bahwa ruang lingkung

Pendidikan Kewarganegaraan dalam pengembangan modul ini meliputi

aspek persatuan dan kesatuan bangsa.

B. Kemampuan Berpikir Kreatif

1. Pengertian kemampuan Berpikir Kreatif

19
Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang bila mereka

dihadapkan pada suatu masalah atau situasi yang harus dipecahkan. Terdapat

bermacam-macam cara berpikir, antara lain: berpikir vertikal, lateral, kritis,

analitis, kreatif dan strategis. Pada penelitian ini akan difokuskan pada

berpikir kreatif.

Ada banyak ahli yang mendefinisikan tentang pengertian berpikir. Adapun

pendapat beberapa ahli tentang apa itu berpikir, Santrock (Mursidik, 2015:

25), mengemukakan bahwa berfikir merupakan kegiatan memanipulasi serta

menstranformasi informasi dalam memori agar membentuk sebuah konsep,

berpikir secara kritis, menalar, berpikir secara kreatif, memecahkan masalah

dan membuat keputusan. Menurut Baharuddin (Mursidik, 2015: 25), berfikir

merupakan kemampuan jiwa tingkat tinggi yang hanya mampu dicapai serta

dimiliki bagi individu manusia. Menurut Suharnan (Mursidik, 2015: 25)

mendefinisikan bahwa berfikir merupakan proses menghasilkan representasi

mental baru melalui transformasi, melibatkan interaksi secara komplek

antara atribut-atribut mental seperti penalaran, penilaian, pemecahan

masalah, abstraksi, dan imajinasi. Menurut John Dewey (Sudarma, 2013: 38)

pertama, berpikir adalah

“stream of consciousness”, arus kesadaran ini muncul dan hadir setiap hari,

mengalir tanpa terkontrol, termasuk di dalamnya yaitu mimpi atau impian

dan lamunan. Kedua, berpikir adalah imajinasi atau kesadaran. Pada

umumnya, imajinasi ini muncul secara tidak langsung atau tidak bersentuhan

20
langsung dengan sesuatu yang sedang garut. Ketiga, berpikir semakna

dengan keyakinan (believing). Hal itu bisa tampak dalam ekspresinya.

Terakhir, berfikir reflektif merupakan susunan pemikiran yang di anggap

terbaik.

Berdsarkan pendapat beberapa ahli, penulis menyimpulkan bahwa berpikir

adalah suatu proses untuk menghasilkan perilaku dalam pemecahkan

masalah atau mengarahkan pada solusi. Keterampilan berfikir bukan saja

penting dalam dunia kerja, dunia pendidikan dan pelatihan atau riset.

Keterampilan berpikir ini penting dimiliki oleh setiap individu untuk semua

aspek kehidupan.

Dengan dimilikinya keterampilan berpikir yang baik, seseorang akan

memeliki modal dalam memecahkan masalah dikehidupan sehari-harinya.

Seseorang yang memiliki keterampilan berpikir, akan dapat memecahkan

masalah kelompoknya baik itu ditempat kerja maupun dilingkungan

sekitarnya. Memiliki keterampilan berpikir, bisa membangun pribadi

individu yang demokratis. Orang-orang yang tidak terlatih dengan

kemampuan berpikir yang baik, akan memosisikan dirinya sebagai pemilik

pemikiran yang paling baik, dan menganggap orang lain pemilik

kemampuan berpikir yang kurang baik atau bahkan buruk. Berpikir dapat

dibedakan dalam beberapa macam. Adapun macam-macam

berpikir yaitu:

21
a) Berfikir Induktif yaitu suatu proses dalam berfikir yang berjalan dari

yang khusus ke yang umum.

b) Berfikir deduktif yaitu suatu proses didalam berfikir yang berjalan

dari yang umum ke yang khusus.

c) Berfikir analogis yaitu suatu proses berfikir dengan proses

menyamakan atau membandingkan fenomena biasa atau yang pernah

dialami.

Selain dapat dibedakan dari macamnya, berpikir juga dibedakan menjadi

beberapa jenis antara lain seperti berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan

kreatif. Adapun jenis berpikir yang akan didalam atau yang menjadi fokus

pada penelitian ini yaitu berpikir kreatif.

2. Berpikir Kreatif

Setiap tantangan ataupun masalah yang sulit untuk diselesaikan /dipecahkan

pasti masih mempunyai solusi, tetapi solusi tersebut belum dipikirkan.

Namun dengan kreativitas akan membentuk ide-ide baru untuk

menyelesaikan suatu permasalahan yang ada, sehingga masalah ataupun

tantangan yang dianggap sulit bisa dipecahkan, tidak hanya dengan sebuah

solusi namun dengan menggunakan beberapa solusi. Kreativitas sangat

dibutuhkan bagi setiap individu dalam kehidupan sehari-hari untuk

menyelesaikan suatu permasalahan.

22
Kreativitas itu dapat lahir atau tercipta dalam beberapa bentuk. Hal ini sesuai

pendapat Sudarma, 2013: 25-27, yang mengatakan bahwa pada umumnya,

kreativitas lahir dalam tiga bentuk:

a) Kreativitas lahir dalam bentuk kombinasi.

Orang kreatif adalah mengombinasikan bahan-bahan dasar yang sudah ada,

baik itu ide, gagasan atau produk, sehingga kemudian melahirkan sesuatu hal

yang baru.

b) Kreativitas lahir dalam bentuk eksplorasi.

Bentuk ini berupaya melahirkan sesuatu yang baru, dari sesuatu yang belum

tampak sebelumnya.

c) Kreativitas lahir dalam bentuk transformasional

Yaitu mengubah dari gagasan kepada sebuah tindakan praktis, atau dari kultur

pada struktur, dari struktur pada kultur, dari satu fase pada fase lainnya.

Beberapa ahli berpendapat tentang apa itu berpikir kreatif, seperti menurut

Ismienar (Mulyaningsih, 2018: 34) menyatakan bahwa berfikir kreatif adalah

berfikir yang memberikan perspektif yang baru atau menangkap peluang

yang baru hingga menghasilkan ide-ide yang baru dan belum pernah ada.

Menurut Evans (Rahmawati Irna, 2016: 14) yang menjelaskan bahwa

berpikir kreatif adalah suatu aktivitas mental untuk membuat hubungan-

hubungan (connections) yang terus-menerus (kontinu), sehingga ditemukan

kombinasi yang “benar” atau sampai seseorang itu menyerah. Menurut

Santrock (Mursidik, 2015: 26) kreativitas yaitu kemampuan berfikir

23
mengenai sesuatu menggunakan cara baru atau berbeda serta menghasilkan

solusi unik mengenai masalah itu. Menurut Suharnan (Mursidik, 2015: 26)

berpendapat bahwa kreativitas biasa juga disebut berfikir kreatif (creative

thinking), yaitu proses berpikir atau aktivitas kognitif untuk membentuk

gagasan baru dan yang berguna atau new ideas and useful.

Dari berbagai pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa berfikir

kreatif/kreativitas yaitu kemampuan seseorang untuk membentuk gagasan

baru dan yang berguna, serta berupa suatu kombinasi dari berbagai unsur

yang ada sebelumnya untuk memechkan masalah yang dihadapi.

4. Kemampuan Berpikir kreatif

Kemampuan berpikir kreatif mempunyai beberapa definisi menurut beberapa

ahli, seperti menurut Salim (Mursidik, 2015: 26) menyatakan bahwa

kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan mencipta, sedangkan

kreativitas menurut Campbell adalah suatu ide atau pemikiran manusia yang

bersifat inovatif, berdaya guna (useful), dan dapat dimengerti

(understandable). Untuk memperoleh kemampuan berpikir kreatif yang

tinggi, seseorang harus lebih banyak bertanya, lebih banyak belajar, dan

berdedikasi tinggi. Menurut Andangsari (Mursidik, 2015: 26) kemampuan

berfikir kreatif bisa dimaknai sebagai suatu kemampuan menempatkan

sejumlah objek yang ada serta mengkombinasikannya menjadi bentuk

berbeda untuk tujuan-tujuan baru. Mencari berbagai macam informasi yang

bisa mendukung kemudahan untuk memahami ilmu pengetahuan akn dapat

24
meningkatkan kemampuan berfikir kreatif. Menurut Munandar (Putra 2018:

48) Siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif dapat berpikir lancar

(fluency) yaitu memunculkan banyak ide dan jawaban dalam menyelesaikan

masalah; berpikir luwes (flexibility) yaitu meliputi menghasilkan jawaban

yang bervariasi; berpikir orisinal (originality) yaitu mampu melahirkan

jawaban yang unik serta dapat memikirkan cara yang tak lazim; berpikir

elaborasi (elaboration) yaitu mengembangkan suatu gagasan dengan

menambah atau merinci suatu gagasan.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, maka peneliti menyimpulkan

bahwa kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan berpikir tentang

sesuatu yang baru dari suatu permasalahan untuk menghasilkan hal-hal yang

baru atau menghasilkan beberapa solusi dari permasalahan tersebut.

Kemampuan berpikir kreatif dapat diamati, karena kemampuan tersebut

memiliki beberapa ciri-ciri. Adapun ciri - ciri kemampuan berfikir kreatif

yaitu:

a) Keterampilan berfikir lancar (fluency)

1) Menghasilkan banyak gagasan yang relevan

2) Menghasilkan semangat belajar

3) Arus pemikirn lancar

25
c.Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif

Indikator dalam berpikir kreatif menurut Munandar (dalam

Maulana: 2011) (dalam buku prosiding seminar nasional pendidikan dasar

membedah anatomi kurikulum 2013 untuk membangun masa depan

pendidikan yang lebih baik oleh Nurdinah Hanifah, J. Julia: 257)

menyatakan bahwa berpikir kreatif dapat diukur secara langsung melalui

beberapa indikator yang meliputi :

1. Kelancaran, yaitu suatu kemampuan peserta didik dalam

mengemukakan beberapa pendapat dalam pembelajaran.

2. Keluwesan, yaitu suatu keterampilan berpikir yang berbeda dengan

kebanyakan orang, mencari alternatif jawaban secara variatif, memberi

pertimbangan yang berbeda terhadap situasi yang dihadapi, dan mampu

mengubah arah berpikir secara spontan.

3. Keaslian, yaitu ketrampilan peserta didik dalam melahirkan ideide

baru yang unik, membuat kombinasi yang tidak lazim untuk menunjukan

diri, mencari pendekatan baru untuk menyelesaikan masalah dengan caranya

sendiri.

4. Kerincian, yaitu peserta didik mampu mengembangkan suatu gagasan

yang diterimanya. Peserta didik yang memiliki ketrampilan memperinci

tidak cepat puas dengan pengetahuan yang sederhana.

26
Berdasarkan paparan tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan yang sangat penting dan

tergolong dalam kemampuan tingkat tinggi karena didalamnya menerapkan

aspek keterampilan kognitif, efektif, dan metakognitif. Dengan arti lain

bahwa berpikir kreatif peserta didik mampu menghasilkan suatu konsep

temuan yang unik, seni yang baru. Maka dari sanalah kualitas pendidikan di

indonesia akan meningkat.

c. Ciri-ciri Kemampuan Berpikir Kreatif

Berpikir kreatif yakni kemampuan seseorang untuk menciptakan sesuatu yang

baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, dalam bentuk ciri-ciri

aptitude maupun non aptitude, dalam karya baru maupun kombinasi dengan

hal-hal yang sudah ada, dan semuanya relatif berbeda dengan yang sudah ada

sebelumnya. Adapun ciri-ciri kemampuan dari berpikir kreatif yaitu Menurut

Susanto, Ahmad (2013: 102) ciri-ciri anak yang kreatif dapat ditinjau dari

dua aspek yaitu aspek kognitif dan efektif.

1. Aspek kognitif

Ciri-ciri kreativitas yang berhubungan dengan kemampuan berpikir kreatif

atau divergen., yang ditandai dengan adanya beberapa keterampilan tertentu,

seperti : keterampilan berpikir lancar, berpikir luwes/fleksibel, berpikir

orisinal, keterampilan merinci, dan keterampilan menilai. Makin kreatif

seseorang, maka ciri-ciri ini makin melekat pada dirinya.

27
2. Aspek afektif

Ciri-ciri kreatif yang lebih berkaitan dengan sikap dan perasaan seseorang,

yang ditandai dengan berbagai perasaan tertentu, seperti : rasa ingin tahu,

bersifat imajinatif/fantasi, sifat berani mengambil resiko, sifat menghargai,

percaya diri, keterbukaan terhadap pengalaman baru.

Sedangkan menurut Guilford (dalam Munandar, 2009) mengemukakan ciri-ciri

dari kreativitas antara lain:

1. Kelancaran berpikir (fluency of thinking), yaitu kemampuan untuk

menghasilkan banyak ide yang keluar dari pemikiran seseorang secara cepat.

Dalam kelancaran berpikir, yang ditekankan adalah kuantitas, dan bukan

kualitas.

2. Keluwesan berpikir (flexibility), yaitu kemampuan untuk

memproduksi sejumlah ide, jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan

yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang

berbeda-beda, mencari alternatif atau arah yang berbeda-beda, serta mampu

menggunakan bermacam-macam pendekatan atau cara pemikiran. Orang

yang kreatif adalah orang yang luwes dalam berpikir. Mereka dengan mudah

dapat meninggalkan cara berpikir lama dan menggantikannya dengan cara

berpikir yang baru.

28
3. Elaborasi (elaboration), yaitu kemampuan dalam mengembangkan

gagasan dan menambahkan atau memperinci detail-detail dari suatu objek,

gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

4. Originalitas (originality), yaitu kemampuan untuk mencetuskan

gagasan unik atau kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli.

Maka kreativitas merupakan kemampuan seseorang berfikir dan bertingkah

laku. Seseorang yang memiliki kreativitas atau kemampuan berfikir

divergensi yang tinggi tidak banyak kesulitan dalam memecahkan masalah

yang

dihadapinya. Oleh karena itu, kreativitas yang didefinisikan para ahli selalu

berkaitan dengan kemampuan berfikir dan bertingkah laku.

3. Tahap Pengembangan Kemampuan Berpikir Kreatif

Berpikir kreatif memungkinkan peserta didik untuk melihat berbagai

kemungkinan jawaban atas penyelesaian masalah dari luar maupun pada

proses pembelajaran di sekolah. Berpikir kreatif pun memungkinkan untuk

meningkatkan kemampuan otak peserta didik. Adapun tahap pengembangan

kemampuan berpikir kreatif menurut Susanto, Ahmad

(2013:115) proses kreatif akan muncul bila ada stimulus. Berbagai langkah

didefinisikan dalam melakukan proses kreatif, dirangkum dalam lima

tahapan, yaitu:

1. Stimulus

29
Untuk dapat berpikir kreatif perlu adanya stimulus dari pikiran yang lain.

Stimulus awal didorong oleh suatu kesadaran bahwa sebuah masalah harus

diselesaikan.

2. Eksplorasi

Peserta didik dibantu untuk memerhatikan alternatifalternatif pilihan sebelum

membuat suatu keputusan. Untuk berpikir secara kreatif, peserta didik harus

mampu menginvesrigasi lebih lanjut.

3. Perencanaan

Setelah diadakan stimulus berupa masalah, kemudian melakukan eksplorasi

untuk pemecahan masalah, selanjutnya membuka berbagai rencana atau

strategi untuk pemecahan masalah. Dari beragam rencana yang dibuat, dapat

diambil beberapa rencana yang paling tepat untuk solusi,

4. Aktivitas

Proses kreatif dimulai dengan suatu ide atau kumpulan ide., dengan kata lain

memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menyadari berpikir mereka

dalam bentuk aktivitas atau melaksanakan berbagai rencana yang lebih

ditetapkan.

5. Review

Peserta didik perlu mengadakan evaluasi dan meninjau kembali pekerjaan.

Peserta didik dilatih untuk menggunakan imajinasi mereka untuk

mengevaluasi.

30
Tahap pengembangan kemampuan berpikir kreatif menurut para Munandar

(2012 :54) ada lima tahap berpikir kreatif, yaitu:

1. Orientasi

Masalah dirumuskan dan aspek-aspek masalah diidentifikasi.

2. Preparasi

Individu berusaha mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dan relevan

dengan masalah yang dihadapi.

3. Inkubasi

Proses pemberhentian sementara ketika berbagai masalah berhadapan dengan

jalan buntu. Tetapi meskipun begitu proses berpikir berlangsung terus dalam

jiwa bawah sadar.

4. Iluminasi

Ketika masa inkubasi berakhir dengan ditemukannya solusi untuk

memecahkan masalah.

5. Verifikasi

Tahap untuk menguji dan secara kritis menilai pemecahan masalah yang

diajukan pada tahap keempat.

Sesungguhnya kemampuan berpikir kreatif dimiliki oleh semua

orang. Berpikir kreatif mengagas ide-ide baru yang orisinil, bahkan pada

individu pun sebenarnya mampu untuk berpikir kreatif asalkan harus sering

dilatih. Maka dari itu individu atau peserta didik harus mengetahui tahapan-

tahapan dari pengembangan berpikir kreatif.

31
Metode Discoveri Learning

a. Definisi Metode Discovery Learning

Untuk mencapai tujuan pembelajaran maka tidak lepas dari metode

pembelajaran yang digunakan oleh guru.Metode pembelajaran menurut Tardif

dalam Syah (2010:198) adalah “cara yang berisi prosedur baku untuk

melaksanakan kegiatan pendidikan, khususnya kegiatan penyajian mata pelajaran

kepada siswa”. Prosedur baku tersebut digunakan oleh guru untuk mengajar

dikelas. Selain itu dengan metode pembelajaran dapat membantu guru dan

memudahkan dalam penyampaian materi kepada

siswa.

Sedangkan Menurut Sudjana (2005:49) metode penemuan (discovery

learning) adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa

sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya

itu tidak melalui pemberitahuan tetapi sebagian atau ditemukan sendiri. Dengan

kata lain, metode discovery merupakan metode pembelajaran yang penyampaian

materi tidak disajikan langsung oleh guru, tetapi siswa tuntut aktif dalam

menemukan materi pembelajaran. Tujuan pembelajaran mengugunakan metode

discovery learning adalah untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam

memperoleh dan memproses perolehan materi pelajaran, mengarahkan siswa agar

mengurangi ketergantungan kepada guru sebagai satu satunya sumber informasi

yang diperlukan peserta didik, dan melatih siswa untuk mengeksplorasi

lingkungan sebagai sumber informasi untuk pembelajaran

32
Adapun pngertian metode discovery learning menurut Hanafiah (2012:77)

adalah suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal

seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara

sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat juga pengertian metode

discovery leraning menurut Muhibin Syah (2014:243) dia berpendapat bahwa

pengertian discovery learning adalah menuntut guru untuk menyajikan bahan

pelajaran tidak dalam bentuk yang final (utuh dari awal sampai akhir) atau

dengan istilah lain guru hanya menyajikan bahan pelajaran sebagian saja,

selebihnya diberikan kepada siswa untuk menemukan dan mencari sendiri,

kemudian siswa diberi kesempatan oleh guru untuk mendapatkan apa-apa yang

guru belum sampaikan dengan pendekatan belajar problem solving.

Penjelasan penilaian para ahli di atas, cenderung beralasan bahwa strategi

pembelajaran wahyu adalah salah satu cara atau teknik pendidikan dan

pembelajaran yang dilakukan oleh instruktur untuk meminta tindakan siswa dan

kerjasama dalam setiap gerakan pembelajaran seideal mungkin sehingga siswa

dapat mengubah perilaku mereka secara memadai dan mahir.

c. Langkah-langkah Menggunakan Metode discovery learning

Menurut muhibin syah 2010- 261) langkag-langkah pembelajaran


discovery learning adalah antara lain: membuktikan benar atau tidaknya
himpoten.

4. Data Processing (Pengolahan Data)

Pada tahap ini siswa mengolah data dan informasi yang diperoleh

melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan.

33
5. Verification (Pembuktian)

Pada tahap ini Peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk

membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan

temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil

pengolahan data.

6. Generalization (Penarikan Kesimpulan )

Tahap ini adalah proses menarik kesimpulan yang dapat

dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau

masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi .

Sedangkan mulyartiningsih (2012:236) dia berpendapat bahwa

langkah langkah pembelajaran discovery learning adalah sebagai

berikut:

a. Menjelaskan tujuan pembelajaran

b. Membagi petunjuk praktikum atau eksperimen

c. Peserta didik melakukan eksperimen dibawah pengawasan guru

d. Guru menunjukan gejala yang diamati

e. Peserta didik menyimpulkan hasil eksperimen

c. Kelebihan dan Kelemahan Metode discovery learning


Menurut Hanafiah (2012:79) metode discovery learning

mempunyai kelebihan anatara lain:

1. Membantu peserta didik untuk mengembangkan, kesiapan, serta penguasaan

keterampilan dalam proses kongnitif.

34
2. Peserta didik memperoleh pengetahuan secara individual sehingga

dapat dimengerti dan mengendap dalam pikirannya.

3. Dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar peserta didik untuk

belajar lebih giat lagi

4. Memberikan peluang untuk berkembang dan maju sesuai dengan

kemampuan dan minat masing masing.

5. Memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan

proses menemukan sendiri karena pembelajaran berpusat pada peserta didik

dengan peran guru yang sangat terbatas.

Adapun kelemahan metode discovery learning menurut Hanafiah

(2012:79) antara lain sebagai berikut:

1. Siswa harus memiliki kesiapan dan kematangan mental, siswa harus berani

dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik.

2. Keadaan dikelas kita kenyataannya gemuk jumlah siswanya maka metode ini

tidak akan mencapai hasil yang memuaskan.

3. Guru dan siswa yang sudah sangat terbiasa dengan PBM gaya lama maka

metode Ada kritik, bahwa proses dalam metode discovery learning terlalu

mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan perkembangan

sikap dan keterampilan bagi siswa discovery learning ini akan mengecewakan.

B. Penelitian yang Relevan

Beberapa peneliti mengenai penggunaan model pembelajaran

35
discovery learning telah dilakukan dengan hasil yang bervariatif, yakni penelitian

yang dilakukan oleh:

1. Ibnu Farhatani pada tahun 2014 meneliti tentang Peningkatan Kompetensi

Mata Pelajaran Dasar dan Pengukuran Listerik Siswa Kelas V Program

dengan Metode Discovery Learning. Peneliti ini merupakan penelitian

Pengembngan . Hasil penelitian diketahui bahwa penerapan metode discovery

learning dapat meningkatkan kompetensi siswa aspek kongnitif dari nilai rata-rata

76,36 menjadi 80,78, terjadi peningkatan sebesar 4,42. Pelaksanaan pembelajaran

dengan metode discovery learning dapat meningkatkan kompetensi siswa aspek

afektif, terjadi peningkatan pada siklus I sebesar 46,68% dan 54,98%, sedangkan

pada siklus II sebesar 71,09% dan 75,29%. Berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan, diketahui bahwa dengan penerapan model pembelajaran Discovery

Learning dinilai dapat meningkatkan hasil belajar dari siswa kelas X SMK

Muhammadiyah 1 Klaten Utara.


Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama menggunakan

metodediscovery learning.Selain itu, penelitian ini sama-sama menggunkaan

metode penelitian PengembanganPerbedaanya yakni pada penelitian yang

dilakukan oleh Ibnu Farhatani adalah pada variabel dependent.

2. Rega Chandra Irawan pada tahun 2017 meneliti tentang Implementasi

Model pembelajaran Discovery Learning Guna Meningkatkan keaktifan Belajar

dan Minat Bicara Siswa Kelas 1V Teknik Kendaraan Ringan Negeri 1 Sedayu.

Penelitian ini merupakan penelitian Pengembangan. Hasil penelitian diketahui

bahwa penerapan Discovery Learning dapat meningkatkan keaktifan belajar dan

36
minat baca peserta didik kelas 1V Sedayu Bantul. Persentase keaktifan belajar

peserta didik pada siklus I menjadi sebesar 29,5%, setelah dilanjutkan siklus II,

persentase keaktifan belajar peserta didik menjadi sebesar 63.5%. Kemudian

dilanjutkan lagi pada siklus III, persentase keaktifan belajar peserta didik menjadi

sebesar 76,5%.

Sedangkan persentase minat baca peserta didik pada siklus I sebesar 78,2%,

setelah dilanjutkan siklus II, persentase minat baca peserta didik sebesar 79,2%.

Kwemudian dilanjutkan lagi pada siklus III, persentase minat baca peserta didik

meningkat menjadi 79,4%. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui

bahwa dengan penerapan model pembelajaran Discovery Learning dinilai dapat

meningkatkan keaktifan belajar dan minat baca peserta didik kelas IV Sedayu

Bantul.

Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama menggunakan metode

discovery learning.Selain itu, penelitian ini sama-sama menggunkaan metode

penelitian Pengembangan.Perbedaanyayaitu pada penelitian yang dilakukan oleh

Rega Chandra Irawan adalah mengukur variabel dalam meningkatkan keaktifan

Belajar dan Minat Bicara Siswa, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti adalah mengukur variabel dalam memahami pengembangan bahan ajar.

3. Darmawan Nashrullah pada tahun 2016 meneliti tentang “Pembelajaran

Metode Discovery Learning Pada Mata Pelajaran IPA Dasar Siswa Kelas V

Teknik Audio Vidio SDN o30 palembang 1 Bantul”. Penelitian ini merupakan

penelitian quasi experiment. Hasil penelitian diketahui: (1) terdapat perpedaan

capaian kompetensi ranah kongnitif, antara siswa yang mengikuti pembelajaran

37
metode discovery learning (77,8) dengan siswa yang mengikuti pembelajaran

metode konvensional (66,8) pada topic penerapan macam-macam gerbang dasar

rangkaian logika, thitung > ttabel (3,369 > 2,011) pada taraf signifikasi 0,05

dengan db sebesar 48. (2) terdapat perbedaan capaian kompetensi ranah

psikomotorik, antara siswa yang mengikuti pembelajaran metode discovery

learning (82,2) dengan siswa yang mengikuti pembelajaran metode konvensional

(75,6) pada topic

(3,220 > 2,011) pada taraf signifikasi 0,05 dengan db sebesar 48. Persamaan dalam

penelitian ini adalah sama-sama menggunakan metode discovery learning.Perbedaannya

yaitu pada jenis penelitian dimana penelitian Solikhin menggunakan jenis Penelitian

Tindakan Kelas, sedangkan peneliti menggunkaan jenis penelitian Pengembangan.

C. Kerangka berpikir

Pembelajaran pkn pada dasarnya pembelajaran yang memperhatikan pemahaman

keterampilan sebelum mencoba jika peserta didik diberi infomasi dalam konterk baru.

Maka peserta didik akan mengalami

melalui pertemuan kelompok. Pada saat siswa melakukan latihan pembelajaran, mereka

merasa bahwa bahan bacaan yang dapat membantu masalah sehingga lupa mendorong

peserta didik dalam kekinian.dalam pembelajaran PPKn selama ini yang diberikan hanya

memberikan fakta-fakta yang diterima sebagai kebenaran mutlak dan dipelajari

sebagaimana adanya. Materi yang diberikan untuk dihafalkan dimana meninggalkan

sedikit alasan untuk berpikir tentang fakta tersebut.

38
Sebelum proses harus lebih difokuskan dari pada hanya sebuah hasil akhir.mencoba

untuk menumbuhkan kemampuan berpikir peserta didik yang akan menjadi penerus

bangsa sebagai pemikir dalam pemecahan suatu masalah. Model pembelajaran discovery

learning merupakan pembelajaran berdasarkan penemuan diharapkan dapat merangsang

kemampuan berpikir peserta didik karena peserta didik menemukan pengetahuannya

sendiri sehingga dapat mengerti secara mendalam tentang fakta,konsep,prinsip pkn.

Dalam model pembelajaran discovery learning guru memberikan suatu permasalahan agar

siswa berpikir sampai mampu menarik kesimpulan melalui proses kegiatan penemuan.

Menemukan pengetahuan sendiri tentang konsep pkn membuat peserta didik

dapat melihat secara mendalam, menganalisis dan mengevaluasi yang lebih dari

informasi yang sekedar hanya diterimanya.Tidak mudah percaya oleh gagasan yang

diterima sebelum membuktikan sendiri kebenarannya.

Dilihat dari sudut pandang dan penyelidikan kebutuhan, disadari bahwa

pembelajaran PPKn Kelas IV sehingga masih belum banyak pekerjaan pendidik

dalam setiap tindakan pembelajaran, dan siswa belum efektif belajar. Jika semua

siswa mencapai tujuan pembelajaran dan memahami perkembangan psikologis,

psikomotor, dan gairah materi, maka pembelajaran akan berjalan sesuai.

39
Tabel 2. Kerangka Berpikir Penelitian

Pembelajaran PKn

Dipelajari dengan Pemberian Pada Pengalaman


Langsung

Pembelajaran melalui
Dapat merangsang
Percobaan
Kemampuan berpikir siswa

Menggunakan bahan ajar yang


Melalui metode Discovery Learning
menunjang kegiatan percobaan

Mengembagkan bahan ajar berbasis


33
discovery learning sebagai sarana
pembelajaran

40
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penggunaan Metode penelitian bertujuan untuk mempermudah dalam proses penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode Design and Development (D&D)

atau design dan pengembangan. Richey & Klein

(2007, hlm.1; dalam Spectros dkk, 2014, hlm. 142) mendefinisikan bahwa, the

systematic study of design, development and evaluation processes with the aim of

establishing an empirical basis for the creation of instructional and non-instructional

products and tools and new or enhanced models that govern their development.

Metode Design and Development (D&D) merupakan suatu proses yang sistematis

dalam mempelajari desain, pengembangan, dan evaluasi dengan tujuan membangun dasar
41
empiris untuk pembuatan produk dan alat yang mengarah pada pengajaran/petunjuk dan

model baru atau yang disempurnakan. Sehingga fokus dari penelitian ini adalah

mengembangkan produk bahan ajar dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif.

Design and Development (D&D) terdapat dua kategori besar sebagai tujuan dari

penelitian desain dan pengembangan diantaranya : (1) Product and tool research (Penelitian

produk dan alat), dan (2) Model research (penelitian model) (Richey & Klein, 2007, hlm. 8;

dalam Spectors, 2014, hlm. 141). Pada penelitian ini menggunakan kategori product and

tool research (penelitian produk dan alat), dengan mengembangkan sebuah rancangan

produk atau alat yang kemudian dilakukan penilaian. Sebagaimana disampaikan Richey dan

Klein (2007, hlm. 8; dalam Spectors, 2014, hlm. 142) bahwa, “Product and tool research

typically involves situations in which the design and development process used in a

particular situation is described, analyzed, and a final product is evaluated”. Penelitian

produk dan alat dapat mengaitkan keadaan di mana desin dan proses pengembangan yang

digunakan dalam keadaan dengan dijelaskan, dianalisis, dan evaluasi produk akhir.

Berdasarkan kategori Product and tool research (Penelitian produk dan alat) tersebut

Richey dan Klein (2007, hlm.9) membagi menjadi dua model, yaitu: (1) Product

development research (penelitian pengembangan produk dan (2) Tool development research

(penelitian pengembangan alat). Maka dari itu peneliti akan menerapkan model Product

development research, dimana pada prosesnya dilakukan perancangan dan pengembangan

produk yang akan diakhiri dengan evaluasi berupa penilaian oleh para ahli untuk mengetahui

kualitas produk yang akan digunakan dalam memfasilitasi pembelajaran untuk mata

pelajaran IPS tentang interaksi manusia dengan lingkungan alam.

42
Metode penelitian Design and Development (D&D) bersifat mixed methods research

(Rickey dan Klein dalam Spectors, 2014, hlm. 148) yang artinya dalam satu penelitian

terdapat teknik pengumpulan data menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Tetapi

dilihat dari proses penelitian D&D , maka penelitian ini lebih besar menggunakan

pendekatan kualitatif . Penelitian kualitatif merupakan proses analisis dan makna secara

mendalam tentang suatu gejala, fakta, atau realita dalam menyelesaikan penelitiannya

(Sugiyono, 2011, hlm.14; Syahrul dkk, 2017, hlm.50). Dalam hal ini analisis terhadap

kelayakan suatu produk yang akan dikembangkan.

Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Model ADDIE (Analyze,

Design, Development, Implementation, Evaluation) yang dikembangkan oleh Reiser dan

Molenda. (Branch,2009, hlm. 2-3) menyatakan proses pembuatan produk dengan

menggunakan model ADDIE masih menjadi salah satu alat paling efektif saat ini. Karena

model ADDIE berfungsi sebagai kerangka pemandu untuk situasi kompleks yang sesuai

untuk mengembangkan produk pendidikan dan sumber belajar lainnya. Berikut ini

merupakan gambaran alur pengembangan produk dengan menggunakan model ADDIE:

43
Gambar 3. 1 Tahapan Model ADDIE Sumber : Branch (2009 hlm. 2)

3.2 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada model desain

pengembangan ADDIE. Tahapan model ADDIE terdiri dari

Analysis (Analisis), Design (Desain), Development (Pengembangan), Implementation

(Implementasi), Evaluation (Evaluasi) (Branch, 2009).

1. Tahap Analisis (Analysis)

Pada tahap awal, peneliti mengumpulkan informasi sebanyak mungkin sesuai dengan

kebutuhan penelitian, dan melakukan analisis terhadap informasi terebut. Pada tahap ini

peneliti melakukan wawancara terhadap guru yang menyatakan bahwa kemampuan berpikir

kreatif siswa yang rendah serta kelengkapan materi pada sumber yang digunakan kurang

lengkap, dan melakukan analisis terhadap bahan ajar yang sebelumnya sudah digunakan,

untuk melihat langkah pembelajaran yang digunakan apakah dapat memfasilitasi siswa

dalam menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif. Dengan melakukan analisis tersebut

peneliti dapat mengetahui hal apa saja yang dibutuhkan dalam membuat produk sesuai

dengan tujuan penelitian yang sudah dirumuskan. Analisis ini dilakukan terhadap buku

44
bahan ajar tematik SD kelas 5 pada semester 2 dengan judul buku Panas dan Perpindahannya

di tema 6 yang diterbitkan oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan republik ndonesia.

2. Tahap Desain (Design)

Kegiatan desain ini peneliti membuat rancangan (storyboard) yang disusun pada

bahan ajar materi interaksi manusia dengan lingkungan alam , dengan memperhatikan model

pembelajaran yang digunakan sebagai langkah-langkah yang sistematis dalam mendukung

kemampuan berpikir kreatif siswa. pada tahap ini desain peneliti dapat memperhatikan: (1)

konten isi bahan ajar, (2) konsep penyajian(model pembelajaran), (3) konsep kebahasaan

siswa SD, dan

(4) konsep grafik/tata letak penyusunan bahan ajar.

3. Tahap Pengembangan (Development)

Tahap ini merupakan penggabungan semua konten yang sudah disiapkan menjadi

produk bahan ajar yang utuh dengan memperhatikan hal-hal diatas, serta luaran yang

diharapkan. Kemudian peneliti dapat melakukan validasi dengan para ahli pada bidangnya

dengan menggunakan angket/kuesioner untuk mengetahui penilaian serta saran dan masukan

terhadap produk yang telah dibuat. Berdasarkan atas masukan dari para ahli dijadikan

sebagai dasar dalam mengimplementasikan produk yang telah peneliti buat sudah layak

untuk di uji coba kan.

4. Tahap Implementasi (Implementation)

Implementasi ini bertujuan untuk memperoleh umpan balik mengenai pengembangan

bahan ajar yang dilakukan. Implementasi ini dibatasi hanya untuk memperoleh tanggapan

dari siswa dengan memberikan angket kepada partisipan untuk mengetahui pendapat dan

respon terhadap produk yang sudah peneliti kembangkan.

5. Tahap Evaluasi (Evaluation)


45
Pada tahap terakhir ini merupakan masa perbaikan. Masa perbaikan ini dilakukan

berdasarkan kekurangan-kekurangan pada bahan ajar saat memperoleh validasi atau

tanggapan siswa.

3.3 Partisipan Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan purposive sampling, yaitu partisipan yang bersifat

random dengan mempertimbangkan hal-hal yang dapat menunjang penelitian ini. Partisipan

ini merupakan partisipan sesuai ahli pada bidangnya sesuai dengan yang dibutuhkan dalam

penelitian ini. Partisipan dalam penelitian ini terdiri dar ahli materi, ahli desain, ahi bahasa,

ahli pembelajaran, dan siswa. berikut dijelaskan fungsi partisipan:

berikut dijelaskan fungsi partisipan:

1. Ahli desain

Ahli desain dalam pengembangan ini adalah seseorang yang ahli dalam bidang desain.

Pemilihan ahli desain ini didasarkan pada pertimbangan bahwa yang bersangkutan memiliki

kompetensi di bidang desain. Ahli desain akan memberikan komentar dan saran terhadap

desain pada dalam bahan ajar yang dikembangkan.

2. Ahli Materi

Ahli materi dalam pengembangan ini adalah seseorang yang ahli di bidang

pendidikan. Pemilihan ahli materi ini didasarkan pada pertimbangan bahwa yang

bersangkutan memiliki kompetensi di bidang Ilmu Pengetahuan Sosial. Ahli materi akan

memberikan komentar dan saran terhadap materi pembelajaran dalam bahan ajar yang

dikembangkan.

3. Ahli bahasa

46
Ahli bahasa dalam pengembangan ini adalah seseorang yang ahli di bidang

ketatabahasaan. Pemilihan ahli materi ini didasarkan pada pertimbangan bahwa yang

bersangkutan memiliki kompetensi di bidang bahasa. Ahli bahasa akan memberikan

komentar dan saran terhadap penggunaan bahasa pada bahan ajar yang dikembangkan.

4. Ahli Pembelajaran (guru)

Dalam penelitian ini guru akan memberikan penilaian, komentar dan saran secara

umum terhadap bahan ajar yang sudah dikembangkan. Guru yang akan memberikan

tanggapan dan komentar dalam penelitian ini adalah guru kelas V sekolah dasar.

5. Siswa

Dalam penelitian ini, siswa akan memahami, membaca bahan ajar dan memberikan

tanggapan terhadap bahan ajar yang telat dikembangkan. Siswa yang akan menjadi subjek

dalam penelitian ini adalah siswa kelas V sekolah dasar.

3.4 Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data yang dibutuhkan dengan memenuhi standar yang sudah ditetapkan.

(Sugiyono, 2011, hlm. 308). Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini

dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif dengan mengacu pada rumusan masalah :

1. Teknik Desain Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Model Pembelajaran Discovery

Learning dalam Meningkatkan Kemampuan berpikir kreatif siswa kelas IV SD

a. Wawancara

Teknik wawancara ini digunakan untuk mengumpulkan informasi terkait studi

pendahuluan dalam penelitian. Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara kepada wali

kelas V SD dan siswa kelas IV SD(pembelajar). Instrumen yang digunakan yaitu pedoman

wawancara guru wali kelas dan siswa kelas 5 SD.


47
b. Dokumentasi

Teknik dokumentasi ini dilakukan untuk mengumpulkan informasi dari dokumen-

dokumen terkait, dalam hal ini yaitu mengumpulkan informasi atau melakukan analisis

terhadap bahan ajar yang sudah digunakan guru sebelumnya. Instrumen yang digunakan

sendiri yaitu lembar analisis bahan ajar.

c. Observasi

Teknik observasi dilakukan untuk mengumpulkan informasi tau mengamati seluruh

kegiatan selama proses penelitian berlangsung. Instrumen yang digunakan yaitu work logs.

Work logs dilakukan selama proses pengembangan sebagai jurnal harian dengan menuliskan

semua temuan-temuan pada saat proses pengembangan Penggunaan catatan kerja ini akan

memudahkan dalam mengingat kembali proses pengembangan yang sudah dilakukan dengan

mengacu pada model penelitian yang dipilih. Instrument yang digunakan dalam observasi in

yaitu menggunakan lembar analisis, dan catatan kerja/work log.

2. Teknik dalam hasil Pengembangan Bahan ajar berbasis model Discovery

Learning dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas 5 SD

Teknik yang digunakan dalam merumuskan hal tersebut yaitu menggunakan teknik

validasi ahli , dengan tujuan untuk menghimpun data dalam menilai hasil pengembangan

pada bahan ajar materi interaksi manusia dengan lingkungan alam kelas 5 SD serta layak

atau tidak layaknya bahan yang sudah dikembangkan. Hal tersebut dilakukan untuk

keperluan kebaikan dan masukan produk melalui expert review (ahli/pakar bidangnya), ahli

yang terlibat dalam penelitian ini yaitu, ahli materi, ahli desain, ahli bahasa dan ahli

pembelajaran. instrument yang digunakan untuk menghimpun datanya berupa lembar

angket.

48
3.5 Instrument Pengumpulan Data

Data- data yang diperlukan pada penelitian ini dikumpulkan melalui instrument

penelitian, lembar instrument ini dirumuskan berdasarkan pada rumusan awal yaitu :

1. Instrument Desain Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Model Pembelajaran

Discovery Learning dalam Meningkatkan Kemampuan berpikir kreatif siswa kelas 5 SD.

a. Work logs

Work logs atau catatan kerja merupakan salah satu instrument pengumpulan data yang

digunakan untuk mengetahui perkembangan pembuatan bahan ajar yang mengacu pada

tugas khusus yang telah dikerjakan, work log dapat berisi waktu yang dikeluarkan, alat yang

digunakan, dll (Rickey dan klein dalam Hajidi, 2018; Syahru; dkk, 2017, hlm. 206). Proses

dan tugas yang dilakukan berdasarkan prosedur pengembangan ADDIE. (1) Analysis

(analisis), (2) Design (Desain), (3) Development (pengembangan), (4)Implementation

(Implementasi), (5) Evaluation (Evaluasi).

Lembar Analisis Bahan Ajar Berbasis Discovery Learning

Lembar analisis ini digunakan terhadap bahan ajar yang sebelumnya sudah digunakan

oleh guru sebagai teknik observasi yang dilakukan oleh peneliti. lembar analisis ini bahan

ajar bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan kelebihan ataupun

kekurangan bahan ajar yang sudah digunakan sebagai acuan peneliti dalam mengembangkan

bahan ajar. Lembar analisis ini berupa: (1) Analisis keterpaduan materi dengan SKL, (2)

Analisis keterpaduan materi dengan KI dan KD, (3) Analisis kecukupan materi, (4) Analisis

kedalaman materi, (5) Analisis materi berdasarkan model pembelajaran Discovery Learning

dan Berpikir kreatif. Pengumpulan data melalui lembar analisis ini diisi oleh peneliti itu

sendiri.

49
b. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara merupakan panduan yang berisi pertanyaanpertanyaan yang

akan diajukan oleh peneliti kepada narasumber. Pedoman wawancara ini digunakan untuk

mengumpulkan data studi pendahuluan mengenai permasalahan dalam peneliti. Pedoman

wawancara ini terbagi menjadi 2 jenis. Yaitu pedoman yang akan diberikan kepada guru

kelas IV SD dan kepada siswa kelas IV SD. Karena belum terbentuknya instrument pada

awal penelitian, maka pedoman wawancara ini dibuat berdasarkan halhal yang dibutuhkan

dalam penelitian terkait dengan proses pembelajaran, kualitas bahan ajar yang digunakan,

dan luaran dari mata pelajaran PKN.

Tabel 3. 2 Kisi-Kisi Wawancara kepada Guru (studi pendahuluan)

Aspek Indikator

Kurikulum Keterlaksanaan KI

Proses KBM Langkah pembelajaran,

Kendala

dan luaran dari proses

pembelajaran

Berpikir Kemampuan siswa dalam

kreatif siswa pembelajaran IPS materi

interaksi manusia dengan

50
lingkungan alam.

Bahan ajar Bahan ajar yang digunakan

dalam proses KBM

Tabel 3. 3 Kisi-Kisi Wawancara kepada siswa (studi pendahuluan)

Aspek Indikator

Proses KBM Pembelajaran yang

dilakukan

Berpikir kreatif Kemampuan siswa

siswa dalam pembelajaran (bentuk

interaksi siswa dengan

lingkungan alam)

Bahan ajar Bahan ajar yang

digunakan guru dalam proses

KBM

2. Instrument Hasil Pengembangan Bahan ajar berbasis model Discovery

Learning dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas IV SD

Instrument yang digunakan dalam merumuskan hal tersebut yaitu menggunakan

lembar angket yang berisikan serangkaian pernyataan atau pertanyaan untuk mengumpulkan

data terkait hasil pengembangan bahan ajar berbasis model pembelajaran Discovery

Learning dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas IV SD pada materi

interaksi manusia dengan lingkungan alam. Penilaian ini dikembangkan melalui beberapa

ahli/pakar (expert riview), ataupun guru sebagai ahli pembelajaran. Jenis angket yang

dugunakan dalam penelitian ini yaitu angket tertutup dan terbuka. Angket tertutup

51
menyediakan beberapa kemungkinan jawaban dengan menggunakan skala likert yang terdiri

atas skala 1 (sangat tidak sesuai), 2 ( tidak sesuai), 3 (cukup sesuai), 4 (sesuai), dan 5 (sangat

sesuai), sedangkan angket terbuka berupa kolom komentar untuk memberikan beberapa

masukan tambahan yang tidak terfasilitasi pada angket tertutup. Serta disediakan kesimpulan

penilaian berdasarkan ahli validasi terkait : 1) bahan ajar bisa digunakan tanpa perbaikan, 2)

bahan ajar dapat digunakan dengan perbaikan, dan 3) bahan ajar belum layak digunakan.

Instrumen angket ini dikembangkan kedalam 3 bentuk :

a) Lembar Angket Penilaian Ahli Materi

Instrumen ini digunakan untuk memperoleh penilaian akan kelayakan bahan materi

yang disajikan pada bahan ajar berbasis model pembelajaran Discovery Learning. Adapun

lembar penilaian ahli materi ini akan diisi oleh dosen ahli di bidang Ilmu Pengetahuan Sosial

(IPS).

Tabel 3. 4 Kisi-Kisi Lembar Angket Ahli Materi

Komponen Indikator penilaian N

penilaian o

Kesesuaian - Kesesuaian materi dengan KI 1

dengan KI dan KD - Kesesuaian materi dengan KD 2

interaksi manusia dengan

lingkungan alam

- Keterpaduan sub materi 3

Perkembangan - Kesesuaian dengan 4

anak SD perkembangan

peserta didik kelas V SD

Substansi - Memiliki Kedalaman materi 5


52
materi yang disajikan (konsep, definisi,

prosedur, contoh, kasus, latihan)

- Kemudahan siswa dalam 6

memahami materi

- Memberikan kesempatan 7

belajar

kepada siswa

- Keakuratan contoh dan 8

kasus

berdasarkan kehidupan siswa

- Kesesuaian materi dengan 9

ilustrasi/ gambar yang disajikan

pada

pengembangan bahan ajar

Kesesuaian - Kesesuaian materi dengan 1

bahan ajar dengan sintaks 0

sintaks model Model Pembelajaran

Discovery Learning Discovery

Learning (simulasi)

- Kesesuaian materi dengan 1

sintaks 1

Model Pembelajaran

Discovery

Learning (identifikasi

53
masalah)

- Kesesuaian materi dengan 1

sintaks 2

Model Pembelajaran

Discovery

Learning (pengumpulan data)

- Kesesuaian materi dengan 1

sintaks 3

Model Pembelajaran

Discovery

Learning (pengolahan data)

- Kesesuaian materi dengan 1

sintaks 4

Model Pembelajaran

Discovery

Learning (pembuktian)

- Kesesuaian materi dengan 1

sintaks 5

Model Pembelajaran

Discovery

Learning (penyimpulan)

Mendorong - Mendorong pemahaman 1

keringintahuan konsep siswa pada materi interaksi 6

manusia dengan lingkungan alam

54
Kesesuaian - Kesesuaian Materi dengan 1

dengan indikator Model Discovery Learning dalam 7

kemampuan memfasilitasi kemampuan berpikir

berpikir kreatif kreatif siswa (berpikir lancar)

- Kesesuaian Materi dengan 1

Model Discovery Learning dalam 8

memfasilitasi kemampuan berpikir

kreatif siswa (berpikir luwes)

- Kesesuaian Materi dengan 1

Model Discovery 9

Learning dalam

memfasilitasi kemampuan

berpikir

kreatif siswa (berpikir original)

- Kesesuaian Materi dengan 2

Model Discovery Learning dalam 0

memfasilitasi kemampuan berpikir

kreatif siswa (berpikir

terperinci)

b) Lembar Angket Penilaian Ahli Desain

Instrumen ini digunakan untuk memperoleh penilaian akan kelayakan terhadap konsep

penyajian bahan ajar berbasis model pembelajaran Discovery Learning. Adapun lembar

penilaian ahli desain ini akan diisi oleh dosen ahli teknisi dibidang desain.
55
Tabel 3. 5 Kisi-Kisi Lembar Angket Ahli Desain

Aspe Indikator penilaian N

k o

Kegra - Ketepatan pemilihan ukuran huruf (11-19 1

fikan point pada judul, sub, materi)

- Ketepatan pemilihan jenis huruf 2

- Tidak ada kesalahan dalam penulisan 3

- Tulisan dapat dibaca dengan jelas 4

- Tidak menggunakan lebih dari dua jenis 5

huruf

- Gambar, warna, dan tulisan yang 6

digunakan tidak mengganggu

- Kesesuaian dengan warna background 7

- Kesesuaian desain (gambar & warna) 8

cover dengan materi interaksi menusia

dengan lingkungan alam

Penya - Tampilan layout bahan ajar menarik 9

jian - Menyajikan langkah pembelajaran 1

yang sistematis (model pembelajaran 0

Discovery Learning)

- Ketersediaan ruang untuk menuliskan 1

jawaban/ hasil temuan 1

- Komposisi gambar, tulisan, dan warna 1

yang digunakan pas 2

56
- Memiliki keterkaitan antar sub materi 1

- Kelengkapan informasi 1

- Keruntutan konsep (mudah-sukar) 1

c) Lembar Angket Penilaian Ahli Bahasa

Instrumen ini digunakan untuk memperoleh penilaian akan kelayakan terhadap

penggunaan bahasa pada bahan ajar berbasis model pembelajaran Discovery Learning.

Adapun lembar penilaian ahli bahasa ini akan diisi oleh dosen ahli bahasa.

Tabel 3. 6 Kisi-Kisi Lembar Angket Ahli Bahasa

Aspek Indikator N

Keterbaca Bahasa yang digunakan dapat dipahami 1

an Sesuai dengan tingkat perkembangan 2

intelektual siswa

Memahami makna pesan yang disajikan 3

Sesuai dengan kaidah bahasa 4

Kesesuaia Indonesia(titik, koma, tanda tanya, dll)

n degan Menggunakan bahasa yang baik dan 5

kaidah benar

bahasa Materi disampaikan dengan bahasa yang 6

57
indonesia menarik dan lazim

Ketepatan ejaan (ejaan yang 7

disempurnakan)

Konsistensi penggunaan istilah 8

Logika Penggunaan kata pada kalimat 9

berbahasa mengandung makna tunggal

Menggunakan kalimat yang singkat & 1

jelas/ sederhana & sesuai sasaran. 0

Menggunakan kalimat aktif (awalan 1

me,ber, ter,dll) 1

d) Lembar angket penilaian ahli pembelajaran (guru)

Instrumen ini digunakan untuk memperoleh penilaian akan kelayakan konsep materi

(sehari-hari siswa) dan bahasa (sehari-hari siswa) pada bahan ajar berbasis model

pembelajaran Discovery Learning.. Adapun lembar penilaian ahli pembelajaran ini akan

diisi oleh kelas 5 SD.

Tabel 3. 7 Kisi-Kisi Lembar angket penilaian ahli pembelajaran (guru)

Aspe Indikator N

k o

Mater - Kesesuaian materi dengan KI, KD 1

i - Kemudahan siswa dalam memahami 2

materi

- Mendorong pemahaman konsep siswa pada 3

materi interaksi manusia dengan lingkungan alam

- Memberikan kesempatan belajar kepada 4


58
siswa

- Kesesuaian materi dengan sintaks model 5

pembelajaran Discovery Learning (simulasi)

- Kesesuaian materi dengan sintaks model 6

pembelajaran Discovery Learning (identifikasi

masalah/problem statemen)

- Kesesuaian materi dengan sintaks model 7

pembelajaran Discovery Learning (pengumpulan

data/collection)

- Kesesuaian materi dengan sintaks model 8

pembelajaran Discovery Learning (pengolahan

data/ processing)

- Kesesuaian materi dengan sintaks model 9

pembelajaran Discovery Learning

(pembuktian/verification)

- Kesesuaian materi dengan sintaks model 1

pembelajaran Discovery Learning (Penyimpulan) 0

- Keakuratan contoh dan kasus 1

berdasarkan kehidupan siswa 1

- Memiliki keterkaitan antara sub materi 1

- Kelengkapan informasi/materi yang 1

disajikan 3

Keba - Menggunakan bahasa yang mudah 1

59
hasaan dipahami/sehari-hari siswa 4

- Penggunaan kata pada kalimat mengandung 1

makna tunggal 5

- Konsistensi penggunaan istilah 1

- Sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia 1

- Menggunakan kalimat aktif (awalan 1

me,ber, ter,dll) 8

- Menggunakan kalimat yang singkat & 1

jelas/ sederhana & sesuai sasaran 9

- Kesesuaian dengan perkembangan 2

intelektual siswa 0

e) Lembar Penilaian Pengguna (Siswa) dalam Menilai Bahan Ajar

Lembar penilaian siswa sebagai pengguna bahan ajar berbasis Discovery Learning

akan memberikan responden dan komentar mengenai bahan ajar yang dikembangkan.

Tabel 3. 8 Kisi-Kisi Lembar Angket penilaian pengguna (siswa)

As Indikator N

pek o

Mat Dapat memahami materi pada bahan ajar 1

eri interaksi manusia dengan lingkungan alam

60
dapat mengikuti tahap pembelajaran 2

dengan mudah

Dapat melihat kesesuaian gambar dengan 3

materi interaksi manusia dengan lingkungan

alam / masalah kehidupan sehari-hari

Dapat mengetahui kesimpulan dari 4

pembelajaran yang disajikan

Bah Dapat memahami bahasa yang digunakan 5

asa Dapat memahami penggunaan kalimat 6

dalam bahan ajar ini

Tidak terdapat kalimat/kata dengan makna 7

ganda (makna lebih dari satu)

Pen Dapat memahami petunjuk pembelajaran 8

yajian yang disajikan

/grafika Dapat meningkatkan semangat belajar 9

dengan gambar yang menarik

Dapat mendorong saya dalam berdiskusi 1

dengan temanteman lain. 0

Dapat membaca tulisan dengan jelas 1

(jenis/ukuran huruf) 1

3.6 Teknik Analisis data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif dan

kuantitatif. Data kualitatif diperoleh melalui instrumen pengumpul data yaitu work logs dan
61
pedoman wawancara. Sedangkan data kuantitatif diperoleh dari pengumpul data yaitu

lembar angket, kemudian data dapat diolah menjadi data kualitatif berupa deskripsi atau

kata dan data kuantitatif berupa angka.

1. Analisis Data Kuantitatif

Analisis kuantitatif pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui kelayakan bahan

ajar berdasarkan validasi ahli melalui penyebaran angket. Validasi dilakukan oleh 4 ahli,

yaitu ahli materi, ahli desain, ahli bahasa, dan ahli pembelajaran(guru). Lembar validasi

bahan ajar ini menggunakan penilaian skala likert seperti berikut.

Tabel 3. 9 Kriteria Penilaian Skala Likert

N Skor Kriteria

1 5 Sangat Baik (SB)

2 4 Baik (B)

3 3 Cukup (C)

4 2 Kurang (K)

5 1 Sangat Kurang (SK)

(Sugiyono, 2011, hlm.134)

Berikut cara menghitung rentang kategori skor tiap data yang diperoleh dari lembar

angket. Setelah angket didapatkan, peneliti dapat menjumlahkan seluruh skor tiap

validator/aspek penilaian dan dibandingkan dengan kategorisasi penilaian yang dibuat

menggunakan skala rentang.

Skor max – skor min Nilai rentang =

62
Jumlah kriteria penilaian

(Susetyo, 2010, hlm. )

Tahapan selanjutnya yaitu perhitungan persentase rata-rata hasil data yang didapat

dengan menggunakan rumus:

Jumlah Skor yang diperoleh

Persentase = × 100 %

Jumlah skor maximal

(Rohim, 2012 )

Setelah dihitung menggunakan rumus diatas, akan diperoleh skor yang

mempersentasekan kualitas kelayakan bahan ajar yang dikembangkan. Hasil perhitungan

dan persentase kelayakan bahan ajar ini diinterprestasikan kedalam kategori pada tabel 3.10

sebagai berikut:

Tabel 3. 10 Kriteria Kelayakan (Arikunto &Safrudin, 2009)

N Interval nilai Kategori

1 81% - 100% Layak

2 61% - 80% Cukup Layak

3 41% - 60% Kurang Layak

63
4 21% - 40% Tidak layak

5 < 21 Sangat Tidak

. Layak

2. Analisis data kualitatif

Selain menggunakan skala likert, dapat juga menggunakan teknik analisis kualitatif.

Tahap analisis terdiri atas 3 tahapan : 1) Reduksi data (data reduction), 2) Penyajian data

(data display) dan 3) Penarikan simpulan (Miles dan Huberman dalam Sugiyono, 2011, hlm.

338).

a. Reduksi data (data reduction)

Pemerolehan data di lapangan akan berjumlah banyak maka diperlukan analisis data

melalui reduksi, dengan merangkum hal-hal yang pokok, penting, dan membuang yang tidak

dibutuhkan. Dengan demikian data yang sudah direduksi akan memberikan gambaran yang

lebih jelas. Hasil reduksi data dapat disusun ke dalam bentuk laporan tertulis dan terperinci.

Dalam hal ini data yang didapatkan dari hasil observasi (lembar analisis dan work logs) dan

wawancara kemudian dilakukan reduksi dengan merangkum atau menyaring hal-hal inti,

penting dan membuang hal-hal yang tidak penting.

b. Penyajian data (data display)

Setelah melakukan reduksi terhadap data, maka peneliti dapat menghimpun seluruh

data penting menjadi data yang lebih sederhana dan dapat dijabarkan kedalam bentuk

naratif, table, grafik, dan sebagainya dalam pola hubungan sehingga data tersebut dapat

dipahami dengan baik.

c. Penarikan simpulan (Conclusion Drawing)


64
Tahap terakhir yaitu penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan ini dilakukan untuk

menjawab rumusan-rumusan masalah yang sudah dirumuskan diawal. Kesimpulan dapat

berupa hubungan kausal, hipotesis atau teori.

65

Anda mungkin juga menyukai