Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL

Pengembangan Buku Ajar Berbasis Model Pembelajaran Discovery Learning untuk


Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas III SDN Tanjung Kota Bima

Di susun Oleh :

NAMA : INDRI ANA WATI

NIM : 2019070151

KELAS/SEMSTER : E/ VI

JURUSAN : PGSD

SEKOLAH TINGGI KEGURUAAN DAN ILMU PENDIDIKAN

TAMAN SISWA BIMA(TAMSIS)

TAHUN AJARAN 2022/2023


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan memiliki peranan penting bagi suatu Negara. Pendidikan akan menciptakan
sumber daya manusia yang berkualitas bagi perkembangan suatu bangsa (Raharjo, 2010;
Widiansyah, 2018). Pendidikan yang terarah akan memberikan peningkatan pada penguasaan
pengetahuan, keterampilan, sikap, ataupun nilai- nilai dalam mengembangkan potensi peserta
didik (Al-Tabany, 2017; Indonesia, 2003; Cut Fitriani, 2017). Mengembangkan hal tersebut
dalam rangka menciptakan pribadi yang memiliki kecerdasan dalam memajukan dan
memakmurkan bangsa berdasarkan tujuan pendidikan nasional, salah satunya yaitu
menciptakan pribadi yang memiliki kemampuan dalam berpikir kreatif.
Kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan seseorang dalam mengembangkan
ide/gagasan yang baru, berbeda dalam menyelesaikan masalahnya (Mahfud. 2017; Suardipa,
2020; Saefudin dalam Sukarjita,2020). Kemampuan tersebut memberikan langkah-langkah
yang sistematis dengan memperhatikan indikator sebagai acuan dalam memahami masalah.
Indikator yang dimaksud adalah : 1) Berpikir lancar, 2) Berpikir luwes, 3) Berpikir orisinal, 4)
Berpikir terperinci (Sukarjita, 2020; Filsaime dalam Nurlaela &Ismayanti, 2015, hlm.3, Cintia
dkk, 2018). Dengan memenuhi seluruh indikator tersebut, siswa akan melakukan pembelajaran
secara maximal dengan mengedepankan aspek kemampuan berpikir dari pada kemampuan
menghapal substansi materi yang berakibat pada pemahaman jangka pendek, sehingga
pembelajaran yang dilakukan kurang bermakna bagi siswa (Al-Tabany, 2017; Nurlaela &
Ismayanti, 2015, hlm.3).
Melihat dari indikator kemampuan berpikir, pembelajaran yang dilakukan bersifat student
center (berpusat pada siswa) yaitu menuntun siswa untuk aktif dalam pembelajaran. maka dari
itu untuk menciptakan proses pembelajaran tersebut, guru mampu merencanakan dan
mengembangkan proses pembelajaran agar terencana dengan baik, menyenangkan, bermakna
bagi siswa, serta melibatkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran, salah satunya yaitu
mengembangkan bahan ajar (Salirawati, 2007; Musfah, 2012). Bahan ajar merupakan segala
bentuk bahan yang disusun secara sistematis baik dalam bentuk tertulis atau tidak tertulis
dalam menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan kondusif. (Sitohang 2014, Hlm.14;
Arsanti, 2018; Pannen dalam Magdalena, 2020).
Tetapi hal ini berbanding terbalik dengan keadaan sekarang terkait penggunaan bahan ajar
di sekolah. Berdasarkan hasil wawancara ke sekolah yang dijadikan sumber dalam penelitian
ini bahwa bahan ajar yang digunakan hanya satu yaitu buku tema, hasil wawancara kepada
guru dan siswa juga menyimpulkan bahwa bahan ajar yang digunakan dianggap kurang efektif
karena kurang melibatkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran, materi yang tersedia kurang
mendukung, sehingga guru memerlukan bahan lainnya yang lebih terencana terarah dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Karena hakikatnya, penggunaan bahan ajar memiliki peranan
penting dalam proses pembelajaran baik untuk guru ataupun siswa (Ahmad &Lestari, 2010;
Magdalena, 2020 , 2010; Sitohang, 2014 ). Bagi guru bahan ajar digunakan untuk
meningkatkan efektivitas proses pembelajaran, sedangkan untuk siswa digunakan untuk
pedoman dalam memahami konsep materi (Perwitasari dkk. 2018; Magdalena, 2020; Ahmad
&Lestari, 2010).
Berdasarkan penjelasan sebelumnya bahwa ketidak terlibatan siswa untuk aktif dalam
belajar salah satunya dapat mempengaruhi kemampuan berpikir kreatif siswa. Dalam hal ini,
berdasarkan hasil analisis terhadap buku siswa sebagai bahan ajar yang digunakan menyatakan
bahwa bahan ajar tersebut belum mendukung seluruh indikator kemampuan berpikir kreatif,
sehingga bahan yang digunakan belum mampu mencapai tingkat berpikir kreatif siswa. Serta
berdasarkan hasil wawancara kepada guru pun mengatakan bahwa terdapat 30 % - 40 % siswa
masih memerlukan dorongan guru untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya. Sama
seperti yang dilakukan oleh penelitian Dewi dkk (dalam Qomariyah &Subekti, 2021).
menyatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif di Indonesia masih tercatat rendah , yang
dikonfirmasi dari hasil The Global Creativity Index tahun 2015.
Sedangkan langkah/tahapan pembelajaran ini peneliti menggunakan model pembelajaran
Discovery Learning dengan tujuan pembelajaran dapat mengarahkan siswa untuk aktif dalam
memahami, mencari, mendalami materi ajar melalui proses penemuan (Cintia dkk, 2018;
Rohim, 2012). Karena hakikatnya, model pembelajaran merupakan rangkaian pembelajaran
yang sistematis (terarah) dalam mengorganisir kegiatan pembelajaran dalam mencapai tujuan
pembelajaran (Oktavia, 2020, Hlm.13; Joyce dalam Al- Tabany, 2017, hlm.23). selain itu,
Penggunaan model pembelajaran Discovery Learning dapat mendukung siswa dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif (Munandar dalam Rohim, 2012; Tumurun dkk,
2016). Sebab©, model ini dalam proses pembelajaran melibatkan siswa untuk berpikir, yaitu
melalui percobaan dan penemuan yang dilakukan secara maximal oleh siswa dalam mencari
dan menemukan, sehingga siswa dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan percaya diri
(Joolingen dalam Rohim, 2012; Tumurun dkk, 2016). Sama seperti penelitian yang dilakukan
oleh Cintia dkk (2018) mengenai “Penerapan model pembelajaran Discovery Learning untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar siswa”, penelitian tersebut
menyatakan bahwa rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa disebabkan karena
perpindahan kurikulum yang mengakibatkan pembelajaran saat ini (kurikulum 2013) kurang
maksimal, maka dari itu pada penelitiannya menggunakan model pembelajaran Discovery
Learning sebagai solusi bagi permasalahannya dan dinyatakan dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa. Maka dari itu, penelitian ini akan mengembangkan bahan
ajar dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dengan harapan siswa
dapat melatih kemampuan berpikirnya melalui pembelajaran yang aktif.

Berdasarkan hasil informasi yang diperoleh melalui observasi pengamatan dan wawancara
yang dilakukan peneliti di SDN 29 tanjung kota bima, pada tanggal 19 oktober 2022 dengan
ibu S, S.Pd. guru kelas di kelas III saat proses mengikuti kegiatan KBM terdapat beberapa
permasalahan sebagai berikut: (1). Belajar PPKN belum mengelibatkan keatifan seluruh siswa
bahkan hanya melibatkan siswa-siswa tertentu yang aktif belajar sehingga hasil belajar siswa
rendah.(2). guru kelas III belum menggunakan media pembelajaran fun thenkers yang dapat
untuk meningkatkan minat pengetahuan siswa dan minat baca siswa saat proses pembelajaran
belangsung.(3). keatifan siswa dalam proses belajar mengajar masih rendah seperti siswa tidak
aktif bertanya, mengeluarkan pendapat tentang pembelajaran kebudayaan Indonesia. (4). guru
kelas III belum menggunakan buku ajar yang dapat meningkatakan keatifan siswa (5). Guru
lebih banyak mendomanasi dalam pembelajaran dan hanya bepatokan pada buku dan papan
tulis, sehingga siswa menjadi pasif dalam menerima informasi atau materi yang disampaikan.
sehingga siswa hanya duduk mendengarkan, mencatat,dan mengahafalkan tanpa melakukan
aktivitas pembelajaran yang aktif.dan berdasarkan dari hasil wawancara dengan beberapa siswa
mengakui proses pembelajaran cenderung tidak menarik membuat mereka merasa bosan dalam
pembelajaran

Sesuai pernyataan diatas maka dari itu peneliti akan melakukan penelitian dengan judul
“Pengembangan Buku Ajar Berbasis Model Pembelajaran Discovery Learning untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas III SDN Tanjung Kota Bima”.
Dengan tujuan pengembangan ini agar bisa dijadikan pedoman pembelajaran siswa atau guru
dalam memahami materi secara mendalam.

B. Idenfikasi masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti dapat mengidinfikasikan masalah


sebagai berikut:

1. Pembelajar PPKN belum mengelibatkan keatifan seluruh siswa bahkan hanya melibatkan
siswa-siswa tertentu yang aktif belajar PPKN sehingga hasil belajar siswa rendah.

2. guru kelas III belum menerapkan variasi model pembelajaran terutama berbasis discovery
learning yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif pada saat proses pembelajaran
belangsung.

3. keatifan siswa dalam proses belajar mengajar masih rendah seperti siswa tidak aktif bertanya,
mengeluarkan pendapat tentang pembelajaran PPKN

4. guru kelas III belum menggunakan buku ajar yang dapat meningkatakan keatifan siswa

5. Guru lebih banyak mendomanasi dalam pembelajaran dan hanya bepatokan pada buku dan
papan tulis, sehingga siswa menjadi pasif dalam menerima informasi atau materi yang
disampaikan. sehingga siswa hanya duduk mendengarkan, mencatat,dan mengahafalkan tanpa
melakukan aktivitas pembelajaran yang aktif.dan berdasarkan dari hasil wawancara dengan
beberapa siswa mengakui proses pembelajaran cenderung tidak menarik membuat mereka
merasa bosan dalam pembelajarn
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Bagaimana desain pengembangan bahan ajar berbasis Discovery Learning dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa di kelas III?
2. Bagaimana hasil pengembangan bahan ajar berbasis Discovery Learning dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa di kelas III?

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan yang sudah dirumuskan diatas maka tujuan penelitian ini meliputi :
1. Menjelaskan desain pengembangan buku ajar berbasis Discovery Learning dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa di kelas III.
2. Menjelaskan hasil kelayakan pengembangan buku ajar berbasis Discovery Learning dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa di kelas III.

E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan dan tujuan yang sudah dirumuskan, maka dari itu hasil dari
penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat teoritis
Diharapkan dari hasil penelitian ini dijadikan sumber dan informasi bagi pembaca
mengenai pengembangan kualitas pembelajaran khususnya pada materi interaksi manusia
terhadap lingkungan alam melalui pengembangan bahan ajar berbasis Discovery Learning di
kelas V dalam rangka meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
a. Manfaat praktik
1) Bagi Siswa
a) Mempermudah siswa dalam memahami materi yang dijelaskan oleh guru.
b) Meningkatkan fokus, motivasi serta ketertarikan dalam pembelajaran melalui bahan
ajar berbasis Discovery Learning.
c) Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa melalui pembelajaran berbasis
Discovery Learning.
2) Bagi guru
a) Mempermudah guru dalam menyampaikan materi “interaksi manusia terhadap
lingkungan alam”.
b) Memberikan inovasi dan ide kreatif dalam mengembangkan proses pembelajaran IPS
khususnya pada materi “interaksi manusia terhadap lingkungan alam”.

3) Bagi peneliti lain


Diharapkan dapat digunakan sebagai sumber keilmuan dan informasi pengetahuan,
serta bahan penelitian lanjutan dalam pengembangan bahan ajar berbasis Discovery
Learning dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas III Sekolah dasar.

1. Metode Discoveri Learning

a. Definisi Metode Discovery Learning

Untuk mencapai tujuan pembelajaran maka tidak lepas dari metode


pembelajaran yang digunakan oleh guru.Metode pembelajaran menurut Tardif dalam
Syah (2010:198) adalah “cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan
pendidikan, khususnya kegiatan penyajian mata pelajaran kepada siswa”. Prosedur
baku tersebut digunakan oleh guru untuk mengajar dikelas. Selain itu dengan metode
pembelajaran dapat membantu guru dan memudahkan dalam penyampaian materi
kepada
siswa.

Sedangkan Menurut Sudjana (2005:49) metode penemuan (discovery learning)


adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak
memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui
pemberitahuan tetapi sebagian atau ditemukan sendiri. Dengan kata lain, metode
discovery merupakan metode pembelajaran yang penyampaian materi tidak disajikan
langsung oleh guru, tetapi siswa tuntut aktif dalam menemukan materi pembelajaran.
Tujuan pembelajaran mengugunakan metode discovery learning adalah untuk
meningkatkan keaktifan siswa dalam memperoleh dan memproses perolehan materi
pelajaran, mengarahkan siswa agar mengurangi ketergantungan kepada guru sebagai
satu satunya sumber informasi yang diperlukan peserta didik, dan melatih siswa untuk
mengeksplorasi lingkungan sebagai sumber informasi untuk pembelajaran
Adapun pngertian metode discovery learning menurut Hanafiah (2012:77)
adalah suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal
seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis,
kritis, dan logis sehingga mereka dapat juga pengertian metode discovery leraning
menurut Muhibin Syah (2014:243) dia berpendapat bahwa pengertian discovery
learning adalah menuntut guru untuk menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk
yang final (utuh dari awal sampai akhir) atau dengan istilah lain guru hanya
menyajikan bahan pelajaran sebagian saja, selebihnya diberikan kepada siswa untuk
menemukan dan mencari sendiri, kemudian siswa diberi kesempatan oleh guru untuk
mendapatkan apa-apa yang guru belum sampaikan dengan pendekatan belajar
problem solving.
Penjelasan penilaian para ahli di atas, cenderung beralasan bahwa strategi
pembelajaran wahyu adalah salah satu cara atau teknik pendidikan dan pembelajaran
yang dilakukan oleh instruktur untuk meminta tindakan siswa dan kerjasama dalam
setiap gerakan pembelajaran seideal mungkin sehingga siswa dapat mengubah
perilaku mereka secara memadai dan mahir.

b. Langkah-langkah Menggunakan Metode discovery learning

Pada tahap ini siswa mengolah data dan informasi yang diperoleh melalui
wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan.
Verification (Pembuktian) melalui wawancara, observasi, dan sebagainya,
lalu ditafsirkan.
1. Verification (Pembuktian)

Pada tahap ini Peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan
alternatif, dihubungkan dengan hasil

C. Kelebihan dan kelemahan metode discovery learning

Menurut Hanafiah (2012:79) metode discovery learning


mempunyai kelebihan anatara lain:

1. Membantu peserta didik untuk mengembangkan, kesiapan, serta penguasaan


keterampilan dalam proses kongnitif.
2. Peserta didik memperoleh pengetahuan secara individual sehingga dapat dimengerti
dan mengendap dalam pikirannya.
3. Dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar peserta didik untuk belajar lebih
giat lagi
4. Memberikan peluang untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan dan
minat masing masing.
5. Memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses
menemukan sendiri karena pembelajaran berpusat pada peserta didik dengan peran
guru yang sangat terbatas.
Adapun kelemahan metode discovery learning menurut Hanafiah

(2012:79) antara lain sebagai berikut:

1. Siswa harus memiliki kesiapan dan kematangan mental, siswa harus berani dan
berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik.
2. Keadaan dikelas kita kenyataannya gemuk jumlah siswanya maka metode ini tidak
akan mencapai hasil yang memuaskan.
3. Guru dan siswa yang sudah sangat terbiasa dengan PBM gaya lama maka metode
Ada kritik, bahwa proses dalam metode discovery learning terlalu mementingkan
proses pengertian saja, kurang memperhatikan perkembangan sikap dan
keterampilan bagi siswa discovery learning ini akan mengecewakan.

2.1.3. Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)


1. Pengertian Mata Pelajaran PPKn

Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan menurut kurikulum 2006 adalah mata


pelajaran yang menyiapkan generasi muda untuk mengambil peran dan tanggung
jawabnya sebagai warga negara. Sedangkan PPKn menurut kurikulum 2013 adalah mata
pelajaran yang membudayakan kemampuan dan membentuk watak serta beradaban
bangsa dirancang untuk mengembangkan potensi peserta didik agar yang bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa berhak menjadi berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan demokratis. Orang dan orang negatif warga negara yang
bertanggung jawab.
Sejalan dengan pengertian di atas Darmadi (2010:12) mengungkapkan pendidikan
pancasila dan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang di gunakan sebagai wahan
untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada
budaya bangsa indonesia di harapkan dapat mewujudkan dalam bentuk perilaku dan
kehidupan sehari hari baik secara individu maupun anggota masyarakat, dan sebagai
makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan juga merupakan
pendidikan politik yang fokus materinya berupa peranan warga negara dalam kehidupan
bernegara yang semuanya itu proses dalam rangka untuk membina peranan tersebut
sesuai dengan ketentuan pancasila dan UUD 1945 agar menjadi warga negara yang
dapat diandalkan oleh bangsa dan negara. Cholisin (2015:10)
Pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa PPKn merupakan suatu pembelajaran
dasar di sekolah yang dirancang untuk mempersiapkan warga muda agar kelak setelah
dewasa dapat berperan aktif didalam masyarakat dalam rangka untuk membina peranan
tersebut sesuai dengan ketentuan pancasila dan UUD 1945.
1. Tujuan Mata Pelajaran PPKn

Tujuan mata pelajaran PPKn adalah mengembangkan pengetahuan dan


kemampuan memahami dan menghayati nilai-nilai pancasila dalam rangka pembentukan
sikap dan perilaku sebagai pribadi, anggota masyarakat dan warga negara yang
bertanggung jawab serta membentuk bekal kemampuan untuk mengikuti pendidikan ke
jenjang berikutnya. Kansil (2011:25)
Para ahli lain mengemukakan bahwa tujuan mata pelajaran PPKn adalah untuk
memberikan pengetahuan dan kemampuan dasar kepada mahasiswa mengenai hubungan
antar warga negara dengan negara serta APBN agar menjadi warga negara yang di
andalkan oleh bangsa dan negara. Kuncoro (2015:30).
Penjelasan pendapat di atas, maka tujuan mata pelajaran pendidikan pancasila dan
kewarganegaraan adalah agar siswa dapat memahami dan melaksanakan hak dan
kewajiban serta santun, jujur dan demokratis serta ikhlas sebagai WNI terdidik dan
bertanggung jawab, menguasai dan memahami berbagai masalah dasar dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta dapat mengatasinya dengan pemikiran
kritis dan bertanggung jawab yang berlandaskan pancasila, wawasan nusantara dan
ketahanan nasional dan memiliki sikap dan perilaku sesuai dengan nilai-nilai kejuangan
cinta tanah air serta rela berkorban bagi nusa dan bangsa.
2.1.4. Bahan Ajar

1. Pengertian Bahan Ajar


Memahami bahan bacaan dalam menyusun suatu mata kuliah, perlu
memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan kelancaran pengajaran dan pembelajaran,
salah satunya adalah siklus atau strategi penyampaian data kepada siswa.Cara
pengiriman data yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah pada umumnya
dilakukan secara langsung atau melalui alamat.Pendidik menyampaikan data kepada
siswa dengan mengklarifikasi materi yang didapat dari berbagai sumber. Sebagaimana
ditegaskan oleh Prastowo (2011:17), dikemukakan bahwa buku ajar pada umumnya
merupakan bahan (data, instrumen, dan pesan hitung) yang disusun secara metodis,
termasuk kapasitas yang akan didominasi oleh mahasiswa. Dengan adanya materi
peragaan dapat mencakup kapasitas yang akan didominasi oleh mahasiswa, dan
dipercaya data yang disampaikan dapat diketahui oleh mahasiswa. Sama halnya dengan
pembelajaran warga sekolah menengah, dalam mendapatkan data terdapat buku-buku
pelajaran yang sesuai dengan
tingkat kebutuhan siswa, yang dapat membantu siswa

berprestasi.menyiapkan kemampuan dan kapasitas penting.

2. Bentuk Bahan Ajar


Sebagian besar siswa menggunakan buku sebagai bahan peraga dalam siklus
pembelajaran.Buku sangat mungkin merupakan jenis bahan pertunjukan yang paling
terkenal yang digunakan untuk memberikan data dalam pembelajaran.Prastowo (2011:
40) merekomendasikan bahwa di antara bahan bacaan yang tersisa, buku pelajaran
adalah bahan bacaan yang paling umum digunakan. Meskipun demikian, sebagai alat
bantu dalam latihan belajar, buku bukanlah satu-satunya hal yang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan ajar. Menurut Prastowo (2011:45), karakterisasi bahan tayangan yang
digunakan dalam pendidikan tergantung pada a) bahan tayangan sesuai dengan
strukturnya, antara lain bahan tayangan cetak, bahan tayangan mendengarkan atau
proyek suara, bahan tayangan media umum, dan bahan tayangan intuitif. , b)
menunjukkan bahan yang dikelompokkan berdasarkan strategi kerja, termasuk bahan
pertunjukan yang tidak diproyeksikan, bahan pertunjukan yang diproyeksikan dan bahan
pertunjukan suara, dan c) bahan pertunjukan yang diisolasi menjadi bahan pertunjukan
cetak, bahan pertunjukan khusus, bahan pertunjukan akal atau proyek, dan bahan
pertunjukan diperlukan untuk korespondensi relasional sesuai dengan temperamennya.

3. Langkah-Langkah Pembuatan Bahan Ajar


Saat memperkenalkan materi atau materi pembelajaran, instruktur harus memiliki
opsi untuk meningkatkan penggunaan semua materi atau aset pembelajaran untuk
meningkatkan penyampaian materi atau materi kepada siswa dan juga dapat lebih
mengembangkan pengalaman belajar siswa menggunakan sumber yang berbeda. Dalam
membuat bacaan mata kuliah, penting untuk fokus pada langkah-langkah kesiapan,
khususnya: a) merinci rencana pendidikan, b) membedah aset pembelajaran untuk
membantu perampingan hasil belajar yang terdiri dari data, energi, bahan, perangkat,
metode dan pengaturan Sanjaya Wina (2010:79), dan c) memilih dan memutuskan bahan
ajar. Materi pertunjukan yang dipilih harus memadai untuk membantu siswa menguasai
keterampilan dasar yang diajarkan.

2.1.5. Pengembangan Bahan Ajar Modul


Surahman Prastowo (2011:144), Mengemukakan bahwa modul adalah

buku teks yang disusun dalam sistem bahasa yang mudah dipahami, hal ini dilakukan oleh
siswa sesuai dengan tingkat pengetahuan dan usianya agar dapat belajar secara mandiri
dengan sedikit bantuanatau bimbingan dari pendidik.
Ada beberapa komponen utama dalam sebuah modul, yaitu judul, arah
pembelajaran, kapasitas yang harus dicapai, data pendukung, soal latihan, LKS, slogan
LKS, evaluasi semboyan dan penilaian.Melalui evaluasi, siswa dapat secara mandiri
menyaring tingkat pemahaman mereka terhadap materi.
Secara garis besar, bahan bacaan sebagai modul adalah buku pelajaran yang sengaja
dibuat untuk membantu siswa memahami buku pelajaran secara mandiri. Adanya
perkembangan pengambilan dalam pengelompokan mulai dari judul, arah pembelajaran,
kapasitas yang akan dicapai, data pendukung, soal latihan, LKS, kunci LKS, kunci
penilaian, dan penilaian, sangat bermanfaat bagi pendidik dan siswa sebagai pedoman
pembelajaran sampai akhirnya membuat keadaan belajar yang menguntungkan untuk
belajar. , menguntungkan dan layak untuk mencapai target pembelajaran normal.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Penggunaan Metode penelitian bertujuan untuk mempermudah dalam proses penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode Design and Development (D&D)
atau design dan pengembangan. Richey & Klein
(2007, hlm.1; dalam Spectros dkk, 2014, hlm. 142) mendefinisikan bahwa, the systematic
study of design, development and evaluation processes with the aim of establishing an
empirical basis for the creation of instructional and non-instructional products and tools
and new or enhanced models that govern their development.
Metode Design and Development (D&D) merupakan suatu proses yang sistematis dalam
mempelajari desain, pengembangan, dan evaluasi dengan tujuan membangun dasar empiris
untuk pembuatan produk dan alat yang mengarah pada pengajaran/petunjuk dan model baru
atau yang disempurnakan. Sehingga fokus dari penelitian ini adalah mengembangkan produk
bahan ajar dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif.
Design and Development (D&D) terdapat dua kategori besar sebagai tujuan dari penelitian
desain dan pengembangan diantaranya : (1) Product and tool research (Penelitian produk dan
alat), dan (2) Model research (penelitian model) (Richey & Klein, 2007, hlm. 8; dalam
Spectors, 2014, hlm. 141). Pada penelitian ini menggunakan kategori product and tool
research (penelitian produk dan alat), dengan mengembangkan sebuah rancangan produk atau
alat yang kemudian dilakukan penilaian. Sebagaimana disampaikan Richey dan Klein (2007,
hlm. 8; dalam Spectors, 2014, hlm. 142) bahwa, “Product and tool research typically involves
situations in which the design and development process used in a particular situation is
described, analyzed, and a final product is evaluated”. Penelitian produk dan alat dapat
mengaitkan keadaan di mana desin dan proses pengembangan yang digunakan dalam keadaan
dengan dijelaskan, dianalisis, dan evaluasi produk akhir

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY


LEARNING DALAM
Berdasarkan kategori Product and tool research (Penelitian produk dan alat) tersebut Richey
dan Klein (2007, hlm.9) membagi menjadi dua model, yaitu: (1) Product development
research (penelitian pengembangan produk dan (2) Tool development research (penelitian
pengembangan alat). Maka dari itu peneliti akan menerapkan model Product development
research, dimana pada prosesnya dilakukan perancangan dan pengembangan produk yang
akan diakhiri dengan evaluasi berupa penilaian oleh para ahli untuk mengetahui kualitas
produk yang akan digunakan dalam memfasilitasi pembelajaran untuk mata pelajaran IPS
tentang interaksi manusia dengan lingkungan alam.
Metode penelitian Design and Development (D&D) bersifat mixed methods research (Rickey
dan Klein dalam Spectors, 2014, hlm. 148) yang artinya dalam satu penelitian terdapat teknik
pengumpulan data menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Tetapi dilihat dari
proses penelitian D&D , maka penelitian ini lebih besar menggunakan pendekatan kualitatif .
Penelitian kualitatif merupakan proses analisis dan makna secara mendalam tentang suatu
gejala, fakta, atau realita dalam menyelesaikan penelitiannya (Sugiyono, 2011, hlm.14; Syahrul
dkk, 2017, hlm.50). Dalam hal ini analisis terhadap kelayakan suatu produk yang akan
dikembangkan.
Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Model ADDIE (Analyze, Design,
Development, Implementation, Evaluation) yang dikembangkan oleh Reiser dan Molenda.
(Branch,2009, hlm. 2-3) menyatakan proses pembuatan produk dengan menggunakan model
ADDIE masih menjadi salah satu alat paling efektif saat ini. Karena model ADDIE berfungsi
sebagai kerangka pemandu untuk situasi kompleks yang sesuai untuk mengembangkan produk
pendidikan dan sumber belajar lainnya. Berikut ini merupakan gambaran alur pengembangan
produk dengan menggunakan model ADDIE:

Gambar 3. 1 Tahapan Model ADDIE Sumber : Branch


(2009 hlm. 2)

3.2 Prosedur Penelitian


Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada model desain
pengembangan ADDIE. Tahapan model ADDIE terdiri dari
Analysis (Analisis), Design (Desain), Development (Pengembangan), Implementation
(Implementasi), Evaluation (Evaluasi) (Branch, 2009).
1. Tahap Analisis (Analysis)
Pada tahap awal, peneliti mengumpulkan informasi sebanyak mungkin sesuai dengan
kebutuhan penelitian, dan melakukan analisis terhadap informasi terebut. Pada tahap ini
peneliti melakukan wawancara terhadap guru yang menyatakan bahwa kemampuan berpikir
kreatif siswa yang rendah serta kelengkapan materi pada sumber yang digunakan kurang
lengkap, dan melakukan analisis terhadap bahan ajar yang sebelumnya sudah digunakan, untuk
melihat langkah pembelajaran yang digunakan apakah dapat memfasilitasi siswa dalam
menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif. Dengan melakukan analisis tersebut peneliti dapat
mengetahui hal apa saja yang dibutuhkan dalam membuat produk sesuai dengan tujuan
penelitian yang sudah dirumuskan. Analisis ini dilakukan terhadap buku bahan ajar tematik SD
kelas 5 pada semester 2 dengan judul buku Panas dan Perpindahannya di tema 6 yang
diterbitkan oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan republik ndonesia.
2. Tahap Desain (Design)
Kegiatan desain ini peneliti membuat rancangan (storyboard) yang disusun pada bahan ajar
materi interaksi manusia dengan lingkungan alam , dengan memperhatikan model
pembelajaran yang digunakan sebagai langkah-langkah yang sistematis dalam mendukung
kemampuan berpikir kreatif siswa. pada tahap ini desain peneliti dapat memperhatikan: (1)
konten isi bahan ajar, (2) konsep penyajian(model pembelajaran), (3) konsep kebahasaan siswa
SD, dan

(4) konsep grafik/tata letak penyusunan bahan ajar.


3. Tahap Pengembangan (Development)
Tahap ini merupakan penggabungan semua konten yang sudah disiapkan menjadi produk
bahan ajar yang utuh dengan memperhatikan hal-hal diatas, serta luaran yang diharapkan.
Kemudian peneliti dapat melakukan validasi dengan para ahli pada bidangnya dengan
menggunakan angket/kuesioner untuk mengetahui penilaian serta saran dan masukan terhadap
produk yang telah dibuat. Berdasarkan atas masukan dari para ahli dijadikan sebagai dasar
dalam mengimplementasikan produk yang telah peneliti buat sudah layak untuk di uji coba
kan.
4. Tahap Implementasi (Implementation)
Implementasi ini bertujuan untuk memperoleh umpan balik mengenai pengembangan bahan
ajar yang dilakukan. Implementasi ini dibatasi hanya untuk memperoleh tanggapan dari siswa
dengan memberikan angket kepada partisipan untuk mengetahui pendapat dan respon terhadap
produk yang sudah peneliti kembangkan.
5. Tahap Evaluasi (Evaluation)
Pada tahap terakhir ini merupakan masa perbaikan. Masa perbaikan ini dilakukan berdasarkan
kekurangan-kekurangan pada bahan ajar saat memperoleh validasi atau tanggapan siswa.

3.3 Partisipan Penelitian


Dalam penelitian ini digunakan purposive sampling, yaitu partisipan yang bersifat random
dengan mempertimbangkan hal-hal yang dapat menunjang penelitian ini. Partisipan ini
merupakan partisipan sesuai ahli pada bidangnya sesuai dengan yang dibutuhkan dalam
penelitian ini. Partisipan dalam penelitian ini terdiri dar ahli materi, ahli desain, ahi bahasa,
ahli pembelajaran, dan siswa. berikut dijelaskan fungsi partisipan:

berikut dijelaskan fungsi partisipan:


1. Ahli desain
Ahli desain dalam pengembangan ini adalah seseorang yang ahli dalam bidang desain.
Pemilihan ahli desain ini didasarkan pada pertimbangan bahwa yang bersangkutan memiliki
kompetensi di bidang desain. Ahli desain akan memberikan komentar dan saran terhadap
desain pada dalam bahan ajar yang dikembangkan.
2. Ahli Materi
Ahli materi dalam pengembangan ini adalah seseorang yang ahli di bidang pendidikan.
Pemilihan ahli materi ini didasarkan pada pertimbangan bahwa yang bersangkutan memiliki
kompetensi di bidang Ilmu Pengetahuan Sosial. Ahli materi akan memberikan komentar dan
saran terhadap materi pembelajaran dalam bahan ajar yang dikembangkan.
3. Ahli bahasa
Ahli bahasa dalam pengembangan ini adalah seseorang yang ahli di bidang
ketatabahasaan. Pemilihan ahli materi ini didasarkan pada pertimbangan bahwa yang
bersangkutan memiliki kompetensi di bidang bahasa. Ahli bahasa akan memberikan komentar
dan saran terhadap penggunaan bahasa pada bahan ajar yang dikembangkan.
4. Ahli Pembelajaran (guru)
Dalam penelitian ini guru akan memberikan penilaian, komentar dan saran secara umum
terhadap bahan ajar yang sudah dikembangkan. Guru yang akan memberikan tanggapan dan
komentar dalam penelitian ini adalah guru kelas V sekolah dasar.
5. Siswa
Dalam penelitian ini, siswa akan memahami, membaca bahan ajar dan memberikan
tanggapan terhadap bahan ajar yang telat dikembangkan. Siswa yang akan menjadi subjek
dalam penelitian ini adalah siswa kelas V sekolah dasar.
3.4 Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan oleh peneliti dalam mengumpulkan
data yang dibutuhkan dengan memenuhi standar yang sudah ditetapkan. (Sugiyono, 2011, hlm.
308). Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan
kuantitatif dengan mengacu pada rumusan masalah :
1. Teknik Desain Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Model Pembelajaran Discovery
Learning dalam Meningkatkan Kemampuan berpikir kreatif siswa kelas 5 SD
a. Wawancara
Teknik wawancara ini digunakan untuk mengumpulkan informasi terkait studi
pendahuluan dalam penelitian. Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara kepada wali
kelas V SD dan siswa kelas 5 SD(pembelajar). Instrumen yang digunakan yaitu pedoman
wawancara guru wali kelas dan siswa kelas 5 SD.
b. Dokumentasi
Teknik dokumentasi ini dilakukan untuk mengumpulkan informasi dari dokumen-
dokumen terkait, dalam hal ini yaitu mengumpulkan informasi atau melakukan analisis
terhadap bahan ajar yang sudah digunakan guru sebelumnya. Instrumen yang digunakan
sendiri yaitu lembar analisis bahan ajar.
c. Observasi
Teknik observasi dilakukan untuk mengumpulkan informasi tau mengamati seluruh
kegiatan selama proses penelitian berlangsung. Instrumen yang digunakan yaitu work
logs. Work logs dilakukan selama proses pengembangan sebagai jurnal harian dengan
menuliskan semua temuan-temuan pada saat proses pengembangan Penggunaan catatan
kerja ini akan memudahkan dalam mengingat kembali proses pengembangan yang sudah
dilakukan dengan mengacu pada model penelitian yang dipilih. Instrument yang
digunakan dalam observasi in yaitu menggunakan lembar analisis, dan catatan kerja/work
log.
2. Teknik dalam hasil Pengembangan Bahan ajar berbasis model Discovery
Learning dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas 5 SD
Teknik yang digunakan dalam merumuskan hal tersebut yaitu menggunakan teknik
validasi ahli , dengan tujuan untuk menghimpun data dalam menilai hasil pengembangan pada
bahan ajar materi interaksi manusia dengan lingkungan alam kelas 5 SD serta layak atau tidak
layaknya bahan yang sudah dikembangkan. Hal tersebut dilakukan untuk keperluan kebaikan
dan masukan produk melalui expert review (ahli/pakar bidangnya), ahli yang terlibat dalam
penelitian ini yaitu, ahli materi, ahli desain, ahli bahasa dan ahli pembelajaran. instrument
yang digunakan untuk menghimpun datanya berupa lembar angket.

3.5 Instrument Pengumpulan Data


Data- data yang diperlukan pada penelitian ini dikumpulkan melalui instrument penelitian,
lembar instrument ini dirumuskan berdasarkan pada rumusan awal yaitu :
1. Instrument Desain Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Model Pembelajaran Discovery
Learning dalam Meningkatkan Kemampuan berpikir kreatif siswa kelas 5 SD.
a. Work logs
Work logs atau catatan kerja merupakan salah satu instrument pengumpulan data yang
digunakan untuk mengetahui perkembangan pembuatan bahan ajar yang mengacu pada
tugas khusus yang telah dikerjakan, work log dapat berisi waktu yang dikeluarkan, alat
yang digunakan, dll (Rickey dan klein dalam Hajidi, 2018; Syahru; dkk, 2017, hlm. 206).
Proses dan tugas yang dilakukan berdasarkan prosedur pengembangan ADDIE. (1)
Analysis (analisis), (2) Design (Desain), (3) Development (pengembangan),
(4)Implementation (Implementasi), (5) Evaluation (Evaluasi).
Lembar Analisis Bahan Ajar Berbasis Discovery Learning
Lembar analisis ini digunakan terhadap bahan ajar yang sebelumnya sudah
digunakan oleh guru sebagai teknik observasi yang dilakukan oleh peneliti. lembar analisis
ini bahan ajar bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan
kelebihan ataupun kekurangan bahan ajar yang sudah digunakan sebagai acuan peneliti
dalam mengembangkan bahan ajar. Lembar analisis ini berupa: (1) Analisis keterpaduan
materi dengan SKL, (2) Analisis keterpaduan materi dengan KI dan KD, (3) Analisis
kecukupan materi, (4) Analisis kedalaman materi, (5) Analisis materi berdasarkan model
pembelajaran Discovery Learning dan Berpikir kreatif. Pengumpulan data melalui lembar
analisis ini diisi oleh peneliti itu sendiri.
b. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara merupakan panduan yang berisi pertanyaanpertanyaan yang akan
diajukan oleh peneliti kepada narasumber. Pedoman wawancara ini digunakan untuk
mengumpulkan data studi pendahuluan mengenai permasalahan dalam peneliti. Pedoman
wawancara ini terbagi menjadi 2 jenis. Yaitu pedoman yang akan diberikan kepada guru
kelas V SD dan kepada siswa kelas V SD. Karena belum terbentuknya instrument pada
awal penelitian, maka pedoman wawancara ini dibuat berdasarkan halhal yang dibutuhkan
dalam penelitian terkait dengan proses pembelajaran, kualitas bahan ajar yang digunakan,
dan luaran dari mata pelajaran IPS.

Tabel 3. 2 Kisi-Kisi Wawancara kepada Guru (studi


pendahuluan)
Aspek Indikator
Kurikulum Keterlaksanaan KI
Proses KBM Langkah pembelajaran, Kendala
dan luaran dari proses pembelajaran
Berpikir kreatif siswa Kemampuan siswa dalam
pembelajaran IPS materi interaksi
manusia dengan lingkungan alam.
Bahan ajar Bahan ajar yang digunakan dalam
proses KBM

Tabel 3. 3 Kisi-Kisi Wawancara kepada siswa (studi


pendahuluan)
Aspek Indikator
Proses KBM Pembelajaran yang dilakukan
Berpikir kreatif siswa Kemampuan siswa dalam
pembelajaran (bentuk interaksi
siswa dengan lingkungan alam)

Bahan ajar Bahan ajar yang digunakan guru


dalam proses KBM

2. Instrument Hasil Pengembangan Bahan ajar berbasis model Discovery


Learning dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas 5 SD
Instrument yang digunakan dalam merumuskan hal tersebut yaitu menggunakan lembar
angket yang berisikan serangkaian pernyataan atau pertanyaan untuk mengumpulkan data
terkait hasil pengembangan bahan ajar berbasis model pembelajaran Discovery Learning
dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas 5 SD pada materi interaksi
manusia dengan lingkungan alam. Penilaian ini dikembangkan melalui beberapa ahli/pakar
(expert riview), ataupun guru sebagai ahli pembelajaran. Jenis angket yang dugunakan dalam
penelitian ini yaitu angket tertutup dan terbuka. Angket tertutup menyediakan beberapa
kemungkinan jawaban dengan menggunakan skala likert yang terdiri atas skala 1 (sangat
tidak sesuai), 2 ( tidak sesuai), 3 (cukup sesuai), 4 (sesuai), dan 5 (sangat sesuai), sedangkan
angket terbuka berupa kolom komentar untuk memberikan beberapa masukan tambahan
yang tidak terfasilitasi pada angket tertutup. Serta disediakan kesimpulan penilaian
berdasarkan ahli validasi terkait : 1) bahan ajar bisa digunakan tanpa perbaikan, 2) bahan ajar
dapat digunakan dengan perbaikan, dan 3) bahan ajar belum layak digunakan. Instrumen
angket ini dikembangkan kedalam 3 bentuk :
a) Lembar Angket Penilaian Ahli Materi
Instrumen ini digunakan untuk memperoleh penilaian akan kelayakan bahan materi
yang disajikan pada bahan ajar berbasis model pembelajaran Discovery Learning. Adapun
lembar penilaian ahli materi ini akan diisi oleh dosen ahli di bidang Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS).

Tabel 3. 4 Kisi-Kisi Lembar Angket Ahli Materi


Komponen penilaian Indikator penilaian No
Kesesuaian dengan KI - Kesesuaian materi dengan KI 1
dan KD - Kesesuaian materi dengan KD interaksi 2
manusia dengan lingkungan alam
- Keterpaduan sub materi 3
Perkembangan - Kesesuaian dengan perkembangan 4
anak SD peserta didik kelas V SD
Substansi materi - Memiliki Kedalaman materi yang 5
disajikan (konsep, definisi, prosedur,
contoh, kasus, latihan)
- Kemudahan siswa dalam memahami 6
materi
- Memberikan kesempatan belajar 7
kepada siswa
- Keakuratan contoh dan kasus 8
berdasarkan kehidupan siswa
- Kesesuaian materi dengan ilustrasi/ 9
gambar yang disajikan pada
pengembangan bahan ajar
Kesesuaian bahan ajar - Kesesuaian materi dengan sintaks 10
dengan sintaks model Model Pembelajaran Discovery
Discovery Learning Learning (simulasi)
- Kesesuaian materi dengan sintaks 11
Model Pembelajaran Discovery
Learning (identifikasi masalah)
- Kesesuaian materi dengan sintaks 12
Model Pembelajaran Discovery
Learning (pengumpulan data)
- Kesesuaian materi dengan sintaks 13
Model Pembelajaran Discovery
Learning (pengolahan data)
- Kesesuaian materi dengan sintaks 14
Model Pembelajaran Discovery
Learning (pembuktian)
- Kesesuaian materi dengan sintaks 15
Model Pembelajaran Discovery
Learning (penyimpulan)
Mendorong - Mendorong pemahaman konsep siswa 16
keringintahuan pada materi interaksi manusia dengan
lingkungan alam
Kesesuaian dengan - Kesesuaian Materi dengan Model 17
indikator kemampuan Discovery Learning dalam
berpikir kreatif memfasilitasi kemampuan berpikir
kreatif siswa (berpikir lancar)
- Kesesuaian Materi dengan Model 18
Discovery Learning dalam
memfasilitasi kemampuan berpikir
kreatif siswa (berpikir luwes)
- Kesesuaian Materi dengan 19
Model Discovery Learning
dalam memfasilitasi
kemampuan berpikir
kreatif siswa (berpikir original)
- Kesesuaian Materi dengan Model 20
Discovery Learning dalam
memfasilitasi kemampuan berpikir
kreatif siswa (berpikir terperinci)

b) Lembar Angket Penilaian Ahli Desain


Instrumen ini digunakan untuk memperoleh penilaian akan kelayakan terhadap konsep
penyajian bahan ajar berbasis model pembelajaran Discovery Learning. Adapun lembar
penilaian ahli desain ini akan diisi oleh dosen ahli teknisi dibidang desain.

Tabel 3. 5 Kisi-Kisi Lembar Angket Ahli Desain


Aspek Indikator penilaian No
Kegrafikan - Ketepatan pemilihan ukuran huruf (11-19 point pada 1
judul, sub, materi)
- Ketepatan pemilihan jenis huruf 2
- Tidak ada kesalahan dalam penulisan 3
- Tulisan dapat dibaca dengan jelas 4
- Tidak menggunakan lebih dari dua jenis huruf 5
- Gambar, warna, dan tulisan yang digunakan tidak 6
mengganggu
- Kesesuaian dengan warna background 7
- Kesesuaian desain (gambar & warna) cover 8
dengan materi interaksi menusia dengan
lingkungan alam
Penyajian - Tampilan layout bahan ajar menarik 9
- Menyajikan langkah pembelajaran yang 10
sistematis (model pembelajaran Discovery
Learning)
- Ketersediaan ruang untuk menuliskan jawaban/ 11
hasil temuan
- Komposisi gambar, tulisan, dan warna yang 12
digunakan pas
- Memiliki keterkaitan antar sub materi 13
- Kelengkapan informasi 14
- Keruntutan konsep (mudah-sukar) 15

c) Lembar Angket Penilaian Ahli Bahasa


Instrumen ini digunakan untuk memperoleh penilaian akan kelayakan terhadap
penggunaan bahasa pada bahan ajar berbasis model pembelajaran Discovery Learning.
Adapun lembar penilaian ahli bahasa ini akan diisi oleh dosen ahli bahasa.

Tabel 3. 6 Kisi-Kisi Lembar Angket Ahli Bahasa


Aspek Indikator No
Keterbaca Bahasa yang digunakan dapat dipahami 1
an Sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual siswa 2
Memahami makna pesan yang disajikan 3
Sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia(titik, koma, tanda 4
Kesesuaia tanya, dll)
n degan Menggunakan bahasa yang baik dan benar 5
kaidah Materi disampaikan dengan bahasa yang menarik dan lazim 6
bahasa
indonesia Ketepatan ejaan (ejaan yang disempurnakan) 7
Konsistensi penggunaan istilah 8
Logika Penggunaan kata pada kalimat mengandung makna tunggal 9
berbahasa Menggunakan kalimat yang singkat & jelas/ sederhana & 10
sesuai sasaran.
Menggunakan kalimat aktif (awalan me,ber, ter,dll) 11
d) Lembar angket penilaian ahli pembelajaran (guru)
Instrumen ini digunakan untuk memperoleh penilaian akan kelayakan konsep materi
(sehari-hari siswa) dan bahasa (sehari-hari siswa) pada bahan ajar berbasis model
pembelajaran Discovery Learning.. Adapun lembar penilaian ahli pembelajaran ini akan diisi
oleh kelas 5 SD.

Tabel 3. 7 Kisi-Kisi Lembar angket penilaian ahli pembelajaran (guru)


Aspek Indikator No
Materi - Kesesuaian materi dengan KI, KD 1
- Kemudahan siswa dalam memahami materi 2
- Mendorong pemahaman konsep siswa pada materi 3
interaksi manusia dengan lingkungan alam
- Memberikan kesempatan belajar kepada siswa 4
- Kesesuaian materi dengan sintaks model pembelajaran 5
Discovery Learning (simulasi)
- Kesesuaian materi dengan sintaks model 6
pembelajaran Discovery Learning (identifikasi
masalah/problem statemen)
- Kesesuaian materi dengan sintaks model 7
pembelajaran Discovery Learning (pengumpulan
data/collection)
- Kesesuaian materi dengan sintaks model 8
pembelajaran Discovery Learning (pengolahan
data/ processing)
- Kesesuaian materi dengan sintaks model pembelajaran 9
Discovery Learning
(pembuktian/verification)
- Kesesuaian materi dengan sintaks model pembelajaran 10
Discovery Learning (Penyimpulan)
- Keakuratan contoh dan kasus berdasarkan 11
kehidupan siswa
- Memiliki keterkaitan antara sub materi 12
- Kelengkapan informasi/materi yang disajikan 13
Kebahasaan - Menggunakan bahasa yang mudah dipahami/sehari- 14
hari siswa
- Penggunaan kata pada kalimat mengandung makna 15
tunggal
- Konsistensi penggunaan istilah 16
- Sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia 17
- Menggunakan kalimat aktif (awalan me,ber, 18
ter,dll)
- Menggunakan kalimat yang singkat & jelas/ 19
sederhana & sesuai sasaran
- Kesesuaian dengan perkembangan intelektual 20
siswa

e) Lembar Penilaian Pengguna (Siswa) dalam Menilai Bahan Ajar


Lembar penilaian siswa sebagai pengguna bahan ajar berbasis Discovery Learning
akan memberikan responden dan komentar mengenai bahan ajar yang dikembangkan.
Tabel 3. 8 Kisi-Kisi Lembar Angket penilaian pengguna (siswa)
Aspek Indikator No
Materi Dapat memahami materi pada bahan ajar interaksi 1
manusia dengan lingkungan alam
dapat mengikuti tahap pembelajaran dengan mudah 2
Dapat melihat kesesuaian gambar dengan materi interaksi 3
manusia dengan lingkungan alam / masalah kehidupan
sehari-hari
Dapat mengetahui kesimpulan dari pembelajaran yang 4
disajikan
Bahasa Dapat memahami bahasa yang digunakan 5
Dapat memahami penggunaan kalimat dalam bahan ajar 6
ini
Tidak terdapat kalimat/kata dengan makna ganda (makna 7
lebih dari satu)
Penyajian Dapat memahami petunjuk pembelajaran yang disajikan 8
/grafika Dapat meningkatkan semangat belajar dengan gambar 9
yang menarik
Dapat mendorong saya dalam berdiskusi dengan 10
temanteman lain.
Dapat membaca tulisan dengan jelas (jenis/ukuran huruf) 11

3.6 Teknik Analisis data


Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif dan
kuantitatif. Data kualitatif diperoleh melalui instrumen pengumpul data yaitu work logs dan
pedoman wawancara. Sedangkan data kuantitatif diperoleh dari pengumpul data yaitu lembar
angket, kemudian data dapat diolah menjadi data kualitatif berupa deskripsi atau kata dan data
kuantitatif berupa angka.
1. Analisis Data Kuantitatif
Analisis kuantitatif pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui kelayakan bahan ajar
berdasarkan validasi ahli melalui penyebaran angket. Validasi dilakukan oleh 4 ahli, yaitu ahli
materi, ahli desain, ahli bahasa, dan ahli pembelajaran(guru). Lembar validasi bahan ajar ini
menggunakan penilaian skala likert seperti berikut.

Tabel 3. 9 Kriteria Penilaian Skala Likert


No Skor Kriteria
1 5 Sangat Baik (SB)
2 4 Baik (B)
3 3 Cukup (C)
4 2 Kurang (K)
5 1 Sangat Kurang (SK)
(Sugiyono, 2011, hlm.134)
Berikut cara menghitung rentang kategori skor tiap data yang diperoleh dari lembar
angket. Setelah angket didapatkan, peneliti dapat menjumlahkan seluruh skor tiap
validator/aspek penilaian dan dibandingkan dengan kategorisasi penilaian yang dibuat
menggunakan skala rentang.

Skor max – skor min Nilai rentang =


Jumlah kriteria penilaian
(Susetyo, 2010, hlm. )
Tahapan selanjutnya yaitu perhitungan persentase rata-rata hasil data yang didapat dengan
menggunakan rumus:

Jumlah Skor yang diperoleh


Persentase = × 100 %
Jumlah skor maximal
(Rohim, 2012 )

Setelah dihitung menggunakan rumus diatas, akan diperoleh skor yang mempersentasekan
kualitas kelayakan bahan ajar yang dikembangkan. Hasil perhitungan dan persentase kelayakan
bahan ajar ini diinterprestasikan kedalam kategori pada tabel 3.10 sebagai berikut:

Tabel 3. 10 Kriteria Kelayakan (Arikunto &Safrudin, 2009)


No Interval nilai Kategori
1. 81% - 100% Layak
2. 61% - 80% Cukup Layak
3. 41% - 60% Kurang Layak
4. 21% - 40% Tidak layak
5. < 21 Sangat Tidak Layak
2. Analisis data kualitatif
Selain menggunakan skala likert, dapat juga menggunakan teknik analisis kualitatif. Tahap
analisis terdiri atas 3 tahapan : 1) Reduksi data (data reduction), 2) Penyajian data (data
display) dan 3) Penarikan simpulan (Miles dan Huberman dalam Sugiyono, 2011, hlm. 338).
a. Reduksi data (data reduction)
Pemerolehan data di lapangan akan berjumlah banyak maka diperlukan analisis data
melalui reduksi, dengan merangkum hal-hal yang pokok, penting, dan membuang yang tidak
dibutuhkan. Dengan demikian data yang sudah direduksi akan memberikan gambaran yang
lebih jelas. Hasil reduksi data dapat disusun ke dalam bentuk laporan tertulis dan terperinci.
Dalam hal ini data yang didapatkan dari hasil observasi (lembar analisis dan work logs) dan
wawancara kemudian dilakukan reduksi dengan merangkum atau menyaring hal-hal inti,
penting dan membuang hal-hal yang tidak penting.
b. Penyajian data (data display)
Setelah melakukan reduksi terhadap data, maka peneliti dapat menghimpun seluruh data
penting menjadi data yang lebih sederhana dan dapat dijabarkan kedalam bentuk naratif, table,
grafik, dan sebagainya dalam pola hubungan sehingga data tersebut dapat dipahami dengan
baik.
c. Penarikan simpulan (Conclusion Drawing)
Tahap terakhir yaitu penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan ini dilakukan untuk
menjawab rumusan-rumusan masalah yang sudah dirumuskan diawal. Kesimpulan dapat
berupa hubungan kausal, hipotesis atau teori.

Anda mungkin juga menyukai