Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN KARYA INOVASI PEMBELAJARAN

KEEFEKTIFAN MODEL MAKE A MATCH


BERBANTU MEDIA RODA PANCASILA PUTAR TERHADAP HASIL
BELAJAR KOGNITIF SISWA KELAS VI PADA PEMBELAJARAN
PENGAMALAN NILAI PANCASILA

OLEH :

WAHYUANA ANDIKA RINI, S.Pd

NIP. 19900805 202221 2 012

UPT SD NEGERI SUMBERJATI

KECAMATAN KADEMANGAN KABUPATEN BLITAR

TAHUN 2022
ABSTRAK

Kata Kunci : Model Make A Match, Media Roda Putar Pancasila, Kognitif

Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya nilai kognitif siswa pada
pembelajaran Tema 1 Subtema 1 tentang pengamalan Nilai-Nilai Pancasila , hal
tesebut di buktikan dengan kurang efektifnya pembelajaran sebelumnya oleh peserta
didik. Hasil Pretest menunjukkan bahwa presentase klasikal pretest 70% sedangkan
pada presentase klasikal posttest 100%. Kesimpulan bahwa Penerapan model Make A
Match Berbantu Media Roda Pancasila Putar Terhadap Hasil Belajar Kognitif Pada
Pembelajaran Tema 1 Subtema 1 Kelas VI UPT SD Negeri Sumberjati. Hasil rata-rata
nilai Pretest menunjukkan bahwa dari 13 peserta didik hanya 3 peserta didik yang
dinyatakan lulus KKM diatas 70, dan 10 peserta didik dinyatakan tidak lulus KKM di
bawah 70. Setelah diberikan perlakuan peserta didik mendapat nilai di atas KKM 70,
dan dari hasil post test dari 13 peserta didik ada 11 peserta didik yang dinyatakan lulus
KKM yang mendapatkan nilai tuntas diatas KKM 70. Dan dari pengujian ketuntasan
belajar klasikal hasil belajar peserta didik secara keseluruhan mencapai presentase
belajar klasikal lebih dari 70% yaitu 88%.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan saran yang dapat disampaikan
adalah agar Model Make A Match berbantu Media Roda Pancasila Putar dapat
digunakan sebagai satu alternatif guru dalam mengajar.
DAFTAR ISI

ABSTRAK ......................................................................................................i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................... 4
C. Tujuan ............................................................................................. 5
D. Manfaat ........................................................................................... 5

BAB II. LANDASAN TEORI ...................................................................... 7

A. Konsep/Teori yang Melandasi Karya Inovasi Pembelajaran ......... 7


B. Hasil Inovasi Yang Relevan ......................................................... 11

BAB III. KARYA INOVASI PEMBELAJARAN ..................................... 13

A. Rancangan Karya Inovasi Pembelajaran ....................................... 13


B. Aplikasi Praktis dalam Pembelajaran ............................................ 13
C. Data Hasil Aplikasi Praktis Inovasi Pembelajaran ........................ 14
D. Analisis Data Hasil Aplikasi Praktis Inovasi Pembelajaran .......... 15

BAB IV. PENUTUP ..................................................................................... 16

A. Simpulan ........................................................................................ 16
B. Saran .............................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 17

LAMPIRAN – LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN

I. Lampiran Materi
II. Lampiran Foto Media Roda Pancasila Putar
III. Lampiran Prsentasi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu filosofi pemikiran pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara adalah


pendidikan yang berpihak pada anak. Artinya adalah bebas dari segala ikatan, dengan
suci hati mendekati sang anak, bukan untuk meminta sesuatu hak, melainkan untuk
berhamba pada sang anak (Ki Hadjar Dewantara, 1922). Pendidikan itu hanya dapat
menuntun tumbuh atau hidupnya kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat
memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak
(Ki Hadjar Dewantara, 1936, Dasar-dasar Pendidikan, hal 1paragraf 5). Salah satu ciri
pendidikan yang berpihak pada anak adalah bagaimana anak dapat merasakan
pembelajaran yang menyenangkan yang menumbuhkan kreatifitasnya sesuai dengan
potensinya.

Anggapan bahwa siswa adalah obyek pembelajaran ternyata menjadikan siswa


menjadi pribadi yang kurang kreatif, tidak bisa tergali semua potensinya karena sudah
terpaku dengan pembelajaran yang dirancang oleh guru. Siswa jarang ditanya apa yang
mereka rasakan dalam proses pembelajarana, apa keinginan mereka dan bagaimana
agar pembelajaran menyenangkan tetapi mampu menggali semua potensi, bakat dan
minat mereka sebagai seorang siswa . Sehingga wajar jika pembelajaran terkesan
monoton, membuat lelah dan jenuh, bahkan siswa terlihat terpaksa mengikuti setiap
pembelajaran. Guru menganggap bahwa pemebelajaran adalah hak guru dengan
berbagai macam alasan kekhawatiran seperti ketuntasan kurikulum, target
ketercapaian pemebelajaran, melakukan penilaian dan lain sebagainya sehingga
menjadikan siswa sebagai obyek dalam pembelajaran dan bukan subyek. Sehingga
siswa belum mendapatkan kemerdekaanya dalam belajar.

Permasalahan demi permasalahan pendidikan di Indonesia dituai tiap


tahunnya. Permasalahan pun muncul mulai dari aras input, proses, sampai output.
Ketiga aras ini sejatinya saling terkait satu sama lain. Input mempengaruhi
keberlanjutan dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran pun turut
mempengaruhi hasil output. Seterusnya, output akan kembali berlanjut ke input dalam
jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi atau masuk ke dalam dunia kerja, dimana
teori mulai dipraktekkan. (Megawati, 2012).

Pendidikan dan pengajaran adalah salah satu usaha yang bersifat sadar tujuan
yang dengan sistematis terarah pada perubahan tingkah laku menuju kedewasaan anak

1
didik. Perubahanperubahan itu menunjukkan suatu proses yang harus dilalui.
Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga
berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan
penyesuaian diri (Sardiman, 2009). Menurut Djamarah dan Zain (2010) bahwa proses
belajar mengajar adalah suatu proses yang sengaja diciptakan untuk kepentingan anak
didik. Agar anak didik senang dan bergairah belajar, guru berusaha menyediakan
lingkungan belajar yang kondusif dengan memanfaatkan semua potensi kelas yang
ada. Di dalam kegiatan belajar mengajar guru tidak harus terpaku dengan
menggunakan satu metode, tetapi guru sebaiknya menggunakan metode yang
bervariasi agar jalannya pembelajaran tidak membosankan tetapi menarik perhatian
anak didik.

Pada intinya belajar adalah ingin mendapatkan pengetahuan, keterampilan, dan


pemahaman sikap mental, serta nilai-nilai (Sardiman, 2009). Dalam proses
pembelajaran, guru sebagai fasilitator atau motivator memegang peranan penting
dalam proses belajar mengajar. Guru harus bisa menciptakan kondisi yang dinamis
dan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran, untuk itu guru harus memilih salah
satu model-model pembelajaran yang bisa meningkatkan semangat siswa untuk belajar
agar siswa tidak merasa bosan berada didalam kelas. Dalam kelas metode mengajar
tidak digunakan sendiri-sendiri tetapi merupakan kombinasi dari beberapa metode
mengajar (Sudjana,2012) (Wandy, 2017).

Pembelajaran tematik dalam kurikulum 2013 harus didesain lebih menarik dan
sedekat mungkin dengan lingkungan siswa agar tercipta suasana yang menyenangkan
sehingga dapat membangkitkan semangat siswa dalam menggali informasi dari materi
yang akan dipelajari. Pembelajaran dirancang sedemikian rupa agar siswa dapat
menentukan konsep sendiri berdasarkan pengetahuan awal sehingga akan lebih
bermakna. Hal ini di dukung oleh pendapat dari Trianto (2011:26) yang menjelaskan
bahwa proses pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan
dapat dilakukan oleh siswa yang disiapkan oleh pendidik melalui kegiatan-kegiatan
yang menarik, menyenangkan untuk membangkitkan rasa ingin tahun, memotivasi
siswa untuk berfikir, kritis, dan menemukan hal-hal baru.

Sesuai observasi awal yang saya lakukan tentang pembelajaran yang saya
lakukan dalam mata pelajaran TEMATIK, saya mendapatkan hasil observasi siswa
kelas VI UPT SD Negeri Sumberjati, berdasarkan hasil observasi saya dengan siswa
kelas VI: bahwa hasil belajar siswa rata-rata ada yang maksimal ada juga yang kurang
maksimal,dengan sistem yang diajarkan karena mungkin anak ada yang berminat dan
ada yang kurang berminat, hasil nilai siswa yang kurang memuaskan menjadi faktor

2
terhadap pembelajaran, karena mungkin model yang digunakan masih belum moderen
,proses pembelajaran tema 1 subtema 1 “Pengamalan Nilai-Nilai Pancasila” dapat
disimpulkan bahwa siswa kurang aktif dan tertarik terhadap materi yang disampaikan
oleh guru,apakah hasil yang kurang memuaskan,apakah model yang digunakan guru
belum menarik peserta didik, karena guru masih menggunakan model pembelajaran
yang berpusat pada guru saja (ceramah). Hal itu di buktikan dengan siswa hanya
mendengarkan. Dan akibatnya adalah rata-rata hasil belajar tema sub tema 1 adalah
dibawah KKM . Di dalam pembelajaran tematik terdapat tiga mata pelajaran, di salah
satu mata pelajaran PPKn rata-rata dari seluruh nilai siswa yaitu 68,5 dan lebih dari
45% dari 13 siswa belum mencapai KKM yaitu 70,00.

Tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan solusi yang dapat


digunakan untuk mengatasi masalah yang di hadapi guru dan siswa kita dapat
mengembangkan model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana belajar yang
aktif menyenangkan, membantu siswa memahami materi, pelajaran yang sulit dan
membantu guru mengajarkan materi yang lebih menarik lagi. Dengan mencoba model
pembelajaran Make A Match, dengan penerapan model pembelajaran ini siswa akan
tertarik dengan cara pembelajaran ini dimulai dengan teknik cari pasangan yaitu siswa
disuruh untuk mencri pasangan kartu yang merupakan jawaban atau soal sebelum
batas waktu yang di tentukan. Siswa dapat mencocokan sebelum batas waktu yang di
tentukan maka siswa akan mendapatkan nilai atau poin. Pembelajaran kooperatif ini
dikembangkan berdasarkan teori kognitif kontruktivisme.

Pada metode pembelajaran kooperatif tipe Make and Match terlebih dahulu
diajarkan belajar kelompok atau kerja kelompok. Hal ini bertujuan untuk mengenal
dan memahami karakteristik satu sama lain dalam segi individu dan kelompok. Model
pembelajaran tipe Make and Match dapat di terapkan untuk semuamata pelajaran dan
tingkatan kelas. Model ini sangat disenangi peserta didik di karenakan guru dapat
memancing kekreativitasan siswa sehingga pembelajaran bersifat aktif. Dalam model
pembelajaran make a match terdapat hal yang dapat menarik siswa agar siswa lebih
semangat dalam melakukan pembelajaran, karena model ini sangat menyenangkan
siswa akan secara langsung melakukan pembelajaran dan bermain sehingga peserta
didik tidak merasa jenuh, pembelajaran dilakukan dengan menyenangkan dan tidak
monoton dengan menggunakan model pembelajaran tipe Make A Match.

Make A Match bertujuan untuk menumbuhkan sikap saling menghormati,


menumbuhkan sikap tanggung jawab, meningkatkan percaya diri dalam
menyelesaikan suatu masalah, (2) merupakan model pembelajaran yang menuntut
anak didik aktif dalam pembelajaran, keterampilan keterampilan mulai dari tingkat

3
awal maupun tingkat mahir yang dimiliki anak didik akan terlihat dalam pembelajaran
ini, (3) lingkungan dalam pembelajaran Make A Match diusahakan demokratis, anak
didik diberi kebebasan untuk mengutarakan pendapat (Djumiati, 2010: 35). Selain
menggunakan model pembelajaran yang menarik diperlukan juga media pembelajaran
yang juga menjadi faktor pendukung keberhasilan dalam menerapkan model
pembelajaran, sehingga mampu meningkatkan gairah belajar dan meningkatkan
kemampuan viual peserta didik jika media yang digunakan menarik atau variatif.
Sehingga dalam penelitian ini penulis menggunakan bantuan media kartu bergambar
(Hazilla, 2018).

Dengan menerapkan model tipe Make and Match dalam pembelajaran,


penggunaan media untuk meningkatkan hasil belajar kognitif peserta didik juga sangat
diperlukan. Pembelajaran yang menggunakan media yang sesuai akan memberikan
manfaat yang sangat besar dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran memiliki
kontribusi yaitu menyampaikan pesan pembelajaran dapat lebih terarah, menarik dan
interaktif. Dengan menerapkan media pembelajaran, waktu pelaksanaan pembelajaran
dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun di perlukan dalam pembelajaran. Sikap
positif peserta didik terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat
ditingkatkan, dan peran guru berubah ke arah yang lebih positif. Dalam penelitian yang
di lakukan, peneliti memberikan alternatif media “Roda Pancasila Putar” yang dapat
menarik peserta didik dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan pembahasan dari latar belakang tersebut dapat disimpulkan


bahwa model pembelajaran tipe Make and Match merupakan model pembelajaran
yang inovatif. Dimana dapat digunakan pada proses pembelajaran TEMATIK tema 1
Sub tema 1 Pengamalan Nilai-Nilai Pancasila sebagai pedoman dan tutorial dalam
pembelajaran kelas VI UPT SD Negeri Sumberjati. Berdasarkan penelitian dari latar
belakang tersebut, peneliti memilih judul “KEEFEKTIFAN MODEL MAKE A
MATCH BERBANTU MEDIA RODA PANCASILA PUTAR TERHADAP
HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA PADA PEMBELAJARAN
PENGAMALAN NILAI PANCASILA”

B. Rumusan Masalah

Dengan mengacu pada latar belakang masalah di atas maka penelitian ini
mengfokuskan pada “Bagaimanakah Efektifitas Model Make A Match Berbantu
Media Roda Pancasila Putar Terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa Pada
Pembelajaran Pengamalan Nilai Pancasila?”

4
C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka secara umum tujuan penelitian ini
adalah mendeskripsikan proses pembelajaran menggunakan Model Make A Match
Berbantu Media Roda Pancasila Putar Terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa Pada
Pembelajaran Pengamalan Nilai Pancasila. Dari sini dapat ditarik beberapa tujuan
khusus yaitu:

1. Untuk mendiskripsikan proses merencanakan pembelajaran menggunakan Model


Make A Match Berbantu Media Roda Pancasila Putar Terhadap Hasil Belajar
Kognitif Siswa Pada Pembelajaran Pengamalan Nilai Pancasila.
2. Untuk mendiskripsikan proses melaksanakan pembelajaran menggunakan Model
Make A Match Berbantu Media Roda Pancasila Putar Terhadap Hasil Belajar
Kognitif Siswa Pada Pembelajaran Pengamalan Nilai Pancasila.
3. Untuk mendiskripsikan proses mengevaluasi pembelajaran menggunakan Model
Make A Match Berbantu Media Roda Pancasila Putar Terhadap Hasil Belajar
Kognitif Siswa Pada Pembelajaran Pengamalan Nilai Pancasila

D. Manfaat

Secara umum manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah dapat menekan
biaya yang sekecil mungkin dalam melakukan penelitian dalam bidang pendidikan,
karena dengan penelitian ini tidak memerlukan sampel dalam jumlah besar, analisis
data dilakukan secara kualitatif, dan guru sebagai peneliti juga bertindak sebagai
instrument dalam pengumpul data, sehinggga diperlukan biaya yang lebih murah
dibandingkan dengan penelitian formal. (Murni, 2008)
Secara khusus penelitian dapat memberikan manfaat bagi:
1. Bagi Guru (peneliti) Dengan dilaksanakanya penelitian maka guru sebagai peneliti
sedikit demi sedikit mengetahui model, media maupun strategi pembelajaran yang
sesuai dengan tujuan pembelajaran. Selain itu guru dapat menyadari bahwa alam
penciptaan kondisi pembelajaran selain penguasaan strategi, strategi dan media
juga diperlukan kreatifitas yang tinggi sehingga apa yang diterapkan sesuai dengan
tingkat kemampuan siswa yang sedang belajar.
2. Bagi Siswa Dengan dilaksanakannya penelitian akan sangat membantu siswa yang
bermasalah atau mengalami kesulitan belajar. Dengan adanya tindakan yang baru
dari guru akan memungkinkan siswa terlibat secara aktif dalam proses belajar
mengajar, mengembangkan daya nalar serta mampu untuk berfikir yang lebih
kreatif, sehingga siswa termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran.

5
3. Bagi Sekolah hasil penelitian sangat bermanfaat dalam rangka perbaikan sistem
pembelajaran. Dan bagi guru yang lain hasil penelitian dapat digunakan sebagai
referensi dalam memilih dan menerapkan suatu strategi, strategi atau media yang
sesuai dengan tujuan pembelajaran. (Murni, 2008)..

6
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep / Teori yang Melandasi Karya Inovasi Pembelajaran


1. Pengertian Model Pembelajaran Make a Match
Model pembelajaran make a match merupakan salah satu jenis dari
model pembelajaran kooperatif, yakni bentuk pembelajaran dengan cara siswa
belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur
kelompok yang bersifat heterogen. Model make a match atau mencari
pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa.
Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari
pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa
yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. Teknik metode pembelajaran
make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran. Salah
satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar
mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.
(Rusman, 2012).
Berdasarkan dari pendapat diatas, disimpulkan bahwa model
pembelajaran Make a Match adalah salah satu model pembelajaran kooperatif
yang menuntut siswa untuk mencari pasangan kartu soal dan jawaban yang
telah dibuat oleh guru dengan batas waktu yang telah ditentukan agar tercipta
kerjasama antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Selain itu, model
pembelajaran Make a Match membutuhkan ketelitian, kecermatan, ketepatan,
dan kecepatan siswa dalam memasangkan/mencocokkan kartu yang dipegang
sambil belajar mengenai suatu konsep dalam suasana yang menyenangkan.
Metode ini dapat digunakan untuk membangkitkan aktivitas peserta didik
belajar dan cocok digunakan dalam bentuk permai.
2. Langkah-langkah model pembelajaran Make a Match adalah sebagai
berikut : ( Endang, 2011)
a. Guru membentuk kelompok 2 kelompok
b. Guru menyiapkan kartu soal dan kartu jawaban
c. Guru menyiapkan 4 kotak/kardus. Dua untuk tempat soal dan dua
untuk tempat jawaban.
d. Guru menyiapkan kertas karton untuk tempat hasil pemasangan soal dan
jawaban dari peserta lalu disiapkan pula papan skor/hasil
e. Kelompok saling berhadapan, kemudian dibuat bagan pertandingan.

7
f. Dua orang dari masing-masing kelompok akan memasangkan soal dan
jawaban dalam waktu yang telah ditentukan
g. Setelah aba-aba dibunyikan, maka pasangan dari dua kelompok ini
berlomba adu cepat memasangkan soal dan jawaban dari 2 kotak yang
telah disediakan.
h. Pasangan soal dan jawaban yang telah ditemukan, ditempelkan pada kertas
karton yang disediakan.
i. Bila waktu telah habis peserta berhenti. Pasangan soal dan jawaban yang
ada di kotak dicocokan dan dihitung berapa pasang yang berhasil
dikumpulkan.
j. Pasangan yang betul ditulis pada papan skor/hasil. Pemenangnya
ditulis pada bagan pertandingan.
3. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Make A Match
a. Kelebihan :
1) Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran.
2) Kerjasama antar sesama siswa akan terwujud dengan dinamis.
3) Munculnya dinamika gotong royong yang merata di seluruh siswa.
b. Kelemahan :
1) Diperlukan bimbingan guru untuk melakukan pembelajaran.
2) Suasana kelas menjadi gaduh sehingga dapat mengganggu kelas lain.
3) Guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadai.

4. Roda Pancasila Putar Sebagai Media Pembelajaran


Menurut kamus bahasa Indonesia (W.J.S. Poerwadarminta : 829), Roda
adalah barang bundar (berlingkar dan biasanya berjeruji) merupakan obyek
berbentuk lingkaran, yang bersama dengan sumbu, dapat menghasilkan suatu
gerakan dengan gesekan kecil dengan cara bergulir.
Kelebihan dan Kekurangan media Roda Pancasila Putar :
(a) Kelebihan
Alat peraga Roda Putar ini merupakan media pendidikan
yang termasuk baru untuk bidang Tematik khususnya pembelajaran
Pengamalan Nilai-nilai Pancasila. Disamping itu media ini dapat
menyajikan pesan atau informasi mengenai cara pemahaman
pengamalan nilai-nilai pancasila dengan lebih praktis dan
menarik. Sehingga dengan menggunakan peraga ini, siswa dapat
tertarik dan semangat untuk mengerti pengamalan nilai-nilai
pancasila dengan lebih cepat memahaminya.

8
(b) Kekurangan
Alat roda putar ini, guru harus mempersiapkan dengan
berbagai bahan dan alat sebelum memulai penerapan pembelajaran.

Langkah penggunaanya yaitu siswa didepan kelas dan memutar roda


pancasila putar sampai roda tersebut berhenti tepat pada panah yang akan
dijawab oleh siswa individu. Anak mengerjakan sendiri sesuai dengan
langkah yang tersebut di atas secara bergantian, mempraktekkan alat
tersebut. Demikian dikerjakan dengan berulang – ulang, sehingga anak
lebih menguasai pengoperasian alat tersebut.
5. Hasil Belajar
Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia,
dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningktan kualitas dan
kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,
kebiasaan, pemahaman, ketrampilan, daya pikir dan kemampuan lainnya.
Hasil belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu hasil dan belajar. Hasil berarti
sesuatu yang diadakan oleh usaha.Sedangkan belajar berarti berusaha
memperoleh kepandaian atau ilmu. Jadi, hasil belajar adalah realisasi atau
pemakaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki
seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari
perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan,
keterampilan berfikir maupun keterampilan motoric. (Tursan, 2005)
Sedangkan dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan
pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional,
menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara
garis besar membaginya menjadi tiga ranah yaitu:
a) Ranah kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam


aspek, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi. Pengetahuan (Knowledge) adalah kemampuan seseorang untuk
mengingatingat kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus
dan sebagainya tanpamengharapkan kemampuan untuk menggunakannya.
Pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti sesuatu

setelah sesuatu itu diketahui dan diingat dengan kata lain mengetahui

tentang sesuatudan dapat melihatnya dari berbagai segi. Penerapan adalah

kesanggupan seseorang untuk menerapkan ide-ide umum, tata cara ataupun

9
metode- metode,prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya

dalam situasi yang baru dan konkret.

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk merinci suatu bahan

menurut bagian bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan

diantara bagian-bagian yang satu dengan faktor-faktor yang lainnya.

Sintesis adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari

proses berfikir analisis, sintesi merupakan proses yang memadukan

bagian-bagian secara logis sehingga menjadi suatu pola yang terstruktur

baru. Penilaian adalah kemampuan seseorang untuk membuat

pertimbangan terhadap situasi, nilai, ide. (Anas, 1996)

b) Ranah afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek

yakni receiving, responding, valuing, organization, dan characterization.

Receiving atau menerima adalah kepekaan seseorang dalammenerima

rangsangan atau stimulus dari luar yang datang kepada dirinya dalam

bentuk masalah, situasi, gejalagejala dan sebagainya.

Responding atau menanggapi adalah kemampuan seseorang untuk

mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan

membuat reaksi terhadap salah satu cara.

Valuing atau menilai adalah kemampuan seseorang mau menrima

nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk menilai

konsep baik dan buruk.

Organization atau mengorganisasikan adalah pengembangan dari

nilai kedalam satu system organisasi, termasuk didalamnya hubungan

satu nilai dengan nilai yang lain.

Characterization atau karakter adalah keterpaduan semua system

nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian

dan tingkah lakunya.

10
c) Ranah psikomotorik
Berkenaan dengan hasil keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada
enam aspek ranah psikomotorik, yakni, gerakan reflek, keterampilan
gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan, gerakan
keterampilan kompleks, gerakan ekpresif dan interpretative.

B. Hasil Inovasi yang Relevan


1. Hasil penelitian Maulidiyah. 2014. Yang berjudul “Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap Hasil Belajar
Siswa Pada Materi Adaptasi Makhluk Hidup (Penelitian Kuasi Eksperimen
di MI Raudlatul Jannah Jakarta)”. Diperoleh kesimpulan bahwa terdapat
pengaruh terhadap hasil belajar MI Raudlatul Jannah. Hal ini dibuktikan
berdasarkan perhitungan uji-t diperoleh thitung = 2,12 dan ttabel = 1,706
dengan taraf signifikan 5 % yang berarti thitung > ttabel (2,12 < 1,706),
maka Ho ditolak dan Ha diterima. (Maulidiyah, 2014)
2. Hasil Penelitian Yulia Afriani. 2015. Yang berjudul “Pengaruh Model
Pmebelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap Hasil belajar
Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 9 Lubuklingu. Pengumpulan
data dalam penelitian ini dilakukan teknik tes. Data yang terkumpul
dianalisis menggunakan uji-t pada taraf signifikan α = 0,05 dan dk = 63,
diperoleh thitungm ≥ ttabel (2,330 ≥ 1,670). Sehingga dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembeljaran
dengan model kooperatif tipe. ( Yuli, 2015)
3. Hasil Penelitian Makmur Sirait, Putri Adilah Noer. 2013. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe
makea match terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok alat-alat optik
di kelas VIII semester II SMP Swasta Budi Agung Medan T.P. 2012/2013.
Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Swasta Budi
Agung Medan yang berjumlah 5 kelas dan sampelnya terdiri dari dua kelas
yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen yang diambil secara cluster
random sampling. Penulis menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
make a match di kelas eksperimen dan model pembelajaran langsung di
kelas kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes (pilihan
ganda) dan non-tes (observasi). Hasil post-tes kelas eksperimen 70,17 dan
kelas kontrol adalah 62. Aktivitas siswa pada saat pelaksanaan model
pembelajaran kooperatif tipe make a match mengalami peningkatan mulai
dari 72,84% (cukup baik) menjadi 82,98% (baik). Hasil penelitian

11
menunjukkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe make a match lebih tinggi dibandingkan
dengan menggunakan model pembelajaran langsung. (Makmur, 2013)

12
BAB III

KARYA INOVASI PEMBELAJARAN

A. Rancangan Karya Inovasi Pembelajaran


Menulis narasi bertujuan untuk memberikan gambaran tentang kisah seseorang
berdasarkan kejadian nyata. Mengacu pada hal ini,Model Match A Match berbantu
Roda Pancasila Putar adalah upaya untuk membangkitkan minat siswa pada
pembelajaran PPKn untuk mengetahui pemahaman siswa. Rancangan permainan ini
berupa aktivitas siswa untuk memasangkan potongan kertas soal dan jawaban yang
sudah disediakan menjadi pasangan yang sesuai, dan kemudian pada gambar sesuai
petunjuk lembar kerja yang telah disiapkan bersama kelompok. Untuk selanjutnya
siswa melakukan sendiri tanpa kelompok memutar roda pancasila putar yang berisi
tentang pengamalan nilai pancasila.
B. Aplikasi Praktis dalam Pembelajaran
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
1. Guru membuat kelompok 1. Siswa belajar berkelompok
2. Guru menyiapkan kartu soal dan 2. Siswa berhadapan antar kelompok
jawaban pada kotak 3. Perwakilan kelompok dengan
3. Guru menyiapkan lembar kertas pasangan lawan berlomba
untuk menempel jawaban yang memasangkan jawaban dan soal
sudah sesuai 4. Siswa menempel jawaban pada
4. Guru mendampingi proses kertas yang benas
pembelajaran berlangsung
5. Dilanjutkan dengan permainan 5. Salah satu siswa ke depan untuk
individu, guru menyiapkan roda memutar roda pancasila putar
pancasila putar 6. Siswa menebak soal yang ada di
6. Guru meminta siswa untuk roda
memutar sampai roda berhenti 7. Jika sudah menjawab siswa diberi
pada panah kesempatan untuk melihat jawaban
yang sesuai dibalik roda tersebut.

13
C. Data Hasil Aplikasi Praktis Inovasi Pembelajaran
Data Hasil Nilai PreTest Pada Siswa Kelas VI
No Nama Nilai
1. ABDAN HILMY SYAKURAN 67
2. ADITYA EKA MUJAMA 64
3. AGISTA AYU FAJRIANI 69
4. ALMIRA SHARLIZ SAFWANA 45
5. DENIZ NAVID FEROZA 62
6. DEVA PUSPITA ANGGRAINI 84
7. EVRILDA ZIVANA PUTRI 81
8. FAHRY YOGA PRATAMA 68
9. FEDERISCHA CHIKA JOVITA 66
10. JENYTA PRISCA PUTRI 78
11. SAFA AFRILA LETICIA 65
12. SARAH APRILIA 54
13. TIARA INDRI MARSHELINA 51

Data Hasil Nilai Post Test Pada Siswa Kelas VI


No Nama Nilai
1. ABDAN HILMY SYAKURAN 88
2. ADITYA EKA MUJAMA 84
3. AGISTA AYU FAJRIANI 79
4. ALMIRA SHARLIZ SAFWANA 80
5. DENIZ NAVID FEROZA 86
6. DEVA PUSPITA ANGGRAINI 88
7. EVRILDA ZIVANA PUTRI 87
8. FAHRY YOGA PRATAMA 76
9. FEDERISCHA CHIKA JOVITA 77
10. JENYTA PRISCA PUTRI 80
11. SAFA AFRILA LETICIA 72
12. SARAH APRILIA 88
13. TIARA INDRI MARSHELINA 86

14
D. Analisis Data Hasil Aplikasi Praktis Inovasi Pembelajaran

Data Hasil PreTest dan Post Test


200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
Abdan Aditya Agista Almira Deniz Deva Evril Fahri Federis Jeny Safa Sarah Tiara

Pree Test Post test2

15
BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

1. Bentuk penerapan Metode Model Make A Match Berbantu Media Roda


Pancasila Putar Terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas VI Pada
Pembelajaran Pengamalan Nilai Pancasila yaitu suatu metode yang digunakan
peneliti dengan maksud mengajak siswa untuk menemukan konsep dan fakta
melalui pengklasifikasian materi yang dibahas dalam pembelajaran dalam
bentuk kartu yang berisi gambar dan keterangan dari gambar tersebut.

2. Penerapan Metode Model Make A Match Berbantu Media Roda Pancasila


Putar Terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas VI Pada Pembelajaran
Pengamalan Nilai Pancasila dapat meningkatkan nilai belajar siswa. Hal ini
terbukti dengan penerapan satu siklus dalam penelitian, sudah mampu
mencapai tujuan yang diinginkan yaitu dengan penerapan Model Make A
Match Berbantu Media Roda Pancasila Putar Terhadap Hasil Belajar Kognitif
Siswa Kelas VI Pada Pembelajaran Pengamalan Nilai Pancasila.

B. Saran
1. Hendaknya para guru lebih banyak memilih metode yang akan digunakan saat
akan melakukan pelaksanaan pembelajaran. Agar pembelajaran tidak menjadi
bosan dan menghidupkan kelas dan siswa belajar dengan aktif. Salah satunya
pada pelajaran PPKn pada bahasan pengamalan nilai-nilai pancasila adalah
menggunakan Model Make A Match Berbantu Media Roda Pancasila Putar
Pada Pembelajaran PPKn kelas VI.
2. Untuk lebih mematangkan pemahaman dan penguasaan tentang model
pembelajaran Model Make A Match Berbantu Media Roda Pancasila Putar
sebaiknya pihak sekolah menyediakan referensi yang berhubungan dengan
metode Model Make A Match Berbantu Media Roda Pancasila Putar.

16
DAFTAR PUSTAKA

Endang Mulyatiningsih , Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan ,


(Bandung : Alfabeta , 2011 ), hal. 248

Megawati, Priarti. 2012. Meretas Permasalahan Pendidikan Di Indonesia. Jurnal


Formatif 2(3): 227-234 ISSN: 2088-351X

Ratumanan. 2015. Inovasi Pembelajaran. Yogyakarta: Ombak.

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Indeks.

Sugiyono, 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,


(Jakarta: Rajawali Pers, 2012) , hal 223

17
LAMPIRAN

I. Roda Pancasila Putar


II. Materi Pengamalan Nilai-Nilai Pancasila
III. Materi Power Point

18
19
20
UPT SD NEGERI SUMBERJATI

LAPORAN KARYA INOVASI PEMBELAJARAN

KEEFEKTIFAN MODEL MAKE A MATCH


BERBANTU MEDIA RODA PANCASILA PUTAR TERHADAP HASIL BELAJAR
KOGNITIF SISWA KELAS VI PADA PEMBELAJARAN PENGAMALAN NILAI
PANCASILA

Wahyuaana Andika Rini, S.Pd


NIP. 199008052022212012
LATAR BELAKANG
Anggapan bahwa siswa adalah obyek pembelajaran ternyata menjadikan siswa menjadi
pribadi yang kurang kreatif, tidak bisa tergali semua potensinya karena sudah terpaku
dengan pembelajaran yang dirancang oleh guru. Siswa jarang ditanya apa yang mereka
rasakan dalam proses pembelajarana, apa keinginan mereka dan bagaimana agar
pembelajaran menyenangkan tetapi mampu menggali semua potensi, bakat dan minat
mereka sebagai seorang siswa . Sehingga wajar jika pembelajaran terkesan monoton,
membuat lelah dan jenuh, bahkan siswa terlihat terpaksa mengikuti setiap pembelajaran.
Guru menganggap bahwa pemebelajaran adalah hak guru dengan berbagai macam
alasan kekhawatiran seperti ketuntasan kurikulum, target ketercapaian pemebelajaran,
melakukan penilaian dan lain sebagainya sehingga menjadikan siswa sebagai obyek
dalam pembelajaran dan bukan subyek. Sehingga siswa belum mendapatkan
kemerdekaanya dalam belajar
Dengan menerapkan model tipe Make and Match dalam pembelajaran,
penggunaan media untuk meningkatkan hasil belajar kognitif peserta didik
juga sangat diperlukan. Pembelajaran yang menggunakan media yang sesuai
akan memberikan manfaat yang sangat besar dalam proses pembelajaran.
Media pembelajaran memiliki kontribusi yaitu menyampaikan pesan
pembelajaran dapat lebih terarah, menarik dan interaktif. Dengan menerapkan
media pembelajaran, waktu pelaksanaan pembelajaran dapat berlangsung
kapanpun dan dimanapun di perlukan dalam pembelajaran. Sikap positif
peserta didik terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat
ditingkatkan, dan peran guru berubah ke arah yang lebih positif. Dalam
penelitian yang di lakukan, peneliti memberikan alternatif media “Roda
Pancasila Putar” yang dapat menarik peserta didik dalam proses pembelajaran
Dengan mengacu pada latar belakang masalah di
atas maka penelitian ini mengfokuskan pada
“Bagaimanakah Efektifitas Model Make A Match
Berbantu Media Roda Pancasila Putar Terhadap
Hasil Belajar Kognitif Siswa Pada Pembelajaran
Pengamalan Nilai Pancasila?”
DARI SINI DAPAT DITARIK BEBERAPA TUJUAN KHUSUS YAITU:

01
1Untuk mendiskripsikan proses merencanakan pembelajaran menggunakan Model Make
A Match Berbantu Media Roda Pancasila Putar Terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa
Pada Pembelajaran Pengamalan Nilai Pancasila.

02
Untuk mendiskripsikan proses melaksanakan pembelajaran menggunakan
Model Make A Match Berbantu Media Roda Pancasila Putar Terhadap Hasil
Belajar Kognitif Siswa Pada Pembelajaran Pengamalan Nilai Pancasila.

Untuk mendiskripsikan proses mengevaluasi

03
pembelajaran menggunakan Model Make A Match
Berbantu Media Roda Pancasila Putar Terhadap Hasil
Belajar Kognitif Siswa Pada Pembelajaran Pengamalan
Nilai Pancasila
MANFAAT
Bagi Guru (peneliti) Dengan dilaksanakanya penelitian maka guru sebagai peneliti sedikit demi sedikit

01 mengetahui model, media maupun strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Selain
itu guru dapat menyadari bahwa alam penciptaan kondisi pembelajaran selain penguasaan strategi,
strategi dan media juga diperlukan kreatifitas yang tinggi sehingga apa yang diterapkan sesuai dengan
tingkat kemampuan siswa yang sedang belajar.

02 Bagi Siswa Dengan dilaksanakannya penelitian akan sangat membantu siswa


yang bermasalah atau mengalami kesulitan belajar.

Bagi Sekolah hasil penelitian sangat bermanfaat dalam rangka perbaikan sistem

03 pembelajaran. Dan bagi guru yang lain hasil penelitian dapat digunakan sebagai
referensi dalam memilih dan menerapkan suatu strategi, strategi atau media
yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. (Murni, 2008)
LANDASAN TEORI
Model Make a Matc Ranah Kognitif
Teknik metode pembelajaran make a match atau
mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Berkenaan dengan hasil belajar
Curran. Salah satu keunggulan tehnik ini adalah intelektual yang terdiri dari enam aspek,
siswa mencari pasangan sambil belajar yaitu pengetahuan, pemahaman,
mengenaisuatu konsep atau topik dalam suasana aplikasi,analisis, sintesis, dan evaluasi.
yang menyenangkan. (Rusman, 2012).
Pengetahuan (Knowledge) adalah
kemampuan seseorang untuk
Roda Putar mengingatingat kembali tentangnama,
Roda adalah barang bundar (berlingkar dan
biasanya berjeruji) merupakan obyek
istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan
berbentuk lingkaran, yang bersama sebagainya tanpamengharapkan
dengansumbu, dapat menghasilkan suatu kemampuan untuk menggunakannya.
gerakan dengan gesekan kecil dengan cara
bergulir.
MENGAPA RODA PUTAR?
Saya menggunakan media pembelajaran Roda
Pancasila Putar dengan alasan :

Alat peraga Roda Putar ini merupakan media pendidikan yang termasuk baru
untuk bidang Tematik khususnya pembelajaran Pengamalan Nilai-nilai
Pancasila. Disamping itu media ini dapat menyajikan pesan atau informasi
mengenai cara pemahaman pengamalan nilai-nilai pancasila dengan
lebihpraktis dan menarik. Sehingga dengan menggunakan peraga ini, siswa
dapat tertarik dan semangat untuk mengerti pengamalan nilai-nilai pancasila
dengan lebih cepat memahaminya
Jawaban
SOAL
5 Sila Pancasila
Conto2 Pengamalan
Nilai-Nilai Pancasila
Cara Memainkan :
Siswa memutar Roda Pancasila
Biarkan roda berputar sampai berhenti pada
tanda panah kuning

Ketika roda berhenti, siswa membacakan


soal pada roda yang ditunjuk panah
Siswa menjawab pengamalan panca sila yang
ke . . .
Guru mengecek Jawaban dibalik roda
Kelebihan dan kekurangan media
Roda Pancasila Putar
KELEBIHAN KEKURANGAN

Alat peraga Roda Putar ini merupakan media


pendidikan yang termasuk baru untuk
bidang Tematik khususnya pembelajaran Media roda putar ini, guru
Pengamalan Nilai-nilai Pancasila. Disamping harus mempersiapkan
itu media ini dapat menyajikan pesan atau dengan berbagai bahan
informasi mengenai cara pemahaman
dan alat sebelum memulai
pengamalan nilai-nilai pancasila dengan
penerapan pembelajaran.
lebihpraktis dan menarik. Sehingga dengan
menggunakan peraga ini, siswa dapat
tertarik dan semangat untuk mengerti
pengamalan nilai-nilai pancasila dengan
lebih cepat memahaminya
KESIMPULAN Penerapan Metode Model Make A Match
Bentuk penerapan Metode Model Make A Match
Berbantu Media Roda Pancasila Putar Terhadap Berbantu Media Roda Pancasila Putar Terhadap
Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas VI Pada
Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas VI Pada
Pembelajaran Pengamalan Nilai Pancasila dapat
Pembelajaran Pengamalan Nilai Pancasila yaitu
meningkatkan nilai belajar siswa. Hal ini terbukti
suatu metode yang digunakan dengan maksud
dengan penerapan media tersebut, sudah
mengajak siswa untuk menemukan konsep dan
mampu mencapai tujuan yang diinginkan yaitu
fakta melalui pengklasifikasian materi yang
dengan penerapan Model Make A Match
dibahas dalam pembelajaran dalam bentuk roda Berbantu Media Roda Pancasila Putar Terhadap
yang berisi kertas soal dan jawaban Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas VI Pada
Pembelajaran Pengamalan Nilai Pancasila.
Thank You
See you next time!

Anda mungkin juga menyukai