Anda di halaman 1dari 81

BAB I

PENDAHULAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada hakekatnya belajar adalah key term, “istilah kunci” yang paling

fital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak

pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat

tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya

pendidikan.1

Pembelajaran atau pengajaran pada dasarnya merupakan kegiatan

guru/dosen menciptakan situasi agar siswa/mahasiswa belajar. Mengajar dan

belajar merupakan dua kegiatan yang tidak dapat dipisahkan. Bagaimanapun

baiknya guru mengajar apabila tidak terjadi proses belajar pada para siswa,

maka pengajarannya tidak baik dan tidak berhasil.2

Jadi, kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau

hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam suatu pembelajaran. Guru

sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar merupakan

pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar

menyampaikan materi saja, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai

sentral pembelajaran. Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar

1
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, ( Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006), 59
2
R.Ibrahim, et al, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, (Bandung: PT. Imperial Bakti Utama, 2007),
124

1
mengajar, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu

dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi

lebih efekfit juga menarik, sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan

membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan

pelajaran tersebut.

Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor,

diantaranya faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena

guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan

kecerdasan serta ketrampilan siswa. Karena dalam kegiatan pembelajaran,

anak adalah subyek dan obyek dari kegiatan pembelajaran. Tipe belajar anak

didik berbeda, ada yang cepat mencerna materi ada pula yang lambat dalam

mencerna materi yang diberikan guru. Agar tercipta pembelajaran atau

pengajaran yang efektif, perlu digunakan pendekatan, model atau metode

pembelajaran yang tepat. Tipe-tipe tersebut menghendaki guru untuk

menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar anak

didik.

Untuk mengatasi permasalahan diatas guna mencapai tujuan

pendidikan secara maksimal, peran guru sangat penting dan diharapkan guru

memiliki ide baik dalam cara atau metode mengajar maupun model

pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran

yang akan disampaikan. Metode sendiri mempunyai arti cara kerja yang

bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai

2
tujuan yang ditentukan. Metode lebih bersifat prosedural dan sistematik

karena tujuannya untuk mempermudah pengerjaan suatu pekerjaan.3

Metode dan Model pembelajaran jenisnya beragam yang masing-

masing memiliki kelebihan dan kelemahan, maka pemilihan model

pembelajaran yang sesuai dengan topik atau pokok bahasan yang akan

diajarkan harus betul-betul dipikirkan oleh guru yang akan menyampaikan

materi pelajaran. Pada prinsipnya, tidak satu pun metode mengajar yang dapat

dipandang sempurna dan cocok dengan semua pokok bahasan yang ada dalam

setiap bidang studi. Mengapa? Karena, setiap metode mengajar pasti memiliki

keunggulan dan kelemahan yang khas. Namun kenyataan ini tidak bisa

dijadikan argumen mengapa seorang guru gagal dalam menjalankan tugasnya

sebagai pengajar. Sebaliknya, guru profesional dan kreatif guru hanya akan

memilih metode atau model pembelajaran yang lebih tepat setelah

menetapkan topik pembahasan materi dan tujuan pelajaran serta jenis kegiatan

belajar siswa yang dibutuhkan.4

Demi mencapai tujuan pembelajaran perlu adanya kreatifitas guru

dalam mengajar. Karena tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak akan

pernah tercapai selama komponen-komponen lainnya tidak diperlukan.

3
Iskandarwassid, et al,Strategi Pembelajaran Bahasa, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2008), 56
4
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), 202

3
Dengan pemanfaatan metode atau model pengajaran secara akurat, guru akan

mampu mencapai tujuan pengajaran.5

Masalah yang terjadi di lapangan adalah adanya peserta didik yang

mudah lupa terhadap materi pelajaran yang telah disampaikan dan kurang

menaruh minat terhadap mata pelajaran. Lemahnya daya ingat dan kurangnya

minat peserta didik terhadap mata pelajaran disebabkan olah beberapa hal,

salah satunya adalah strategi pembelajaran yang kurang

menarik/membosankan.

Dari sinilah muncul pertanyaan, bagaimana mendesain sebuah proses

belajar mengajar agar dapat membuahkan hasil yang semaksimal mungkin?

Bobbi DePorter dan Mike Hernacki dalam bukunya yang berjudul quantum

learning: Unleashing The Genius In You, menawarkan metode pembelajaran

yang dapat melipat waktu, menumbuhkan motivasi belajar yang berasal dari

peserta didik. quantum learning adalah seperangkat metode dan falsafah

belajar yang terbukti efektif. Di dalamnya dipaparkan metode-metode belajara

yang efektif dan memberikan rangsangan-rangsangan untuk mengembangkan

potensi diri dengan memberikan kiat-kiat, informasi dan teknik-teknik, untuk

menciptakan suasana belajar yang menyenagkan. 6 Hal ini dapat dilakukan

dengan cara menyatukan unsur-unsur yang secara sekilas tampak tidak

5
Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain , Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta,
1996), 85
6
Bobi DePorter, Mike Hernacki, Quantum Learning, (Bandung: Kaifa, 2002), 12

4
mempunyai persamaan seperti hiburan, permainan, warna, cara berfikir,

kebugaran fisik dan kesehatan emosional.

Hasil pengamatan dan observasi awal terhadap guru di Madrasah

Diniyah Asy-Syakur Dongeng Jimbe Jenangan Ponorogo bahwa ada masih

ada guru yang cara mengajarnya dengan menggunakan metode ceramah dan

pemberian tugas. Hal ini akan menjadikan siswa kurang nyaman dalam

mengikuti kegiatan belajar mengajar, sehingga tidak jarang siswa yang merasa

jenuh sehingga terkadang muncul perasaan ingin cepat-cepat keluar dalam

mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Dalam mengatasi masalah tersebut guru menerapkan suatu metode

pembelajaran yang lebih efektif dan menjadikan pembelajaran lebih

menyenangkan, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran quantum

learning. Metode ini sudah lama diterapkan di madrasah ini, sejak guru

tersebut mulai mengajar di Madrasah Diniyah Asy-Syakur Dongeng Jimbe

Jenangan Ponorogo tersebut.

Sehingga dengan diterapkanya model pembelajaran quantum learning

diharapkan pembelajaran dapat menciptakan suasana yang menyenangkan

sehingga siswa merasa nyaman dan dapat menguatkan ingatan siswa pada

pembelajaran yang telah disampaikan.

Berdasarkan uraian di atas maka dalam penelitian ini memilih judul

“IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING DALAM

5
MENINGKATKAN DAYA INGAT SISWA (Studi Kasus di Madrasah

Diniyah Asy-Syakur Dongeng Jimbe Jenangan Ponorogo)”.

B. Fokus Penelitian

Dari masalah di atas peneliti akan melakukan pembatas masalah yang

akan diteliti yaitu penerapan pembelajaran quantum learning khusus mata

pelajaran fiqih di Madrasah Diniyah Asy-Syakur Dongeng Jimbe Jenangan

Ponorogo.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana pembelajaran quantum learning dalam meningkatkan daya

ingat siswa pada mata pelajaran fiqih.?

2. Apa faktor-faktor pendorong dalam pembelajaran quantum learning dalam

meningkatkan daya ingat siswa pada mata pelajaran fiqih?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini sesuai dengan apa yang menjadi

peramasalahan yang dikaji adalah:

1. Untuk mengetahui pembelajaran quantum learning dalam meningkatkan

daya ingat siswa pada mata pelajaran fiqih.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor pendorong pembelajaran quantum

learning dalam meningkatkan daya ingat siswa pada mata pelajaran fiqih.

6
E. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Penelitian ini dapat bermanfaat untuk mengembangkan strategi

quantum learning dan hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan

input-input dalam meningkatkan daya ingat siswa.

2. Secara Praktis

a. Bagi siswa

Untuk meningkatkan daya ingat siswa dengan diterapkan

pembelajaran quantum learning di Madrasah Diniyah Asy-Syakur

Dongeng Jimbe Jengangan Ponorogo.

b. Bagi Guru

Memberi masukan bagi guru untuk memperbaiki kualitas

proses pembelajaran melalui pembelajaran quantum learning,

sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

c. Bagi Pembaca

Menambah pengetahuan dan dapat digunakan sebagai bahan

perbandingan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang

setrategi quantum learning.

d. Bagi lembaga

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan

informasi tentang salah satu alternatif cara pembelajaran kreatif,

nyaman dan

7
menyenangkan pada siswa dengan pemanfaatan metode atau model

pembelajaran.

e. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah potensi berfikir dan

memperluas pengetahuan serta mendapat pengalaman praktis dalam

melakukan penelitian. Dan dapat menambah wawasan pengetahuan

dan pengalaman.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan jenis penelitian

Penelitian yang dilakukan ini adalah penelitian lapangan ( field

Research) yaitu penelitian dengan mengumpulkan informasi dari obyek

peneliti. Informasi ini digali dengan berbagai metode penelitian seperti

observasi, wawancara dan lain sebagainya.7

Penelitian ini merupakan penelitian jenis kualitatif disebut juga

penelitian naturalistik karena salah satu cirinya adalah natural atau alami.

Selain itu, penelitian kualitatif mempunyai ciri-ciri manusia sebagai

instrument.

Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus. Penelitian studi

kasus adalah penelitian yang bertujuan untuk mempelajari secara instensif

mengena unit sosial tertentu, yang meliputi individu, kelompok, lembaga

dan masyarakat.
7
Suharsimi Arikunto, Menejemen Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), 130

8
2. Kehadiran peneliti.

Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari

pengamatan berperan serta, sebab penelitilah yang menentukan

keseluruhan skenarionya.8 Untuk itu dalam penelitian ini, peneliti

bertindak sebagai instrumen kunci, partisipan penuh sekaligus pengumpul

data, sedangkan instrumen lainnya sebagai penunjang.

3. Lokasi penelitian

Dalam penelitian ini peneliti memilih lokasi Madrasah Diniyah

Asy-Syakur Dongeng Jimbe Jenangan Ponorogo. Madrasah ini jauh dari

perkotaan, tepatnya dari kantor Kecamatan Jenangan keselatan, kurang

lebih 1 km dari kantor kecamatan. Letak madrasah ini cukup strategis

karena tepat di tengah-tengah pemukiman desa. Kondisi Madrasah

tersebut masih belum mempunyai ruang kelas, sehingga dalam kegiatan

mengajarnya masih di srambi masjid.

4. Sumber data

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama

baik dari individu atau perorangan seperti hasi dari wawancara,

observasi, dokumentasi, atau pengisian kuesioner oleh peneliti.

b. Data Skunder

8
Lexi Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000),
117.

9
Data sekunder merupakan data pendukung yang bisa didapat

dari kepustakaan dan lain sebagainya.

5. Teknik pengumpulan data

Untuk memperoleh data yang akurat, peneliti memilih beberapa

metode, yaitu:

a. Wawancara (interview)

Wawancara yaitu percakapan yang dilakukan oleh dua pihak

yaitu pewawancara (yang mengajukan pertanyaan) dan yang

diwawancarai (yang memberikan jawaban). Wawancara adalah bentuk

komunikasi anatara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin

memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu.9

Sedangkan dalam teknik wawancara yang digunakan dalam

penelitian ini adalah wawancara mendalam, artinya peneliti

mengajukan beberapa pertanyaan secara mendalam yang berhubungan

dengan fokus permasalahan sehingga dengan wawancara mendalam

ini data-data bisa terkumpulkan semaksimal mungkin.

b. Observasi

Observasi adalah suatu teknik atau cara pengumpulan data

dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang

9
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradikma Baru Ilmu Komunikasi dan
Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004), 180

10
berlangsung.10 Peneliti mengamati aktifitas-aktifitas obyek penelitian,

karakteristik fisik situasi sosial dan bagaimana perasaan pada waktu

menjadi bagian dari situasi tersebut. Selama peneliti di lapangan, jenis

observasinya tidak tetap.

Hasil observasi dalam penelitian ini, dicatat dalam Catatan

Lapangan (CL), sebab catatan lapangan merupakan alat yang sangat

penting dalam penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, peneliti

mengandalkan pengamatan dan wawancara dalam pengumpulan data

di lapangan. Pada waktu di lapangan dia membuat “catatan” setelah

pulang kerumah atau tempat tinggal barulah menyusun catatan

lapangan.11

Dapat dikatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, jantungnya

adalah catatan lapangan. Catatan lapangan pada penelitian ini bersifat

deskriptif. Artinya bahwa catatan lapangan ini berisi gambaran tentang

latar pengamatan, orang, tindakan dan pembicaraan tentang segala

sesuatu yang berhubungan dengan fokus penelitian. Bagian deskriptif

tersebut berisi beberapa hal, diantaranya adalah gambaran dari fisik,

10
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, ( Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007) 220
11
Lexy Moloeng, metodologi penelitian kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000),
153-154

11
rekontruksi dialog, deskripsi latar fisik, catatan tentang peristiwa

khusus, gambaran kegiatan dan perilaku pengamat.12

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,

prasasti, natulen rapat, legger, agenda, dll.13

6. Teknik Analisis Data

Teknik menganalisis data dalam penelitian ini menggunakan

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Reduksi data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting untuk dicari tema dan

polanya.

b. Penyajian data

Penyajian data merupakan menguraikan data dengan teks yang

bersifat naratif. Tujuan penyajian data adalah mempermudah apa yang

diteliti dan bisa segera diajukan peneliti ini berdasarkan penyajian data

yang telah dipahami.

c. Kesimpulan sementara

12
Ibid, 156
13
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002) 236

12
Kesimpulan dalam penelitian ini mengungkap temuan berupa

hasil diskripsi yang sebelumnya masih kurang jelas kemudian diteliti

menjadi lebih jelas dan diambil kesimpulan.

d. Penulisan penelitian

Tahapan ini merupakan tahapan terakhir dari penelitian.

Peneliti menyajikan pengolahan data dalam bentuk tulisan ilmiyah.

Penulisan ilmiyah meliputi pengantar penelitian dan hasil penelitian.

Dalam setiap bagiannya dijabarkan dalam bab-bab kemudian sub-bab

dengan memperhatikan korelasi antar bagian. Peneliti berusaha

menyajikan secara sistematis dan kronologis agar mudah dipahami dan

dimengerti oleh pembaca.14

7. Pengecekkan Keabsahan Temuan

Keabsahan data merupakan konsep yang diperbaharui dari konsep

keshohihan (validitas) dan keandalan (reabilitas). Derajat kepercayaan

keabsahan data dapat diadakan dengan perpanjangan keikutsertaan peneliti

menentukan dalam pengumpulan data. Maka perpanjangan keikutsertaan

peneliti dalam panelitian ini akan memungkinkan peningkatan derajat

kepercayaan data yang dikumpulkan. Pengecekkan dengan teknik

pengamatan yang tekun. Ketekunan pangamatan yang dimaksud adalah

melakukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan

dengan persoalan atau isu yang sedang dicari.


14
Ibid, 15

13
Dengan teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan

data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk

keperlkuan pengecekan atau sebagai pembanding data itu. Teknik

triangulasi dengan sumber, berarti membandingkan data mengecek balik

derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat

berbeda dalam metode kualitatif.

8. Tahapan-Tahapan Penelitian

Tahapan-tahapan penelitian dalam penelitian ini ada empat

tahapan:

a. Tahapan pra lapangan

Yang meliputi penyusunan rencana penelitian, memilih

lapangan penelitian, mengurus perijinan, penjajakan awal lapangan,

memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan

penelitian dan yang menyangkut persoalan etika penelitian.

b. Pekerjaan lapangan

Yang meliputi: memahami latar penelitian dan persiapan diri,

memasuki lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan data.

c. Tahap analisis data.

Yang meliputi: analisis lama dan setelah pengumpulan data.

d. Tahap penulisan laporan penelitian

14
G. Sistematika Pembahasan

Untuk keefektifan penelitian ilmiyah yang sistematis maka perlu

dirancang sistematika pembahasan. Adapun sistematikanya sebagai berikut:

1. Bab satu merupakan bab pendahuluan.

Pada bab ini merupakan pola dasar dari keseluruhan skripsi ini.

Yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika

pembahasan.

2. Bab dua adalah landasan teoritik.

Bab ini diungkapkan tentang pengertian pembelajaran, langkah-

pmbelajaran pembelajaran, pengertian quantum learning, langkah-langkah

quantum learning, prinsip pembelajaran quantum learning, karakteristik

pembelajaran quantum learning, kelebihan dan kekurangan quantum

learning, pengertian daya ingat dan telaah pustaka.

3. Bab tiga adalah paparan data.

Yaitu membahas tentang gambaran umum lokasi penelitian yaitu

di Madrasah Diniyah Asy-Syakur Dongeng Jimbe Jenangan Ponorogo

yang berkaitan dengan sejarah singkat berdirinya Madrasah Diniyah Asy-

Syakur Dongeng Jimbe Jenangan Ponorogo, letak geografis, keadaan guru

dan siswa, sarana dan prasarana. Dan paparan data khusus yang terdirir

dari penerapan pembelajaran quantum learning dalam meningkatkan daya

ingat siswa, dan faktor-faktor pendororng pembelajaran quantum learning

15
dalam meningkatkan daya ingat siswa di Madrasah Diniyah Asy-Syakur

Dongeng Jimbe Jenangan Ponorogo.

4. Bab empat adalah analisis data.

Dalam bab ini berisi tentang analisii penelitian yang talah

dilakukan tentang penerapan pembelajaran quantum learning dalam

meningkatkan daya ingat siswa pada mata pelajaran fiqih di Madrasah

Diniyah Asy-syakur Dongeng Jimbe Jenangan Ponorogo. Dan faktor-

faktor pendorong pembelajaran quantum learning dalam meningkatkan

daya ingat siswa pada mata pelajaran fiqih di Madrasah Diniyah Asy-

Syakur Dongeng Jimbe Jenangan Ponorogo.

5. Bab lima adalah bab penutup.

Bab ini berfungsi untuk mempermudah para pembaca dalam

mengambil intisari dalam skripsi ini yang berisi kesimpulan dan saran.

16
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pembelajaran

1. Pengertian Pembelajaran

Menurut Gagne sebagaimana yang dikemukakan oleh Margaret E.

Bell Gredler dalam bukunya Nazarudin bahwa “istilah pembelajaran

dapat diartikan sebagai seperangkat cara peristiwa eksternal yang

dirancang untuk mendukung terjadinya proses belajar yang sifatnya

internal”. Pengertian ini mengisaratkan bahwa pembelajaran merupakan

proses yang sengaja direncanakan sedemikian rupa dalam rangka

memberikan bantuan bagi terjadinya proses belajar.15

Pendapat yang semakna dengan devinisi di atas dikemukakan oleh

J.Drost yang menyatakan bahwa “pembelajaran merupakan usaha yang

dilakukan untuk menjadikan orang lain belajar”. Sedangkan Mulkan

memahami pembelajaran sebagai suatu aktifitas guna menciptakan

kreatifitas siswa. Dari pendapat ini dapat dikemukakan bahwa

pembelajaran adalah serangkai kegiatan yang diusahakan dengan tujuan

agar orang (misalnya guru, siswa) dapat melakukan aktifitas belajar.16

15
Nasarudin, Menejemen Pembelajaran “implementasi konsep, karakteristik dan metodologi
pendidikan agama Islam” ( Yogyakarta: Teras), 162
16
Ibid, 162

17
Dengan demikian pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu

peristiwa atau situasi yang sengaja dirancang dalam rangka membantu dan

mempermudah proses belajar dengan harapan dapat membangun

kreatifitas siswa. Untuk lebih jelas lagi masalah pembelajaran ini, berikut

dijelaskan beberapa langkah-langkah pembelajaran yaitu:

2. Langkah-langkah pembelajaran berdasarkan teori kondisioning

operan adalah sebagai berikut:

a. Mempelajari keadaan kelas yaitu Guru mencari dan menemukan

perilaku siswa yang positif dan negatif. Perilaku yang posoitif akan

diperkuat dan perilaku yang negatif akan dikurangi.

b. Membuat daftar penguat positif yaitu Guru mencari perilaku yang

lebih disukai oleh siswa, perilaku yang kena hukuman, dan kegiatan

luar sekolah yang dapat dijadikan penguat.

c. Memilih dan menentukan urutan tingkah laku yang dipelajari serta

jenis penguatnya.

d. Membuat progam pembelajaran. Progam pembelajaran ini berisi

urutan perilaku yang dikehendaki penguatan, waktu mempelajari

perilaku dan evaluasi.17

17
Ibid, 164

18
B. Implementasi

1. Pengertian Implementasi

Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan

sebagai penerapan atau pelaksanaan.18 Implementasi berasal dari bahasa

Inggris yaitu to implement yang berarti mengimplementasikan.

Implementasi merupakan penyediaan sarana untuk melaksanakan sesuatu

yang menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu. Sesuatu tersebut

dilakukan untuk menimbulkan dampak atau akibat itu dapat berupa

undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan dan kebijakan

yang dibuat oleh lembaga-lembaga pemerintah dalam kehidupan

kenegaraan. Jadi implementasi dapat diartikan sebagai tindakan-tindakan

yang dilakukan baik oleh individu-individu/pejabat-pejabat atau

kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada

tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan

kebijakan19

C. Quantum Learning

1. Pengertian Quantum Learning

Istilah quantum pada awalnya digunakan dalam bidang fisika.

Konsep quantum learning bisa dideskripsikan sebagai interksi-interaksi

yang mengubah energi menjadi cahaya. Semua kehidupan adalah energi.

18
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka1995), 35-38
19
http://www.materibelajar.id/2015/12/definisi-implementasi-dan-teori.html

19
Rumus yang terkenal dalam fidika quantum adalah massa kali kecepatan

kuadrat sama dengan energi. Persamaan ini sebagai E=m 2 . Tubuh siswa

secara fisik adalah materi sebagai pelajar, ia mempunyai tujuan meraih

sebanyak mungkin energi (cahaya), yang diperoleh dari kemampuan

berinteraksi dan membangun jalinan, serta kemampuan menggali dan

melahirkan inspirasi.20

Quantum ialah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.

Quantum Learning ialah pengajaran yang dapat mengubah suasana belajar

yang menyenangkan serta mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa

menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang

lain. Quantum Learning merupakan orkestrasi bermacam-macam interaksi

yang di dalam dan sekitar momen belajar atau suatu pembelajaran yang

mempunyai misi utama untuk mendesain suatu proses belajar yang

menyenangkan yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa.

Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang

mempengaruhi kesuksesan siswa.21

Menurut Poter dan Hernacki Quantum Learning adalah

seperangkat metode atau falsafah belajar yang terbukti efektif di sekolah

dan bisnis untuk semua tipe orang dan segala usia. Quantum Learning

20
M. Fadillah, et al, Edutaiment Pendidikan Usia Dini “Menciptakan Pembelajaran Menarik,
Kreatif, dan menyenangkan”, (Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri, 2014), 87
21
Ahmad dan Joko, , Model Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia,.1997), 27.

20
pertama kali diterapkan di tempat pelatihan metode Quantum Learning

atau Supercamp.

Quantum learning berakar dari upaya Dr. Georgi Losanof, seorang

pendidik berkebangsaan bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang

disebutnya sebagai “suggestology” atau “Suggestopedia” . Prinsipnya

adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi situasi dan hasil

belajar, dan setiap detail apapun memberikan sugesti positf atau negatif.

Beberapa teknik yang digunakannya untuk memberikan sugesti positif

adalah mendudukan murid secara nyaman, memasang musik latar di

dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu, menggunakan poster-

poster untuk memberikan kesan besar sambil menonjolkan informasi, dan

menyediakan guru-guru yang terlatih baik dalam seni pengajaran

sugestif.22

Quantum learning juga merupakan teori pembelajaran yang paling

handal pada saat ini. Penggabungan dari beberapa model pengajaran dan

pembelajaran seperti accelerated learning, multiple inteligencies, brain

research, coopertive learning terpadu dalam suatu pengetahuan tunggal

yang menghasilkan suatu pembelajaran yang sangat bertenaga. Seperti

orkestra dalam sebuah simfoni, berbagai elemen ini diorkestra secara hati-

hati untuk menciptakan suatu pengalaman belajar yang lebih lengkap dan

menyenangkan. Jadi, dapat dinyatakan bahwa quantum learning


22
Bobbi DePorter and Mike hernacki, Quantum Learning, ( Bandung: KAIFA, 1999) 14

21
merupakan kiat, petunjuk, strategi dan seluruh proses belajar dapar

mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai

suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat.23

Istilah yang hampir dipertukarkan dengan sugestology adalah

“percepatan belajar” (accelerated learning). Pemercepatan belajar

didefinisikan sebagai “memungkinkan siswa untuk belajar dengan

kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal, dan dibarengi

kegembiraan. Cara ini menyatukan unsur-unsur yang secara sekilas

tampak tidak mempunyai persamaan : hiburan, permainan, warna, cara

berpikir positif, kebugaran fisik, dan kesehatan emosional. Namun semua

unsur ini bekerja sama menghasilkan pengalaman belajar yang efektif.

Dave Meier mengemukakan bahwa Accelerated Learning adalah

filosofi kehidupan dan pembelajaran yang terpadu, mengupayakan

demekanisasi dan membuat belajar menjadi manusiawi kembali

menempatkan pembelajar tepat di pusat, serta menjadikan pengalaman

bagi seluruh tubuh, seluruh pikiran, dan seluruh pribadi. Tegasnya

Accelerated Learning adalah hasil yang dicapai, bukan metode yang

digunakan.24

23
M. Fadillah, et al, Edutaiment Pendidikan Usia Dini “Menciptakan Pembelajaran Menarik,
Kreatif, dan menyenangkan”, (Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri, 2014) 86-87
24
http://birucakrawala.blogspot.co.id/2013/02/makalah-quantum-learning.html

22
Bobbi DePorter dalam artikelnya yang berjudul The Impact of

Quantum Learning atau menjelaskan pengertian Quantum Learning (QL),

sebagai berikut

Quantum learning adalah keseluruhan model yang mencakup

kedua teori pendidikan dan pelaksanaan di kelas dengan cepat. Ini

menggambarkan praktek dasar penelitian terpadu yang terbaik dalam

pendidikan ke dalam keseluruhan, yang membuat isi lebih bermakna dan

relevan bagi kehidupan siswa.25

Menurut Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, aspek penting dalam

pembelajaran quantum adalah bagaimana seorang guru menciptakan

kondisi fun (menyenangkan) ketika sedang mengajar. Sebab, kondisis fun

dapat membangkitkan gairah dan semangat anak didik untuk belajar.

Untuk menciptakan kondisi fun dalam quantum diperlukan prasarat yang

menyangkut lingkungan (positif, aman, mendukung, santai, eksplorasi dan

menggembirakan), fisik (ada gerakan, terobosan, permainan, partisipasi),

suasana (nyaman, cukup penerangan, enak dipandang, ada musiknya),

sumber-sumber yang dikembangkan interaksi pengetahuan, pengalaman,

hubungan dan inspirasi, metode yang digunakan antara lain mencontoh,

permainan, simulasi, symbol.26

25
ibid
26
Asim Waluyo, Skripsi “Relevansinya Quantum Learning dan Quantum Teaching dengan
Implementasi Pendidikan Agama Islam (PAI) Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (Ponorogo:
2005) 14

23
Prinsip pembelajaran quantum berbunyi : bawalah dunia mereka

(pembelajar) kedalam dunia kita (pengajar), dan antarkan dunia kita

(pengajar) ke dalam dunia mereka (pembelajar). Prinsip-prinsip dasar ada

lima macam berikut ini :a) Ketahuilah bahwa semuanya berbicara. b)

Ketahuilah bahwa semuanya bertujuan. c) Sadarilah bahwa pengalaman

mendahului penamaan. d) Akuilah setiap usaha yang dilakukan dalam

pembelajaran. e) Sadarilah bahwa sesuatu yang layak dipelajari layak pula

dirayakan segala sesuatu yang layak dipelajari oleh pembelajar sudah pasti

layak pula dirayakan keberhasilannya

Quantum learning mengembangkan menerapkan kecerdasan emosi

dengan suatu langkah praktis. Dengan strategi quantum learning,

kecerdasan emosi lebih mudah dikembangkan dalam kehidupan sehari-

hari untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.27

Quantum learning menjadikan mengajar dan belajar menjadi

senang dengan peningkatan ‘Aha’ pada kegiatan penemuan. Ini membantu

guru menampilkan isi mereka yang merupakan sebuah jalan yang dapat

menyertakan dan memberdayakan siswa. Model ini juga memadukan

belajar dan kecakapan hidup, menghasilkan siswa-siswa sebagai pebelajar

yang efektif selamanya-bertanggungjawab bagi pendidikannya sendiri28

27
Agus Nggermanto, Quantum Quotient ( Bandung: NUANSA, 2001) 170-171
28
http://birucakrawala.blogspot.co.id/2013/02/makalah-quantum-learning.html

24
2. Perencanaan pembelajaran quantum learning

Kerangka rancangan belajar quantum learning Menurutu Bobbi

DePorter, yang ditulis dalam karya ilmiyah milik Euphemia Tia Cristiani

bahwa kerangka rancangan belajar quantum learning dikenal dengan

sebutan “tandur”, yaitu tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi,

dan rayakan

a. Tumbuhkan

Tumbuhkan minat dengan memuaskan “Apakah Manfaatnya

BagiKu” (AMBAK), dan manfaatkan kehidupan pelajar. Guru harus

mampu menumbuhkan minat belajar kepada siswa dan dalam hal ini

guru harus mampu menumbuhkan minat belajar kepada siswa agar

kemampuan siswa dapat meningkat.

b. Alami

Dalam penyampaian materi pembelajaran, guru harus

memberikan contoh yang mudah dimengerti dan dipahami oleh siswa.

Pengalaman mampu mencipatakan ikatan emosional yang membuat

pelajaran lebih berarti. Tanpa keterlibatan emosi, pelajaran akan sulit

melekat dalam ingatan.29

c. Namai

29
Euphemia Tia Cristiani, Skripsi “Penggunaan Model Pembelajaran Quantum Untuk
Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas IV SD Kanisius Pugeran”,
(Yogyakarta: Perpustakaan Universitas Sanata Darma, 2015), 22

25
Fase ini merupakan waktu bagi guru untuk mengajarkan

konsep, kata kunci, rumus dan strategi berdasarkan pengalaman

belajar yang telah diberikan guru pada fase sebelumnya. Penyampaian

materi yang jelas dan lugas akan sangat membantu siswa dalam

memahami dan mengerti pelajaran yang diberikan. Untuk

mewujudkan hal tersebut, guru dalam menyampaikan materi harus

menggunakan kata dan kalimat yang benar dan mudah dimengerti oleh

siswa sehingga siswa akan mudah untuk menerima materi pelajaran

dengan baik.

d. Demonstrasikan

Dalam menyampaikan materi, guru dapat menggunakan media

atau alat peraga dengan maksud supaya siswa dapat dengan mudah

memahami dan mengerti materi pelajaran yang diberikan30

e. Ulangi

Pada fase ini guru melakukan pengulangan secara umum

tentang kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Hal tersebut

membantu siswa untuk kembali mengingat apa yang telah mereka

dapatkan selama pembelajaran yang telah berlangsung.

f. Rayakan

Perayaan mampu menjadi apresiasi bagi seluruh usaha,

ketekunan dan kesuksesan siswa selama kegiatan pembelajaran.


30
Ibid, 23

26
Dalam perayaan ini siswa merasa diakui dan dihargai atas hasil

kerjanya. Pujian, tepuk tangan atau bernyanyi bersama merupakan

contoh contoh yang dapat digunakan untuk merayakan keberhasilan

pembelajaran tersebut.31

3. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Quantum Learning

a. Pemberian sikap dan pujian positif

Sikap positif adalah perilaku yang ditimbulkan atau

ditumbuhkan oleh sugesti positif yang diberikan guru kepada anak.

Pemberian sikap positif inilah yang melahirkan pembelajara efektif.

Karena berangkat dari sikap yang positif anak akan merasa dihargai

keberadaannya dan merasa dianggap penting oleh sosial

lingkungannya.32

Yang dapat dilakukan diantaranya dengan cara mengatur

lingkungan fisik, misalnya dengan memperindah lingkungan belajar

dengan tanaman, seni, musik. Selain itu diupayakan pengelolaan

lingkungan anak sebaik mungkin. Hal ini dilakukan dengan

membentuk jalinan pengertian antara siswa dan guru sehingga

diperoleh daerah yang nyaman secara emosional.33

31
Ibid, 24
32
M. Fadillah, et al, Edutaiment Pendidikan Usia Dini “Menciptakan Pembelajaran Menarik,
Kreatif, dan menyenangkan”, (Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri, 2014), 88
33
Bobbi DePorter and Mike hernacki, Quantum Learning, Membiasakan Belajar Nyaman
dan Menyenangkan, terj. Alwiyah Abdurrahman, ( Bandung: KAIFA, 2002) 8

27
Kegiatan yang melibatkan fisik sebagai terobosan

pembelajaran untuk memberikan sugesti positif kepada anak adalah

selaras dengan aktifitas bermain. Oleh karenanya konsep belajar dalam

quantum learning yang memberikan sikap postif melalui tantangan

fisik yang diberikan kepada anak sama sekali tidak bertentangan

dengan pembelajaran anak usia dini, bahkan hal itu diperlukan untuk

memberi sugesti positif kepada anak.34

Teknik yang digunakan untuk sugesti positif adalah

mendudukkan murid secara nyaman, memasang musik latar di dalam

kelas, meningkatkan prestasi individu, menggunakan poster untuk

memberikan kesan.

Menurut DePorter dan Hernacki, dalam metode quantum

learning lingkungan dipersiapkan sehingga siswa merasa penting,

aman, dan nyaman. Langkahnya yaitu dengan menyiapkan lingkungan

fisik yang diperindah dengan tanaman, seni, dan musik. Ruangan

harus dirasakan nyaman dan tepat untuk kegiatan belajar yang

seoptimal mungkin. Untuk penyiapan lingkungan emosional juga perlu

diperhatikan.

b. Kekuatan AMBAK

34
Tim Pengembang, Pusat Kurikulum, Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, Kerangka
Dasar Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini , (Departemen Pendidikan Nasional: Universitas Negeri
Jakarta, 2007) 14-15

28
AMBAK adalah motivasi yang didapat dari pemilihan secara

mental antara manfaat dan akibat suatu keputusan. AMBAK adalah

kependekan dari “Apa Manfaatnya Bagiku. Maksudnya segala sesuatu

yang ingin anda kerjakan harus menjanjikan manfaat bagi Anda atau

Anda tidak akan termotivasi untuk melakuikannya. Pada aktualisasi

pembelajaran anak-anak, maka akan ditunjukkan manfaat dari usaha,

permainan, bercerita, bermain dan mendongeng yang dilakukannya

dengan bimbingan guru, hal ini bisa terjadi saat proses pembelajaran

berlangsung sehingga anak akan mengetahui dan merasakan manfaat

dari setiap usaha yang diikutinya, selain itu anak akan mendapatkan

penghargaan dari teman-temannya.35

AMBAK telah membantu kita untuk membangun emosi positif

di dalam diri dan kemungkinan besar dapat mengusir emosi negatif

yang telam bersemayam lama di dalam diri seseorang. AMBAK juga

akan mendorong pengajar mengaitkan materi pelajaran yang diajarkan

dengan keseharian anak didik. Informasi formal tidak dapat begitu saja

digali dari teks atau pendidik dan tersimpan sebagai pengetahuan

instan dalam pikiran siswa. Informasi harus diolah lebih dulu sebelum

menjadi informasi yang bermanfaat didalam otak siswa.

35
M. Fadillah, et al, Edutaiment Pendidikan Usia Dini “Menciptakan Pembelajaran
Menarik, Kreatif, dan menyenangkan”, (Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri, 2014), 98

29
Menurut Win Wenger tidak ada yang disebut mengajar karena

semua pembelajaran adalah hasil kreasi pemelajar. Maksudnya

pembelajaran tidak mungkin sesuai dengan himpunan informasi yang

disampaikan kepada pembelajar melalui teks atau pendidik, tetapi

tidak ada pembelajaran yang berlangsung tanpa diciptakan sendiri oleh

siswa.

Oleh sebab itu, AMBAK sangat dibutuhkan dalam setiap

pembelajaran. Karena tanpa informasi yang didapatkan dalam proses

belajar mengajar akan terbuang sia-sia. Dan dengan meciptakan

AMBAK pada diri masing-masing diharapkan dapat meningkatkan

rasa ingin tahu seseorang untuk mempelajari suatu bidang dan

menambah keinginan untuk mempelajari bidang lainnya.36

c. Lingkungan Belajar

Dalam proses belajar dan mengajar diperlukan penataan

lingkungan yang dapat membuat siswa merasa aman dan nyaman,

dengan perasaan aman dan nyaman ini akan menumbuhkan

konsentrasi belajar siswa yang baik. Dengan penataan lingkungan

belajar yang tepat juga dapat mencegah kebosanan dalam diri siswa.37

Lingkungan sama dengan penataan, cara seseorang menata

perabotan, musik yang akan dipasang, penataan cahaya dan bantuan

36
http://birucakrawala.blogspot.co.id/2013/02/makalah-quantum-learning.html
http://taufikhidayat93.blogspot.co.id/2012/11/makalah-quantum-learning-dan-
37

penerapan.html

30
visual di dinding dan papan iklan, semua merupakan kunci-kunci yang

menciptakan lingkungan belajar yang optimal.38

Agar tercipta suasana belajar yang menggairahkan, perlu

diperhatikan pengaturan atau penataan ruang kelas (lingkungan

belajar). Penyusuna dan penataan ruang belajar hendaknya

memungkinkan anak duduk berkelompok dan memudahkan guru

bergerak secara leluasa untuk membantu siswa dalam belajar.39

d. Gaya belajar (bebaskan gaya belajarnya)

Gaya belajar (learning style) yaitu cara siswa bereaksi dan

menggunakan perangsang-perangsang yang diterimanya dalam proses

belajar. Para peneliti menemukan adanya berbagai gaya belajar pada

siswa yang dapat digolongkan menurut kategori-kategori tertentu,

mereka berkesimpulan bahwa: 1) Tiap murid belajar menurut cara

sendiri yang kita sebut gaya belajar. Juga guru mempunyai gaya

mengajar masing-masing. 2) Kita dapat menentukan gaya belajar itu

dengan instrumen tertentu. 3) Kesesuaian gaya mengajar dengan gaya

belajar mempertinggi efektifitas belajar.40

Ada berbagai macam gaya belajar yang dipunyai oleh siswa,

gaya belajar tersebut yaitu: visual, auditorial dan kinestetik.


38
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontenporer Suatu Tinjauan Konseptual
Operasional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009) 163
39
Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 1996), 227
40
Nasution, berbagai pendekatan dalam proses belajar mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2006) 93

31
Dalam quantum learning guru hendaknya memberikan kebebasan

dalam belajar pada siswanya dan janganlah terpaku pada satu gaya

belajar saja41

Mengetahui gaya belajar yang berbeda ini telah membantu para

guru untuk mendekati murid di mana pun. Banyak ciri-ciri perilaku

merupakan petunjuk kecenderungan belajar. Berikut ini cara-cara

menentukan gaya belajar siswa.

1) Orang Visual

a) Mengingat apa yang dilihat, dari pada yang didengar.

b) Mengingat dengan asosiasi visual.

c) Biasanya tidak terganggu oleh keributan.

d) Mempunyai masalah untuk mengingat intruksi verbal kecuali

ditulis.

e) Lebih suka membaca dari pada dibacakan.

f) Mencoret-coret tanpa arti selama berbicara ditelepon dan

dalam rapat.

g) Lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain.

h) Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada berpidato.

41
http://taufikhidayat93.blogspot.co.id/2012/11/makalah-quantum-learning-dan-
penerapan.html

32
i) Sering kali mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak

pandai memilih kata-kata.

2) Orang Auditorial

a) Berbicara kepada diri sendiri saat bekerja.

b) Mudah terganggu oleh keributan.

c) Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan dibuku

ketika membaca.

d) Lebih suka musik daripada seni.

e) Suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu

panjang lebar.

f) Lebih suka gurauan lisan dari pada membaca komik.

3) Orang Kinestetik

a) Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka.

b) Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak.

c) Belajar melalui, memanipulasi, dan praktik.

d) Menghapal dengan cara berjalan dan melihat.

e) Menggunakan jari penunjuk ketika membaca.

f) Banyak menggunakan isyarat tubuh.

g) Tidak dapat duduk diam untuk waktu lama.

h) Tidak dapat mengingat geografi kecuali jika mereka memang

telah pernah berada di tempat itu.

i) Kemungkinan tulisannya jelek.

33
j) Menyukai permainan yang menyibukkan.

Dengan mengetahui cara belajar masing-masing individu.

Maka diharapkan siswa dengan medah dapat menyerap segala

informasi dan menghilangkan kejenuhan disaat proses belajar

mengajar berlangsung, khususnya pada bidang studi Sejarah

Kebudayaan Islam yang memerlukan pemahaman yang mendalam.42

4. Prinsip-prinsip dalam pembelajaran quantum learning.

a. Segalanya Berbicara

Maksudnya bahwa seluruh lingkungan kelas hendaknya

dirancang untuk dapat membawa pesan belajar yang dapat diterima

oleh siswa. Seperti adanya rancangan kurikulum dan rancangan

pembelajaran guru, informasi, bahasa tubuh, kata-kata, tindakan,

gerakan, dan seluruh kodisi lingkungan harus dapat berbicara

membawa pesan-pesan belajar bagi peserta didik.

b. Segalanya Bertujuan.

Maksudnya semua pengubahan pembelajaran tanpa terkecuali

harus mempunyai tujuan-tujuan yang jelas dan terkontrol. Sumber dan

fasilitas yang terlibat dalam setiap pembelajaran pada prinsipnya untuk

membantu perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor.

42
http://belajarbersama.multiply.com/journal/item/2/Quantum_Learning_Cara_Baru_Belajr_
Mengolah_Kecerdasan

34
c. Pengalaman mendahului penamaan

Maksudnya sebelum siswa belajar memberi nama

(mendefinisikan, mengkonseptualisasi) hendaknya telah memiliki

pengalaman informasi yang terkait dengan upaya pemberian nama

tersebut. Dikatakan demikian karena otak manusia berkembang pesat

dengan adanya stimulan yang kompleks, yang selanjutnya akan

menggerakkan rasa ingin tahu.

d. Mengakui setiap usaha

Maksudnya semua usaha belajar yang telah dilakukan siswa

harus memperoleh pengakuan guru dan siswa lainnya. Pengakuan ini

penting agar siswa selalu berani melangkah kebagian berikutnya

dalam pembelajaran.

e. Merayakan Keberhasilan

Maksudnya setiap usaha dan hasil yang diperoleh dalam

pembelajaran pantasdirayakan. Perayaan ini diharapkan memberi

umpan balik dan motivasi untuk kemajuan dan peningkatan hasil

belajar berikutnya.43

43
Nandang Kosasih, et al, Pembelajaran Quantum Dan Optimalisasi Kecerdasan, (Bandung:
Alfabeta, 2013), 78

35
5. Manfaat Pembelajaran Quantum Learning

Menurut DePorter yang ditulis dalam karya ilmiyah milik Mustika

Sari bahwa pembelajaran quantum learning memiliki berbagai manfaat

yang dapat diambil, diantaranya:

a. Bersikap positif.

b. Termotivasi.

c. Menemukan cara belajar.

d. Menciptakan lingkungan belajar yang sempurna.

e. Membaca dengan cepat.

f. Keterampilan belajar seumur hidup.

g. Kepercayaan diri.

h. Sukses atau hasil belajar yang meningkat.44

6. Tujuan pembelajaran quantum

Tujuan pokok pembelajaran quantum adalah:

a. Meningkatkan partisipasi peserta didik melalui pengubahan keadaan.

b. Meningkatkan motivasi dan minat belajar.

c. Meningkatkan daya ingat

d. Meningkatkan rasa kebersamaan.

e. Meningkatkan daya dengar.

f. Meningkatkan kehalusan perilaku.45

44
Mustika Sari, Skripsi “Penerapan Model Quantum Learning Untuk Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran Materi Energi Panas Dan Bunyi Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Randugunting 4
kota tegal” (Tegal: 2013), 29

36
7. Karakteristik Pembelajaran Quantum Learning

Pembelajaran quantum learning memiliki karakteristik umum,

antara lain:

a. Pembelajaran quantum berpangkal pada psikologi kognitif bukan

fisika quantum. Hal ini menjelaskan bahwa pandangan tentang

pembelajaran,belajar, dan pembelajaran diturunkan dan dikembangkan

dari berbagai teori psikologi kognitif bukan teori fisika quantum.

b. Pembelajaran quantum lebih bersifat humanistik. Potensi diri,

kemampuan pikiran, daya motivasi, dan sebagainya dari pembelajar

diyakini dapat berkembang secara maksimal. Hadiah hukuman

dipandang tidak ada karena semua usaha yang dilakukan manusia

patut dihargai.

c. Pembelajaran quantum lebih bersifat konstruktivistik. Pembelajaran

quantum menekankan pentingnya peranan lingkungan dalam

mewujudkan pembelajaran yang efektif dan optimal dan memudahkan

keberhasilan tujuan pembelajaran. Pembelajaran quantum berupaya

memadukan antara potensi diri manusia selaku pembelajar dengan

lingkungan.

d. Pembelajaran quantum memusatkan perhatian pada interaksi bermutu

dan bermakna. Hal ini dapat dikatakan interaksi telah menjadi kunci

45
Nandang Kosasih, et al, Pembelajaran Quantum Dan Optimalisasi Kecerdasan, (Bandung:
Alfabeta, 2013), 94

37
dalam pembelajaran quantum, yaitu pada proses pembelajaran

quantum dipandang sebagai penciptaan interaksi-interaksi yang

bermutu dan bermakna yang mengubah energi (kemampuan pikiran

dan bakat alamiah) siswa menjadi cahaya yang bermanfaat bagi

keberhasilan dirinya. Dalam hal ini komunikasi menjadi penting dalam

pembelajaran quantum.

e. Pembelajaran quantum menekankan pada pemercepat pembelajaran

dengan taraf keberhasilan tinggi. Menurut pembelajaran quantum,

proses pembelajaran harus berlangsung cepat dengan keberhasilan

tinggi. Untuk itu segala hambatan yang dapat memperlambat proses

pembelajaran harus disingkirkan. Adapun tekniknya dapat

mempergunakan seperti iringan musik, suasana yang menyegarkan,

lingkungan yang nyaman, dan sebagainya.

f. Pembelajaran quantum menekankan kealamiahan dan kewajaran.

Kealamiahan dan kewajaran menimbulkan suasana nyaman, segar,

sehat, rileks, santai dan menyenangkan.

g. Pembelajaran quantum menekankan kebermaknaan dan kebermutuan

proses pembelajaran. Dalam hal ini, dalam proses pembelajaran perlu

dihadirkan pengalaman yang dapat dimengerti dan berarti bagi siswa.

h. Pembelajaran quantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai

bagian penting proses pembelajaran. Siswa harus memiliki nilai dan

38
keyakinan positif dalam proses pembelajaran, misalnya siswa perlu

memiliki keyakinan bahwa kegagalan merupakan tanda telah belajar

i. Pembelajaran quantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan,

bukan keseragaman dan ketertiban. Keberagaman dan kebebasan

berupaya perlu adanya pengakuan keragaman gaya belajar siswa.

j. Pembelajaran quantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran

dalam proses pembelajaran. Aktivitas total antara tubuh dan pikiran

membuat pembelajaran bisa berlangsung lebih nyaman dan hasilnya

opimal.46

8. Kelebihan Dan Kekurangan Quantum Learning.

Setiap metode tertentu memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu

pula dengan Quantum Learning. Menurut De Potter dan Hernacki yang

ditulis dalam karya ilmiah milik Gusti Ayu Putri Laksmi, Kelebihan dan

kekurangan metode Quantum Learning yaitu:

a. Kelebihan Metode Quantum Learning

1) Memberikan sikap positif terhadap cara pandang siswa

2) Siswa lebih termotivasi untuk belajar

3) Memperoleh keterampilan seumur hidup

4) Memiliki kepercayaan diri47

46
Ibid, 29-31
47
Gusti Ayu Putri Laksmi, Skripsi “ Penerapan metode quantum learning untuk
meningkatkan kemampuan menganalisis paragraf deskriptif pada Siswa kelas viii 8 smp negeri 2
denpasar Tahun Pelajaran 2012/2013” (Denpasar Bali:1990) 39

39
b. Kekurangan

Metode ini banyak menggunakan media, bagi sekolah yang tidak

memiliki fasilitas yang memadai akan mengalami hambatan dalam

penerapannya.48

Beberapa hal yang penting dicatat dalam quantum learning adalah

sebagai berikut. Para siswa dikenali tentang “kekuatan pikiran” yang tak

terbatas. Ditegaskan bahwa otak manusia mempunyai potensi yang sama

dengan yang dimilliki oleh Albert Einstein. Selain itu, dipaparkan tentang

bukti fisik dan ilmiah yang memberikan bagaimana proses otak itu

bekerja. Melalui hasil penelitian Global Learning, dikenalkan bahwa

proses belajar itu mirip bekerjanya otak seorang anak 6-7 tahun yang

seperti spons menyerap berbagai fakta, sifat-sifat fisik, dan kerumitan

bahasa yang kacau dengan “cara yang menyenangkan dan bebas stres”.

Bagaimana faktor-faktor umpan balik dan rangsangan dari lingkungan

telah menciptakan kondisi yang sempurna untuk belajar apa saja. Hal ini

menegaskan bahwa kegagalan, dalam belajar, bukan merupakan

rintangan. Keyakinan untuk terus berusaha merupakan alat pendamping

dan pendorong bagi keberhasilan dalam proses belajar. Setiap

keberhasilan perlu diakhiri dengan “kegembiraan dan tepukan.”49

48
Ibid, 39
49
Gordon.. Dryden. Revolusi Cara Belajar : The Learning Revolution Bagian I, (Bandung.
Kaifa, 2003), hlm.26

40
Berdasarkan penjelasan mengenai apa dan bagaimana unsur-unsur

dan struktur otak manusia bekerja, dibuat model pembelajaran yang dapat

mendorong peningkatan kecerdasan linguistik, matematika, visual/spasial,

kinestetik/perasa, musikal, interpersonal, intarpersonal, dan intuisi.

Bagaimana mengembangkan fungsi motor sensorik (melalui kontak

langsung dengan lingkungan), sistem emosional-kognitif (melalui

bermain, meniru, dan pembacaan cerita), dan kecerdasan yang lebih

tinggi (melalui perawatan yang benar dan pengondisian emosional yang

sehat50

Bagaimana memanfaatkan cara berpikir dua belahan otak “kiri

dan kanan”. Proses berpikir otak kiri (yang bersifat logis, sekuensial,

linear dan rasional), misalnya, dikenakan dengan proses pembelajaran

melalui tugas-tugas teratur yang bersifat ekspresi verbal, menulis,

membaca, asosiasi auditorial, menempatkan detil dan fakta, fonetik, serta

simbolisme.

Proses berpikir otak kanan (yang bersifat acak, tidak teratur,

intuitif, dan holistik), dikenakan dengan proses pembelajaran yang terkait

dengan pengetahuan nonverbal (seperti perasaan dan emosi), kesadaran

akan perasaan tertentu (merasakan kehadiran orang atau suatu benda),

50
Iwan. Sugiarto. Mengoptimalkan Daya Kerja Otak Dengan Berfikir Holistik dan Kreatif.
(Jakarta Gramedia Pustaka Utama: 2004), hlm 30.

41
kesadaran spasial, pengenalan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan

warna, kreatifitas dan visualisasi.

Semua itu, pada akhirnya, tertuju pada proses belajar yang

menargetkan tumbuhnya “emosi positif, kekuatan otak, keberhasilan, dan

kehormatan diri.” Keempat unsur ini bila digambarkan saling terkait. Dari

kehormatan diri, misalnya, terdorong emosi positif yang mengembangkan

kekuatan otak, dan menghasilkan keberhasilan, lalu (balik lagi) kepada

penciptaan kehormatan diri.

Dari proses inilah, quantum learning menciptakan konsep

motivasi, langkah-langkah menumbuhkan minat, dan belajar aktif.

Membuat simulasi konsep belajar aktif dengan gambaran kegiatan seperti:

“belajar apa saja dari setiap situasi, menggunakan apa yang Anda pelajari

untuk keuntungan Anda, mengupayakan agar segalanya terlaksana,

bersandar pada kehidupan.” Gambaran ini disandingkan dengan konsep

belajar pasif yang terdiri dari: “tidak dapat melihat adanya potensi belajar,

mengabaikan kesempatan untuk berkembang dari suatu pengalaman

belajar, membiarkan segalanya terjadi, menarik diri dari kehidupan.”

D. Faktor-Faktor Pendukung Dalam Pembelajaran Quantum Learning

Menurut De Porter, Reardon, Singer Nourie yang ditulis dalam karya

ilmiyah milik Alkaf Muflikh Fuadi, yaitu ada beberapa faktor yang

mendukung pembelajaran quantum, antara lain:

42
1. Lingkungan sekeliling untuk meningkatkan kepercayaan diri dan mutu

pelajaran.

2. Alat bantu untuk menghidupkan pelajaran.

3. Pengaturan bangku yang interaktif dan santai untuk menarik minat.

4. Tumbuh-tumbuhan untuk efek menenangkan.

5. Musik untuk meningkatkan kepekaan indra.

Selain faktor diatas, dalam pembelajaran quantum perlu diperhatikan

hal-hal yang berkaitan dengan waktu pembelajaran yang meliputi: 1)

Lingkungan, terdiri dari: aman, mendukung, santai, penjelajahan, dan

menggembirakan, 2) Fisik, terdiri dari; gerakan, trobosan, perubahan

keadaan,permainan, filosologi, estafet, partisipasi; 3) Suasana terdiri dari

suasana yang nyaman, cukup penerangan, enak dipandang, ada musiknya;

serta 4) Nilai-nilai keyakinan terdiri dari; (a) sumber-sumber; pengetahuan,

pengalaman, hubungan inspirasi, (b) belajar untuk mempelajari ketrampilan;

menghafal, membaca, menulis, mencatat, kreatifitas, cara belajar, komunikasi,

hubungan, (c) metode; mencontoh, permainan, simulasi, dan simbol.

Dari uraian diatas maka dapat dinyatakan bahwa suatu pembelajaran

akan optimal apabila didukung oleh pertama, lingkungan belajar yang positif.

Orang dapat belajar dengan baik dalam lingkungan fisik, emosi, dan sosial

yang positif yaitu lingkungan yang tenang sekaligus menggugah semangat.

Adanya rasa keutuhan, keamanan, minat, dan kegembiraan sangat penting

untuk mengoptimalkan pembelajaran manusia. Kedua, keterlibatan pebelajar.

43
Orang dapat belajar dengan baik jika dia terlibat secara penuh dan aktif serta

mengambil tanggung jawab penuh atas usaha belajarnya sendiri. Belajar

bukanlah sejenis olahraga untuk ditonton, melainkan menuntut peran serta

semua pihak. Ketiga, kerjasama diantara pelajar. Orang biasanya belajar

dengan baik dalam lingkungan kerja sama. Semua cara belajar cenderung

bersifat sosial sementara cara belajar tradisional menekankan persaingan di

antara individu-individu yang terpisah.. Keempat, untuk semua gaya belajar.

Orang dapat belajar dengan baik jika dia mempunyai banyak variasi pilihan

belajar yang memungkinkannya untuk memanfaaatkan seluruh inderanya dan

menerapkan gaya belajar yang disukainya. Kelima, belajar kontekstual. Orang

dapat belajar dengan baik dalam konteks. Fakta dan keterampilan yang

dipelajari secara terpisah itu sulit diterapkan dan cenderung cepat menguap.

Belajar yang baik bisa dilakukan dengan mengerjakan pekerjaan itu sendiri

dalam proses penyelaman ke “dunia nyata” terus menerus, umpan balik,

perenungan, evaluasi dan penyelaman kembali.

Pembelajaran quantum menyediakan menciptakan lingkungan belajar

yang kondusif, dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan

lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas.

Pembelajaran quantum akan membantu siswa dalam menumbuhkan minat

siswa untuk terus belajar dengan semangat. Suasana yang nyaman yang

dibangun ketika pembelajaran berlangsung sangatlah membantu dalam

44
penyampaian materi. Citarasa menyenangkan seperti humor dilakukan dengan

maksud agar KBM tidak membosankan.51

E. Daya Ingat

1. Pengertian Daya Ingat.

Ingatan (memory) ialah suatu daya kekuatan jiwa atau kemampuan

untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi kembali pengertian-

pengartian atau tanggapan-tanggapan kita. Jadi ada tiga unsur dalam

perbuatan ingatan, yaitu : menerima kesan-kesan, menyimpan, dan

memproduksikan.52

Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, bahwa ingatan

yaitu suatu daya yang dapat menerima, menyimpan, dan memproduksi

kembali kesan-kesan / tanggapan / pengertian. Ingatan dapat dipengaruhi

oleh sifat seseorang, alam sekitar, keadaan jasmani, keadaan rohani, dan

umur manusia.53

Menurut Dr.kohnstamm dalam bukunya noer rohmah mengatakan,

ingatan ialah semua macam pekerjaan jiwa berhubung-hubungan di dalam

waktu. Hal ini berarti bahwa kegiatan mengingat itu selalu berhubungan

dengan masalah waktu (lampau, sekarang dan yang mendatang)54

Alkaf Muflikh Fuadi, Skripsi “pelaksanaan pembelajaran quantum di


51
sekolah dasar
muhammadiyah 1 magetan”, (Surakarta: 2009) 32-34
52
Abu Ahmadi, psikologi umum, (Jakarta: Rineka Cipta,1998),70
53
Abu Ahmadi, Widodo Supriyitno, Psikologi Belajar, ( Jakarta: PT Renika Cipta, 2008), 26
54
Noer Rohmah, Psikologi Pendidikan, ( Yogyakarta: Penerbit Teras, 2012), 150

45
Sedang William Stern berpendapat bahwa ingatan sebagai

hubungan pengalaman dengan masa lampau. Disamping itu pendapat

secara umum mengatakan bahwa ingatan adalah kekuatan jiwa untuk

mencamkan/menerima, menyimpan, dan mereproduksikan kembali kesan-

kesan yang telah lampau.55

Disamping itu, daya ingat pun merupakan perwujudan belajar,

sebab merupakan unsur pokok dalam berfikir asosiatif. Jadi siswa yang

telah mengalami proses belajar akan ditandai dengan bertambahnya

simpenan materi ( pengetahuan dan pengertian ) dalam memori, serta

meningkatnya kemampuan menghubungkan materi tersebut dengan situasi

atau stimulus yang sedang ia hadapi.56

Karena proses munculnya ingatan sangat berkaitan dengan

stimulus yang diberikan. Ingatan siswa akan kembali muncul saat guru

menanyakan suatu materi kepadanya. Kabar baiknya, neuron yang tadi

dirangsang bersamaan akan kembali muncul bersama pula saat diberi

rangsang. Hal ini memungkinkan penggunaan lebih dari satu indra dalam

belajar akan lebih memudahkanmengingat.57

Menurut Scott Hagwood, ada 14 ketrampilan dasar yang

merupakan hasil dari ingatan yang sudah dikembangkan dengan baik.

55
Ibid 151
56
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), 122-123
57
Ali Akbar Navis, Hypnoteaching Revolusi Gaya Mengajar Untuk Melejitkan Prestasi
Siswa, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), 102

46
Menguasai ingatan berarti menguasai proses berfikir. Keterampilan yang

berkembang akan memudahkan siswa lebih memaknai belajar dan

menjadi menjadi siswa efektif, baik di sekolah maupun di luar sekolah.58

a. Berikut ini adalah sifat-sifat ingatan :

1) Ingatan yang cepat dan mudah, artinya seseorang yang dapat

dengan mudah dalam menerima kesan-kesan, misalnya ada orang

yang dengan cepat dapat mengingat baik-baik suatu lagu dan ada

pula yang lambat.

2) Ingatan yang teguh, artinya kesan yang telah diterimanya itu tetap

tidak berubah, melainkan tetap sebagaimana pada waktu

menerimanya (tidak mudah lupa).

3) Ingatan mengabdi atau patuh, berarti bahwa kesan yang pernah

dicamkan dapat dengan mudah direproduksi secara lancar.59

Prestasi ingatan berhubungan erat dengan kondisi jasmani,

misalanya kelelahan, sakit dan kurang tidur juga menurunkan prestasi

ingatan. Dari faktor usia ingatan paling tajam pada diri manusia ialah

kurang lebih pada masa kanak-kanak yaitu usia 10-14 tahun. Setelah usia

tersebut kemampuan mencamkan dalam ingatan juga dapat dipertinggi,

58
Ibid 107
59
Abu Ahmadi, psikologi umum, (Jakarta: Rineka Cipta,1998),70-71

47
tetapi hanya untuk kesan-kesan yang mengandung pengertian(daya ingatan

logis). Dan ii berlangsung antara usia 15-50 tahun.60

Ingatan berhubungan pula denga emosi seseorang, dimana

seseorang akan mengingat sesuatu lebih baik, apabila peristiwa-peristiwa

itu menyentuh perasaan. Sedang kejadian yang tidak menyentuh emosi,

diabaikan saja. Salah satu produk dari ingatan ialah mengenal kembali,

yaitu bahwa apa yag kita amati sekarang ini senyatanya pernah kita amati

ata kenal pada masa lampau. Maka mengenal kembali ( recognise) ialah

kesadaran masa lampau, sebagai akibat dari pengamatan.61

Peristiwa lain yang sangat penting ialah aktivitas psikis mencamkan

(memasukkan-meletakkan). Usaha dengan sengaja memasukkan-

meletakkan bahan pengenalan dalam ingatan disebut “memorisasi”. Dalam

memorisasi dapat berlangsung dengan cara “otomatis” atau berlangsung

dengan sendirinya tanpa menggunakan akal dan tidak disengaja. Misalnya

kegiatan mencamkan bunyi-bunyi tanpa pikiran dan pmahaman, menghafal

sanjak dalam bahasa asing tanpa memahami artinya dan lain sebagainya.62

Sekalipun dengan memorisasi memungkinkan orang dapat

mengingat apa yang telah dipelajarinya, tetapi tidak berarti bahwa semua

“memory traces” ini akan tetap tinggal dengan baik, karena pada suatu saat

“memory traces” akan dapat hilang. Dalam hal ini orang mengalami

60
Ibid, 71
61
Ibid, 71
62
Ibid, 72

48
kelupaan. Dimana seseorang tidak dapat mereproduksi tanggapan-

tanggapan yang pernah dialami, padahal ingatannya sehat.63

2. Tahapan-Tahapan Dalam Pemrosesan Memory.

a. Acquistion.

Pada tahap ini indra menerima rangsangan untuk diseleksi atau

dipilih sesuai dengan kehendak dan kemudian diubah kedalam bentuk

yang diterima oleh sistem memori otak.

b. Storage.

Pada tahap ini informasi yang diterima dan telah diseleksi

untuk disimpan didalam daftar (sensory register) dan jejak memori

(memory traches) agar dapat dipanggil kembali apabila diperlukan.

Dalam tahap ini terjadi proses pemeliharaan stimulusi atau input

didalam memori otak.

c. Retrieval.

Tahap ini merpakan tahap dimana diharapkan informasi yang

telah disimpan dapat dipanggil kembali untuk digunakan pada saat

seseorang membutuhkan bentukan dan hasil pemrosesan informasi dan

penyimpanan dalam sistem memori otak. Jika terjadi kegagalan dalam

proses pemanggilan, maka terjadi proses yang disebut dengan

memproduksi “lupa”.64

63
Ibid, 72
64
Abdul Rahman , (Jakarta: Prenada Media Group, 2004)

49
3. Gangguan-Gangguan Pada Ingatan.

Dalam sebuah ingatn terdapat beberapa gangguan diantaranya, yaitu :

a. Lupa, yaitu peristiwa yang tidak dapat memproduksi tanggapan

kita.

b. Amnesia,yaitu peristiwa yang tidak dapat memproduksi tanggapan

karena ingatan kita tidak sehat.

c. Deya vu, yaitu peristiwa yang seakan-akan sudah pernah dialami

namun sebenarnya belum ( pengenalan tipuan )

d. Jamais vu, yaitu suatu peristiwa yang seakan-akan belum pernah

kenal kepada suatu yang sebenarnya sudah kenal ( lupa tipuan )65

65
Agus sujanto, psikologi umum, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009)

50
BAB III

DESKRIPSI

DATA

A. Paparan Data Umum

1. Sejarah Berdirinya Madrasah Diniyah Asy-Syakur Dongeng Jimbe

Jenangan Ponorogo

Madrasah Diniyah Asy-Syakur Dongeng Jimbe Jenangan

Ponorogo merupakan sebuah lembaga pendidikan nonformal yang terletak

di jalan dukuh Dongeng desa Jimbe kecamatan Jenangan kabupaten

Ponorogo.

Pada tahun 2008 berdirilah sebuah lembaga pendidikan yang

bernama Madrasah Diniyah Asy-Syakur. Madrasah ini berdiri yang

dipelopori oleh Ikhwanul, M, S.Sos, MM.

Pada tahun 2008 madrasah ini sudah mulai beroperasi dengan

menempati masjid Asy-Syakur sebagai tempat pembelajaran. Pada tahun

ini juga bertepatan pada tanggal 29 Juli tahun 2008 resmi mendapatkan

izin operasional. Dengan kepala madrasah bapak Ikhwanul M, S.Sos,

MM.66

66
Lihat Tanskip Dokumentasi Nomor 01/D/ 2-IV/2016 dalam lampiran laporan hasil

51
penelitian ini

52
2. Letak Geografis Madrasah Diniyah Asy-Syakur Dongeng Jimbe

Jenangan Ponorogo

Madrasah Diniyah Asy-Syakur terletak di dukuh Dongeng desa

Jimbe kecamatan Jenangan kabupaten Ponorogo, tepatnya masuk

keselatan dari jalan raya Jenangan, atau SDN 2 Watugudik Jimbe

Jenangan ke Selatan. terletak di tengah-tengah perkampungan dukuh

Dongeng.

Adapun batas-batasnya adalah:

a. Sekeliling Madrasah berdekatan dengan perumahan penduduk.

b. Sebelah utara kurang lebih 1 km adalah jalan raya Jenangan.67

Lingkungan alam sekitar Madrasah Diniyah Asy-Syakur Dongeng

Jimbe Jenangan Ponorogo memberikan suasana yang tenang dan

kondusif disamping itu Madrasah tersebut dekat dengan

perkampungan masyarakat, sehingga mudah untuk menuju ke

Madrasah meskipun dengan berjalan kaki.

3. Visi dan Misi Madrasah Diniyah Asy-Syakur Dongeng Jimbe

Jenangan Ponorogo

a. Visi

“Mempersiapkan generasi Islam yang Qur’ani yaitu generasi yang

mencintai Al-Qur’an, komitmen dengan Al-Qur’an, dan menjadikan

67
Lihat Transkip Dokumentasi Nomor 02/D/ 4-IV/2016 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.

53
Al-Qur’an sebagai bacaan serta menjadikan pedoman hidup sehari-

hari”

b. Misi

1) Santri/siswa mampu membaca Al-Qur’an dengan benar sesuai

dengan kaidah Tajwid

2) Santri/siswa mendirikan shalat dengan benar dan terbiasa hidup

dalam suasana yang Islami.

3) Santri/siswa hafal surat-surat pendek, ayat-ayat pilihan dan do’a

sehari-hari.

4) Santri/siswa mampu menulis huruf Al-Qur’an.

5) Berperilaku sopan dan berbudi luhur dalam pergaulan.68

4. Keadaan Guru/karyawan dan Pengurus Madrasah Diniyah Asy-

Syakur Dongeng Jimbe Jenangan Ponorogo

a. Keadaan Guru/Karyawan

Jumlah guru/karyawan di Madrasah Diniyah Asy-Syakur

Dongeng Jimbe Jenangan Ponorogo sebanyak 7 orang. Yang masing-

masing tidak sama tingkat pendidikannya. Ada yang masih kuliah, ada

juga yang masih sekolah tingkat Aliyah. Tetapi sudah ada 2 guru yang

telah menyelasaikan kuliahnya.

b. Keadaan pengurus

68
Lihat Transkip Dokumentasi Nomor 03/D/ 4-IV/2016 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.

54
Jumlah pengurus Madrasah Diniyah Asy-Syakur Dongeng

Jimbe Jenangan Ponorogo sebanyak 5 orang, 2 orang sebagai Tata

Usaha (TU), 2 orang sebagai bendahara dan 1 orang sebagai komite.

Untuk lebih jelasnya lihat dalam lampiran.69

5. Keadaan Peserta Didik Madrasah Diniyah Asy-Syakur Dongeng

Jimbe Jenangan Ponorogo

Jumlah siswa di Madrasah Diniyah Asy-Syakur Dongeng Jimbe

Jenangan Ponorogo secara keseluruhan sebanyak 53 siswa. Yang terdiri

dari 23 siswa dan 30 siswi. Untuk lebih jelasnya lihat di lampiran.

6. Sarana dan Prasarana

Madrasah Diniyah Asy-Syakur Dongeng Jimbe Jenangan

Ponorogo memiliki sarana dan prasarana yang cukup memadai dan

menunjang kegiatan pembelajaran, meskipun belum mencapai tingkat

kesempurnaan. Luas tanah seluruhnya 8x25 m terbagi menjadi 1 bangunan

masjid, 1 kamar mandi yang gabung dengan masjid dan 1 kantor kepala

madrasah.70

69
Lihat Transkip Dokumentasi Nomor 04/D/ 6-IV/2016 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
70
Lihat Transkip Dokumentasi Nomor 05/D/ 6-IV/2016 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.

55
B. Deskripsi Data Khusus

1. Data Tentang Penerapan Pembelajaran Quantum Learning Dalam

Meningkatkan Daya Ingat Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih.

Madrasah Diniyah Asy-Syakur selalu berusaha meningkatkan

kualitas anak didiknya dengan berbagai cara, baik melalui kegiatan

pendidikan maupun pembelajaran. untuk meningkatkan mutu

pembelajaran merupakan tugas guru mata pelajaran untuk bisa

mengembangkan rencana proses maupun hasil dari pembelajaran serta

diharapkan hasil yang maksimal. Sehingga dalam pembelajaran ini harus

direncanakan dan dilaksanakan secara kondusif dan menyenangkan,

sehingga siswa memiliki motivasi dan perhatian untuk belajar. Dengan

demikian siswa akan mudah ingat dengan pelajaran karena tertanam

dalam otak mereka.

Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran quantum learning

dalam meningkatka daya ingat siswa pada mata pelajaran fiqih di

Madrasah Diniyah Asy-Syakur Dongeng Jimbe Jenangan Ponorogo, maka

peneliti melakukan wawancara dengan ibu Fina Nasru Shofiatin selaku

guru PAI, kemudian bu Fina mengungkapkan bahwa:

Untuk perencanaan pembelajaran quantum learning di Madrasah


Diniyah Asy-Syakur ini, langkah yang saya lakukan adalah melihat
pedoman perencanaan pembelajaran yang tertuang dalam silabus.
Sehingga silabus merupakan pedoman yang menjadi sumber pokok
dalam penyusunan rencana pembelajaran, baik rencana pembelajaran
untuk satu standar kompetensi maupun satu kompetensi dasar. Silabus
tersebut juga bermanfaat sebagai pedoman untuk merencanakan

56
pengelolaan kegiatan belajar secara klasikal, kelompok kecil, atau
pembelajaran secara individual. Jadi setelah itu saya dapat menyusun
model pembelajaran quantum learning yang paling tepat akan
dilaksanakan.71

Quantum learning adalah metode belajar cepat dan tepat serta

menyenangkan untuk mengimbangi kerja otak kanan dan otak kiri agar

dapat berkembang secara maksimal. Jadi pangertian pembelajaran

quantum learning di Madrasah Diniyah Asy Syakur dilakukan dengan

sebagai berikut:

Quantum learning adalah pembelajaran yang menyenangkan sehinggga


dapat meningkatkan daya ingat siswa di Madrasah Diniyah Asy-Syakur
Dongeng Jimbe Jenangan Ponorogo, dengan cara menyesuaikan metode
mengajar dengan materi yang ada atau yang akan disampaikan dan juga
tingkat kesulitan. Dengan menerapkan metode belajar yang melibatkan
peserta didik berpartisispasi, yaitu metode yang dapat meningkatkan
motivasi anak didik karena seluruh dimensi manusia terlibat aktif dengan
diberikan materi pelajaran yang kongret, bermakna serta relevan dalam
kontek kehidupannya. Selain itu juga dalam pengajaran memperhatikan
keunikan masing-masing peserta didik.72

Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran quantum learning

dalam meningkatkan daya ingat siswa pada mata pelajaran fiqih di

Madrasah Diniyah Asy-Syakur Dongeng Jimbe Jenangan Ponorogo,

peneliti melakukan wawancara terhadap guru disana yang bernama Fina

Nasru Shofiatin, kemudian beliau menjawab:

Pelaksanaan pembelajaran quantum learning dalam meningkatkan daya


ingat siswa di Madrasah Diniyah Asy-Syakur ini adalah sesuai metode
yang digunakan yang mana metode itu sesuai dengan materi yang
disampaikan sehingga dapat menjadikan pembelajaran lebih

71
Lihat Transkip Wawancara Nomor 04/ W/ F-2/ 20-IV/ 2016 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini
72
Lihat Transkip Wawancara Nomor 05/ W/ 20-IV/ 2016 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini

57
menyenangkan. Yang mana guru tampil semangat, antusias dan gembira,
guru menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dan guru
memanfaatkan energizer dan humor. Guru menggunakan berbagai alat
bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk
menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan
pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa. Selain
untuk membuat kelas lebih nyaman guru juga menata posisi siswa yang
berubah-ubah seperti membentuk lingkaran, seperti berhadap-hadapan
dan lain sebagainya, agar tercipta kondisi yang nyaman dan
menyenangkan untuk guru dan murid selama proses belajar mengajar
berlangsung.73

Hal tersebut dapat dilihat ketika proses pembelajaran berlangsung

guru memberikan intruksi kepada peserta didik untuk membuat kelompok

belajar yang membentuk lingkaran. Ketika penyampaian materi seringkali

diselingi dengan nyanyian untuk menghilangkan rasa jenuh. Peserta didik

mendominasi aktifitas pembelajaran dan turut serta dalam semua proses

pembelajaran tidak hanya mental tetapi juga melibatkan fisik, sehingga

peserta didik akan merasakan suasana yang menyenangkan sehingga hasil

belajarnya lebih maksimal.74

Dari hasil wawancara penulis dengan bu Fina sebagai guru di

Madrasah Diniyah Asy-Syakur tentang apa yang menjadi sebab

menerapkan pembelajaran quantum learning dalam meningkatkan daya

ingat siswa pada mata pelajaran fiqih di Madrasah Diniyah Asy-Syakur

Dongeng Jimbe Jenangan Ponorogo, bu Fina menjelaskan bahwa:

73
Lihat Transkip Wawancara Nomor 06/ W/ 20-IV/ 2016 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
74
Lihat Transkip Observasi Nomor 02/ O/ 11-IV/ 2016 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.

58
Bahwa saya melihat peserta didik di sini banyak memiliki perbedaan
dalam minat bakat ataupun kemampuan lainnya dalam memahami
materi-materi pembelajaran. Dan siswa-siswi disini juga kebanyakan
masih anak-anak usia Play Group, TK dan SD/MI. Tapi yang lebih
banyak usia TK. Dan anak-anak yang masih usia-usia segitu kebanyakan
sukanya adalah bermain, bernyanyi, pokoknya dalam hal-hal yang
membuat mereka senang dan gembira. Maka dari itu dengan
menggunakan pembelajaran yang menyenangkan yaitu pembelajaran
quantum learning diharapkan peserta didik dapat aktif dalam proses
belajar. Yang membuat mereka selalu ingat dengan apa yang sudah
mereka pelajari.75

Kemudian untuk mengetahui kapan diterapkannya pembelajaran

quantum learning di Madrasah Diniyah ini Fina Nasru Shofiatin juga

memberi penjelasan tentang kapan beliau menerapkan pembelajaran

quantum learning:

Sebelum adanya Madrasah Diniyah ini awal mulanya sudah berdiri


lembaga pendidikan al-qur’an yang disebut TPA/TPQ. Kemudian
didirikan Madrasah Diniyah Asy-Syakur ini oleh bapak Ihwanul. Sejak
adanya Madrasah ini saya juga baru mulai mengajar di madrasah ini.
Sejak itulah mungkin setahun dari saya mulai mengajar saya
menerapkan pembelajaran quantum learning ini.76

Menurut wawancara dengan bu Fina selaku guru PAI di Madrasah

Diniyah Asy-Syakur bahwa untuk melaksanakan model pembelajaran

quantum learning, maka komponen yang terlibat harus bertanggung

jawab sesuai dengan tugasnya masing-masing seperti ungkapan beliau:

Pelaksanaan pembelajaran quantum learning, untuk fasilitatornya adalah


guru pendidikan agama Islam itu sendiri dan sebagai pesertanya adalah
seluruh peserta didik dan orang-orang yang membantu pelaksanaan
pembelajaran quantum learning yang dimaksud sebagai obyek.77
75
Lihat Transkip Wawancara Nomor 07/ W/ 21-IV/2016 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
76
Lihat Transkip Wawancara Nomor 01/ W/ 11-IV/2016 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini
77
Lihat Transkip Wawancara Nomor 08/ W/ 21-IV/2016 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini

59
Selanjutnya untuk meningkatkan hasil yang ingin dicapai oleh

guru, terutama dalam meningkatkan daya ingat siswa, maka pembelajaran

yang menggunakan quantum learning tersebut dapat dikembangkan oleh

masing-masing guru mata pelajaran. Dan yang perlu dipahami betul dalam

pembelajaran quantum learning ini adalah bagaimana seorang guru dapat

membawa dunia anak mereka (murid) ke dalam dunia kita (guru).

Sebenarnya prinsip dalam pembelajaran quantum learning itu berbunyi

“bawalah dunia mereka (pembelajar) kedalam dunia kita (pengajar), dan

antarkan dunia kita (pengajar) ke dalam dunia mereka (pembelajar)”.

Artinya dalam pembelajaran quantum learning ini guru harus mau masuk

dalam dunia murid yang cenderung dalam kegiatan-kegiatan yang

menyenangkan, seperti bermain, bernyanyi, permainan dan lain

sebagainya. Seperti yang diungkapkan bu Fina berikut ini:

Dunia anak adalah dunia bermain, yang suka dengan hal-hal yang
menyenangkan, seperti permainan, bernyanyi, cerita, dongeng dan
lain sebagainya. Maka saya sebagai guru juga harus tahu itu semua
mas. Dan itupun juga saya lakukan. Jadi dalam saya mengajar
anak-anak yang seusia tingkatan anak sekolah dasar (SD) bahkan
anak seusia anak playgroup juga, saya ciptakan kegiatan mengajar
yang menyenangkan, seperti dikasih iringan musik. Dan ada juga
jika pada materi yang perlu dihafalkan, mungkin jika untuk
menghafalkan secara hafalan biasa, siswa akan kesulitan, maka
saya punya inisiatif hafalan itu dibuat lagu. Contoh menghafal
nama-nama 25 nabi itu dibuat nyanyian yang nadanya sama
dengan nada “balonku ada lima”. Dengan keberhasilan siswa
menyebutkan saya akan memberikan hadiah sebagai perayaan
keberhasilannya. Dan masih banyak lagi.78

78
Lihat Transkip Wawancara Nomor 02/ W/ 18-IV/2016 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini

60
Hal di atas dapat dilihat ketika proses belajar mengajar

berlangsung. Seperti dalam observasi yang dilakukan peneliti bahwa

peserta didik sangat menikmati pembelajaran tersebut. Dengan adanya

iringan musik dan materi-materi yang dihafalkannya dengan nyanyian.

Ketika itu materinya tentang nama-nama nabi dan rosul. Dengan demikian

peserta didik mampu menghafal dengan baik sehingga mudah untuk

mengingatnya kembali yang menjadikan daya ingat mereka meningkat.79

Quantum learning adalah metode belajar cepat dan tepat serta

menyenangkan untuk mengimbangi kerja otak kiri dan otak kanan agar

dapat berkembang secara maksimal. Menyenangkan disini diartikan sifat

terpesona dengan keindahan, kenyamanan, dan kemanfaatan sehingga

peserta didik terlibat dengan asyik dalam belajar sampai terkadang lupa

waktu, penuh percaya diri, dan tertantang untuk melakukan hal serupa

atau hal yang lebih berat lagi, sehingga dapat mempercepat penguasaan

dan pemahaman materi pelajaran yang dipelajari, dan selalu ingat akan

materi-materi yang telah lalu diajarkan, sehingga waktu yang dibutuhkan

untuk belajar lebih cepat. Selanjutnya dalam pelaksanaan quantum

learning dalam meningkatkan daya ingat siswa di Madrasah Diniyah Asy-

Syakur demi tercapainya hasil yang maksimal maka perlu adanya langkah-

79
Lihat Transkip Observasi Nomor 01/ O/ 5-IV/ 2016 dalam lampiran laporan hasil penelitian
ini.

61
langkah dalam pembelajaran quantum learning ini seperti yang

diungkapkan oleh guru PAI berikut ini:

Sebelum saya memulai mengajar, seperti biasa setiap masuk murid-


murid wajib berdoa dan menghafalkan surat-surat pendek hari pertama,
selanjutnya di hari kedua doa-doa harian, hari ketiga doa sholat, selalu
begitu. Dan untuk langkah-langkah pembelajaran quantum learning yang
saya bawakan ini adalah, yang pertama menyiapkan lingkungan fisik
yang diperindah dengan tanaman, seni, dan juga memasang musik latar
diruangan atau memasang poster-poster di dinding. Karena gini mas,
kegiatan yang melibatkan fisik itu sebagai terobosan pembelajaran untuk
memberikan sugesti atau sikap positif kepada anak. Itu yang pertama.
Kemudian yang kedua, menata lingkungan kelas atau ruangan. Agar
tercipta suasana belajar yang menggairahkan, guru perlu memperhatikan
pengaturan atau penataan ruang kelas (lingkungan belajar). Penyusuna
dan penataan ruang belajar hendaknya memungkinkan anak duduk
berkelompok dan memudahkan guru bergerak secara leluasa untuk
membantu siswa dalam belajar. Dengan penataan lingkungan belajar
yang tepat juga dapat mencegah kebosanan dalam diri siswa. Itu yang
kedua. Kemudian yang ketiga saya memilih gaya belajar. Maksudnya
gini mas, kan masing-masing siswa mempunyai gaya belajara yang
berbeda-beda. Ada siswa yang gaya belajarnya auditorial, visual, dan
kinestetik. Karena dalam pembelajaran quantum learning guru
hendaknya memberikan kebebasan dalam belajar pada siswanya dan
janganlah terpaku pada satu gaya belajar saja.80

2. Data Tentang Faktor-Faktor Pendorong Pembelajaran Quantum

Learning Dalam Meningkatkan Daya Ingat Siswa Pada Mata

Pelajaran Fiqih di Madrasah Diniyah Asy-Syakur Dongeng Jimbe

Jenangan Ponorogo.

Selanjutnya dalam penerapan pembelajaran quantum learning

dalam meningkatkan daya ingat siswa pada mata pelajaran fiqih di

Madrasah Diniyah Asy-Syakur Dongeng Jimbe Jenangan Ponorogo dapat

terlaksana dengan baik dengan adanya hal-hal yang menjadi faktor


80
Lihat Transkip Wawancara Nomor 03/ W/ 18-IV/2016 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini

62
pendorong pembelajaran quantum learning tersebut. Seperti yang

diungkapkan oleh guru ketika wawancara:

Faktor-faktor yang mendorong atau mendukung penerapan pembelajaran


quantum learning dalam meningkatkan daya ingat siswa di Madrasah
Diniyah Asy-Syakur ini adalah sebagai berikut:
1. Kesiapan fasilitator atau guru.
2. Metode pembelajaran.
3. Materi yang dibahas.
4. Waktu.
5. Kesiapan peserta didik.81

Hal tersebut dapat dilihat dalam proses pembelajaran berlangsung.

Seperti yang dilakukan peneliti bahwa dalam lingkungan belajar ada

iringan musik yang mengiringi siswa belajar. Kemudian penataan posisi

duduk siswa yang berubah-ubah. Dan yang terakhir pembelajaran yang

dibuat dengan metode permainan82

Dengan terpenuhinya faktor pendorong atau pendukung penerapan

pembelajaran quantum learning dalam meningkatkan daya ingat siswa

pada mata pelajaran fiqih di Madrasah Diniyah Asy-Syakur Dongeng

Jimbe Jenangan Ponorogo, maka agar pembelajaran berhasil setiap anak

didik harus ditempatkan sebagai pelaku aktif dalam pembelajaran,

sedangkan guru bertugas sebagai fasilitator sekaligus aktor, seperti yang

diungkapkan guru berikut ini:

Peran peserta didik dalam penerapan pembelajaran quantum learning


yaitu sebagai pelaku dalam proses pembelajaran quantum learning dan

81
Lihat Transkip Wawancara Nomor 09/ W/ 23-IV/2016 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini
82
Lihat Transkip Observasi Nomor 03/ O/11-IV/ 2016 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini

63
guru sebagai fasilitator sekaligus aktor. Karena guru juga harus masuk
dalam dunia mereka.83

Hal tersebut dapat dilihat ketika proses pembelajaran berlangsung

guru memberikan arahan dalam prosesnya kegiatan yang dibuat

permainan dan nyanyian. Peserta didik turut serta dalam semua proses

pembelajaran tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik,

sehingga peserta didik akan merasakan suasana yang menyenangkan

sehingga hasil belajarnya lebih maksimal.84 Dengan demikian

pembelajaran quantum learning dalam meningkatkan daya ingat siswa

pada mata pelajaran fiqih di Madrasah Diniyah Asy-Syakur Dongeng

Jimbe Jenangan Ponorogo ini berdampak positif. Diketahui dari

pernyataan guru Madrasah Diniyah Asy-Syakur sebagai berikut:

Dampak positif penerapan pembelajaran quantum learning ini dapat


dilihat dari peserta didik yang tidak merasakan jenuh atau bosan serta
sulit dan beratnya pembelajaran, akan tetapi peserta didik dalam proses
pembelajaran itu dapat terasa menyenangkan, selalu ingat materi-materi
yang telah diajarkan dan mudah dalam memahami serta
mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.85

Dari hasil pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa penerapan

pembelajaran quantum learning dalam meningkatkan daya ingat siswa

pada mata pelajaran fiih di Madrasah Diniyah Asy-Syakur Dongeng

83
Lihat Transkip Wawancara Nomor 10/ W/ 25-IV/2016 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini
84
Lihat Transkip Observasi Nomor 04/ O/ 25-IV/ 2016 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
85
Lihat Transkip Wawancara Nomor 11/ W/ 30-IV/2016 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini

64
Jimbe Jenangan Ponorogo yang telah dilaksanakan selama proses

pembelajaran membawa dampak positif.

Dari penjelasan di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa hasil dari

penerapan pembelajaran quantum learning dalam meningkatkan daya

ingat siswa pada mata pelajaran fiqih di Madrasah diniyah Asy-Syakur

Dongeng Jimbe Jenangan Ponorogo dapat dikatakan berhasil dengan

optimal.

65
BAB IV

ANALISIS DATA

A. Analisis Data Tentang Penerapan Pembelajaran Quantum Learning

Dalam Meningkatkan Daya Ingat Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih Di

Madrasah Diniyah Asy-Syakur Dongeng Jimbe Jenangan Ponorogo

Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa unutk belajar.

Kegiatan pembelajaran akan melibatkan siswa mempelajarai sesuatu dengan

cara efektif dan efesien. Keberhasilan sebuah proses belajar mengajar

seharusnya diindikasikan oleh pematangan intelektual, kedewasaan

emosional, ketinggihan spiritual, kecakapan hidup, dan tentunya keagungan

moral. Sebuah hasil yang tentunya menjadi harapan setiap orang tua dan guru

terhadap anak atau peserta didiknya.

Quantum learning adalah seperangkat metode belajar yang terbukti

efektif di sekolah untuk tipe orang dalam sehala usia, terutama pada usia

anak-anak. Karena pembelajaran quantum learning merupakan pengajaran

yang dapat mengubah suasana belajar yang menyenangkan serta mengubah

kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat

bagi mereka sendiri dan orang lain. Quantum learning merupakan orkestrasi

bermacam-macam interaksi yang di dalam dan sekitar momen belajar atau

suatu pembelajaran yang mempunyai misi utama untuk mendesain suatu

proses belajar yang menyenangkan yang disesuaikan dengan tingkat

66
perkembangan siswa. Berbagai elemen ini diorkestra secara hati-hati untuk

menciptakan suatu pengalaman belajar yang lebih lengkap dan

menyenangkan. Jadi, dapat dinyatakan bahwa quantum learning merupakan

prtunjuk, setrategi dan seluruh proses belajar dapat mempertajam pemahaman

dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang

menyenangkan dan bermanfaat.

Berdasarkan wawancara untuk pelaksanaan atau penerapan

pembelajaran quantum learning dalam meningkatakan daya ingat siswa pada

mata pelajaran fiqih di Madrasah Diniyah Asy-Syakur Dongeng Jimbe

Jenangan Ponorogo adalah sesuai dengan metode yang digunakan yang mana

metode itu sesuai dengan materi yang disampaikan sehingga dapat

menjadikan pembelajaran lebih menyenangkan. Jadi pelaksanaannya dalam

pembelajaran digunakan belajar aktif, yang mana guru tampil semangat,

antusias dan gembira, guru menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif.

Hingga saat ini masih banyak pendidikan yang ada hanya

menitikberatkan pada belahan otak kiri sehingga murid mudah stres atau

jenuh. Jika kita menggunakan kedua belahan otak kita (otak kiri dan kanan)

maka hasilnya jauh lebih baik, otak tidak cepat lelah dan stres. Stres terjadi

karena adanya ketidakseimbangan antara otak kanan dan otak kiri.

Dari penjelasan di atas, maka penerapan pembelajaran quantum

learning dalam meningkatkan daya ingat siswa pada mata pelajaran fiqih di

Madrasah Diniyah Asy-Syakur Dongeng Jimbe Jenangan Ponorogo dalam

67
pelaksanaannya yaitu dengan menggunakan metode belajar yang

menyenangkan dimana melibatkan partisipasi aktif peserta didik, yaitu proses

pembelajaran merupakan proses yang menyenangkan. Menyenangkan berarti

siswa dapat merasakan kenyamanan dalam belajar, senanng dan

kemanfaatannya meraka terlibat dengan asyik dalam belajar sampai lupa

waktu, penuh percaya diri, dan tertantang untuk melakukan hal serupa atau hal

yang lebih berat lagi.

Materi pelajaran yang sulit dibuat menjadi mudah dan sederhana

sehingga tidak terjadi kejenuhan dalam belajar. Sehingga keberhasilan peserta

didik tidak ditentukan atau diukur lamanya duduk di belakang meja belajar,

tetapi ditentukan atau diukur oleh kualitas cara belajarnya. Jadi meskipun

dalam rencana pembelajaran tidak ditulis pembelajaran quantum learning

yang akan dugunakan tetapi dalam penerapannya guru menggunakan

pembelajaran berbasis quantum learning.

B. Analisis Data Tentang Faktor-Faktor Pendorong Pembelajaran Quantum

Learning Dalam Meningkatkan Daya Ingat Siswa Pada Mata Pelajaran

Fiqih Di Madrasah Diniyah Asy-Syakur Dongeng Jimbe Jenangan

Ponorogo

Pada umumnya manusia mempunyai kelebihan yang berupa akal

adalah untuk dapat melaksanakan sesuatu yang lebih baik. Untuk

mewujudkan yang lebih baik tentu membutuhkan persiapan atau perencanaan.

Jadi pekerjaan yang sudah direncanakan atau disiapkan dengan yang tidak

68
disiapkan akan memperoleh hasil yang berbeda pula. Tidak hanya dalam

suatu pekerjaan yang perlu disiapkan tetapi yang bekerjapun juga perlu

persiapan.

Tidak terkecuali pula guru dalam menghadapi peserta didiknya atau

akan melaksanakan proses pembelajaran juga perlu persiapan. Pembelajaran

yang tidak ada persiapan akan menghasilkan hasil yang kurang maksimal,

karena belum terkonsep dengan rapi prosesnya pembelajaran nanti akan

berlangsung. Sedangkan dalam pembelajaran quantum learning ini sangat

memerlukan persiapan yang matang, baik itu dari segi guru sebagai fasilitator

maupun dari siswa sendiri.

Penggunaaan suatu pendekatan dalam pembelajaran oleh guru

tentunya sudah melalui suatu proses pelatihan sebelumnya, karena dengan

pendekatan pembelajaran yang sesuai diharapkan proses pembelajaran

menjadi mudah dipahami sehingga pada akhirnya prestasi belajar siswanya

meningkat.. Pelatihan yang diadakan berkaitan dengan bagaimana cara

menjadikan belajar itu menarik sehingga pada akhirnya dapat mengubah

perilaku siswa.

Untuk itu pemilihan pembelajaran quantum yang dilakukan guru akan

mengarahkan kegiatan pembelajaran menuju kepada pembelajaran aktif yang

meningkatkan semangat dan antusias siswa dalam mengikuti pelajaran

kususnya pada mata pelajaran fiqih, disamping itu siswa Madrasah Diniyah

Asy-Syakur Dongeng Jimbe Jenangan Ponorogo sudah terbiasa dengan

69
pembelajaran yang aktif dan menyenangkan sehingga potensi yang mereka

miliki bisa lebih berkembang.

Disinilah peran guru dalam pembelajaran, sebagaimana dikemukakan

dalam teori diatas bahwa mengajar adalah usaha guru untuk menciptakan

kondisi atau mengatur lingkungan sedemikian rupa sehingga terjadi interaksi

antara murid dengan lingkungannya, termasuk guru, alat pelajaran dan

sebagainya sehingga tercapai tujuan yang ditentukan. Keadaan ini dapat

dilihat dari kenyataan dilapangan ketika guru menggunakan pembelajaran

quantum learning, dimana diawal pelajaran guru menarik perhatian siswa

untuk mengikuti pelajaran dengan memberikan satu permainan.

Permainan ini selain menyiapkan mental siswa untuk mengikuti

pelajaran juga untuk meningkatkan konsentrasi siswa. Ketika kondisi siswa

sudah siap untuk mengikuti pelajaran maka guru kemudian memberikan suatu

tantangan yang harus diselesaikan oleh siswa. Hal ini sebagaimana asas utama

pembelajaran quantum learning , ”bawalah dunia mereka kedunia kita dan

antarkanlah dunia kita ke dunia mereka”. Hal ini menunjukkan, pembelajaran

quantum learning tidak hanya menawarkan materi yang mesti dipelajari

siswa. Tetapi jauh dari itu, siswa juga diajarkan bagaimana menciptakan

hubungan emosional yang baik dalam belajar dan ketika belajar.

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa pembelajaran quantum

berusaha mengubah suasana belajar yang monoton dan membosankan ke

dalam suasana belajar yang meriah dan gembira serta bersemangat dengan

70
memadukan potensi fisik, psikis dan emosi siswa menjadi suatu kesatuan

kekuatan yang besar untuk memperoleh prestasi yang luar biasa. Selain faktor

pelatihan dan kondisi siswa yang memang siap untuk belajar, maka faktor

pendukung keberhasilan pembelajaran quantum adalah keadaan ataupun

suasana pembelajaran yang menyenangkan. Keadaan ataupun suasana

pembelajaran ini dapat terwujud karena adanya dukungan fasilitas yang

dibutuhkan untuk mendukung pembelajaran quantum learning. Fasilitas ini

meliputi tersedianya peralatan elektronik seperti LCD maupun OHP.

Keberadaan alat yang memadai akan menjadikan pembelajaran lebih

santai, nyaman dan tentunya menggembirakan siswa karena mereka secara

langsung dapat mempergunakannya. Sebagaimana dikemukakan dalam teori

di atas salah satu faktor yang mendukung pembelajaran quantum learning

adalah

1. lingkungan sekeliling untuk meningkatkan kepercayaan diri dan mutu

pelajaran.

Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan yang aman,

mendukung, santai dan menggembirakan termasuk suasana yang nyaman.

Siswa dapat belajar dengan baik dalam lingkungan fisik, emosi dan sosial

yang positif yaitu lingkungan yang tenang sekaligus menggugah

semangat.

2. Alat bantu untuk menghidupkan pelajaran.

71
Alat bantu disini merupakan media pembelajaran yang digunakan

guru dalam proses belajar mengajar seperti halnya LCD, OHP dan lain

sebagainya. Sedangkan metode pembelajaran yang di katakan guru ketika

wawancara, bukan termasuk salah satu faktor pendorong pembelajaran

quantum learning seperti dalam teori yang dikatakan oleh De Porter,

Reardon dan Singer Nourie yang di tulis dalam karya ilmiyah milik Alkaf

Muflikh Fuadi, akan tetapi metode disini juga bisa diartikan cara

bagaimana seorang guru mampu menciptakan suasana belajar menjadi

nyaman dan menyenangakan.

Penggunaan metode yang menyenangkan dimana melibatkan

partisipasi aktif peserta didik, yaitu metode yang dapat meningkatkan

motivasi anak didik karena seluruh dimensi manusia terlibat secara aktif,

seperti dengan menggunakan musik latar yang diputar dalam ruangan

sebagai iringan belajar siswa sehingga tercipta suasana yang tidak sejuk

dan tidak sepi. Selain itu juga dalam pengajaran memperhatikan keunikan

masing-masing peserta didik sehingga pembelajaran yang akan

dilaksanakan benar-benar menyenangkan.

Dengan adanya pembelajaran yang menyenangkan peserta didik

akan merasa nyaman dalam belajarnya. Pembelajaran yang monoton akan

menyebabkan kejenuhan anak didik sehingga pembelajaran menjadi

membosankan. Oleh karena itu metode pembelajaran juga bisa menjadi

faktor yang mendukung pembelajaran quantum learning, karena dengan

72
adanya metode yang tapat akan meningkatkan motivasi dan daya ingat

siswa.

3. Pengaturan bangku yang interaktif dan santai untuk menarik minat.

Dalam proses belajar diperlukan penataan lingkungan yang dapat

membuat siswa merasa aman dan nyaman. Pengaturan bangku disini bisa

dengan mendesain pola duduk siswa, seperti dengan bentuk huruf “U”

lingkaran, sejajar ataupun dengan arah berhadap-hadapan.

4. Tumbuh-tumbuhan untuk efek menenangkan.

Kemudian dengan adanya tumbuhan disekitar lingkungan kelas

akan memberikan efek menenangkan sehingga siswa akan merasakan

suasana sejuk dan tenang. Akan tetapi di madrasah ini tumbuh-tumbuhan

dikarenakan tempat proses belajar mengajar masih berlangsung di masjid.

5. Musik untuk meningkatkan kepekaan indra.

Dengan adanya iringan musik suasana belajar siswa akan menjadi

hidup dan tidak sepi. Maka dari itu siswa akan merasa nyaman dan tidak

mudah jenuh untuk belajar. Jadi dalam pembelajaran ini guru selalu

memasang musik latar sebagi iringan dalam proses belajar mengajar.

Dari penjelasan di atas, dapat ditarik pemahaman bahwa ada lima

faktor-faktor pendorong pembelajaran quantum learning yaitu 1) lingkungan

sekeliling untuk meningkatkan kepercayaan diri dan mutu pelajaran. 2) Alat

bantu untuk menghidupkan pelajaran. 3) Pengaturan bangku yang interaktif

dan santai untuk menarik perhatian. 4) Tumbuh-tumbuhan untuk efek

73
menenangkan. 5) Musik untuk meningkatkan kepekaan indra. Sedangkan lima

faktor yang diungkapkan guru ketika wawancara di atas, tidak semuanya

menjadi faktor pendorong pembelajaran quantum learning khususnya pada

mata pelajaran fiqih, karena kurang sesuai dengan teori yang ada, diantaranya:

Pertama, kesiapan guru. Kesiapan guru disini adalah kesiapan dari

segala sesuatu yang berkaitan dengan guru. Artinya guru harus siap dari

sebelum mengajar sampai berlangsungnya proses belajar mengajar. Kesiapan

ini tidak hanya kesiapan materi apa yang nanti akan dismpaikan, melainkan

kesiapan fisik dan kesiapan mental. Karena dalam proses mengajar banyak

sekali hal-hal yang tidak terduga terjadi dalam pembelajaran. Guru yang

melakukan pembelajaran tanpa ada kesiapan akan membuat pembelajaran

tidak maksimal. Akan tetapi kesiapan guru ini bukan merupaan salah satu

faktor pendorong pembelajaran quantum learning, karena dalam faktor-faktor

pendorong pembelajaran quantum learning lebih menekankan pada susana

lingkungan belajar. Jadi faktor kesiapan guru ini bukan merupakan salah satu

faktor pendorong pembelajaran quantum learning dalam meningkatkan daya

ingat siswa.

Kedua, metode pembelajaran. Metode adalah cara yang dilakukan

guru dalam menyampaikan materi ketika proses belajar mengajar. Metode ini

juga bisa diartikan cara mengatur ruangan, cara mengkondisikan siswa, dan

cara mengatasi masalah yang terjadi dalam pembelajaran. Penggunaan metode

yang menyenangkan dimana melibatkan partisipasi aktif peserta didik, yaitu

74
metode yang dapat meningkatkan motivasi anak didik karena seluruh dimensi

manusia terlibat secara aktif, seperti dengan menggunakan musik latar yang

diputar dalam ruangan sebagai iringan belajar siswa sehingga tercipta suasana

yang tidak sejuk dan tidak sepi. Selain itu juga dalam pengajaran

memperhatikan keunikan masing-masing peserta didik sehingga pembelajaran

yang akan dilaksanakan benar-benar menyenangkan.

Dengan adanya pembelajaran yang menyenangkan peserta didik akan

merasa nyaman dalam belajarnya. Pembelajaran yang monoton akan

menyebabkan kejenuhan anak didik sehingga pembelajaran menjadi

membosankan. Oleh karena itu metode pembelajaran kususnya pada mata

pelajaran fiqih sangat mendukung pembelajaran quantum learning, karena

metode ini juga berkaitan dengan cara menata lingkungan belajar siswa.

Dengan adanya metode yang tapat akan meningkatkan motivasi dan daya

ingat siswa.

Ketiga, materi yang dibahas. Materi adalah bahan ajar yang akan

disampaikan kepada peserta didik. Adanya pembelajaran karena adanya

materi yang disampaikan. Tanpa adanya materi proses belajar tidak akan

terjadi. Jadi hal yang paling penting dalam pembelajaran adalah adanya materi

yang dibahas. Karena kegiatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran itu

adalah untuk mempelajari materi-materi yang belum diketahui peserta didik.

Tetapi materi di sini bukan merupakan faktor pendorong atau faktor

75
pendukung pembelajaran quantum learning. Karena materi di sini hanya

sebagai bahan ajar yang akan disampaikan guru.

Keempat, waktu. Waktu adalah kapan terjadinya suatu peristiwa.

Waktu belajar bisa diartikan kapan terjadinya suatu proses pembelajaran

Sehingga dalam pembelajaran guru harus memperhatikan waktu yang tepat

untuk melakukan aktifitas belajar mengajar. Dalam pembelajaran guru juga

harus bisa membagi waktu. Kapan waktu yang tepat untuk serius belajar dan

kapan waktu yang tepat untuk bermain atau bercanda. Karena dalam

pembelajaran quantum learning cenderung dengan pembelajaran yang

menyenangkan, Sehingga siswa yang suasana hatinya nyaman, tenang, dan

senang maka otak pun akan menjadi fress dan enjoy seperti tidak ada beban.

Jadi peserta didik akan lebih mudah dalam menyerap materi-materi yang telah

disampaikan dan menancap kuat di otak mereka sehingga akan meningkatkan

daya ingat peserta didik. Akan tetapi waktu di sini bukan merupakan faktor

pendorong dalam pembelajaran quantum learning.

Kelima, kesiapan peserta didik. Sebelum melaksanakan pembelajaran,

terlebih dahulu adalah persiapan atau perencanaan. Baik persiapan materi

yang akan disampaikan, maupun tempat yang akan digunakan untuk belajar

mengajar. Selain itu juga adalah kesiapan peserta didik. Tidak hanya kesiapan

bagi guru melainkan kesiapan peserta didik juga harus diperhatikan. Karena

peserta didik yang belum siap untuk belajar, maka akan sulit menerima apa

yang telah diajarkan oleh guru. Sedangkan dalam pembelajaran quantum

76
learning ini akan lebih banyak melibatkan peserta didik ikut aktif

berpartisipasi dalam proses pembelajaran.

Jadi kesiapan peserta didik juga bisa dikatakan salah satu faktor

pendorong (pendukung) pembelajaran quantum learning dalam meningkatkan

daya ingat siswa pada mata pelajaran fiqih. Karena kesiapan peserta didik

untuk berpartisiasi aktif dalam pembelajaran, maka akan lebih mudah dalam

menerima materi-materi yang telah disampaikan oleh guru. Oleh sebab itu

peserta didik mampu memahami isi dari materi-materi yang telah diterima,

sehingga otak pun akan bekerja secara maksimal, pembelajaran akan menjadi

mengesankan dan daya ingat peserta didik akan meningkat.

Jadi lima faktor yang diungkapkan guru ketika wawancara di atas,

tidak semuanya menjadi faktor pendorong pembelajaran quantum learning.

karena kurang sesuai dengan teori yang ada, bahwa faktor-faktor pendorong

pembelajaran quantum learning lebih cenderung pada suasana lingkungan

belajar. Bagaimana membuat suasana belajar itu lebih nyaman dan

menyenangkan. Karena dalam pembelajaran quantum menyediakan

menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, dengan cara menggunakan

unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang

terjadi di dalam kelas. Suasana yang nyaman yang dibangun ketika

pembelajaran berlangsung sangatlah membantu dalam penyampaian materi.

77
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pembelajaran

quantum yang terdapat di Madrasah Diniyah Asy-Syakur Dongeng Jimbe

Jenangan Ponorogo , maka dapat diambil suatu simpulan sebagai berikut:

1. Pembelajaran quantum telah dilaksanakan di Madrasah Diniyah Asy-

Syakur Dongeng Jimbe Jenangan Ponorogo sejak tahun 2010 kususnya

pada mata pelajaran fiqih merupakan suatu pembelajaran aktif dimana

langkah-langkah pembelajarannya sesuai dengan apa yang terdapat dalam

teori pembelajaran quantum learning, yaitu dimulai dari Tanamkan,

Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan terakhir adalah Rayakan yang

dalam pelaksanaannya dilakukan secara berurutan.

Jadi pelaksanaan atau penerapan pembelajaran quantum learning

dalam meningkatkan daya ingat siswa pada mata pelajaran fiqih di

Madrasah Diniyah Asy-Syakur Dongeng Jimbe Jenangan Ponorogo yaitu

dengan: (a) Sesuai dengan metode yang digunakan yang mana metode itu

sesuai dengan materi yang disampaikan sehingga dapat menjadikan

pembelajaran lebih menyenangkan. (b) Membuat ruang belajar lebih

nyaman yaitu dengan cara guru menata tempat siswa duduk, dan

memasang musik latar sebagai iringan ketika proses belajar mengajar.

78
2. Berkaitan dengan faktor pendukung pembelajaran yang berupa fasilitas

yang ada maka dapat dinyatakan bahwa fasilitas yang dimiliki oleh

sekolah sudah dapat dimanfaatkan oleh para guru dengan optimal guna

mendukung pembelajaran pada mata pelajaran fiqih yang mereka lakukan

separti: (a) Alat bantu untuk menghidupkan pelajaran misalya poster dan

gambar-gambar untuk memudahkan siswa belajar. (b) Pengaturan tempat

duduk yang interaktif dan santai untuk menarik minat. (c) Adanya iringan

musik untuk meningkatkan kecepatan indra. (d) lingkungan sekeliling

untuk meningkatkan kepercayaan diri dan mutu pelajaran. Dan yang

terakir (e) tumbuh-tumbuhan untuk efek menenangkan. Hal ini dapat

dilihat dari kegiatan pembelajaran dengan metode quantum learning yang

disenangi oleh siswa dan bagi guru merupakan pembelajaran yang simpel.

Keadaan ini tentunya dapat dicapai karena semua komponen yang ada

berusaha menciptakan suasana dan keadaan yang kondusif yang

mendukung proses belajar mengajar. Sehingga hal ini berdampak pada

meningkatnya semangat belajar dan daya ingat siswa pada pembelajaran

fiqih serta memacu prestasi mereka.

B. Saran

1. Saran bagi Guru

a. Mempersiapkan rencana pembelajaran dengan baik sebelum

melaksanakan pembelajaran.

79
b. Mengadakan pembelajaran yang menyenangkan dengan menggunakan

kedua belahan otak kita (otak kiri dan otak kanan) agar pembelajaran

yang dilaksanakan lebih bermakna sehingga mampu meningkatkan

daya ingat siswa.

c. Lebih bervariasi dalam menyampaikan materi pembelajaran, materi

yang disajikan dilakukan dengan cara yang menarik dan berkesan

dalam ingatan siswa.

d. Keberadaan faktor pendukung pembelajaran utamanya yang berkaitan

dengan fasilitas yang sudah dimiliki oleh madrasah harus betul-betul

menunjang pembelajaran yang ada di madrasah. Untuk itu

penambahan fasilitas ini perlu dipikirkan agar semua guru dapat

memanfaatkannya dalam pembelajaran tanpa harus menunggu giliran

karena keterbatasan fasilitas yang ada. Selain itu juga perawatan yang

baik akan menjadikan maksimalnya pemakaian peralatan yang ada

e. Membangun hubungan yang baik dengan semua komponen

pendidikan.

2. Saran bagi Peserta Didik

a. Agar membiasakan diri belajar dengan baik dimanapun berada.

b. Menggunakan berbagai potensi kecerdasan yang dimiliki untuk

meningkatkan kreatifitasnya, aktifitasnya serta daya ingatnya.

c. Berkomunikasi yang baik dengan orang tuanya, masyarakat dan

sekolah.

80
d. Menghindari hal-hal yang negatif dimanapun berada.

e. Membiasakan membaca buku-buku pelajaran untuk meningkatkan

daya ingatnya.

3. Saran bagi Orang Tua Peserta Didik atau Komite Sekolah

a. Memberikan pengawasan kepada anaknya sehingga pendidikan yang

dilaksanakan di Madrasah Diniyah dapat tertanam dengan baik dan

dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

b. Meningkatkan komunikasi antara wali siswa dengan seluruh

komponen Madrasah Diniyah.

c. Mendukung secara penuh kepada anaknya dalam proses belajar di

Madrasah Diniyah.

81

Anda mungkin juga menyukai