Anda di halaman 1dari 125

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Proses pembelajaran merupakan rangkaian kegiatan
melaksanakan kurikulum, agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dapat diartikan juga Proses
pembelajaran adalah suatu kegiatan belajar mengajar menyangkut kegiatan
tenaga pendidik, kegiatan peserta didik, pola dan proses interaksi tenaga
pendidik dan peserta didik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan
belajar dalam kerangka keterlaksanaan program pendidikan (Rooijakkers
(1991:114). Tujuan pendidikan pada dasarnya mengantarkan para siswa
menuju perubahan-perubahan tingkah laku baik intelektual, moral maupun
sosial agar dapat hidup mandiri sebagai individu dan makhluk sosial.
Dalam mencapai tujuan tersebut siswa berinteraksi dengan lingkungan
belajar yang diatur oleh guru melalui proses pembelajaran.
Dalam setiap proses pembelajaran terdapat anak yang dapat
memenuhi kriteria ketuntasan yang diinginkan, namun ada pula siswa
yang belum mampu mencapai kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan
oleh guru. Dari hasil pengamatan yang dilakukan di SD Negeri
Bantarpanjang 04, kualitas pembelajaran masih rendah terbukti prestasi
belajar Bahasa Indonesia siswa kelas III belum seperti yang diharapkan.
Rata-rata kelas pada ulangan tes formataif sebelum diadakan Penelitian
Tindakan Kelas hanya 50. Karena dari 10 siswa hanya 3 siswa yang
mencapai nilai KKM atau 30%. Kenyataan ini menunjukkan masih
rendahnya tingkat pemahaman siswa terhadap materi Bahasa Indonesia di
SD Negeri Bantarpanjang 04. Hal ini diakibatkan oleh siswa sendiri yang
sering bermalas- malasan kurang tertarik pada materi pelajaran yang
disampaikan oleh guru.
Kemampuan awal siswa sebelum diberi tindakan
Rata-rata kelas prestasi Siswa yang memiliki motivasi
Tematik kategori tinggi
50 1 (10%)

1
2

Dalam menyampaikan konsep guru belum sepenuhnya


menggunakan strategi pembelajaran yang tepat. Kegiatan pembelajaran
yang dilakukan oleh guru lebih banyak menggunakan metode ceramah
tanpa didukung metode pembelajaran yang lain atau alat bantu mengajar
yang bervariasi, sehingga pembelajaran kelihatan monoton dan kurang
melibatkan siswa secara aktif.
Untuk mengoptimalkan hasil belajar Tematik terutama
materi membuat kalimat diperlukan pendekatan dan alat peraga yang
menarik dan mudah dipahami peserta didik. Adapun upaya untuk untuk
meningkatkan motivasi dan prestasi pembelajaran materi pembuatan
kalimat dengan menggunakan metode teknik “magic box “. Dengan
metode dan media ini dapat digunakan oleh peserta didik untuk memahami
konsep dasar sehingga mereka lebih aktif serta merangsang minat dan
semangat belajar.
Untuk mengetahui mengapa prestasi peserta didik tidak seperti
yang diharapkan, tentu guru perlu merefleksi diri untuk dapat mengetahui
faktor-faktor penyebab ketidakberhasilan peserta didik dalam
pembelajaran Tematik. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di
SDN Bantarpanjang 04, salah satu faktor penyebabnya antara lain karena
guru belum menerapkan metode yang tepat dalam pembelajaran dan
memanfaatkan alat peraga secara maksimal dalam proses pembelajaran
Tematik.
Berdasarkan kondisi seperti dikemukakan di atas, timbul
pertanyaan usaha apa yang harus dilakukan untuk menanggulangi proses
pembelajaran Tematik agar dapat meningkatkan motivasi dan prestasi
belajar Tematik peserta didik. Salah satu upaya untuk menyelesaikan
masalah adalah menentukan model pembelajaran yang dapat melibatkan
peserta didik secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, model yang akan
membantu peserta didik mengkonstruksi konsep-konsep Tematik secara
mandiri dengan benar, mengkomunikasikan, dan bekerja sama secara baik.
Metode pembelajaran yang memungkinkan dapat membangun kemampuan
berpikir logis, analitis, sistematis, dan membangun sikap ilmiah, yang
banyak direkomendasikan para ahli adalah discovery learning dengan
bantuan media “Magic Box”.
3

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut guru mengidentifikasi
masalah dari pembelajaran yang dilaksanakan .Dari hasil pengamatan
terungkap ada beberapa masalah yang muncul pada kegiatan pembelajaran
yaitu :
Aktivitas Peserta Didik
1. Peserta didik kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran Tematik
dibuktikan hanya 10 % siswa yang semangat mengikuti pelajaran.
2. Peserta didik malas tidak tertarik pada penjelasan materi guru sehingga
prestasi belajar rendah dibuktikan rata-rata prestasi pembelajaran
tematik hanya mencapai 50.
3. Banyaknya peserta didik yang ramai di dalam kelas pada waktu proses
pembelajaran.
4. Rendahnya partisipasi peserta didik dalam belajar.
Guru
1. Guru lebih dominan menggunakan metode ceramah.
2. Penggunaan media pembelajaran masih kurang optimal.
3. Guru kurang melibatkan keaktifan peserta didik.
4. Upaya untuk membangkitkan / memotivasi semangat siswa untuk
belajar kurang.

C. Analisis Masalah
Berdasarkan permasalahan yang muncul dalam pembelajaran
peserta didik yang telah diuraikan, penulis memilih suatu pilihan pemecahan
masalah yang dianggap dapat mengatasi permasalahan dengan hasil yang
baik sehingga penulis perlu adanya pembatasan masalah yaitu Upaya
meningkatkan motivasi dan prestasi belajar peserta didik dalam
pembelajaran Tematik melalui metode Discovery Learning dengan
berbantukan Media Magic Box pada peserta didik kelas III SD Negeri
Bantarpanjang 04 Kecamatan Cimanggu semester 2 Tahun Pelajaran
2021/2022”.
4

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan metode Discovery Learning dengan bantuan
media MAGIC Box dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik
dalam pembelajaran Tematik pada peserta didik kelas III SD Negeri
Bantarpanjang 04 tahun Pelajaran 2021/2022?
2. Bagaimana penerapan metode Discovery Learning dengan bantuan
media MAGIC Box dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik
dalam pembelajaran Tematik pada peserta didik kelas III SD Negeri
Bantarpanjang 04 tahun Pelajaran 2021/2022?
3. Apakah melalui penggunaan metode Discovery Learning dengan
bantuan media Magic Box dapatkan meningkatkan motivasi belajar
peserta didik dalam pembelajaran Tematik pada peserta didik kelas III
SD Negeri Bantarpanjang 04 tahun Pelajaran 2021/2022?
4. Apakah melalui penggunaan metode Discovery Learning dengan
bantuan media Magic Box dapatkan meningkatkan prestasi belajar
peserta didik dalam pembelajaran Tematik pada peserta didik kelas III
SD Negeri Bantarpanjang 04 tahun Pelajaran 2021/2022?

E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam pembelajaran
Tematik pada peserta didik kelas III SD Negeri Bantarpanjang 04 tahun
Pelajaran 2021/2022.
2. Meningkatkan prestasi belajar peserta didik dalam pembelajaran
Tematik pada peserta didik kelas III SD Negeri Bantarpanjang 04 tahun
Pelajaran 2021/2022.

F. Manfaat Penelitian
Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran ini diharapkan dapat dicapai
hal - hal sebagai berikut :
5

a) Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat memberi informasi ilmiah mengenai
penerapan metode Discovery Learning dengan bantuan magic box
dalam pembelajaran Tematik peserta didik kelas III Sekolah Dasar.
b) Bagi Peserta Didik
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan motivasi
dan prestasi belajar peserta didik kelas III Sekolah Dasar dalam
pembelajaran Tematik
c) Bagi Sekolah
Penerapan metode Discovery Learning dengan bantuan media Magic
Box memungkinkan dapat membantu sekolah untuk berkembang
karena adanya peningkatan dan kemampuan pada guru. Sebagai
pendidik di sekolah dalam menyampaikan pembelajaran Tematik
materi Membuat Kalimat.
6

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Tindakan Kelas


1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Kasihani (1999), yang menyatakan bahwa yang dimaksud
dengan PTK adalah penelitian praktis, bertujuan untuk memperbaiki
kekurangan- kekurangan dalam pembelajaran di kelas dengan cara
melakukan tindakan- tindakan. Upaya tindakan untuk perbaikan
dimaksudkan sebagai pencarian jawab atas permasalahan yang dialami
guru dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari. Pada pelaksanaannya,
setiap masalah yang diungkap dan dicarikan jalan keluar haruslah
masalah yang benar-benar ada dan nyata dialami oleh guru.
Menurut Arikunto (Suyadi,2012:18), PTK adalah gabungan
pengertian dari kata “penelitian, tindakan dan kelas”. Penelitian adalah
kegiatan mengamati suatu objek, dengan menggunakan kaidah
metodologi tertentu untuk mendapatkan data yang bermanfaat bagi
peneliti dan dan orang lain demi kepentingan bersama. Selanjutnya
tindakan adalah suatu perlakuan yang sengaja diterapkan kepada objek
dengan tujuan tertentu yang dalam penerapannya dirangkai menjadi
beberapa periode atau siklus. Dan kelas adalah tempat di mana
sekolompok siswa belajar bersama dari seorang guru yang sama dalam
periode yang sama.
Berdasarkan beberapa pemahaman mengenai PTK diatas dapat
disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) adalah suatu
pengamatan yang menerapkan tindakan didalam kelas yang bersifat
reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu atau dengan
menggunakan aturan sesuai dengan metodologi penelitian yang
dilakukan dalam beberapa periode atau siklus agar dapat memperbaiki
dan atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran yang dilakukan
bersama dikelas secara professional sehingga diperoleh peningkatan
pemahaman atau kualitas atau target yang telah ditentukan.

6
7

2. Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas


Menurut Wijaya Kusuma (2011:38-41) langkah penelitian
tindakan kelas, yaitu : adanya ide awal, praservei, diagnosis,
perencanaan, implementasi tindakan, pengamatan, refleksi, penyusunan
laporan PTK. Sedangkam menurut Endang Mulyatiningsih langkah
penelitian adalah: diagnosis masalah, perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan dan observasi, analisis data, evaluasi dan refleksi.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan
langkah-langkah penelitian sebagai berikut :
a. Adanya ide awal
Seseorang yang melaksanakan penelitian, pasti diawali dengan
gagasan atau ide dan diharapkan dapat dilakukan atau
dilaksanakan.
b. Praservei
Untuk mengetahui secara detail kondisi yang terdapat dikelas yang
akan diteliti. Biasanya dilakukan oleh guru dan dosen.
c. Diagnosis
Dilakukan oleh peneliti yang tidak terbiasa mengajar di kelas yang
dijadikan sasaran.
d. Perencanaan
Dibagi menjadi dua, yaitu: perencanaan umum dan khusus.
Perencanaan umum dimaksudkan untuk menyusun rancangan yang
meliputi keseluruhan aspek yang terkait PTK. Perencanaan khusus
Implementasi tindakan. Merupakan realisasi dari suati tindakan
yang sudah direncanakan sebelumnya. Strategi apa yang
digunakan, materi yang diajarkan dan sebagainya.
e. Pengamatan
Pengamatan dapat dilakukan sendiri oleh peneliti. Pada saat
monitoring haruslah mencatat semua peristiwa atau hal yang terjadi
di kelas peneliti.
f. Evaluasi dan refleksi
Kegiatan merenung atau memikirkan sesuatu guna upaya evaluasi
yang dilakukian oleh para kolaborator atau partisipan yang
berperan dalam PTK. Dilakukan dengan kolaborasi, refleksi
8

dilakukan sesudah implementasi tindakan dan hasil observasi.


g. Penyusunan laporan PTK
Dilakukan setelah melakukan penelitian dilapangan. Penelitian
harus sistematis dan dilakukan sesuai acuan yang telah diberikan
dalam penelitian PTK.

B. Landasan Teori
1. Motivasi Belajar
Dalam proses pembelajaran, motivasi merupakan salah satu aspek
dinamis yang sangat penting. Sering terjadi siswa yang kurang
berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya yang kurang tetapi
dikarenakan tidak adanya motivasi untuk belajar sehingga ia tidak
berusaha untuk mengerahkan segala kemampuannya. Dengan demikian,
bisa dikatakan siswa yang berprestasi rendah belum tentu disebabkan
oleh kemampuannya yang rendah pula, tetapi mungkin disebabkan oleh
tidak adanya dorongan atau motivasi.
Hilgard dalam Wina Sanjaya (2008: 29) mengatakan bahwa
motivasi adalah suatu keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang
menyebabkan seseorang melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai
tujuan tertentu. Jadi dengan demikian, motivasi muncul dari dalam diri
seseorang. Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa
mempunyai motivasi dalam belajar. Oleh sebab itu, guru perlu
menumbuhkan motivasi belajar siswa.
Motivasi adalah daya dorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
Motivasi ada yang berasal dari dalam atau intrinsik dan ada yang timbul
akibat rangsangan dari luar atau ekstrinsik. Motivasi intrinsik akan
mendorong rasa ingin tahu, keinginan mencoba, mandiri dan ingin maju.
Oleh karena itu motivasi anak didik perlu ditumbuhkan. Dengan kata lain
guru harus dapat berperan sebagai motivator (Maslichah Asy’ari, 2006:
44).
Guru dan staf sekolah lainnya berkewajiban membantu siswa
meningkatkan motivasinya dalam belajar. Sunaryo Kartadinata (2002:62-
63) menjelaskan prosedur yang dapat dilakukan adalah dengan:
a. memperjelas tujuan-tujuan belajar,
9

b. menyesuaikan pengajaran dengan bakat, kemampuan dan minat


siswa,
c. menciptakan suasana pembelajaran yang menantang, merangsang,
dan menyenangkan,
d. memberikan hadiah (penguatan) dan hukuman yang bersifat
membimbing,
e. melengkapi sumber dan alat pembelajaran, dan
f. mempelajari hasil belajar yang diperoleh siswa.
Kebehasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dalam motivasi
belajar yang ditunjukkan oleh para siswa pada saat melaksanakan
kegiatan belajar mengajar. Menurut Nana Sudjana (2008: 61) hal ini
dapat dilihat dalam hal:
a. minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran,
b. semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajarnya,
c. tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya,
d. reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru,
dan rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan.
Para ahli pendidikan dan psikolog sependapat bahwa motivasi amat
penting untuk keberhasilan belajar. Pembahasan motivasi belajar tidak
bisa terlepas dari masalah-masalah psikologis dan fisiologis, karena
keduanya saling keterkaitan. Dalam proses pembelajaran, meningkatkan
motivasi belajar melibatkan pihak-pihak sebagai berikut:
a. Peserta Didik
Peserta didik bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri untuk
meningkatkan motivasi belajar pada dirinya agar memperoleh hasil
belajar yang memuaskan. Motivasi berupa tekad yang kuat dari
dalam diri peserta didik untuk sukses secara akademis, akan
membuat proses belajar semakin giat dan penuh semangat.
b. Guru
Guru bertanggungjawab memperkuat motivasi belajar peserta didik
lewat penyajian bahan pelajaran, sanksi-sanksi dan hubungan pribadi
dengan peserta didiknya. Dalam hal ini guru dapat melakukan apa
10

yang disebut dengan menggiatkan anak dalam belajar.


Usaha-usaha yang dapat dilakukan antara lain:
1) mengemukakan pertanyaan,
2) memberi ganjaran,
3) memberi hadiah, dan
4) memberi hukuman atau sanksi (Nani Rosdijati, 2008).
Motivasi diakui sebagai hal yang sangat penting dalam
kegiatan belajar mengajar di sekolah, setidaknya anak harus
mempunyai motivasi untuk belajar. Motivasi belajar adalah
keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar, menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar, serta
memberi arah pada kegiatan belajar itu, maka tujuan yang
dikehendaki oleh peserta didik tercapai.
2. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang
menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa
kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian (Nani
Rosdijati, 2010). Prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang
dicapai oleh individu setelah mengalami suatu proses belajar dalam
jangka waktu tertentu.
Prestasi belajar juga diartikan sebagai kemampuan maksimal yang
dicapai seseorang dalam suatu usaha yang menghasilkan pengetahuan
atau nilai-nilai kecakapan. Lebih lanjut dikatakan bahwa prestasi belajar
juga bisa disebut kecakapan aktual (actual ability) yang diperoleh
seseorang setelah belajar, suatu kecakapan potensial (potensial ability)
yaitu kemampuan dasar yang berupa disposisi yang dimiliki oleh
individu untuk mencapai prestasi. Kecakapan aktual dan kecakapan
potensial ini dapat dimasukkan kedalam suatu istilah yang lebih umum
yaitu kemampuan (ability).
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan untuk
memperoleh perubahan tingkah laku yang baru, sebagai hasil
11

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya


(Slameto, 2003). Dari pendapat tersebut dapat dirangkum bahwa belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap, baik yang dapat
diamati maupun tidak dapat diamati secara langsung, yang terjadi
sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman dalam interaksi dengan
lingkungan.
Prestasi belajar merupakan salah satu gejala tingkah laku belajar,
seperti yang dikemukakan Kasijian (Sajiono, 2008) bahwa kegiatan
belajar itu meliputi beberapa faktor seperti: (a) tujuan belajar, (b)
kesiapan belajar, (c) situasi belajar, (d) interpretasi, (e) respon, (f) hasil
belajar, dan (g) reaksi terhadap belajar. Hasil pengukuran dan penilaian
prestasi belajar itu dicatat dalam buku catatan yang merupakan alat
implementasi program bimbingan lembaga pendidikan mutlak perlu,
dan alat yang vital untuk laporan orang tua siswa pada tiap semester
kemajuan anaknya.
Sedangkan menurut Soelarko (Diana Rochintaniwati, 2007)
menilai hasil belajar siswa bagi kebanyakan orang berarti ulangan
tersebut untuk memperoleh suatu angka indek dalam menentukan
berhasil tidaknya seseorang siswa dalam belajar. Anak sebagai peserta
didik, setiap periode tertentu dinilai, ditest, ditentukan dengan ukuran
tertentu, dengan alat tertentu untuk diketahui prestasi belajarnya.
Prestasi belajar menyangkut tingkah laku yang berbunyi
perubahan yang terjadi pada tingkah laku potensiil yang secara relatif
tetap dianggap sebagai hasil dari pengalaman latihan. Dari pengertian
diatas mengandung pengertian bahwa belajar dan akhirnya sampai pada
hasil belajar.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh peserta didik dalam
artian kecakapan nyata (actual) bukan kecakapan potensial. Prestasi
belajar dapat dilihat secara nyata berupa skor atau nilai setelah
mengerjakan suatu tes. Tes yang digunakan untuk menentukan prestasi
12

belajar merupakan suatu alat untuk mengukur aspek-aspek tertentu dari


peserta didik misalnya pengetahuan, pemahaman atau aplikasi suatu
konsep.
b. Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Menurut Gagne dalam Wina Sanjaya (2008: 66-67), belajar
seseorang dapat dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berkaitan dengan
kondisi yang dibawa atau datang dari dalam individu peserta didik,
seperti kemampuan dasar, gaya belajar seseorang, minat dan bakat serta
kesiapan setiap individu yang belajar. Faktor eksternal adalah faktor
yang datang dari luar individu, yakni berkaitan dengan penyediaan
kondisi atau lingkungan yang didesain agar peserta didik belajar. Desain
pembelajaran berkaitan dengan faktor eksternal ini, yakni pengaturan
lingkungan dan kondisi yang memungkinkan peserta didik dapat
belajar. Menurut Gagne, kondisi internal dapat dibangkitkan oleh
pengaturan kondisi eksternal.
Dalam kegiatan belajar mengajar, hal pertama yang harus
diperhatikan adalah kesiapan peserta didik dalam belajar dan kesiapan
guru dalam memberikan pelajaran. Kedua aspek tersebut, yaitu siswa
dan guru adalah faktor terpenting dalam kegiatan pembelajaran. Jika
dalam memberikan pelajaran, seorang guru tidak menyiapkan materi
yang akan diajarkan terlebih dahulu maka hasil yang diperoleh akan
kurang maksimal. Begitu pula dengan peserta didik , jika dalam belajar
peserta didik belum siap menerima materi pelajaran maka ilmu yang
didapat tidak akan terserap secara mendalam.
Faktor lain yang mempengaruhi proses termasuk pencapaian
prestasi belajar, yaitu: (a) bahan atau hal yang harus dipelajari, (b)
faktor lingkungan, (c) faktor intrumental, dan (d) kondisi individu yang
belajar (Sanjaya : 2008). Pandangan ini sesuai bahwa yang
mempengaruhi hasil belajar meliputi faktor intern maupun faktor
ekstern. Faktor ekstern meliputi faktor sosial, maupun non sosial.
Kasijian menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar meliputi sebagai berikut:
1) Bahan yang diajarkan, metode mengajar, pengajarnya.
13

2) Faktor lingkungan, yaitu lingkungan fisik atau alamiah, faktor


lingkungan sosial ekonomi.
3) Faktor instrumental yaitu:
4) hardware, antara lain: gedung, perlengkapan belajar, perlengkapan
praktikum. Software, antara lain: kurikulum, program pendidikan,
pedoman belajar.
5) Faktor individu atau peserta didik.
6) Dalam individu yang berperan adalah sebagai berikut.
(a) Keadaan psikhologis.
(b) kecerdasan (intelegensi),
(c) bakat (special attitude),
(d) minat, dan
(e) motivasi.
(f) Keadaan fisiologis dan badaniyah.
(g) Kebiasaan belajar (Sajiono, 2008)
Slameto menambahkan, guru yang mengajar dengan metode
ceramah saja, membuat peserta didik menjadi bosan, mengantuk, pasif,
dan hanya mencatat saja. Guru yang progesif berani mencoba metode-
metode yang baru, yang dapat membantu meningkatkan kegiatan
belajar mengajar, dan meningkatkan motivasi belajar siswa. Agar
peserta didik belajar dengan baik, maka metode mengajar harus
diusahakan yang tepat, efisien, dan efektif.
Menurut Siti Fatimah (2007) tujuan belajar secara umum terdapat tiga
jenis yaitu:
(1) untuk mendapatkan pengetahuan,
(2) penanaman konsep dan ketrampilan, dan
(3) pembentukan sikap.
Faktor psikologis yang mempengaruhi siswa dalam belajar
meliputi motivasi, konsentrasi, reaksi, organisasi, pemahaman, dan
ulangan (Siti Fatimah, 2007). Keenam faktor tersebut hendaknya ada
dalam setiap pembelajaran. Motivasi dan konsentrasi peserta didik terus
ditingkatkan sehingga timbul reaksi yang baik dalam belajar.
14

c. Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang
menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga
dapat memberikan pengalaman bermakna kepada murid. Tema adalah
pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan
(Poerwadarminta dalam Majid, 2014: 80). Pembelajaran tematik
merupakan salah satu model pembelajaran terpadu (integrated
instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang
memungkinkan siswa, baik secara individu maupun kelompok aktif
menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara
holistik, bermakna, dan otentik. Menurut Trianto (2011: 147)
Pembelajaran tematik menyediakan keluasan dan kedalaman
implementasi kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat banyak
pada peserta didik untuk memunculkan dinamika dalam pendidikan.
Kurikulum 2013 SD/ MI menggunakan pendekatan pembelajaran
tematik integratif dari kelas I sampai kelas VI. Pembelajaran tematik
integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan
berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai
tema. Tema merupakan alat atau wadah untuk mengenal berbagai konsep
kepada anak didik secara utuh. Dalam pembelajaran, tema diberikan
dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang
utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa anak didik dan membuat
pembelajaran lebih bermakna. Penggunaan tema dimaksudkan agar anak
mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas.
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep
belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu,
guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan
mempengaruhi kebermaknaan belajar peserta didik. Pengalaman belajar
yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses
pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual antar mata pelajaran yang
dipelajari akan membentuk skema, sehingga peserta didik akan
memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan.
15

1) Karakteristik Pembelajaran Tematik


Adapun karakteristik dari pembelajaran tematik ini menurut
TIM Pengembang PGSD, 1997 (Majid, 2014: 90) adalah:
a) Holistik
Suatu gejala atau peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam
pembelajaran tematik diamati dan dikaji dan beberapa bidang
studi sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak.
b) Bermakna
Pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek,
memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar-skemata
yang dimiliki oleh peserta didik, yang pada gilirannya akan
memberikan dampak kebermaknaan dari materi yang dipelajari.
c) Otentik
Pembelajaran tematik memungkinkan siswa memahami secara
langsung konsep dan prinsip yang ingin dipelajari.
d) Aktif

Pembelajaran tematik dikembangkan dengan berdasar pada


pendekatan inquiry discovery dimana peserta didik terlibat secara
aktif dalam proses pembelajaran, mulai perencanaan,
pelaksanaan, hingga proses evaluasi.
Dari karakteristik pembelajaran tematik diatas, dapat dikatakan
bahwa pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang berpusat
pada peserta didik karena dalam hal ini peserta didik dituntut untuk
aktif dalam mempelajari konsep-konsep dari materi yang diajarkan.
Dalam Permendikbud no 57 tahun 2014, Pembelajaran tematik
memiliki ciri khas, antara lain:
a) Pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat
perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar;
b) Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran
tematik bertolak dari minat dan kebutuhan peserta didik;
c) Kegiatan belajar dipilih yang bermakna dan berkesan bagi peserta
didik sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama;
d) Memberi penekanan pada keterampilan berpikir peserta didik;
16

e) Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai


dengan permasalahan yang sering ditemui peserta didik dalam
lingkungannya;
f) Mengembangkan keterampilan sosial peserta didik, seperti
kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap gagasan orang lain.
2) Tujuan dan Ruang Lingkup Pembelajaran Tematik
Dalam Kemendikbud no. 57 Tahun 2014 menyebutkan tujuan
dari pembelajaran tematik adalah:
a) Menghilangkan atau mengurangi terjadinya tumpang tindih
materi.
b) Memudahkan peserta didik untuk melihat hubungan- hubungan
yang bermakna.
c) Memudahkan peserta didik untuk memahami materi atau konsep
secara utuh sehingga penguasaan konsep akan semakin baik dan
meningkat
Sedangkan ruang lingkup pembelajaran tematik meliputi
semua KD dari semua mata pelajaran, kecuali agama. Mata pelajaran
yang dimaksud adalah Bahasa Indonesia, PPKn, Matematika,
Penjasorkes, dan Seni Budaya dan Prakarya.
3) Keuntungan Pembelajaran Tematik
Beberapa keuntungan pembelajaran tematik yaitu:
a) Peserta didik mudah memusatkan perhatian pada suatu tema
tertentu.
b) Peserta didik mampu mempelajari pengetahuan dan
mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran
dalam tema yang sama.
c) Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan
berkesan.
d) Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan
mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi
peserta didik.
e) Peserta didik mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar
karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas.
17

f) Peserta didik lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi


dalam situasi nyata.
g) Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan
dapat dipersiapkan sekaligus
4) Metode Pembelajaran Discovery Learning dengan bantuan Media
“Magic Box “
d. Metode Pembelajaran Discovery Learning
Metode Discovery Learning (penemuan) adalah metode
mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak
memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu
tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan
sendiri, dalam pembelajaran Discovery Learning dirancang
sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep
dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Dalam
menemukan konsep, siswa melakukan pengamatan, menggolongkan,
membuat dugaan, menjelaskan, menarik kesimpulan dan sebagainya
untuk menemukan beberapa konsep atau prisip.
Metode Discovery Learning diartikan sebagai prosedur
mengajar yang mementingkan pengajaran memanipulasi objek
sebelum sampai pada generalisasi. Bruner menyatakan (Markaban,
2006) bahwa anak harus berperan aktif di dalam belajar. Lebih lanjut
dinyatakan, aktivitas itu perlu dilaksanakan siswa dalam proses
belajarnya, diarahkan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip.
Discovery Learning adalah proses mental di mana peserta didik
mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental
yang dimaksud antara lain mengamati, menggolong-golongkan,
membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan
sebagainya. Dengan teknik ini peserta didik dibiarkan menemukan
sendiri atau mengalami proses mental sendiri, guru hanya
membimbing dan memberikan intruksi. Dengan demikian
pembelajaran Discovery Learning merupakan suatu pembelajaran
yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar
pendapat, dengan diskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri agar
anak dapat belajar sendiri.
18

Blake et al. membahas tentang filsafat penemuan yang


dipublikasikan oleh Whewell. Whewell mengajukan model penemuan
dengan tiga tahap yaitu:mengklarifikasi, menarik kesimpulan secara
induksi, pembuktian kebenaran (verifikasi).
https://www.academia.edu/19025362/Discover_learning diakses pada
20 Maret 2022 (kutipan internet).
Dalam metode Discovery Learning guru berperan sebagai
pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat
membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar peserta didik sesuai
dengan tujuan (Sardiman,2005:145).
Kelebihan penggunaan metode Discovery Learning :
1) Membantu peserta didik untuk memperbaiki dan meningkatkan
ketrampilan dan proses koqnitif. Usaha penemuan merupakan
kunci dalam proses ini seseorang tergantung bagaimana cara
belajarnya.
2) Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan
ampuh karena menguatkan pengertian,ingatan dan transfer.
3) Menimbulkan rasa senang pada siswa,karena tumbuhnya rasa
menyelidiki dan berhasil.
4) Model ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan
sesuai dengan kecepatannya sendiri.
5) Menyebabkan peserta didik mengarahkan kegiatan belajarnya
sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
6) Membantu peserta didik menghilangkan skeptisme (keragu-
raguan) karena mengarah pada kebenaran yang final.
19

LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING

Problem Data Collecting


Stimulation Statement
(mengumpulkan
(Stimulus ) (identifikasi data)
masalah )

Generalization Verification Data Processing


(menyimpulkan ) (mengolah
( meverifikasi )
data)

e. Media Magic Box


Secara umum media pembelajaran adalah alat bantu dalam proses
belajar mengajar sesuatu apapun yang dapat dipergunakan untuk merangsang
pikiran,perhatian ,perasaan dan kemampuan atau ketrampilan belajar tersebut
sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar atau kegiatan
pembelajaran. Banyak ahli yang memberikan batasan tentang media
pembelajaran. Menurut Heinich Molenida, dan Russel (1993) menyatakan
bahwa teknologi atau media pembelajaran sebagai penerapan ilmiah tentang
proses belajar pada manusia dalam tugas praktis belajar mengajar. Dikutip dari
internet. (http://ruangbelajarmanper.blogspot.com/2017/11/mediapembelajaran.
html) diakses tanggal 20 Maret 2022.
Magic Box yang dimaksud adalah kotak atau kubus yang ukurannya
dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan tidak tembus pandang. Kotak
tersebut digunakan untuk tempat atau wadah untuk gulungan kertas, buah-
buahan, benda-benda yang berisi kata atau kalimat yang pada akhirnya kata
atau kalimat tersebut digunakan siswa untuk menjadi pantun yang bertema
sesuai kamauan siswa. Sehingga siswa akan mudah dan pintar serta mahir
dalam proses pembuatan kalimat. Kelak diharapkan siswa bisa menulis
kalimattanpa menggunakan strategi “Magic Box”.
20

C. Penelitian yang Relevan


Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain :
Hasil penelitian Sri Uning, 2019 yaitu penerapan model Discovery
Learning dengan bantuan Media Magic Box materi Penulisan Pantun
pada siswa kelas V SD Negeri Kroyo Lor, Kec. Kemiri, Kab. Purworejo
berpengaruh positif yaitu prestasi belajar siswa menjadi meningkat.
Setelah dilakukan pembelajaran dengan model Discovery Learning
berbantuan media Magic Box berdampak positif bagi terwujudnya
keberhasilan pendidikan.

D. Kerangka Pikir
Kerangka pikir penelitian ini dapat digambarkan sebagai barikut:

E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka berpikir, maka dalam
penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut. Melalui metode Discovery
Learning dengan bantuan Magic Box dalam pembelajaran Tematik dapat
meningkatkan motivasi dan prestasi belajar pada pada peserta didik kelas III
SD Negeri Bantarpanjang 04 Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap
Semester 2 tahun Pelajaran 2021/2022.
21

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas III SDN
Bantarpanjang 04 Kecamatan Cimanggu yang berjumlah 10 siswa yang
terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 3 siswa perempuan.

B. Tempat dan Waktu Pelaksanaan


1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN Bantarpanjang 04
Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap.
2. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan
Maret semester genap tahun pelajaran 2021/2022.

C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data


1. Teknik Pengumpulan Data
a) Observasi
Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data tentang
partisipasi peserta didik dalam pembelajaran dan aktivitas guru
dalam melaksanakan tindakan. Teknik ini dilakukan dengan cara
mengamati perilaku peserta didik dan guru selama proses
pembelajaran. Pengamatan dilakukan oleh teman sejawat.
b) Tes.
Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data tentang prestasi
belajar peserta didik kelas III SDN Bantarpanjang 04 dalam
Pembelajaran Tematik.
2. Alat Pengumpulan Data
a) lembar observasi aktivitas guru
b) lembar observasi partisipasi peserta didik
c) soal obyektif berbentuk pilihan ganda sejumlah 5 butir soal.

21
22

D. Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil observasi aktivitas guru dan partisipasi
peserta didik berupa nilai skor dianalisa dengan menggunakan rumus
persentase sebagai berikut:
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 (%) = j𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑛i𝑙𝑎i 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 × 100 %
𝑠i𝑠𝑤𝑎
j𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠i𝑠𝑤𝑎
Hasil perhitungan persentase tersebut dibuat kriteria dengan
pedoman sebagai berikut:

76% - 100% = baik sekali


56% - 75% = baik
40% - 55% = cukup baik
< 40% = kurang (Arikunto, 1997: 245)
Data yang diperoleh dari hasil tes prestasi belajar peserta didik kelas
III SD Negeri Bantarpanjang 04 pembelajaran Tematik dianalisa dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑠i𝑠𝑤𝑎


𝑁i𝑙𝑎i = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠i𝑚𝑎𝑙 (20) × 100 %

E. Indikator Kinerja
Tindakan di dalam penelitian ini dinyatakan berhasil apabila
perolehan skor partisipasi belajar peserta didik masuk dalam kategori baik
(70% - 100%) dan prestasi belajar siswa 80 persen memenuhi KKM.

F. Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas model
Kemmis dan Mc.Taggart. Penelitian ini direncanakan dua siklus. Jika
belum memenuhi indikator akan dilanjutkan dengan siklus berikutnya.
Setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Adapun prosedurnya adalah
sebagai berikut:
23

1. Perencanaan Tindakan
Kegiatan ini dilakukan dengan cara menetapkan model
pembelajaran Discovery Learning untuk meningkatkan motivasi dan
prestasi belajar peserta didik dalam pembelajaran Tematik,
mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
mempersiapkan lembar observasi aktifitas guru dan partisipasi
peserta didik, dan mempersiapkan alat evaluasi prestasi belajar
berupa tes.
2. Pelaksanaan Tindakan
Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran dengan
menggunakan pembelajaran model Discovery Learning
3. Observasi
Kegiatan ini dilakukan untuk mengamati aktivitas guru dalam
proses belajar mengajar dan mengamati tingkat partisipasi belajar
peserta didik. Observasi dilakukan oleh teman sejawat.
4. Refleksi
Pada tahap ini guru dan teman sejawat menelaah proses dan
hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan. Dari kegiatan ini dapat
diketahui keberhasilan serta kelemahan dalam tindakan, sehingga
guru bersama teman sejawat merencanakan perbaikan pada siklus
berikutnya.
G. Jadwal Kegiatan
BULAN
NO KEGIATAN JANUARI FEBRUARI MARET
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan
penelitian
2 Pelaksanaan
penelitian
3 Penyusunan
laporan dan
penjilidan
4 Seminar hasil
24

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Awal


Dalam bab ini akan diuraikan hasil penelitian mengenai upaya
meningkatkan motivasi dan prestasi belajar Tematik melalui metode
Discovery Learning dengan berbantukan media magic box pada peserta didik
kelas III SD Negeri Bantarpanjang 04 semester 2 tahun pelajaran 2021/2022.
Penelitian ini melibatkan seorang kolaborator yaitu Dewi Puspitosari,
S.Pd.SD. dan seorang peneliti yaitu seorang guru, Priyatmono, S.Pd.SD.
Evaluasi penelitian ini bersifat umum seperti penilaian atas keseluruhan
pembelajaran. Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini yaitu apabila prestasi
dan motivasi peserta didik dalam mata pelajaran Tematik meningkat.
Hasil atau prestasi belajar peserta didik kelas III pada mata pelajaran
Tematik masih sangat rendah. Motivasi peserta didik dalam mengikuti
pelajaran Tematik juga masih rendah. Adapun hasil belajar dan motivasi
dalam pelajaran Tematik dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 3. Observasi Motivasi Belajar Peserta Didik Pra Siklus


Hal yang diamati
No Nam 1 2 3 4 5 Jumlah Persentase
a
1 Clara Sabrina Wulan 3 3 3 3 3 15 70

2 Derren Febian 4 4 4 3 3 18 90

3 Jaka Aldi Pratama 1 1 2 1 2 7 35

4 Julian 1 1 2 1 2 7 35
Prakoso
5 Khoerul Anam Saputra 1 1 2 2 2 8 40

6 Niara Putri 1 1 2 1 2 7 35

7 Rafi Ahsan 1 1 2 1 2 7 35

8 Rahes Muhammad 1 1 2 2 2 8 40
Alghifary

24
25

9 Shelena Fadya 1 1 2 1 2 7 35
Novelita
10 Wildan Putra Pratama 1 2 2 1 2 8 40

Jumlah 84 455
Rata- 8,4 45,5
rata %

Keterangan:
Hal yang diamati dalam observasi motivasi belajar peserta didik :
1. Tekun menghadapi tugas
2. Ulet menghadapi kesulitan
3. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal
4. Dapat mempertahankan pendapatnya
5. Lebih senang bekerja mandiri

Data awal hasil observasi motivasi belajar peserta didik pada tabel 3, jika
dikategorikan menjadi:

Tabel 4. Kategori Observasi Motivasi Belajar Peserta Didik Pra Siklus


No. Kategori Jumlah Siswa Persentase
1 Sangat Tinggi (86 – 100%) 1 10 %
2 Tinggi (70 – 85%) 1 10 %
3 Sedang (55 – 69%) 0 0%
4 Rendah (40 – 54%) 3 30 %
5 Sangat Rendah (0 – 39%) 5 50 %
Jumlah 10 100 %
26

Gambar 1 Grafik Hasil Observasi Motivasi Belajar Peserta Didik Pra Siklus

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Persentase

Berdasarkan data awal dapat diketahui bahwa peserta didik dengan


tingkat motivasi tinggi ataupun sangat tinggi hanya berjumlah 2 peserta didik
(20%) atau kurang dari separuh peserta didik dalam satu kelasnya dengan
jumlah peserta didik dalam satu kelas adalah 10. Rata-rata motivasi peserta
didik per kelas sebesar 8,4 atau berada pada kategori rendah, yaitu 45,5%.
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan data di atas adalah motivasi
peserta didik masih berada jauh dari yang diharapkan, yaitu rata-rata kelas
80%. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi siswa kelas III
dalam mengikuti pembelajaran Tematik masih rendah.

Tabel 5. Data Hasil Prestasi Belajar Pra Siklus


No Nama Nilai Ket
1 Clara Sabrina Wulan 70 BT

2 Derren Febian 80 T

3 Jaka Aldi Pratama 40 BT

4 Julian Prakoso 30 BT
27

5 Khoerul Anam Saputra 70 BT

6 Niara Putri 40 BT

7 Rafi Ahsan 45 BT

8 Rahes Muhammad 40 BT
Alghifary
9 Shelena Fadya Novelita 35 BT

10 Wildan Putra Pratama 50 BT

Jumlah 500
Rata-Rata 50
Ket : T = Tuntas
BT = Belum tuntas
Untuk lebih memudahkan pengamatan tingkat ketuntasan belajar Tematik
peserta didik , dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 6. Ketuntasan Belajar Tematik Pra Siklus


Muatan TUNTAS TIDAK TUNTAS
Mata Jumlah % Jumla %
Pelajaran h
Bahasa Indonesia 1 10 9 90

Berdasarkan data hasil tes awal (pra siklus) dapat disimpulkan pada tabel
berikut.
Tabel 7. Data Prestasi Pra Siklus
Pencapaian Nilai Tes Awal Tematik
Nilai Terendah 30
Nilai Tertinggi 80
Rata-rata Nilai 50
Siswa Belajar Tuntas 1
28

Gambar 2 Grafik Prestasi Belajar Peserta Didik Pra Siklus

90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Nilai

Prestasi belajar siswa kelas III mapel Tematik dari tes pra siklus,
diperoleh nilai rata-rata kemampuan awal peserta didik kelas III adalah 50.
Dari hasil rata-rata nilai peserta didik tersebut ternyata masih di bawah nilai
KKM yang sudah ditetapkan yaitu 75. Besarnya prosentase peserta didik
tuntas belajar 10%, sedangkan ketuntasan siswa yang diharapkan mencapai
lebih dari 80 %. Dari hasil analisis tes pra siklus dan pengamatan motivasi
belajar peserta didik, maka penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan
motivasi dan prestasi belajar siswa mapel Tematik.

B. Deskripsi Siklus I
1. Persiapan / Perencanaan
Sebelum melaksanakan peningkatan motivasi dan prestasi belajar
Tematik melalui model Discovery Learning dengan berbantukan media
magic box peneliti melakukan pengamatan kelas untuk persiapan dan dialog
dengan kolaborator berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran.
a. Persiapan penciptaan situasi kelas.
b. Menjelaskan alat pemantau dan cara penggunaan alat tersebut.
c. Mempersiapkan materi tindakan dan alat peraga pembelajaran.
d. Persiapan untuk mendiskusikan hasil pengamatan.
29

Penentuan materi pembelajaran untuk melaksanakan penelitian ini


didasarkan pada Kurikulum 2013 yang memang saat ini sedang dijalankan
oleh sekolah. Rancangan tindakan secara umum merupakan modifikasi dari
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tematik yang dirancang dengan
nuansa peningkatan motivasi dan prestasi belajar Tematik melalui metode
Discovery Learning dengan berbantukan media magic box. Rancangan
tindakan penelitian dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 8 : Rancangan tindakan penelitian siklus I


Tindakan yang dicobakan Materi yang disampaikan

1. Siswa mengambil kotak yang ada di Senin, 14 Februari 2022


Magic box yang sudah ada isi kata Menyusun kalimat acak
acak. Siswa menyusun kata acak
menjadi kalimat efektif .
2. Siswa mengambil Amplop dari dalam Senin, 14 Februari 2022
Magic box,yang berisi kata-kata yang Membuat kalimat dari kata-kata
dibuat oleh guru.Tugas siswa yang ada di dalam Magic Box
membuat kalimat efektif dari kata-
kata tersebut sesuai ide siswa.
3. Tes prestasi sikuls 1 Senin, 14 Februari 2022
Mengerjakan evaluasi

2. Pelaksanaan Tindakan
Dalam pelaksanaan siklus I ini, dilaksanakan pada Senin, 14 Februari
2022. Pelaksanaan pembelajaran melalui metode Discovery Learning dengan
berbantukan media magic box. Adapun langkah – langkahnya sebagai
berikut :
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 14 Febaruari 2022.
Dalam pelaksanaan tindakan dibagi menjadi tiga kegiatan yaitu
kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
30

Kegiatan awal di sini adalah sebelum pelajaran atau pendahuluan


dimulai dengan guru menciptakan suasana kelas yang tenang (selama 5
menit). Dilanjutkan apersepsi selama 10 menit. Guru di depan kelas
menanyakan pelajaran yang lalu, yaitu tentang perubahan wujud benda
Kemudian mengadakan tanya jawab seputar perubahan wujud benda. Anak-
anak ada yang tahu? perubahan wujud benda itu apa saja? Julian bilang,
mencair, membeku. Betul, kata pak guru. Setelah mengadakan apersepsi guru
menjelaskan tujuan pembelajaran.
Selanjutnya masuk ke dalam kegiatan inti selama 30 menit. Dalam
kegiatan inti ini guru menggunakan alat bantu pelajaran berupa Magic box
yang dibuat semenarik mungkin dan kartu kalimat acak. Peserta didik dibagi
menjadi 3 kelompok, masing-masing kelompok 3-4 anak. Masing-masing
kelompok, peserta didik menggunakan media magic box yang disediakan
guru, yang di dalamnya sudah disiapkan kertas karton untuk menempel kertas
yang ada tulisan kata acak. Peserta didik bersama kelompoknya menyusun
kata acak agar menjadi kalimat yang benar pada lembar kerja yang disediakan
guru. Siswa mempresentasikan hasil dalam menyusun kata acak menjadi
kalimat yang benar.
Selanjutnya masing-masing kelompok maju ke depan mengambil
amplop yang ada didalam magic box, di dalam amplop tersebut sudah
terdedia kata-kata yang berhubungan dengan perubahan wujud benda.
Kemudian setiap kelompok membuat kalimat efektif dengan kata-kata
tersebut pada lembar kerja yang sudah disediakan oleh guru..
Selanjutnya peserta didik mengerjakan tes tertulis secara individu.
Kegiatan terakhir adalah kegiatan penutup selama 15 menit. Masing-
masing kelompok menyimpulkan hasil pembelajaran, guru memberi
penguatan. Kemudian guru menutup pelajaran.

3. Observasi dan Monitoring


Kegiatan observasi berfungsi mendokumentasikan peningkatan
motivasi dan hasil belajar Tematik pada peserta didik kelas III SDN
Bantarpanjang 04 melalui metode Discovery learning dengan berbantukan
media Magic box. Peneliti dibantu oleh pengamat lain (teman sejawat) untuk
mendokumentasikan kegiatan yang terjadi. Pada kegiatan observasi ini
31

pengamat mencatat hal-hal apa saja yang terjadi menggunakan lembar


pengamatan.
Peneliti melakukan monitoring dengan menggunakan metode
Discovery Learning dengan berbantukan Magic box untuk menjelaskan
pantun. Hasil pengamatan dan catatan dari peneliti dijadikan masukan sebagai
bahan refleksi untuk melakukan evaluasi tindakan siklus selanjutnya.

4. Analisis dan Refleksi


Pelaksanaan pada siklus I peningkatan motivasi dan hasil belajar
Tematik pada peserta didik kelas III SDN Bantarpanjang 04 melalui
metode Discovery Learning dengan berbantukan media magic box Guru
mulai menerapkan metode Discovery learning dengan bantuan media magic
box dalam proses pembelajaran. Peserta didik tampak terlihat aktif dan
termotivasi mengikuti kegiatan pembelajaran.
Kegiatan siswa menyusun kalimat acak yang terdapat di dalam Magic
box membuat siswa terlibat aktif dan sibuk dalam kegiatan pembelajaran.
Siswa berusaha berlomba-lomba menyusun kalimat acak tersebut,agar
menjadi kalimat yang benar. Hal ini berdampak pada peningkatan prestasi
siswa dalam pembelajaran Tematik. Siswa terlihat antusias, saling bekerja
sama menyelesaikan tugasnya.
Siswa lebih termotivasi dalam penyusunan kalimat yang masih acak
Perhatian siswa dalam pelajaran lebih baik, meskipun masih ada beberapa
siswa yang belum begitu termotivasi untuk belajar dengan baik. Masih ada
beberapa siswa yang pasif dalam kelompoknya, dan kadang terlihat bermain-
main. Hal ini disebabkan perhatian dari peserta didik tersebut
Hasil refleksi peneliti dalam peningkatan motivasi dan hasil belajar
Tematik siswa kelas III melalui model Discovery Learning dengan bantuan
media magic box yaitu sebagai berikut :

Tabel 9. Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa Siklus 1


Hal yang diamati
No Nama Jumlah Persentase
1 2 3 4 5
1 Clara Sabrina Wulan 3 3 4 4 4 18 90
32

2 Derren Febian 4 4 4 4 3 19 95
3 Jaka Aldi Pratama 2 2 2 2 2 10 50

4 Julian Prakoso 2 2 2 2 2 10 50
5 Khoerul Anam Saputra 3 3 2 3 3 14 70

6 Niara Putri 2 2 2 2 2 10 50
7 Rafi Ahsan 2 2 2 2 2 10 50
8 Rahes Muhammad 2 3 3 3 2 13 65
Alghifary
9 Shelena Fadya 2 2 2 2 2 10 50
Novelita
10 Wildan Putra Pratama 2 3 3 2 2 12 60

Jumlah 126 630


Rerata 12,6 63%
Keterangan:
Hal yang diamati dalam observasi motivasi belajar siswa :
1. Tekun menghadapi tugas
2. Ulet menghadapi kesulitan
3. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal
4. Dapat mempertahankan pendapatnya
5. Lebih senang bekerja mandiri

Data perolehan motivasi peserta didik dikategorikan menjadi 5, yaitu


“sangat tinggi” jika motivasi peserta didik berada pada tingkat 86-100%,
“tinggi” pada tingkat 70-85%, “sedang” pada tingkat 55-69%, “rendah” pada
tingkat 40-54%, dan “sangat rendah” pada tingkat (0-39%). Data
pengkategorian tersebut disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 10. Kategori Observasi Motivasi Belajar Siswa Siklus I


No. Kategori Jumlah Persentase
Siswa
1 Sangat Tinggi (86 – 100%) 2 20 %
2 Tinggi (70 – 85%) 1 10 %
33

3 Sedang (55 – 69%) 2 10 %


4 Rendah (40 – 54%) 5 50 %
5 Sangat Rendah (0 – 39%) 0 0%
Jumlah 10 100%

Gambar 7. Grafik Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa Siklus 1


100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

No. Urut/ Persentase

Berdasarkan tabel 13, diketahui bahwa rerata tingkat motivasi peserta


didik pada siklus I sebesar 12,6 atau berada pada kategori sedang, yaitu 63%.
Dan dari tabel 18 jelas bahwa terdapat 2 peserta didik berada pada kategori
sangat tinggi, 1 peserta didik pada kategori tinggi, 2 peserta didik berada pada
kategori sedang, dan sisanya 5 siswa berada pada kategori rendah. Tingkat
motivasi siswa sudah jauh meningkat jika dibandingkan dengan pembelajaran
Tematik sebelum menggunakan model Descavery Learning dengan
berbantukan Magic box. Tetapi masih belum memenuhi indikator
keberhasilan yaitu 80.

Tabel 11. Hasil Prestasi Belajar Siklus I


No Nama Siklus Ket
1
1 Clara Sabrina Wulan 80 T

2 Derren Febian 90 T
34

3 Jaka Aldi Pratama 70 BT

4 Julian Prakoso 60 BT

5 Khoerul Anam Saputra 80 T

6 Niara Putri 50 BT

7 Rafi Ahsan 70 BT

8 Rahes Muhammad Alghifary 70 BT

9 Shelena Fadya Novelita 50 BT

10 Wildan Putra Pratama 70 BT

Jumlah 690
Rata2 69
Ket :
T = Tuntas
BT = Belum tuntas

Tabel 12. Data Prestasi Siswa Siklus I


Pencapaian Nilai Tes Awal Bhs Indonesia
Nilai Terendah 50
Nilai Tertinggi 90
Rata-rata Nilai 69
Siswa Belajar Tuntas 30%

Tingkat ketuntasan belajar Bahasa Indonesia siswa, dapat dilihat pada


tabel berikut:

Tabel 13. Ketuntasan Belajar Siklus I


Muatan Mata Pelajaran TUNTAS TIDAK TUNTAS
Jumlah % Jumlah %
Bahasa Indonesia 3 30% 7 70%
35

Gambar 9. Grafik Hasil Prestasi Belajar Siklus I


100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

No. Urut/ Nilai

Hasil tes prestasi belajar siklus 1 menunjukkan peningkatan rata-rata kelas


(dari 50 menjadi 69), peserta didik yang tuntas mengalami peningkatan dari 1
siswa menjadi 3 peserta didik (dari 10% menjadi 30%), sedangkan peserta
didik tidak tuntas mengalami penurunan dari 9 siswa menjadi 7 siswa (dari
90% menjadi 70 %). Walaupun prestasi belajar peserta didik meningkat, tetapi
masih belum memenuhi kriteria keberhasilan, yaitu rata-rata nilai siswa
mendapatkan nilai minimal sesuai KKM 75. Masih ada beberapa peserta didik
memperoleh nilai di bawah KKM sekolah.
Permasalahan yang muncul disadari guru bahwa dalam pelaksanan
peningkatan motivasi dan hasil belajar Tematik melalui model Discovery
Learning dengan berbantukan Magic box belum sempurna. (a) masih ada
beberapa peserta didik yang kurang termotivasi untuk mengikuti pembelajaran,
(b) beberapa siswa yang aktif mendominasi kegiatan belajar,
(c) beberapa peserta didik terlihat pasif dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran Tematikonesia, (d) masih ada anak yang masih menggantungkan
teman kelompoknya dalam mengerjakan tugas.

5. Revisi Tindakan Siklus 1


Berdasarkan hasil refleksi, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa
masalah yang muncul pada saat proses pembelajaran pada siklus I. Sehingga
peneliti memutuskan untuk mengadakan siklus II. Peneliti mengadakan revisi
pada rancangan tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus II. Dalam
36

penggunaan media ini sudah cukup efektif hanya saja membutuhkan


pengkondisian kelas yang lebih, karena siswa lebih cenderung fokus ke media
tersebut dan selalu ramai. Dan penggunaan media belum terlaksana dengan
efektif sehingga hasil penelitian dari observer kurang memuaskan.
Adapun revisi peningkatan motivasi dan hasil belajar Tematik melalui
model discovery learning yaitu dengan menyusun bangku lebih baik lagi jadi
tidak terlalumjauh untuk kegiatan diskusi. Hal ini dimaksudkan agar setiap
peserta didik dapat memiliki peran dalam kelompoknya, sehingga tidak ada
lagi peserta didik yang pasif dalam kegiatan pembelajaran.
Disamping itu guru, pada siklus 2 guru sudah tidak menempel kata
acak di dalam kertas karton, akan tetapi guru menggunakan gambar dalam
Magic box yaitu gambar sebuah masalah yang sering dijumpai anak. Tugas
peserta didik di siklus 2 yaitu membuat kalimat saran tentang gambar yang
diambil dari kotak Magic box.

C. Deskripsi Siklus II
1. Persiapan / Perencanaan
Pelaksanaan pada siklus 2 difokuskan pada perbaikan pelaksanaan
siklus 1. Hal ini berdasarkan hasil dari menganalisis pelaksanaan siklus I.
Dimana masih ditemukan beberapa hal antara lain: (1) masih ada beberapa
peserta didik yang kurang termotivasi untuk mengikuti pembelajaran, (2)
beberapa peserta didik yang aktif mendominasi kegiatan belajar, (3)
beberapa siswa terlihat pasif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
Tematik, (4) guru belum mampu menguasai media pembelajaran, (5) guru
belum mampu mengendalikan kelasnya. Agar penggunaan media
pembelajaran secara efektif ada banyak hal yang harus dipersiapkan.
Peningkatan motivasi dan hasil belajar Tematik melalui model
Discovery Learning dengan berbantukan media Magic box yaitu dengan
menyusun meja dalam diskusi kelompok secara benar. Hal ini dimaksudkan
agar peserta didik dapat memiliki peran dalam kelompoknya, sehingga tidak
ada lagi peserta didik yang pasif dalam kegiatan pembelajaran. Meja yang
tadinya disusun berjajar sekarang disusun menjadi satu. Guru menyiapkan
isi Magic box berupa gambar. Materi yang disampaikan adalah membuat
kalimat saran sesuai dengan gambar yang diambil dari magic box, misalnya
37

jika ada kelompok yang mengambil gambar anak yang sedang hujan-
hujanan, maka kelompok itu menulis kalimat saran yang sesuai dengan
gambar. Rancangan tindakan penelitian dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 14. Rancangan tindakan penelitian siklus 2


Tindakan yang dicobakan Materi yang disampaikan

a. Peserta didik membuat kalimat saran Senin, 21 Februari 2022


sesuai dengan gambar diambil dari dalam Membuat kalimat saran
Magic box
b. Peserta didik membuat kalimat masalah Senin, 21 Februari 2022
dalam empat lembar kertas yang Membuatkalimat saran
disediakan oleh guru selanjutnya sesuai dengan kalimat
dimasukkan ke dalam Magic bok dan masalah yang dibuat oleh
diacak, lalu masing-masing kelompok kelompok lain
mengambil empat lembar kertas
selanjutnya bersama teman kelompoknya
membuat kalimat saran dari kalimat
masalah yang diambil dari magic box
c. Tes prestasi atau evaluasi Senin, 21 Februari 2022
Mengerjakan soal evaluasi
secara individu

2. Pelaksanaan Tindakan
Siklus II dilaksanakan Senin, Senin, 21 Februari 2022.
Pelaksanaan pada siklus II tetap masih menggunakan model Discovery
learning denganbantuan magic box.
Adapun langkah – langkahnya sebagai berikut :
Dalam pelaksanaan tindakan dibagi menjadi tiga kegiatan yaitu
kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
Perencanaan yang dilakukan yaitu guru menyiapkan media Magic
Box dan gambar masalah yang sering dijumpai siswa, seperti: gambar
anak yang sedang hujan-hujanan, gamabar anak yang pulang sekolah
kehujanan.
38

Kegiatan awal di sini adalah sebelum pelajaran atau pendahuluan


dimulai dengan guru menciptakan suasana kelas yang tenang (selama 5
menit). Dilanjutkan apersepsi selama 10 menit. Apersepsi: guru memberi
pertanyaan pada peserta didik masihkan kalian ingat tentang pelajaran
yang kemarin, peserta didik menjawab tentang membuat kalimat, guru
menjawab bagus betul sekali.
Selanjutnya masuk ke dalam kegiatan inti selama 30 menit. Tiap
kelompok melalui perwakilannya mengambil kotak dalam magic box.
Peserta didik menulis kalimat saran sesuai dengan gambar yang diambil
dari magic box, dengan bersama kelompoknya. misalnya ada kelompok
yang mengambil gambar anak yang sedang hujan-hujanan, maka
kelompok itu membuat kalimat saran tentang gambar anak yang sedang
hujan-hujanan.
Misalnya: sebaiknya lani, lina, dan lili tidak boleh hujan-hujanan
karena nanti akan demam.
Kemudian masing-masing kelompok akan membacakan hasil tulisan
kalimat saran tentang gambar tersebut.
Selanjutnya setiap kelompok mengambil empat buah kertas yang
sudah disiapkan oleh guru, kemudian bersama kelompoknya menuliskan
kalimat masalah untuk kemudian dimasukkan lagi kedalam magic box dan
di acak, kemudian setelah itu perwakilan kelompok mengambil kotak
dalam magic box yang telah di kocok, setelah mendapkan kotak setiap
kelompok membuat kalimat saran tentang kalimat masalah yang telah
dibuat oleh temannya, setelah itu setiap kelompok maju ke depan
membacakan kalimat saran yang telah ditulis.
Selanjutnya peserta didik mengerjakan soal evaluasi secara individu
Kegiatan terakhir adalah kegiatan penutup selama 15 menit. Masing-
masing kelompok menyimpulkan hasil pembelajaran, guru memberi
penguatan. Kemudian guru menutup pelajaran.

3. Observasi dan Monitoring


Kegiatan observasi berfungsi mendokumentasikan peningkatan
motivasi dan hasil belajar Tematik pada peserta didik kelas III SDN
Bantarpanjang 04 melalui model Discovery Learning dengan berbantukan
39

Magic box. Peneliti dibantu oleh pengamat lain (teman sejawat) untuk
mendokumentasikan kegiatan yang terjadi. Pada kegiatan observasi ini
pengamat mencatat hal-hal apa saja yang terjadi menggunakan lembar
pengamatan (lihat lampiran). Hasil pengamatan dan catatan dari peneliti
dan guru kelas dijadikan masukan sebagai bahan refleksi.
4. Analisis dan Refleksi Siklus 2
Hasil observasi dan monitoring pelaksanaan tindakan pada siklus II
peningkatan motivasi dan hasil belajar Tematik tema Sehat itu Penting
melalui metode Discovery Learning dengan bantuan Magic box secara
umum cukup baik. Guru telah menyusun menja menjadi lebih tertata baik,
sehingga dapat terlihat tidak ada lagi peserta didik yang terlihat pasif atau
menganggur karena tidak mendapat bagian untuk bekerja dalam
kelompoknya. Setiap peserta didik nampak antusias dan termotivasi dalam
proses pembelajaran. Kegiatan diskusi antar kelompok tidak lagi didominasi
peserta didik tertentu saja, karena pada siklus II ini setiap peserta didik
mendapat kesempatan untuk saling bekerjasama antar teman dalam
kelompoknya dan saling berkomunikasi menyampaikan pembuatan kalimat
saran.
Motivasi belajar peserta didik tampak lebih tinggi dan aktifitas
peserta didik dalam kegiatan belajar juga meningkat. Hal ini dapat dilihat
dari diskusi yang dilakukan oleh peserta didik. Setiap peserta didik terlihat
sungguh-sungguh dalam bekerja menyelesaikan tugas dan setiap peserta
didik tampak terlibat aktif. Dalam evaluasi secara lisan yang dilakukan guru
pada setiap akhir pembelajaran juga menunjukkan bahwa pemahaman
peserta didik tentang materi pelajaran lebih baik atau mengalami
peningkatan dalam hal prestasi belajar.
Hasil dari siklus 2 ini terjadi peningkatan hasil dari pembuatan
kalimat. Sebagian besar peserta didik sudah bisa menulis kalimat dengan
benar sesuai dengan konsep. Dampak dari pembelajaran tersebut dapat
dilihat kreativitas dan ketrampilan peserta didik dalam menulis kalimat,
secara tidak langsung peserta didik akan merasa berkesan pada saat
melakukan pembelajaran sehingga akan memberikan pengalaman belajar
yang tertanam pada otak peserta didik dan lebih bermakna dengan
pembelajaran tersebut.
40

Tabel 15. Hasil Observasi Motivasi Peserta Didik Siklus II


No Nama Hal yang diamati Jumlah Persentase
1 2 3 4 5
1 Clara Sabrina Wulan 3 4 4 4 3 18 90

2 Derren Febian 3 4 4 4 4 19 95

3 Jaka Aldi Pratama 3 3 3 3 3 15 75

4 Julian Prakoso 3 3 3 3 3 15 75

5 Khoerul Anam Saputra 3 4 4 4 3 18 90

6 Niara Putri 3 3 3 3 3 15 75

7 Rafi Ahsan 3 3 3 3 3 15 75

8 Rahes Muhammad 3 3 4 3 3 16 80
Alghifary
9 Shelena Fadya 2 2 3 3 3 13 65
Novelita
10 Wildan Putra Pratama 3 3 4 3 3 16 80

Jumlah 160 800


Rata-rata 16 80%

Keterangan:
Hal yang diamati dalam observasi motivasi belajar siswa :
1. Tekun menghadapi tugas
2. Ulet menghadapi kesulitan
3. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal
4. Dapat mempertahankan pendapatnya
5. Lebih senang bekerja mandiri
Data motivasi siswa yang diperoleh melalui observasi, jika dikategorikan
akan didapat tabel:
41

Tabel 16. Kategori Motivasi Peserta Didik Siklus II


No. Kategori Jumlah Siswa Persentase
1 Sangat Tinggi (86 – 100%) 3 30 %
2 Tinggi (70 – 85%) 6 60 %
3 Sedang (55 – 69%) 1 10 %
4 Rendah (40 – 54%) 0 0%
5 Sangat Rendah (0 – 39%) 0 0%
Jumlah 10 100%

Gambar 13. Grafik Observasi Motivasi Belajar Peserta Didik Siklus II

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

No. Urut/ Persentase

Terlihat bahwa untuk semua level kategori, maka kategori tinggi


didominasi peserta didik (3 peserta didik dari jumlah 10 peserta didik, 30%).
Tingkat motivasi minimal tinggi diraih oleh 6 peserta didik (60 %) dan
motivasi sedang 1 siswa (10 %). Dari hasil observasi siklus II diperoleh data
bahwa rata-rata motivasi siswa meningkat sebesar 17% (kondisi siklus 1 rata-
rata motivasi belajar yaitu 63, kemudian meningkat menjadi 80).
Sedangkan untuk hasil refleksi prestasi belajar peserta didik siklus II
dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
42

Tabel 17. Hasil Prestasi Belajar Peserta Didik Siklus 2


N Nama Siklus Ket
o 2
1 Clara Sabrina Wulan 90 T

2 Derren Febian 95 T

3 Jaka Aldi Pratama 76 T

4 Julian Prakoso 75 T

5 Khoerul Anam Saputra 90 T

6 Niara Putri 70 BT

7 Rafi Ahsan 76 T

8 Rahes Muhammad Alghifary 80 T

9 Shelena Fadya Novelita 70 BT

10 Wildan Putra Pratama 80 T

Jumlah 802
Rata- 80,2
rata
Ket :
T = Tuntas
BT = Belum tuntas
Dengan melihat data tabel 17 terlihat peningkatan jumlah
ketuntasan belajar peserta didik secara signifikan (dari 3 menjadi 8 peserta
didik pada siklus II). Nilai rerata prestasi belajar peserta didik juga
mengalami peningkatan (dari 69 menjadi 80,2). Untuk lebih memudahkan
mengamati tingkat ketuntasan belajar Tematik peserta didik, dapat dilihat
pada tabel berikut.

Tabel 18. Ketuntasan Belajar Siklus II


Muatan Mata TUNTAS TIDAK TUNTAS
Pelajaran Jumlah % Jumlah %
Bahasa Indonesia 8 80 2 20
43

Gambar 14. Grafik Hasil Prestasi Belajar Peserta Didik Siklus 2


100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

No. Urut/ Nilai

Sesuai dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan, pada aspek


prestasi belajar, penelitian dinyatakan berhasil karena lebih dari 75% peserta
didik yang hadir pada waktu pembelajaran Tematik dengan model Discovery
Learning dengan bantuan media Magic Box telah mencapai nilai di atas KKM
75. Ada 2 siswa yang belum mencapai KKM dengan nilai 70.

D. Deskripsi Siklus III


1. Persiapan / Perencanaan
Pelaksanaan pada siklus 3 difokuskan pada perbaikan pelaksanaan
siklus 2. Hal ini berdasarkan hasil dari menganalisis pelaksanaan siklus II.
Dimana masih ditemukan beberapa hal antara lain: (1) masih ada beberapa
peserta didik yang kurang termotivasi untuk mengikuti pembelajaran, (2)
beberapa peserta didik yang aktif mendominasi kegiatan belajar, (3)
beberapa siswa terlihat pasif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
Tematik, (4) guru belum mampu menguasai media pembelajaran, (5) guru
belum mampu mengendalikan kelasnya. Agar penggunaan media
pembelajaran secara efektif ada banyak hal yang harus dipersiapkan.
Peningkatan motivasi dan hasil belajar Tematik melalui model
Discovery Learning dengan berbantukan media Magic box yaitu dengan
menyusun meja dalam diskusi kelompok secara benar. Hal ini dimaksudkan
agar peserta didik dapat memiliki peran dalam kelompoknya, sehingga tidak
ada lagi peserta didik yang pasif dalam kegiatan pembelajaran. Meja yang
44

tadinya disusun berjajar sekarang disusun menjadi satu. Guru menyiapkan


isi Magic box berupa bendera merah putih kecil serta gelas plastik. Materi
yang disampaikan adalah membuat pembagian dua bilangan cacah yang
hasilnya sudah diketahui menggunakan bendera yang diambil dari magic
box, misalnya jika ada kelompok yang mengambil bendera dan gelas plastic
kemudian membagi bendera tersebut dalam tiga gelas plastic sama banyak,
maka kelompok itu membuat pembagian dua bilangan cacah yang hasilnya
sudah diketahui. Rancangan tindakan penelitian dapat dilihat sebagai
berikut:
Tabel 19. Rancangan tindakan penelitian siklus 3
Tindakan yang dicobakan Materi yang disampaikan

a. Peserta didik membuat pembagian dua Jum’at, 4 Maret 2022


bilangan cacah yang hasilnya udah Membuat pembagian dua
diketahui dengan menggunakan bendera bilangan cacah yang
yang diambil dari dalam Magic box hasilnya sudah diketahui
b. Peserta didik menyatakan ungkapan atau Jum’at, 4 Maret 2022
kalimat saran, masukan dan penyelesaian Menyatakan kalimat saran
masalah sederhana yang ada pada teks sesuai dengan masalah
bacaan. pada teks bacaan.
c. Melalui paparan guru tentang bendera Jum’at, 4 Maret 2022
merah putih peserta didik dapat
menuliskan kewajiban dan hak sebagai
warga negara dan juga dapat menceritakan
pengalaman melaksanakan kewajiban dan
hak sebagai warga negara
d. Tes prestasi atau evaluasi Jum’at, 4 Maret 2022
Mengerjakan soal evaluasi
secara individu

2. Pelaksanaan Tindakan
Siklus III dilaksanakan Jum’at, Jum’at, 4 Maret 2022. Pelaksanaan
pada siklus III tetap masih menggunakan model Discovery learning dengan
bantuan magic box.
45

Adapun langkah – langkahnya sebagai berikut :


Dalam pelaksanaan tindakan dibagi menjadi tiga kegiatan yaitu
kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
Perencanaan yang dilakukan yaitu guru menyiapkan media Magic
Box dan bendera merah putih kecil serta gelas plastik, seperti:
Kegiatan awal di sini adalah sebelum pelajaran atau pendahuluan
dimulai dengan guru menciptakan suasana kelas yang tenang (selama 5
menit). Dilanjutkan apersepsi selama 10 menit. Apersepsi: guru memberi
pertanyaan pada peserta didik apakah yang bapak bawa, peserta didik
menjawab bendera merah putihbagaimana sikap kita terhadap bendera
merah putih? peserta didik menjawab menghormati dan menghargai, guru
menjawab bagus betul sekali.
Selanjutnya masuk ke dalam kegiatan inti selama 30 menit. Tiap
kelompok melalui perwakilannya mengambil bendera dan gelas plastik dari
dalam magic box. Kemudian dengan bersama kelompoknya mereka
membuat pembagian dua bilangan yang hasilnya sudah diketahui. misalnya
ada kelompok yang membagi bendera dalam 3 buah gelas yaitu tiap gelas
berisi 4 bendera jadi pembagiannya adalah 12 : 4 = 3, hasilnya angka 3
karena hasil tersebut sudah diketahui
Kemudian masing-masing kelompok akan membacakan hasil tulisan
pembagian tesebut.
Selanjutnya setiap kelompok membuat kalimat saran sesuai dengan
teks bacaan tentang pembagian bendera yang dilakukan oleh Edo.
Kemudian, peserta didik menuliskan kewajiban dan hak sebagai warga
Negara sesuai dengan bacaan dan menceritakan pengalaman melaksanakan
kewajiban dan hak sebagai warga negar kemudian membacakan cerita
tersebut di depan kelas
Selanjutnya peserta didik mengerjakan soal evaluasi secara individu
Kegiatan terakhir adalah kegiatan penutup selama 15 menit. Masing-
masing kelompok menyimpulkan hasil pembelajaran, guru memberi
penguatan. Kemudian guru menutup pelajaran.
3. Observasi dan Monitoring
Kegiatan observasi berfungsi mendokumentasikan peningkatan
motivasi dan hasil belajar Tematik pada peserta didik kelas III SDN
46

Bantarpanjang 04 melalui model Discovery Learning dengan berbantukan


Magic box Peneliti dibantu oleh pengamat lain (teman sejawat) untuk
mendokumentasikan kegiatan yang terjadi. Pada kegiatan observasi ini
pengamat mencatat hal-hal apa saja yang terjadi menggunakan lembar
pengamatan (lihat lampiran). Hasil pengamatan dan catatan dari peneliti
dan guru kelas dijadikan masukan sebagai bahan refleksi.

4. Analisis dan Refleksi Siklus 3


Hasil observasi dan monitoring pelaksanaan tindakan pada siklus
III peningkatan motivasi dan hasil belajar Tematik melalui metode
Discovery Learning dengan bantuan Magic box secara umum cukup baik.
Guru telah menyusun meja menjadi lebih tertata baik, sehingga dapat
terlihat tidak ada lagi peserta didik yang terlihat pasif atau menganggur
karena tidak mendapat bagian untuk bekerja dalam kelompoknya. Setiap
peserta didik nampak antusias dan termotivasi dalam proses pembelajaran.
Kegiatan diskusi antar kelompok tidak lagi didominasi peserta didik
tertentu saja, karena pada siklus III ini setiap peserta didik mendapat
kesempatan untuk saling bekerjasama antar teman dalam kelompoknya
dan saling berkomunikasi menyampaikan pembuatan pembuatan
pembagian dua bilangan cacah.
Motivasi belajar peserta didik tampak lebih tinggi dan aktifitas
peserta didik dalam kegiatan belajar juga meningkat. Hal ini dapat dilihat
dari diskusi yang dilakukan oleh peserta didik. Setiap peserta didik terlihat
sungguh-sungguh dalam bekerja menyelesaikan tugas dan setiap peserta
didik tampak terlibat aktif. Dalam evaluasi secara lisan yang dilakukan
guru pada setiap akhir pembelajaran juga menunjukkan bahwa pemahaman
peserta didik tentang materi pelajaran lebih baik atau mengalami
peningkatan dalam hal prestasi belajar.
Hasil dari siklus 3 ini terjadi peningkatan hasil dari pembagian dua
bilangan cacah. Sebagian besar peserta didik sudah bisa melakukan
pembagian dua bilangan cacah membuat kalimat saran dan bercerita
dengan benar sesuai dengan konsep. Dampak dari pembelajaran tersebut
dapat dilihat kreativitas dan ketrampilan peserta didik dalam menulis
kalimat, secara tidak langsung peserta didik akan merasa berkesan pada
47

saat melakukan pembelajaran sehingga akan memberikan pengalaman


belajar yang tertanam pada otak peserta didik dan lebih bermakna dengan
pembelajaran tersebut.

Tabel 20. Hasil Observasi Motivasi Peserta Didik Siklus III


No Nama Hal yang diamati Jumlah Persentase
1 2 3 4 5
1 Clara Sabrina Wulan 3 4 4 4 4 19 95
2 Derren Febian 4 4 4 4 4 20 100
3 Jaka Aldi Pratama 3 3 3 3 3 15 75
4 Julian Prakoso 3 3 3 3 4 16 80
5 Khoerul Anam Saputra 3 4 4 4 4 19 90
6 Niara Putri 3 3 3 3 3 15 75
7 Rafi Ahsan 3 4 4 4 3 18 90
8 Rahes Muhammad 3 4 4 4 3 18 90
Alghifary
9 Shelena Fadya 3 3 3 3 3 15 75
Novelita
10 Wildan Putra Pratama 3 4 3 3 4 17 85

Jumlah 172 855


Rata- 17,2 85,5%
rata
Keterangan:
Hal yang diamati dalam observasi motivasi belajar siswa :
1. Tekun menghadapi tugas
2. Ulet menghadapi kesulitan
3. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal
4. Dapat mempertahankan pendapatnya
5. Lebih senang bekerja mandiri
Data motivasi siswa yang diperoleh melalui observasi, jika dikategorikan
akan didapat tabel:
48

Tabel 21. Kategori Motivasi Peserta Didik Siklus III


No. Kategori Jumlah Siswa Persentase
1 Sangat Tinggi (86 – 100%) 5 50 %
2 Tinggi (70 – 85%) 5 50 %
3 Sedang (55 – 69%) 0 0%
4 Rendah (40 – 54%) 0 0%
5 Sangat Rendah (0 – 39%) 0 0%
Jumlah 10 100%

Gambar 18. Grafik Observasi Motivasi Belajar Siklus III


120

100

80

60

40

20

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

No. Urut/ Persentase

Terlihat bahwa untuk semua level kategori, maka kategori sangat


tinggi didominasi peserta didik (5 peserta didik dari jumlah 10 peserta didik,
50%). Tingkat motivasi tinggi diraih oleh 5 peserta didik (50 %) dan
motivasi sedang 0 peserta didik (0 %). Dari hasil observasi siklus III
diperoleh data bahwa rata-rata motivasi peserta didik meningkat sebesar
5,5% (kondisi siklus 2 rata-rata motivasi belajar yaitu 80, kemudian
meningkat menjadi 85,5).
Sedangkan untuk hasil refleksi prestasi belajar peserta didik siklus III
dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
49

Tabel 22. Hasil Prestasi Belajar Peserta Didik Siklus 3


No Nama Siklus 3 Ket
1 Clara Sabrina Wulan 100 T

2 Derren Febian 100 T

3 Jaka Aldi Pratama 80 T

4 Julian Prakoso 80 T

5 Khoerul Anam Saputra 100 T

6 Niara Putri 80 T

7 Rafi Ahsan 80 T

8 Rahes Muhammad Alghifary 80 T

9 Shelena Fadya Novelita 80 T

10 Wildan Putra Pratama 80 T

Jumlah 860
Rata- 86
rata
Ket :
T = Tuntas
BT = Belum tuntas
Dengan melihat data tabel 22 terlihat peningkatan jumlah
ketuntasan belajar siswa secara signifikan (dari 8 menjadi 10 peserta didik
pada siklus III). Nilai rerata prestasi belajar peserta didik juga mengalami
peningkatan (dari 80,2 menjadi 86). Untuk lebih memudahkan mengamati
tingkat ketuntasan belajar Bahasa Indonesia siswa, dapat dilihat pada tabel
berikut
.
Tabel 23. Ketuntasan Belajar Siklus III
Muatan Mata TUNTAS TIDAK TUNTAS
Pelajaran Jumlah % Jumlah %
Bahasa Indonesia 10 100 0 0
50

Gambar 19. Grafik Hasil Prestasi Belajar Peserta Didik Siklus 3


120

100

80

60

40

20

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

No. Urut/ Nilai

Sesuai dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan, pada


aspek prestasi belajar, penelitian dinyatakan berhasil karena sudah semua
peserta didik yang hadir pada waktu pembelajaran Tematik dengan model
Discovery Learning dengan bantuan media Magic Box telah mencapai nilai
di atas KKM 75.
 Keberhasilan
 Pembelajaran menggunkan media Magic Box berimbas positif pada
perubahan motivasi peserta didik dalam pembelajaran
 Peserta didik sudah berani menceritakan pengalaman sebagai warga
Negara dan memberikan saran tentang suatu masalah
 Peningkatan rata-rata kelas dari 80,2 sebelum perbaikan siklus III
menjadi 86 setelah perbaikan siklus III.
 Kekurangan
 Pada saat antrian mencuci tangan peserta didik masih belum menjaga
jarak aman, karena jarak antara peserta didik dengan peserta didik
lainnya masih terlalu mepet, maka pada saat penelitian yang akan
datang semoga lebih baik lagi dengan memperhatikan jarak aman
antar peserta didik.
 Pada saat pembelajaran masih ada peserta didik yang memakai masker
akan tetapi faceshield ditaruh diatas kepala, untuk pembelajaran yang
akan datang semoga tidak terjadi dan lebih baik lagi.
51

E. Pembahasan Tiap dan Antar Siklus


Dari hasil tindakan yang dilakukan baik pada siklus I, siklus II ataupun
siklus III terlihat adany.a peningkatan motivasi dan prestasi belajar peserta
didik kelas III SDN Bantarpanjang 04
Peningkatan motivasi dan hasil belajar Tematik melalui model
Discovery Learning pada peserta didik kelas III SDN Bantarpanjang 04
menunjukkan hasil yang baik. Hal ini ditunjukkan dengan adanya
peningkatan hasil prestasi belajar peserta didik dan peningkatan motivasi
peserta didik dalam mengikuti pembelajaran Tematik.
1. Peningkatan Motivasi Belajar Tematik
Dari hasil tindakan yang dilakukan baik pada siklus I, siklus II ataupun
siklus III terlihat adanya peningkatan motivasi belajar peserta didik kelas III
SDN Bantarpanjang 04. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata motivasi
belajar peserta didik mengalami peningkatan sebesar 17% yaitu dari rata-rata
motivasi siklus I, 63% menjadi 80% pada siklus II dan meningkat lagi
menjadi 5,5 % yaitu dari rata-rata motivasi siklus II 80% menjadi 85,5%.
Artinya penerapan model Discovery Learning dengan bantuan media Magic
box dalam pembelajaran Tematik dapat meningkatkan motivasi belajar
Tematik bagi peserta didik kelas III.
Hasil tindakan yang dilakukan pada siklus I, siklus II dan siklus III
menujukkan bahwa motivasi belajar peserta didik kelas III SDN
Bantarpanjang 04 dalam mata pelajaran Tematik telah mencapai KKM
(kriteria ketuntasan minimal) yang ditetapkan pihak sekolah yaitu 75%.
Terlihat bahwa untuk semua level kategori, maka kategori tinggi didominasi
peserta didik (5 peserta didik dari jumlah 10 peserta didik, 50%). Tingkat
motivasi minimal tinggi diraih oleh 5 peserta didik (50%) dan motivasi
sedang 0 peserta didik (0%). Dari hasil observasi siklus II diperoleh data
bahwa rata-rata motivasi peserta didik meningkat sebesar 17% (kondisi siklus
1 rata-rata motivasi yaitu 63%, kemudian meningkat menjadi 80%) dan dari
observasi siklus III diperoleh data bahwa rata-rata motivasi peserta didik
meningkat sebesar 5,5% (kondisi siklua II rata-rata motivasi yaitu 80%
kemdian meningkat menjadi 85,5%) dapat dilihat dalam tabel 24.
52

Tabel 24. Motivasi Belajar Bahasa Indonesia Prasiklus, Siklus I, II, dan III
Pra Prose Siklus 1 Prose Siklus 2 Prose Siklus 3 Prose
Siklu ntase ntase ntase ntase
No Nama
s

1 Clara Sabrina 15 70 18 90 18 90 19 95
Wulan
2 Derren Febian 18 90 19 95 19 95 20 100
3 Jaka Aldi Pratama 7 35 10 50 15 75 15 75
4 Julian Prakoso 7 35 10 50 15 75 16 80
5 Khoerul Anam 8 40 14 70 18 90 19 90
Saputra
6 Niara Putri 7 35 10 50 15 75 15 75
7 Rafi Ahsan 7 35 10 50 15 75 18 90
8 Rahes Muhammad 8 40 13 65 16 80 18 90
Alghifary
9 Shelena Fadya 7 35 10 50 13 65 15 75
Novelita
10 Wildan Putra 8 40 12 60 16 80 17 85
Pratama
Jumlah 84 455 126 630 160 800 172 855
Rata-rata 8,4 45,5% 12,6 63% 16 80 17,2 85,5%
%
Berdasarkan tabel maka dapat digambarkan perbandingan antara
motivasi belajar pra siklus, siklus I, II, dan III pada grafik di bawah ini :

Gambar 20. Grafik Perbandingan Motivasi Belajar


Antar Siklus
120

100

80

60

40

20

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Pra Siklus Siklus I siklus II siklus III


53

Grafik perbandingan motivasi antar siklus menyajikan hasil motivasi


belajar siswa setelah tindakan yang dilakukan dari pra siklus hingga siklus
III. Pada siklus I hasil observasi nilai rata-rata kelas tentang motivasi
belajar masih belum mencapai 80% yang merupakanindikator keberhasilan.
Menurut guru kelas III, 5 orang peserta didik mempunyai kemampuan
motivasi yang rendah disebabkan karena menggunaan alat peraga dan
posisi tempat duduk yang belum maksimal.
Hasil tindakan yang dilakukan pada siklus II menujukkan bahwa
hasil observasi nilai rata-rata kelas tentang motivasi belajar sudah mencapai
nilai 80%, yang artinya hanya 2 peserta didik yang motivasinya rendah.
Sehingga sudah mencapai indikator yang ditetapkan.
Hasil tindakan yang dilakukan pada siklus III menujukkan bahwa
hasil observasi nilai rata-rata kelas tentang motivasi belajar sudah mencapai
nilai 85,5%, yang artinya tidak ada peserta didik yang motivasinya rendah.
Sehingga sudah mencapai indikator yang ditetapkan.

2. Peningkatan Prestasi Tematik


Dari hasil tindakan yang dilakukan baik pada siklus I, siklus II
ataupun siklus III terlihat adanya peningkatan prestasi belajar peserta didik
kelas III SDN Bantarpanjang 04, hasil penelitian menunjukkan rata-rata
prestasi belajar peserta didik mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus
II sebesar 17% yaitu dari rata-rata prestasi awal 63% menjadi 80% dan
mengalami peningkatan dari siklus II ke siklus III sebesar 5,8 yaitu dari rata-
rata prestasi awal 80,2 menjadi 86. Artinya penerapan model Discovery
Learning dengan bantuan media Magic box dalam pembelajaran Tematik
dapat meningkatkan prestasi belajar Tematik bagi peserta didik kelas III.
Hasil tindakan yang dilakukan pada siklus I, siklus II dan siklus III
menujukkan bahwa seluruh prestasi belajar peserta didik kelas III SDN
Bantarpanjang 04 dalam mata pelajaran Tematik telah mencapai KKM
(kriteria ketuntasan minimal) yang ditetapkan pihak sekolah yaitu 75. Dari
hasil tindakan dapat dilihat seluruh peserta didik telah memperoleh nilai
diatas KKM. Hasil prestasi belajar Tematik sebelum dan sesudah dilakukan
tindakan secara lengkap dapat dilihat dalam tabel 25.
54

Tabel 25 . Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Prasiklus, Siklus I, II, dan Siklus III
Awal Ket Siklus Ket Siklus Ket Siklus Ket
No Nama
1 2 3

1 Clara Sabrina 70 BT 80 T 90 T 100 T


Wulan
2 Derren 80 T 90 T 95 T 100 T
Febian
3 Jaka Aldi 40 BT 70 BT 76 T 80 T
Pratama
4 Julian Prakoso 30 BT 60 BT 75 T 80 T
5 Khoerul Anam 70 BT 80 T 90 T 100 T
Saputra
6 Niara Putri 40 BT 50 BT 70 BT 80 T
7 Rafi 45 BT 70 BT 76 T 80 T
Ahsan
8 Rahes 40 BT 70 BT 80 T 80 T
Muhammad
Alghifary
9 Shelena Fadya 35 BT 50 BT 70 BT 80 T
Novelita
10 Wildan Putra 50 BT 70 BT 80 T 80 T
Pratama
Jumlah 500 690 802 860
Rata-Rata 50 69 80,2 86

Tabel 26. Ketuntasan Belajar Siswa Antar Siklus


SIKLUS TUNTAS TIDAK TUNTAS
Jumlah % Jumlah %
Pra Siklus 1 10 9 90
Siklus I 3 30 7 70
Siklus II 8 80 2 20
Siklus III 10 100 0 0
55

Gambar 21. Grafik Perbandingan Prestasi Belajar


Antar Siklus
120

100

80

60

40

20

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Pra Siklus Siklus I siklus II Siklus III

Pada gambar 21 menyajikan hasil prestasi belajar peserta didik setelah


tindakan yang dilakukan pada siklus I, siklus II dan siklus III. Pada siklus I
seluruh peserta didik belum mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal
yang ditetapkan sekolah yaitu 75. Menurut guru kelas III, 2 orang peserta
didik mempunyai kemampuan prestasi yang rendah disebabkan karena
tingkat pendidikan orang tua rendah dan pekerjaan orang tuanya sebagai
buruh sehingga prestasi belajar peserta didik juga kurang diperhatikan
dengan baik. Tingkat pendidikan orang tua mempengaruhi prestasi peserta
didik, orang tua yang tingkat pendidikannya rendah cenderung acuh dan
tidak terlibat dalam proses belajar peserta didik. Sedangkan 4 peserta didik
yang lain masuk dalam kategori siswa dengan prestasi sedang, namun belum
termotivasi saat pelaksanaan siklus I.
Hasil tindakan yang dilakukan pada siklus II menujukkan bahwa
seluruh prestasi belajar peserta didik dalam mata pelajaran Tematik telah
mencapai KKM (kriteria ketuntasan minimal) yang ditetapkan pihak sekolah
yaitu 75. Peserta didik yang berprestasi rendah dapat mencapai standar
KKM walaupun nilainya sama dengan KKM. Melalui penerapan model
Discovery Learning dengan bantuan media Magic box dalam pembelajaran
Tematik ditemukan bahwa prestasi belajar peserta didik mengalami
56

peningkatan dari rata-rata kelas 69 menjadi 80,2 artinya mengalami


kenaikan 11,2.
Hasil tindakan yang dilakukan pada siklus III menujukkan bahwa
seluruh prestasi belajar peserta didik dalam mata pelajaran Tematik telah
mencapai KKM (kriteria ketuntasan minimal) yang ditetapkan pihak sekolah
yaitu 75. Semua peserta didik nilainya sudah diatas KKM. Melalui
penerapan model Discovery Learning dengan bantuan media Magic box
dalam pembelajaran Tematik ditemukan bahwa prestasi belajar siswa
mengalami peningkatan dari rata-rata kelas 80,2 menjadi 86 artinya
mengalami kenaikan 5,8.
Dengan tercapainya nilai hasil observasi motivasi dan nilai prestasi
belajar menandakan siklus hanya dilakukan sampai siklus ke 3, karena
sudah terjadi peningkatan nilai sesuai indikator keberhasilan. Hal ini juga
menunjukkan bahwa penggunakan Metode Discovery Learning dengan
bantuan media Magic Box dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar
siswa kelas III SDN Bantarpanjang 04 pada Mapel Tematik.
57

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh dalam pelaksanaan tidakan
tentang upaya meningkatkan motivasi dan prestasi belajar Tematik melalui
metode Discovery Learning dengan berbantukan media Magic Box pada siswa
kelas III SD Negeri Bantarpanjang 04 semester 2 tahun pelajaran 2021/2022
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Penggunaan model Discovery Learning dengan berbantukan media Magic
box yang dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar Tematik pada
peserta didik kelas III SDN Bantarpanjang 04 yaitu dengan berbantukan
media Magic Box sehingga untuk memicu kreativitas dan ketrampilan
peserta didik dalam menyusun kalimat acak dan kalimat membuat saran.
2. Peningkatan prestasi rata-rata melalui penerapan metode Discovery
Learning dengan berbantukan Magic box dalam pembelajaran Tematik
ditemukan bahwa prestasi belajar peserta didik mengalami peningkatan
dari rata-rata kelas 50 saat pra siklus menjadi 86 pada siklus III.
3. Motivasi belajar siswa dalam mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia tinggi,
terlihat bahwa kategori sangat tinggi dicapai 5 siswa (50%), kategori tinggi
5 siswa (50%) dan kategori sedang hanya 0 siswa (0%). Rerata motivasi
siswa dalam pembelajaran mencapai 85,5%.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dalam penelitian ini, maka dapat diajukan
saran sebagai berikut.
1. Bagi Siswa
Hasil penelitian pembelajaran Tematik melalui model Discovery
Learning dengan berbantukan media Magic Box hendaknya diperhatikan
sebaik mungkin sehingga dapat dijadikan motivasi untuk meningkatkan
motivasi dan prestasi belajar peserta didik kelas III.

57
58

2. Bagi Guru Sekolah Dasar


a. Hasil penelitian pembelajaran Tematik menggunakan metode Discovery
Learning dengan berbantukan media Magic Box dapat digunakan
sebagai bahan kajian atau referensi dalam pengembangan ketrampilan
guru mengadakan variasi kegiatan pembelajaran.
b. Hasil penelitian pembelajaran Tematik pada peserta didik kelas III
melalui metode Discovery Learning dengan berbantukan media Magic
Box dapat ditularkan pada guru lain dan dapat dijadikan pedoman dalam
kegiatan pembelajaran di kelas diluar kegiatan penelitian.
c. Pembelajaran ini dapat ditularkan dan dikembangkan pada guru lain,
misalkan melalui kegiatan KKG sehingga permasalahn yang sering
ditemukan di kelas khususnya dalam pembelajaran Tematik dapat
diatasi dengan baik.
3. Bagi Sekolah
Hasil penelitian dapat dikembangkan dan ditindaklanjuti lagi agar
motivasi dan hasil belajar peserta didik dapat terus dipertahankan dan terus
meningkat.
59

DAFTAR PUSTAKA

Addawami, Tijani. https://tijaniaddawami.blogspot.com/2019/02/langkah- langkah-

dalam- penelitian.html

Arikunto, Suharsimi. 2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: PT Renika Cipta

Asrori, Mohammad. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV Wacana

Prima

I.G.A.K Wardani, dkk. 2004. Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta:

Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Nani Rosdijati. (2008). Motivasi Belajar. Makalah. Disampaikan pada Workshop

KKG Guru Kelas UPT P&K kecamatan Kemiri kab. Purworejo.

Pramono, Joko,(2018).Penerapan Model Discovery Learning Berbantuan Media

Magic Box Materi Penulisan Pantun Pada Siswa Kelas IV SD N 2

Tulangan,Kec,Tulangan,Kab. Sidoarjo.

Refandi dkk. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar dan

Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta : CV.Timur Putra Mandiri.

Sajiono. (2008). “Keefektifan Pembelajaran”. Makalah. Disampaikan pada

Workshop KKG Guru Kelas UPT P&K kecamatan Kemiri kab. Purworejo.

Susanto, Ahmad. 2014. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.

Jakarta: Kencana.

https://www.academia.edu/19025362/Discover_learning

http://ruangbelajarmanper.blogspot.com/2017/11/media-

pembelajaran.html

Anda mungkin juga menyukai