Anda di halaman 1dari 34

1

A. Judul

Model Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan Berfikir


Kreatif Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI MAN 2 CIREBON

B. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu usaha yang ditempuh untuk


menyeimbangkan kehidupan yang akan dilalui setiap manusia. Hal ini juga
dikarenakan pendidikan mempunyai banyak manfaat dalam menjalankan
kelangsungan hidup setiap manusia, bahkan bisa menjawab permasalahan
kehidupan.

Undang-undang Republik Indonesia No. 20 bahwa “Pendidikan adalah


usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang”.

Pendidikan sebagai ilmu pengetahuan, pendidikan juga sebagai bekal,


karena dengan pendidikan sebagai salah satu syarat untuk mendapat pekerjaan,
Pendidikan juga proses untuk mempersiapkan setiap individu sebagai mahluk
yang mandiri bisa hidup berdiri sendiri, mahluk sosial dimana setiap individu
saling mempengaruhi dan saling membutuhkan satu sama lain, mahluk yang taat
dengan ajaran agamanya dengan ini setiap individu menjalankan aturan yang telah
ditetapkan oleh Tuhan YME.

Setiap satuan pendidikan diharapkan dapat menghasilkan keluaran atau


siswa yang berkualitas dan bermutu, berahlak baik, dan disiplin, trampil dan
cerdas, percaya diri dan aktif serta dapat bersaing secara adil bijaksana dalam
menghadapi era modernisasi dan dapat menyesuaikan dengan kehidupan saat ini
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain orang tua peran seorang
pendidik atau guru juga termasuk kategori terpenting dalam memberikan didikan
yang baik demi menghasilkan siswa yang baik pula. Dengan penerapan kurikulum
2

2013 saat ini diharapkan siswa dituntut lebih aktif. Sebagaimana tujuan
pendidikan menurut kurikulum 2013 yaitu meningkatkan kecerdasan.

Berkaitan dengan mata pelajaran ekonomi masih banyak siswa yang


menganggap mata pelajaran ekonomi adalah mata pelajaran hapalan. Karena
ekonomi merupakan hapalan yang didalamnya terdapat teori dan perhitungan
yang membutuhkan kemampuan penalaran, berhitung, dan ketelitian, ekonomi
termasuk pelajaran yang melibatkan hapalan.

Masih banyak siswa yang belajar hanya pada saat akan menghadapi ujian
yang pada gilirannya saat ujian siswa tidak dapat mengerjakan soal. Diketahui
pula sebagian besar siswa tidak menyelesaikan tugas ekonomi yang diberikan
dengan tepat serta sulitnya berkonsentrasi.

Siswa kurang mengembangkan pola berfikir kreatif dalan kegiatan


pembelajaran, seperti siswa tidak mempunyai kesempatan untuk bertanya maupun
menjawab pertanyaan, memaparkan pendapat dengan pendapat atau ide kreatif
yang iya miliki, dan tidak berkesempatan untuk membentuk kelompok diskusi
serta mempersentasikan hasil. Sisi lain kurangnya minat dan motivasi siswa siswa
dalam pembelajaran di kelas. Sebagian siswa tidak mampu menjawab pertanyaan
dengan baik. Kegiatan pembelajaran masih menggunakan kegiatan pembelajaran
berbasis guru (teacher center).

Kesulitan siswa dalam memahami materi diduga salah satunya


dipengaruhi oleh penerapan strategi pembelajaran oleh guru. Maka, perlu strategi
pembelajaran yang aktif, efektif, inovatif, partisipatif dan menyenangkan, di
dalam kegiatan pembelajaran siswa berpartisipasi mengembangkan pola berfikir
kreatif untuk melakukan, mencari, menemukan, memaparkan, dan menyimpulkan.

Penulis bermaksud menerapkan kegiatan pembelajaran yang lebih


menerapakan tingkat berfikir kreatif siswa, pengajaran yang melibatkan siswa
secara aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran dengan proses berpikir
kreatif mengkondisikan agar siswa mampu mengembangkan cara berpikir kreatif
yang akan disajikan melalui pendapatanya.
3

Keterampilan pemahaman dengan cara berpikir kreatif pada mata


pelajaran ekonomi penting dimiliki oleh siswa, karena bukan hanya mata
pelajaran yang bersifat teori dan konsep tetapi juga bersifat aplikatif. Sehingga
untuk dapat memahami mata pelajaran ekonomi, siswa perlu banyak membaca,
memahami serta latihan untuk beberapa tugas hitungannya. Untuk mengetahui
keterampilan berfikir kreatif ekonomi siswa, dapat dilihat arti penguasaan siswa
pada materi, yang ditunjukan dengan nilai tugas siswa selama mengerjakan tugas-
tugas yang diberikan oleh guru. Adapun indikator keterampilan tersebut
ditunjukan dengan menganalisa tugas-tugas ekonomi, latihan-latihan dengan cepat
dan benar. Serta dapat mengaplikasikan dalam lingkungan sehari-hari tanpa
melihat buku dan tanpa bertanya kepada teman maupun guru.

Kreativitas menurut, Moreno (Slameto 147:2013) yang terpenting dalam


kreativitas itu bukanlah penemuan sesuatu yang belum pernah diketahui orang
sebelumnya, melainkan bahwa produk kreativitas itu merupakan sesuatu yang
baru bagi diri sendiri dan tidak harus merupakan sesuatu yang baru bagi orang lain
atau dunia pada umumnya, misalnya seorang siswa menciptakan untuk dirinya
sendiri suatu hubungan baru dengan siswa/ orang lain.

Sebagai seorang pendidik seyogianya harus bisa memilih model


pembelajaran yang sesuai agar siswa dapat meningkatkan berfikir kreatif dalam
proses kegiatan belajar mengajar. Dari masalah tersebut peneliti mencoba
menggunakan model yang bisa meningkatkan berfikir kreatif siswa dalam
pembelajaran ekonomi.

Model menurut Sagala (2012:62) satu cara yang di terapkan untuk


meningkatan hasil belajar siswa selama proses kegiatan pembelajaran adalah
penerapan model pembelajaran, dalam proses belajar mengajar model
pembelajaran adalah pola yang di gunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembeajaran di kelas.

Salah satunya menggunakan model pembelajaran discovery learning menurut J.


Burner
4

”metode belajar yang mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan


menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip umum praktis contoh pengalaman.”

Berdasarkan uraian di atas bahwa formula yang tepat berkenaan dengan


keterampilan belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi adalah dengan
memposisikan guru sebagai fasilitator tertinggi dan menerapkan cara berpikir
kreatif siswa dalam kegiatan pembelajaran dikelas.

Berdasarkan pemikiran tersebut maka penulis akan mengadakan penelitian


dengan judul

” Model Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan Berfikir


Kreatif Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI MAN 2 Cirebon”

C. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan identifikasi


masalah sebagai berikut:

1. Respon siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas XI melalui model


pembelajran Discovery Learning MAN 2 Cirebon.
2. Berfikir kreatif siswa pada mata pelajaran ekonomi
3. Model Pembelajaran Discoverly Learning Untuk Meningkatkan Berpikir
Kreatif Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI .
2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas , maka perlu
diadakan pembatasan masalah. Hal ini di maksudkan untuk memperjelas
permasalahan yang ingin diteliti serta agar lebih terfokus dan mendalam
mengingat luasnya permasalahan yang ada. Penelitian ini hanya memfokuskan
permasalahan pada:
1. Penelitian di laksanakan pada siswa jurusan IPS kelas XI.
2. Materi yang diberikan tentang ketenagakerjaan mengenai pengangguran.
5

3. Strategi pembelajaran yang diberikan pada perserta didik adalah


megembangkan berpikir kreatif siswa dalam proses pembelajaran.
D. Rumusan Masalah
Menurut latar belakang diatas maka penulis akan merumuskan masalah
dalam penelitian yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana respon siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas XI melalui
model pembelajaran discovery learning ?
2. Bagaimana penigkatan berfikir kreatif siswa pada mata pelajaran ekonomi
setelah menggunakan model pembelajaran discovery learning ?
3. Bagaimana aktivitas siswa dalam mata pelajaran ekonomi dengan model
pembelajaran discovery learning kelas XI ?
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui respon siswa saat belajar dengan menggynakan model
pembelajaran discovery learning dalam mata pelajaran ekonomi kelas XI
MAN 2 Cirebon.
2. Untuk mengetahui sejauh mana peningkatan berfikir kreatif siswa setelah
menggunakan model pembelajaran discovery learning.
3. Untuk mengetahui bagaimana aktivitas siswa dalam mata pelajaran
ekonomi dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning
siswa kelas XI MAN 2 Cirebon.

F. Manfaat Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan penulis mengharapkan penelitian akan
bermanfaat untuk :
a. Manfaat teorits
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi
pendidikan di Indonesia. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat
digunakan sebagai bahan acuan dan pertimbangan untuk penelitiaan yang
sejenis.
b. Manfaat praktis
(1) Bagi Siswa
6

Penelitian ini di harapkan dapat dijadikan refleksi dan kritikan


untuk diri siswa agar memperbaiki sikap siswa pada mata pelajaran
ekonomi dan pengembangan berpikir kreatif siswa dalam belajar ekonomi
berupaya keterampilan belajar ekonomi siswa dapat meningkat.

(2) Bagi Guru Mata Pelajaran Ekonomi


Acuan untuk mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Berupaya
menerapkan model, metode, dan strategi pembelajaran lainnya dalam
kegiatan belajar mengajar. Berupaya meningkatkan aktivitas siswa pada
mata pelajaran ekonomi.
(3) Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi
dalam proses belajar mengajar disekolah dalam rangka meningkatkan
keterampilan belajar ekonomi siswa.
(4) Bagi Peneliti
Penelitaian ini diharapkan dapat dijadikan pengalaman dan bekal
bagi peneliti sebagai pendidik dimasa mendatang, serta
pengimplementasian teori yang telah didapatakn selama perkuliahan.

G. Definisi Operasional Variabel


Penelitian ini terdapat dua variabel model pembelajaran discovery learning
(variabel bebas) dan pengembangan berpikir kreatif siswa (variabel terikat). Agar
tidak terjadi perbedaan terhadap istilah dalam penelitian ini, maka penulis
memberikan penjelasan untuk istlah-istilah tersebut.
1. Discovery Learning
1. Variabel X dalam penelitian ini adalah discovery learning. (Hosnan ,
2014:280)
”Model pembelajaran discovery learning, discovery (penemuan)
merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan
pandangan konstruktivisme. Model ini menekankan pentingnya
7

pemahaman struktur atau ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu,


melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.”
Jerome Bruner (Hosnan 2014:281)
”discovery learning adalah metode belajar yang mendorong siswa untuk
mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip
umum praktis contoh pengalaman”.
2. Indikator dari variabel X ini yaitu:
a) Membentuk kelompok untuk memecahkan masalah, mendorong
partisipasi, dan mempersentasikan hasilnya didepan kelas.
b) Berpikir kreatif dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan
guru dan menyelesaikan dengan tepat waktu.
c) Berani bertanya, mengajukan pendapat, serta mengungkapkan
kritik-kritik yang relevan
d) Menjalin hubungan sosial dan menghormati perbedaan indivisu
sebagai bentuk interaksi pembelajaran.
e) Berkesempatan menggunakan berbagai sumber belajar.
2. Berpikir Kreatif siswa pada mata pelajaran ekonomi
Variabel Y dalam penelitian ini adalah berfikir kreatif Evans (1991)
”berfikir kreatif adalah suatu aktivitas mental untuk membuat hubungan-
hubungan (conection) yang terus menerus (kontinu), sehingga ditemukan
kombinasi yang benar atau sampai seseorang itu menyerah”. Proses individu
untuk memunculkan ide baru yang dimunculkan sebagai hasil dari proses berfikir
tersebut.

Kreativitas menurut, Moreno (Slameto 147:2013) yang terpenting dalam


kreativitas itu bukanlah penemuan sesuatu yang belum pernah diketahui orang
sebelumnya, melainkan bahwa produk kreativitas itu merupakan sesuatu yang
baru bagi diri sendiri dan tidak harus merupakan sesuatu yang baru bagi orang lain
atau dunia pada umumnya, misalnya seorang siswa menciptakan untuk dirinya
sendiri suatu hubungan baru dengan siswa/ orang lain.
8

H. KAJIAN PUSTAKA

1. Pengertian Model Pembelajaran Discovery Learning

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, untuk menjadi seorang


pengajar tidaklah mudah. Seorang pengajar harus pintar-pintar memilih metode,
memilih bahan ajar serta memilih cara mengajar yang berbeda untuk
membangkitkan semangat siswa dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran
ini akan mendukung keberhasilan siswa dalam melaksanakan pembelajaran
khususnya pembelajaran ekonomi, karena dengan menggunakan model
pembelajaran ini siswa dituntun aktif dan brfikir kritis pasa saat proses
pembelajaran. Sehingga keberhasilan siswa dapat tercapai sampa ketujuan
pembelajaran.

Pengertian Model Pembelajaran Discovery Learning

(Hosnan, 2014:280) ”Model pembelajaran discovery learning, discovery


(penemuan) merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan
berdasarkan pandangan konstruktivisme. Model ini menekankan pentingnya
pemahaman struktur atau ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu, melalui
keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.”

Wilcox (Slavin, 1997) (Hosnan 2014:281), ” in the learning of the student


in the stroller to learn most throught the invo;vement of the active they with the
concept and priciples, and the teacher encourage student to have exeriments
allowing them instell the principiles for themselves”

”dalam pembelajaran dengan penemuan, siswa didorong untuk belajar sebagian


besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-
prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan
percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri
mereka sendiri.”
9

Jerome Bruner (Hosnan 2014:281) ”Discovery learning is learning


methods that encourage students to ask question and draw consucion of the
principles of common pratical”. ”discovery learning adalah metode belajar yang
mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari
prinsip-prinsip umum praktis contoh pengalaman. Hal yang menjadi dasar
J.bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakn bahwa anak harus berperan
secara aktif di dalam belajar dikelas.”

Bell (Hosnan 2014:281) ”learn to discovery is learning that occrurs most


of the student manipulatr, making the structur and transformation in such so he
implanted information learn student”. ”belajar penemuan adalah belajar yang
terjadi sebagai hasil dari siswa memanipulasi, membuat struktur dan
mentransformasikan informasi sedemikian sehingga ia menemukan informasi
baru.”

(Hamdani, 2010:184) Discovery (Penemuan) adalah proses mental ketika


siswa mengasimilasikan suatu konsep atau suatu prinsip. Apunproses mental,
misalnya mengamati, menjelaskan, mengelompokan, membuat kesimpulan, dan
sebagainya. Konsep misalnya bundar, segitiga, demokrasi, energy dan sebagainya.
Sedangkan prinsip, misalnya setiap logam apabila dipanaskan memuai.

Hosnan (2014:282) ”pembelajaran discovery learning adalah suatu model


untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri,
menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam
ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa. Dengan belajar penemuan, anak juga
bisa belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri problem yang
dihadapi. Kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat. ”

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut penulis analisis bahwa


penggunaan model pembelajaran discovery learning baik digunakan dalam proses
pembelajaran, karena menuntut siswa berperan aktif dalam kegiatan belajar
mengajar dan sesuai dengan kurikulum yang disarankan oleh pihak pemerintah,
10

dimana untuk meningkatkan kualitas peserta didik diusahakan agar peserta didik
dapat ikut aktif secara langsung dalam belajar dengan cara mengemukakan ide-ide
baru, berpendapat sesuai dengan apa yang ia ketahui. Seain tu model
pembelajaran discovery learning menekankan kepada siswa agar mampu berfikir
kritis serta interaksi yang aktif pada diri siswa sehingga proses pembelajaran dapat
berlangsung sesuai dengan apa yang ingin dicapai oleh seorang guru secara
individu juga belajar secara berkelompok.
2. Karakteristik Discovery Learning
Setiap model pembelajaran memiliki ciri khas masing-masing seperti
halnya model pembelajaran discovery learning. Ada beberapa hal yang menjadi
ciri utama model pembelajaran discovery learning menurut (Hosnan ,2014:284),
menegaskan bahwa ciri utama belajar menemukan yaitu (1) mengeksplorasi dan
memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan, dan
menggenerelasasi pengetahuan; (2) berpusat pada siswa; (3) kegiatan untuk
menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada.
Pembelajaran Discovery Learning pada dasarnya digunakan untuk
membantu mengembangkan proses berfikir siswa dalam menyelesaikan masalah
adapun tujuan dari masalah yang disajikan sebelum siswa mempelajari konsep
pelajaran ialah, siwa diharapkan dapat aktif dalam proses pembelajaran. Menurut
(Hanafiah , 2010:78), menegaskan bahwa model pembelajaarn discovery learning
yaitu sebagai berikut:
1. Membangun komitmen (commitment bulding), dikalangan peserta didik
untuk belajar, yang diwujudkan dengan keterlibatan, kesungguhan, dan
loyalitas terhadap mencari dan menemukan sesuatu dalam proses
pembelajaran.
2. Membangun sikap aktif, kreatif, dan inovatif dalam proses pembelajaran
dalam rangka mencapai tujuan pengajaran.
3. Membangun sikap peracaya diri (self confidence) dan terbuka (openess)
terhadap hasil temuannya.
11

Model pembelajaran discovery learning merupakan model pembelajaarn yang


menekankan pada siswa untuk berfikir kritis dalam menyeselaikan suatu masalah,
sehingga menjadikan siswa lebih percaya diri terhadap apa yang telah mereka
pelajari. Adapun karakteristik discovery learning menurut (Modul pelatihan
Implementasi kurikulum 2013:211), dengan mengaplikasikan metode Discovery
Learning secara berulang-ulang dapat meningkatkan kemampuan penemuan diri
individu yang bersangkutan. Penggunaan metode Discovery Learning, ingin
mengubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah
pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented. Mengubah modus
ekspositori siswa hanya menerima nformasi secara keseluruhan dari guru ke
modus Discovery siswa menemukan informasi sendiri.
Berdasarkan pendapat tersebut tentang ciri-ciri model pembelajaran
Discovery Learning memiliki kesamaan yaitu menyelesaikan suatu pemasalahan
yang ada dengan cara sendiri atau menggunkan pengetahuan baru atau
pengetahuan yang sudah ada, agar terselesaikannya masalah tersebut, selain itu
ciri yang lainnya memberikan stimulasi kepada peserta didik agar peserta didik
mampu memaksimalkan pengetahuan yang di miliki.

3. Langkah-langkah Proses Pembelajaran Discovery Learning


Langkah-langkah pembelajaran merupakan tahapan kegiatan yang harus
dilakukan oleh seorang guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Pada langkah
awal pembelajaran secara umum guru harus menarik perhatian siswa terlebih
dahulu, harus memotivasi siwa agar siswa dapat dengan siap mengikuti proses
pembelajaran, menyampaikan tujuan pembelajaran bagaimana, membuat
keterkaitan antara dengan pelajaran yang akan disampaikan dan diakhiri dengan
evaluasi sebagai hasil akhir proses pembelajaran.
Sedangkan langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran Discovery
Learning (Yunus Abidin, 2014:177). Menurut Syah (2004) ”dalam
mengaplikasikan metode Discovery di proses pembelajaran, ada beberapa tahapan
pembelajaran yang harus dilaksanakan”. Tahapan pembelajaran yang harus
12

dilaksanakan. Tahapan atau langkah-langkah tersebut secara umum dapat


diperinci sebagai berikut
Stimulasi
Pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menmbulkan
kebingungan dan dirangsang untuk melakukan kegiatan penyelidikan guna
menjawab kebingungan tersebut. Kebingunan dalam diri siswa ini sejalan
dengan adanya informasi yang belum tuntas disajikan guru.
Menyatakan Masalah
Pada tahap ini siswa diarahkan untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin
masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya
dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis.
Pengumpulan Data
pada tahap ini siswa ditugaskan untuk melakukan kegiatan eksplorasi,
penciran, dan penulusuran dalam rangka mengumpulkan informasi
sebanyak—banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar hipotesis
yang telah diajukannya. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui aktivitas
wawancara, kunjungan lapangan, dan atau kunjungan pustaka.
Pengolahan Data
Pada tahap ini siswa mengola data dan nformasi yang telah diperolehnya
baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya lalu ditafirkan.

Pembuktian
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan
temuan alternative, dihubungkan dengan hasil pengolahan data.
Menarik Kesimpulan
Pada tahap ini siswa menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan
prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sam,
dengan memperhatika hasil verifikasi.
13

Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran Discovery Learning (Hosnan,


2014:285), menurut Markaban (2006:16), agar pelaksanaan model pembelajaran
penemuan terbimbing ini berjalan dengan efektif, beberapa langkah yang mesti
ditempuh oleh guru adalah sebagai berikut:
Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data
secukupnya, perumsannya harus jelas, hindari pernyataan yang
menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang ditempuh siswa tidak salah.
a. Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses,
mengorganisir, dan menganalisis data tersebut. Dalam hal ini, bimbingan
guru dapat diberikan sejauh yang diperlukan saja. Bimbingan ni sebaiknya
mengarahkan siswa untuk melangkah ke arah yang hendak dituju, melalui
pertanyaan-pertanyaan, atau LKS.
b. Siswa menyusun konjektur (parkiraan) dari hasil analisis yang
dilakukannya.
c. Bila dipandang perlu, konjektur yang telah dibuat siswa tersebut diatas
diperiksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk meyakinkan
kebenaran prakiraan siswa, sehingga akan menuju arah yang hendak
dicapai.
d. Apabila telah diperoleh kepastian tenteng kebenaran konjektur tersebut,
maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga kepada siswa untuk
menyusunnya. Disamping itu, perlu diingat pula bahwa induksi tidak
menjamin 100% kebenaran konjektur.
e. Sesudah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru menyediakan
soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa apakah hasil penemuan
itu benar.
(Hanafiah, 2010:78) menyatakan bahwa langkah-langkah model
pembelajaran Discovery di antaranya:
Mengidentifikasi kebutuhan siswa, seleksi pendahuluan terhadap konsep
yang akan dipelajari, seleksi bahan atau masalah yang akan dipelajari, menetukan
peran yang akan dilakukan masing-masing peserta didik, mencek pemahaman
peserta didik terhadap masalah yang akan diselidiki dan ditemukan,
14

mempersiapkan setting kelas, mempersiapkan fasilitas yang diperlukan,


memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan penyelidikan dan
penemuan, menganalisis sendiri atas data penemuan, merangsang terjadinya
dialog interakti anatara peserta didik, memberi penguatan kepada pesertadidik
untuk giat dalam melakukan penemuan, memfasilitasi peserta didik dalam
merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil temuanya.
Berdasarkan uraian diatas penulis akan menggunakan langkah-langkah
model pembelajaran menurut Syah (Yunus Abidin, 2014:177) karena dalam
langkah-langkah pembelajaran tersebut terdapat penejelasan yang sistematis dan
kalimatnya mudah dipahami.

4. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Discovery Learning


Model pembelajaran Discovery Learning merupakan model pembelajaran
yang banyak dianjurkan dalam proses pembelajaran karena memiliki beberapa
kelebihan dan kelemahan, suatu model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan
kelemahan.
Pendapat, (Hosnan, 2014:287) mengemukakan kelebihan dari discovery
learning yaitu:
Membantu peserta didik untuk memperbaiki dan menngkatkan
keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan
merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara
belajarnya. Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah
problem solving. Pengetahuan yang diperoleh melalui strategi ini sangat pribadi
dan ampuh karena menguatkan pengertian , ingatan dan transfer. Strategi ini
memmungkinkan peserta didik berkembang dengan cepat dan sesuai dengan
kecepatan sendirinya. Menyebabkan peserta didik mengarahkan kegiatan
belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motovasi sendiri. Strategi ini
dapat membantu peserta didik memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh
kepercayaan kepercayaan bekerja sama dengan yang lain. Berpusat paa pserta
didik dan guru berperan sma-sam aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan,
gurupun dapat bertindak sebagai peserta didik, dan sebagai peneliti didalam
15

situasi diskusi. Membantu peserta didik menghilangkan spektisme (keragu-


raguan) karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
Peserta didik akan mengerti konsep dasar ide-ide lebih baik. Membantu
dan mengembangkan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.
Mendorong peserta didik berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri. Mendorong
pesera didik berfikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri. Memberikan
keputusan yang bersifat intrinsic. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.
Menimbulkan rasa senang pada peserta didik, karena timbulnya rasa menyelidiki
dan berhasil. Proses belajar meliputi sesame aspeknya peserta didik menuju pada
pembentukan manusia seutuhnya. Mendodorng keterlibatan keaktifan siswa.
Menimbulkan rasa puas bagi siswa. Kepuasan batin ini mendorong ingin
melakukan penemuan lagi sehngga minat belajar meningkat. Siswa akan dapat
mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks. Dapat meningkatkan motivasi.
Meningkatkan tingkat penghargaan pada peserta didik. Memungkinkan peserta
didik belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar. Dapat
mengembangkan bakat dan kecakapan individu. Melatih siswa belajar mandiri.
Siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajra, sebab ia berfikir dan menggunakan
kemampuan untuk ,menemukan hasil akhir
Selain memiliki keungulan model pembelajaran discovery learning
memiliki kekurangan yaitu:
a. Guru merasa gagal mendeteksi masalah dan adanya kesalah pahaman
anara guru dengan siswa.
b. Menyita waktu banyak. Guru dituntut merubah kebiasaan mengajar yang
umumnya sbegai pemberi informasi menjadi fasilitator, motivator, dan
pembimbing siswa dalam belajar. Untuk seorang guru, ini bukan pekerjaan
yang mudah karena itu guru memelukan waktu yang bnyak, dan sering
kali gur mersa belumpuas kalau tidak banyak memberi motivasi dan
membimbing siswa belajara dengan baik.
c. Menyita pekerjaan guru.
d. Tidak semua siswa mampu melakukan penemuan.
e. Tidak berlaku untuk semua topik.
16

Menurut Marzano (1992) dalam (2014:288), selain kelebihan yang telah


diuraikan diatas, masih ditemukan beberapa kelebihan dari model penemuan itu,
yaitu sebagai berikut:
Siswa dapat berpartispasi aktif dalam pembelajaran yang disajiakan.
Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inquiry (mencari-menemukna).
Mendukung kemampuan problem solving siswa. Memberikan wahaana interaksi
antarsiswa, maupun siswa dengan guru, dengan demikian siswa juga terlatih untuk
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Materi yang dipelajari dapat
mencapai tingkat kemampuan yang tinggi dan lebih lama membekas karena siswa
dilibatkan dalam proses penemuan. Siswa belajar bagaimana belajar (learn how to
learn). Belajar menghargai diri sendiri. Memotivasi diri dan lebih mudah untuk
mentransfer. Pengetahuan bertahan lama dan mudah diingat. Hasil belajar
discovery mempunyai efek transfer yang lebih baik dari pada hasil lainnya.
Meningkatkan penalaran siswa dan lemampuan untuk berfikir bebas. Melatih
keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan
maslah tanpa pertolonga orang lain.
Adapun kelebihan dan kelemahan model pembelajaran discovery learning
menurut (Hanafiah, 2010:79) diantaranya sebagai berikut:
Membantu peserta didik untuk mengembangkan, kesiapan, serta
penguasaan keterampilan dalam proses kognitif; Peserta didik memperoleh
pengetahuan scara individual sehingga dapat dimengerti dan mngendap dalam
pikiran; Dapat memebangkitkan motivasi dan gairah belajar peserta didik untuk
belajar lebih giat lagi; Memberikan peluang untuk berkembang dan maju sesuai
dengan kemampuan dan minat masing-masing; Memperkuat dan menambah
kepercayaan pada diri sendiri dengan proses menemukan sendiri karena
pembelajaran berpusat pada pesrta didik dengan peran guru yang sangat terbatas ;
Selain memiliki keunggulan, model ini juga memiliki kelemahan antara
lain sebagai berikut:
Siswa harus memiliki kesiapan dan kematangan mental, siswa harus berani
dan berkeingininan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik; Keadaan
kelas di kita kenyatannya gemuk jumlah siswanya maka metoe ini tidak akan
17

mencapai hasil yang memuaskan; Guru dan siswa yang sudah sangat terbiasa
dengan PBM gaya lama maka metode Discovery ini akan megecewakan; Ada
kritik, bahwa proses dalam discovery terlalu mementingkan proses pengertian
saja, kurang memerhatikan perkembangan sikap dan keterampilan bagi siswa;
Setiap model pembelajaran memiliki kelemahan dan kelebihannya masing-
masing begitupun dengan model pembelajara discovery learning oleh karena itu
guru dituntut untuk mencegah setiap kelemahan agar tidak terjadi dan agar dapat
tercapai tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang dijadikan tujuan diantarnya
mengoptimalkan kegiatan pembelajaran agar tercapainya tujuan pembelajaran,
merencanakan proses kegiatan pembelajaran, menjadwalkan waktu kegiatan
pembelajaran setiap langkah pembelajaran.

B. Pengertian Berfikir Kreatif


1. Pengertian Berfikir Kreatif

Kreativitas menurut, Moreno (Slameto 147:2013) yang terpenting dalam


kreativitas itu bukanlah penemuan sesuatu yang belum pernah diketahui orang
sebelumnya, melainkan bahwa produk kreativitas itu merupakan sesuatu yang
baru bagi diri sendiri dan tidak harus merupakan sesuatu yang baru bagi orang lain
atau dunia pada umumnya, misalnya seorang siswa menciptakan untuk dirinya
sendiri suatu hubungan baru dengan siswa/ orang lain.

Berfikir kreatif merupakan pewujudan dari berpikir tingkat tinggi adapun


yang dimaksud dengan berfikir kreatif Evans (1991)
” Creative is a mental activities to make (conection) and (kontinu), so at
found the combination are trueborn the some one was given up”
menjelaskan bahwa berfikir kreatif adalah ”. Asosiasi kreatif terjadi
melalui pemikiran analogis. Asosiasi ide-ide baru. Jadi, berfikir kretif
mengabaikan hubungan-hubungan tersendiri. Pengertian ini menunjukan bahwa
berfikir reatif merupakn kegiatan mental untuk menemukan suatu kombinasi yang
belum dikenal sebelumnya.
18

Sedangkan menurut Johnson (2002)


” thinking creative is an activity mental pay attention to the authenticity
and or idea. thinking creative as opponents of thingking deksdruktif, involving the
search a chance to chang something to the better. thinking creative nor search
firmy organition process. thinking creative is a habit of thinking with sharp
intuition, move imagination, reveals the possibilities of the new open ideas
amazing and inspiring adeas not expect.”
berfikir kreatif merupakan suatu aktifitas mental yang memperhatikan
keaslian dan wawasan (ide). Berfikir kreatif sebagai lawan dari berfikir
desktruktif, melibatkan pencarian kesempatan untuk mengubah sesuatu menjadi
lebih baik. Berpikir kreatif idak secara tegas mengorganisasikan proses. Berfikir
kreatif merupakan suatu kebiasaan dari pemikiran yang tajam dengan intuisi,
menggerakan imaginasi, mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru,
membuka selubung ide-ide yang menakjubkan dan inspirasi ide-ide yang tidak
diharapkan.
Menurut Pehkonen (1997)
“ Thinking creative as a combination of thinking logical and thinking
divergen in a basic on intuisi but still in the consciousness when some one apply
thinking creative in a partice problem solving then thinking divergen that
intuitively produce a lot of the idea. this wiil be useful in finding now. “
memandang berfikir kreatif sebagai suatu kombinasi dai berfikir logis dan
berfikir divergen yang didasarkan pada instuisi tetapi masih dalam kesadaran.
Ketika seseorang menerapkan berfikir kreatif dalam suatu praktik pemecahan
masalah, maka pemikiran divergen yang intuitif menghasilkan banyak ide. Hal ini
akan berguna dalam menemukan penyelesaiannya.
Analisis dari pengertian berfikir kretif di atas bahwa berfikir kreatif
merupakan proses berfikir memunculkan de-ide yang baru yang belum pernah
ada.
Pengertian kreatif Slameto (145:2013) berhubungan dengan penemuan
sesuatu, mengenai hal yang menghasilkan sesuatu yang baru dengan
menggunakan sesuatu yang telah ada. Secara tradisional kreativitas dibatasi
sebagai mewujudkan sesuatu yang baru dalam kenyataan. Sesuatu yang baru itu
mungkin berupa perbuatan dan tingkah laku.
19

Penilaian kreativitas itu didasarkan pada keaslian tingkah laku yang


mereka laksanakan dalam banyak cara dan kesempatan dalam menghadapi
berbagai situasi belajar. Disamping itu dapat juga didasarkan pada kepekaan
mereka terhadap pengertian-pengertian tertentu serta penggunaan dalam
hidupnya.

Kreativitas menurut, Moreno (Slameto 147:2013) yang terpenting dalam


kreativitas itu bukanlah penemuan sesuatu yang belum pernah diketahui orang
sebelumnya, melainkan bahwa produk kreativitas itu merupakan sesuatu yang
baru bagi diri sendiri dan tidak harus merupakan sesuatu yang baru bagi orang lain
atau dunia pada umumnya, misalnya seorang siswa menciptakan untuk dirinya
sendiri suatu hubungan baru dengan siswa/ orang lain.

2. Ciri-ciri Individu Kreatif


Menurut Sund (1997) (Slameto 147:2013) menyatakan bahwa dengan
potensi kreatif dapat dikenal melalui pengamatan ciri-ciri sebagai berikut:
Hasrat keingintauan yang cukup besar, bersikap terbuka terhadap
pengalaman baru, panjang akal, keinginan untuk menemukan dan meneliti,
cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit, cenderung mencari jawaban
yang luas dan memuaskan, memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam
melaksanakan tugas, berfikir fleksibel, menanggapi pertanyaan yang diajukan
serta cenderung memberi jawaban lebih banyak, kemampuan membuat analisis
dan sitesis, memiliki semngat bertanya serta meneliti, memiliki daya abstrack
yang cukup baik, memiliki latar belakang membaca yang cukup luas.
3. Keterampilan Berfikir Kreatif
Keterampilan berpikir dapat dibedakan menjadi berpikir kritis dan
berpikir kreatif. Heri (2008: 17) dalam Dewi, dkk. 2010 mengatakan bahwa
kreatif merupakan suatu tujuan yang dicita-citakan dari kurikulum, oleh karena
itu kurikulum harus mampu mengembangkan sesuatu yang baru sesuai dengan
perkembangan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat pada masa
sekarang dan masa yang mendatang. Kurikulum harus mengandung hal-hal
yang dapat membantu setiap siswa untuk mengembangkan potensi yang ada
20

pada dirinya untuk memperoleh pengetahuan-pengetahuan baru, kemampuan


yang baru dan cara berfikir yang kreatif yang dibutuhkan dalam kehidupannya.
Munandar (2004: 37) dalam Dewi, dkk. 2010 mengatakan bahwa
indikator-indikator individu yang kreatif adalah mandiri dalam berpikir,
mempunyai prakarsa, mempunyai minat luas, senang berpetualang, melit (suka
bertanya/ rasa ingin tahu tinggi), penuh energi, percaya diri, bersedia
mengambil resiko dan berani dalam pendirian dan keyakinan.
Rahasia keberhasilan seorang wirausahawan yang penting adalah
kemampuan pengusaha untuk lebih kreatif dan memanfaatkan inovasi dalam
kegiatan bisnisnya sehari-hari. kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan
untuk menciptakan suatu produk baru. Produk baru artinya tidak perlu
seluruhnya baru, tapi dapat merupakan bagian-bagian produk saja ( Semiawan
dalam Alma, 2013: 71).
Carol Kinsey Goman dalam Alma (2013: 68) kreativitas ialah
menghadirkan gagasan baru bagi peneliti. Inovasi adalah penerapan secara
praktis gagasan yang kreatif. Jadi kreativitas adalah kemampuan untuk
membuat kombinasi baru atau melihat hubungan-hubungan baru antara unsur,
data, variabel yang sudah ada sebelumnya (Alma, 2013: 69).
1. Ciri-ciri Berfikir Kreatif
Berdasarkan analisis faktor, Guilford menemukan bahwa ada lima
sifat yang menjadi ciri kemampuan berfikir kreatif, yaitu :
a. Kelancaran (fluency) adalah kemampuan menghasilkan banyak gagasan.
b. Keluwesan (flexibility) adalah kemampuan untuk mengemukakan
bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah.
c. Keaslian (originality) adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan
dengan cara-cara yang asli sebagai hasil pemikiran sendiri.
d. Elaborasi (elaboration) adalah kemampuan untuk menguraikan sesuatu
secara rinci.
e. Pemaknaan kembali (redefinition) adalah kemampuan untuk meninjau.
21

Merujuk penjelasan tentang Berfikir Kreatif di atas, bahwa kreativitas


atau berfikir kreatif itu tidak hanya tentang berupa benda atau produk saja
melainkan perubahan suatu sifat dan sikap dari hasil proses belajar itu adalah
suatu belajar yang menggunakan berfikir kreatif. Selain itu, kemampuan
seseorang dalam hal memunculkan gagasan dan ide baru. Orang yang kreatif
adalah orang yang mampu menghasilkan sesuatu yang berbeda dari orang lain
dan mempunyai nilai yang lebih baik lagi.
2. Syarat-syarat orang kreatif
Roe dalam Frinces (2004) dalam Hadiyati 2010 menyatakan bahwa
syarat-syarat orang yang kreatif yaitu:
a. Keterbukaan terhadap pengalaman (openness to experience).
b. Pengamatan melihat dengan cara yang biasa dilakukan (observanvce
seeing things in unusual ways).
c. Keinginan (curiosity) Toleransi terhadap ambigui tas (tolerance of
apporites)
d. Kemandirian dalam penilaian, pikiran dan tindakan (independence in
judgement, thought and action)
e. Memerlukan dan menerima otonomi (needing and assuming autonomy)
f. Kepercayaan terhadap diri sendiri (self-reliance)
g. Tidak sedang tunduk pada pengawasan kelompok (not being subject to
group standart and control).
h. Ketersediaan untuk mengambil resiko yang diperhitungakan (willing to
take calculated risks).
3. Tahapan Berfikir Kreatif
Penyelesaian kreatif tahapan yang dilalui,yaitu sebagai berikut :
a. Persiapan (Mendefinisikan masalah, tujuan dan tantangan);
b. Inkubasi (Mencerna fakta dan mengolahnya dalam pikiran);
c. Iluminasi (Mendesak gagasan bermunculan ke permukaan);
d. Vertifikasi (Memutuskan apakah solusinya benar-benar memecahkan
masalah);
e. Aplikasi (Mengambil langkah menindaklanjuti solusi).
22

4. Faktor – faktor yang mempengaruhi berfikir kreatif


Berfikir kreatif tumbuh subur bila didukung oleh faktor personal dan
situasional, diantaranya yaitu sebagai betrikut:

a. Kemampuan Kognitif
Termasuk disini adalah kemampuan diatas rata-rata dan
fleksibilitas kognitif. Sedangkan telah kita ketahui potensi otak kita
sangat besar. Faktor pertama ini dapat kita penuhi dengan cara
mengoptimalkan potensi otak, salah satu caranya adalah dengan
Accelerated learning.
b. Sikap yang Terbuka
5. Indikator Berfikir Kreatif
Indikator berfikir kreatif, menurut Torrence (1968) dalam Lawson
A (1980). Ada beberapa indikator berfikir kreatif, diantaranya : Orang
kreatif mempersiapkan dirinya menerima stimuli internal dan eksternal.
Ini adalah komitmen pribadi yang sangat penting. Saat kita memiliki
sikap terbuka maka banyak informasi dan kesempatan yang dapat kita
manfaatkan untuk menjadi kreatif.
c. Sifat yang Bebas, Otonom, dan Percaya pada Diri
Orang kreatif tidak senang digiring ingin menampilkan diri
semampu dan semuanya, ia tidak terlalu terikat dengan konvensi-
konvensi sosial. Mungkin inilah sebabnya, orang-orang kreatif sering
dianggap gila.

a. Tahap Pendahuluan (Mempertinggi Antisipasi)


Menghadapi ketidakjelasan dan ketidakpastian; Pertanyaan untuk
peninggian harapan dan antisipasi; Membangun kesadaran akan masalah yang
dipecahkan, kemungkinan kebutuhan ke depan atau kesulitan yang dihadapi;
Membangun kedalam pengetahuan yang dimiliki siswa; Pertinggi kepedulian dan
hasrat ingin tahu; Membuat akrab/biasa suatu keanehan atau keganjilan;
Membebaskan dari set-set yang menghambat; Memandang informasi yang sama
23

dari sudut pandang yang berbeda; Pertanyaan proaktif untuk membuat


pembelajaran berfikir tentang info atau cara baru; Prediksi info terbata; Membuat
sasaran spesifik ajaran jelas, menunjukkan hubungan antara sasaran pembelajaran
dan masalah – masalah saat ini atau karir mendatang; Hanya struktur yang
memadai untuk memberikan petunjuk dan arah; Ambil satu atau lebih maju dari
apa yag diketahui; Siapkan secara fisik terhadap informasi yang dipresentasikan.
b. Tahap Penanamaan Konsep (Mempertemukan hal-hal yang diharapkan
dan tidak diharapkan dan amat yang diharapkan)
Menguatkan kesadaran tentang masalah dan kesulitan; Menerima
keterbatasan-keterbatasan secara membangun sebagai tantangan dari pada sinis,
dengan memperbaiki dari apa yang ada; Mendorong sifat-sifat atau
kecenderungan pribadi kreatif; Mempraktekkan proses pemecahan masalah kreatif
sesuai sistematika disiplin dalam menghadapi masalah dan informasi;
Menguraikan secara hati-hati dan sistematik terhadap informasi yang tersaji; Gali
dan uji sesuatu yang masih gelap dan mencoba memecahkannya penyajian
informasi kurang lengkap dan pembelajaran mengembangkan pertanyaan untuk
menutup kekurangan - kekurangan tersebut; Memilih hal - hal yang mungkin tidak
relevan; Menjaga senantiasa membuka keterbatasan; Buat hasil akhir teramalkan
secara utuh atau lengkap; Pencarian secara jujur dan realistis; Upaya untuk
menemukan keterampilan baru untuk mendapatkan informasi; Mempertinggi dan
menguraikan secara mengejutkan; Upaya memvisualisasi.
c. Tahap Aplikasi Konsep (Melampaui dan Mempertahankan)
Bermain dengan ketidakjelasan; Perdalam kesadaran tentang masalah,
kesulitan dan kesenjangan informasi; Mengakui potensi khas atau unik setiap
anak; Petinggi kepedulian tentang masalah; Tanggapan atau jalan keluar yang
menantang; Melihat keterkaitan yang jelas antara informasi baru dan karir ke
depan; Menerima keterbatasan secara kreatif dan membangun; Pendalaman
penggalian secara kreatif dan membangun; Pendalaman penggalian, diluar
jangkauan dan penerimaan; Membuat berfikir secara meluas itu susah; Gali
informasi yang ada; Menguji impian - impian untuk mendapatkan jalan keluar dari
masalah yang sebenarnya; Mendorong jalan keluar baik, jalan keluar dari
24

benturan, kegelapan tak terpecahkan; Mensyaratkan serangkain uji coba;


Tanggapan atau jalan keluar yang membangun dan menantang; Mempertemukan
dan menguji hal - hal yang bertentangan; Mendorong kearah depan; Menghibur
terhadap hal - hal yang masuk akal; Menciptakan hal - hal lucu dan melihat aspek
jenaka dari informasi yang ada; Mendorong penimbangan berbagai dan
menggunakan beberapa prosedur dari disiplin dalam pemecahan masalah;
Mengaitkan satu informasi dalam disiplin yang berbeda; Melihat informasi yang
sama dengan cara yang berbeda; Mendorong manipulasi gagasan dan atau objek;
Menguji hal - hal yang saling bertentangan.

I. Asumsi dan Hipotesis


1. Asumsi/Anggapan Dasar
Melakukan Penelitian asumsi atau anggapan dasar sangat penting
karena sebagai persyaratan hipotesis yaitu untuk menguatkan variabel-
variabel yang sesuai dengan judul Penelitian. Menurut Winarno
Surakhmad dalam (Arikunto 2013: 107), Anggapan dasar atau postulat
adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh
penyelidik. Sedangkan menurut Sedarmayanti, dalam Mahmud (2011 :
133). Hipotesis adalah asumsi, perkiraan, atau dugaan sementara
mengenai suatu permasalahan yang harus dibuktikan kebenarannya
dengan menggunakan data dan fakta atau informasi yang diperoleh dari
hasil Penelitian yang valid dan reliabel.
Oleh karena itu, maka asumsi atau anggapan dasar dari Penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a. Cara berfikir kreatif siswa dalam pelajaran ekonomi meningkat.
b. Peserta didik mempunyai minat yang tinggi terhadap penerapan
model Discovery learning dalam pelajaran ekonomi, sehingga
hasil belajarnya pun tinggi.
2. Hipotesis
Menurut Sugiyono (2013: 223), “hipotesis merupakan jawaban
sementara terhadap rumusan masalah Penelitian, di mana rumusan
25

masalah Penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan”.


Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan
pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang
diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat
dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah
Penelitian, belum jawaban yang empirik dengan data.
Menurut Sugiyono (2013: 112), Hipotesis merupakan suatu
pernyataan yang penting kedudukannya dalam Penelitian.
Terdapat jenis hipotesis yang digunakan dalam Penelitian:
a. Hipotesis nol (H0), Hipotesis nol menyatakan tidak adanya pengaruh
antara dua variabel, atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap
Variabel Y.
b. Hipotesis alternatif (Ha), menyatakan adanya pengaruh antara variabel
X dan Y, atau adanya perbedaan antara dua kelompok.
Berdasarkan hipotesis statistik diatas terdapat pengaruh signifikan
mengenai model pembelajaran Discovery Learning Untuk
Meningkatkan berfikir kreatif siswa pada mata pelajaran ekonomi di
MAN 2 Cirebon.

I. METEDOLOGI PENELITIAN

1. Metedologi Penelitian

(Sugiyono, 2013: 3) Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara


ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
Menurut (Sugiyono, 2013: 11) ” Metode penelitian eksperimen adalah metode
penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh treatment tertentu (perlakuan)
dalam kondisi yang terkontrol (laboratorium) ”. Pada penelitian ini akan
digunakan dua kelas, satu sebagai kelas eksperimen dan satu lainnya sebagai kelas
kontrol. Kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran Discovery Learning
26

sedangkan kelas control, memperoleh pembelajaran menggunakan model


pembelajaran konvensional.

2. Desain Penelitian
Jenis desain dalam penelitian ini berbentuk desain Pretest-Postest Control
Group Design menurut Sugiyono (2013:114) dalam desain ini terdapat dua
kelompok yang dipilih secara random kemudian diberi pretest untuk mengetahui
keadaan awal adalah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Hasil pretest yang baik bila nilai kelmpok eksperimentidak berbeda
secara signifikan. Pengaru perlakuan adalah: (O2  O1)  (O4  O3)
KELOMPOK PRETES TREATMEN
1. Eksperimen (E) O1 XI O2
2. Kontrol (K) O3 O4

Keterangan:
Desain ini melibatkan sekurang-kurangnya dua kelompok, keduanya
dibentuk secara random atau acak.
E : Kelompok eksperimen
K : Kelompok kontrol
X : Treatment atau perlakuan

3. Populasi dan Sampel


Menurut (Sugiyono, 2013:119) ”Populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas: obyek / subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.”
Menurut (Sugiyono, 2013: 120) ”Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan
penelitian tidak mungkin mempelajari smua yang ada pada pupolasi, misalnya
Karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka penelitian dapat menggunakan
27

sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu,
kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populassi. Untuk sampel yang
diambil dari populasi harus betul-betul representative (mewakli).”

No Kelas Jumlah Siswa


1 XI IIS 1 37
2 XI IIS 2 37
3 XI IIS 3 38
4 XI IIS 4 38

Sumber 1.2 Sekolah MAN 2 Cirebon

Berdasarkan pengertian tersebut, maka yang menjadi populasi penelitian


ini adalah seluruh siswa kelas XI MAN 2 Cirebon tahun ajaran 2016/2017. Teknik
sampling pada penelitian ini adalah Nonprobability (Sugiyono, 2013:126) ”
Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu”. Pertimbangan tersebut dirundingkan terlebih dahulu dengan guru mata
pelajaran ekonomi MAN 2 Cirebon bahwa sampel yang akan dijadikan penelitian
memiliki tingkat karakteristik yang sama, dan mendapatkan materi berdasarkan
kurikulum yang sama alasan menggunakan teknik ini, yakni agar kedua kelas
yang akan dijadikan sebagai sampel dipilih dengan pertimbangan bahwa
kemampuan rata-rata siswa pada mata pelajaran ekonomi adalah sama. Sampel
dalam penelitian ini adalah kelas XI IIS 1 sebagai kelas kontrol dan kelas XII IIS
4 sebagai kelas eksperimen.
4. Teknik Pengumpulan Data
Menurut (Sugiyono, 2013 : 308) ”teknik pengumpulan data merupakan
langkah yang paling utama dalam penelitian. Karena tujuan utama dari penelitian
adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka
peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang
ditetapkan.”
28

1. Tes
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini berupa tes yaitu tes awal
dan tes akhir dimana dalam pelaksanaannya. Tes awal bertujuan untuk
mengetahui kemampuan awal siswa pada pelajaran ekonomi, sementara
tes akhir bertujuan untuk mengetahui kemampuan akhir siswa. Tes yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah pretes dan postes. Pretest dan postes
yang akan digunakan untuk melihat penggunaan model pembelajaran
discovery learning dalam mata pelajaran ekonomi apakah efektif.

2. Observasi
Teknik observasi digunakan yaitu untuk mengetahui keaktifan siswa dan
guru didalam kelas eksperimen selama kegiatan pembelajaran
berlangsung. Lembar observasi berfungsi untuk mengamati secara
langsung kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dan guru
dalam pembelajaran ekonomi dengan menggunakan model Discovery
Learning. Dalam penelitian ini penulis menggunakan observasi terstuktur.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah soal tes dan lembar
observasi aktivitas siswa. Soal tes dan lembar observasi ini bertujuan
untuk mengetahui hasil kemampuan siswa dalam mengembangkan berfikir
kreatif serta mengamati aktivitas siswa selama proses kegiatan
pembelajaran berlangsung.
5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur variabel


penelitian (Sugiyono, 2012: 102). Secara fungsional instrumen penelitian berguna
untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Suatu instrumen atau
alat penelitian perlu digunakan agar data yang diperoleh dalam menerapkan
metode penelitian menjadi lebih baik. Instrumen yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu, tes awal (pretes) dan tes akhir (postes) berupa soal essay mengenai
materi yang telah diajarkan baik yang menggunakan model pembelajaran
29

discovery learning maupun yang konvensional. Adapun instrumen dalam


penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Soal Tes
Tes yang digunakan dalam penelitian ini secara khusus bertujuan untuk
mengukur kemampuan berfikir kreatif siswa.
Pemberian skor didasarkan pada kriteria penilaian. Skor maksimum ideal
yang diharapkan adalah 100. Instrumen tes berupa tes subjektif yang berisi
perintah kepada siswa untuk menjawab setiap pertanyaan yang tertera di soal yang
telah diberikan.
Tes awal (Pretes) dilakukan sebelum melakukan kegiatan belajar untuk
mengetahui dan mengukur sejauh mana kemampuan siswa terhadap materi yang
akan disajikan, antara kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan
model pembelajaran Discovry Learning dan kelas kontrol yang pembelajarannya
menggunakan model pembelajaran konvensional. Tes akhir (Postes) dilakukan
untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan apakah anak telah mampu
mengembangkan berfikir kreatif yang ada pada dirinya dalam melakukan kegiatan
pembelajaran, antara kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan
model pembelajaran Discovery Learning dan kelas kontrol yang pembelajarannya
menggunakan model pembelajaran konvensional.
2. Lembar Observasi
Lembar observasi ini bertujuan untuk mengamati aktivitas siswa selama
proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Discovery
Learning pada kelas eksperimen. Semua aktivitas belajar siswa tersebut dijaring
dengan menggunakan lembar observasi yang diisi oleh observer.
30

1. Analisis Data Proses Belajar Mengajar


Data hasil proses belajar mengajar dalam model pembelajaran Discovery
Learning dilakukan dengan mengamati aktivitas siswa secara langsung dengan
mengamati setiap kegiatan yang dilakukan oleh siswa selama pembelajaran
ekonomi dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning.

2. Analisis Data
Untuk mengenalisis data, teknik analisis data dalam penelitian ini
dilakukan uji instrument, diantaranya validitas, realiblitas, indeks kesukaran, daya
beda. Selanjutnya uji prasyarat, diantaranya uji normalitas, homogenitas, regresi,
linearritas, dan uji hipotesis.
Analisis data kuantitatif menurut (Sugiyono 2013: 199), dalam penelitian
kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden
atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah
mengelompokan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data
berdasarkan variabel dari seluruh responden, meyajikan data tiap variabel yang
diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan
melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.
1. Uji Instrumen
Untuk menemukan item mana yang bisa digunakan dalam
pengambilan data penelitian, maka harus dialakukan uji coba terlebih dahulu
untuk mengetahui beberapa hal berikut.
a. Validitas
Menurut (Arikunto 2013:211) ”validitas adalah sutau ukuran yang
menunjukan tingkat-ingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrument”.
Sebuah instumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabelyang diteliti secara
tepat.
31

Menghitung validitas butir soal digunakan rumus koefesien


korelasi product moment sebagai berikut.

𝑟 NΣXY−(ΣX)(ΣY)
𝑥𝑦 =
√(𝑁Σ𝑋 2 −(Σ𝑋) 2 )(𝑁Σ𝑌 2 −(Σ𝑌 2 ))

Dengan: 𝑟𝑥𝑦= Koefesien korelasi dari variabel X dan Y


N= Banyaknya siswa yang mengikuti tes
X= Nilai uji coba tes
Y= Nilai rata-rata tes
(Arikonto, 2013:213)

b. Reliabilitas
Menurut (Suharsimi 2013:221) ”Reliabilitas yang berarti kemantapan
suatu alat ukur” reliabilitas mennjukan pada suatu pengertian bahwa
sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instumen tersebut sudah baik.
Menghitung reliabilitas soal tes pilihan ganda menggunakan rumus
(𝐾𝑅20 ) yang dikemukakan oleh Kuder-Richardson yaitu:
Skor total:
𝑋2 Σ𝑥
𝑡=Σ𝑋𝑡2 −( 𝑡 ) 2
𝑁

Keterangan: 𝑋𝑡2 = Kuadrat skor total


Σ𝑋𝑡2 = Jumlah kuadrat skor total
Σ𝑋𝑡 = Jumlah skor total
N = Jumlah sampel atau banyak sampel
2. Uji Prasyarat
a. Uji Normalitas
Menurut (Sugiyono 2013:228) Uji normalitas digunakan untuk mengetahui
apakah sampel yang dipilih berdistribusikan normal atau tidak. Uji normalitas
pada penelitian ini menggunakan rumus chi kuadrat.
Langkah-langkah pengujian normalitas data dengan Chi Kuadrat adalah
sebagai berikut:
32

1. Merangkum data seluruh variabel yang akan diuji normalitasnya. Dalam


hal ini data gaya kepemimpinan, situasi kepemimpinan, dan iklim kerja
organisasi.
2. Menentukan jumlah kelas interval. Dalam hal ini jumlah kelas intervalya =
6, karena luas kurva normal dibagi menjadi enam, yang masing-masing
luasnya adalah: 2,7%; 13,34%; 33,96%; 33,96% 13,34%; 2,7%.
3. Menetukan panjang kelas interval yaitu: (data terbesar-data terkecil) dibagi
dengan jumlah interval (6).
4. Menyusun kedalam table distribusi frekuensi, yang sekaligus merupakan
tabel penolong untuk menghitung harga Chi Kuadrat
5. Menghitung frekuensi yang diharapkan (𝐹ℎ ), dengan cara mengalikan
persentase luas tiap bidang kurve normal dengan jumlah anggota sampel.
6. Memasukan harga-harga 𝐹ℎ ke dalam tabel kolom 𝐹ℎ , sekaligus
(𝑓𝑜 −𝑓ℎ ) 2
menghitung harga-harga (𝑓𝑜 − 𝑓ℎ ) dan dan menjumlakannya.
𝑓ℎ
(𝑓𝑜 −𝑓ℎ )
Harga 2
adalah harga Chi Kuadrat (𝑋ℎ2 ) hitung.
𝑓ℎ

7. Membandingkan harga Chi Kuadrat hitung dengan Chi Kuadrat Tabel bila
harga chi kuadrat hitung lebih kecil atau sama dengan harga chi kuadrat
tabel maka distribusi data ditanyatakan normal, dan bila lebih besar (>)
dinyatakan tidak normal.
3. Uji Hipotesis
a) Regresi
(Sugiyono 2012: 262) analisis regresi digunakan untuk
meramalkan hubungan antara variabel terikat dengan variabel
bebas yang ditentukan dengan rumus sebagai berikut.
𝑌̌= 𝛼 + 𝑏 𝑋
Keterangan:
𝑌̌ = Subyek dalam variabel terikat yang diprediksikan.
𝑋= Subjek dalam variabel bebas mempunyai nilai
𝛼= Nilai konstanta harga Y ketika harga X= 0
𝑏= Angka arah atau koefesien regresi linier
33

Rumus untuk mencari a dan b adalah:


𝑛 Σ𝑋𝑌−(Σ𝑋)(𝑌) (Σ𝑌)(Σ𝑋 2 )−(Σ𝑋)(Σ𝑋𝑌)
b= 𝛼=
𝑁Σ𝑋 2 −(Σ𝑋) 2 𝑛Σ𝑋 2 −(Σ𝑋 2 )

4. Uji t
Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui ada atau tidak
adanya perbedaan antara dua buah data. Salah satu teknik analisi
statistic untuk menguji keamanan dua rata-rata adalah uji t (t -test).
5. Uji Hipotesis Statistik
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis tersebut
diterima atau ditolak.
Hipotesis statistic pada penelitian ini adlah sebagai berikut:
𝐻𝑂 : b = 0; maka 𝐻𝑂 diterima
𝐻a : b ≠ 0; maka 𝐻𝑂 ditolak dan 𝐻a diterima
𝐻𝑂 : b = 0; Hipotesis nol menyatakan tidak adanya pengaruh antara dua
variabel, atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap
Variabel Y.
𝐻a : b ≠ 0; Hipotesis alternatif (Ha), menyatakan adanya pengaruh
antara variabel X dan Y, atau adanya perbedaan antara dua
kelompok.
Tabel 6
Jadwal Waktu Penelitian
No Minggu ke
Kegiatan Penelitian
. 1 2 3 4 5 6
1. Persiapan Penelitian (menyusun proposal,
sampling instrumen, bahan ajar, perizinan, dan 
lain-lain)
2. Pengumpulan data di lapangan 
3. Pengolahan dan analisis data 
4. Penyusunan skripsi   
Catatan: Dalam hal tertentu waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan,
termasuk jadwal kegiatan.
34

RUJUKAN

Abidin Yunus (2014). Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum


2013. Bandung: Refika Aditama.

Arikunto Suharsismi (2013). Prosedur Peneletian. Jakarta: Rineka Cipta

Hanafiah, dan Cucu Suhana, (2010). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung:


Refika Aditama.

Hosnan, (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad


21. Bogor: Ghalia Indonesia.

Hamdani. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013.

Sani Ridwan Abdullah. (2013). Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Sani Ridwan Abdullah. (2013). Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi


Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara.

Sugiyono (2013). Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta

Sugiyono (2012). Metedologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.


Bandung: Alfabeta.

Slameto (2013). Belajar dan factor-faktor yang mempengaruhi. Jakarta: Rineka


Cipta

Anda mungkin juga menyukai