Anda di halaman 1dari 48

MAKALAH

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA


TENTANG KONSEP TOKOH-TOKOH SEJARAH PADA MASA
HINDU,BUDHA DAN ISLAM
DI INDONESIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
(COOPERATIVE LEARNING) TIPE GROUP INVESTIGATION (GI)
di KELAS V SD NEGERI 020 SEBENGKOK TARAKAN

Oleh :

HAFSAH, S. Pd
NIP. 197002162012122001
Guru SD Negeri 020 Tarakan

PEMERINTAH KOTA TARAKAN


DINAS PENDIDIKAN
SD NEGERI 020 SEBENGKOK

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya sehisd ngga kami bisa menyelesaikan makalah “.Upaya

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Tentang Konsep Tokoh-tokoh Sejarah Pada

Masa Hindu, Budha, dasn Islam Di Indonesia Melalui Model Pembelajaran

Kooperatif (Cooverative Learning) Tipe Group Investigation (GI) di Kelas 5

A.SD Negeri 020 Tarakan “

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya,

tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penulis, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik

dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh

karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar

kami dapat memperbaiki.

Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan

juga menjadi inspirasi untuk pembaca.

Tarakan, September 2022

Penulis

Hafsah,S.Pd
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………… i

KATA PENGANTAR ……………………………………………………. ii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………… 1

1.1. Latar Belakang ……………………………………………………… 1

1.2. Rumusan Masalah …………………………………………………… 4

1.3. Tujuan ……………………………………………………………….. 4

1.4. Manfaat ……………………………………………………………… 5

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………… 7

2.1. Belajar ………………………………………………………………… 7

2.2.Active Learning ………………………………………………………. 7

BAB III PEMBAHASAN …………………………………………………..22

3.1. Refleksi Pembelajaran ………………………………………………. 22

3.2. Hasil Penilaian ………………………………………………………… 31

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN ………………………………………. 42

A. Kesimpulan ………………………………………………………………42

B. Saran ……………………………………………………………………..43

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….….. 44


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang menentukan masa depan

bangsa. Hal tersebut didasari karena kemajuan atau kemunduran suatu negara

disebabkan oleh seberapa mampu masyarakatnya dapat menghadapi segala

tuntutan yang akan dihadapi. Dalam hal ini sekolah menjadi kata kunci utama

dalam menentukan kualitas masyarakat yang akan dihasilkan. Peran guru

dibutuhkan untuk mendukung terciptanya suasana belajar mengajar yang

menyenangkan dan memungkinkan siswa untuk terlibat aktif selama proses

berlangsungnya pembelajaran yang ada di sekolah.

Aktivitas dalam pembelajaran sangat diperlukan karena pada

prinsipnya belajar adalah berbuat untuk dapat mengubah tingkah laku sebagai

hasil belajar. Dengan siswa ikut terlibat secara aktif dalam setiap tahapan

pembelajaran tentu akan berdampak pada hasil belajar yang baik pula.

Sebagai pemegang peranan penting guru dituntut untuk menguasai berbagai

pendekatan mengajar serta keterampilan dalam menggunakan alat peraga.

Namun pada saat ini tidak sedikit guru yang dalam pembelajarannya hanya

menggunakan metode ceramah dan guru jarang sekali menggunakan bantuan

alat peraga dalam menyampaikan materi tertentu serta siswa masih dianggap

sebagai subjek yang hanya dapat menrima informasi tanpa diberikan ruang

untuknya menyampaikan sebuah tanggapan.

1
Mata pelajaran IPS menjadi salah satu mata pelajaran yang harus

dikuasai oleh siswa, hal ini dipengaruhi karena muatan-muatan materi yang

ada pada mata pelajaran IPS memuat tentang sejarah kerjaan-kerajaan Islam,

Hindu dan Budha yang berkembang di Indonesia. Tentu jika materi tersebut

tidak dipahami oleh siswa hal tersebut akan berdampak pula bagi

pembentukan rasa cinta tanah air pada diri masing-masing siswa. Maka dari

itu dalam mengajarkan pelajaran IPS guru sebaiknya memperhatikan dengan

baik bagaimana pembelajaran IPS disekolah dapat diajarkan kepada siswanya

tidak hanya sebatas hafalan saja. Guru harus cermat dalam memilih dan

menentukan strategi apa yang cocok diterapkan pada pembelajaran IPS agar

pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa.

Namun saat ini kondisi pembelajaran IPS belum sepenuhnya

menunjukkan hasil yang baik di SDN 020 Tarakan, masih ditemukan

kendala-kendala dalam proses pembelajaran IPS yang dibuktikan dari

banyaknya jumlah siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM). KKM untuk mata pelajaran IPS kelas V di SDN 020 Tarakan yaitu

70. Dari hasil tes tertulis peserta didik diperoleh nilai tertinggi adalah 90 dan

nilai terendah adalah 30 dengan perolehan rata-rata pencapaian hasil belajar

sebesar 64,61.Berdasarkan hasil pengamatan peneliti masih rendahnya hasil

belajar IPS disebabkan oleh masih dominannya skill menghafal daripada skill

memproses sendiri pemahaman suatu materi. Selama ini minat belajar siswa

terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) masih tergolong

sangat rendah. Hal tersebut dapat dilihat pada sikap siswa selama mengikuti

proses pembelajaran tidak fokus dan ramai sendiri, bahkan ada sebagian
siswa yang menganggap mata pelajaran IPS tidak begitu penting dikarenakan

tidak masuk pada mata pelajaran yang diujikan pada Ujian Nasional (UN).

Faktor minat itu juga dipengaruhi oleh adanya metode mengajar yang

digunakan guru dalam menyampaikan materi. Metode yang konvensional

seperti menjelaskan materi secara abstrak, hafalan materi dan ceramah

dengan komunikasi satu arah, yang aktif masih didominasi oleh pengajar,

sedangkan siswa biasanya hanya memfokuskan penglihatan dan pendengaran.

Kondisi pembelajaran seperti inilah yang mengakibatkan siswa kurang aktif

dan pembelajaran yang dilakukan kurang efektif sehingga menyebabkan

perolehan hasil belajar siswa rendah.

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe group

investigation (GI). Dapat dijadikan alternative untuk menyelesaikan segala

permasalahan yang menghambat siswa ketika belajar IPS. Pembelajaran

kooperatif (cooperative learning)tipe group investigation (GI)memberikan

ruang bagi siswa untuk aktifadalah model pembelajaran kooperatif

(cooperative learning) tipe group investigation (GI). Model pembelajaran ini

bertujuan untuk mengarahkan kemampuan siswa dalam menganalisis konsep-

konsep pembelajaran dengan cara penyelidikan secara mendalam melalui

kerja kelompok. Selain itu, model kooperatif (cooperative learning) tipe

group investigation (GI) menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang

lebih baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses

kelompok.Sehingga dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif

(cooperative learning) tipe group investigation (GI) akan memberikan

perubahan terhadap peningkatan peroses dan hasil belajar IPS siswa.


Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menyusun makalah ini

dengan Judul Upaya meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPS konsep

tokoh-tokoh sejarah pada masa hindu,budha dan islam di Indonesia melalui

pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) pada siswa kelas V di

SDN 020 Tarakan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas diketahui bahwa masalah

yang muncul pada saat peulis melakukan awal pembelajaran cukup banyak

dan luas. Agar penulis lebih fokus, maka masalah dibatasi hanya pada :

a) Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa tentang konsep tokoh-tokoh

sejarah pada masa hindu,budha dan islam di Indonesia?

b) Apakah pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe Group

Investigation (GI) efektif digunakan untuk menerapkan konsep tokoh-

tokoh sejarah pada masa hindu,budha dan islam di Indonesia ?

c) Apakah pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe Group

Investigation (GI) dapat meningkatkan hasil belajar siswa?

1.3. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah :

a) Meningkatnya pemahaman siswa terhadap konsep tokoh-tokoh sejarah

pada masa hindu,budha dan islam di Indonesia.

b) Mengetahui tingkat efektifitas pembelajaran kooperatif (cooperative

learning) tipe Group Investigation (GI) dalam menerapkan konsep

tokoh-tokoh sejarah pada masa hindu,budha dan islam di Indonesia.


c) Meningkatnya hasil belajar siswa tentang konsep tokoh-tokoh sejarah

pada masa hindu,budha dan islam di Indonesia melalui pembelajaran

kooperatif (cooperative learning) tipe Group Investigation (GI)di kelas

V SDN 020 Tarakan.

1.4. Manfaat

Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berguna baik secara

teoritis maupun secara praktis.

a. Bagi siswa

1) Meningkatkan hasil pembelajaran IPS terutama untuk siswa kelas V

Sekolah Dasar

2) Meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa

3) Agar siswa dapat menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru

secara cepat, tepat dan benar.

4) Agar siswa dapat memanfaatkan waktu dengan benar dalam

pembelajaran IPS.

5) Agar siswa dapat belajar lebih menyenangkan sehingga lebih

bermakna

b. Bagi guru

1) Sebagai masukan dalam mengembangkan kinerjanya yang kurang

maksimal dalam pembelajaran IPS.

2) Guru lebih kreatif dalam menciptakan proses belajar mengajar yang

menyenangkan dan bermakna bagi siswa.

3) Guru dapat menemukan kesalahan-kesalahan yang dilakukan dalam

proses pembelajaran.
c. Bagi sekolah

1) Sebagai salah satu masukan dalam meningkatkan mutu pendidikan di

sekolah.

2) Sebagai salah satu masukan atau input dalam mengembangkan metode

pembelajaran yang tepat untuk menentukan keberhasilan

pembelajaran di sekolah.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku

manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan

dikerjakan. Belajar memegang peranan penting di dalam

perkembangan, kebiasaan, sikap, kenyakinan, tujuan, kepribadian dan

bahkan persepsi manusia.Witherington mengemukakan bahwa “belajar

sebagai sebuah perubahan kepribadian yang dimanifestasikan kepada

suatu pola respon individu yang mungkin berupa keterampilan, sikap

atau peningkatan kemampuan pemahaman atas sesuatu” (Rakhmat et al.,

2006: 48).

Nana Sudjana (2002 : 28) “Belajar adalah proses yang aktif, untuk

mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, diarahkan

kepada tujuan yang berbuat melalui pengalaman dengan melihat,

mengamati, memahami sesuatu”.

Muhibin syah (2002 : 2) “Belajar adalah tahapan perubahan seluruh

tingkah laku individu yang relatif positif dan menetap sebagai hasil

pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses

kognitif”.

Dengan belajar akan mempengaruhi tingkat pengetahuan yang

dimiliki oleh seseorang yang kemudian


11
tercermin dari tingkah laku yang

ditunjukkan oleh seseorang tersebut. Hintzman seperti yang dikutip oleh


Muhibbin Syah (1995: 90) menjelaskan bahwa belajar adalah suatu

perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan)

disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku

organisme tersebut.

Dari pendapat keempat ahli tersebut, maka konsep tentang

belajar mengandung tiga unsur utama, adalah belajar berkaitan

dengan perubahan tingkah laku. Untuk mengukur apakah seseorang

telah belajar, maka diperlukan perbandingan antara perilaku sebelum dan

setelah mengalami kegiatan belajar. Perubahan perilaku terjadi karena di

dahului oleh proses pengalaman, perubahan perilaku karena belajar

bersifat relatif permanen, artinya lamanya perubahan perilaku pada

diri seseorang sukar untuk diukur.

Dalam proses belajar ada hal-hal prinsip yang perlu kita ketahui

untuk menjadikan proses belajar akan sesuai dengan apa yang di

inginkan sebagaimana yang dikemukakan oleh Oemar Hamalik (1993 :

280) mengungkapkan empat prinsip belajar yaitu :

a. Belajar senantiasa harus bertujuan, terarah, dan jelas bagi siswa,

karena tujuan akan menuntut dalam belajar,

b. Jenis belajar yang paling utama adalah untuk berpikir kritis,

c. Belajar memerlukan pemahaman atas hal – hal yang dipelajari

sehingga memperoleh pengertian – pengertian,

d. Belajar harus disertai keinginan dan kemauan yang kuat untuk

mencapai tujuan dan hasil.

Dari prinsip – prinsip tersebut memberikan penjelasan dalam


memaknai belajar dan dapat mengetahui apa saja yang perlu diperhatikan

dalam mendukungproses pembelajaran, sehingga pengertian dan

pemahaman mengenai makna belajar menjadi lebih jelas dan terarah.

Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa di dalam

belajar ada suatu perubahan tingkah laku dalam diri seseorang berupa

pengetahuan, pemahaman, maupun sikap yang diperoleh melalui proses

belajar.

b. Hasil Belajar

Hamalik.(2007: 30) mengemukakan bahwa seseorang yang telah

belajar pasti mengalami perubahan tingkah laku, misalnya dari tidak tahu

menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa merupakan suatu usaha

untuk memperbaiki hasil belajar siswa agar lebih baik. Diantara upaya

memperbaiki terdapat faktor-faktor yang mendukung upaya peningkatan

hasil belajar . Menurut Nana Sudjana (2005 : 38) hasil belajar yang

dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam

diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor

lingkungan.

Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang

dimilikinya.Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap

hasil belajar yang dicapai.Disamping faktor kemampuan yang dimiliki

siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian,

sikap dan kebiasaan belajar.


Adapun Hasil belajar yang diraih siswa baiknya tidak terlepas dari

keberartian dan kegunaan pelajaran bagi dirinya. Hasil belajar juga

dipengaruhi faktor lingkungan serta strategi belajar yang diterapkan di

dalam kelas. Hasil belajar juga diperoleh melalui beberapa proses, karena

hasil belajar bukan saja hanya dengan penguasaan hasil latihan,

melainkan juga adalah perubahan perilaku.

“Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

setelah ia mengalami pengalaman belajarnya. Kingsley membagi

tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b)

pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita.” (Sudjana,

2006: 22).

Selanjutnya, “Secara garis besar Benyamin Bloom

mengklasifikasikan hasil belajar ke dalam tiga ranah, yakni ranah

kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.” (Sudjana, 2006: 22)

Pada akhirnya hasil belajar memiliki tujuan yang akan didapatkan

sebagai penilaian hasil belajar sebagaimana menurut Sudjana (2006: 4)

adalah untuk:

(a) mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat

diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang

studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya, (b) mengetahui

keberhasilan proses pendidikan danpengajaran di sekolah, yakni

seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para

siswa ke arah tujuan pendidikan yang diharapkan, (c) menentukan

hasil tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan


penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran

serta strategi pelaksanaannya, (d) memberikan pertanggungjawaban

dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Berdasarkan uraian diatas hasil belajar merupakan perubahan

tingkah laku individu yang mencakup tiga aspek yaitu kognitif,afektif,

dan psikomotorik. Hasil belajar juga merupakan suatu perubahan tingkah

laku dari belum bisa menjadi bisa.

c. Pengertian IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial yang di singkat IPS.Istilah IPS di

Indonesia mulai di kenal sejak tahun 1970-an sebagai hasil kesepakatan

komunitas akademik dan secara formal mulai digunakan dalam sistem

pendidikan nasional dalam kurikulum 1975. Dalam dokumen kurikulum

tersebut IPS merupakan salah satu nama mata pelajaran yang diberikan

pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Menurut Sapriya ( 2009:7)

memberikan pengertian Mata pelajaran IPS bahwa:

Mata pelajaran IPS merupakan sebuah nama mata pelajaran

intregasi dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi serta

mata pelajaran ilmu sosial lainnya. Nama IPS ini sejajar dengan

nama mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang disingkat IPA

sebagai intregasi dari mata pelajaran Biologi, Kimia, Fisika.

Pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik

dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk

mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan

lingkunganya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan


pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.Berdasarkan pengertian dan tujuan

dari pendidikan IPS, tampaknya dibutuhkan suatu pola pembelajaran yang

mampu menjembatani tercapainya tujuan tersebut.

Pembelajaran Ilmu pengetahuan sosial (IPS) memiliki beberapa

karakteristik sebagaimana Nurhadi (2011: 4-5) menyatakan sebagai

berikut:

a. Ilmu pengetahuan sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur

geografi, sejarah, ekonomi, hukum, dan politik kewarganegaraan,

sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan, dan agama.

b. Standart Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari

struktur keilmuan geografi keilmuan geografi, sejarah, ekonomi,

dan sosiologi, yang dikemas sedemikiam rupa sehingga menjadi

pokok bahasan atau topik (tema) tertentu.

c. Standart kompetensi dan Kompetensi dasar IPS juga

menyangkut berbagai masalah sosial.

d. Standart Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut

peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dan dengan prinsip

sebab, akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan,

struktur, proses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan

hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan,

kadilan, dan jaminan kesehatan.

e. Standart kompetensi dan Kompetensi dasar IPS menggunakan

tiga dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta

kehidupan manusia secara keseluruhan.


Dari semua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ilmu

pengetahuan sosial adalah ilmu sosial yang mempelajari peristiwa fakta

atau konsep pengetahuan atau teori yang merupakan gabungan dari unsur

geografi, sejarah, ekonomi, hukum, dan kewarganegaraan, sosiologi atau

yang berhubungan dengan masalah sosial.

2.2. Active Learning

a. PengertianPembelajaran Kooperatif(Cooperative Learning)

Manusia adalah makhluk individual yang berjiwa sosial, berbeda

satu dengan sama lain dan saling membutuhkan. Karena jiwa sosial maka

manusia yang satu membutuhkan manusia lainnya sehingga sebagai

konsekuensi logisnya manusia harus menjadi makhluk sosial, makhluk

yang berinteraksi dengan sesamanya. Karena satu sama lain saling

membutuhkan maka harus ada interaksi baik saling menyayangi maupun

saling mencintai. Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning)

merupakan pembelajaran yang secara sadar dan sengaja menciptakan

interaksi yang saling mengasihi dan bekerja sama antar sesama siswa.

Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) menjadi salah

satu pembaharuan dalam pergerakan reformasi pendidikan.Pembelajaran

kooperatif (Cooperative Learning) meliputi banyak jenis bentuk

pengajaran dan pembelajaran yang merupakan perbaikan tipe

pembelajaran tradisional. Pembelajaran kooperatif (Cooperative

Learning) dilaksanakan dalam kumpulan kecil supaya anak didik dapat

bekerja sama untuk mempelajari kandungan pelajaran dengan berbagai

kemahiran sosial.
Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) mengutamakan

adanya kelompok-kelompok sehingga menjadikannya suatu

pembelajaran yang aktif dan interaktif serta melibatkan seluruh peserta

didik.

Pembelajaran kooperatif Cooperative Learning merupakan suatu

model pembelajaran. Menurut Zaini (dalam arini,2009) model

pembelajaran adalah ‘pedoman berupa program atau petunjuk strategi

mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran’.

Menurut johnson & johnson (Isjoni, 2010: 17) cooperative learning

adalah mengelompokan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok

kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang

mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut.

Menurut Lie (Isjoni, 2010: 16) menyebut “cooperative learning

dengan istilah pembelajaran gotong-royong, yaitu sistem pembelajaran

yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama

dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang tersturktur.”

Dari semua pengertian diatas tentang pembelajaran kooperatif

(cooperative learning) dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif

(cooperative learning) merupakan strategi dalam pembelajaran yang

mengelompokan siswa dalam kelompok kecil yang memiliki kemampuan

bervariasi untuk saling bekerja sama agar pada akhirnya dapat

meningkatkan kemampuan siswa dalam kelompok.

b. Pembelajaran Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) tipe

Group Investigation (GI)


Group Investigation merupakan tipe kooperatif yang pertama kali

dikembangkan oleh Thelan. Dalam perkembangan selanjutnya tipe ini

diperluas dan dipertajam oleh Sharan dan kawan-kawan dari Universitas

Tel Aviv.Berbeda dengan STAD dan Jigsaw, siswa terlibat dalam

perencanaan baik topik yang dipelajari dan bagaimana jalannya

penyelidikan mereka. Tipe pembelajaran ini memerlukan norma dan

struktur kelas yang lebih rumit dari pada pendekatan yang lebih berpusat

pada guru. Tipe pembelajaran ini melatih siswa dalam keterampilan

komunikasi dan proses kelompok yang baik (Trianto, 2007: 59).

Group investigation merupakan salah satu tipe pembelajaran yang

dapat membangkitkan minat siswa untuk berpikir lebih aktif, karena

investigasi merupakan bentuk pemecahan masalah yang divergen, dan

mengajak siswa untuk memberdayakan berpikir ilmiah. Selain itu,

metode ini juga menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik

dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok.

Menurut Isjoni (2011) model pembelajaran kooperatif tipe group

investigation“ merupakan model pembelajaran kooperatif yang kompleks

karena memadukan antara prinsip belajar kooperatif dengan pem-

belajaran yang berbasis konstruktivisme dan prinsip pembelajaran

demokrasi” .

Sedangkan menurut Menurut Made Wena (2008: 27) model

pembelajaran kooperatif tipe groupinvestigation adalah model

pembelajaran kooperatif yang pembentukan kelompoknya didasari atas

minat anggotanya.
Berdasarkan pengertian mengenai kooperatif tipe group

investigation tersebut, dapat disimpulkan bahwa tipe group investigation

mendorong siswa dituntut belajar lebih aktif sesuai minat dengan berfikir

tentang suatu persoalan dan mereka mencari sendiri cara penyelesaiannya

sehingga pembelajran lebih bermakna.. Dengan demikian mereka akan

lebih terlatih untuk selalu menggunakan keterampilan pengetahuannya,

sehingga pengetahuan dan pengalaman belajar mereka akan tertanam

untuk jangka waktu yang cukup lama.

c. Langkah-langkah Group Investigation

Pada pembelajaran Grup Investigation umumnya guru yang

membagi kelas dalam beberapa kelompok yang beranggotakan 5 hingga

6 siswa dengan karateristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat

juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap

suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari,

mengikutiinvestigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang dipilih,

kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas

secara keseluruhan.

Sehubungan dengan itu, Rusman (2011: 221-222) mengemukakan,

strategi belajar kooperatif group investigation secara umum dibagi

menjadi enam langkah, yaitu:

1) Mengidentifikasi topik dan mengorganisasikan siswa ke dalam

kelompok Para siswa menelaah sumber-sumber informasi,

memilih topik, dan mengkategorisasi saran-saran. Paras siswa

kemudian bergabung ke dalam kelompok belajar dengan pilihan


topik yang sama. Komposisi kelompok di dasarkan atas

ketertarikan topik yang sama dan heterogen dan guru

membantu/memfasilitasi dalam memperoleh informasi.

2) Merencanakan tugas-tugas belajar

Siswa secara bersama-sama merencanakan tugas belajar dalam

kelompoknya masing-masing, yang meliputi apa yang diselidiki,

bagaimana melakukannya, siapa sebagai apa-pembagian kerja,

untuk tujuan apa topik ini diinvestigasi.

3) Melaksanakan kegiatan investigasi

Siswa mencari informasi, menganalisis data dan membuat

kesimpulan.Setiap anggota kelompok harus berkontribusi

kepada usaha kelompok.Para siswa bertukar pikiran,

mendiskusikan, mengklarifikasi dan mensintesis ide-ide.

4) Menyiapkan laporan akhir

Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial

proyeknya, merencanakan apa yang akan dilaporkan dan

bagaimana membuat presentasinya, dan membentuk panitia

acara untuk mengkoordinasikan rencana presentasi.

5) Mempresentasikan laporan akhir

Presentasi dibuat untuk keseluruhan kelas dalam berbagai

macam bentuk.Bagian-bagian presentasi harus secara aktif dapat

melibatkan pendengar (kelompok lainnya).Pendengar

mengevaluasi kejelasan presentasi menurut kriteria yang telah

ditentukan keseluruhan kelas.


6) Evaluasi

Para siswa berbagi mengenai balikan terhadap topik yang

dikerjakan, kerja yang telah dilakukan, dan pengalaman-

pengalaman afektifnya. Guru dan siswa berkolaborasi dalam

mengevaluasi pembelajaran. Asesmen diarahkan untuk

mengevaluasi pemahaman konsep dan keterampilan berpikir

kritis.

Sedangkan menurut (Miftahul Huda, 2011: 13 )mengemukakan,

langkah-langkah kooperatif group investigationyaitu :

Pertama-tama siswa ditempat-kan dalam kelompok-kelompok

kecil. Masing-masing kelompok diberi tugas atau proyek yang

berbeda. Dalam kelompoknya, setiap anggota berdiskusi dan

menentukan informasi apa yang akan dikumpulkan, bagaimana

mengolahnya, menelitinya, dan bagaimana menyajikan hasil

penelitiannya di depan kelas. Semua anggota harus turut andil

dalam menentukan topik penelitian apa yang akan mereka ambil.

Mereka pula yangmemutuskan sendiri pembagian kerjanya. Selama

proses penelitian atau investigasi ini, mereka akan terlibat dalam

aktivitas-aktivitas berfikir tingkat tinggi, seperti membuat sintesis,

ringkasan, hipotesis, kesimpulan, dan menyajikan laporan akhir.

Dari langkah-langkah yang telah dijelaskan di atas, dapat

disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan tipe Group Investigation ini guru

mengkondisikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. Kelompok

disini dapat dibentukdengan mempertimbangkan keakraban persahabatan


atau minat yang sama dalam topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih

topik untuk diselidiki, dan melakukan penyelidikan atas topik yang

dipilih. Selanjutnya ia menyiapkan dan mempresentasikan laporannya di

depan kelas.

Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe Group

Investigation

Menurut Agus(2013 :295-296) Pembelajaran Kooperatif Tipe

Group Investigationmemiliki kelebihan-kelebihan diantarnya:

1) Dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan

menyadari akan segala perbedaan.

2) Siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi

dapat menambah kepercayaan kemampuan berfikir

sendiri,menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar

darisiswa yang lain.

3) Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk mneguji ide

dan pemahamanya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat

praktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan,

karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab

kelompoknya.

4) Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi

dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata.

5) Merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk

meningkatkan hasil akademik sekaligus kemampuan sosial,

termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan


interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan

keterampilan me-manage waktu, dan sikap positif terhadap

sekolah.

6) Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau

gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya

dengan ide-ide orang lain.

7) Dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih

bertanggung jawab dalam belajar.

8) Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan

motivasi dan memberikan rangsangan untuk berfikir. Hal ini

berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.

Sedangkan kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe Group

Investigation menurut Agus (2013 :295-296) diantaranya :

1) Ciri utama dari strategi pembelajaran kooperatif adalah bahwa

siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu jika tanpa bantuan

guru yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran

langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa

yang seharusnya dipelajari dan di pahami tidak pernah dicapai

oleh siswa.

2) Keberhasilan strategi pembelajaran kooperatif dalam upaya

mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode

waktu yang cukup panjang. Dan hal ini tidak mungkin dapat

tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-sekali penerapan

strategi ini.
3) Penilaian yang diberikan dalam strategi pembelajaran kooperatif

didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru

perlu manyadari bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang

diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.

4) Untuk memahami dan mengerti filosofi strategi pembelajaran

kooperatif, memang butuh waktu. Sangat tidak rasional kalau

kita mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan

memahami filsafat pembelajaran kooperatif. Untuk siswa yang

dianggap memiliki kelebihan, contohnya , mereka akan

merasaterhambat oleh siswa yang dianggap kurang

memilikikemampuan. Akibatnya, keadaan semacam ini dapat

mengangguiklim kerja sama dalam kelompok.

5) Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan

yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktifitas

dalam kehidupan yang didasarkan kepada kemampuan secara

individual. Oleh karena itu idealnya melalui strategi

pembelajaran kooperatif selain siswa belajar bekerja sama,

siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan

diri. Untuk mencapai kedua hal itu dalam strategi pembelajaran

kooperatif memang bukan pekerjaan yang mudah.


BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Refleksi Pembelajaran

Model Pembelajaran Kooperatif dengan berbagai tipe dikembangkan

berlandaskan faham konstruktivisme yaitu sistem pembelajaran yang

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan

sesama peserta didik dalam tugas-tugas yang terstruktur. Dalam pembelajaran

ini guru bertindak sebagai fasilitator.

Peserta didik dalam pembelajaran kooperatif akan lebih mudah

menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat

mendiskusikan konsep-konsep itu dengan teman mereka.

Pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil peserta

didik yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah,

menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk tujuan bersama

lainnya. Dalam pembelajaran kooperatif siswa akan terlatih untuk mendengar

pendapat-pendapat orang lain dan merangkumnya dalam bentuk tulisan.

Tugas–tugas orang lain akan memacu peserta didik untuk bekerja sama,

saling membantu dalam mengintegrasikan pengetahuan-pengetahuan baru

dengan pengetahuan yang dimiliki.

Adapun tujuan yang diharapkan dapat dicapai dalam pembelajaran

kooperatif, antara lain:

a. Prestasi akademik

Pembelajaran kooperatif sangat menguntungkan baik bagi siswa

berkemampuan tinggi maupun rendah. Khususnya bagi siswa


berkemampuan tinggi, secara akademik akan mendapat keuntungan karena

pengetahuan semakin mendalam.

b. Penerimaan terhadap keanekaragaman

Heterogen yang ditonjolkan dalam pemilihan anggota kelompok akan

mengarahkan siswa untuk mengakui dan menerima perbedaan yang ada

antara dirinya dan orang lain.

c. Pengembangan keterampilan sosial.

Pembelajaran kooperatif bertujuan mengarahkan kepada keterampilan

kerjasama sebagai suatu tim. Keterampilan ini kelak akan sangat

bermanfaat bagi peserta didik ketika mereka terjun di masyarakat.

Sintaks pembelajaran kooperatif terdiri dari enam fase, yaitu:

1. Fase 1: Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. Menyampaikan

semua tujuan yang ingin dicapai selama pembelajaran dan memotivasi

siswa untuk belajar.

2. Fase 2: Menyajikan informasi. Menyajikan informasi kepada siswa dengan

jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan.

3. Fase 3: Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.

Menjelaskan kepada siswa cara membentuk kelompok belajar dan

membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

4. Fase 4: Membimbing kelompok bekerja dan belajar. Membimbing

kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

5. Fase 5: Evaluasi. Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah

dipelajari/ meminta presentasi hasil kerja kepada kelompok.


6. Fase 6: Memberikan penghargaan. Menghargai upaya dan hasil belajar

individu dan kelompok.

Model pembelajaran kooperatif tipe GI merupakan salah satu tipe

kooperatif yang menuntut siswa untuk memiliki kemampuan dalam

berkomunikasi dan ketrampilan proses berkelompok. Komunikasi dan interaksi

kooperatif di antara sesama teman sekelas akan mencapai hasil terbaik apabila

dilakukan dalam kelompok kecil, di mana pertukaran di antara teman sekelas dan

sikap-sikap kooperatif bisa terus bertahan. Aspek rasa sosial dari kelompok,

pertukaran intelektualnya, dan maksud dari subjek yang berkaitan dengannya

dapat bertindak sebagai sumber-sumber penting

Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam model pembelajaran group

investigation sebagai berikut:

a.Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen.

b.Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok.

c.Guru memanggil ketua dari masing-masing kelompok untuk mengambil satu

materi tugas yang berbeda.

d.Masing-masing kelompok secara kooperatif membahas materi yang berisi

materi temuan.

e.Setelah diskusi kelompok, juru bicara dari masing-masing kelompok

menyampaikan hasil pembahasannya.

f. Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan.

g.Evaluasi.

h.Penutup.
Problematika Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group

Investigation (GI) Jika group investigation merupakan model pembelajaran

kooperatif, maka sintaks atau langkah-langkah dalam GI mengacu pada sintaks

pembelajaran kooperatif yang telah dijelaskan sebelumnya. Namun, pada

langkah-langkah GI di atas, masih ada langkah-langkah yang belum mengacu

pada sintaks pembelajaran kooperatif sehingga menimbulkan beberapa masalah.

Adapun masalah tersebut antara lain:

a. Pada langkah pertama disebutkan bahwa kelas dibagi menjadi beberapa

kelompok heterogen. Disini akan muncul pertanyaan, berapa jumlah anak

dalam masing-masing kelompok? Heterogen kelompok disini maksudnya

bagaimana? Apakah hanya dengan heterogen dari segi jenis kelamin saja

sudah cukup? Mengacu pada tujuan pembelajaran kooperatif dimana siswa

bisa menerima terhadap keanekaragaman, maka pembagian kelompok

heterogen ini harus adil untuk semua siswa.

b. Pada langkah ketiga, dijelaskan bahwa setiap kelompok mendapatkan materi

yang berbeda. Jika nanti pada akhirnya setiap kelompok akan

mempresentasikan hasil pembahasan kelompok, maka langkah ketiga ini

akan menimbulkan masalah. Beberapa masalah tersebut antara lain: Dari

segi materi, pada saat presentasi, ada kemungkinan kelompok lain tidak

mengetahui materi yang disampaikan dalam presentasi tersebut sudah

lengkap atau belum, sudah tepat semua atau ada yang masih kurang tepat.

Dari segi efesiensi waktu, apabila setiap kelompok mendapatkan materi

yang berbeda, otomatis semua kelompok perlu mempresentasikan hasil


pembahasannya dan hal tersebut menghabiskan banyak waktu sehingga

jam pelajaran banyak terbuat untuk presentasi kelompok.

c. Jika pada langkah keempat disebutkan untuk diskusi kelompok, maka ada

kemungkinan hanya anggota kelompok yang pintar saja yang mau

membahas dan mempelajari materi yang dibebankan pada kelompok,

padahal pada sentral karakteristik pembelajaran kooperatif dikatakan

keberhasilan suatu kelompok tergantung pada pembelajaran setiap anggota

kelompok dalam memahami materi. Oleh karena itu perlu adanya

pertanggungjawaban setiap anggota kelompok pada tugas yang mereka

dapatkan.

d. Pada langkah kelima, ada juru bicara dari masing-masing kelompok yang

akan mempresentasikan hasil pembahasan kelompok, namun belum

disebutkan dengan jelas bagaimana pemilihan juru bicara ini. Apakah

kelompok tersebut memilih juru bicara mereka sendiri atau guru menunjuk

salah satu anggota kelompok untuk dijadikan juru bicara? Apabila tidak

jelas seperti ini akan menimbulkan permasalahan, dimana setiap anggota

kelompok akan saling tunjuk atau hanya akan memilih anggota kelompok

yang dianggap pandai. Padahal dalam karakteristik pembelajaran

kooperatif, setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk

mencapai keberhasilan, lalu bagaimana dengan anak yang kurang pandai?

Apakah mereka akan tetap statis seperti itu? Sebagian besar fakta dan

pengalaman penulis, jika setiap kelompok hanya mempresentasikan materi

yang mereka dapatkan, bukan mempresentasikan hasil diskusi pengerjaan

soal kelompok, maka mereka hanya akan mengcopypaste materi yang ada
di buku dan LKS. Jarang dari kelompok tersebut yang sungguh-sungguh

mempelajarinya, maka apakah hanya dengan presentasi kelompok, guru

sudah dapat mengetahui seberapa besar kelompok tersebut menguasai

materi yang mereka bahas? Apakah dengan presentasi saja, guru sudah bisa

memberikan nilai untuk hasil kerja pada masing-masing kelompok?

e. Pada langkah keenam disebutkan guru memberi kesimpulan, apakah ini sudah

sesuai dengan istilah yang menyatakan guru sebagai fasilitator?

f. Pada langkah GI di atas, belum ada langkah yang secara signifikan

meningkatkan rasa kerjasama antar anggota kelompok. Jika hanya

mengandalkan presentasi kelompok, maka sama seperti permasalahan yang

telah disebutkan pada poin ke-3, 4, dan 5 di atas dimana ada kemungkinan

hanya siswa yang dianggap pandai saja yang bekerja dalam kelompok.

Oleh karena itu, diperlukan suatu langkah yang secara signifikan dapat

mengingkatkan kerjasama antar anggota kelompok.

Alternatif Solusi Problematika Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Keberhasilan proses pembelajaran

bisa didapatkan apabila permasalahan-permasalahan dalam proses tersebut bisa

diminimalisasi.

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah diungkapkan di

atas, penulis mencoba memberikan alternatif solusi sebagai berikut:

a. Untuk mengatasi permalahan pada langkah pertama, guru sebaiknya membagi

kelompok yang terdiri dari 2-4 siswa. Kenapa 2-4 siswa? Mengacu pada

Permendiknas No.41 Tahun 2007, jumlah maksimal rombongan belajar

adalah 32 peserta didik. Dari 32 siswa tersebut bisa adil dalam penempatan
kelompok jika masing-masing kelompok berisi 2-4 siswa. Selain itu,

dengan membentuk kelompok yang terdiri dari 2-4 bisa mengurangi

kegaduhan di dalam kelas, karena pembentukan kelompok bisa dilakukan

dengan teman sebangku atau teman pada bangku depan atau belakang.

Untuk masalah heterogen, guru harus adil membagi kelompok baik

berdasarkan jenis kelamin, tingkat kecerdasan, sosial, dll. Sebaiknya guru

membagi kelompok berdasarkan nilai siswa, misalkan nilai ulangan harian.

Jadi dalam satu kelompok tersebut ada laki-laki, ada perempuan, ada siswa

yang mempunyai tingkat kecerdasarn tinggi, sedang, dan rendah. Berikut

contoh pembagian kelompok ditinjau dari tingkat kecerdasannya:

b. .Alternatif solusi yang diberikan untuk permasalahan langkah ketiga adalah

sebaiknya dua kelompok mendapatkan materi yang sama. Misalkan materi

yang akan dibahas pada hari itu adalah bangun ruang sisi lengkung.

Kelompok A dan B mendapatkan materi tugas tentang kubus, kelompok C

dan D mendapatkan materi tugas tentang balok, dst. Sehingga dari

alternatif solusi ini, keuntungan yang didapatkan adalah: Dari segi

materi, jika hasil presentasi kelompok A ada yang kurang lengkap, maka

kelompok B bisa melengkapi kekurangan tersebut, atau sebaliknya. Dari

segi efesien waktu, jam pelajaran tidak habis hanya untuk presentasi,

sehingga proses pembelajaran yang lain masih sempat dilaksanakan.

c. Mengenai permasalahan pada langkah keempat, sebaiknya setiap anggota

kelompok mendapatkan tugas yang berbeda dalam mempelajari materi

tugas yang diberi guru.


d. Untuk menjawab permasalahan langkah kelima, maka perlu dijelaskan

dengan rinci bagaimana pemilihan juru bicara kelompok. Dalam pemilihan

ini ada dua cara, memilih sendiri atau dipilih oleh guru. Apabila kelompok

memilih sendiri juru bicara mereka, maka ada kemungkinan: (1) Mereka

hanya akan menunjuk anggota kelompok yang dianggap pintar saja, (2)

Mereka menunjuk secara random anggota kelompok sehingga nantinya

hanya anggota kelompok yang ditunjuk itulah yang akan siap dengan

materi yang telah dibahas. Oleh karena itu, alangkah lebih baiknya jika juru

bicara ditunjuk langsung oleh guru ketika kelompok tersebut akan

mendapatkan giliran untuk presentasi, sehingga seluruh anggota kelompok

siap dengan materi yang telah dibahas dengan tujuan mereka memahami

materi yang mereka bahas.

e. Untuk mengatasi permasalahan poin keempat, maka perlu ditambahkan

kegiatan evaluasi kelompok pada langkah-langkah GI. Kegiatan evaluasi

kelompok ini bertujuan untuk mengukur perkembangan atau kemajuan

akademik setiap anggota kelompok. Langkah ini dapat ditambahkan setelah

langkah kelima. Jadi setelah langkah kelima, guru memberikan evaluasi

kelompok untuk mengukur perkembangan atau kemajuan akademik setiap

anggota kelompok.

f. Menjawab permasalahan pada langkah keenam, sebaiknya guru mengarahkan

atau mendampingi siswa untuk membuat kesimpulan. Sehingga peran guru

sebagai fasilitator dalam langkah ini terlaksana. Akibatnya, siswa juga bisa

memenuhi salah satu indikator tujuan belajar pada aspek kognitif yaitu

sintesis dimana siswa mempunyai kemampuan menyimpulkan,


mempersatukan bagian yang terpisah guna membangun suatu keseluruhan,

dan sebagainya.

g. Untuk menjawab permasalahan poin ketujuh, maka perlu adanya langkah

yang secara signifikan dapat mengingkatkan kerjasama antar anggota

kelompok, misalkan dengan kuis terbuka antar kelompok dengan

sistematika berikut: Anggota yang dianggap kurang pandai dijadikan

sebagai juru jawab kelompok, maka secara otomatis anggota yang

dianggap pandai akan mengajari anggota yang kurang pandai tersebut,

sehingga mereka akan saling bekerjasama untuk mendapatkan hasil yang

terbaik. Mengacu pada poin a di atas, pemilihan juru jawab ditentukan

oleh guru, karena jika kelompok memilih sendiri maka anggota kelompok

yang dianggap pintarlah yang akan dipilih menjadi juru jawab kelompok.

Apabila hal ini terjadi, maka kerjasama tersebut tidak akan terjadi karena

juru jawab sudah bisa memikirkan jawaban kuis itu sendiri. Dengan

demikian, berdasarkan alternatif solusi yang ditawarkan di atas, dapat

meminimalkan kekurangan-kekurangan dalam GI dan melengkapi GI yang

sudah ada menjadi model pembelajaran yang lebih efektif dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa.

Adapun langkah-langkah GI yang termodifikasi sebagai berikut:

a. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen baik jenis kelamin,

tingkat kecerdasan, sosial, dll, dengan masing-masing kelompok terdiri dari

2-4 siswa. Pembagian kelompok dapat didasarkan pada nilai hasil ulangan

harian sebelumnya.

b. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok.


c. Guru memanggil ketua dari masing-masing kelompok untuk mengambil satu

materi tugas, dimana setiap dua kelompok akan mendapatkan materi yang

sama.

d. Masing-masing anggota kelompok diberikan tugas yang berbeda dalam

menginvestigasi sub materi kelompok.

e. Kelompok secara kooperatif membahas materi yang berisi materi temuan dari

masing-masing anggota kelompok.

f. Setelah diskusi kelompok, juru bicara dari masing-masing kelompok

menyampaikan hasil pembahasannya. Juru bicara tiap kelompok ditentukan

oleh guru pada saat kelompok tersebut akan mendapat giliran untuk

presentasi.

g. Evaluasi kelompok.

h. Guru memberikan klarifikasi singkat tentang materi yang telah diinvestigasi

oleh masing-masing kelompok.

i. Guru mendampingi atau membimbing siswa membuat kesimpulan.

j. Kuis terbuka antar kelompok.

k. Evaluasi individu.

l. Penutup

3.2. Hasil Penilaian

3.2.1. Subjek, Tempat, Waktu Penelitian, serta Pihak yang Membantu

1. Subjek Penelitian

Subjek yang berpartisipasi dalam proses Pelaksanaan Perbaikan

Pembelajaran adalah siswa kelas V A SDN 020 Tarakan, yang terdiri

dari 26 Siswa dengan rincian 12 siswa perempuan dan 14 siswa laki-


laki pada muatan IPS konsep tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu

Budha dan Islam.

2. Tempat Penelitian

Pelaksanaan Penelitan dilakukan di kelas V A SDN 020 Tarakan

yang beralamat di Jl. P. Diponegoro RT. 13 Kelurahan Sebengkok

Kecamatan Tarakan Tengah Kota Tarakan Kalimantan Utara

3. Waktu Penelitian

Pelaksanaan Penelitian dilakukan pada semester 1 Tahun

Pelajaran 2022 - 2023 dengan jadwal berikut :

No Hari/Tanggal Waktu Kegiatan

1 Rabu, 5 September 2022 07.30-09.30 WIB Pertemuan 1

Rabu, 12 September
2 07.30-09.30 WIB Pertemuan 2
2022

3 Rabu,19 September 2022 07.30-09.30 WIB Pertemuan 3

4. Pihak yang Membantu

Pelaksanaan penulisan makalah ini dibantu oleh Ibu Masita, S.Pd.

selaku Kepala Sekolah syang selalu sedia membatu kesulitan-kesulitan yang

ditemui oleh penulis dalam proses pembelajaran khususnya pembelajaran

IPS tentang konsep tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu Budha dan Islam.

3.3. Hasil Pengamatan

Tabel 3.1. Hasil Belajar Berdasarkan Pencapaian Target KKM

Pertemuan 1
N NILAI
NAMA SISWA KKM
o IPS KETERANGAN

1 ANDRIAN RAGA SAPUTRA 70 70 Tuntas

2 ANDIKA BAYU PRATAMA 70 Tuntas

3 ARYA DWI PANGGA 80 Tuntas

4 AZHARIEN RISKYANI SHAFUAN 60 Tidak Tuntas

5 BILAL NUR SAHIM 40 Tidak Tuntas

6 DURI MAHARANI S. 60 Tidak Tuntas

7 FADHLURROHMAN AKBAR 80 Tuntas

8 FATHIYYA AQILA ZAHRAH 70 Tuntas

9 KENISTINA AROFIAH INA K 80 Tuntas

10 KAMILA AZIZAH 80 Tuntas

11 KHAFI NUR MUHAMMAD 50 Tidak Tuntas

12 KYLA IVANA ANINDYA 40 Tidak Tuntas

13 M. ABIDZAR 60 Tidak Tuntas

14 MUH. FAHREZY ABRAR S. 60 Tidak Tuntas

15 MUHAMMAD RIZKI 60 Tidak Tuntas

16 MUH. RIZKI DARMAWAN 60 Tidak Tuntas

17 NUR IZZAH RAMADHANIA 60 Tidak Tuntas

18 NUR MUJUDDAH AMIRUDDIN 60 Tidak Tuntas

19 REHAN 60 Tidak Tuntas

20 REYA ANASTASYA 30 Tidak Tuntas


N NILAI
NAMA SISWA KKM
o IPS KETERANGAN

21 SITI NUR KHALIFAH 80 Tuntas

22 SUCI AGUSTINA R 90 Tuntas

23 YALSA AL-MAERZIA 90 Tuntas

24 YENNY PUTRI JUMARIAH 60 Tidak Tuntas

25 ZIDAN ANWAR 70 Tuntas

26 RANIA HILYA NURSAFA 60 Tidak Tuntas

JUMLAH 1680

Rata-rata anak 64,61

Pencapaian KKM (%) 57,69%

Dari tabel 3.2 diatas diketahui bahwa :

Siswa yang belum tuntas belajar (15 siswa)

= 15 x 100% = 1.500 = 57,69%


Ʃ Rata-rata 26

Siswa yang tuntas belajar (10 siswa )

= 10 x 100% = 1.000 = 38,46%


Ʃ Rata-rata 26
Pertemuan 1
70
57,69
60
50
38,46
40
30
20
10
0
nilai di atas KKM nilai di bawah KKM

Grafik 3.1. Grafik Rekapitulasi Pencapaian Target KKM

Tabel 3.2. Hasil Belajar IPS Berdasarkan Pencapaian Target KKM

Pertemuan 2

NILAI
No NAMA SISWA KKM
IPS KETERANGAN

1 ANDRIAN RAGA SAPUTRA 70 90 Tuntas

2 ANDIKA BAYU PRATAMA 80 Tuntas

3 ARYA DWI PANGGA 90 Tuntas

4 AZHARIEN RISKYANI SHAFUAN 80 Tuntas

5 BILAL NUR SAHIM 60 Tidak Tuntas

6 DURI MAHARANI S. 70 Tuntas

7 FADHLURROHMAN AKBAR 80 Tuntas

8 FATHIYYA AQILA ZAHRAH 90 Tuntas

9 KENISTINA AROFIAH INA K 80 Tuntas

10 KAMILA AZIZAH 80 Tuntas

11 KHAFI NUR MUHAMMAD 70 Tuntas

12 KYLA IVANA ANINDYA 60 Tidak Tuntas


NILAI
No NAMA SISWA KKM
IPS KETERANGAN

13 N. ABIDZAR 70 Tuntas

14 MUH. FAHREZY ABRAR S. 80 Tuntas

15 MUHAMMAD RIZKI 80 Tuntas

16 MUH. RIZKI DARMAWAN 60 Tidak Tuntas

17 NUR IZZAH RAMADHANIA 50 Tuntas

18 NUR MUJUDDAH AMIRUDDIN 70 Tuntas

19 REHAN 70 Tuntas

20 REYA ANASTASYA 60 Tidak Tuntas

21 SITI NUR KHALIFAH 80 Tuntas

22 SUCI AGUSTINA R 90 Tuntas

23 YALSA AL-MAERZIA 90 Tuntas

24 YENNY PUTRI JUMARIAH 60 Tuntas

25 ZIDAN ANWAR 70 Tuntas

26 RANIA HILYA NURSAFA 80 Tidak Tuntas

JUMLAH 1940

Rata-rata anak 74,61

Pencapaian KKM (%) 76,92%

Dari tabel 3.4 diatas diketahui bahwa :

Siswa yang belum tuntas belajar (6 siswa)

= 6 x 100% = 600 = 23,07%


Ʃ Rata-rata 26

Siswa yang tuntas belajar (20 siswa)

= 20 x 100% = 2.000 = 76,92%


Ʃ Rata-rata 26

Pertemuan 2
90
80
70
60
50
40 76.92
30
20
10 23.08
0
nilai di atas KKM nilai di bawah KKM

Grafik 3.2. Grafik Rekapitulasi Pencapaian Target KKM

Tabel 3.3. Hasil Belajar IPS Berdasarkan Pencapaian Target KKM

Pertemuan 3

NILAI
No NAMA SISWA KKM
IPS KETERANGAN

1 CAHAYA PUTRA RANGKUTI 70 100 Tuntas

2 IRSAN ABDURAHMAN 100 Tuntas

3 JENNIFER ASTRI MONGOUA 70 Tuntas

4 KHAIRUNISA MAHARANI 70 Tuntas

5 LULU NURJANAH 70 Tuntas


NILAI
No NAMA SISWA KKM
IPS KETERANGAN

MUHAMMAD IKRAM
6 80 Tuntas
NURFAJRY

ANNISA TRIBUDIATI
7 90 Tuntas
DANAATMAJA

8 MUHAMMAD RIJKI 90 Tuntas

9 ROZAN INSAN 80 Tuntas

10 SANDHY SYAWALUDIN 90 Tuntas

11 CALISTA SAHLAN P 70 Tuntas

12 DEANBI KRISTIKALISTA K 70 Tuntas

13 DIAZ RABBANIE AL SISTANI 80 Tuntas

14 DIMAS LESMANA 90 Tuntas

15 DZAKY ATHAYA RAMADHAN 100 Tuntas

16 GIOVANNI NATALIA SIWI 80 Tuntas

17 GIRINDA AKBAR 70 Tuntas

18 GLORIA AGUSTINA 80 Tuntas

19 HENDRA SIMALANGO 70 Tuntas

20 HENDRO SIMALANGO 60 Tidak Tuntas

21 JOSHUA TAFFAREL PEETRA. C 90 Tuntas

22 LADINA ANANDA FITIYANI 80 Tuntas

23 M. FARIED WAJDY 90 Tuntas


NILAI
No NAMA SISWA KKM
IPS KETERANGAN

24 M. SURYA DARMAWAN 80 Tuntas

25 MUTIARA NAJWA AGUSTIN 70 Tuntas

26 NATHALIA PUTRI LIANI 70 Tuntas

PUTRI AURELIA SUSILAWATI.


27 100 Tuntas
N

28 WAFA NURAENI 90 Tuntas

29 AGNES PRADIKA PUTRI 80 Tuntas

30 FEODORA TIFANYA 80 Tuntas

31 FELIX VERDIANTO HERMAN 60 Tidak Tuntas

32 AFI KRISTIANI 100 Tuntas

33 DESMOND NICHOLAS 90 Tuntas

34 JASON NICHOLAS 90 Tuntas

35 JELITA FEBRIANICA 70 Tuntas

JUMLAH 2850

Rata-rata anak 81,43

Pencapaian KKM (%) 92,30%

Dari tabel 3.2 diatas diketahui bahwa :

Siswa yang belum tuntas belajar (2 siswa)

= 2 x 100% = 200 = 7,69%


Ʃ Rata-rata 26
Siswa yang tuntas belajar (24 siswa)

= 24 x 100% = 2.400 = 92,30%


Ʃ Rata-rata 26

Pertemuan 3
100 92.3
90
80
70
60
50
40
30
20
10 7.69
0
nilai di atas KKM nilai di bawah KKM

Grafik 3.3. Grafik Rekapitulasi Pencapaian Target KKM

Berdasarkan pengamatan dari beberap tabel diatas, maka diperoleh tabel

presentase ketuntasan hasil belajar pertemuan 1, 2, dan 3 sebagai berikut :

Tabel 3.4. Hasil Belajar Pertemuan 1, 2, dan 3

Jumlah Pencapaian Target Siswa yang


No Pertemuan
memperoleh nilai 70 ( % )

1 Pertemuan 1 57,69 %

2 Pertemuan 2 76,92 %

3 Pertemuan 3 92,30%
Hasil Belajar
100
92.3
90
80 76.92
70
60 57.69

50
40
30
20
10
0
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3

Grafik 3.4. Grafik Rekapitulasi Pencapaian Target KKM

Pada tabel 3.4 dan grafik 3.4 terlihat adanya peni9ngkatan secara

signifikan pada ketuntasan hasil belajar siswa, hal ini menunjukkan

bahwa penerapan metode belajar kooperatif (cooperative learning) tipe

group investigation (GI) pada mata pelajaran IPS materi Tokoh-tokoh

Sejarah pada masa Hindu, Budha dan Islam kelas V A SDN 020 Tarakan

dinyatakan berhasil
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan Pengamatan yang Penulis telah lakukan, maka penulis

memberikan kesimpulan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif learning

tipe Group Investigation (GI) memberikan dampak positif dalam

meningkatkan perolehan hasil belajar IPS siswa pada konsep konsep tokoh-

tokoh sejarah pada masa Hindu Budha dan Islam manusia. Hal tersebut dapat

dilihat dari adanya peningkatan perolehan hasil belajar yang ditunjukkan pada

setiap pertemuan. Adapun perolehan hasil belajar pada pertemuan 1 hanya

ada 10 siswa dari 26 siswa atau hanya 57,69 % yang memperoleh nilai di atas

KKM. Setelah dilakukannya penerapan model pembelajaran di pertemuan 2

nilai perolehan cukup meningkat menjadi 20 siswa dari 26 siswa atau 76,92

% yang memperoleh nilai di atas KKM. Kemudian perolehan hasil belajar

pada pertemua 3 mengalami peningkatan hasil belajar yang cukup signifikan

kenaikannya, yang awalnya pada pertemuan 1 hanya 10 siswa yang bisa

mencapai KKM, pada pertemuan 3 ini setelah dilakukan evaluasi dari

pertemuan 2 dan diterapkannya pembelajaran kooperatif learning tipe Group

Investigation (GI) siswa yang dapat mencapai KKM menjadi 24 siswa dari 36

siswa kelas V atau 92,30 %. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan

bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif learning tipe Group

Investigation (GI) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata

pelajaran IPS konsep tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu Budha dan Islam

di kelas V A SDN 020 Tarakan.

55
B. Saran

Berdasarkan dari kesimpulan di atas dapat disampaikan saran sebagai

berikut :

1. Karena siswa menganggap pelajaran IPS pelajaran yang sulit, diharapkan

agar guru dapat menciptakan susana yang kondusif melalui penerapan

metode yang bervariasi serta menggunakan media pembelajaran yang

cocok serta alat peraga yang membuat siswa senang denga pelajaran IPS

dan tidak hanya sekedar mengahal materi.

2. Guru dalam memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa harus

memberikan kesempatan kepada seluruh siswa tidak hanya kepada siswa

yang pintar saja.

3. Upaya meningkatkan hasil belajar siswa perlu ditindak lanjuti pada

berbagai materi dan mata pelajaran lain dengan lebih meningkatkan

penerapan berbagai model pembelajaran yang efektif.


DAFTAR PUSTAKA

Arini, Y. (2009). Model pembelajaran Kooperatif.[Online]. Tersedia: http://yusti-

arini.blogspot.com/2009/08/model-pembelajaran-kooperatif.html [ 24

November 2015]

CahyoN Agus. (2013).Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar Teraktual

danTerpopuler, Yogjakarta, DIVA Press.

Hamalik Omar.( 1993). Metode dan Kesulitan Belajar. Jakarta : Bumi Aksara.

---------.(2007). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Huda .Miftahul. 2011. Cooperative Learning:Metode, Teknik, Struktural,

danModel Penerapan. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Isjoni.(2010). Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.

---------.(2011). Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan

Komunikasi Antar Peserta Didik.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Muhibbin Syah. (1995). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.Bandung:

PT Remaja Rosdakarya.

Nurhadi.(2011).Menciptakan Pembelajaran IPS Efektif dan

Menyenangkan.Jakarta: Multi Kreasi Satudelapan.

Rakhmat, C., Budiman, N. dan Ineu-Herawati, N. (2006).Psikologi Pendidikan.

Bandung: UPI Press.

Rusman.(2011).Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru, Jakarta, Raja Grafindo Persada.

Sapriya. (2011). Pendidikan IPS. Bandung: PT Remaja Rosda Karya

Sudjana, Nana. (2002), Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar.Bandung : Sinar

Baru Algesindo.
---------.(2005). Tuntuntan Penyusunan Karya Ilmiah (Makalah-Skripsi-Tesis-

Disertasi).Bandung: Sinar Baru Algensindo.

---------..(2006). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung :

Rosdakarya.

Suharsimi Arikunto. (2006) . Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Syah, M. (2002).Psikologi Pendidikan: dengan Pendekatan Baru.Bandung : PT.

Remaja Rosdakarya.

Trianto,(2007). Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek.Jakarta:

Prestasi Pustaka Plubisher.


57

Wena Made. (2008). Strategi PembelajaranInovatif

Kontemporer.Jakarta:Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai