Negeri yang beriman dan bertakwa hanya bisa terwujud jika negeri itu dan
penduduknya menjalankan syariah Allah subhanahu wa ta’ala dan dipimpin oleh
orang yang bertakwa, yakni pemimpin yang hanya takut kepada Allah subhanahu
wa ta’ala.
Mustahil suatu negeri mendapat limpahan rahmat Allah subhanahu wa ta’ala bila
penduduk dan penguasanya membangkang terhadap perintah dan larangan-Nya.
تُ ض ْن ًكا َّونَحْ ُشر ُٗه يَوْ َم ْالقِ ٰي َم ِة اَ ْعمٰ ى قَا َل َربِّ لِ َم َحشَرْ تَنِ ْٓي اَ ْعمٰ ى َوقَ ْد ُك ْن
َ ًض ع َْن ِذ ْك ِريْ فَا ِ َّن لَهٗ َم ِع ْي َشة
َ َو َم ْن اَ ْع َر
َ ِك اَتَ ْتكَ ٰا ٰيتُنَا فَنَ ِس ْيتَهَ ۚا َو َك ٰذل
ك ْاليَوْ َم تُ ْن ٰسى َ ِص ْيرًا قَا َل َك ٰذل
ِ َب
Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya
penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat
dalam keadaan buta. Berkatalah dia: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau
menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang
yang melihat?” Allah berfirman: “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat
Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun
dilupakan“. (QS. Thaha [20]: 124-126)
“Apabila sesuatu urusan diserahkan kepada bukan ahlinya, maka tunggu saat
kehancurannya” (HR. Bukhari).
Pada saat itu Ruwaibidhah berbicara.” Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud
Ruwaibidhah?”. Beliau menjawab, “Orang bodoh yang turut campur dalam urusan
masyarakat luas.” (HR. Ibnu Majah).
Tentu kita tidak ingin Ruwaibidhah berada di tengah-tengah kita. Maka, kita perlu
tahu bagaimana karakteristik pemimpin yang layak mengurus umat ini.
Abu Dzar juga menuturkan bahwa dia berkata kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam: “Wahai Rasulullah, tidakkan engkau mengangkatku (menjadi
pejabat)?” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menepuk pundakku,
dan berkata:
“Wahai Abu Dzar, kamu adalah orang yang lemah, dan sesungguhnya jabatan ini
adalah amanah, dan pada hari pembalasan akan menjadi kehinaan dan sesalan,
kecuali bagi orang yang mengambilnya sesuai dengan haknya dan menunaikan
kewajiban dalam kepemimpinannya.” [HR. Muslim].
Kuat dan lemah yang dimaksud dalam hadits ini adalah kekuatan kepribadian
yakni bagaimana pola pikir dan pola sikapnya islami atau tidak.
Kedua, bertakwa. Seorang pemimpin harus memiliki sifat takwa pada dirinya, baik
secara pribadi, maupun dalam hubungannya dengan tugas dan tanggung jawabnya
memelihara urusan rakyat. Diriwayatkan dari Sulaiman bin Buraidah dari
bapaknya, bahwa ia menuturkan:
Keempat, jujur dan penuh perhatian. Diriwayatkan dari Ma’qil bin Yasar bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Siapa saja yang memimpin
pemerintahan kaum muslimin lalu dia tidak serius mengurusnya, dan tidak
memberikan nasihat yang tulus kepada mereka, maka dia tidak akan mencium
harumnya aroma surga.” [HR. Imam Muslim].
Hanya dengan pemimpin yang memenuhi kriteria inilah, umat ini akan dibawa
kepada ridha Allah.