Anda di halaman 1dari 3

Alhamdulillah, segala nikmat hanya milik Allah.

Dia-lah Yang Maha Menentukan,


Yang menguasai seluruh alam semesta. Shalawat dan salam semoga senantiasa
dicurahkan kepada junjungan alam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Bertakwalah kepada Allah, dengan sebenar-benar takwa. Jadikan aturan Allah


sebagai pijakan dalam mengarungi kehidupan dunia, dimanapun dan kapanpun.
Hanya dengan takwa, Allah akan ridha kepada kita dan Allah akan bukakan
keberkahan dari langit dan bumi.
ۤ ٍ ‫َولَوْ اَ َّن اَ ْه َل ْالقُ ٰ ٓرى ٰا َمنُوْ ا َواتَّقَوْ ا لَفَتَحْ نَا َعلَ ْي ِه ْم بَ َر ٰك‬
ِ ْ‫ت ِّمنَ ال َّس َما ِء َوااْل َر‬
‫ض‬

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami


akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” (QS Al A’raf
[7]:96)

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,

Negeri yang beriman dan bertakwa hanya bisa terwujud jika negeri itu dan
penduduknya menjalankan syariah Allah subhanahu wa ta’ala dan dipimpin oleh
orang yang bertakwa, yakni pemimpin yang hanya takut kepada Allah subhanahu
wa ta’ala.

Mustahil suatu negeri mendapat limpahan rahmat Allah subhanahu wa ta’ala bila
penduduk dan penguasanya membangkang terhadap perintah dan larangan-Nya.

‫ت‬ُ ‫ض ْن ًكا َّونَحْ ُشر ُٗه يَوْ َم ْالقِ ٰي َم ِة اَ ْعمٰ ى قَا َل َربِّ لِ َم َحشَرْ تَنِ ْٓي اَ ْعمٰ ى َوقَ ْد ُك ْن‬
َ ً‫ض ع َْن ِذ ْك ِريْ فَا ِ َّن لَهٗ َم ِع ْي َشة‬
َ ‫َو َم ْن اَ ْع َر‬
َ ِ‫ك اَتَ ْتكَ ٰا ٰيتُنَا فَنَ ِس ْيتَهَ ۚا َو َك ٰذل‬
‫ك ْاليَوْ َم تُ ْن ٰسى‬ َ ِ‫ص ْيرًا قَا َل َك ٰذل‬
ِ َ‫ب‬
Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya
penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat
dalam keadaan buta. Berkatalah dia: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau
menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang
yang melihat?” Allah berfirman: “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat
Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun
dilupakan“. (QS. Thaha [20]: 124-126)

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,

Kedudukan pemimpin dalam Islam sangat penting. Posisinya sangat menentukan


arah perjalanan umat. Salah memilih pemimpin, maka hancurlah sebuah
masyarakat.
َ‫ِإ َذا ُو ِّس َد اَأْل ْم ُر ِإلَى َغي ِْر َأ ْهلِ ِه فَا ْنت َِظ ِر السَّا َعة‬

“Apabila sesuatu urusan diserahkan kepada bukan ahlinya, maka tunggu saat
kehancurannya” (HR. Bukhari).

Jauh-jauh hari yang lalu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan


dengan sabdanya: “Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh dengan
penipuan. Ketika itu pendusta dibenarkan sedangkan orang yang jujur malah
didustakan, pengkhianat dipercaya sedangkan orang yang amanah justru dianggap
sebagai pengkhianat.

Pada saat itu Ruwaibidhah berbicara.” Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud
Ruwaibidhah?”. Beliau menjawab, “Orang bodoh yang turut campur dalam urusan
masyarakat luas.” (HR. Ibnu Majah).

Tentu kita tidak ingin Ruwaibidhah berada di tengah-tengah kita. Maka, kita perlu
tahu bagaimana karakteristik pemimpin yang layak mengurus umat ini.

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,

Syeikh Abdul Qadim Zallum dalam kitab Al Afkar as Siyasiyyah menyebut


beberapa karakteristik pemimpin publik.

Pertama, berkepribadian kuat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam


menjelaskan bahwa seorang pemimpin harus kuat, tidak lemah. Orang lemah tidak
pantas menjadi pemimpin.

Abu Dzar juga menuturkan bahwa dia berkata kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam: “Wahai Rasulullah, tidakkan engkau mengangkatku (menjadi
pejabat)?” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menepuk pundakku,
dan berkata:

“Wahai Abu Dzar, kamu adalah orang yang lemah, dan sesungguhnya jabatan ini
adalah amanah, dan pada hari pembalasan akan menjadi kehinaan dan sesalan,
kecuali bagi orang yang mengambilnya sesuai dengan haknya dan menunaikan
kewajiban dalam kepemimpinannya.” [HR. Muslim].

Kuat dan lemah yang dimaksud dalam hadits ini adalah kekuatan kepribadian
yakni bagaimana pola pikir dan pola sikapnya islami atau tidak.

Kedua, bertakwa. Seorang pemimpin harus memiliki sifat takwa pada dirinya, baik
secara pribadi, maupun dalam hubungannya dengan tugas dan tanggung jawabnya
memelihara urusan rakyat. Diriwayatkan dari Sulaiman bin Buraidah dari
bapaknya, bahwa ia menuturkan:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila mengangkat seorang pemimpin


pasukan atau suatu ekspedisi pasukan khusus, maka beliau mewasiatkan takwa
kepadanya dan berbuat baik terhadap kaum muslimin yang bersama dengannya
(anak buahnya).” [HR. Muslim].

Seorang pemimpin yang bertakwa akan senantiasa menyadari bahwa Allah


subhanahu wa ta’ala senantiasa memonitornya (muraqabah) dan dia takut kepada-
Nya, sehingga dengan demikian dia akan menjauhkan diri dari sikap sewenang-
wenang (zalim) kepada rakyat.
Ketiga, belas kasih. Ini diwujudkan secara konkrit dengan sikap lembut dan
kebijaksanaannya yang tidak menyulitkan rakyatnya. Diriwayatkan bahwa istri
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah
berkata:

Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ya Allah,


siapa saja yang diberi tanggung jawab memimpin urusan pemerintahan umatku
dan menimbulkan kesulitan bagi mereka, maka persulitlah dia. Dan siapa saja
yang memerintah umatku dengan sikap lembut (bersahabat) kepada mereka, maka
lembutlah kepadanya.” [HR. Muslim].

Keempat, jujur dan penuh perhatian. Diriwayatkan dari Ma’qil bin Yasar bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Siapa saja yang memimpin
pemerintahan kaum muslimin lalu dia tidak serius mengurusnya, dan tidak
memberikan nasihat yang tulus kepada mereka, maka dia tidak akan mencium
harumnya aroma surga.” [HR. Imam Muslim].

Kelima, istiqamah memerintah dengan syariah. Diriwayatkan bahwa ketika Muadz


bin Jabal diutus menjadi Wali/Gubernur di Yaman, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam menanyainya bagaimana cara dia memerintah.

Nabi bertanya kepadanya: “Dengan apa engkau memutuskan perkara?” Muadz


menjawab: “Dengan Kitabullah” Rasul bertanya: “Dengan apalagi jika engkau
tidak mendapatinya (di dalam Al–Quran)?”

Muadz menjawab: “Dengan Sunnah Rasulullah” Rasul berkata: “Dengan apalagi


jika engkau tidak mendapatinya (di dalam al-Quran maupun as-Sunnah)?” Muadz
menjawab: “Aku akan berijtihad”

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berucap: “Segala puji bagi


Allah yang telah memberi petunjuk kepada utusan Rasulullah ke jalan yang
disukai Allah dan Rasul-Nya.” [HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Baihaqi].

Hanya dengan pemimpin yang memenuhi kriteria inilah, umat ini akan dibawa
kepada ridha Allah.

Anda mungkin juga menyukai