Anda di halaman 1dari 28

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

(PBL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV


DALAM PEMBELAJARAN IPA SDN 17 SUNGAI TARAB

PROPOSAL SKRIPSI

Ditulis Sebagai Syarat Untuk Penulisan Skripsi Pada Program Studi


Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Oleh:

CYNTIA WULANDARI
NIM: 1730111012

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

BATUSANGKAR

2020M/ 1441H
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan di era globalisasi sekarang telah menjadi faktor utama
dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang lebih baik.
Pendidikan tidak hanya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan,
namun pendidikan juga turut membentuk watak dan sikap anak bangsa.
Menurut Undang- Undang Nomor 20 tahun 2003 (Undang-undang
Republik Indonesia, 2003) Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan
bahwa tujuan pendidikan adalah mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berkhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Pendidikan sebagai suatu proses yang bukan hanya memberi bekal
kemampuan intelektual dalam membaca, menulis, dan berhitung saja
melainkan juga sebagai proses mengembangkan kemampuan peserta didik
secara optimal dalam aspek intelektual, sosial, dan personal (Fauzia,
2018). Jadi, Pendidikan tidak hanya mengembangkan kemampuan
intelektual, namun bagaimana cara kita mengimplementasikannya dalam
kehidupan bermasyarakat dengan menenanamkan nilai- nilai moral.
Pendidikan merupakan salah satu faktor utama dalam membentuk
kepribadian manusia dan mempunyai peran penting dalam mempersiapkan
kehidupan yang lebih baik kedepannya. Dalam proses belajar guru sangat
berperan dalam merancang pembelajaran agar menggunakan model yang
mendukung materi pembelajaran. Guru harus kreatif dan inovatif dalam
menerangkan pembelajaran khususnya pembelajaran IPA di Sekolah
Dasar.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai salah satu mata pelajaran
wajib di Sekolah Dasar (SD) merupakan mata pelajaran yang dekat dengan
kehidupan manusia sehari-hari. Berbagai masalah kehidupan dapat
dipecahkan dengan pembelajaran IPA. Pembelajaran IPA mampu
menghasilkan generasi yang berkualitas, yaitu manusia yang mampu
berfikir kritis, kreatif dan logis.
Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar merupakan salah satu mata
pelajaran yang dikembangkan sacara kurikuler di sekolah, agar menjadi
salah satu alat fungsional guna mencapai tujuan pendidikan nasional.
Pembelajaran IPA pembelajaran yang berupa fakta- fakta, konsep- konsep,
atau prinsip- prinsip melainkan juga penemuan, demgan pembelajaran IPA
membuat rasa ingin tahu lebih tinggi.
Menurut (Depdiknas, 2006, hal. 484), “pembelajaran IPA
berhubungan berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang
berupa hasil saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.” Jadi,
pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung
memecahkan suatu masalah untuk mengembangkan potensi siswa agar
mampu memahami proses dan konsep IPA itu sendiri serta mampu
menjelajahi alam sekitar secara ilmiah.
Pembelajaran IPA harus sejalan dengan perkembangan teknolgi,
dimana peserta didik harus mandiri dan bisa memecahkan masalah serta
banyak model serta strategi yang bisa menarik minat peserta didik dalam
belajar, guru sangat berperan aktif dalam keaktifan siswa dalam proses
belajar. Ilmu Pengetahuan (IPA) adalah sebuah mata pelajaran di sekolah
dasar (SD). IPA merupakan konsep belajar yang mempunyai hubungan
dengan alam dan kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat berperan
dalam proses pendidikan dan juga perkembangan.
Oleh sebab itu, pembelajaran IPA di Sekolah Dasar sebaiknya
tidak melalui ceramah atau pemberian tugas saja, tetapi diajarkan dengan
berbagai cara dan model pembelajaran. Model pembelajaran yang
digunakan sebaiknya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menemukan dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan IPA.
Berarti kesimpulannya, dimana guru masih ceramah dan meberikan
tugas kepada siswa sehingga siswa hanya mendengarkan, akibatnya sedikit
siswa yang aktif di dalam kelas untuk itu guru harus merencanakan model
pembelajaran yang membuat siswa aktif senhingga hasil belajar siswa
meningkat.
Hasil belajar siswa kelas IV SDN 17 Sungai Tarab belum
menunjukan hasil yang maksimal, dimana masih banyak siswa yang
mendapatkan nilai yang rendah. Hasil belajar yang bagus harus melalui
proses belajar yang bagus juga. Jika proses belajar tidak optimal sangat
sulit diharapakan terjadinya hasil belajar yang baik.
Untuk mengatasi masalah guru harus mampu memilih model
pembelajaran yang tepat sehingga masalah tersebut dapat diatasi dan
tujuan pembelajaran dapat dicapai. Salah satu model pembelajaran yang
mampu mengembangkan potensi siswa untuk berfikir kritis, kreatif,
inovatif, dan sistemaris adalah Model Problem Based Learning (PBL).
Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu model
pembelajaran yang titik tolak utamanya adalah masalah yang diberikan
guru berdasarkan informasi yang siswa miliki khususnya pembelajaran
IPA dimana pembelajaran IPA menuntut suatu keterampilan proses siswa
untuk memahami secara detail karena pembelajaran IPA adalah suatu
pembelajaran yang ada kaitannya antara lingkungan sekitar siswa dengan
materi yang ada.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa PBL sengaja dikembangkan untuk
membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan
analisis serta mengembangkan kemampuan berpikir kiritis dan analisis
siswa dalam memecahkan masalah yang kompleks dalam kehidupan nyata
sehingga munculnya budaya berpikir bagi siswa.
Berdasarkan uraian yang dikemukakan diatas, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul: “Penerapan Model
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Kelas IV dalam Pembelajaran IPA SDN 17
Sungai Tarab.
B. Indentifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, beberapa permasalahan
yang melatarbelakangi rendahnya hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN 17
Sungai Tarab. Sebagai Berikut:
1. Hasil belajar siswa kelas IV SDN 17 Sungai Tarab pada mata
pelajaran IPA masih rendah.
2. Penggunaan model pembelajaran dalam mata pelajaran IPA
masih belum sesuai karena siswa masih tidak aktif.
C. Batasan Masalah
Model pembelajaran yang digunakan untuk mempengaruhi hasil
belajar siswa, salah satu model pembelajaran adalah Problem Based
Learning. Model ini memiliki potensi yang besar untuk membantu
terciptanya proses pembelajaran yang aktif dan menarik. Dalam penelitian
tindakan kelas ini peneliti melakukan penelitian tentang penggunaan
model pembelajaran PBL terhadap peningkatan hasil belajar IPA siswa
kelas IV SDN 17 Sungai Tarab.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan Masalah diatas maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah bagaimana metode pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas
IV SDN 17 Sungai Tarab.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar
siswa kelas IV dalam pembelajaran IPA melalui model Pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) di SDN 17 Sungai Tarab.
F. Manfaat dan Luaran Peneltian
1. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi Penulis dapat dijadikan tambahan pengetahuan tentang
pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL).
b. Bagi sekolah dari hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam proses pembelajaran khususnya pembelajaran
IPA dengan model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
c. Bagi akademik dapat digunakan untuk menambah pengetahuan
mengenai model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
2. Luaran Penelitian
Dari penelitian yang dilakukan diharapkan dapat menjadi reverensi
diperpuastakaan IAIN Batusangkar, diharapkan penelitian ini dapat di
seminarkan nantinya dan dapat dijadikan jurnal ilmiah bidang
Pendidikan sekala nasional maupun internasional.
G. Defenisi Operasional
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan
kebiasaan yang dilakukan dari setiap generasi ke generasi berikutnya
dengan pendidikan setiap orang dapat menambahkan wawasan serta
dihargai di masyarakat. Pendidikan sangat dibutuhkan dalam penunjang
pengetahuan bagi setiap orang. Pendidikan terus berkembang sesuai
dengan perkembangan zaman.
Pembelajaran IPA adalah pembelajaran yang berhubungan dengan
alam dimana dengan pembelajaran IPA kita lebih mengetahui peristiwa-
peristiwa yang ada dialam, dengan pembelajaran IPA membuat rasa ingin
tahu dan mengembangkan wawasan yang terkait dengan keadaan
lingkungan sekitar, pembelajaran IPA juga berkaitan dengan ilmu
teknologi dengan teknologi membuat kita lebih berfikir kritis dan kreatif
dalam pembelajaran.
Hasil belajar adalah kemampuan- kemampuan yang diperoleh anak
melalui kegiatan belajar, dengan hasil belajar dapat mengukur kemampuan
siswa dalam menerima pelajaran yang diberikan guru, hasil belajar juga
berpengaruh terhadap keberhasilan suatu mata pelajaran, dimana apabila
model pembelajaran tidak sesuai maka hasil belajar siswa tidak maksimal
namun sebaliknya jika model pembelajaran sesuai maka hasil belajar
siswa maksimal dengan yang diharapakan oleh guru.
Model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi
ajar yang meliputi segala aspek sebelum, sedang, dan sesudah
pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang
digunakan secara langsung atau tidak langsung, model pembelajaran juga
rancangan yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi
peserta didik yang sesuai dengan pelajaran yang akan diterangkan oleh
guru kepada peserta didik.
Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran
dimana memberikan masalah terhadap pembelajaran, siswa lebih aktif
dalam pembelajaran dengan menggunakan PBL, dengan PBL siswa lebih
banyak berinteraksi dan lebih kritis dalam pembelajaran, dan guru tidak
menonton dalam menerangkan pembelajaran kepada siswa, dengan PBL
dapat membantu siswa membaca masalah yang ditemukan pada tahap
sebelumnya kemudian mencoba membuat hasil dari masalah yang
ditemukan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Hasil Belajar
1. Pengertian Belajar
Menurut Ainurrahman dalam (Pane & Dasopang, 2017, hal.
335) Belajar menunjukkan akltivitas yang dilakukan oleh seseorang
yang disadari atau disengaja. Aktivitas ini menunjukkan pada
keaktifan seseorang dalam melakukan aspek mental yang
memungkinkan terjadinya perubahan pada dirinya. Dengan demikian,
dapat dipahami juga bahwa suatu kegiatan belajar dikatakan baik
apabila intensitas keaktifan jasmani maupun mental seseorang semakin
tinggi.
Beberapa defenisi belajar menurut para ahli (Setiawan , 2017,
hal. 2) yaitu:
a. Daryanto mengemukakan bahwa belajar sebagai suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
b. Suyono & Hariyanto belajar merujuk kepada suatu proses
perubahan perilaku atau pribadi atau perubahan struktur kognitif
seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu hasil
interaksi aktifnya dengan lingkungan dan sumber-sumber
pembelajaran yang ada disekitarnya.
c. M. Ngalim Purwanto belajar merupakan suatu perubahan yang
bersifat internal dan relatif mantap dalam tingkah laku melalui
latihan atau pengalaman yang menyangkut aspek kepribadian, baik
fisik maupun psikis.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah proses yang dilakukan seseorang untuk merubah
prilaku berdasarkan pengalaman baik secara fisik maupun psikis dan
mendapatkan hasil yang maksimal.
2. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Dimyanti dan Mudjiono dalam jurnal (Muakhirin,
2014, hal. 52) Hasil Belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari
dua sisi yaitu dari sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar
merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila
dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan
tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor. Sedangkan dari sisi guru hasil belajar merupakan saat
terselesaikannya bahan pelajar.
Hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah yaitu
kognitif, afektif dan psikomotor. Sehingga dapat disimpulkan tujuan
pelaksannan pembelajaran adalah untuk meningkatkan kecakapan
siswa terhadap aspek kognitif, afektif, psikomotorik. Ketiga kecakapan
yang ditingkatkan tersebut selanjutnya terwujud pada apa yang disebut
hasil belajar. Dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana penguasaan
siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan (Wahyuni, Kundera, &
Gagaramusu, 2014)
(Kusumawati, 2017, hal. 5) Hasil belajar merupakan
perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang
menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor sebagai hasil dari
kegiatan belajar. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut
Munaldi meliputi faktor internal dan eksternal, yaitu:
a. Faktor Internal
1) Faktor Fisiologis
2) Faktor Psikologis
b. Faktor Eksternal
1) Faktor Lingkungan
2) Faktor Instrumental
3. Hasil Belajar IPA
Hasil belajar merupakan perubahan yang mengakibatkan
peserta didik lebih giat dalm proses belajar. Hasil belajar adalah
perubahan perilaku individu yang meliputi ranah kognitif, efektif dan
psikomotor. Perubagan perilaku diperoleh setelah peserta didik
menyelesaikan program pembelajaran melalui interkasi dengan
berbagai sumber belajar dan lingkungan. Hasil belajar IPA merupakan
perubahan perilaku siswa ranah kognitif, afektif, psikomotor yang
dimiliki peserta didik dalam menerima, menolak dan menilai
informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar
dalam mata pelajaran IPA. Hasil pembelajaran IPA dilihat dari ujian
berupa tes.
B. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
1. Pengertian Problem Based Learning (PBL)
Problem Based Learning adalah suatu yang menggunakan
masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk
belajar berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta
untuk memperoleh pengetahuan yang esensial dari mata pelajaran.
Problem Based Learning memiliki gagasan bahwa pembelajaran dapat
dicapai jika kegiatan pendidikan dipusatkan pada tugas-tugas atau
permasalahan yang autentik dan dipersentasikan dalam konteks.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa PBL
merupakan sebuah model pembelajaran alternative yang dapat
diterapkan oleh para pendidik (Rezeki, 2018).
Problem Based Learning adalah pendekatan yang berpusat
pada siswa dan berfokus pada keterampilan, belajar seumur hidup,
kemampuan untuk menerapkan pengetahuan, dan keterampilan dalam
pemecahan masalah. Menurut Albanese & mitchell; Dolmans &
Schmidt, sebagaimana dikutip oleh Selcuk, mengungkapkan bahwa
Problem Based Learning juga bisa digunakan untuk meningkatkan,
keterampilan pemecahan masalah, kemampuan berfikir kritis dan
kreatif, belajar sepanjang hayat, keterampilan komunikasi, kerjasama
kelompok, adaptasi terhadap perubahan dan kemampuan evaluasi diri.
Problem Based Learning dirancang untuk membantu guru memberikan
informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa melalui suatu
permasalahan (Khoiri, Rochmad, & Cahyono, 2013).
Berdasarkan kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa
Problem Based Learning adalah pembelajaran yang memberikan
masalah sehingga peserta didik berfikir kritis dan mampu memecahkan
masalah dan dengan Problem Based Learning membantu guru untuk
memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa dan dengan
Problem Based Learning membuat peserta didik lebih aktif.
2. Kelebihan Problem Based Learning (PBL)
Problem Based Learning (PBL) model pengajaran yang
menggunakan masalah dunia ketrampilan pemecahan masalah serta
untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang mendasar dari materi
pelajaran, yang membuat siswa berfikir kritis, kreatif, dan inovatif
sehingga siswa dapat lebih aktif dalam pembelajaran.
Problem Based Learning (PBL) model pembelajaran yang
berfokus pada peserta didik dimana pembelajaran menngunakan
masalah dalam dunia nyata yang bertujuan untuk menyusun
pengetahuan siswa, melatih kemandirian dan rasa percaya diri, dan
mengembangkan keterampilan berpikir siswa dalam memecahkan
masalah.
Kelebihan model Problem Based Learning (PBL) adalah
sebagai berikut:
a. Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa dalam bekerja,
memotivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan
hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
b. Problem Based Learning (PBL) akan terjadi pembelajaran yang
bermakna, siswa belajara memecahkan suatu masalah maka siswa
akan menerapakan pengetahuan yang dimilkinya atau berusaha
mengetahui pengetahuan yang diperlukan.
c. Membuat siswa menjadi pebelajar yang mandiri dan bebas.
d. Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan
pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran
yang mereka lakukan, juga dapat mendorong untuk melakukan
evaluasi sendiri baik terhadap hasil belajar maupun proses belajar.
(Tyas, 2017, hal. 46).
Kelebihan Problem Based Learning (PBL) (Wulandari,
2013) sebagai berikut:
a. Pemecahan masalah dalam Problem Based Learning (PBL) cukup
bagus untuk memahami isi pelajaran.
b. Pemecahan masalah berlangsung selama proses pembelajaran
menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan kepada
siswa.
c. Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan aktivitas
pembelajaran.
d. Membantu proses transfer siswa untuk memahami masalah-
masalah dalam kehidupan sehari-hari.
e. Membantu siswa mengembangkan pengetahuannya dan membantu
siswa untuk bertanggungjawab atas pembelajarannya sendiri.
f. Membantu siswa untuk memahami hakekat belajar sebagai cara
berfikir bukan hanya sekedar mengerti pembelajaran oleh guru
berdasarkan buku teks.
g. Problem Based Learning (PBL) menciptakan lingkungan belajar
yang menyenangkan dan diskusi siswa.
h. Memungkinkan aplikasi dalam dunia nyata.
i. Merangsang siswa untuk belajar kontinu.
3. Langkah-langkah Problem Based Learning (PBL)
Problem Based Learning (PBL) model pembelajaran yang
melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-
tahap metode ilmiah sehingga dapat mempelajari pengetahuan yang
berhubungan dengan masalah. Langkah–langkah Problem Based
Learning (PBL) yaitu:
1. Prapembelajaran
2. Menemukan masalah
3. Membangun struktur kerja
4. Menetapakan masalah
5. Mengumpulkan dan berbagai informasi
6. Merumuskan solusi
7. Menentukan solusi terbaik
8. Menyajikan solusi
9. Pasca pembelajaran (Suswandi, 2015, hal. 95)
Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran dengan
penerapan Problem Based Learning (PBL) (Fakhriyah, 2014, hal. 97)
1. Mengindentifikasi masalah, kesesuaian informasi yang diperoleh
2. Mengeksplorasi penafsiran
3. Menentukan alternatif sebagai solusi
4. Mengkomunikasikan kesimpulan
5. Mengintegrasikan, memonitor, dan memperhalus strategi untuk
mengatasi kembali masalah.
C. Pembelajaran IPA
1. Pengertian IPA
(Hisbullah & Nurhayati, 2018, hal. 1) IPA merupakan cabang
pengetahuan yang dibangun berdasarkan pengamatan dan klarifikasi
data, dan biasanya disusun dan diverifikasi dalam hukum-hukum yang
bersifat kuantitatif, yang melibatkan aplikasi penalaran matemaatis dan
analisis data terhadap gejala-gejala alam.
IPA merupakan terjemahan kata-kata Inggris yaitu natural
science, artinya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Berhubungan dengan
alam atau bersangkut paut dengan alam, sedangkan science artinya
ilmu pengetahuan. Jadi, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau science
dapat disebut sebagai ilmu tentang alam. Ilmu yang mempelajari
peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini (Purbosari, 2016, hal. 223).
Darmodjo & Kaligis dalam jurnal (Muakhirin, 2014, hal. 53)
IPA berarti “Ilmu” tentang “Pengetahuan Alam”, Ilmu artinya suatu
pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang benar artinya pengetahuan
yang dibenarkan menurut tolak ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional
dan objektifitas. Adapun “pengetahuan” itu sendiri adalah pengetahuan
tentang alam semesta dengan segala isinya. Jadi, secara singkat IPA
adalah pengetahuan yang rasional dan objektifitas tentang alam
semestas dengan segala isinya.
IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-
prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan
IPA menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri
dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari (Haryati, 2016, hal.
87-86)
2. Hakikat IPA
(Mariana & Praginda, hal. 6) Hakikat Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) merupakan makna alam dan berbagai fenomenalnya/
perilaku/ karakteristik yang dikemas menjadi sekumpulan teori
maupun konsep melalui serangkaian proses ilmiah yang dilakukan
manusia. Teori maupun konsep yang berorganisir ini menjadi sebuah
inspirasi terciptanya teknologi yang dapat dimanfaatkan bagi
kehidupan manusia.
(Sayekti & Kinasih, 2017, hal. 98) Hakikat IPA meliputi
hakikat IPA sebagai produk, Proses, dan Sikap. Hakikat IPA sebagai
produk meliputi fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, serta model.
Hakikat IPA sebagai proses memberikan gambaran bahwa IPA
merupakan proses penemuan untuk menyusun pengetahuan yang
meliputi observasi, eksperimen, penyimpulan, dan lain-lain.
Sedangkan hakikat IPA sebagai sikap merupakan suatu kecendrungan
untuk bertindak sikap dapat dipandang sebagai sikap-sikap yang
melandasi proses IPA, meliputi rasa ingin tahu, jujur, objektif, kritis,
terbuka, disiplin, dan lain-lain.
Hakikat IPA menurut Kemendikbud dalam jurnal (Lestari,
2016) sebagai berikut:
1. Sikap; rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk
hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah
baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar, IPA
bersifat open ended.
2. Proses; prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah,
metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan
eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan
kesimpulan.
3. Produk; berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum.
4. Aplikasi; penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam
kehidupan sehari-hari.
D. Penelitian Relevan
1. Fivi Nuraini (2017) dari Universitas Kristen Wacana dengan judul:
Penggunaan Model Problem Based Learning (PBL) untuk
Meningkatkan Hasil Belajar IPA kelas 5 SD. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui dan mendiskripsikan langkah-langkah penerapan
model PBL dalam meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD.
Hasil penelitian menunjukkan, hasil belajar kognitif yang tuntas dari
pra siklus 7 siswa (44%) meningkat menjadi 12 siswa (76%) pada
siklus I dan meningkat menjadi 16 siswa (100%) pada siklus II. Hasil
belajar afektif pada siklus I dan siklus II menunjukkan rata-rata sikap
menghormati 88 meningkat menjadi 97, partisipasi 77 meningkat
menjadi 91, bekerjasama 78 meningkat menjadi 86, tanggung jawab 83
meningkat menjadi 89. Hasil belajar psikomotor pada siklus I dan
siklus II rata-rata aspek ketrampilan membawa alat dan bahan 72
meningkat menjadi 89, mengoprasikan alat 81 meningkat menjadi 89,
ketelitian 81 menjadi 91, dan mendemonstrasikan 83 meningkat
menjadi 97. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan
model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil
belajar IPA, baik hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik.
2. Dede Dewantara (2016) dari Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin dengan Judul: Penerapan Model Pembelajaran Problem
Based Learning Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar
Siswa Pada Pembelajaran IPA (Studi Pada Siswa Kelas V SDN
Pengambangan 6 Banjarmasin). Tujuan Penelitian ini untuk
meningkatkan hasil belajar IPA dengan menggunakan model Problem
Based Learning dengan pendekatan Contextual Teaching and
Learning. Hasil penelitian menunjukan, 1). Keaktifan siswa selalu
meningkatkan hingga mencapai kriteria aktif; 2). Hasil belajar siswa
terus meningkat hingga mencapai indikator keberhasilan.
3. Hadist Awalia Fauzia (2018) dari Universitas Kristen Satya Wacana
dengan Judul: Penerapan Model Pembelajaran Problem Based
Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belar Matematika SD. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Matematika
siswa sekolah dasar yang dibelajarkan dengan model Problem Based
Learning. Hasil penelitian menunjukkan dianalisis lebih lanjut dalam
bentuk %. Berdasarkan hasil analisis dari 10 hasil penelitian, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model Problem based
learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar matematika peserta
didik. Peningkatan hasil belajar dari yang terendah 5 % sampai yang
tertinggi 40%, dengan rata-rata 22,9 %.
4. Riana Rahmasari (2016) dari Universitas Negeri Yogyakarta dengan
Judul: Penerapan Model Pembelajaraan Problem Based Learning
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelass IV SD
Negeri Nglempong Slemen Yogyakarta. Tujuan Penelitian ini untuk
meningkatkan hasil belajar IPA melalui penerapan model Problem
Based Learning (PBL) pada siswa kelas IV SD Negeri Nglempong
Slemen Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan mata pelajaran IPA
pada pra siklus ialah dari 24 siswa sebanyak 10 siswa masih memiliki
nilai ≤65, 9 siswa mendapat nilai 65-75 dan baru 5 siswayang
mendapat nilai >75. Setelah siklus 1 hasil nilai mata pelajaran IPA
meningkatmenjadi 23 siswa yang memiliki nilai ≥65 dan hanya satu
siswa saja yang memilikinilai ≤65. Dari 23 siswa yang nilainya
memenuhi kriteria ketuntasan minimal, 13 diantaranya sudah memiliki
nilai >75. Sedangkan nilai performansi guru telah mencapai 88,75%
dan mencapai indikator keberhasilan.
E. Kerangka Pikir Penelitian
IPA merupakan hal yang sangat penting diajarkan kepada peserta
didik. IPA sangat diharapkan mampu memecahkan berbagai persoalan
yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mencapai tujuan
dibutuhkannya proses belajar mengajar. Upaya meningkatkan hasil belajar
yang baik melalui penerapan model pembelajaran yang tepat dan sesuai
dengan pembelajaran sehingga dapat dengan mudah dipahami oleh peserta
didik. Model pembelajaran yang sering digunakan guru biasanya model
ceramah. Strategi pembelajaran yang berbasis masalah dapat menjadi salah
satu pilihan untuk menambah ketertarikan peserta didik dalam belajar.
Strategi ini biasanya diaplikasikan dalm bentuk model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL).
Problem Based Learning (PBL) model pembelajaran yang berbasih
masalah sebagai bahan utama dalam belajar. Guru memiliki lebih banyak
waktu untuk mengeksplor kemampuan siswa dalam belajar, karena
Problem Based Learning (PBL) guru bukan sumber utama dalam
pembelajaran, melainkan hanya fasilitator dan mengarahkan siswa saat
pembelajaran. Kelebihan model Problem Based Learning (PBL) mampu
mengatasi permasalahan belajar yang di identifikasi sebelumnya. Bagan
dibawah menunjukkan bahwa Problem Based Learning memiliki
kelebihan dan mampu menyesuaikan dalam mengatasi permasalahan saat
belajar.

• Melamun saat guru


mengajar didalam
kelas
Mengorientasikan • Tidur saat guru
mengajar didalam
peserta didik
kelas
terhadap masalah • Berbicara saat guru
mengajar

mengajar
Mengorganisasikan • Memberikan bahan

peserta didik untuk pelajaran agar murid

belajar mempersiapkan diri


dalam belajar
• Membuat murid
antusias dengan
pelajaran

• Menegur peserta didik


Membimbing saat tidak membaca
penyelidikan buku
individu dan • Menegur siswa saart
kelompok bekelahi dengan teman
• Pasif dalam
pertanyaann yang
diberikan guru

• Membuat siswa
terlibat tanya jawab
Mengembangkan dan
dalam diskusi
menyajikan hasil
karya • Aktif dalam setiap
berdiskusi

• Lama dalam
memahami pelajaran
Menganalisis dan • Lama dalam
mengevaluasi proses
menyelesaikan tugas
pemecahan masalah
• Peserta didik takut
untuk maju kedepan

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian


Gambar bagan sintask Problem Based Learning (PBL) dan
masalah peserta didik saat belajar dapat dipecahkan tersebut sangatlah
tepat jika permasalahan pembelajaran yang ada didalam kelas baik guru
ataupun siswa teratasi melalui penggunaan model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL).
F. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir seperti yang sudah
diungkapkan diatas, hipotesis tindakan ini adalah penggunaan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas IV dalam pembelajaran IPA SDN 17 Sungai Tarab.
G. Defenisi Operasional
1. Hasil belajar IPA adalah hasil belajar yang diperoleh oleh peserta didik
dalam mengikuti pembelajaran IPA. Hasil pembelajaran IPA berkaitan
dengan tunjuan pendidikan IPA dengan tidak melupakan hakekat IPA
itu sendiri. Hasil belajar IPA sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah
oleh sebab itu dapat disimpulkan semoga siswa dapat memahami
konsep IPA dan keterkaitannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
segi proses siswa diharapkan memiliki kemampuan untuk
mengembangkan pengetahuan dan menerapkan untuk memecahkan
masalah yang dihadapi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Dari
segi ilmiah peserta didik berminat untuk mempelajari benda-benda
yang ada disekitar, adanya sikap ingin tahu, bertanggung jawab, dan
dapat bekerja sama, mandiri, serta mengenal dan mengembangkan easa
cinta terhadap alam sekitar. Dengan demikian hasil belajar yang
dikembangkan si sekolah dasar adalah hasil belajat yang nencakup
aspek penguasaan, produk, proses dan sikap ilmiah.
2. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) merupakan
model pembelajaran dengan cara penyajian yang menjadikan masalah
sebagai bahan utama dalam proses belajar. Model pemebleajaran
Problem Based Learning (PBL) mampu mengembangkan keterampilan
siswa dalam beripikir kritis, mendorong dan memberikan peserta didik
menemukan sesuatu yang baru, mengembangkan kemampuan
bertanya, mengembangkan kemampuan mendeskripsikan sesuatu, serta
kemampuan membuat keputusan. Model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) memili tahapan antara lain menemukan masalah,
mengumpulkan fakta-fakta, menyusun dugaan sementara, menyelidiki,
menyempurnakan permasalahan yang telah didefenisikan,
menyimpulkan alternatif-alternatif pemecahan secara kolaborasi, serta
menguji solusi permasalahan oleh sebab itu model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) sangat tepat diterapkan mulai pada
siswa kelas ata sekolah dasar karena dapat mengoptimalkan
keterampilan yang dimiliki oleh setiap siswa dan memusatkan
perhatian dalam proses belajar dan mengajar.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilakasanakan adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) (Classroom Action Research). Penelitian
tindakan kelas dilakukan secara bersiklus yaitu terdiri dari
perencanaan (Plan), tindakan (Act), Observasi (Observe), dan refleksi
(reflection), dan dilakukan oleh guru secara kolaboratif dengan
peneliti.
B. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek penelitian
Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas IV SDN 17
Sungai Tarab.
2. Objek Penelitian
Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini yaitu
meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SDN 17 Sungai
Tarab dengan menggunakan model Problem Based Learning
(PBL).
C. Setting Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 17
Sungai Tarab yang terletak di Jorong tiga batur, Kecamatan Sungai
Tara, pada semester 1 tahun ajaran 2020/2021 semester 1. Yang
menjadi sasaran penelitian adalah siswa kelas IV Sekolah Dasar
Negeri 17 Sungai Tarab karena daya serap pada mata pelajaran IPA.
Gambaran ini dijadikan pangkal dalam melihat berbagai
permasalahan dalam usaha meningkatkan hasil pembelajaran IPA di
kelas IV dan dengan penelitian ini diharapkan agar hasil dan minat
belajar siswa dapat meningkat dengan menggunakan model
pembelajaran lain.
D. Desain Penelitian
Penelitian ini dirancang untuk meningkatkan hasil belajar
IPA kelas IV SDN 17 Sungai Tarab dengan metode pembelajaran
Problem Based Learning (PBL). Konsep PTK Kurt Lewin terdiri
dari empat komponen yaitu perencanaan (planning), tindakan
(acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).
Hubungan keempat komponen tersebut dipandang sebagai suatu
siklus. Desain Kurt Lewin dapat dilihat dalam gambar sebagai
berikut:
Acting

Planning Observing

Reflecting
(Widayati, 2008, hal. 91)
Setiap siklus terdiri dari empat kegiatan yaitu:
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah tahap yang pertama dilakukan oleh
peneliti dalam melaksanakan tindakan. Dalam tahap ini peneliti
merencanakan hal-hal yang akan dilakukan dan yang
diperlukan waktu melakukan tindakan.
a. Menentukan materi yang akan digunkan dalam
penelitian.
b. Membuat rencana pelaksanaan tindakan kelas.
c. Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi
mengenai proses belajar siswa.
d. Mempersiapkan sarana dan media pembelajaran yang
akan digunakan dalam setiap pembelajaran dan lemar
kerja siswa (LKS).
e. Mempersiapkan soal tes untuk siswa yaitu tes yang
akan diberikan pada akhir pelajaran dan tes yang akan
diberikan pada akhir siklus.
2. Tindakan (Akting)
Tindakan ini dilakukan berpedoman pada perencanaan
yang telah dibuat oleh peneliti.
3. Pengamatan (Observasing)
Pengamatan ini dilakukan saat pembelajaran
berlangsung, saat guru mengajarkan materi kepada siswa
dengan menggunakan RPP yang telah dibuat.
4. Refleksi (Reflecting)
Pada tahap ini penelilti menganalisis dari proses
pelaksanaan pembelajaran dan mencari permasalahan yang
muncul saat pembelajaran dan apa yang perlu diperbaiki saat
proses pemebelajaran IPA.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah
sebagai berikut:
1. Observasi (Purnomo, 2011, hal. 253) Observasi dilakukan
dengan adanya keterlibatan secara langsung oleh peneliti dalam
proses pembelajaran yang dilakukan bersama guru dan siswa,
atau bahkan peneliti sekaligus sebagai guru. Observasi
membuat catatan bebas tentang segala aktivitas yang berkaitan
langsung dengan membuat catatan bebas tentang segala
aktivitas yang berkaitan langsung dengan objek yang diteliti.
2. Tes (Purnomo, 2011) Tes dapat dilakukan dengan tes formal
dan tes informal. Tes formal dapat dikatakan sebagai indirect
assesment (asesmen yang bersifat tidak langsung). Artinya
bahwa asesmen tersebut dilaksankan secara terpisah dengan
kegiatan pembelajaran, sehingga balikan baru akan diperoleh
oleh para peserta didik pada pertemuan berikutnya setelah
seleseainya kegiatan tas. Tes nonformal adalah tes yang
dilaksanakan secara terintegrasi dengan pelaksanaan proses
pembelajaran di kelas. Tes nonformal ini dapat dikatakan pula
sebagai tes langsung (tergolong ke dalam direct assesment).
Dikatakan sebagai direct assesment karena tes dilaksanakan
bersamaan dengan proses pembelajaran. Pada saat itulah
pendidik bisa melakukan asesmen, yang secara langsung
pendidik bisa memberikan feedback secara langsung yang tidak
harus ditunda-tunda pelaksanaanya.
3. Dokumentasi, dokumentasi dilakuakn untuk pengumpulan data
untuk memberikan gambaran secara konkret mengenai aktivitas
siswa dan guru pada saat pembelajaran dan untuk memperkuat
data yang diperoleh, dokumentasi dilakukan dengan cara
mengambil foto siswa pada saat proses pembelajaran
berlangsung dan mengumpulkan hasil tes yang telah ada.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tes
Tes yang digunakan adalah tes objektif yaitu bentuk tes
yang mengharapkan siswa mengisi jawaban dengan skor nilai 1-10.
Tes dilaksanakan pada tiap-tiap akhir siklus untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar peserta didik sebelum dan setelah
melaksanakan pembelajaran IPA dengan menggunakan metode
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam mata
pelajaran IPA.
2. Lembar Observasi
Lembar observasi adalah sebuah format isian yang
digunakan selama observasi dilakukan. Observasi yang dilakukan
berupa check list yaitu pedoman observasi yang berisikan daftar
dari semua aspek yang diobservasi sehingga observer tinggal
memberi tada ceklis (√) tentang aspek observasi. Check list
digunakan untuk mengamati altivitas peserta didik pada saat proses
pembelajaran berlangsung dan bagaimana guru melaksanakan
kegiatan pembelajaran.
3. Dokumentasi
Dokumentasi yang digunakan berupa skor penilaian sebelum dan
sesudah dilaksanakan metode pembelajaran. Problem Based
Learning (PBL) pada mata pelajaran IPA dan foto-foto
pelaksanaan kegiatan dikelas.
G. Validitas Instrumen Penelitian
Menurut azwar menyatakan bahwa para ahli psikometri telah
menetapkan kriteria bagi alat ukur, seperti instrumen, untuk dinyatakan
sebagai alat ukur yang baik. Kriteria tersebut antara lain adalah valid,
reliabel, standar, ekonomis, dan praktis. Menurut Gromlund
menyatakan bahwa karakteristik utama yang harus dimiliki oleh
sebuah alat ukur dapat diklasifikasikan menjadi karakter validitas,
reliabilitas, dan tingkat kegunaanya. Dengan adanya instrumen
penelitian maka akan menegtahui sumber data yang akan kita teliti dan
jenis datanya, pengumpulan datanya, teknik pengumpulan data,
instrumen pengumpulan data, langkah penyusunan instrumen
penelitian tersebut serta mengetahui validitas, reabilitas, tingkat
kesukaran, daya pembeda, dan pengecoh/ distaktor suatu data dalam
penelitian (Arifin, 2017, hal. 29).
Validitas instrumen penelitian yang akan dilakukan, peneliti
meminta bantuan kepada dosen pembimbing dan guru kelas tempat
dilakukan penelitian untuk memberikan pendapat dan masukan tentang
instrumen yang telah disusun sebelumnya keputusan dari para ahli
digunakan sebagai acuan untuk perbaikan instrument agar dapat
digunakan dalam penelitian.
H. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas
ini menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif digunakan
untuk menggambarkan bahwa tindakan yang dilakukan dapat
menimbulkan adanya perbaikan, peningkatan dan perubahan ke arah
lebih baik jika dibandingkan dengan keadaan sebelumnya. Pendekatan
penelitian dilakukan secara kuantitatif, yaitu informasi atau data
diwujudkan dalam bentuk angka, analisisnya berdasarkan angka
tersebut dengan anlisis statistik. Dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif, dimana penelitian ini menekankan pengukuran
variabel penelitian dengan angka yang bertujuan menguji kebenaran
fenomena yang terjadi pada objek penelitian. Data kuantitatif terdiri
atas proses analisis untu mengetahui tes hasil belajar siswa.
I. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam penelitian adalah hasil belajar
peserta didik dalam mata pelajaran IPA pada siswa kelas IV SDN 17
Sungai Tarab, dengan menggunakan metode pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) diharapkan akan mengalami peningkatan dari
total pecapaian dari hasil sebelumnya sehingga hasil belajar siswa
meningka
Daftar Pustaka
A.B.Susilo. (2012). Pengembangan Model Pembelajaran IPA Berbasis Masalah
Untuk Menigkatkan Motivasi Belajar dan berfikir Kritis SIswa SMP. of
Primary Education, 1.
Arifin, Z. (2017). Kriteria Instrumen dalam Suatu Penelitian. Theoremes, 2, 28-
36.
Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: BSNP.

Fakhriyah, F. (2014). Penerapan Problem Based Learning dalam Upaya


Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis MAhasiswa. Pendidikan
IPA Indonesia, 3.
Fauzia, H. A. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika SD. Primary Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Riau, 7.
Haryati, D. (2016). Efektivitas Pemanfaatan Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber
Belajar Terhadap Hasil Belajar IPA Peserta Didik Kelas IV SD Inpres
BTN IKIP I Makassar. Pendidikan Dasar Isalm, 3.
Hisbullah, & Nurhayati, S. (2018). Pengetahuan Ilmu Pengetahuan Alam Di
Sekolah Dasar. Makassar.
Hoiri, W., Rochmad, & Cahyono, A. N. (2013). Problem Based Learning
Berbantuan Multimedia Dalam Pembelajaran Matematika Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. Mathematics Education, 2.
Kusumawati, N. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif dengan
Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas IV
SDN Bondrong Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponogoro. Kependidikan
Dasar Islam Berbasis Sains, 2.
Lestari, D. I. (2016). Pengembangan Meia Komik IPA Model PBL untuk
Meningktkan Kemampuan Berfikir Analitis dan Sikap Ilmiah. Inovasi
Pendidikan IPA, 2.
Mariana , I. A., & Praginda, W. (n.d.). Hakikat IPA dan Pendidikan IPA.
Bandung: PPPPTK IPA.
Muakhirin, B. (2014). Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan
Pembelajaran Inkuiri Pada Siswa SD. Ilmiah Guru "COPE" .
Pane, A., & Dasopang, M. D. (2017). Belajar dan Pembelajaran. Kajian Ilmu-
ilmu Keislaman, 03.
Purbosari, P. M. (2016). Pembelajaran Berbasis Proyek Membuat Ensiklopedia
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Untuk Meningkatkan Academic Skill Pada
Mahasiswa. Scholaria, 6.
Purnomo, B. H. (2011). Metode dan Teknik Pengumpulan Data dalam Penelitian
Tindakan Kelas ( Classroom Action Research). Pengembangan Pendidikan
, 8, 251-256.
Rezeki, S. (2018). Pemanfaatan Adobe Flash CS6 Berbasis Problem Based
Learning Pada Materi Fungsi Komposisi Dan Fungsi Invers. Pendidikan
Tambusi, 2, 856-864.
Sayekti, I. C., & Kinasih, A. M. (2017). Kemampuan Guru Menerapkan
Keterampilan Proses Sains Dalam Pembelajaran IPA Pada Siswa Sekolah
Dasar. Profesi Pendidikan Dasar, 4.
Setiawan , M. A. (2017). Belajar dan Pembelajaran. Ponorogo: Uwais Inspirasi.
Suswandi, Y. (2015). Peningkatkan Hasil Belajar IPA Tentang Ekositem Melalui
Metode Problem Based Learning Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar
Kabupaten Tana Tidung. Pendidikan Dasar, 6.
Tyas, R. (2017). Kesulitan Penerapan Problem Based Learning dalam
Pembelajaran Matematika. Tecnoscienza, 2.
Undang-undang Republik Indonesia. (2003).
Wahyuni, S., Kundera, I. N., & Gagaramusu, Y. (2014). Penerapan Metode
Talking Stick untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Kelas IV di SDN 2
Posona. Kreatif Tadulako Online, 1, 66.
Widayati, A. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Pendidikan Akutansi Indonesia ,
6.
Wulandari, B. (2013). Pengaruh Problem Based Learning Terhadap Hasil
Belajar Ditinjau Dari Motivasi Belajar PLC di SMK . Pendidikan Vokasi, 3.

Anda mungkin juga menyukai