Anda di halaman 1dari 39

PROPOSAL SKRIPSI

PENGEMBANGAN MODUL AJAR MATEMATIKA BERDIFRENSIASI


PADA MATERI BANGUN RUANG KELAS V SD IT AL-MADANI

Oleh :

ZANI ISTI HARIANI

200102320

Proposal Ini Di Tulis Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk


Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HAMZANWADI

T.A. 2024
BAB I

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan manusia.


Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyebutkan bahwa “Pendidikan merupakan usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara”.
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan
manusia yang memikirkan bagaimana menjalani kehidupan ini untuk
mempertahankan hidup manusia yang mengemban tugas dari Sang Kholiq
untuk beribadah (Sofan Amri 2010: 1). Selain itu, pendidikan merupakan salah
satu alat yang digunakan untuk mengukur kemajuan suatu bangsa. Sebagai alat
ukur, tentunya pendidikan harus ditingkatkan oleh suatu bangsa jika ingin
bangsanya maju dan bersaing dengan bangsa-bangsa lain tidak terkecuali
bangsa Indonesia.
Pendidikan merupakan salah satu pondasi besar dari sebuah kemajuan
bangsa, semakin tinggi kualitas pendidikan suatu bangsa, maka semakin tinggi
pula SDM di bangsa tersebut, karena pendidikan memiliki pengaruh yang
sangat kuat untuk memperbaiki kualitas SDM suatu bangsa.
Pendidikan merupakan suatu proses yang diperlukan untuk mendapatkan
keseimbangan dan kesempurnaan dalam perkembangan individu maupun
masyarakat, penekanan pendidikan dibanding dengan pengajaran terletak pada
pembentukan kesadaran dan juga kepribadian dari individu ataupun
masyarakat, disamping transfer ilmu dan keahlian.
Dengan proses semacam ini suatu bangsa atau negara dapat mewariskan
nilai-nilai keagamaan, kebudayaan, pemikiran dan keahlian kepada generasi
berikutnya, sehingga mereka akan sangat siap menempuh masa depan
kehidupan bangsa dan negara yang lebih cerah. Pendidikan juga merupakan
sebuah aktifitas yang memiliki maksud atau tujuan tertentu yang diarahkan
untuk dapat mengembankan potensi yang dimiliki manusia baik sebagai
manusia ataupun sebagai masyarakat sepenuhnya.
Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan
ekonomi suatu negara atau dapat dikatakan bahwa pendidikan sebagai investasi
yang paling utama bagi setiap bangsa, dan juga telah menjadi kebutuhan untuk
memajukan peradaban manusia. Pendidikan dikatakan bermutu apabila proses
pembelajaran berlangsung secara efektif, serta peserta didik memperoleh
pengalaman yang bermakna bagi dirinya, masyarakat maupun pembangunan
bangsa (Syafriah, 2012).
Konsep pembelajaran berdiferensiasi merupakan konsep yang bagus dan
ideal, tapi menjadi tantangan guru untuk kreatif. Dengan pembelajaran itu,
potensi peserta didik dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, karakteristik, dan
tingkat pencapaiannya. Namun untuk mencapai pembelajaran yang sesuai
dengan konsep itu, guru harus berjuang menjadi fasilitator andal, perlu
perjuangan dan kerja keras guru.
Pembelajaran Berdiferensiasi berfokus pada penyesuaian instruksi dan
materi pembelajaran agar sesuai dengan tingkat pemahaman, gaya belajar,
kecepatan belajar, minat, dan kebutuhan belajar siswa. Guru menggunakan
variasi metode pengajaran dan strategi serta mengatur kelompok belajar kecil
dengan pertimbangan perbedaan dalam pemahaman dan kemampuan siswa.
berdiferensiasi adalah untuk memaksimalkan potensi belajar setiap siswa
dengan memberikan tantangan yang sesuai dan dukungan yang diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan belajar yang berbeda dari setiap siswa dalam kelas.
Pembelajaran matematika dikenal sebagai ilmu dasar. Menurut Lambertus
(2019) pembelajaran matematika merupakan merupakan pembelajaran tentang
pola, struktur, keteraturan yang terorganisasi, yang dimulai dari unsur-unsur
yang tidak terdefinisi kemudian ke unsur-unsur yang terdefinisi, hingga ke
aksioma atau postulat dan dalil-dalil atau teorema. Pembelajaran matematika
merupakan mata pelajaran yang istimewa sehingga untuk dapat mempelajari
sains, teknologi, atau ilmu lainya haruslah dapat menguasai ilmu dasar yaitu
matematika. Pentingnya matematika dalam kehidupan sehari-hari menjadikan
matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang harus dikuasai oleh setiap
peserta didik (Dewi Kurniawati & Arta Ekayanti, 2020).

Materi bangun ruang di kelas V cukup banyak berdasarkan kompetensi


yang harus dicapai. Selain itu, materi bangun ruang merupakan materi konsep
dasar yang belum diajarkan pada jenjang kelas sebelumnya. Oleh karena itu,
pembelajaran ini menyita waktu dan membuat siswa kesulitan untuk memahami
materi tersebut. Hal ini didukung dengan adanya buku sebagai sumber belajar
yang belum banyak membatu siswa belajar, karena menyajikan materi yang
masih abstrak. Mengingat siswa kelas V SD masih dalam taraf berpikir
operasional konkret, maka perlu kekonkretan dalam mempelajari sesuatu.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang sudah dilakukan di sekolah


terdapat beberapa kendala dalam proses pembelajaran, diantara kendala yang
ditemukan yaitu pembelajaran yang masih berpusat pada guru (teacher centered
learning) dan model pembelajaran yang konvensional seperti ceramah dan
mencatat. Siswa tidak menggunakan bahan ajar lain sebagai pendukung
pembelajaran selain informasi lisan yang disampaikan oleh guru. Siswa masih
kurang memahami materi pembelajaran matematika yang diajarkan, hal ini
disebabkan karena siswa merasa bosan dan kurang antusias mengikuti
pembelajaran yang berlangsung, penyebabnya yaitu model pembelajaran yang
dilakukan oleh guru kurang menarik bagi peserta didik. Guru masih kurang
menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat belajar secara
aktif. Guru hanya menggunakan bahan ajar yang sudah disiapkan oleh sekolah
atau departemen pendidikan nasional yang disusun secara umum untuk
digunakan secara umum juga di seluruh Indonesia. Guru masih menempatkan
siswa sebagai objek belajar bukan sebagai sebagai subjek belajar. Hal ini
merupakan alasan utama penulis ingin mengembangkan Modul ajar matematika
Berdifrensiasi.
Modul ajar tersebut dirasa akan mampu menjadikan pembelajaran menjadi
lebih efektif, dengan adanya modul siswa akan mampu belajar secara mendiri
dan dapat lebih mudah memahami materi yang sedang diajarkan. Untuk
mewujudkan itu, maka modul yang dikembangkan harus dilengkapi dengan
materi yang memadai dan juga berisi petunjuk pembelajaran yang tentunya
dapat memudahkan siswa dalam belajar tanpa adanya peran guru dalam
menjelaskan suatu materi tersebut. Modul yang dikembangkan dirancang agar
pembelajaran dapat menjadi lebih menarik sehingga siswa tidak akan bosan saat
membacanya, bahasa yang digunakan juga dibuat ringan dan mudah dipahami.
Modul Pembelajaran Berdifrensiasi dirasa sesuai untuk digunakan dalam
pembelajaran matematika khususnya pada materi bangun ruang.
Modul ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk menganalisis
secara mandiri materi pembelajaran secara mendalam dan melatih siswa dalam
berpikir kritis tanpa melibatkan peran guru.
Oleh karena itu, sebagai upaya untuk meningkatkan efektivitas
pembelajaran matematika pada materi bangun ruang maka dilakukan penelitian
dengan judul: “Pengembangan Modul Ajar Berdifrensiasi Pada Materi
Bangun Ruang Kelas V SD IT AL-MADANI”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, terdapat beberapa
identifikasi masalah yang diidentifikasi sebagai berikut:
1. Masih menggunakan model pembelajaran yang hanya berpusat pada
guru atau Teacher Center Learning.
2. Belum banyak digunakan modul ajar berdifrensiasi
3. Kurangnya kreatifitas dan keterampilan guru dalam pengembangan
bahan ajar.
4. Kurang menariknya buku pegangan Matematika yang sudah ada untuk
dipelajari oleh peserta didik.
C. Fokus Masalah

Dari identifikasi masalah yang telah ditemukan diatas, maka peneliti perlu
memfokuskan penelitian yang akan dilakukan untuk menghindari meluasnya
cakupan penelitian karena adanya keterbatasan peneliti, baik keterbatasan
waktu, tenaga, maupun biaya operasional dalam penelitian. Fokus penelitian ini
adalah mengembangkan Modul ajar pada Berdifrensiasi Pada Materi Bangun
Ruang Kelas 5 SD IT AL-MADANI”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian


ini adalah:

1. Bagaimana kevalidan pengembangan modul ajar berdifrensiasi pada


materi bangun ruang siswa kelas V SD ?

2. Bagaimana kepraktisan peserta didik dalam menggunakan modul ajar


berdifrensiasi pada materi bangun ruang siswa kelas V SD ?

3. Bagaimana keefektikan peserta didik dalam menggunakan modul ajar


berdifrensiasi pada materi bangun ruang siswa kelas V SD ?

E. Tujuan Pengembangan

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan


untuk sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kevalidan modul ajar berdifrensiasi pada materi
bangun ruang siswa kelas V SD berdasarkan Dosen Ahli Materi dan Ahli
Desain.

2. Untuk mengetahui kepraktisan modul ajar berdifrensiasi pada materi


bangun ruang siswa kelas V SD berdasarkan respon guru matematika dan
peserta didik.

3. Untuk mengetahui keefektikan modul ajar berdifrensiasi pada materi


bangun ruang siswa kelas V SD berdasarkan dari Tes Hasil Belajar
(THB).

F. Spesifikasi Produk Yang Dikembangkan

Produk yang dihasilkan dalam penelitian pengembangan ini berupa modul


ajar berdifrensiasi pada materi bangun ruang. Modul ajar dengan berdifrensiasi
ini diharapkan akan dapat membantu siswa dalam memahami konsep-konsep
yang ada pada materi pelajaran.

Spesifikasi bahan ajar matematika bedifrensiasi antara lain :

1. Berbentuk modul ajar yang sesuai dengan pokok masalah yang ada
dalam materi mata pelajaran matematika SD Kelas V.

2. Terdapat standar kompetensi dan kompetensi dasar sebagai acuan


dalam menetapkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

3. Terdapat peta konsep tentang materi yang akan dipelajari


siswa,Dengan adanya peta konsep ini diharapkan siswa memiliki
gambaran tentang keterhubungan konsep-konsep yang akan dipelajari
sehingga tercapai pembelajaran yang bermakna.

4. Terdapat rangkuman materi untuk memudahkan siswa memahami


garis besar materi pelajaran.
5. Memuat soal latihan untuk mengukur tingkat ketercapaian tujuan
pembelajaran berdasarkan SK, KD dan indikator yang telah ditetapkan.

6. Modul ajar ini dikembangkan dengan mengacu pada model


pembelajaran berdifrensiasi yang dikemas dengan tampilan yang lebih
menarik dari modul ajar sebelumnya dan modul berbentuk media cetak
dan digital.

G. Manfaat Pengembangan
1. Secara Teoritis
a. Pengembangan modul ajar ini diharapkan akan mampu menjadi
pegangan yang dapat memudahkan proses belajar peserta didik
secara mandiri dalam memahami materi pembelajaran.
b. Peneliti mengharapkan agar penelitian ini dapat menambah wawasan
keilmuan khususnya mengenai pengembangan modul ajar
2. Secara Praktis
a. Manfaat bagi peneliti

Mendapat pengetahuan dan pengalaman dalam pengembangan modul


yang dapat digunakan untuk mengembangkan atau membuat modul
selanjutnya baik oleh peneliti maupun orang lain. Serta peneliti dapat
menyelesaikan tugas akhir sebagai mahasiswa pendidikan guru
sekolah dasar.

b. Manfaat bagi guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan guru


dalam memilih dan menentukan modul ajar serta model pembelajaran
yang sesuai dengan karakter siswa. Serta dapat menjadi sumber
informasi dalam melatih peserta didik untuk belajar mandiri
menggunakan modul.
c. Bagi peserta didik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi bagi


siswa agar dapat meningkatkan hasil belajarnya dan juga sebagai
sumber belajar secara mandiri pada materi bangun ruang.

H. Asumsi Dan Keterbatasan Pengembangan

Asumsi yang melandasi penelitian dan pengembangan modul berdifrensiasi


ini, yaitu:

1. Pembelajaran matematika pada materi bangun ruang dikelas V SD


yang kurang menarik untuk dipelajari oleh peserta didik karena kurangnya
penggunaan modul ajar yang dapat meningkatkan minat belajar serta dapat
digunakan secara mandiri.

2. Penelitian dan pengembangan modul berdifrensiasi ini akan dapat


menghasilkan produk modul ajar yang menarik, mudah dipahami, serta
mampu menuntun peserta didik belajar secara mandiri.

3. Modul berdifrensiasi akan mampu meningkatkan kualitas


pembelajaran serta dapat menumbuhkan motivasi serta semangat peserta
didik dalam belajar.

Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak terlalu lebar, maka peneliti
membatasi penelitian ini. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini ialah
sebagai berikut:

1. Penelitian hanya dilakukan pada satu sekolah, yaitu di SD IT AL-


MADANI.

2. Pengembangan modul ajar hanya terbatas menyangkut satu materi saja


yaitu pada mata pelajaran matematika materi bangun ruang kelas V SD.

3. Uji coba lapangan hanya dilakukan pada skala terbatas.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1) Bahan Ajar
a. Pengertian Bahan Ajar

Menurut Sofan Amri (2010:159), bahan ajar adalah segala bentuk bahan
yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar dikelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis
maupun bahan tidak tertulis. Bahan ajar adalah seperangkat materi yang
disusun secara sistematis sehingga tercipta suasana yang memungkinkan siswa
belajar dengan baik.

Sementara itu menurut Abdul Majid (2012: 173) bahan ajar adalah segala
bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa
bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Dengan bahan ajar memungkinkan
siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut
dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai kompetensi
secara utuh dan terpadu.

Menurut Poerwati dan Amir (2013), bahan ajar dapat diartikan sebagai
segala bentuk bahan yang di susun secara sistematis yang memungkinkan siswa
dapat belajar dengan di rancang sesuai kurikulum yang berlaku.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar ialah


seperangkat materi pembelajaran yang disusun secara sistematis baik secara
tertulis maupun tidak tertulis untuk membantu guru atau instruktur dalam
menunjang kegiatan belajar-mengajar sehingga akan terciptanya suasana yang
memungkinkan siswa belajar dengan baik dan menjadi lebih optimal.

b. Karakteristik Bahan Ajar

Menurut pendapat Dewi Padmo, dkk (2014), karakteristik bahan ajar antara
lain yaitu: 1) Bahan ajar dapat dipelajari oleh peserta didik, 2) Bahan ajar itu
mampu menjelaskan karena disusun mengunakan bahasa yang sederhana dan
isinya runtut, sistematis dan mudah dipahami, 3) Bahan ajar itu lengkap dengan
sendirinya sehingga peserta didik tidak perlu tergantung bahan lain, 4) Bahan
ajar itu di desain sesuai dengan kemampuan dan karakteristik peserta didik
yang belajar. Selain itu, bahan ajar yang baik itu juga adaptif, disampaikan
dengan bahasa yang komunikatif, dan mudah atau fleksibel dipelajari atau
dioperasikan (user friendly).

c. Jenis-Jenis Bahan Ajar

Bahan ajar memiliki berbagai jenis dan berbagai bentuk. Namun demikian,
para ahli telah membuat beberapa kategori untuk macam-macam bahan ajar.
Menurut Sofan Amri (2010: 161) jenis bahan ajar harus disesuaikan dulu
dengan kurikulumnya dan setelah itu dibuat rancangan pembelajaran, seperti
contoh di bawah ini:
1. Bahan ajar pandang (visual) terdiri atas bahan ajar cetak (printed)
antara lain seperti hand out, buku, modul, lembar kerja siswa,
brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, dan non cetak (non printed)
seperti model/maket.
2. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan
compact disk audio.
3. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact
disk, film.
4. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material)
seperti CAI (Computer Assisted Instruction), Compact disk (CD)
multimedia pembelajaran interaktif, dan bahan ajar berbasis web
(web based learning materials).
d. Fungsi Bahan Ajar
Andi Prastowo (2013: 24-25) mengemukakan bahwa fungsi bahan ajar
ditinjau dari aspek pemanfaatannya dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :

1. Fungsi bahan ajar bagi guru antara lain:


a) Menghemat waktu guru dalam mengajar
b) Mengubah peran guru dari seseorang pengajar menjadi fasilitator
c) Meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif
d) Pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam
proses pembelajaran dan merupakan subtansi kompetensi yang
semestinya diajarkan kepada siswa.
e) Alat evaluasi pencapaian atau penguasaan hasil belajar
2. Fungsi bahan ajar bagi siswa antara lain :
a) Siswa dapat belajar tanpa harus ada guru atau teman siswa yang lain.
b) Siswa dapat belajar kapan saja dan dimana saja dikehendaki
c) Siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatan masing-masing
d) Siswa dapat belajar berdasarkan urutan yang dipilihnya sendiri
e) Membantu potensi siswa untuk menjadi pelajar yang mandiri
f) Pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam
proses pembelajaran dan merupakan substansi kompetensi yang
seharusnya dipelajari dan dikuasainya.
e. Tujuan Pembuatan Bahan Ajar

Tujuan pembuatan bahan ajar secara umum adalah untuk membantu guru
dan siswa dalam proses pembelajaran. Bahan ajar dapat memudahkan guru
dalam menyampaikan materi dan siswa akan lebih mudah dalam memahami
materi yang disampaikan guru. Adapun tujuan dari pembuatan bahan ajar
menurut Andi Prastowo (2013) yaitu :

1) Membantu siswa dalam mempelajari sesuatu. Segala informasi yang


didapat dari sumber belajar, kemudian disusun dalam benttuk bahan
ajar. Hal ini membuka wacana dan wahana baru bagi siswa, karena
materi ajar yang disampaikan adalah sesuatu yang baru dan menarik.
2) Menyediakan berbagai jenis pilihan bahan ajar. Pilihan bahan ajar
yang dimaksud tidak hanya terpaku oleh satu sumber, melainkan
dari berbagai sumber belajar yang dapat dijadikan suatu acuan
penyusunan bahan ajar.
3) Memudahkan guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Guru sebagai
fasilitator dalam kegiatan pembelajaran akan lebih mudah karena
bahan ajar disusun sendiri dan disampaikan dengan cara yang
bervariatif.
4) Agar kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik. Dengan
berbagai jenis bahan ajar yang bervariatif, diharapkan kegiatan
pembelajaran tidak monoton.
f. Manfaat Pembuatan Bahan Ajar
Menurut Andi Prastowo (2013: 27-28) manfaat atau kegunaan pembuatan
bahan ajar dapat dibedakan menjadi dua macam antara lain, manfaat bagi guru
dan manfaat bagi siswa yaitu :

1) Manfaat bagi guru :


a) Guru akan memiliki bahan ajar yang dapat membantu dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
b) Bahan ajar dapat diajukan sebagai karya yang dinilai untuk menambah
angka kredit guru untuk keperluan kenaikan pangkat.
c) Menambah penghasilan guru jika hasil karyanya diterbitkan.
2) Manfaat bagi siswa
a) Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik.
b) Siswa lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar secara
mandiri dan mengurangi ketergantungan dengan bimbingan guru.
c) Siswa mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi
yang harus dikuasai.
2) Modul
a. Pengertian Modul

Modul adalah satu kesatuan bahan pembelajaran yang dapat dipelajari oleh
peserta didik secara mandiri. Didalamnya terdapat komponen dan petunjuk
yang jelas sehingga peserta didik dapat mengikuti secara runtut tanpa campur
tangan pengajar atau guru. Modul merupakan bahan ajar cetak yang dirancang
untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta pembelajaran. (Departemen
Pendidikan Nasional, 2008).

Modul merupakan salah satu media belajar yang dapat digunakan secara
mandiri oleh peserta didik karena dilengkapi dengan petunjuk belajar secara
mandiri. Bahasa, pola, dan sifat kelengkapan lainnya disusun seperti bahasa
pengajar ketika sedang berinteraksi dengan peserta didik, dengan kata lain
diatur sedemikian rupa sehingga dapat diterima dengan baik oleh peserta didik
meski tanpa kehadiran seorang pendidik.

b. Karakteristik Modul

Nana Sudjana & Ahmad Rivai (2013: 133), menyatakan bahwa modul
mempunyai beberapa karakteristik tertentu yaitu:
1) Berbentuk unit pengajaran terkecil dan lengkap.

2) Berisi rangkaian kegiatan belajar yang dirancang secara otomatis

3) Berisi tujuan belajar yang dirumuskan secara jelas dan khusus

4) Memungkinkan peserta didik belajar mandiri

5) Merupakan realisasi perbedaan individual serta perwujudan


pengajaran individual.

c. Fungsi Pembuatan Modul

Ada beberapa tujuan dari pembuatan modul yaitu antara lain:

1) Sebagai bahan ajar mandiri, pembuatan bahan ajar berupa modul


dapat membantu peserta didik untuk belajar mandiri tanpa
ketergantungan pada pihak lain.
2) Pengganti peran pendidik, modul bahan ajar juga berfungsi sebagai
guru yang bisa menjelaskan materi sesuai kebutuhan peserta didik.
3) Sebagai alat evaluasi, bahan ajar berupa modul juga berfungsi
sebagai alat evaluasi terkait dengan ketercapaian atau tidaknya suatu
pembelajaran.
d. Tujuan Pembuatan Modul

Tujuan dari dibuatnya modul adalah:


1) Agar peserta didik dapat belajar mandiri dan meminimalisir
bimbingan dari pihak lain.
2) Agar peran pendidik tidak terlalu dominan, sehingga pembelajaran
konvensional bisa terminimalisir.
3) Mengakomodasi tingkat pembelajaran peserta didik.
4) Agar peserta didik mampu mengukur sendiri tingkat penguasaan
materi yang dipelajari.
5) Memperjelas dan mempermudah penyajian pesen agar tidak terlalu
bersifat verbal (Irawati,2017:72).
e. Langkah-Langkah Penyusunan Modul

Setidaknya ada 4 langkah-langkah dalam penyusunan modul:

1) Analisis kurikulum: Tujuan dari analisis kurikulum adalah untuk


mengetahui kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik dan
untuk mengetahui materi-materi apa saja yang memerlukan bahan
ajar modul.
2) Menentukan judul modul: Judul-judul ditentukan setelah melakukan
analisis terhadap kurikulum.
3) Pemberian kode modul: Kode modul berfungsi untuk memudahkan
dalam pengelolaan modul.
4) Penulisan modul: Untuk menyusun modul yang baik ada lima hal
penting yang di jadikan acuan yaitu perumusan kompetensi dasar,
penentuan alat evaluasi/penilaian, penyusunan materi, dan struktur
modul.
3) Pembelajaran Berdifrensiasi
a. Pengertian Pembelajaran Berdifrensiasi

Pembelajaran berdiferensiasi merupakan bentuk pembelajaran di mana


peserta didik belajar berdasarkan dengan kebutuhan, kemampuan, dan hal yang
disukai sehingga pengalaman belajar dapat menyenangkan (Irdhina dkk, 2021:
10). Selanjutnya Herwina (2021: 177) menyatakan bahwa pembelajaran
berdiferensiasi sebagai upaya yang dilakukan pendidik dengan cara merespon
kebutuhan belajar dan harapan peserta didik seperti menambah dan mengatur
durasi belajar sehingga dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya.

Pembelajaran berdiferensiasi merupakan siklus dalam mencari tahu tentang


peserta didik dengan menanggapi kegiatan belajar peserta didik dan cenderung
untuk memperhatikan penyesuaian terhadap minat, preferensi belajar, dan
kesiapan belajar (Marlina, 2019: 3).

Pembelajaran berdiferensiasi sebagaimana dijelaskan Handiyani & Muhtar


(2022: 5818) merupakan proses belajar bagi peserta didik agar dapat
mempelajari materi berdasarkan kemampuan, minat, dan kebutuhan akan
pembelajaran sehingga mereka tidak akan merasa gagal dalam pengalaman
belajarnya.

Dari uraian yang telah dipaparkan kesimpulan mengenai pembelajaran


berdiferensiasi adalah suatu bentuk pembelajaran yang dapat dipakai oleh
pendidik dalam memenuhi berbagai kebutuhan belajar peserta didik guna untuk
mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal dengan memperhatikan minat,
kebutuhan dan kesiapan belajar peserta didik.

Keberagaman peserta didik yang secara terus menerus dipelajari oleh


pendidik akan membentuk pembelajaran yang efisien dan efektif. Pembelajaran
berdiferensiasi memiliki tiga aspek yang harus dibedakan oleh pendidik agar
peserta didik dapat memahami pembelajaran. Aspek tersebut meliputi konten
yang mau diajarkan, proses bermakna yang akan dilakukan, dan asesmen
berupa produk untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran peserta didik.
Pembelajaran berdiferensiasi berbeda dengan pembelajaran individual yang
digunakan pada saat mengajar anak berkebutuhan khusus. Pendidik yang
menerapkan pembelajaran berdiferensiasi tidak mengajar peserta didik secara
perorangan untuk memahami materi pembelajaran. Akan tetapi, Pendidik dapat
menempatkan peserta didik di dalam kelompok besar, kelompok kecil atau
belajar secara mandiri.

b. Tujuan Pembelajaran Berdiferensiasi

Pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi memiliki tujuan yang dipaparkan


oleh Marlina (2019: 8) sebagai berikut:

1) Pendidik dapat membantu kebutuhan belajar dengan meningkatkan


kesadaran peserta didik akan kemampuannya dalam mencapai tujuan
pembelajaran.

2) Motivasi peserta didik meningkat dan hasil belajar yang dirancang pendidik
sesuai dengan tingkat kesukaran materi.

3) Terjalinnya hubungan baik pendidik dengan peserta didik dan semangat


belajar terus meningkat.

4) Membentuk peserta didik menjadi pelajar mandiri yang dapat menghargai


keberagaman.

5) Dapat meningkatkan kepuasan pendidik akan pelaksanaan proses

pembelajaran sehingga memiliki tantangan untuk kreatif dalam

mengembangkan kemampuan pedagogiknya

c. Ciri-Ciri Pembelajaran Berdiferensiasi

Pembelajaran berdiferensiasi memiliki karakteristik dasar yang menjadi ciri


khas dalam pelaksanaan proses pembelajaran sebagaimana dipaparkan oleh
Purba dkk (2021: 28) sebagai berikut:
1) Pendidik secara proaktif merencanakan kegiatan belajar peserta didik yang
beragam sebagai antisipasi di kelas yang akan diajarkan.

2) Pembelajaran berdiferensiasi lebih menekankan kualitas daripada kuantitas,


Peserta didik akan mengerjakan tugas sesuai dengan kebutuhannya. Jika
anak sudah dapat mengerjakan tugas yang diberikan maka akan diberikan
tugas yang berbeda untuk menambah keterampilan.

3) Pendidik melakukan asesmen untuk mengetahui kondisi peserta didik


dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga dapat disesuaikan dengan
kebutuhan belajar.

4) Pendidik melakukan berbagai pendekatan yang disesuaikan dengan


kesiapan, minat dan gaya belajar peserta didik. Pendekatan ini berkaitan
dengan isi pembelajaran atau konten, cara mempelajarinya atau proses,
hasil setelah mempelajarinya atau produk, dan bagaimana lingkungan
belajarnya.

5) Pembelajaran berdiferensiasi berorientasi pada peserta didik dengan


memberikan tugas yang sesuai dengan tingkat pengetahuan awal. Pendidik
lebih menekankan pengaturan waktu, ruang dan kegiatan yang akan
dilakukan daripada menampilkan materi.

6) Pembelajaran bersifat campuran karena peserta didik diberikan kesempatan

belajar bersama atau belajar mandiri.

7) Pembelajaran bersifat aktif dengan kolaborasi pendidik dan peserta didik

secara terus menerus untuk menyusun tujuan kelas dan penyesuaian

pembelajaran bagi peserta didik.

d. Komponen Pembelajaran Berdiferensiasi Bagi Pendidik

Pembelajaran berdiferensiasi dapat diterapkan oleh pendidik dalam aspek-


aspek pembelajaran yang dijelaskan oleh Irdhina dkk (2021: 11) sebagai

berikut:

1) Konten

Konten berkaitan dengan apa yang akan dipelajari peserta didik dan apa

yang akan diajarkan pendidik dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas.

Pembelajaran berdiferensiasi memiliki cara untuk membuat konten

pembelajaran menjadi beragam melalui cara sebagai berikut:

a) Pendidik akan menyesuaikan tingkat kesiapan dan minat peserta didik


terkait dengan apa yang akan diajarkan. Peserta didik akan belajar
sesuai tingkat kesiapan minat belajarnya.
b) Konten yang akan diajarkan pendidik disampaikan sesuai dengan profil
belajar peserta didik dan konten yang akan dipelajari peserta didik
diperoleh sesuai profil belajar yang dimilikinya.
Pendidik dapat menggunakan strategi dalam diferensiasi konten yang meliputi:
materi yang digunakan dapat bervariasi, membuat kontrak belajar,
menyediakan lokakarya berdurasi singkat untuk peserta didik, menyajikan
materi dengan berbagai bentuk pembelajaran, mengadakan sistem pendukung
pembelajaran meliputi fasilitas, kebijakan dan program.
2) Proses
Proses berkaitan dengan kegiatan bermakna yang akan dilakukan peserta

didik di kelas sebagai pengalaman belajarnya. Pendidik akan mengolah ide,

informasi, dan materi sehingga dapat menentukan gaya belajar peserta

didik.Pendidik dapat menggunakan strategi dalam diferensiasi proses yang

akan dipelajari oleh peserta didik sebagai berikut:

a) Menghidupkan suasana pembelajaran melalui pertanyaan


pemantik. Peserta didik hanya fokus dengan materi yang
sedang dipelajari, mengaitkan materi yang belum dipahami,
dan mencari tahu apa pentingnya materi yang dipelajari.
Kemudian pendidik juga harus menjelaskan dan merencanakan
kegiatan peserta didik setelah belajar.
b) Kegiatan belajar dilakukan sesuai dengan peta konsep.
c) Adanya kegiatan pengelompokan untuk belajar secara individu
maupun diskusi yang direncanakan dalam proses
pembelajaran.
3) Produk
Produk berkaitan dengan hasil belajar peserta didik dengan menunjukkan

apa saja yang telah dipelajari meliputi kemampuan, pengetahuan, keterampilan

dan pemahaman setelah menyelesaikan pembelajaran dalam bentuk asesmen

sumatif. Produk yang dihasilkan dalam pembelajaran dapat memberi peluang

untuk pendidik memberikan penilaian terkait materi yang telah dikuasai peserta

didik sebelum materi berikutnya diberikan. Proses penyelesaian produk

membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga dapat dikerjakan secara

individu maupun berkelompok dengan sistem penilaian yang adil

berdasarkan kontribusi peserta didik dalam mengerjakan produk tersebut.

Pendidik dapat menggunakan strategi dalam diferensiasi produk yang akan

dipelajari oleh peserta didik sebagai berikut:

a) Melaksanakan pembelajaran berbasis proyek dengan


melalui proses inkuiri dari pemilihan masalah, riset, desain
produk, dan presentasi produk.
b) Produk akhir dapat dipilih sesuai minat peserta didik dan
pendidik dapat membuat indikator terkait pengetahuan,
pemahaman, dan keterampilan yang diperlukan peserta
didik
c) Penilaian rubrik dilengkapi dengan berbagai kriteria yang
jelas untuk membantu peserta didik dalam mengetahui apa
yang akan dinilai dan kualitas produk yang harus dipenuhi
mereka.
d) Peserta didik akan menampilkan produk dengan arahan dari
pendidik agar peserta didik lain dapat melihat produk
tersebut.
4) Lingkungan Belajar
Lingkungan belajar berkaitan dengan bagaimana cara peserta didik bekerja

dalam pembelajaran. Susunan kelas individu merupakan lingkungan belajar

yang diatur sesuai dengan kesiapan peserta didik, minat belajar, dan profil

belajar agar menumbuhkan motivasi dalam belajar. Pendidik dapat

menggunakan strategi dalam diferensiasi lingkungan belajar yang akan

dipelajari meliputi:

a) Pendidik melakukan pengaturan susunan tempat duduk peserta


didik dengan melihat kesiapan belajar, minat dan gaya
belajarnya. Peserta didik akan duduk di kelompok besar atau
kecil yang bervariasi sehingga dapat bekerja secara individual
maupun berpasang-pasangan.
b) Tujuan pembelajaran menjadi acuan pengelompokkan peserta
didik dengan minat dan tingkat kesiapan yang berbeda-beda
maupun yang sama. Pendidik harus menciptakan suasana belajar
yang aman, nyaman, dan tenang sehingga kebutuhan peserta didik
dapat terpenuhi.
c) Menyediakan pojok belajar di kelas dengan rancangan yang
sedemikian rupa seperti perpustakaan kecil yang dilengkapi
karpet dan bantal-bantal untuk membaca dengan santai dan
hening. Pojok belajar juga dapat diisi dengan berbagai benda
manipulatif untuk membantu proses pembelajaran dalam
matematika. Pojok belajar juga dapat dilengkapi dengan
perangkat teknologi seperti komputer dan kalkulator. Pada
pojok belajar juga menyediakan tempat untuk mengadakan
pertemuan kecil dengan kursi dan meja.

e. Komponen Pembelajran Berdiferensiasi Bagi Peserta Didik


Pembelajaran berdiferensiasi menuntut pendidik untuk memahami peserta

didik dalam perbedaan belajar. Pendidik dapat menyusun rencana

pembelajaran dan asesmen terkait peserta didik melalui komponen yang

dijelaskan Irdhina dkk (2021: 14) sebagai berikut:

1) Minat peserta didik sangat berperan dalam meningkatkan motivasi

belajar. Pendidik dapat bertanya kepada peserta didik terkait dengan

apa yang mereka minati, hobi, atau pelajaran yang disukai. Dengan

begitu peserta didik akan belajar dengan tekun karena mereka merasa

tertarik.

2) Kesiapan peserta didik dapat mengukur kemampuan dan

keterampilannya untuk meraih tujuan pembelajaran. Pendidik

dapat menanyakan kebutuhan belajar peserta didik agar mereka

dapat mencapai keberhasilan. Peserta didik memiliki potensi untuk

tumbuh dengan baik dalam aspek fisik, mental dan kemampuan


intelektualnya sehingga pemahaman peserta didik harus diketahui

oleh pendidik.

3) Gaya belajar berkaitan dengan cara yang disukai peserta didik


untuk memahami materi. Pendidik dapat melakukan observasi, tes
profil dan wawancara bersama wali peserta didik. Peserta didik
memiliki kebiasaan belajar secara kelompok atau secara mandiri.
Selain itu, peserta didik dapat menggunakan panca indra untuk
belajar melalui pendengaran dan penggambaran. Gerakan fisik
termasuk gaya belajar kinestetik yang dimiliki peserta didik dalam
memperoleh pemahaman akan materi ataupun memegang benda
konkret yang berkaitan dengan materi pembelajaran.

B. Kajian Penelitian Yang Relevan


C. Kerangka Pikir
Keberhasilan proses pembelajaran di kelas dipengaruhi oleh banyak faktor,
baik siswa, guru, model, pendekatan maupun bahan ajar yang digunakan.
Suatu pembelajaran disajikan dan berhasil pada dasarnya tidak terlepas dari
bagaimana siswa belajar. Guru yang baik adalah guru yang mengerti
kebutuhan perkembangan anak didiknya. Menyajikan pembelajaran dengan
membimbing siswa untuk aktif membangun pemahamannya sendiri akan
memberikan pengalaman belajar baru bagi siswa untuk memahami konsep
yang ada dalam materi pembelajaran.

Permasalahannya hingga saat ini pembelajaran matematika khususnya di


sekolah dasar masih berpusat pada guru. Keterlibatan siswa dalam kegiatan
pembelajaran tergolong masih sangat kurang. Guru belum menempatkan
siswa sebagai subjek belajar, siswa hanya disuguhi materi berdasarkan apa
yang terdapat di dalam buku paket. Siswa menjadi pasif dan hanya
mengandalkan keberadaan guru untuk membangun pengetahuannya.
Berdasarkan fenomena tersebut peserta didik membutuhkan modul ajar
yang menarik dan dapat diakses secara mandiri, sehingga disini peneliti
mencoba untuk mengembangkan modul Berdifrensiasi.

Harapannya setelah penggunaan produk ini masalah kurangnya variasi


modul ajar yang digunakan guru selama ini yang berimbas masih rendahnya
hasil belajar Matematika dapat teratasi sehingga memungkinan
meningkatnya hasil belajar Matematika siswa. Upaya penelitian dan
pengembangan modul ajar bedifrensiasi ini dapat menambah pengalaman
belajar Matematika kelas V di SD IT AL-MADANI. Untuk memperjelas
uraian mengenai kerangka pikir pada penelitian pengembangan modul ajar
MATEMATIKA berdifrensiaasi ini, maka disajikan dalam skema berikut
ini :

• Pembelajaran hanya berpusat pada guru


Kondisi awal
• Sumber belajar hanya menggunakan buku
• Pengembangan bahan ajar berdifrensiasi
paket
Pelaksanaan • Siswa aktif

• Pembelajaran berpusat pada siswa


Kondisi akhir • Bahan ajar berdifrensiasi
• Siswa aktif
• Hasil belajar meningkat

Gambar 1 : Skema kerangka pikir pengembangan bahan ajar berdifrensiasi

D. Pertanyaan Penelitian
1. Apakah modul bahan ajar berdifrensiasi pada materi Bangun ruang yang
dikembangkan layak digunakan sebagai referensi untuk proses
pembelajaran?
2. Apakah modul bahan ajar berdifrensiasi pada materi Bangun ruang
praktis untuk digunakan dalam pembelajaran?
3. Apakah modul bahan ajar bedifrensiasi yang dikembangkan efektif
digunakan dalam pembelajaran.

BAB III

A. Model Pengembangan

Model penelitian ini menggunakan penelitian pengembangan


(research and development/ R&D). Menurut Borg & Gall (Setyosari:2010)
penelitian dan pengembangan yaitu penelitian yang berorientasi untuk
mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam
penelitian. Penelitian dan pengembangan adalah suatu proses untuk
mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang
telah ada, dan dapat dipertanggung jawabkan.

Penelitian ini mengembangkan produk berupa modul ajar berbasis


model pembelajaran berdifrensiasi pada mata pelajaran matematika kelas V
sekolah dasar.Modul ajar dibuat untuk membuat inovasi pengembangan dari
modul ajar yang dipakai sebelumnya, Agar produk yang akan dikembangkan
sesuai dengan tujuan, maka penelitian pengembangan ini mengadaptasi
model pengembangan Borg & Gall.

B. Prosedur Pengembangan
Peneliti menggunakan model penelitian dan pengembangan (Reseach
and Develompent/R&D) yang mengacu pada model penelitian dan
pengembangan Borg and Gall. Penelitian pengembangan model Borg &
Gall (dalam Endang Multiyaningsih, 2013: 163-165) terdiri dari 10
(sepuluh) tahapan yaitu: analisis kebutuhan, desain, pembuatan prototype,
uji coba kelompok kecil, revisi bahan ajar tahap pertama, uji coba lapangan,
revisi bahan ajar tahap ke dua, penerapan bahan ajar yang dikembangkan,
revisi terakhir, mendesiminasi dan mengimplementasikan produk.

Prosedur pengembangan dalam penelitian ini akan disesuaikan


dengan kebutuhan peneliti, Berdasarkan kebutuhan pengembangan yang
peneliti lakukan, maka tahapan tersebut disederhanakan menjadi 7 tahapan
yaitu analisis kebutuhan, desain, pembuatan prototype, revisi produk, uji
coba lapangan, revisi akhir dan pemanfaatan.

Penelitian ini menggunakan prosedur pengembangan dengan skema


langkah-langkah penelitian model pengembangan Borg & Gall menurut
Endang Mulyatiningsih (2011 : 163-165) dalam bentuk skema berikut :

Analisis kebutuhan
Merumuskan bahan ajar,
Desain tujuan dan kegiatan

Pembuatan
Prototype
bahan ajar
Uji coba lapangan
Revisi produk Uji coba lapangan

Pemanfaatan Revisi Akhir

Gambar 2 : Skema Desain Penelitian Model Borg & Gall yang disederhanakan.
Pembahasan secara rinci mengenai skema model pengembangan Borg & Gall
(dalam Endang Mulyatiningsih 2011: 163-165) yang disederhanakan
sebagai berikut :
1) Analisis Kebutuhan
Pada tahapan ini dilakukan analisis kebutuhan, dan mengidentifikasi faktor-
faktor yang menimbulkan permasalahan sehingga perlu ada pengembangan
produk baru. Untuk mengetahui keadaan tersebut dapat dilakukan melalui
survey, analisis SWOT (strength, weakness, opportunities, threats), penelitian
evaluasi, analisis dokumen atau dengan mengkaji hasil-hasil peneliti yang
terdahulu.
2) Desain
Pada tahapan ini, peneliti mulai menetapkan rancangan desain dari modul
bahan ajar untuk memecahkan masalah yang ditemukan pada tahap pertama.
Hal-hal yang direncanakan antara lain menetapkan bahan ajar, yang meliputi
merumuskan tujuan pembelajaran, perencanaan proses pembelajaran serta
rancangan awal pengembangan produk, merumuskan tujuan secara terjenjang
atau bertahap, mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada setiap
tahap penelitian dan menguji kelayakan rancangan bahan ajar dalam cakupan
wilayah terbatas. Uji kelayakan bisa dilakukan dengan meminta pertimbangan
ahli secara tertulis.

3) Pembuatan Prototype bahan ajar


Pada tahapan ini mulai disusun bentuk awal modul bahan ajar yang
dikembangkan. Produk awal berupa bahan ajar, perangkat pembelajaran bahan
ajar, dan instumen pengumpulan data. Setelah pembuatan produk, dilakukan
penilaian atau validasi produk bahan ajar yang dibuat. Validasi produk dapat
dilakukan dengan meminta beberapa ahli dalam bidangnya untuk menilai
produk yang dibuat. Hasil validasi ataupun masukan dari ahli dikaji dan
dijadikan sebagai panduan untuk memperbaiki rancangan produk yang dibuat
sebelum produk diuji cobakan.

4) Revisi Produk

Pada tahapan ini peneliti melakukan revisi terhadap produk atau modul bahan
ajar yang dikembangkan. Revisi dilakukan berdasarkan hasil validasi dan saran-
saran atau masukan, baik aspek bahasa, aspek isi atau materi, dari tim ahli
sebagai validator. Setelah dilakukan revisi, maka produk akan siap untuk diuji
cobakan.

5) Uji Coba Lapangan

Pada tahapan ini produk yang sudah dikembangkan dan instrumen siap untuk
digunakan, kegiatan selanjutnya ialah melakukan uji coba lapangan. Uji coba
lapangan dilakukan untuk mengetahui bagaimana respon dari siswa terhadap
modul ajar yang dikembangkan. Selain itu, uji coba lapangan ini bermanfaat
untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah menggunakan modul ajar yang
telah dikembangkan. Data yang diperoleh kemudian akan dianalisis dan
dievaluasi sebagai acuan melakukan revisi untuk memperbaiki penerapan bahan
ajar pada tahap berikutnya.

6) Revisi Terakhir

Pada tahapan ini sebelum bahan ajar siap dipublikasikan kesasaran pengguna
yang lebih luas, maka perlu dilakukan revisi terakhir untuk memperbaiki hal-
hal yang masih kurang pada saat implementasi bahan ajar dilakukan.
Diharapkan dengan adanya revisi terakhir ini, bahan ajar sudah benar-benar
terbebas dari kekurangan dan layak digunakan pada kondisi yang sesuai dengan
penggunaan bahan ajar.
7) Pemanfaatan Produk
Setelah dilakukannya revisi akhir produk yang dikembangkan, maka produk
sudah dapat dimanfaatkan di lapangan.
C. Desain Uji Coba Produk
a) Desain Uji Coba
Desain uji coba yang dilakukan dalam penelitian pengembangan modul
bahan ajar ini melalui beberapa tahap yaitu uji ahli dan uji coba lapangan.
Namun pada saat uji coba lapangan disesuaikan dengan kemampuan
peneliti serta data yang dibutuhkan.

b) Subjek Uji Coba

Setelah produk pengembangan bahan ajar berbasis model pembelajaran


berdifrensiasi Pada Materi Bangun Ruang Kelas V sekolah dasar divalidasi
dan dinyatakan layak oleh expert judgements (tim ahli), maka selanjutnya
modul ajar tersebut diuji cobakan kepada subjek uji coba (siswa). Subjek uji
coba dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD IT AL-MADANI.
Jumlah subjek uji coba secara keseluruhan sebanyak 25 orang siswa kelas V
sekolah dasar.

c) Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh


peneliti untuk mengumpulkan data. Penelitian ini menggunakan lembar
validasi ahli, angket respon siswa dan lembar tes hasil belajar.

1) Lembar Validasi

Lembar validasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang validitas desain


awal produk. Adapun lembar validasi yang digunakan adalah angket dan cara
pengisiannya dengan memberikan tanda centang (√) pada kolom skor
(1,2,3,4,5) yang telah disediakan. Prosedur penggunaan lembar validasi secara
lebih detail, yaitu : pada lembar validasi disediakan lima pilihan untuk
memberikan tanggapan tentang kualitas produk bahan ajar berbasis model
pembelajaran berdifrensiasi yang dikembangkan, yaitu: sangat baik (5), baik
(4), cukup (3), kurang (2), sangat kurang (1). Jika validator memberi tanggapan
“sangat baik” pada butir pernyataan, maka validator memberikan tanda centang
(√) pada kolom yang telah disediakan, artinya skor butir pernyataannya sebesar
“5”, dan demikian seterusnya.

a) Lembar validasi ahli materi

Validasi ahli materi ini bertujuan untuk mendapatkan data berupa penilaian,
komentar, dan saran terhadap ketepatan dan kesesuaian materi yang ada dalam
pengembangan modul ajar berbasis model pembelajaran berdifrensiasi, Ahli
materi berperan untuk menilai kesesuaian isi materi yang diberikan dengan
tujuan pembelajaran dan menilai konsep yang ada pada modul ajar tersebut.
Angket penilaian modul ini diberikan kepada 1 dosen sebagai ahli materi.
Instrumen ini digunakan untuk mengukur sejauh mana tingkat kevalidan modul
ajar modul berdifrensiasi pada materi Bangun ruang yang telah dikembangkan
berdasarkan komponen-komponen penyusunannya diukur dari segi materi.
Adapun aspek-aspek yang dinilai dari segi materinya ini antara lain keakuratan
pada materi, kemutakhiran materi, penggunaan bahasa, dan bahan ajar
berdifrensiasi. Angket penilaian ahli materi ini disusun dengan 4 alternatif
jawaban dengan skor masing-masing yakni: Sangat baik (4), baik (3), cukup
baik (2), dan kurang baik (1). Adapun kisi-kisi penilaian ahli materi terhadap
modul seperti pada Tabel berikut ini :

Tabel 1. Kisi-Kisi Penilaian Ahli Materi

Komponen Aspek yang dinilai Jumlah

Kelayakan Keakuratan Materi


isi/materi
Kemuktahiran
Materi

Kesesuaian dengan
tahap
berdifrensiasi

Penggunaan bahasa

Uji kompetensi

Total

b) Lembar validasi ahli desain


Angket penilaian modul ini diberikan kepada 1 dosen sebagai ahli desain.
Instrumen ini digunakan untuk mengukur sejauh mana tingkat kevalidan bahan
ajar berdifrensiasi yang telah dikembangkan berdasarkan komponen-komponen
penyusunannya diukur dari segi desain, kemudian oleh ahli desain dilakukan
penilaian Angket penilaian ahli desain ini disusun dengan 4 alternatif jawaban
dengan skor masing-masing yakni Sangat baik (4), baik (3), cukup baik (2), dan
kurang baik (1). Adapun kisi-kisi penilaian ahli materi terhadap modul seperti
pada Tabel berikut ini:

Tabel 2. Kisi-Kisi Penilaian Ahli Desain

Aspek yang
Komponen Jumlah
dinilai

Tampilan Ukuran Modul

Kulit Modul

Desain Isi
Modul

Total

1) Angket Respon Siswa (kuisioner)

Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara


memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya (Sugiyono, 2012). Angket pada penelitian ini digunakan
untuk mengukur sikap siswa terhadap proses pembelajaran dengan
menggunakan bahan ajar yang dikembangkan. Angket yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kuisioner tertutup. Kuisioner tertutup merupakan angket
yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden hanya memilih jawaban
yang sesuai.

Prosedur penggunaan angket respon siswa ini adalah dengan memberikan tanda
centang (√) pada kolom yang sudah disediakan. Jika responden setuju terhadap
pernyataan dalam angket, maka responden memberikan tanda centang (√) pada
kolom “iya”, dan begitu juga sebaliknya. Kisi-kisi dari angket respon siswa
yang akan diobservasi dalam penelitian ini sebagai berikut :

Tabel 3 : Kisi-kisi Angket Respon Siswa Terhadap Bahan Ajar berdifrensiasi


pada mata pelajaran Matematika kelas V SD.

No Aspek Indikator Jumlah

1. Aktivitas Respon siswa pada pra pembelajaran


siswa (diperkenalkan bahan ajar
Matematika berdifrensiasi.)
Respon dan tanggapan siswa dalam
proses pembelajaran menggunakan
bahan ajar Matematika
berdifrensiasi.

Sikap siswa dalam menyelesaikan


masalah secara individu

Partisipasi siswa dalam menyelesaikan


masalah secara bersama /
kelompok

Partisipasi siswa dalam membuat dan


mengemukakan kesimpulan
diskusi bersama / kelompok

Respon dan tanggapan siswa dalam


tahap evaluasi

Jumlah

2) Tes hasil belajar (THB)

Instrumen ini digunakan untuk memperoleh data hasil belajar peserta didik
dalam pembelajaran menggunakan modul ajar matematika berdifrensiasi.
Instrumen tes dibuat untuk mengukur keefektifan dari produk pengembangan
berupa moduo ajar matematika berdifrensiasi. Adapun jenis tes yang digunakan
dalam penelitian ini berupa tes subjektif atau soal pengetahuan. Adapun rumus
untuk menentukan hasil belajar peserta didik dengan melihat kategori terlihat
pada tabel berikut :

Tabel 4. Kriteria Ketuntasan Belajar


Kriteria Ketuntasan Kategori

80 < p Sangat Efektif

60 < p ≤ 80 Efektif

40 < p ≤ 60 Cukup Efektif

20 < p ≤ 40 Kurang Efektif

Sumber : Trianto (2012:61)

1. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan pada langkah validasi dan uji coba dengan menghitung
banyaknya skor yang diperoleh untuk menilai kualitas produk berupa modul
ajar Matematika berdifrensiasi Pada Materi Bangun Ruang Kelas V Sekolah
dasar. Data yang terkumpul dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan
kuantitatif hasil ahli materi, ahli desain, angket respon siswa dan hasil tes
terhadap produk modul ajar yang dikembangkan. Langkah-langkah yang
digunakan untuk memberikan kriteria kualitas terhadap produk yang
dikembangkan adalah :

1) Validasi tim ahli

Data penilaian dari ahli materi, dan ahli desain diperoleh melalui lembar
validasi. Penilaian untuk tiap-tiap indikator diberikan dengan rentangan sebagai
berikut. Sangat baik dengan skor 5, baik dengan skor 4, cukup dengan skor 3,
kurang dengan skor 2, dan sangat kurang dengan skor 1. Skor yang diperoleh,
kemudian dikonversikan menjadi data kualitatif skala lima, dengan acuan
rumus sebagai berikut (Eko Putro Widoyoko, 2014) :

Tabel 5 : Rumus Konversi Data Kuantitatif Ke Data Kualitatif Skala Lima

Data Rentang Data


Kuantit Kualitati
atif f

5 X > X i +1 ,80 SBi Sangat Baik

4 X i +0 ,60 SBi < X ≤ X i +1 ,80 SBi Baik

3 X i −0 , 60 SBi < X ≤ X i +0 , 60 SB i Cukup

2 X i −1 ,80 SBi < X ≤ X i−0 , 60 SBi Kurang

Sangat
1 X ≤ X i−1 , 80 SB i
kurang

Keterangan :

X i = Rerata skor ideal = ½ (skor maksimal ideal + skor minimal ideal).

SBi = Simpangan baku ideal = 1/6 (skor maksimal ideal – skor minimal ideal).

X = Skor Aktual.

Selain masukan dan saran dari validator, produk bahan ajar yang telah
dikembangkan dikatakan baik apabila skor rata-rata dari penilaian validator
mempunyai kategori minimal cukup.

2) Angket respon siswa

Analisis data hasil respon siswa terhadap produk yang dihasilkan dapat
dilakukan dengan membandingkan jumlah perolehan antara jawaban “iya” dan
“tidak”. Perhitungan persentase tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan
rumus menurut Trianto (2011: 243) sebagai berikut :

A
P= × 1 00 %
B
Keterangan :

P= Jumlah %

A = Jumlah jawaban responden “iya”

B = Jumlah responden

Berdasarkan perhitungan di atas maka dapat dilihat perbedaan jumlah


persentase jawaban “iya” dan jawaban “tidak”. Jika jawaban “iya” lebih besar
dari pada jawaban “tidak” maka produk yang dihasilkan layak digunakan oleh
siswa.

3) Tes hasil belajar

Data yang berupa skor hasil belajar siswa akan digunakan untuk mengetahui
ketuntasan belajar setelah menggunakan produk yang dikembangkan dan
dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Membandingkan nilai hasil belajar siswa dengan standar ketuntasan


belajar minimal yang ditetapkan, yaitu nilai 65.

b. Menghitung persentase siswa yang telah memperoleh nilai ≥ 65, dengan


rumus ketuntasan sebagai berikut:

Persentase ketuntasan ¿
∑ Tuntas ×100
∑ Siswa
c. Mengubah data persentase ketuntasan belajar menjadi data kualitatif.
Untuk mengetahui tingkat ketuntasan belajar siswa digunakan nilai
minimal 65, sehingga jika siswa mendapat nilai minimal 65, maka siswa
tersebut dinyatakan sudah mencapai ketuntasan belajar dengan
menggunakan produk bahan ajar yang dikembangkan.
DAFTAR PUSTAKA

Fitriani, Andi. Dkk. (2022). Pengertian Pendidikan, Ilmu Pendidikan, Dan


Unsur-unsur Pendidikann. Al Urwatul Wutsqa. Vol. 2. No. 1. Hal. 2

Irawati. (2017) Pengertian Bahan Ajar. Diakses dari


https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/pelita/artcle/vie w/19988

Mardhiyah, RH. (2021) Pentingnya Keterampilan Belajar di Abad 21 sebagai


tuntutan dalam pengembangan sumber daya manusia, Lectura:Jurnal
Pendidikan. Vol.12 No.1

Sugiyono (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D,


Bandung : Alfabeta.
Heny, Elisabeth, Nina. Dkk (2021) Buku Model Pengembangan Pembelajaran
Berdifrensiasi. Vol. 1. hal 18

Fawzia, (2018). Pengembangan Modul Pembelajaran Bangun Ruang Dengan


Pendekatan Montessori Untuk Siswa Kelas V SD.

Insyirah, Nisa, Nur. Dkk (2023) Pengembangan Bahan Ajar Matematika Materi
Bangun Ruang Menggunakan Model PJBL Terhadap Minat Belajar Siswa
Kelas V SD. Journal Of Social Science Research Vol. 3 No. 2 Tahun 2023
Page 10427-10437

Anda mungkin juga menyukai