Oleh :
200102320
UNIVERSITAS HAMZANWADI
T.A. 2024
BAB I
Dari identifikasi masalah yang telah ditemukan diatas, maka peneliti perlu
memfokuskan penelitian yang akan dilakukan untuk menghindari meluasnya
cakupan penelitian karena adanya keterbatasan peneliti, baik keterbatasan
waktu, tenaga, maupun biaya operasional dalam penelitian. Fokus penelitian ini
adalah mengembangkan Modul ajar pada Berdifrensiasi Pada Materi Bangun
Ruang Kelas 5 SD IT AL-MADANI”.
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Pengembangan
1. Berbentuk modul ajar yang sesuai dengan pokok masalah yang ada
dalam materi mata pelajaran matematika SD Kelas V.
G. Manfaat Pengembangan
1. Secara Teoritis
a. Pengembangan modul ajar ini diharapkan akan mampu menjadi
pegangan yang dapat memudahkan proses belajar peserta didik
secara mandiri dalam memahami materi pembelajaran.
b. Peneliti mengharapkan agar penelitian ini dapat menambah wawasan
keilmuan khususnya mengenai pengembangan modul ajar
2. Secara Praktis
a. Manfaat bagi peneliti
Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak terlalu lebar, maka peneliti
membatasi penelitian ini. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini ialah
sebagai berikut:
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1) Bahan Ajar
a. Pengertian Bahan Ajar
Menurut Sofan Amri (2010:159), bahan ajar adalah segala bentuk bahan
yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar dikelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis
maupun bahan tidak tertulis. Bahan ajar adalah seperangkat materi yang
disusun secara sistematis sehingga tercipta suasana yang memungkinkan siswa
belajar dengan baik.
Sementara itu menurut Abdul Majid (2012: 173) bahan ajar adalah segala
bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa
bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Dengan bahan ajar memungkinkan
siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut
dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai kompetensi
secara utuh dan terpadu.
Menurut Poerwati dan Amir (2013), bahan ajar dapat diartikan sebagai
segala bentuk bahan yang di susun secara sistematis yang memungkinkan siswa
dapat belajar dengan di rancang sesuai kurikulum yang berlaku.
Menurut pendapat Dewi Padmo, dkk (2014), karakteristik bahan ajar antara
lain yaitu: 1) Bahan ajar dapat dipelajari oleh peserta didik, 2) Bahan ajar itu
mampu menjelaskan karena disusun mengunakan bahasa yang sederhana dan
isinya runtut, sistematis dan mudah dipahami, 3) Bahan ajar itu lengkap dengan
sendirinya sehingga peserta didik tidak perlu tergantung bahan lain, 4) Bahan
ajar itu di desain sesuai dengan kemampuan dan karakteristik peserta didik
yang belajar. Selain itu, bahan ajar yang baik itu juga adaptif, disampaikan
dengan bahasa yang komunikatif, dan mudah atau fleksibel dipelajari atau
dioperasikan (user friendly).
Bahan ajar memiliki berbagai jenis dan berbagai bentuk. Namun demikian,
para ahli telah membuat beberapa kategori untuk macam-macam bahan ajar.
Menurut Sofan Amri (2010: 161) jenis bahan ajar harus disesuaikan dulu
dengan kurikulumnya dan setelah itu dibuat rancangan pembelajaran, seperti
contoh di bawah ini:
1. Bahan ajar pandang (visual) terdiri atas bahan ajar cetak (printed)
antara lain seperti hand out, buku, modul, lembar kerja siswa,
brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, dan non cetak (non printed)
seperti model/maket.
2. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan
compact disk audio.
3. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact
disk, film.
4. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material)
seperti CAI (Computer Assisted Instruction), Compact disk (CD)
multimedia pembelajaran interaktif, dan bahan ajar berbasis web
(web based learning materials).
d. Fungsi Bahan Ajar
Andi Prastowo (2013: 24-25) mengemukakan bahwa fungsi bahan ajar
ditinjau dari aspek pemanfaatannya dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :
Tujuan pembuatan bahan ajar secara umum adalah untuk membantu guru
dan siswa dalam proses pembelajaran. Bahan ajar dapat memudahkan guru
dalam menyampaikan materi dan siswa akan lebih mudah dalam memahami
materi yang disampaikan guru. Adapun tujuan dari pembuatan bahan ajar
menurut Andi Prastowo (2013) yaitu :
Modul adalah satu kesatuan bahan pembelajaran yang dapat dipelajari oleh
peserta didik secara mandiri. Didalamnya terdapat komponen dan petunjuk
yang jelas sehingga peserta didik dapat mengikuti secara runtut tanpa campur
tangan pengajar atau guru. Modul merupakan bahan ajar cetak yang dirancang
untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta pembelajaran. (Departemen
Pendidikan Nasional, 2008).
Modul merupakan salah satu media belajar yang dapat digunakan secara
mandiri oleh peserta didik karena dilengkapi dengan petunjuk belajar secara
mandiri. Bahasa, pola, dan sifat kelengkapan lainnya disusun seperti bahasa
pengajar ketika sedang berinteraksi dengan peserta didik, dengan kata lain
diatur sedemikian rupa sehingga dapat diterima dengan baik oleh peserta didik
meski tanpa kehadiran seorang pendidik.
b. Karakteristik Modul
Nana Sudjana & Ahmad Rivai (2013: 133), menyatakan bahwa modul
mempunyai beberapa karakteristik tertentu yaitu:
1) Berbentuk unit pengajaran terkecil dan lengkap.
2) Motivasi peserta didik meningkat dan hasil belajar yang dirancang pendidik
sesuai dengan tingkat kesukaran materi.
berikut:
1) Konten
Konten berkaitan dengan apa yang akan dipelajari peserta didik dan apa
untuk pendidik memberikan penilaian terkait materi yang telah dikuasai peserta
yang diatur sesuai dengan kesiapan peserta didik, minat belajar, dan profil
dipelajari meliputi:
apa yang mereka minati, hobi, atau pelajaran yang disukai. Dengan
begitu peserta didik akan belajar dengan tekun karena mereka merasa
tertarik.
oleh pendidik.
D. Pertanyaan Penelitian
1. Apakah modul bahan ajar berdifrensiasi pada materi Bangun ruang yang
dikembangkan layak digunakan sebagai referensi untuk proses
pembelajaran?
2. Apakah modul bahan ajar berdifrensiasi pada materi Bangun ruang
praktis untuk digunakan dalam pembelajaran?
3. Apakah modul bahan ajar bedifrensiasi yang dikembangkan efektif
digunakan dalam pembelajaran.
BAB III
A. Model Pengembangan
B. Prosedur Pengembangan
Peneliti menggunakan model penelitian dan pengembangan (Reseach
and Develompent/R&D) yang mengacu pada model penelitian dan
pengembangan Borg and Gall. Penelitian pengembangan model Borg &
Gall (dalam Endang Multiyaningsih, 2013: 163-165) terdiri dari 10
(sepuluh) tahapan yaitu: analisis kebutuhan, desain, pembuatan prototype,
uji coba kelompok kecil, revisi bahan ajar tahap pertama, uji coba lapangan,
revisi bahan ajar tahap ke dua, penerapan bahan ajar yang dikembangkan,
revisi terakhir, mendesiminasi dan mengimplementasikan produk.
Analisis kebutuhan
Merumuskan bahan ajar,
Desain tujuan dan kegiatan
Pembuatan
Prototype
bahan ajar
Uji coba lapangan
Revisi produk Uji coba lapangan
Gambar 2 : Skema Desain Penelitian Model Borg & Gall yang disederhanakan.
Pembahasan secara rinci mengenai skema model pengembangan Borg & Gall
(dalam Endang Mulyatiningsih 2011: 163-165) yang disederhanakan
sebagai berikut :
1) Analisis Kebutuhan
Pada tahapan ini dilakukan analisis kebutuhan, dan mengidentifikasi faktor-
faktor yang menimbulkan permasalahan sehingga perlu ada pengembangan
produk baru. Untuk mengetahui keadaan tersebut dapat dilakukan melalui
survey, analisis SWOT (strength, weakness, opportunities, threats), penelitian
evaluasi, analisis dokumen atau dengan mengkaji hasil-hasil peneliti yang
terdahulu.
2) Desain
Pada tahapan ini, peneliti mulai menetapkan rancangan desain dari modul
bahan ajar untuk memecahkan masalah yang ditemukan pada tahap pertama.
Hal-hal yang direncanakan antara lain menetapkan bahan ajar, yang meliputi
merumuskan tujuan pembelajaran, perencanaan proses pembelajaran serta
rancangan awal pengembangan produk, merumuskan tujuan secara terjenjang
atau bertahap, mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada setiap
tahap penelitian dan menguji kelayakan rancangan bahan ajar dalam cakupan
wilayah terbatas. Uji kelayakan bisa dilakukan dengan meminta pertimbangan
ahli secara tertulis.
4) Revisi Produk
Pada tahapan ini peneliti melakukan revisi terhadap produk atau modul bahan
ajar yang dikembangkan. Revisi dilakukan berdasarkan hasil validasi dan saran-
saran atau masukan, baik aspek bahasa, aspek isi atau materi, dari tim ahli
sebagai validator. Setelah dilakukan revisi, maka produk akan siap untuk diuji
cobakan.
Pada tahapan ini produk yang sudah dikembangkan dan instrumen siap untuk
digunakan, kegiatan selanjutnya ialah melakukan uji coba lapangan. Uji coba
lapangan dilakukan untuk mengetahui bagaimana respon dari siswa terhadap
modul ajar yang dikembangkan. Selain itu, uji coba lapangan ini bermanfaat
untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah menggunakan modul ajar yang
telah dikembangkan. Data yang diperoleh kemudian akan dianalisis dan
dievaluasi sebagai acuan melakukan revisi untuk memperbaiki penerapan bahan
ajar pada tahap berikutnya.
6) Revisi Terakhir
Pada tahapan ini sebelum bahan ajar siap dipublikasikan kesasaran pengguna
yang lebih luas, maka perlu dilakukan revisi terakhir untuk memperbaiki hal-
hal yang masih kurang pada saat implementasi bahan ajar dilakukan.
Diharapkan dengan adanya revisi terakhir ini, bahan ajar sudah benar-benar
terbebas dari kekurangan dan layak digunakan pada kondisi yang sesuai dengan
penggunaan bahan ajar.
7) Pemanfaatan Produk
Setelah dilakukannya revisi akhir produk yang dikembangkan, maka produk
sudah dapat dimanfaatkan di lapangan.
C. Desain Uji Coba Produk
a) Desain Uji Coba
Desain uji coba yang dilakukan dalam penelitian pengembangan modul
bahan ajar ini melalui beberapa tahap yaitu uji ahli dan uji coba lapangan.
Namun pada saat uji coba lapangan disesuaikan dengan kemampuan
peneliti serta data yang dibutuhkan.
1) Lembar Validasi
Validasi ahli materi ini bertujuan untuk mendapatkan data berupa penilaian,
komentar, dan saran terhadap ketepatan dan kesesuaian materi yang ada dalam
pengembangan modul ajar berbasis model pembelajaran berdifrensiasi, Ahli
materi berperan untuk menilai kesesuaian isi materi yang diberikan dengan
tujuan pembelajaran dan menilai konsep yang ada pada modul ajar tersebut.
Angket penilaian modul ini diberikan kepada 1 dosen sebagai ahli materi.
Instrumen ini digunakan untuk mengukur sejauh mana tingkat kevalidan modul
ajar modul berdifrensiasi pada materi Bangun ruang yang telah dikembangkan
berdasarkan komponen-komponen penyusunannya diukur dari segi materi.
Adapun aspek-aspek yang dinilai dari segi materinya ini antara lain keakuratan
pada materi, kemutakhiran materi, penggunaan bahasa, dan bahan ajar
berdifrensiasi. Angket penilaian ahli materi ini disusun dengan 4 alternatif
jawaban dengan skor masing-masing yakni: Sangat baik (4), baik (3), cukup
baik (2), dan kurang baik (1). Adapun kisi-kisi penilaian ahli materi terhadap
modul seperti pada Tabel berikut ini :
Kesesuaian dengan
tahap
berdifrensiasi
Penggunaan bahasa
Uji kompetensi
Total
Aspek yang
Komponen Jumlah
dinilai
Kulit Modul
Desain Isi
Modul
Total
Prosedur penggunaan angket respon siswa ini adalah dengan memberikan tanda
centang (√) pada kolom yang sudah disediakan. Jika responden setuju terhadap
pernyataan dalam angket, maka responden memberikan tanda centang (√) pada
kolom “iya”, dan begitu juga sebaliknya. Kisi-kisi dari angket respon siswa
yang akan diobservasi dalam penelitian ini sebagai berikut :
Jumlah
Instrumen ini digunakan untuk memperoleh data hasil belajar peserta didik
dalam pembelajaran menggunakan modul ajar matematika berdifrensiasi.
Instrumen tes dibuat untuk mengukur keefektifan dari produk pengembangan
berupa moduo ajar matematika berdifrensiasi. Adapun jenis tes yang digunakan
dalam penelitian ini berupa tes subjektif atau soal pengetahuan. Adapun rumus
untuk menentukan hasil belajar peserta didik dengan melihat kategori terlihat
pada tabel berikut :
60 < p ≤ 80 Efektif
Analisis data dilakukan pada langkah validasi dan uji coba dengan menghitung
banyaknya skor yang diperoleh untuk menilai kualitas produk berupa modul
ajar Matematika berdifrensiasi Pada Materi Bangun Ruang Kelas V Sekolah
dasar. Data yang terkumpul dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan
kuantitatif hasil ahli materi, ahli desain, angket respon siswa dan hasil tes
terhadap produk modul ajar yang dikembangkan. Langkah-langkah yang
digunakan untuk memberikan kriteria kualitas terhadap produk yang
dikembangkan adalah :
Data penilaian dari ahli materi, dan ahli desain diperoleh melalui lembar
validasi. Penilaian untuk tiap-tiap indikator diberikan dengan rentangan sebagai
berikut. Sangat baik dengan skor 5, baik dengan skor 4, cukup dengan skor 3,
kurang dengan skor 2, dan sangat kurang dengan skor 1. Skor yang diperoleh,
kemudian dikonversikan menjadi data kualitatif skala lima, dengan acuan
rumus sebagai berikut (Eko Putro Widoyoko, 2014) :
Sangat
1 X ≤ X i−1 , 80 SB i
kurang
Keterangan :
SBi = Simpangan baku ideal = 1/6 (skor maksimal ideal – skor minimal ideal).
X = Skor Aktual.
Selain masukan dan saran dari validator, produk bahan ajar yang telah
dikembangkan dikatakan baik apabila skor rata-rata dari penilaian validator
mempunyai kategori minimal cukup.
Analisis data hasil respon siswa terhadap produk yang dihasilkan dapat
dilakukan dengan membandingkan jumlah perolehan antara jawaban “iya” dan
“tidak”. Perhitungan persentase tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan
rumus menurut Trianto (2011: 243) sebagai berikut :
A
P= × 1 00 %
B
Keterangan :
P= Jumlah %
B = Jumlah responden
Data yang berupa skor hasil belajar siswa akan digunakan untuk mengetahui
ketuntasan belajar setelah menggunakan produk yang dikembangkan dan
dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Persentase ketuntasan ¿
∑ Tuntas ×100
∑ Siswa
c. Mengubah data persentase ketuntasan belajar menjadi data kualitatif.
Untuk mengetahui tingkat ketuntasan belajar siswa digunakan nilai
minimal 65, sehingga jika siswa mendapat nilai minimal 65, maka siswa
tersebut dinyatakan sudah mencapai ketuntasan belajar dengan
menggunakan produk bahan ajar yang dikembangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Insyirah, Nisa, Nur. Dkk (2023) Pengembangan Bahan Ajar Matematika Materi
Bangun Ruang Menggunakan Model PJBL Terhadap Minat Belajar Siswa
Kelas V SD. Journal Of Social Science Research Vol. 3 No. 2 Tahun 2023
Page 10427-10437