Anda di halaman 1dari 40

https://ainacivicseducation.wordpress.

com/2011/05/13/meningkatkan-motivasi-belajar-ips-pada-
materi-koperasi-melalui-model-pembelajaran-resource-based-learning-oleh-aah-faridah-s-pd/ jam
10:03 hari selasa tgl 24 april 2018-04-24

Skip to content

KOMUNITAS SEKOLAH PINGGIRAN

Membantu Mengembangkan Kreativitas Guru

Laporan PTK : Meningkatkan Motivasi


Belajar IPS Pada Materi Koperasi Melalui
Model Pembelajaran Resource-Based
Learning Oleh : Aah Faridah, S.Pd
Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya
mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar.
Berkaitan dengan hal tersebut, rendahnya prestasi terjadi juga pada siswa kelas IV SDN
Cigadung 3 Kecamatan Karangtanjung Kabupaten Pandeglang terutama pada pelajaran IPS
materi koperasi. Hal ini dibuktikan oleh rendahnya perolehan nilai pada setiap nilai ulangan
harian. Data pada analisis hasil evaluasi dari setiap pokok bahasan koperasi atau kompetensi
dasar menunjukkan siswa yang menguasai materi secara umum ketuntasan belajar masih di
bawah standar ketuntasan belajar minimal, disebabkan kurangnya antusias guru dalam
pembelajaran IPS, demikian pula pengelolaan Proses Belajar Mengajar (PBM) selalu bersifat
konvensional atau tradisional atau lebih jelasnya DDCH (Duduk, Dengar, Catat dan Hafal).
Beberapa permasalahan di atas peneliti mencoba mengadakan penelitian tindkan kelas,
dengan rumuan permasalah sebagai berikut : a. Bagaimana cara yang tepat dalam
mengajarkan materi koperasi di kelas IV SDN Cigadung 3 ? b. Apakah dengan menggunakan
Model Pembelajaran Resource-Based Learning dapat meningkatkan motivasi pembelajaran
siswa di kelas IV SDN Cigadung 3 ?

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah.

Berdasarkan Kurikulum IPS SD (1994 : 150) menyatakan bahwa : Pengajaran sosial di SD


bertujuan agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang
berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan pengajaran sejarah bertujuan
agar siswa mampu mengembangkan pemahaman tentang perkembangan masyarakat
Indonesia sejak masa lalu hingga kini. Dalam kontek itu IPS harus mendidik siswa menjadi
warga negara yang berkesadaran tinggi dan bertanggung jawab terhadap bangsanya, dan
mempersiapkan peserta didik bagi kehidupannya dimasa mendatang sebagai pribadi yang
melek informasi dan ikut berpartisipasi dalam proses-proses sosial yang ada dalam
masyarakat. Artinya siswa menjadi peduli dan tanggap terhadap persoalan-persoalan yang
ada dalam masyarakat dan berupaya mencari pemecahannya sesuai dengan tingkat
kemampuannya. Dengan demikian IPS bertugas membantu siswa untuk dapat
mengembangkan potensi-potensi dirinya, baik yang menyangkut potensi kognitif
(pengetahuan), afektif (sikap), maupun perilaku (keterampilan) dalam lingkungan hidupnya.
Inilah misi dan sekaligus hakekat IPS SD. Penulis meyakini apabila guru tidak memahami
perkembangan anak, maka guru akan menghadapi kesulitan dalam melaksanakan tugasnya,
sebab guru telah menyepelekan potensi diri anak, sedangkan bila guru melupakan tuntutan
dan kebutuhan masyarakat, maka guru akan membina anak didik dalam mimpi-mimpi yang
tidak realistis. Pengajaran IPS tidak mampu membina keterampilan hubungan sosial para
siswanya. Untuk itu program pengajaran harus mampu menyajikan masalah lingkungan
kehidupan anak. Misi pengajaran IPS akan berhasil dengan baik apabila guru mampu
menghayati arti dan isi IPS itu sendiri. Selaku guru IPS ia bertugas membina siswa untuk
hidup hari ini dan kelak, membina siswa dalam keterampilan dan cara pemahaman serta
pendekatan-pendekatan kehidupan sosial yang dinamis, membina pengetahuan serta sikap
mentalnya, juga guru IPS harus membimbing para siswa untuk berkesempatan
mendayagunakan pengalaman dan pengetahuannya menurut batas kemampuannya. Salah satu
tantangan mendasar dalam pengajaran IPS saat ini adalah mencari strategi pembelajaran yang
inovatif yang memungkinkan meningkatnya mutu proses pembelajaran. Hal ini dirasakan
mendesak seiring dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
tersebut membuka kemungkinan siswa tidak hanya belajar di dalam kelas akan tetapi siswa
dapat belajar di luar kelas. Dengan belajar seperti ini siswa akan lebih leluasa menuangkan
atau ide-ide yang dibangun berdasarkan informasi dari berbagai sumber, melatih kemampuan
siswa untuk dapat memecahkan suatu masalah atau isu-isu yang ada dalam masyarakat,
sehingga dengan demikian proses pembelajaran akan menggambarkan kesatuan dan antara
kemampuan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan siswa, siswa berinteraksi dengan
lingkungan masyarakat, siswa dapat berpikir secara kritis, kreatif dan dapat melakukan
aktifitas dalam belajar. Pemikiran bahwa proses belajar mengajar sebaiknya dilakukan
dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar bukanlah merupakan hal yang
baru. Siswa belajar langsung dari pengalamannya sendiri, daripada hanya mengandalkan
perolehan informasi dari buku-buku. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan penyajian
pengajaran IPS ke dalam suasana belajar yang lebih menggairahkan, yang pada akhirnya
dapat meningkatkan mutu proses pembelajaran IPS itu sendiri demi tercapainya tujuan
pendidikan pada umumnya.

B. Identifikasi Masalah

Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya
mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar.
Berkaitan dengan hal tersebut, rendahnya prestasi terjadi juga pada siswa kelas IV SDN
Cigadung 3 Kecamatan Karangtanjung Kabupaten Pandeglang terutama pada pelajaran IPS
materi koperasi. Hal ini dibuktikan oleh rendahnya perolehan nilai pada setiap nilai ulangan
harian. Data pada analisis hasil evaluasi dari setiap pokok bahasan koperasi atau kompetensi
dasar menunjukkan siswa yang menguasai materi secara umum ketuntasan belajar masih di
bawah standar ketuntasan belajar minimal, disebabkan kurangnya antusias guru dalam
pembelajaran IPS, demikian pula pengelolaan Proses Belajar Mengajar (PBM) selalu bersifat
konvensional atau tradisional atau lebih jelasnya DDCH (Duduk, Dengar, Catat dan Hafal).
Berdasarkan kenyataan di lapangan ditemui beberapa permasalahan yang dialami oleh siswa,
guru maupun faktor pendukung keberhasilan pembelajaran pada materi di Kelas IV SDN
Cigadung 3 adalah sebagai berikut : 1. Permasalahan yang dialami oleh siswa antara lain : a.
Motivasi siswa terhadap pelajaran IPS khususnya materi koperasi masih kurang antusias. b.
Keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan guru masih kurang c. Keaktifan siswa dalam
mengajukan pertanyaan guru masih kurang d. Keaktifan siswa dalam diskusi belum terlihat e.
Partisipasi serta peran siswa dalam proses pembelajaran masih kurang. 2. Permasalahan yang
dialami oleh guru diantaranya : a. Pengembangan materi pengajaran yang dilakukan guru
belum optimal b. Strategi proses pembelajaran belum terlihat c. Metode pembelajaran yang
dipilih kurang tepat d. Materi pengajaran yang ditampilkan guru kurang memadai e. Sumber
belajar yang dipilih dan dipergunakan guru belum optimal. 3. Permasalahan dari faktor
pendukung pembelajaran antara lain : a. Orang tua siswa kurang mengerti terhadap
pendidikan anakanya b. Keadaan ekonomi orang tua banyak yang kurang mampu c. Sarana
dan prasarana kurang mendukung Untuk mengatasi masalah tersebut di atas, maka peneliti
akan mencoba menggunakan model pembelajaran Resource-Based Learning. Dengan
menggunakan model pembelajaran Resource-Based Learning adalah salah satu alternatif
untuk meningkatkan motivasi pembelajaran IPS pada pokok bahasan koperasi dengan
menciptakan situasi belajar berdasarkan sumber, yang menghadapkan siswa dengan suatu
sumber belajar secara individual atau kelompok, jadi bukan dengan cara konvensional.
Dalam Resource-Based Learning guru bukan merupakan sumber belajar satu-satunya. Siswa
dapat belajar dalam ruang perpustakaan, bahkan di luar sekolah, bila ia mempelajari
lingkungan yang berhubungan dengan tugas atau materi pembelajaran diantaranya materi
koperasi. Sebagai usaha untuk meningkatkan penguasaan konsep di bidang ilmu pengetahuan
sosial. Syaiful Sagala, (2003 : 65). Jadi Resource-Based Learning dipakai dalam berbagai
arti, apakah dalam pelajaran berprogram atau modul yang mengikuti langkah-langkah yang
telah ditentukan atau dalam melakukan tugas yang bebas berdasarkan teknik pemecahan
masalah, penemuan, dan penelitian, bergantung kepada putusan guru serta kemungkinan yang
ada dalam kurikulum yang berlaku di sekolah. Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) SD 2006 : Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial bertujuan agar siswa
memiliki kemampuan sebagai berikut : 1. Mengenal Konsep-konsep yang berkaitan dengan
kehidupan masyarakat dan lingkungannya 2. Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis
dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilam dalam kehidupan
sosial. 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. 4.
Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetensi dalam masyarakat
yang majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global. Kenyataan secara empirik di lapangan
menunjukkan bahwa pembelajaran IPS di SD khususnya di Kelas IV SDN Cigadung 3
Kecamatan Karangtanjung Kabupaten Pandeglang terutama dalam aspek sumber belajar yang
dipilih dan dipergunakan guru dalam kegiatan pembelajaran belum memanfaatkan sumber
belajar yang ada di sekitar sekolah, guru menggunakan sumber belajar terpaku kepada buku
paket yang telah disediakan oleh pemerintah sehingga mutu pembelajaran IPS kurang
bermakna. Bertolak dari kenyataan di atas, dianggap perlu untuk memperkenalkan,
memahami, mengembangkan dan menerapkan model pembelajaran Resource- Based
Learning memanfaatkan sumber belajar untuk memecahkan persoalan-persoalan rendahnya
mutu proses pembelajaran di kelas IV SDN Cigadung 3 Kecamatan Karangtanjung
Kabupaten Pandeglang.

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah Masalah paling signifikan yang ditemui dalam proses pembelajaran
IPS pada materi koperasi di kelas IV SDN Cigadung 3 antara lain : a.. Belum menggunakan
cara yang tepat dalam mengajarkan materi koperasi di kelas IV SDN Cigadung 3 b..
Kurangnya motivasi siswa terhadap pelajaran IPS khususnya materi koperasi di kelas IV
SDN Cigadung 3
2. Rumusan Masalah Beberapa masalah yang peneliti temui dalam proses belajar mengajar
IPS terutama pada materi koperasi di kelas IV SDN Cigadung 3 diantaranya : a. Bagaimana
cara yang tepat dalam mengajarkan materi koperasi di kelas IV SDN Cigadung 3 ? b. Apakah
dengan menggunakan Model Pembelajaran Resource-Based Learning dapat meningkatkan
motivasi pembelajaran siswa di kelas IV SDN Cigadung 3 ?

D. Tujuan Penelitian

Rendahnya antusias guru di kelas IV SDN Cigadung 3 Kecamatan Karangtanjung Kabupaten


Pandeglang dalam pembelajaran IPS pada materi koperasi mengakibatkan rendahnya nilai
hasil belajar dan penguasaan konsep IPS kurang bermakna, hal ini harus segera diantisipasi,
dicarikan solusi pemecahan masalahnya agar masalah ini tidak berkelanjutan.

Berkenaan dengan hal tersebut di atas, dalam penelitian ini akan diupayakan peningkatan
motivasi pembelajaran IPS terutama materi koperasi dengan menggunakan model
pembelajaran Resource-Based Learning, dimana model pembelajaran tersebut tidak berpusat
pada satu sumber saja dan berorientasi kepada keterampilan proses ( prosess skill ). Untuk
menerapkan model pembelajaran Reource-Based Learning terhadap pelajaran IPS, guru perlu
strategi yang tepat agar siswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi, motivasi yang dapat
meyakinkan siswa akan kegunaan sumber belajar bagi kehidupannya. Guru harus dapat
menciptakan situasi dinamis sehingga materi pelajaran selalu menarik. Berdasarkan
permasalahan di atas, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : 1.
Dapat menggunakan cara yang tepat dalam mengajarkan materi koperasi di kelas IV SDN
Cigadung 3. 2. Meningkatkan motivasi pembelajaran IPS pada materi koperasi dengan
menggunakan model pembelajaran Resource-Based Learning pada siswa kelas IV SDN
Cigadung 3.

E. Manfaat Hasil Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini akan memberikan manfaat untuk perbaikan dan peningkatan
proses hasil belajar terutama bagi perorangan atau institusi di bawah ini. 1. Bagi Siswa :
Dengan menggunakan Model Pembelajaran Resource-Based Learning siswa akan tergugah
semangat belajarnya sehingga menambah akan keberanian untuk bertanya, menjawab,
melakukan sesuatu tindakan yang berpola terstruktur, menemukan dan mengembangkan ide-
ide baru, sehingga aktivitas dan antusias belajar siswa lebih meningkat. 2. Bagi Guru : Model
pembelajaran Resource-Based Learning akan meningkatkan kreativitas mengajar, karena
guru dituntut untuk menyusun skenario pembelajaran, kemudian harus menyiapkan berbagai
sumber yang sesuai dengan bahan yang akan diajarkan, guru juga akan lebih ringan di dalam
melaksanakan tugas mengajarnya, karena yang lebih aktif adalah siswa, dan guru hanya
mengarahkan saja. 3. Bagi Sekolah : Hasil dari proses belajar mengajar yang efektif dan
menyenangkan diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

Bab II Kajian Pustaka

A. Kajian Teori

1. Motivasi

a. Pengertian
Motivasi adalah usaha guru untuk membangkitkan atau mendorong kemauan anak untuk
belajar (Depdikbud : 1996 : 62)

Sedangkan menurut Noehi Nasution (1998 : 9) mengumukakan bahwa motivasi adalah


kondisi psikologi yang mendorong seseorang untuk belajar. Penemuan-penemuan
menunjukkan bahwa hasil belajar pada umumnya meningkat jika motivasi belajar bertambah.

Depdikbud (1996 : 61) menyebutkan ada beberapa contoh yang dapat menumbuhkan
motivasi siswa di sekolah adalah sebagai berikut :

1). Memberi Angka

Angka atau nilai dapat menumbuhkan motivasi yang kuat. Salah satu sasaran pembinaan
belajar siswa yaitu agar siswa mampu memperoleh angka atau nilai tinggi.

2). Penghargaan

Penghargaan dalam berbagai bentuk seperti pujian, pemberian hadiah, pemberian nomor urut
rangking pada umumnya dapat membangkitkan dorongan belajar lebih tinggi

3). Persaingan

Persaingan dapat mempertinggi semangat, aktivitas dan hasil belajar. Pada dasarnya
pemberian angka dan bentuk-bentuk penghargaan tertentu mengundang persaingan.

Dalam proses pendidikan beberapa orang guru mungkin merasa tugasnya hanya mengajar,
dan tidak untuk memotivasi siswa belajar. Waktu yang digunakan di kelas hanya untuk
menyampaikan bahan

pelajaran, padahal menyampaikan bahan pelajaran tanpa motivasi, tidak akan menarik minat
siswa untuk mempelajarinya.

Dalam istilah pendidik, lebih jauh motivasi dapat dipandang sebagai suatu proses, yaitu
proses yang dapat :

1). Mengarahkan para siswa ke dalam pengalaman belajar yang dapat dipercaya.

2). Mendorong dan membangkitkan para siswa dalam belajar

3). Memusatkan perhatian siswa kepada suatu pengarahan dalam satu waktu.

b. Fungsi

Motivasi berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat


menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan
semakin besar kesuksesan belajarnya.

Seorang yang besar motivasinya akan giat berusaha, tampak gigih tidak mau menyerah, giat
membaca buku-buku untuk meningkatkan prestasinya dalam memecahkan masalahnya.
Sebaliknya seorang yang motivasinya lemah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa,
perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran, suka mengganggu di kelas, sering meninggalkan
pelajaran akibatnya banyak mengalami kesulitan belajar. Abu Ahmadi dan Widodo
Supriyono, (1991 : 79 ).

c. Tujuan

Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau
menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu
sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu. Adapun secara khusus tujuan
motivasi adalah sebagai berikut :

1). Bagi manajer, tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan pegawai atau bawahan dalam
usaha meningkatkan prestasi kerjanya sehingga tercapai tujuan organisasi yang dipimpinnya.

2). Bagi guru, tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau memacu para siswanya agar
timbul keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, sehingga tercapai
tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapkan dalam kurikulum sekolah.
M. Ngalim Purwanto, (1996 : 73)

Jelaslah bahwa setiap tindakan motivasi mempunyai tujuan. Makin jelas tujuan yang
diharapkan atau akan dicapai, makin jelas pula tindakan motivasi yang akan dilakukan.

2. Pembelajaran

a. Pengertian

Pembelajaran adalah suatu proses kegiatan yang ditata dan diatur sedemikian rupa dengan
didasarkan pada berbagai aspek baik menyangkut aspek konsep hakikat pembelajaran,
maupun ketentuan-ketentuan yuridis formal yang mengatur pelaksanaan pendidikan pada
umumnya dan pembelajaran secara lebih khusus.

Istilah pembelajaran yang digunakan saat ini sebagai perkembangan dari istilah belajar-
mengajar, banyak dipengaruhi oleh tuntutan psikologi kognitif holistik. Menurut aliran ini
pembelajaran intinya menempatkan siswa sebagai sumber aktivitas belajar. Pada bagian lain
istilah pembelajaran juga banyak dipengaruhi oleh kajian teknologi pendidikan dan teknologi
pembelajaran.

Teknologi pendidikan dan teknologi pembelajaran memandang bahwa pembelajaran adalah


proses memfasilitasi siswa untuk berbuat belajar. Kegiatan memfasilitasi dalam proses adalah
melibatkan berbagai sumber pembelajaran.

Teori belajar lain yang bersifat kontemporer yang memiliki relevansi cukup signifikan
dengan istilah pembelajaran yaitu konstruktivisme. Teori konstruktivisme memandang bahwa
siswa adalah pembangun pengetahuan yang aktif.

Dengan demikian maka pembelajaran harus dirancang dengan lebih banyak mendorong siswa
untuk mengembangkan potensi aktivitasnya, dan oleh karena itu dalam pandangan sekarang
fungsi guru bergeser dari fungsi sebagai penyampai seperti telah dibahas sebelumnya menjadi
fasilitator pembelajaran.
Pengertian pembelajaran dikemukakan oleh Mohammad Surya dalam Sukirman, dkk.
(2007 : 6) sebagai berikut :

Pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan perilaku secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.

Jadi pembelajaran adalah serangkaian aktivitas atau kegiatan yang difasilitasi untuk
terjadinya perubahan perilaku siswa, dengan demikian maka guru adalah sebagai bagian dari
lingkungan pembelajaran yang memiliki tugas utama sebagai fasilitator pembelajaran.

Beberapa perilaku atau proses pembelajaran yang dikemukakan oleh Sukirman, dkk. (2007 :
7) sebagai berikut :

1). Belajar tidak hanya sekedar menghafal, akan tetapi siswa harus membangun
pengetahuannya.

2). Hasil belajar tidak hanya cukup untuk memenuhi konsumsi pengetahuan (kognitif) saja
akan tetapi harus direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak (aplikasi).

3). Dalam belajar siswa harus mengalami sendiri, dan bukan hanya sebagai penerima dari
pemberian orang lain (guru).

Oleh karena itu proses pembelajaran harus membiasakan siswa terlibat dalam memecahkan
permasalahan-permasalahan.

4). Pembelajaran harus membiasakan siswa banyak berinteraksi dengan sumber-sumber


pembelajaran atau lingkungan pembelajaran secara luas dan bervariasi dan tidak hanya
dibatasi oleh ruang kelas saja.

5). Pembelajaran harus memposisikan siswa sebagai subjek pembelajar yang aktif untuk
melakukan aktivitas belajar dimana guru sebagai fasilitator pembelajarannya.

b. Tujuan

Menurut Nu’man Sumantri, (2001 : 259) mengemukakan bahwa pada dasarnya tujuan
pembelajaran IPS di tingkat sekolah dasar antara lain :

1). Mendidik para siswa menjadi ahli ekonomi.

2). Menumbuhkan warga negara yang baik

3). Dapat menampung para siswa untuk studi lanjutan ke universitas maupun yang akan
terjun langsung pada kehidupan masyarakat.

3. Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS )

a. Pengertian
Pembelajaran IPS diharapkan siswa tidak hanya mampu menguasai teori-teori kehidupan di
dalam masyarakat, tapi mampu menjalani kehidupan nyata di masyarakat sebagai insan
sosial. Sapriya dkk, (2006 : 3).

Berdasarkan kutipan tersebut di atas, peneliti berpendapat bahwa warga negara yang mampu
mengamalkan ilmunya dalam bentuk amalan nyata, dapat bermanfaat bagi kehidupan di
masyarakat. Pada hakekatnya manusia itu selain sebagai mahluk individu yang harus
mengenal dirinya juga sebagai mahluk sosial yaitu harus mampu hidup berinteraksi dengan
manusia lainnya yakni dalam kehidupan bermasyarakat.

Pengertian IPS dalam Kurikulum Sekolah Dasar 1975 yaitu :

1). IPS adalah bidang studi yang merupakan panduan (fusi) dari sejumlah mata pelajaran ilmu
sosial.

2). IPS terutama akan membina kecerdasan, keterampilan, pengetahuan, rasa tanggung jawab
dan demokrasi.

3). Walaupun penyajian IPS diusahakan dengan cara akademis tetapi pokok persoalan
(pembahasannya) adalah kemasyarakatan yang aktual.

4). IPS mengemban dua fungsi utama yaitu membina pengetahuan kecerdasan dan
keterampilan yang bermanfaat bagi pengembangan dan kelanjutan pendidikan siswa
selanjutnya dan membina sikap yang selaras dengan nilai-nilai Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia 1945.

Dalam kurikulum 2006 dikemukakan bahwa IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang
diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat isu
sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi
dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga
negara Indonesia yang demokrasi dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta
damai.

Pada prinsipnya ilmu sosial sangat komplek dengan masalah kehidupan yang dihadapinya.

Penyajian IPS pada program pengajaran di tingkat sekolahan khususnya sekolah dasar
memerlukan konsep dari berbagai pilihan cabang ilmu.

1. b. Tujuan

Tujuan pembelajaranIPSSDadalah agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan dan


keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari.

Pengajaran sejarah bertujuan agar siswa mampu mengembangkan pemahaman tentang


perkembangan masyarakatIndonesiasejak masa lalu hingga masa kini sehingga siswa
memiliki kebanggaan sebagai bangsaIndonesiadan cinta tanah air. Depdikbud, (1999 : 15)

Guru sebagai pemimpin (managerial), harus dapat mengarahkan, membimbing,


mempengaruhi, memotivasi, mengawasi pikiran perasaan atau tindakan, dan tingkah laku
siswa.
Dari pengertian itu, berarti seorang guru harus melakukan usaha menggerakkan, memberikan
motivasi, serta menyatukan pikiran dan tingkah laku para siswa dengan guru-guru agar
mengarah pada tujuan yang terdapat di dalam program kelas. Maka kemampuan profesional
yang dituntut dari seorang guru dalam melaksanakan fungsi dan peranannya di kelas dalam
motivasi belajar adalah bagaimana guru memadukan semua upayanya, sehingga terwujud
keserasian dalam seluruh kegiatan belajar mengajar IPS di kelas dan mempermudah
proses pencapaian tujuan pengajaran IPS.

4. Koperasi

a. Pengertian :

Materi Koperasi tidak bisa lepas dari pembelajaran IPS. Dalam koperasi terjadi peristiwa
interaksi sosial antara individu yang satu dengan individu lainnya.

Koperasi adalah kumpulan dari orang-orang yang sebagai manusia secara bersama-sama
bergotong-royong berdasarkan persamaan, bekerja untuk memajukan kepentingan-
kepentingan ekonomi mereka dan kepentingan masyarakat. Hamid Hasan, (1992 : 131).

Berarti koperasi tidak bisa berdiri bila di dalamnya hanya terdiri dari satu individu atau
seorang.

Dari pengertian umum di atas, maka ciri-ciri seperti di bawah ini selalu nampak yaitu :

1). Bahwa Koperasi adalah kumpulan orang-orang dan bukan kumpulan modal. Ini berarti
bahwa Koperasi Indonesia harus benar-benar mengabdikan diri pada perikemanusiaan dan
bukan kepada kebendaan.

2). Bahwa segala kegiatan koperasi dilaksanakan dengan bekerja sama dan bergotong
royong berdasarkan persamaan derajat, hak, dan kewajiban. Ini berarti bahwa koperasi adalah
dan seharusnya merupakan wadah demokrasi ekonomi sosial.

Sesuai dengan dasar demokrasi ini maka harus dijamin benar-benar bahwa koperasi adalah
milik para anggota yang berarti bahwa hak tertinggi dalam koperasi terletak pada rapat
anggota yaitu :

1). Bahwa segala kegiatan Koperasi harus didasarkan atas kesadaran para anggota. Dalam
koperasi tidak ada paksaan, ancaman, intimidasi dan campur tangan dari pihak-pihak lain
yang tidak ada sangkut pautnya dengan soal-soal intern koperasi.

2). Bahwa tujuan Koperasi harus benar-benar merupakan kepentingan bersama dari para
anggotanya dan tujuan itu dicapai melalui karya dan jasa yang disumbangkan para anggota
masing-masing.

Besar kecilnya karya dan jasa setiap anggota harus dicerminkan pula dalam hal pembagian
pendapatan dalam koperasi.

Menurut Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 1, bangun perusahaan yang sesuai
dengan azas kekeluargaan itu ialah koperasi dan hanya perusahaan yang tidak menguasai
hajat hidup orang banyak boleh ada ditangan orang-orang.
Ada beberapa usaha untuk menjadikan koperasi sebagai wadah ekonomi yang utama untuk
mempertinggi kesejahteraan rakyat, diantaranya:

1). Kepada koperasi diberikan ruang gerak seluas-luasnya baik dalam bidang distribusi
maupun dalam bidang produksi jasa untuk usaha besar, menengah maupun usaha kecil.

2). Pemerintah selalu memberikan pembinaan perlindungan dan fasilitas selama belum dapat
berdiri sendiri.

Karena koperasi merupakan wadah ekonomi yang berfungsi sebagai alat demokrasi ekonomi
rakyat, maka setiap pembentukan koperasi harus benar-benar didasarkan pada kepentingan
anggota.

Penggunaan kredit secara berhasil guna, serta menunjang pertumbuhan koperasi tanpa
mengutamakan laba.

Prinsip keharusan melayani anggota dipegang teguh bagi koperasi produksi, koperasi jasa
maupun pelayanan diluar anggota. Pelayanan terhadap orang-orang diluar anggota koperasi
akan menarik anggota baru sehingga semua anggota masyarakat dapat menjadi anggota
koperasi.

Akhirnya terciptalah usaha untuk memasyarakatkan koperasi dalam rangka mencapai


masyarakat adil dan makmur secara merata.

b. Tujuan

Koperasi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan bersama dan untuk kesejahteraan bersama.
Artinya dengan berkoperasi diharapkan para anggotanya lebih mudan memperoleh barang-
barang keperluannya. Dari berkoperasi dapat memperoleh jasa, biasanya berupa keuntungan
dalam bentuk uang. Jasa itu diterima karena sumbangan yang telah diberikan kepada koperasi
yang berupa simpanan. M. Hasan dkk. (1996 : 47 )

Untuk mencapai tujuan koperasi semua anggota harus setia memenuhi kewajiban yang telah
ditentukan bersama.

c. Manfaat

Anggota koperasi dapat memenuhi barang keperluan dengan harga yang murah. Hal ini
disebabkan karena koperasi tidak mengambil untung terlalu besar. Selain itu, barang dapat
dicicil pembayarannnya apabila anggotanya sedang tidak mempunyai uang.

Dalam keadaan mendesak anggota dapat meminjam uang dengan jasa yang sangat kecil,
sehingga tidak memberatkan sipeminjam, hal ini supaya anggota koperasi tidak terjerumus
kepada rentenir yang berbunga besar.

Di dalam koperasi dapat dijalin hubungan yang akrab pada sesama anggota koperasi tumbuh
perasaan senasib sepenanggungan, sifat tolong- menolong menjadi nyata, yang kuat
membantu yang lemah.

d. Jenis-jenis koperasi
Kita kenal beberapa jenis koperasi, ada koperasi konsumsi, koperasi produksi, koperasi
simpan pinjam dan ada koperasi serba usaha.

1). Koperasi Konsumsi yaitu melayani keperluan anggota langsung berupa barang-barang
keperluan sehari-hari, misalnya : beras, gula, kopi, minyak, sabun, susu dan lain-lain.

2). Koperasi Produksi yaitu menampung barang-barang yang dihasilkan oleh para anggota
koperasi. Barang-barang itu dijual atau dipasrakan kepada calon pembeli. Kita kenal koperasi
tahu, tempe, dan hasil kerajinan para anggota.

3). Koperasi simpan pinjam yaitu menampung simpanan para anggota. Simpanan itu
merupakan simpanan sukarela. Kepada Anggota yang memerlukan uang diberikan pinjaman.

4). Koperasi serba usaha yaitu memilih kegiatan dalam berbagai macam usaha, termasuk
angkutan.

e. Koperasi Sekolah

Yang dimaksud dengan Koperasi Sekolah ialah koperasi yang anggotanya adalah murid-
murid sekolah dasar, lanjutan pertama, lanjutan atas dan sekolah-sekolah yang setaraf dengan
itu.

Koperasi Sekolah bertujuan untuk :

1). Menunjang pendidikan sekolah kearah kegiatan-kegiatan praktek guna mencapai


kebutuhan ekonomi dikalangan murid-murid.

2). Mengembangkan rasa tanggung jawab dan disiplin, setia kawan, dan jiwa demokrasi pada
pembangunan negara umumnya.

Koperasi Sekolah dibentuk atas dasar rapat yang dihadiri oleh murid-murid atau perwakilan
kelasnya, guru-guru dan kepala sekolah.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam peraturan koperasi sekolah ini ialah sebagai berikut :

1). Keanggotaan

a). Yang menjadi anggota hanyalah murid-murid dari sekolah yang bersangkutan

b). Setiap anggota mempunyai hak yang sama

c). Keanggotaan tidak bisa dipindah tangankan kepada yang lain.

d). Setiap anggota wajib melakukan dan memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku pada
koperasi itu.

e). Keanggotaan berakhir bila :

(1) Anggota meninggal dunia


(2) Anggota pindah sekolah

(3) Anggota telah menamatkan sekolahnya ditempat itu

(4) Anggota melanggar peraturan yang ditentukan dalam anggaran dasar koperasi
sekolahnya itu.

2). Kepengurusan

a). Pengurus dipilih dari murid-murid dalam suatu rapat anggota

b). Demi pembinaan, pengamanan, pengawasan organisasi, serta kegiatan usaha koperasi
sekolah itu, kepala sekolah dapat mengangkat seorang pegawai dan bendahara, dapat diambil
dari guru jika tidak ada murid yang menjabatnya.

c). Bila jabatan dalam kepengurusan itu tidak terisi, maka kepala sekolah dapat mengangkat
dari kalangan guru.

d). Badan Pemeriksa juga dipilih dari murid yang menjadi anggota koperasi sekolah. Bila
tidak ada dapat dipilih seorang guru atas persetujuan kepala sekolah.

3). Rapat Anggota

Dalam rapat anggota koperasi sekolah ini berlaku pula ketentuan-ketentuan seperti pada rapat
anggota koperasi di luar koperasi sekolah. Jadi, berlaku seperti umum, sesuai dengan aturan
yang telah digariskannya.

4). Lapangan Usaha

Kegiatan koperasi sekolah ini berbeda dengan kegiatan-kegiatan koperasi pada umumnya.
Koperasi sekolah ini umumnya menjurus kepada usaha konsumsi yang sebagaian besar
berkisar antara kebutuhan sekolah, disamping dalam barang konsumsi lainnya. Barang-
barang yang diusahakan di koperasi sekolah antara lain :

a). Buku pelajaran dan alat-alat tulis

b). Alat-alat praktek dengan pelajaran

c). Kantin

5). Modal

Modal Koperasi berasal dari :

a). Simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan sukarela

b). Pinjaman dari sekolah atau dari pihak luar

c). Penyisihan dari sisa hasil usaha


d). Sumber-sumber lainnya yang layak, misalnya bantuan dari orang tua murid, dari
Pemerintah Daerah dan sebagainya.

Kegunaan koperasi sekolah ini terutama akan didapat oleh murid-murid yang mau menjadi
anggota dan apabila ia menjadi pengurus dari koperasi tersebut, mereka akan mendapatkan
pengalaman dalam bidang perkoperasian.

Koperasi Sekolah ini harus dikelola oleh berbagai pihak mulai dari murid-murid sampai
dengan orang tua dan yang merasa terlibat dalam hal pendidikan, sehingga murid benar-benar
terlibat nyata dalam suatu perkumpulan koperasi.

Peranan guru juga penting dalam hal pembinaan dan pengawasan koperasi sekolah. Maju
mundurnya koperasi sekolah akan sangat tergantung pula kepada kepala sekolah.

Oleh sebab itu, sebagai pimpinan, ia harus memberikan perhatian penuh terhadap kegiatan
koperasi sekolahnya.

Pengurus koperasi sekolah harus dapat :

a). Membuat rencana kerja jangka pendek dan jangka panjang dalam hal ini perlu adanya
bimbingan dan bantuan dari guru-guru dan kepala sekolah.

b). Membuat rencana anggaran belanja.

c). Menggunakan modal dengan tepat dan teliti

d). Membuat pembukuan yang teliti

e). Membuat pekerjaan sesuai dengan bakat dan kemampuan anggotanya.

1. f. Perbedaan Koperasi dengan Badan Usaha Lain

Koperasi berbeda dengan usaha lain. Salah satu sifat koperasi adalah sukarela dan terbuka
untuk setiap orang. Artinya, menjadi anggota tidaklah dipaksa. Siapa saja boleh menjadi
anggota. Syarat menjadi anggota adalah mematuhi semua ketentuan koperasi.

Apakah yang membedakan koperasi dari badan usaha yang lain ?. Koperasi merupakan
perkumpulan orang-orang yang bekerja sama. Tujuannya adalah kesejahteraan para anggota.
Koperasi tidak mengutamakan keuntungan sebesar mungkin.

Sedangkan badan usaha lain lebih mengutamakan keuntungan. Kalau dapat, keuntungan
sebesar mungkin. Daftar di bawah ini menjelaskan perbedaan koperasi dengan badan usaha
lainnya.

Perbedaan Koperasi dengan Badan Usaha Lainnya.

Koperasi Badan Usaha Lainnya


1. Didirikan bersama-sama 1. Didirikan oleh perseorangan
2. Modal berasal dari simpanan 2. Modal dari perseorangan
3. Tidak mengutamakan untung 3. Mengutamakan keuntungan
4. Pengurus dipilih oleh anggota 4. Pengurus ditentukan oleh pemilik

koperasi modal
5. Keuangan bersifat terbuka 5. Keuangan bersifat tertutup
6. Terdapat pembagian sisa hasil 6. Tidak terdapat pembagian sisa

usaha (SHU) menurut jasa hasil usaha (SHU)

anggota.

5. Resource-Based Learning

a. Pengertian

Resource-Based Learning ialah segala bentuk belajar yang langsung menghadapkan murid
dengan suatu atau sejumlah sumber belajar secara individual atau kelompok dengan segala
kegiatan belajar yang bertalian dengan itu, jadi bukan dengan cara yang konvensional dimana
guru menyampaikan bahan pelajaran pada murid, tetapi setiap komponen yang dapat
memberikan informasi seperti perpustakaan, laboratorium, kebun, dan semacamnya juga
merupakan sumber belajar.

Dalam Resource-Based Learning guru bukan merupakan sumber belajar satu-


satunya. Murid dapat belajar dalam kelas, dalam laboratorium, dalam ruang
perpustakaan, dalam ruang

sumber belajar yang khusus bahkan diluar sekolah, bila ia mempelajari lingkungan
berhubungan dengan tugas atau masalah tertentu.

Dalam segala hal, murid itu sendiri aktif, apakah ia belajar menurut langkah-langkah tertentu,
seperti dalam belajar berprograma, atau menurut pemikirannya sendiri untuk memecahkan
masalah tertentu. Jadi Resource-Based Learning dipakai dalam berbagai arti, apakah dalam
pelajaran berprogram atau modul yang mengikuti langkah-langkah yang telah ditentukan,
atau dalam melakukan tugas yang bebas berdasarkan teknik pemecahan masalah, penemuan,
penelitian, bergantung kepada putusan guru serta kemungkinan yang ada dalam rangka
kurikulum yang berlaku di sekolah.

Resource-Based Learning biasanya bukan satu-satunya metoda yang digunakan di suatu


sekolah. Disamping itu masih dapat digunakan metoda pembelajaran lainnya, metoda belajar
ini hanya merupakan salah satu diantara metoda-metoda lainnya, jadi metoda yang lain bukan
tidak perlu ditiadakan sama sekali. Perubahan yang besar diakibatkan oleh metoda belajar ini
antara lain pentingnya peranan ahli perpustakaan dan mereka yang memproduksi bahan,
media atau sumber belajar. Sumber belajar tidak sama artinya dengan audio visual aids.
Dengan audio visual aids yang dimaksud adalah alat-alat yang membantu guru dalam
kegiatan pembelajaran, karena itu juga disebut intructional aids, atau alat pengajaran.
Terserah kepada guru untuk menggunakannya atau tidak, kebanyakan guru tidak merasa
perlu untuk membuat atau menggunakannya. Akan tetapi sumber belajar yang esensial harus
digunakan oleh murid. Jadi sumber belajar ditujukan kepada murid, bukan kepada guru.
Resource-Based Learning bukan sesuatu yang berdiri sendiri, melainkan bertalian dengan
sejumlah perubahan-perubahan yang mempengaruhi pembinaan kurikulum, antara lain :

1). Perubahan dalam sifat dan pola ilmu pengetahuan manusia.

2). Perubahan dalam pemikiran masyarakat dan tafsiran kita tentang tuntunannya,

3). Perubahan tentang pikiran kita mengenai pengertian kita tentang anak dan caranya belajar.

4). Perubahan dalam media komunikasi.

Sumber yang sejak lama digunakan dalam pembelajaran adalah buku-buku dan hingga
sekarang buku-buku masih memegang peranan penting. Oleh sebab itu ahli perpustakaan
mendapat peranan yang penting sekali dalam Resource-Based Learning ini. Kerjasama antara
guru dan ahli perpustakaan menjadi syarat yang penting dalam pembelajaran. Disamping itu
para ahli perpustakaan harus mendapat pendidikan khusus untuk mendapat pendidikan
khusus untuk menjalankan peranannya sebagai pustakawan dan memberikan pelayanan
kepada para siswa yang membutuhkan.

Guru dan para pustakawan di sekolah harus saling mengenal kemampuan masing-masing.
Disamping itu diperlukan pula media

spesialis, yakni ahli dalam bidang media, karena sumber tidak hanya terbatas pada buku-buku
saja. Resource-Based Learning adalah cara belajar yang bermacam-macam bentuk dan segi-
seginya. Metoda ini dapat dipersingkat atau diperpanjang, berlangsung selama satu jam
pelajaran atau selama setengah semester dengan pertemuan dua kali seminggu, selama satu
atau dua jam. Metoda ini penggunaanya dalam pembelajaran begitu fleksibel atau lugas,
tergantung pada kemampuan guru menggunakannya. Resource-Based Learning ini, dapat
diarahkan oleh guru atau berpusat pada kegiatan murid, dapat mengenai satu pelajaran
tertentu atau melibatkan berbagai disiplin, dapat bersifat individual atau klasikal, dapat
menggunakan audio visual yang diamati secara individual atau diperlihatkan kepada seluruh
kelas.

Model ini tampaknya sebagai sesuatu yang terdiri dari atas berbagai komponen yang meliputi
pengajaran langsung oleh guru, penggunaan buku pelajaran, latihan-latihan formal, maupun
kegiatan penelitian, pencarian bahan dari berbagai sumber, latihan memecahkan soal dan
penggunaaan alat-alat audio visual. Model ini dapat pula didasarkan atas penelitian,
pengajaran proyek, pengajaran unit yang integrasi, pendekatan interdisipliner, pelajaran
individual dan pelajaran aktif.

Dalam Resource-Based Learning diutamakan tujuan untuk mendidik murid menjadi seorang
yang sanggup belajar dan meneliti sendiri, maka ia harus dilatih untuk menghadapi masalah-
masalah yang terbuka bagi jawaban-jawaban yang harus diselidiki kebenarannya,
berdasarkan data yang dikumpulkan dari berbagai sumber, seperti dari penelitian
perpustakaan, eksperimen dalam laboratorium, maupun sumber-sumber lainnya.

Model ini dapat pula didasarkan atas penelitian, pengajaran proyek, pengajaran unit yang
terintegrasi, pendekatan interdisipliner, pengajaran aktif yang penting setiap model yang
digunakan bertalian dengan tujuan yang akan dicapai. Resource-Based Learning tidak hanya
sesuai bagai pelajaran ilmu sosial, tetapi juga bagi ilmu pengetahuan alam. Nasution, (2000 :
19).

Resource-Based Learning tidak meniadakan peranan guru, juga tidak berarti bahwa guru
dapat duduk bermalas-malasan dan membiarkan murid belajar di perpustakaan, laboratorium
dan sumber-sumber lainnya.

Agar pembelajaran tetap pada suasana yang dinamis, guru perlu merumuskan dengan jelas
tujuan apa yang ingin dicapainya dalam melaksanakan pembelajaran. Tujuan ini bukan hanya
mengenai bahan materi ajar yang harus dikuasai oleh guru, akan tetapi juga keterampilan
emosional dan sosial dalam menggunakan metoda dan pendekatan pembelajaran. Resource-
Based Learning berarti kerjasama antara suluruh staf dan penggunaan secara maksimal
fasilitas yang tersedia seperti buku-buku perpustakaan, alat pengajaran, keahlian dan
keterampilan guru serta anggota masyarakat yang bersedia memberi sumbangannya.

b. Tujuan.

Informasi yang diperoleh, diserap, dikembangkan sehingga dapat mengubah tingkah laku
siswa, sumbernya bisa beragam, bisa diperoleh dari guru tanpa perantara, dari tokoh
masyarakat, mungkin pula diperoleh informasi dari nara sumber yang sengaja diundang atau
mungkin juga siswa diberi suatu alat kemudian melakukan eksperimen di laboratorium
sehingga ia menemukan suatu konsep sendiri.

Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan proses kajian terhadap bahan ajar yang
dilakukan siswa dan dipandu guru dengan melibatkan segala potensi yang ada sehingga
tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.Ase dkk, (2002 : 55).

Dalam konteks ini para siswa perlu diberikan peluang dan kesempatan untuk melakukan
kegiatan belajar dengan melibatkan seluruh sumber daya yang tersedia.

Sifat ketergantungan siswa kepada guru seperti dalam sistem pengajaran yang tradisional
secara bertahap harus dikurangi dengan lebih mendorong siswa untuk belajar lebih aktif.
Mutu belajar siswa dalam PBM tergantung kepada aktivitas belajar siswa itu sendiri, dengan
aktivitas siswa dalam belajar sitidaknya akan mengacu kepada belajar mengetahui, belajar
melakukan, belajar menjadi diri sendiri dan belajar hidup dalam kebersamaan.

Dilihat dari kenyataan yang ada, bagaimanapun juga guru memiliki kekurangan dan
keterbatasan. Kenyataan ini akan dapat menghambat proses belajar siswa. Untuk mencapai
tujuan dan hasil belajar siswa tidak mungkin guru hanya mengandalkan kemampuan dirinya
dalam menyajikan bahan ajar tanpa sumber belajar lain. Apalagi bila hanya mengandalkan
metoda ceramah, sadar atau tidak metoda ceramah akan membuat siswa mendengarkan
secara pasif sehingga dapat menghambat proses belajar yang kreatif dan kurang dinamis.

Pemberdayaan media dan sumber belajar secara fungsional akan sangat membantu proses
pembelajaran dengan memanfaatkan sumber belajar secara aktif, akan mampu mengurangi
beban guru dalam proses penyampaian bahan ajar dan mempermudah daya tangkap siswa,
juga akan mampu menciptakan, memelihara suasana belajar yang menyenangkan. Ase dkk,
(2002 : 57 ).
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan Resource-Based
Learning adalah segala bentuk belajar yang langsung menghadapkan murid dengan sumber
belajar baik secara individual, ataupun kelompok, yang dapat mentransfer pengalaman dan
ilmunya kepada siswa secara lebih mudah dan lama diingat.

3. Manfaat.

Sesuai dengan misi dari pembelajaran IPS yakni membantu peserta didik mengembangkan
kompetensi-kompetensi dirinya dalam mengembangkan sumber-sumber fisik dan sosial yang
ada dilingkungannya sehingga mereka dapat selaras dengan lingkungannya. Di samping itu
mempersiapkan peserta didik dalam menyongsong masa depannya dan berkemampuan untuk
memecahkan persoalan-persoalan sosial yang dihadapinya.

Pentingnya lingkungan bagi pengajaran adalah sebagai bukti bahwa dipermukaan bumi ini
terjadi interaksi antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam maupun alam dengan
alam. Adanya interaksi tersebut dapat dilihat dari hasilnya sebagai media belajar, sehingga
pengajaran tidak hanya bukti-bukti yang berada di dalam buku-buku melainkan bukti
langsung yang ada di sekitar siswa Gurniawan Kamil, (2001 : 28).

Maka proses belajar mengajar di dalam kelas tidak selamanya efektif tanpa adanya alat
peraga sebagai pengalaman pengganti yang dapat memperkuat pemahaman siswa terhadap
materi yang diberikan.

”Minimnya alat peraga yang tersedia menuntut guru untuk memanfaatkan Potensi
Lingkungan sekitar untuk dijadikan sumber belajar”. Gurniawan Kamil, (2000 : 28).

Jadi penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sangat baik bagi pemahaman materi
pelajaran pada siswa.

Tidak seperti pengalaman dengan kata-kata, pengalaman nyata sangat efektif untuk
mendapatkan suatu pengertian, karena pengalaman nyata itu adalah cara yang wajar dan
memuaskan dalam proses belajar, siswa akan sanggup mengembangkan pengertian tentang
semua yang dialaminya Sulaeman dalam Gurniawan Kamil, (2000 : 30 ).

Menurut Peneliti pengalaman langsung sangat bermanfaat sekali bagi pengajaran yang
memerlukan pembuktian di lapangan.

Membawa siswa keluar kelas dapat dianggap sebagai metoda karyawisata. Seperti
dikemukakan Witterington dalam Gurniawan Kamil, (2000 : 31), sebagai berikut :

Kehidupan diantara keempat dinding kelas sangat terbatas. Di luar kelas mereka berhadapan
dengan kehidupan yang kaya akan hal-hal yang dapat mereka pelajari. Darmawisata bukan
piknik melainkan memindahkan kelas untuk sementara keluar. Dengan darmawisata kita
menggunakan sumber-sumber lingkungan dan mempererat hubungan antara sekolah dan
lingkungan masyarakat, disamping itu akan membangkitkan minat, aktivitas dan kreatifitas
siswa.

Resource-Based Learning untuk pengajaran IPS dapat dilakukan siswa bersama-sama dengan
memanfaatkan waktu luang di luar kelas atau siswa membawa pengalamannya sendiri ke
dalam kelas untuk diceritakan tentang apa yang sudah dilihat dan dialaminya.
Banyak keuntungan yang dikemukakan Surahmad dalam Gurniawan Kamil, (2000 :
31), sebagai berikut :

a. Anak didik dapat mengamati kenyataan-kenyataan yang beraneka ragam dari dekat.

b. Anak didik dapat menghayati pengalaman-pengalaman baru dengan mencoba turut serta
dalam kegiatan.

c. Anak didik dapat menjawab masalah-masalah dengan melihat, mendengar, mencoba dan
membuktikan secara langsung.

d. Anak didik dapat memperoleh informasi dengan jalan mengadakan wawancara atau
mendengarkan ceramah yang diberikan nara sumber lain.

e. Anak didik dapat mempelajari sesuatu secara integral (menyeluruh) dan


komprehensif (mampu menangkap dengan baik, dan lengkap).

Materi pelajaran yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan harus cocok dengan kurikulum
guna pencapaian program sehingga materi pelajaran terarah, dapat ditangkap, dipahami pada
akhirnya materi tersebut dapat bertahan lama dalam pikiran siswa.

Nilai yang dapat muncul dari hasil proses belajar tersebut akan bermanfaat bagi kehidupan
sehari-hari, yang tentunya bagi siswa dapat mengetahui lingkungannya.

Ini patut dicatat dan direnungkan sehubungan dengan kegiatan belajar mengajar dari sumber
belajar lingkungan tentang tujuan dan manfaat dari padanya, yakni :

a. Hasil belajar akan lebih efektif apabila dilaksanakan dengan pengalaman langsung yang
sesuai dengan kebutuhan anak.

b. Dalam proses belajar seperti kegiatan menata rumah, bagaimana menabung, menjahit
dalam beberapa hal dapat dijadikan sebagai wahana untuk menanamkan rasa tanggung jawab
pada dirinya.

Untuk lebih jelasnya peneliti akan menguraikan contoh yang termasuk ke dalam jenis
sumber belajar diantaranya :

1). Perpustakaan.

Sumber belajar yang kongkrit dan umumnya tersedia di sekolah-sekolah untuk difungsikan
dalam proses belajar mengajar adalah koleksi buku-buku kalau mungkin disusun dalam
sebuah koleksi perpustakaan. Tujuan dan peran perpustakaan di sekolah adalah untuk
membantu, memperkaya dan sekaligus sebagai tempat belajar dan mengajar. Perpustakaan
merupakan fasilitas, media sekaligus sumber belajar yang secara esensial harus tersedia di
sekolah, meski kenyataan di lapangan banyak kekurangan dan keterbatasan ruang dan tenaga
pustakawan.

Perpustakaan biasa disebut juga dengan istilah pusat sumber belajar. Di tempat inilah tersedia
sejumlah sumber belajar yang terpilih untuk diberdayakan dalam proses belajar mengajar,
terdapat tiga peluang yang dapat dimanfaatkan dalam perpustakaan yakni : sebagai sumber
belajar, tempat belajar dan layanan belajar siswa.

2). Laboratorium.

Laboratorium tidak perlu diartikan sebagai fasilitas pembelajaran yang luar biasa Ase, dkk
(2002 : 62) mengemukakan bahwa :

“Laboratorium merupakan fasilitas pembelajaran dan ruangan dimana guru dan siswa
melaksanakan kajian lebih mendalam”.

Sejalan dengan pengertian di atas , maka keterbatasan fasilitas dan ruangan tidak perlu
menjadi hambatan bagi para guru. Guru harus inovatif dalam mengelola ruang laboratorium
meski hanya ada di luar kelas.

3). Bengkel Kerja.

Bengkel kerja (praktek) dapat diartikan sebagai suatu ruangan dimana para siswa, dengan
bimbingan guru dapat dengan leluasa melakukan kegiatan praktek, seperti halnya
laboratorium. Dalam bengkel kerja dapat membantu siswa untuk berlatih keterampilan
tertentu, kebersamaan, ketelitian dan kerapihan dalam bekerja.

“Bahan-bahan yang dipergunakan untuk kegiatan praktek dapat diambil dari bahan-bahan
yang sederhana yang berada di sekitar lingkungan sekolah”. Ase dkk, (2002 : 63 ).

Pelaksanaan dari kegiatan bengkel kerja ini bisa dilakukan di dalam jam pelajaran maupun di
luar jam pelajaran tergantung waktu yang tersedia. Dan sudah barang tentu materi harus
sesuai dengan bahan materi pokok pembelajaran yang disajikan.

4). Sarana Prasarana.

Fasilitas pembelajaran dapat berupa sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah, seperti
lapangan olah raga, mesjid, kebun sekolah, kantor, sanggar pramuka dan lain-lain. Sarana
prasarana ini termasuk pula peralatan olah raga dan kesenian yang menunjang kegiatan
pembelajaran siswa.

5). Sumber Daya Potensial di Sekolah.

Bagaimanapun juga sekolah adalah bagian dari masyarakat dan menjadi milik masyarakat.
Hal-hal yang berada di sekitar kehidupan siswa perlu lebih dipahami agar mereka dapat
mengetahui, mempersepsi, secara positif dan mampu memahaminya secara komprehensif.
Ase, dkk. (2002 : 64).

Kalau kita perhatikan, sangat banyak sekali sumber daya potensial yang berada di sekolah
yang dapat kita jadikan sebagai sumber belajar. Di sekitar sekolah kita terdapat masjid,
kolam, kebun, dan lain-lainnya. Secara fungsional itu semua bisa dimanfaatkan secara
proporsional untuk kepentingan dalam proses belajar mengajar siswa. Tempat atau ruangan
yang dirancang khusus untuk tujuan pengajaran misalnya : bangunan sekolah, perpustakaan,
ruang laboratorium dan sebagainya.
Sedangkan tempat atau ruangan yang tidak dirancang khusus untuk tujuan pengajaran, namun
dapat dimanfaatkan untuk sumber belajar umpamanya : gedung bersejarah, bangunan
industri, lingkungan pertanian, tempat suaka dan sebagainya. Lingkungan yang dapat
diselidiki antara lain : rumah, sekolah, lingkungan sekitar anak.

(a) Unit Rumah

Di dalam unit ini anak-anak dapat menyelidiki macam-macam jenis rumah, besar keluarga,
pekerjaan orang untuk menjamin hidup keluarga, peranan dan tugas setiap anggota keluarga,
kelakuan baik yang diwujudkan dari anggota keluarga, pembagian waktu adalah dalam
keluarga (waktu makan, bangun tidur, belajar, tidur dan sebagainya) alat-alat yang digunakan
dalam rumah tangga.

Anak-anak dapat menyelediki cara orang membuat rumah, bahan-bahan yang diperlukan.
Anak-anak akan memahami tiap keluarga memerlukan makanan, pakaian, perumahan,
bagaimana cara setiap keluarga untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut.

Dapat pula diberikan tugas pekerjaan rumah berupa lembar kerja siswa untuk ditanyakan
kepada anggota keluarganya bagaimana keadaan rumah pada zaman dulu. Bisa pula berupa
tugas kliping untuk mengumpulkan gambar-gambar rumah daerah dan gambar-gambar rumah
negara lain yang digunting dari surat kabar atau majalah.

Unit ini dapat mendorong anak melakukan bermacam-macam kegiatan seperti; karyawisata
memperhatikan rumah sekitar sekolah, kalau mungkin mengunjungi dua, tiga rumah dengan
seizin pemiliknya. Dengan demikian siswa akan mengamati, membuat bagan rumah,
mencatat tugas setiap anggota keluarga, keperluan rumah tangga dan lain sebagainya.

(b) Unit Sekolah

Anak-anak yang baru masuk sekolah perlu diberi kesempatan untuk mengenal sekolahnya.
Peraturan-peraturannya, kelakuan-kelakuan yang diharapkan dari anak agar ia dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pergi ke sekolah untuk pertama kali merupakan
pengalaman yang sangat mengesankan bagi anak kehidupan di sekolah berbeda sekali dengan
di rumah, dia harus pandai bergaul dengan anak-anak lain.

Anak-anak dapat disuruh membuat model sekolah, denah sekolah, mereka dapat pula
meninjau sekolah-sekolah lain dan membandingkan dengan sekolah sendiri. Anak-anak dapat
membuat peta jalan yang mereka tempuh dari rumah masing-masing ke sekolah.

(c) Unit Masyarakat di Sekitar Anak

Lingkungan di sekitar tempat tinggal anak memberi bahan yang luas untuk IPS. Dalam
lingkungan itu anak-anak melihat orang melakukan macam-macam pekerjaan. Mereka dapat
memperolah pengertian, bahwa setiap pekerjaan apakah itu tukang sampah, penjual sayuran,
tukang beca, dokter, dsb. Anak-anak akan mengerti bahwa setiap pekerjaan mulia merupakan
sumbangan kepada masyarakat. Tanpa jasa orang lain tak mungkin manusia dapat hidup.

Hal-hal yang telah disajikan di atas sebenarnya telah menjadi pengetahuan dan orientasi
pemikiran para guru selama ini. Oleh karenanya penulis menyajikan penelitian ini lebih
ditujukkan kepada re-aktulisasi pemahaman dan pemikiran kita bersama yang mengacu
kepada implementasi atau pelaksanaan peningkatan dalam praktek pembelajaran IPS yang
merupakan modal utama untuk menemukan cara dan model pembelajaran yang lebih
berkualitas.

B. KAJIAN HASIL PENELITIAN

Berdasarkan kajian hasil penelitian terdahulu tentang meningkatkan motivasi belajar IPS
pada materi koperasi melalui model pembelajaran Resource-Based Learning yang
dilaksanakan di kelas IV SDN Cigadung 3 Kecamatan Karangtanjung Kabupaten
Pandeglang, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa pembelajaran IPS dengan
Resource-Based Learning dapat meningkatkan mutu proses pembelajaran, hal ini dapat
dibuktikan dengan meningkatnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, aktivitas siswa
dalam kapasitas belajar, keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan, keaktifan dalam
mengajukan pertanyaan, keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, keaktifan
siswa dalam diskusi kelompok, keaktifan siswa dalam bermain peran, siswa dapat
memperoleh pengalaman langsung dari sumber belajar dan keaktifan siswa dalam
mengimplementasikan konsep pembelajaran dengan menggunakan Resource-Based
Learning.

Bab III Metode Penelitian

1. A. Objek Tindakan

Secara Garis besar penelitian tindakan kelas ini dilakukan melalui empat tahap, Suharsimi
Arikunto dkk, (2006 : 74) yakni :

1. Perencanaan

Merupakan kegiatan menyusun rancangan tindakan yang menjelaskan tentang apa, mengapa,
kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut akan dilakukan.

Pada penelitian tindakan kelas dimana mitra peneliti dan peneliti adalah orang yang berbeda,
dalam tahap menyusun rancangan harus ada kesepakatan antara keduanya. Rancangan harus
dilakukan bersama antara guru yang akan melakukan tindakan dengan peneliti yang akan
mengamati

proses jalannya tindakan. Hal tersebut untuk mengurangi unsur subjektivitas pengamat serta
mutu kecermatan yang dilakukan.

Pada perencanaan peneliti menentukan fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian
khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk merekam
fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.
Secara rinci, pada tahapan perencanaan terdiri dari 6 kegiatan (Suharsimi Arikunto dkk.
2006 : 74). yaitu :

1. Mengidentifikasi dan menganalisis masalah, yaitu secara jelas dapat dimengerti


masalah apa yang akan diteliti. Masalah tersebut harus benar-benar faktual terjadi di
lapangan, masalah bersifat umum di kelasnya, masalahnya cukup penting dan
bermanfaat bagi peningkatan mutu hasil pembelajaran, dan masalah pun harus dalam
jangkauan kemampuan peneliti.
2. Menetapkan alasan mengapa penelitian tersebut dilakukan, yang akan melatar
belakangi Pendidikan Tindakan Kelas.

1. Merumuskan masalah secara jelas, baik dengan kalimat tanya maupun kalimat
pernyataan.
2. Menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menemukan jawaban, berupa rumusan
hipotesis tindakan, Umumnya dimulai dengan menetapkan berbagai alternatif
tindakan pemecahan masalah, kemudian dipilih tindakan yang paling menjanjikan
hasil terbaik dan yang dapat dilakukan guru.
3. Menentukan cara untuk menguji hipotesis tindakan dengan menjabarkan indikator-
indikator keberhasilan serta berbagai instrumen pengumpul data yang dapat dipakai
untuk menganilisis indikator keberhasilan itu.
4. Membuat secara rinci rancangan tindakan.

Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan antara seorang mitra peneliti yang
berkolaborasi dengan peneliti mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan melakukan diskusi
berdasarkan pada keadaan senyatanya yang ada di kelas, mitra peneliti dan peneliti dapat
merancang penelitian uindakan kelas dengan kegiatan utama sebagai berikut :

a. Merancang bagian isi mata pelajaran IPS dan bahan belajarnya.

b. Merancang strategi dan skenario pembelajaran.

c. Menetapkan indikator ketercapaian dan menyusun instrumen pengumpul data.

2. Pelaksanaan

Merupakan apa yang dilakukan peneliti, mitra peneliti dan guru kelas sebagai praktekan
dalam rangka perbaikan guna peningkatan yang diharapkan dalam praktek pembelajaran,
praktek pembelajaran ini berdasarkan perancanaan yang telah disusun bersama sebelumnya.

Pada tahap ini peneliti dan mitra peneliti melakukan kegiatan observasi dan pengamatan
terhadap praktek pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas.

3. Pengamatan

“Pengamatan sebenarnya berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan, dilakukan pada waktu
tindakan sedang berjalan, jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama”. Suharsimi
Arikunto dkk. (2006 : 79).

Peneliti atau guru apabila ia bertindak sebagai peneliti melakukan pengamatan dan mencatat
semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung.
Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan format observasi/penilaian yang telah
disusun, termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan skenario tindakan dari waktu
ke waktu serta dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa. Data yang dikumpulkan
dapat berupa data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, antusias siswa, mutu
diskusi yang dilakukan.

4. Refleksi

Yaitu kegiatan mengingat dan merenungkan kembali hasil proses pembelajaran, kemudian
ditindaklanjuti dengan melakukan revisi dan rekonstruksinya, sebagai bahan dalam
melaksanakan tindakan selanjutnya.

Secara garis besar kegiatan pokok yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Kegiatan sebelum ke lapangan, sebagai penjajagan awal tentang lingkungan


sekolah khususnya di kelas berhubungan dengan guru,

siswa dan kepala sekolah.

1. Proses penelitian kelas, dengan menggunakan prosedur pengamatan yang bersifat


reflektif, partisipatif dan kolaboratif dengan menggunakan tiga langkah pokok secara
siklus.

Dalam setiap siklus akan dilaksanakan sesuai dengan perubahan atau perbaikan pembelajaran
yang dirancang berdasarkan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Hal ini
dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :

Perencanaan

Refleksi Pelaksanaan
SIKLUS I

Pengamatan

Perencanaan

Pelaksanaan
SIKLUS II
Pengamatan

Perencanaan

Pelaksanaan
SIKLUS III

Pengamatan

Gambar : Penelitian Tindakan Kelas


Model Desain Suharsimi Arikunto,

Suhardjono, Supardi, (2006 : 16)

Adapun poses penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan terdiri dari 3 siklus
yaitu :

1. Proses Penelitian Siklus I

a. Perencanaan

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah :

1). Membuat skenario model pembelajaran Resource-Based Learning

2). Menyusun lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar di kelas /
diluar kelas dengan Reaource-Based Learning.

3). Membuat alat bantu mengajar yang diperlukan dalam rangka Resource-Based Learning.

b. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini melaksanakan skenario pembelajaran yang telah
direncanakan yaitu kegiatan peneliti, peneliti mitra pada tahap tindakan siklus I ini adalah
mengamati jalannya proses pembelajaran dengan menggunakan media lingkungan, sementara
itu kegiatan guru kelas IV adalah melaksanakan tindakan berupa kegiatan pelaksanaan
pengajaran sesuai dengan rencana yang telah disusun, yaitu :

1). Pada awal pengajaran, setelah membalas salam guru mengadakan apersepsi melalui
tanya jawab yang mengarah kepada topik koperasi, siswa terlihat tampak belum bergairah.

2). Pada inti pengajaran, guru sedikit menjelaskan tentang konsep koperasi. Kemudian guru
membagikan LKS (terlampir) kepada kelompok yang telah dibentuk sebelumnya, untuk
dikerjakan sesuai dengan petunjuk dalam LKS secara diskusi kelompok. Selama diskusi
kelompok berlangsung guru berkeliling untuk melihat pekerjaan anak.

3). Pada akhir pengajaran, guru mengadakan evaluasi tertulis sebagai pos-tes.

c. Pengamatan.

Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan siklus I adalah
sebagai berikut :

1). Mengobservasi tampilan Guru yaitu mengamati :

(a). Pengembangan materi pengajaran yang dilakukan guru.

(b). Strategi belajar mengajar yang dikembangkan guru.

(c). Metoda pembelajaran yang dipilih dan ditampilkan guru dalam pembelajaran di kelas.
(d). Media pengajaran yang dipilih dan ditampilkan guru dalam pembelajaran di kelas.

(e). Sumber belajar yang dipilih dan dipergunakan guru dalam kegiatan pembelajaran.

2). Mengobservasi aktivitas siswa yaitu mengamati :

(a). Keaktifan dalam menjawab pertanyaan guru.

(b). Keaktifan dalam mengajukan pertanyaan.

(c). Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.

(d). Keaktifan siswa dalam diskusi kelompok.

(e). Keaktifan siswa dalam mengimplementasikan konsep model pembelajaran Resource-


Based Learning. (Pedoman Observasi terlampir).

d. Refleksi

Hasil yang diperoleh dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisa dalam tahap refleksi
ini. Disamping data hasil observasi dipergunakan pula jurnal yang dibuat saat guru selesai
melaksanakan kegiatan pengajaran sebagai acuan bagi guru untuk dapat mengevaluasi diri.
Hasil analisa dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan pada siklus berikutnya.

2. Proses Penelitian Siklus II

a. Perencanaan

Kegiatan perencanaan yang dilakukan adalah :

1). Resource-Based Learning dengan materi koperasi.

2). Sebagai apersepsi anak melakukan sosio drama tentang koperasi di depan kelas.

3). Siswa disuruh keluar untuk mendemontrasikan koperasi sekolah.

1. b. Pelaksanaan Tindakan.

Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan skenario pembalajaran
yang telah disusun dan direncanakan sebelumnya yaitu kegiatan mitra peneliti adalah
mengamati jalannya proses pembelajaran, sementara kegiatan peneliti adalah melaksanakan
kegiatan pengajaran sesuai dengan rencana yang telah disusun sebelumnya yaitu :

1). Pada awal pengajaran peneliti mengadakan apersepsi melalui tanya jawab dengan
siswa untuk mengarah pada topik koperasi sebagai upaya menarik minat dan perhatian
siswa untuk belajar.
2) Pada inti pengajaran, peneliti memberi pengarahan dan penjelasan tentang konsep
koperasi, kemudian siswa dibawa keluar kelas untuk memanfaatkan lingkungan sebagai
sumber belajar. Selanjutnya siswa diberi lembar kerja siswa untuk dikerjakan secara diskusi
kelompok sementara guru berkeliling membimbing siswa.

3). Pada akhir diskusi peneliti bersama murid menyimpulkan materi pengajaran melalui
seminar kelas dan mengadakan evaluasi sebagai pos tes.

c. Pengamatan

Melakukan pemantauan selama kegiatan proses belajar mengajar berlangsung dengan lembar
observasi yang telah tersedia, dan menyiapkan instrumen tape recorder dan tustel sebagai alat
perekam kegiatan adalah sebagai berikut :

1). Mengobservasi tampilan Guru yaitu mengamati :

(a). Pengembangan materi pengajaran yang dilakukan guru.

(b). Strategi belajar mengajar yang dikembangkan guru.

(c). Metode pembelajaran yang dipilih dan ditampilkan guru dalam pembelajaran di kelas.

(d). Media pengajaran yang dipilih dan ditampilkan guru dalam pembelajaran di kelas.

(e). Sumber belajar yang dipilih dan dipergunakan guru dalam kegiatan pembelajaran.

2). Mengobservasi aktivitas siswa yaitu mengamati :

(a). Keaktifan dalam menjawab pertanyaan guru.

(b).Keaktifan dalam mengajukan pertanyaan.

(c). Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.

(d). Keaktifan siswa dalam diskusi kelompok.

(e). Keaktifan siswa dalam mengimplementasikan konsep model pembelajaran Resource-


Based Learning. (Pedoman Observasi terlampir).

d. Refleksi

Hasil yang diperoleh dalam siklus II dikumpulkan serta dianalisa dalam tahap ini. Hasil
analisa dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan kegiatan pada siklus III.

3. Proses Penelitian Siklus III

a. Perencanaan

Kegiatan yang direncanakan adalah :


1). Resource-Based Learning, dengan menugasi siswa keluar dengan membawa lembar kerja

2). Membimbing siswa selama kegiatan berlangsung, diberi kesempatan kepada siswa untuk
melakukan tanya jawab.

b. Pelaksanaan Tindakan.

Kegiatan yang dilaksanakan adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang telah disusun
dan direncanakan yaitu kegiatan peneliti dan peneliti mitra pada siklus III ini adalah
mengamati jalannya proses pembelajaran yang dilakukan, kegiatan guru kelas adalah
melaksanakan kegiatan pengajaran sesuai dengan rencana yang telah disusun.

1). Pada awal pengajaran guru mengadakan apersepsi melalui tanya jawab dan diselingi
dengan nyanyian yang mengarah pada materi pengajaran, guru memberikan pengarahan dan
penjelasan singkat tentang materi koperasi berikut petunjuk tugas yang harus dilakukan.
Siswa keluar menuju tempat masing-masing sesuai dengan tugas masing-masing yang
diberikan guru melalui LKS.

2). Pada inti pengajaran siswa mengerjakan LKS secara berdiskusi kelompok, sementara
guru mengontrol kepada setiap kelompok sebagai wujud bimbingan kepada anak. Setelah
selesai siswa dan guru berdiskusi untuk menyiapkan materi.

3). Pada akhir pengajaran guru mengadakan evaluasi melalui pos-tes, untuk menguji
sejauhmana kemampuan siswa menguasai materi pengajaran yang telah diberikan.

c. Pengamatan.

Merupakan proses pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan siklus III adalah sebagai
berikut :

1). Mengobservasi tampilan Guru yaitu mengamati :

(a). Pengembangan materi pengajaran yang dilakukan guru.

(b). Strategi belajar mengajar yang dikembangkan guru.

(c). Metode pembelajaran yang dipilih dan ditampilkan guru dalam pembelajaran di kelas.

(d). Media pengajaran yang dipilih dan ditampilkan guru dalam pembelajaran di kelas.

(e). Sumber belajar yang dipilih dan dipergunakan guru dalam kegiatan pembelajaran.

2). Mengobservasi aktivitas siswa yaitu mengamati :

(a). Keaktifan dalam menjawab pertanyaan guru.

(b).Keaktifan dalam mengajukan pertanyaan.

(c). Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.


(d). Keaktifan siswa dalam diskusi kelompok.

(e). Keaktifan siswa dalam mengimplementasikan konsep model Resource-Based Learning.

B. Lokasi dan Subyek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Yang dimaksud lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah tempat berlangsungnya kegiatan
penelitian terhadap proses pembelajaran, yaitu di kelas IV SDN Cigadung 3 Kecamatan
Karangtanjung Kabupaten Pandeglang.

Alasan pertimbangan memilih kelas IV antara lain :

a. Siswa kelas ini sudah bisa diajak beraktivitas dan berkomunikasi baik dengan guru
maupun dengan sesamanya.

b. Guru kelas IV meminta untuk dijadikan sebagai sasaran penelitian dengan maksud untuk
menambah wawasan pengetahuan bagi dirinya.

Dasar pertimbangan memilih SDN Cigadung 3 antara lain :

a. Letak geografis SDN tersebut sangat strategis.

b. SDN Cigadung 3 merupakan SD inti gugus II Kecamatan Karangtanjung, dengan


demikian hasil temuan ini bisa dijadikan acuan formal oleh SD-SD inbas di gugus II sebagai
upaya peningkatan mutu pendidikan.

c. Dengan melihat kondisi sosial ekonomi siswa, kualifikasi guru-guru dan peneliti sendiri
yang di dalamnya duduk sebagai pengurus harian gugus II sehingga akan mudah menerima
pembaharuan-pembaharuan dalam penelitian ini.

2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian dalam penelitian tindakan dapat berupa peristiwa, manusia, dan situasi
yang diamati.

Berdasarkan hal tersebut, maka yang menjadi subyek penelitian berupa peristiwa adalah
Resource-Based Learning. Peristiwa yang dimaksud dalam penelitian adalah semua kejadian
yang terlihat selama guru melakukan proses pembelajaran materi koperasi.
Sedangkan subyek penelitian adalah guru dan siswa kelas IV yang terdiri dari 21 siswa
sebagai berikut :

Nomor Nama Siswa Jenis Kelamin Ket


Urut BP L P
1 2 3 4 5 6
1 9971594645 Andika √ –
2 9971594647 Dede Irfan √ –
3 9971594650 Diah Rahayu – √
4 9981573493 Dwina Novita – √
5. 9981573494 Faisal Rahman √ –
6 9981573497 M. Hari Haryadi √ –
7 9981573496 Hendra Irawan √ –
8 9981573570 Siti Maesaroh – √
9 9981573505 Nana Sumarna √ –
10 998 1573506 Nana Suyatna √ –
11 9971594653 Nurmala Noviyanti – √
12 9981573501 M. Nurikhsandy √ –
13 9981573502 M. Nurul Ilham √ –
14 9981573507 Ricky Maulana √ –
15. 9981573509 Sindi Septeria √ –
16. 9981573504 M. Soffan A. Fatah √ –
17. 9981573512 Wahyu Al-Rizki √ –
18. 9991538037 Siti Khairunnisa – √
19. 9991538025 Fajrus Sodik √ –
20. 9981573513 Robi Amzah √ –
21 9981573514 Siti Azmiyati – √

C. Metode Pengumpulan Data

Sebagai alat pengumpulan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode
pengamatan dan tes.

Dua macam pengumpulan data tersebut di atas, akan dibahas secara rinci sebagai berikut :

1. Pengamatan.

Pengamatan yaitu suatu cara pengumpulan data yang menginventarisasikan data tentang
sikap siswa dalam belajarnya. Sikap guru serta interaksi antara guru dengan siswa dan siswa
dengan siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan juga untuk mengetahui hal-hal
apa saja yang harus diperbaiki, dipertahankan atau ditingkatkan pada pembelajaran
selanjutnya, antara lain :

a. Pengamatan terhadap guru


Pengamatan ini didasarkan pada indikator-indikator yaitu aturan pembelajaran, penggunaan
peralatan, interaksi selama pembelajaran, jawaban siswa, pengetahuan guru dan tingkah laku
guru.

b. Pengamatan terhadap siswa

Pengamatan ini didasarkan pada indikator-indokator keterampilan, pencatatan data


interpretasi dan inisiatif.

2. Lembar Tes

Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu
dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Suharsimi Arikunto,
(2005 : 53).

Dalam hal ini dilakukan untuk mengetahui keberhasilan Guru dalam proses belajar terhadap
siswa.

Adapun penilaian hasil tes yang digunakan adalah :

NA = Skor Perolehan x 100

Skor Ideal

= SP x 100

SI

= NA ( Nilai Akhir )

D. Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dari lapangan berupa data dari hasil tiga instrumen yang dibuat itu akan
dianalisis dengan menggunakan prinsip triangulasi. Menurut Denjen dalam Kusdiono (2003 :
3) prinsip triangulasi, adalah sebagai berikut :

1. Data penelitian berasal dari sumber


2. Melakukan studi kasus dari fakta berdasarkan masing-masing sumber data.
3. Melihat hubungan dari fakta yang satu dengan fakta yang lainnya, oleh

sebab itu kegiatan pengolahan data yaitu dengan menimbang, menjaring, mengatur dan
menarik kesimpulan diperlukan beberapa langkah yang harus ditempuh secara garis besar,
prosedur pengolahan data hasil penelitian tindakan kelas meliputi tahapan sebagai berikut :

a. Menyeleksi data

Setelah data dikumpulkan, dipilah-pilah untuk disusun dan diklasifikasikan berdasarkan


tujuan untuk memudahkan pengolahan data dan menarik kesimpulan.

b. Validasi
Tahap validasi merupakan tahap untuk membuktikan bahwa sesuatu yang diamati dalam
penelitian ini sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dalam kenyataan yang sebenarnya.

c. Interpretasi

Kumpulan data yang telah divalidasi kemudian diinterpretasi berdasarkan kajian empirik
dan teoritik, serta intuisi guru dalam

merefleksi diri selama pembelajaran berlangsung. Hasil interpretasi data itu akan
menghasilkan analisis penelitian tindakan kelas secara keseluruhan.

d. Tindakan

Berdasarkan pada hasil analisis data secara keseluruhan, maka akan menjadi referensi tentang
situasi pembelajaran yang bermakna, sehingga bermanfaat dan menjadi dasar bagi guru untuk
melakukan tindakan pembelajaran selanjutnya.

Untuk mempermudah melihat gambaran sederhana dari pelaksanaan analisis data dapat
dilihat pada alur di bawah ini :

s/d

Penjelasan Bagan Alur Analisis Data

1. a. Observasi Awal

Alur ini dimaksudkan sebagai upaya mendapatkan data kondisi awal, melalui pengamatan
kelas dalam proses belajar mengajar. Dalam tahap ini pula dilakukan kegiatan menganalisis
GBPP dan kurikulum IPS.

1. b. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah adalah berbagai permasalahan yang terjadi dan dialami oleh peneliti di
dalam kelas untuk dicarikan penyelesaiannya, diantaranya kurangnya motivasi siswa terhadap
pembelajaran IPS, dengan cara menerapkan model pembelajaran Resource-Based Learning.

1. c. Membuat Rancangan

Pada tahap ini didahului dengan kegiatan pustaka / kajian teoritik mengenai Resource-Based
Learning. Langkah ini diambil dalam rangka memperjelas tentang pembahasan masalah.

1. d. Penyusunan Instrumen dan Validasi

Untuk mempermudah dalam mengukur mutu dari proses belajar dalam pembelajaran IPS
dengan menggunakan sumber belajar, maka perlu dirancang instrumen yang dapat
mengumpulkan data secara tepat dan akurat. Dalam penelitian ini menggunakan instrumen
pengumpul data berupa butir non tes berbentuk studi pengamatan, observasi dan wawancara.
Selanjutnya uji validitas dilaksanakan untuk mengukur ketepatan terhadap tujuan penelitian.

1. e. Pelaksanaan Pembelajaran dan Pengamatan

Pada tahap ini merupakan aktualisasi dari rencana tindakan, sejalan dengan itu pula dilakukan
kegiatan observasi oleh peneliti dan mitra peneliti. Hal yang perlu diperhatikan dalam
kegiatan observasi ini adalah jangan sampai mengganggu pelaksanaan pembelajaran,
sehingga pembelajaran tetap berjalan seperti biasanya.

Kegiatan observasi memiliki fungsi, sebagaimana dikemukakan oleh Kasbullah, (1998 :39)
adalah sebagai berikut :

Dua fungsi observasi yaitu, untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan
rencana tindakan yang telah disusun dan untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan
tindakan yang sedang berlangsung dapat diharapkan akan menghasilkan perubahan yang
diinginkan.

f. Refleksi

Hasil yang diperoleh dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisa dalam tahap refleksi
ini. Disamping data hasil observasi dipergunakan pula jurnal yang dibuat saat guru selesai
melaksanakan kegiatan pengajaran, sebagai acuan bagi guru untuk dapat mengevaluasi diri.
Hasil analisa dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan pada pelaksanaan berikutnya.

Penulis ainacivicseducationDiposkan pada Mei 13, 2011Tag PTK SD+IPS

20 tanggapan untuk “Laporan PTK : Meningkatkan


Motivasi Belajar IPS Pada Materi Koperasi Melalui
Model Pembelajaran Resource-Based Learning Oleh :
Aah Faridah, S.Pd”

1. kamarudin ange berkata:

Agustus 17, 2011 pukul 1:52 pm

terima kasih banyak atas segala informasinya apa yang anda tulis sangat bermanfaat
bagi saya untuk bahan pembelajaran.

Balas

2. desly berkata:

Oktober 13, 2011 pukul 6:28 am

bagus..bagus… buat contoh ntar ^_^


mkasih yooo . . . .

Balas

3. sunadji berkata:

Desember 28, 2011 pukul 3:36 pm

matur nuwun…share laporan ptk yang lain doong

Balas

4. ichwani berkata:

Januari 28, 2012 pukul 2:22 pm

DAFTAR PUSTAKA KOX TDK ADA

Balas

5. ichwani berkata:

Januari 28, 2012 pukul 2:27 pm


SELAIN IPS ADA TIDAK PTK PKN TENTANG PENGARUH GLOBALISASI
LENGKAP SELURUHNYA

Balas

6. silviana berkata:

Maret 1, 2012 pukul 3:11 pm

nice post.. thanx

Balas

7. p. bin berkata:

Maret 27, 2012 pukul 8:25 am

tolong kasih tahu daftar pustakanya .

Balas

8. syaiful amri berkata:

Juli 6, 2012 pukul 5:08 pm

ada tidak PTK IPA SD pak?

Balas

1. ainacivicseducation berkata:

November 8, 2013 pukul 9:44 pm

Ada, Pak. Insya Allah akan saya upload pada kesempatan nanti atau coba
Anda kunjungi blog rekan saya di http://newedukasi.blogspot.com/

Balas

9. Rumia berkata:

Agustus 5, 2012 pukul 7:17 pm


trimakasih banyak, saya banyak belajar dari tulisan anda ini, bahkan saya terinspirasi
untuk secepatnya melakukan PTK di tempat saya, tolong dong kalau ada PTK khusus
tentang pemberian motivasi melalui penerapan karakter bangsa

Balas

10. tri berkata:

Desember 4, 2012 pukul 9:51 am

matur nuwun gan

Balas

11. Rusdian berkata:

April 29, 2013 pukul 10:47 am

Trims banget mba guru from Rusdian, di Kal-Sel

Balas

12. Rusdian berkata:

April 29, 2013 pukul 10:53 am

Mohon Daftar Pustakanya mba guru dikirim ke email saya, sekali lagi trims

Balas

13. riza berkata:

September 12, 2013 pukul 8:39 am

Teriima kasih atas tulisannya, setelah dilaksanakan metode ini apakah ada perub ahan
dalam PBM.

Balas

14. JoEznhy Alyzhna berkata:

Oktober 9, 2013 pukul 2:44 pm


ada ga’ daftar pustakanya…/

Balas

15. irulthole berkata:

Oktober 18, 2013 pukul 1:17 pm

Terima kasih…

Balas

16. hikma berkata:

November 9, 2013 pukul 3:44 pm

msi ad kha yang lain yng lbi singkat,,?

Balas

1. ainacivicseducation berkata:

November 15, 2013 pukul 5:24 am

Untuk contoh lengkap coba Anda kunjung blog yang lain:


ainamulyana.blogspot.com

Balas

17. dodi berkata:

Januari 12, 2015 pukul 9:00 am

terima kasih

Balas

18. syahbelle berkata:

Maret 20, 2015 pukul 7:21 pm

terima kasih ini sangat membantu


Balas

Tinggalkan Balasan

Navigasi pos
Sebelumnya Previous post: Laporan PTK PAI SD: “Meningkatkan kemampuan membaca
dan menulis Al-Qur’an siswa melalui metode demonstrasi di kelas V pada semester 2 SD
Negeri Pandeglang 3” oleh Fathoni, S.Pd.I
Berikut Next post: LAPORAN HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS :
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI METODE INQUIRI
DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V SD

Meta
 Daftar
 Masuk
 RSS Entri
 RSS Komentar
 WordPress.com

LOGOKU

Kalender
Mei 2011
S S R K J S M
« Apr Nov »
1
2 3 4 5 6 7 8
9 10 11 12 13 14 15
Mei 2011
S S R K J S M
16 17 18 19 20 21 22
23 24 25 26 27 28 29
30 31

INFO LOWONGAN KERJA

Arsip
 April 2018
 November 2013
 Mei 2011
 April 2011

In Wordpres
 Daftar
 Masuk
 RSS Entri
 RSS Komentar
 WordPress.com

Langganan Surel
Masukkan alamat surel Anda untuk berlangganan blog ini dan menerima pemberitahuan
tulisan-tulisan baru melalui surel.

Bergabunglah dengan 11 pengikut lainnya

INFO WISATA
KOMUNITAS SEKOLAH PINGGIRAN Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.

 Ikuti

Anda mungkin juga menyukai