Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang
diberikan di Sekolah Dasar. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep,
dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD mata
pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi.
Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga
negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia
yang cinta damai.
Pembelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dengan
lingkungkannya,berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan
masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, memiliki kemampuan
berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang
majemuk, di tingkat lokal,nasional, dan global.
Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat
karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat.
Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan
pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial
masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.
Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu
dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam
kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta
didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada
bidang ilmu yang berkaitan.Pendidikan Sekolah Dasar (SD) bukan hanya
memberi bekal kemampuan membaca, menulis dan menghitung saja, tetapi
juga membekali anak didik dengan kesadaran,sikap mental yang positif dan
keterampilan terhadap pemanfaatan lingkungan hidup serta pemecahan
masalah yang menjadi bagian dari kehidupan.

1
2

Pembelajaran IPS dilaksanakan di Sekolah Dasar dengan menggunakan


berbagai macam metode,salah satunya adalah metode diskusi kelompok.
Diskusi kelompok menurut Moh.Surya ( 1975:17) adalah suatu proses
bimbingan dimana murid murid akan mendapatkan suatu kesempatan untuk
menyumbangkan pikiran masing masing dalam memecahkan masalah
bersama.Dalam diskusi ini tertanam pula tanggung jawab dan harga diri.
Dengan demikian diharapkan siswa dapat lebih antusias dalam mengikuti
proses pembelajaran serta dapat lebih memahami materi ajar yang
disampaikan.
Diskusi kelompok merupakan salah satu metode yang digunakan oleh guru
dalam melakukan suatu pembelajaran.Diskusi kelompok adalah salah satu
bentuk kegiatan yang dilaksanakan dalam bimbingan.Kegiatan diskusi
kelompok merupakan kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan lebih dari
satu individu. Dengan menggunakan metode diskusi kelompok diharapkan
siswa dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
Menurut Oemar Hamalik ( 1990 : 176 ) motivasi belajar adalah perubahan
energi dalam diri pribadi seseorang yang ditandai dengan munculnya “felling”
dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Motivasi juga dapat
diartikan dengan sebuah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan
adanya tingkah laku kearah suatu tujuan tertentu. jadi peserta didik akan
bersungguh-sungguh karena memilki motivasi tinggi. Motivasi belajar pada
siswa merupakan hal yang penting didalam proses belajar mengajar artinya
berfungsi mendorong dan mengarahkan siswa pada kegiatan belajar.
Menurut Gagne (dalam Sumarno, 2011) hasil belajar merupakan
kemampuan internal yang meliputi pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang
telah menjadi milik pribadi seseorang dan memungkinkan seseorang
melakukan sesuatu.Hasil belajar adalah suatu kegiatan yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia,kegiatan belajar dapat berlangsung di
lingkungan keluarga,sekolah,masyarakat,baik itu disadari atau tidak
disadari,disengaja atau tidak disengaja.Proses pembelajaran yang dilaksanakan
di Sekolah Dasar Negeri 2 Jetaksari, Kecamatan Pulokulon, Kabupaten
3

Grobogan belum sesuai dengan harapan kurikulum yaitu tingkat ketuntasan


belajar masih rendah.
Berdasarkan hasil evaluasi siswa kelas III Sekoah Dasar Negeri 2 Jetaksari
pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) tentang memahami
kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah di semester 2 menunjukkan
rendahnya kemampuan siswa dalam menguasai materi tersebut. Dimana hanya
terdapat 9 siswa atau 37,50 % dari keseluruhan siswa sebanyak 24 orang yang
dapat mengerjakan soal evaluasi dengan hasil mencapai KKM, sementara 15
siswa lainnya atau 62,50 % tidak dapat mengerjakan soal dengan hasil
mencapai KKM, disebabkan kurangnya penguasaan materi. Adapun KKM
telah ditetapkan untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah
sebesar 65,00.
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis melakukan penelitian untuk
meningkatkan interaksi antar siswa pada saat pembelajaran, peneliti
melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (
PTK ). Dalam hal ini, penulis mengidentifikasi beberapa masalah yang
menjadi faktor penyebab kurang optimalnya proses pembelajaran sehingga
harus dilakukan perbaikan.
1. Identifikasi Masalah
a. Siswa kurang tertarik dengan materi pembelajaran.
b. Banyak siswa diam dan tidak mau bertanya tentang materi pelajaran.
c. Kurangnya kemampuan siswa dalam menyampaikan pendapat ketika
diberi penugasan
2. Analisis Masalah
Berdasarkan pada identifikasi masalah maka analisis masalah
pembelajaran adalah :
a. Guru kurang memotivasi siswa dalam pembelajaran IPS.
b. Siswa sulit berkonsentrasi dan pasif dalam proses pembelajaran.
c. Kurangnya bimbingan guru dalam setiap penugasan kepada siswa.
4

3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah


Berdasarkan pada analisis masalah maka alternatif dan prioritas
pemecahan masalah dapat menggunakan pendekatan diskusi kelompok dan
motivasi belajar untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
IPS kompetensi dasar memahami kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan
sekolah pada siswa kelas III semester II SDN 2 Jetaksari tahun pelajaran
2013/2014

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan analisis
masalah, maka yang menjadi fokus perumusan masalah yang akan peneliti
kemukakan adalah :
”Apakah dengan penerapan pendekatan diskusi kelompok dan motivasi
belajar dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS
kompetensi dasar memahami kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan
sekolah pada siswa kelas III semester 2 SD Negeri 2 Jetaksari, Kecamatan
Pulokulon, Kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2013 / 2014 ?”

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Mendeskripsikan penerapan metode diskusi kelompok dalam
pembelajaran llmu pengetahuan Sosial ( IPS ) kompetensi dasar
memahami kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah hasil
belajar siswa kelas III SD Negeri 2 Jetaksari, Kecamatan Pulokulon,
Kabupaten Grobogan.
2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial ( IPS ) tentang memahami kegiatan jual beli di
lingkungan rumah dan sekolah dengan menggunakan metode diskusi
kelompok untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas III Sekolah Dasar
Negeri 2 Jetaksari Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan.
5

D. Manfaat Penelitian
Hasil dari pelaksanaan penelitian ini sangat berarti bagi siswa, guru, dan
sekolah serta bagi pendidikan pada umumnya.
Adapun manfaat Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) adalah sebagai berikut:
1. Manfaat bagi siswa
a..Meningkatkan proses / hasil belajar siswa terhadap materi memahami
kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah.
b. Potensi belajar siswa dapat dikembangkan.
c. Menumbuhkan keaktifan, kekreatifan dan pola fikir kritis.
d. Bertambahnya ilmu pengetahuan dan wawasan
2. Manfaat bagi guru
a.Membantu guru memperbaiki pembelajaran khususnya mata pelajaran IPS
yang dikelolanya.
b.Membantu guru berkembang secara professional.
c. Meningkatkan rasa percaya diri guru.
d. Membantu guru secara aktif mengembangkan pengetahuan.
3. Manfaat bagi sekolah
Dengan melaksanakan PTK di dalam kelas yang dilaksanakan guru maka
PTK ini dapat memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah
yang tercermin dari peningkatan kemampuan professional para guru, perbaikan
proses dan hasil belajar siswa, serta kondusifnya iklim pendidikan di sekolah
tersebut.
4. Manfaat bagi pendidikan
Dengan terbiasanya guru melaksanakan PTK dapat meningkatkan mutu
pendidikan pada umumnya.
6

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A .Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) di SD

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang
perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari Sekolah Dasar untuk
membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis dan kritis,rasa
ingin tahu,inkuiri,memecahkan masalah,dan keterampilan dalam kehidupan
sosial, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar
peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan
memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu
berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
Dalam kegiatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ),siswa
dapat dibawa langsung ke dalam lingkungan alam dan masyarakat.Dengan
lingkungan alam sekitar,siswa akan akrab dengan kondisi setempat sehingga
mengetahui makna serta manfaat mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (
IPS ) secara nyata.

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS )

Ilmu pengetahuan Sosial IPS yang secara resmi mulai dipergunakan di


Indonesia sejak tahun 1975 adalah istilah Indonesia untuk pengertian Social
Studies. pengertian Social Studies atau studi sosial ini oleh para ahli banyak
yang memberikan batasan, namun menurut Jarolimek ( 1977) mengisyaratkan
bahwa studi sosial lebih bersifat praktis,yaitu memberikan kemampuan
kepada anak didik dalam mengelola dan memanfaatkan kemampuan fisik dan
soaial dalam menciptakan kehidupan yang serasi. Studi sosial juga
mempersiapkan anak didik untuk mampu memecahkan masalah sosial dan
memiliki keyakinan akan kehidupan masa datang.
Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai salah satu bidang studi yang memiliki
tujuan membekali siswa untuk mengembangkan penalaran disamping aspek
7

nilai moral, banyak memuat materi sosial yang bersifat hafalan sehingga
pengetahuan dan informasi yang diterima sebatas produk hafalan. Sifat
materi pembelajaran IPS tersebut membawa konsekuensi terhadap proses
belajar mengajar yang didominasi oleh pendekatan ekpositoris, terutama guru
menggunakan metode ceramah sedangkan siswa kurang terlibat atau
cenderung pasif. Padahal dalam proses belajar mengajar keterlibatan siswa
harus secara totalitas artinya melibatkan pikiran, penglihatan, pendengaran
dan psikomotor (keterampilan salah satunya sambil menulis). Jadi dalam
proses belajar mengajar, seorang guru harus mengajak siswa untuk
mendengarkan, menyajikan media yang dapat dilihat, memberi kesempatan
untuk menulis dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan, sehinggaterjadi
dialog kreatif yang menunjukkan proses belajar mengajar yang interaktif.
Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis komprehensip dan terpadu
dalam proses pembelajaran menuju kedewasan dan keberhasilan dalam
kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta
didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada
bidang ilmu yang berkaitan (Depdikbud, 2006:575).Sedangkan definisi
tentang Social studies menurut Edgar Bruce Wesley bada tahun (1937 )
Barr,Barth,dan Shermis ( 1977 ) yaitru “The Social Studies are the social
sciences simplified for Pedagogical Purpose”.Social Studies adalah ilmu-ilmu
sosial yang disederhanakan untuk tujuan pendidikan .Menurut Welton dan
Mallan ( 1988:14) sebagai off sping of social sciences.Disamping itu disiplin
ilmu ini dikembangkan untuk memenuhi tujuan pendidikan atau
pembelajaran baik pada tingkat persekolahan maupun tingkat pendidikan
tinggi.

2. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS ) di Sekolah Dasar

Secara keseluruhan tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial


(IPS )di Sekolah Dasar adalah sebagai berikut :
a. Untuk membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna
dalam kehidupannya kelak dimasyarakat.
8

b. Membekali anak didik dengan kemampuan


mengidentifikasi,menganalisis dan menyusun alternatif pemecahan
masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat.

c. Membekali anak didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan


sesama warga masyarakat dan berbagai bidang keilmuan serta bidang
keahlian.

d. Membekali anak didik dengan kesadaran,sikap mental yang positif dan


keterampilan terhadap pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi
bagian dari kehidupan tersebut..

e. Membekali anak didik dengan kemampuan mengembangkan


pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan
kehidupan,masyarakat,ilmu pengetahuan dan tekhnologi.

Berdasarkan kurikulum Ilmu Pengetahuan Sosial tahun 2006 bertujuan agar


peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan


masyarakat dan lingkungan.
2) Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis,rasa ingin
tahu,inkuiri,memecahkan masalah,dan keterampilan dalam kehidupan
sosial.
3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan.
4) Memiliki kemampuan berkomunikasi,bekerja sama dan berkompetisi
dalam masyarakat yang majemuk,ditingkat lokal,nasional,dan global.
9

3. Ruang Lingkup Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS )

Ruang lingkup mata pelajaran Ilmu Pengetrahuan Sosial ( IPS ) di


Sekolah Dasar meliputi aspek-aspek sebagai berikut :

a. Manusia,tempat dan lingkungan.


b. Waktu,keberlanjutan dan perubahan.
c. sistem sosial dan budaya.
d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

B. Metode Pembelajaran

Menurut Esti Ismawati (2004:68), metode adalah rencana yang


menyeluruh tentang penyajian bahan yang dilakukan dengan urutan yang
baik. Metode meliputi pemilihan bahan, penentuan urutan, cara penyajian
dan cara evaluasi.

Metode mengajar adalah merupakan salah satu komponen yang harus ada
dalam kegiatan pembelajaran. Pada dasarnya metode mengajar ini
merupakan cara atau teknik yang digunakan guru dalam melakukan interaksi
dengan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat
pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku,film,komputer,kurikulumdan
lain-lain ( Joyce,1992:4 ). Joyce menyatakan bahwa setiap model
pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk
membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran
tercapai.

Arrends ( 1997 :7 ) menyatakan “ The term teaching model refers to a


particular approach to instruction that includes its
goals,syntax,environment,and management system ’’. Istilah model
pengajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk
10

tujuan,sintaksnya,lingkungannya,dan sistem pengelolaannya. Metode


mengajar adalah merupakan cara atau teknik yang digunakan guru dalam
melakukan interaksi dengan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung
( Udin S. Winataputra, MA dkk, 2004)
Adapun Soekamto dkk dalam Nurulwati (2000: 10 ) mengemukan
maksud dari model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman
bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan
aktivitas belajar mengajar.Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh
Eggen dan Kauchak bahwa model pembelajaran memberikan kerangka dan
arah bagi guru untuk mengajar.

1. Metode diskusi kelompok

Diskusi kelompok merupakan salah satu metode yang digunakan oleh


guru dalam melakukan suatu pembelajaran.Diskusi kelompok adalah salah satu
bentuk kegiatan yang dilaksanakan dalam bimbingan.Kegiatan diskusi
kelompok merupakan kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan lebih dari
satu individu.Kegiatan diskusi kelompok ini dapat menjadi alternatif dalam
membantu memecahkan permasalahan seorang individu.

Menurut Moh.Surya ( 1975:17) mendefinisikan diskusi kelompok


merupakan suatu proses bimbingan dimana murid murid akan mendapatkan
suatu kesempatan untuk menyumbangkan pikiran masing masing dalam
memecahkan masalah bersama.Dalam diskusi ini tertanam pula tanggung
jawab dan harga diri.Sedangkan menurut Moh.Uzer Usman ( 2005:94 )
menyatakan bahwa diskusi kelompok merupakan suatu proses yang teratur
yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tata muka yang informal
dengan berbagai pengalaman atau informasi,pengambilan kesimpulan atau
pemecahan masalah.
11

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa diskusi kelompok


adalah suatu cara atau tekhnik bimbingan yang melibatkan sekelompok orang
dalam interaksi tata muka,dimana setia anggota kelompok akan mendapatkan
kesempatan untuk menyumbangkan pikiran masing masing serta berbagi
pengalaman atau informasi guna pemecahan masalah atau pengambilan
keputusan.

Kondisi dan kemampuan siswa yang harus diperhatikan untuk


menunjang pelaksanaan diskusi adalah :

a. Memiliki motivasi, perhatian, dan minat dalam berdiskusi.


b. Mampu belajar secara bersama.
c. Mampu mengeluarkan isi pikiran, gagasan, dan pendapat.
d. Mampu memahami pendapat orang lain.
Penerapan metode ini sejalan dengan teori kebutuhan Moslow, yaitu
“Kebutuhan menjadi bagian suatu Kelompok”. Dalam teori ini dikemukakan
bahwa manusia mempunyai keinginan untuk menjadi bagian suatu kelompok
agar dapat saling memberi dan menerima perhatian dan penghargaan (Suciati,
dkk. 2005 : 3.12). Dengan menerapkan metode diskusi dalam proses
pembelajaran , kebutuhan siswa untuk menjadi bagian suatu kelompok dapat
terpenuhi.
Kelebihan diskusi kelompok :
1) Siswa bertukar pikiran.
2) Siswa dapat menghayati persoalan.
3) Merangsang siswa untuk berpendapat.
4) Dapat mengembangkan rasa solidaritas.
5) Membina kemampuan berbicara.
6) Siswa belajar memahami pikiran orang lain.
7) Memberikan kesempatan belajar.
Kelemahan diskusi kelompok :
1) Relatif memerlukan waktu yang banyak.
2) Apabila siswa tidak memahami konsep dasar, diskusi tidak efektif.
12

3) Terdapat perbedaan kemampuan perbendaharaan bahasa.


4) Apabila guru tidak dapat membimbing diskusi tidak efektif.

C. Motivasi Belajar

Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat adanya
latihan dan pengalaman.Belajar sesungguhnya dilakukan oleh manusia
seumur hidupnya,kapan saja,dimana saja baik di sekolah maupun dirumah
dalam waktu yang sudah ditentukan.

Motivasi belajar pada siswa adalah hal yang penting didalam proses
belajar mengajar artinya berfungsi mendorong dan mengarahkan siswa pada
kegiatan belajar. Adapun cara memotivasi belajar siswa antara lain
kebermaknaan menggunakan model pembelajaran berkomunikasi
terbuka,latihan/praktek yang bermanfaat,kondisi kelas yang menyenangkan
dan mengevaluasi ( Hamalik, (1990 : 176 )

Menurut Max Darsono, dkk ( 2000 : 65 ) ada beberapa faktor yang


mempengaruhi motivasi belajar adalah :

1. Cita-cita atau aspirasi siswa


Cita-cita atau aspirasi siswa adalah suatu target yang ingin
dicapai.Cita-cita akan memperkuat motivasi belajar.
2. Kemampuan belajar
Dalam belajar dibutuhkan berbagai kemampuan.Kemampuan ini
meliputi beberapa aspek psikis yang terdapat dalam diri
siswa,misalnya penghematan,perhatian,ingatan,daya piker,dan
fantasi.
3. Kondisi siswa
Siswa adalah makhlik yang terdiri dari kesatuan psikofisik.Kondisi
siswa yang mempengaruhi motivasi belajar disini berkaitan dengan
kondisi fisik,dan kondisi psikologis.Seorang siswa yang kondisi
13

jasmani dan rohani yang terganggu,akan mengganggu perhatian


belajar siswa,begitu juga sebaliknya.
4. Kondisi lingkungan
Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur yang dating dari luar
diri siswa. Kondisi lingkungan yang sehat,kerukunan
hidup,ketertiban pergaulan peril dipertinggi mutunya dengan
lingkungan yang aman,tentram,tertib dan indah,maka semangat dan
motivasi belajar mudah diperkuat.
5. Unsur-unsur dinamis dalam belajar
Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang
keberadaanya dalam proses belajar mengajar tidak stabil,kadang-
kadang kuat,kadang-kadang lemah dan bahkan hilang sama
sekali.Misalnya keadaan eemosi siswa,gairah belajar,situasi dalam
keluarga dan lain-lain.
6. Upaya guru dalam pembelajaran siswa
Upaya yang dimaksud disini adalah bagaimana guru
mempersiapkan diri dalam membelajarkan siswa mulai dari
penguasaan materi,cara menyampaikannya,menarik perhatian
sisiwa,mengevaluasi hasil belajar siswa,dan lain-lain.Bila upaya-
upaya tersebut dilaksanakan dengan berorientasi pada kepentingan
siswa,maka diharapkan dapat menimbulkan motivasi belajar siswa.

D. Hasil Belajar

Teori tentang hasil belajar adalah suatu kegiatan yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia, kegiatan belajar dapat berlangsung
dimana-mana, misalnya dilingkungan keluarga, di sekolah dan di masyarakat,
baik itu dusadari atau tidak disadari, disengaja atau tidak disengaja.
Menurut Gagne (dalam Sumarno, 2011) hasil belajar merupakan
kemampuan internal yang meliputi pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang
telah menjadi milik pribadi seseorang dan memungkinkan seseorang
melakukan sesuatu.
14

Pendapat lain tentang hasil belajar dikemukakan oleh Briggs ( dalm


Taruh, 2003 : 17 ) yang menyatakan bahwa hasil belajar adalah seluruh
kecakapan dan hasil yang dicapai melalui proses belajar mengajar di sekolah
yang dinyatakan dengan angka atau nilai-nilai berdasarkan tes hasil
belajar.Hal ini senada dengan Rasyid ( 2008 : 9 ) yang berpendapat bahwa
jika ditinjau dari segi proses pengukurannya,kemampuan seseorang dapat
dinyatakan dengan angka. Dengan demikian, hasil belajar siswa dapat
diperoleh guru dengan terlebih dahulu memberikan seperangkat tes kepada
siswa untuk menjawabnya. hasil tes belajar siswa tersebut akan memberikan
gambaran informasi tentang kemampuan dan penguasaan kompetensi siswa
pada suatu materi pelajaran yang kemudian dikonversi dalam bentuk angka-
angka.
Dick dan Reiser ( dalam Sumarno,2011 ) mengemikakan bahwa hasil
belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai hasil
kegiatan pembelajaran,yang terdiri atas empat jenis,yaitu :

1. Pengetahuan
2. Keterampilan intelektual
3. Keterampilan motor
4. Sikap

Menurut Dimyati ( 1999 : 3 ) hasil belajar diperoleh dari suatu interaksi


tindak lanjut dan tindak mengajar. Dari sisi guru,tindak mengajar diakhiri
dengan proses evaluasi belajar. Dari sisi siswa hasil belajar merupakan
berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Dalam pembelajaran guru
berperan membuat desain instruksional,menyelenggarakan kegiatan belajar
mengajar,mengajar atau membelajarkan,mengevaluasi hasil belajar mengajar
yang berupa dampak pengajaran,sedangkan peran siswa adalah bertindak
belajar,yaitu mengalami proses belajar,mencapai hasil belajar dan
menggunakan hasil belajar sebagai acuan
15

E. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) akhir akhir ini telah menjadi trend
untuk dilakukan oleh guru sebagai upaya pemecahan masalah dan
peningkatan kualitas pengajaran. Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu
jenis penelitian yang dilakukan oleh guru untuk memecahkan masalah
pembelajaran dikelasnya. Menurut Suharsimi (2002) bahwa PTK merupakan
paparan gabungan definisi dari tiga kata "penelitian, tindakan, dan kelas".
Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu obyek, menggunakan aturan
metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat
bagi peneliti atau orang orang yang berkepentingan dalam rangka
peningkatan kulitas diberbagai bidang. Tindakan kelas adalah suatu gerak
kegiatan yang disengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang dalam
pelaksanaanya berbentuk rangkaian periode/siklus kegiatan. Sedangkan kelas
adalah kelompok siswa yang dalam waktu yang sama dan tempat yang sama
menerima pelajaran yang sama dari seorang guru yang sama. Penelitian
tindakan kelas (PTK) merupakan terjemahan dari classroom Action Research
yaitu Action Research (penelitian tindakan ) yang dilakukan di kelas.
Sedangkan Carr dan Kemmis menyatakan bahwa PTK adalah suatu
bentuk refleksi diri yang dilakukan oleh partisipan (guru, siswa, atau kepala
sekolah) dalam situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki
rasionalitas dan kebenaran dari: (a) praktik praktik sosial atau pendidikan
yang dilakukan sendiri, (b) pengertian mengenai praktik praktik tersebut, (c)
situasi situasi (lembaga - lembaga) tempat praktik-praktik tersebut
dilaksanakan.
16

BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian.


1. Subyek Penelitian
Sekolah Dasar Negeri 2 Jetaksari yang berada di wilayah Desa
Jetaksari Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan mempunyai siswa
kelas III sebanyak 24 orang siswa yang terdiri dari 13 orang siswa laki-laki
dan 11 Orang siswa perempuan..

2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 2 Jetaksari
Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan

3. Waktu Penelitian
Jadwal perbaikan pembelajaran untuk mata pelajaran IPS sebagai berikut :

No. Hari / Tanggal Mata Waktu Ket


Pelajaran
1. Senin, 3 Febuari 2014 IPS 07.35– 08.45 Pra Siklus
2. Senin, 10 Febuari 2014 IPS 07.35 – 08.45 Siklus 1
3. Senin,17 Febuari 2014 IPS 07.35 – 08.45 Siklus 2

4. Pihak yang Membantu


Pihak yang membantu dalam Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) adalah :
a. Eko Sriyono, S.Pd,M.Pd sebagai supervisor dalam pelaksanaan PTK
(Penelitian Tindakan Kelas).
17

B.Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran

Dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan


efektivitas hasil belajar siswa, maka penelitian mengembangkan rencana
penelitian tindakan kelas: dalam penelitian ini terdiri dari dua (2) siklus
yang masing-masing terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, tindakan dan
pengamatan serta refleksi.Sebelum dilaksanakan siklus I dan siklus II
pembelajaran diawali dengan pra siklus.

SIKLUS I

1. Perencanaan
Hal-hal yang dilaksanakan peneliti dalam tahap ini antara lain :
a. Identifikasi masalah dan perumusan masalah untuk mengungkap dan
memperjelas permasalahan yang peneliti hadapi untuk dicari jalan
pemecahan masalah yang tepat sehingga diperoleh hasil yang
maksimal.
b. Menyusun rencana pembelajaran dengan menitikberatkan pada
penggunaan metode diskusi kelompok yang sesuai dengan materi
pembelajaran.
c. Menyusun lembar observasi sebagai panduan bagi observer dalam
mengobservasi pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang difokuskan
pada kegiatan guru dalam menggunakan media pembelajaran dan
metode yang tepat, sesuai dengan analisis permasalahan.
d. Merancang dan menyusun tes formatif.
2. Pelaksanaan
a. Kegiatan awal ( ± 5 menit )
1) Mengabsen siswa.
18

2) Guru memberikan pertanyaan kepada siswa yang berkaitan dengan


materi sebagai apersepsi.
3) Menunjuk siswa untuk menyebutkan contoh-contoh kegiatan jual beli
di lingkungan rumah dan sekolah.
4) Pembagian kelompok siswa.
b. Kegiatan Inti (± 45 menit )
1) Secara berkelompok mendiskusikan tugas:
2) Menjelaskan bentuk-bentuk kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan
sekolah
3) Menjelaskan barang-barang yang diperjualbelikan di lingkungan rumah
dan sekolah.
4).Siswa mencatat hasil diskusi, masing-masing kelompok melaporkannya
dalam diskusi kelas.
5) Siswa dan guru membuat kesimpulan.
c. Kegiatan Akhir ( ± 20 menit )
1) Siswa mengerjakan soal tes formatif.
2) Pemberian tugas.

3. Observasi atau Pengamatan


Pada tahap observasi atau pengamatan dalam proses Penelitian
Tindakan Kelas ini, penulis yang berperan sebagai praktikan dibantu oleh
seorang observer yang berperan untuk mengamati aspek-aspek yang
berkenaan dengan berbagai tindakan guru secara konkrit. Dalam kegiatan
ini observer atau pengamat dilakukan oleh teman sejawat yang telah
sepakat untuk membantu penulis dalam upaya meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran IPS kompetensi dasar kegiatan jual beli di
lingkungan rumah dan sekolah di kelas III Sekolah Dasar Negeri 2
Jetaksari semester II. Adapun hasil observasi berupa catatan mengenai
beberapa data tentang berbagai kekurangan dan kelebihan guru selama
pelaksanaan perbaikan pembelajaran berlangsung mengenai materi yang
telah ditentukan.
19

4. Refleksi
Setelah selesai melaksanakan perbaikan pembelajaran pada siklus I ini dan
pengamatan atas tindakan pembelajaran di atas yang telah dilakukan
dalam kegiatan pada siklus I diperoleh hasil refleksi sebagai berikut:

a. Secara umum pelaksanaan pembelajaran sudah berjalan cukup baik,


tetapi penerapan metode diskusi kelompok belum maksimal.
b. Guru perlu lebih memperhatikan kesulitan yang dialami siswa secara
personal.

SIKLUS II

Berdasarkan hasil refleksi terhadap hasil pembelajarn siklus I dan telah


teridentifikasi beberapa kelebihan dan kekurangan pembelajaran tersebut
maka peneliti mengembangkan rencana perbaikan pembelajaran berupa
prosedur kerja yang dilaksanakan di dalam kelas terdiri dari perencanaan,
pelaksanaan, tindakan dan pengamatan serta refleksi.

1. Perencanaan
a. Perencanaan tindakan pada siklus II didasarkan pada hasil refleksi
pada siklus I dalam perencanaan ini peneliti berkolaborasi dengan
teman sejawat untuk menentukan langkah-langkah perbaikan
kekurangan pembelajaran sebelumnya untuk mencapai hasil yang
maksimal.
b. Mengontrol kembali lembar observasi sebagai panduan bagi observer
dalam mengobservasikan pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang
difokuskan pada kegiatan guru dalam menggunakan media
20

pembelajaran secara maksimal dan penggunaan metode diskusi


kelompok
c. Menyusun tes formatif.

2. Pelaksanaan
Tahap persiapan
a. Kegiatan awal ( ± 5 menit )
1) Tanya jawab tentang contoh-contoh kegiatan jual beli di lingkungan
rumah dan sekolah yang ada di sekitar tempat tinggal siswa.
2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
3) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok (1 kelompok 4-5
siswa ).
b. Kegiatan inti ( ± 45 menit )
1) Secara berkelompok mendiskusikan tugas:
a) Menjelaskan bentuk-bentuk kegiatan ekonomi di lingkungannya.
b)Menjelaskan sumber daya alam yang ada kaitannya dengan kegiatan
ekonomi masyarakat setempat.
2) Siswa mencatat hasil diskusi, masing-masing kelompok
melaporkannya dalam diskusi kelas.
3) Siswa dan guru membuat kesimpulan.
b. Kegiatan akhir ( ± 20 menit )
1) Siswa mengerjakan soal tes formatif.
2) Pemberian tugas.
3. Observasi atau pengamatan
a. Dari pengamatan terhadap guru melaksanakan kegiatan pembelajaran
diperoleh temuan-temuan sebagai berikut:
1) Dalam menyampaikan materi pembelajaran, guru sudah
menggunakan media pembelajaran yang tepat dan menarik.
2) Guru telah menggunakan metode pembelajaran dengan baik.
21

3) Guru lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan


aktif dalam kegiatan pembelajaran.
b. Dari pengataman terhadap siswa diperoleh temuan.
1) Dalam menjawab pertanyaan guru siswa nampak lebih percaya
diri.
2) Dengan adanya penjelasan dari guru siswa nampak lebih tertarik
dan termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.
4. Refleksi
a. Kegiatan pembelajaran siklus II mengalami banyak peningkatan, siswa
tampak lebih percaya diri dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan
oleh guru.
b. Kegiatan pembelajaran nampak lebih hidup karena siswa dan guru
sama-sama aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran.

C.Tekhnik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Data kuantitatif
Menurut Aqib ( 2010 : 40 ) data kuantitatif berupa hasil belajar
kognitif siswa, dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif
kuantitatif.Peneliti mencari nilai rerata, prosentase keberhasilan belajar
dan penyajian datanya disajikan dengan distribusi frekuensi. Sedangkan
untuk mencari nilai rata-rata, peneliti menjumlahkan nilai yang diperoleh
siswa kemudian dibagi dengan jumlah siswa kelas tersebut sehingga
diperoleh nilai rata-rata.
a. Menghitung data hasil balajar atau nilai siswa digunakan rumus
sebagai berikut:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝐽𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑛𝑎𝑟


Nilai = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝐵𝑢𝑡𝑖𝑟 𝑆𝑜𝑎𝑙 𝑥 100%
22

b. Menentukan ketuntasan belajar dan penyajian data kuantitatif


dipaparkan dalam bentuk prosentase dengan rumus:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑇𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠


Presentase ketuntasan = 𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑥 100%

c. Menghitung rata- rata kelas (Mean)


Untuk menghitung rata-rata kelas menggunakan rumus:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟 𝑢ℎ 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎


Rata-rata kelas = 𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎

atau
Rumus untuk menentukan mean atau rerata hasil belajar siswa:
∑x
x = ∑N

Keterangan:
X = nilai rata-rata
∑x = jumlah semua nilai siswa
∑N = jumlah siswa
Hasil perhitungan dikelompokkan kedalam dua kualifikasi yaitu tuntas
dan tidak tuntas,dengan kriteria sebagai berikut:
Tabel 1
Kualifikasi Kriteria Ketuntasan Belajar Siswa
SD Negeri 2 Jetaksari

Kriteria Ketuntasan Minimal Kualifikasi

>65 Tuntas

<65 Tidak Tuntas

65 = KKM mata pelajaran IPS SD Negeri 2 Jetaksari


23

Dengan demikian, dapat ditentukan jumlah siswa yang tuntas dan


tidak tuntas.Untuk mengetahui persentase ketuntasan belajar klasikal,
menggunakan rumus sebagai berikut :

jumlah siswa yang tuntas


% ketuntasan belajar = jumlah seluruh siswa × 100%

Tabel 2:
Rambu-rambu Analisis Hasil Analisis

Pencapaian tujuan Kualifikasi Tingkat keberhasilan


pembelajaran pembelajaran
85-100 % Sangat baik (SB) Berhasil
65-84 % Baik (B) Berhasil
55-64% Cukup (C) Tidak Berhasil
0-54 % Kurang (D) Tidak Berhasil

b. Data kualitatif
Data ini berupa data hasil observasi keterampilan guru dan aktivitas
siswa dalam pembelajaran diskusi kelompok dapat menggunakan analisis
deskriptif kualitatif. Data kualitatif dipaparkan dalam kalimat yang
dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.Data
kualitatif ini diperoleh dari pengolahan data yang didapat dari instrumen
pengamatan aktivitas siswa atau instrumen pengamatanketerampilan
guru.Adapun kriteria penilaian terhadap pencapaian masing-masing
indikator:
1. Mendapat skor 1 jika hanya satu indikator yang berhasil
2. Mendapat skor 2 jika hanya dua indikator yang berhasil
3. Mendapat skor 3 jika hanya tiga indikator yang berhasil
4. Mendapat skor 4 jika empat/ semua indikator yang berhasil
24

Untuk mengetahui prosentase keberhasilan menggunakan rumus


sebagai berikut:

% keberhasilan = skor yang


diperoleh × 100%
skor maksimal

Tabel 3:
Taraf Keberhasilan Tindakan dalam Proses Pembelajaran

Pencapaian tujuan Kualifikasi Tingkat keberhasilan


pembelajaran pembelajaran
85-100 % Sangat baik (SB) Berhasil
65-84 % Baik (B) Berhasil
55-64% Cukup (C) Tidak Berhasil
0-54 % Kurang (D) Tidak Berhasil
Kriteria keberhasilan pada penelitian sebagai variabel yang diamati
yaitu keterampilan guru dan aktivitas siswa adalah sebagai berikut:

1) Keterampilan guru
Tabel 4:
Kriteria keberhasilan tindakan pembelajaran berdasarkan keterampilan guru

Pencapaian tujuan Kualifikasi Tingkat keberhasilan


pembelajaran pembelajaran
85-100 % Sangat Baik (A) Berhasil
65-84 % Baik (B) Berhasil
55-64% Cukup (C) Tidak Berhasil
0-54 % Kurang (D) Tidak Berhasil
Keterangan:
25

Jumlah indikator = 8

Skor maksimal masing-masing indikator = 4

Skor maksimal yang diperoleh = jumlah indikator x 5

= 8 x 4= 32

skor yang
% keberhasilan keteramplan guru × 100%
diperoleh skor
=
maksimal
2) Aktivitas siswa
Tabel 5:
Kriteria keberhasilan tindakan pembelajaran berdasarkan aktivitas siswa

Pencapaian tujuan Kualifikasi Tingkat keberhasilan


pembelajaran pembelajaran
85-100 % Sangat Baik (A) Berhasil
65-84 % Baik (B) Berhasil
55-64% Cukup (C) Tidak Berhasil
0-54 % Kurang (D) Tidak Berhasil
Keterangan:

Jumlah indikator = 5

Skor maksimal masing-masing indikator = 4

Skor maksimal yang diperoleh = jumlah indikator x 4 = 5 x 4 = 20

skor yang
% keberhasilan aktivitas siswa × 100%
diperoleh skor
=
maksimal

c. Indikator Keberhasilan
Penerapan metode diskusi dan motivasi belajar dapat meningkatkan
hasil belajar dalam pembelajaran IPS di kelas III SD Negeri 2 Jetaksari,
dengan indikator sebagai berikut:
26

a) Keterampilan guru dalam pembelajaran IPS menggunakan metode


diskusi kelompok dan motivasi belajar meningkat dengan kriteria
sekurang-kurangnya baik yaitu 80%.
b) Aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS metode diskusi dan motivasi
belajar meningkat dengan kriteria sekurang-kurangnya baik yaitu 80%.
C. Ketuntasan belajar individual siswa kelas III SD Negeri 2 Jetaksari, pada
pembelajaran IPS sebesar ≥ 70 dengan ketuntasan klasikal ANALISIS
DATA.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Sebelum perbaikan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
kompetensi dasar memahami kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan
sekolah terhadap siswa kelas III semester 2 SD Negeri 2 Jetaksari Kecamatan
Pulokulon Kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2013/ 2014, dari 24 siswa
hanya 9 siswa yang memenuhi KKM yaitu 65 atau 37,5% sedangkan 15 siswa
lainnya masih dibawah nilai ketuntasan yaitu ≤ 65 atau 62,5%. Rata-rata kelas
hanya 61,46. Oleh sebab itu peneliti melakukan perbaikan pembelajaran
Siklus I dan Siklus II.
Berdasarkan observasi awal didapatkan informasi mengenai hasil
belajar IPS siswa kelas III yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini :
Tabel 6. Daftar Nilai Awal Siswa
Ketuntasan
NO Nama Siswa KKM Nilai T TT
1 Bayu Edo Afianto Wibowo 65 55 √
2 Eva Yuliyanti 65 60 √
3 Lailatul Fitriani 65 60 √
4 Adya Dwi Regita Cahyani 65 75 √
5 Ahmad Dani 65 40 √
6 Ahmad Masnun 65 70 √
7 Apriliya Sinta Dewi 65 50 √
8 Ega Kurniawan 65 45 √
9 Evi Dwiwijiprayana 65 85 √
10 Feri Alfian Yahya 65 70 √
11 Intan Puspitasari 65 60 √
12 Mahbib Abdullah Afif 65 55 √
13 Mohammad Reza Nurul Amin 65 90 √
14 Muhammad Nur Fauzi 65 50 √
15 Nezha Aurora Mahartika 65 45 √
16 Oktavia Irmawati 65 40 √
17 Randy Oktovian Wardhana Putra 65 70 √
18 Rizky Kurniawan Saputra 65 50 √
19 Santo Ade Rovii 65 40 √
20 Sindu Try Biantoko 65 80 √
21 Siti Novi Ana Rohmah 65 90 √
22 Tara Aprilia 65 90 √
23 Wahyu Wicaksono 65 45 √
24 Wulan Rahmadhani 65 60 √
Jumlah 1475 9 15
Presentasi 61,46 37,5 % 62,5 %

27
2

Keterangan :
T : Tuntas
TT: Tidak Tuntas

Tabel 7. Frekuensi Nilai Awal Siswa


Nilai Jumlah Siswa Persentase
1 – 10 0 0%
11 – 20 0 0%
21 – 30 0 0%
31 – 40 3 12,5%
41 – 50 6 25%
51 – 60 6 25%
61 – 70 3 12,5%
71 – 80 2 8,3%
81 – 90 4 16,7%
91 - 100 0 0%

Gambar 1. Grafik Frekuensi Nilai Awal Siswa

6
5
4
3
2
Jumlah

1
0

S
C

Nilai
2

Dari grafik di atas dapat terlihat hasil evaluasi mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) kompetensi dasar memahami kegiatan jual beli di
lingkungan rumah dan sekolah kelas III SD Negeri 2 Jetaksari. Sebelum
kegiatan perbaikan pembelajaran dari 24 siswa yang mendapat nilai 31-40
sebanyak 3 siswa, yang mendapat nilai 41-50 sebanyak 6 siswa, yang
mendapat nilai 51-60 sebanyak 6 siswa, yang mendapat nilai 61-70 sebanyak
3 siswa, yang mendapat nilai 71-80 sebanyak 2 siswa, dan yang mendapat
nilai 81-90 sebanyak 4 siswa.

SIKLUS I
Pada proses perbaikan pembelajaran siklus I ini ada beberapa hasil
penilitian yang dapat peneliti kemukakan mulai dari rencana, pelaksanaan,
pengamatan sampai dengan proses refleksi.
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan peneliti melakukan identifikasi masalah dan
perumusan masalah sebagai acuan untuk membuat rencana perbaikan
siklus I yaitu menggunakan metode diskusi kelompok. Dalam
perencanaan, peneliti telah menyusun lembar observasi sebagai panduan
observer serta merancang dan menyusun tes formatif.

2. Pelaksanaan
Perbaikan pembelajaran siklua I dilaksanakan pada tanggal 10
Februari 2014, materi yang diajarkan adalah kegiatan jual beli di
lingkungan rumah dan sekolah dengan menggunakan rencana perbaikan
pembelajaran siklus I sebagai terlampir. Proses pembelajaran diawali
dengan apersepsi dan diakhiri tes formatif. Dari hasil tes formatif dapat
dilihat atau dianalisis hasilnya untuk menentukan apakah upaya
perbaikan pembelajaran berhasil atau tidak. Dari hasil pelaksanaan
rencana perbaikan pembelajaran siklus I dapat diketahui bahwa dari 24
siswa, 14 siswa atau 58% telah tuntas(memenuhi KKM). Tetapi masih
ada 10 siswa atau 42% yang belum tuntas atau belum memenuhi KKM.
3

Dari tes formatif siklus I dapat juga diketahui bahwa nilai yang
dicapai siswa adalah nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 100. Sedangkan
nilai rata-rata 70. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbaikan
pembelajaran siklus I yang menitik beratkan guru dan siswa
menggunakan metode diskusi kelompok telah mengalami peningkatan
dibanding sebelum perbaikan yaitu dengan rata-rata 61,46. Karena pada
siklus I indikator keberhasilan belum tercapai yaitu 80%, maka peneliti
melanjutkan pada siklus II. Adapun perolehan hasil perbaikan
pembelajaran siklus I adalah sebagai berikut :
Tabel 8. Daftar Nilai Siswa siklus I
Ketuntasan
NO Nama Siswa KKM Nilai T TT
1 Bayu Edo Afianto Wibowo 65 55 √
2 Eva Yuliyanti 65 65 √
3 Lailatul Fitriani 65 70 √
4 Adya Dwi Regita Cahyani 65 85 √
5 Ahmad Dani 65 50 √
6 Ahmad Masnun 65 90 √
7 Apriliya Sinta Dewi 65 60 √
8 Ega Kurniawan 65 55 √
9 Evi Dwiwijiprayana 65 95 √
10 Feri Alfian Yahya 65 70 √
11 Intan Puspitasari 65 70 √
12 Mahbib Abdullah Afif 65 65 √
13 Mohammad Reza Nurul Amin 65 90 √
14 Muhammad Nur Fauzi 65 60 √
15 Nezha Aurora Mahartika 65 50 √
16 Oktavia Irmawati 65 60 √
17 Randy Oktovian Wardhana Putra 65 80 √
18 Rizky Kurniawan Saputra 65 55 √
19 Santo Ade Rovii 65 50 √
20 Sindu Try Biantoko 65 80 √
21 Siti Novi Ana Rohmah 65 100 √
22 Tara Aprilia 65 100 √
23 Wahyu Wicaksono 65 50 √
24 Wulan Rahmadhani 65 75 √
Jumlah 1680 14 10
Presentasi 70 58 % 42%
Keterangan :
T : Tuntas
TT: Tidak Tuntas
3

Tabel 9. Frekuensi Nilai Siswa Siklus I


Nilai Jumlah Siswa Persentase
1 – 10 0 0%
11 – 20 0 0%
21 – 30 0 0%
31 – 40 0 0%
41 – 50 4 16,7%
51 – 60 6 25%
61 – 70 5 20,8%
71 – 80 3 12,5%
81 – 90 3 12,5%
91 - 100 3 12,5%

Gambar 2. Grafik Frekuensi Nilai Siswa Siklus I

6
5
4
3
2
Jumlah

1
0

S
C

Nilai

Dari grafik di atas dapat terlihat hasil evaluasi mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) kompetensi dasar memahami kegiatan jual beli
di lingkungan rumah dan sekolah kelas III SD Negeri 2 Jetaksari. Pada
perbaikan siklus I dari 24 siswa yang mendapat nilai 41-50 sebanyak 4
3

siswa, yang mendapat nilai 51-60 sebanyak 6 siswa, yang mendapat nilai
61-70 sebanyak 5 siswa, yang mendapat nilai 71-80 sebanyak 3 siswa,
yang mendapat nilai 81-90 sebanyak 3 siswa, dan yang mendapat nilai
91-100 sebanyak 3 siswa.

3. Pengamatan
Setelah perbaikan pembelajaran mata pelajaran IPS berlangsung,
aktifitas peneliti dan siswa diamati oleh supervisor yang berperan sebagai
pengamat.
Adapun hasil temuannya sebagai berikut :
1. Aktifitas guru
a. Pada awal pembelajaran guru mengadakan apersepsi
b. Guru telah menyajikan materi dan contoh soal dengan baik
c. Guru membentuk kelompok heterogen dan memberikan lembar
kerja
d. Pada saat diskusi dalam kelompok, guru telah membimbing
siswa namun kurang maksimal
e. Guru menyuruh masing-masing kelompok menyampaikan hasil
diskusi di depan kelas
f. Guru telah menyimpulkan materi
g. Pada akhir pembelajaran guru memberikan evaluasi
2. Aktifitas siswa
a. Siswa aktif menjawab pertanyaan saat apersepsi
b. Siswa kurang fokus memperhatikan penjelasan guru
c. Sebagian besar siswa kurang aktif dalam diskusi kelompok
d. Siswa aktif menyampaikan hasil diskusi
e. Pada akhir pembelajaran siswa aktif mengerjakan tes formatif

4. Refleksi
Dari proses pembelajaran siklus I, ada beberapa keberhasilan
pembelajaran yang dilakukan guru antara lain : menyampaikan tujuan
3

pembelajaran dengan baik, memanfaatkan alat peraga dengan baik,


menjelaskan materi dengan baik. Selain beberapa keberhasilan tersebut,
ada beberapa kekurangan pembelajaran yang dilakukan guru antara lain :
kurang membimbing siswa dalam pembelajaran, metode yang digunakan
belum sepenuhnya mengaktifkan siswa dalam pembelajaran, perhatian
guru belum tertuju pada seluruh siswa.

SIKLUS II
1. Perencanaan
Perencanaan tindakan pada siklus II didasarkan atas hasil refleksi
pada siklus I. Pada tahapan ini peneliti merancang rencana perbaikan
pembelajaran siklus II dengan berkolaborasi dengan teman sejawat.
Peneliti menyiapkan lembar observasi dan menggunakan media
pembelajaran agar hasilnya lebih maksimal.
2. Pelaksanaan
Dari proses analisis hasil evaluasi belajar siswa pada siklus I dapat
dikemukakan bahwa dari jumlah 24 siswa hanya 14 siswa yang telah
tuntas atau memenuhi KKM atau 58%. Selanjutnya peneliti
melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus II pada tanggal 17 Februari
2014 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit (1 x pertemuan). Dari proses
perbaikan pembelajaran siklus II bahwa dari 24 siswa ada 22 siswa yang
telah tuntas atau memenuhi KKM atau 91,7 %, sedangkan 2 siswa yang
masih belum tuntas atau nilanya kurang dari 65 yaitu 8,3%. Untuk
memperjelas hasil perbaikan siklus II dapat dilihat gambar berikut.
3

Tabel 10. Daftar Nilai Siswa siklus II


Ketuntasan
NO Nama Siswa KKM Nilai T TT
1 Bayu Edo Afianto Wibowo 65 60 √
2 Eva Yuliyanti 65 70 √
3 Lailatul Fitriani 65 80 √
4 Adya Dwi Regita Cahyani 65 100 √
5 Ahmad Dani 65 70 √
6 Ahmad Masnun 65 100 √
7 Apriliya Sinta Dewi 65 70 √
8 Ega Kurniawan 65 70 √
9 Evi Dwiwijiprayana 65 100 √
10 Feri Alfian Yahya 65 80 √
11 Intan Puspitasari 65 80 √
12 Mahbib Abdullah Afif 65 70 √
13 Mohammad Reza Nurul Amin 65 90 √
14 Muhammad Nur Fauzi 65 80 √
15 Nezha Aurora Mahartika 65 50 √
16 Oktavia Irmawati 65 70 √
17 Randy Oktovian Wardhana Putra 65 90 √
18 Rizky Kurniawan Saputra 65 70 √
19 Santo Ade Rovii 65 80 √
20 Sindu Try Biantoko 65 80 √
21 Siti Novi Ana Rohmah 65 100 √
22 Tara Aprilia 65 100 √
23 Wahyu Wicaksono 65 80 √
24 Wulan Rahmadhani 65 90 √
Jumlah 1930 22 2
Presentasi 80,42 91,7 % 8,3%
Keterangan :
T : Tuntas
TT: Tidak Tuntas
Tabel 10. Frekuensi Nilai Siswa Siklus II
Nilai Jumlah Siswa Persentase
1 – 10 0 0%
11 – 20 0 0%
21 – 30 0 0%
31 – 40 0 0%
41 – 50 1 4%
51 – 60 1 4%
61 – 70 7 29%
71 – 80 7 29%
81 – 90 3 13%
91 - 100 5 21%
3

Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa masih ada 2 siswa yang belum
memenuhi KKM atau nilai ketuntasan. Dari 24 siswa yang memperoleh
65 ada 7 siswa. Tetapi secara keseluruhan siswa sudah ada kemajuan.
Dari tabel di atas jika disajikan pada bentuk grafik, maka akan terlihat
sebagai berikut:
Gambar 3. Grafik Frekuensi Nilai Siswa Siklus II

7
6
5
4
3
Jumlah

2
1
0

S
C

Nilai

Dari gambar di atas bahwa hasil tes formatif pada pelaksanaan siklus
II mata pelajara Ilmu Pengetahuan Sosial dengan materi kegiatan jual
beli di lingkungan rumah dan sekolah siklus II kelas III semester 2 SD
Negeri 2 Jetaksari. Dari 24 siswa yang mendapat nilai 41-50 sebanyak 1
siswa, yang mendapat nilai 51-60 sebanyak 1 siswa, yang mendapat nilai
61-70 sebanyak 7 siswa, yang mendapat nilai 71-80 sebanyak 7 siswa,
yang mendapat nilai 81-90 sebanyak 3 siswa, sedangkan yang mendapat
nilai 91-100 sebanyak 5 siswa.
Berdasarkan hasil belajar siswa untuk mengukur penguasaan materi
IPS siklus II diperoleh hasil 24 siswa telah memenuhi batas ketercapaian
KKM (> 65) sehingga didapat presentase pencapaian KKM hasil belajar
91,7%, namun masih ada 2 siswa atau 8,3% siswa belum mencapai
3

KKM. Data tersebut menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar


IPS siswa dibanding siklus I dan telah memenuhi indikator pencapaian
keberhasilan sehingga tindakan kelas berhenti pada siklus II karena pada
siklus II proses penelitian telah mencapai indikator keberhasilan yang
direncanakan yaitu 80%.

3. Pengamatan
Dari pengamatan terhadap guru saat berlangsungnya proses
pembelajaran, diperoleh temuan sebagai berikut :
a. Guru sudah menggunakan alat peraga dengan baik
b. Guru sudah memberikan motivasi yang baik kepada siswa
c. Evaluasi yang disusun guru sudah sesuai dengan indikator
d. Guru banyak membimbing siswa dalam melakukan pengamatan
Dari pengamatan terhadap siswa saat berlangsungnya proses
pembelajaran diperoleh temuan sebagai berikut:
a. Motivasi dan minat siswa dalam proses pembelajaran bertambah
baik
b. Banyak siswa yang aktif dalam mengemukakan pendapat
c. Perhatian siswa terhadap penjelasan guru sudah baik
d. Fokus siswa selama pembelajar sudah baik sehingga tujuan
pembelajaran sudah tercapai

4. Refleksi
Setelah melaksanakan perbaikan siklus II pada tanggal 17 Februari
2014 materi kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah
diperoleh refleksi sebagai berikut:
a. Guru telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana
b. Siswa terlihat aktif dalam kegiatan pembelajaran
c. Proses pembelajaran sudah baik
d. Perbaikan pembelajaran siklus II sudah berhasil sebab hasil yang
dicapai sudah memenuhi kriteria ketuntasan.
3

Dalam hasil temuan dan refleksi pada perbaikan pembelajaran


tentang memahami kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan
sekolah diketahui adanya peningkatan hasil belajar siswa. Pada siklus
I nilai rata-rata siswa 70 sedangkan pada perbaikan siklus II nilai rata-
rata siswa 80. Hal ini membuktikan bahwa pada perbaikan
pembelajaran siklus II dapat meningkatkan pemahaman siswa.
Mengenai dua siswa yang mengalami kegagalan, dapat dikemukakan
bahwa tingkat kecerdasan kedua siswa tersebut di bawah rata-rata
sehingga wajar bila tidak mencapai tuntas belajar.

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


1. Pembahasan Siklus I
Sebelum program perbaikan dilaksanakan siswa kelas III semester 2
SD Negeri 2 Jetaksari kurang aktif dan kurang paham mengenai kegiatan
jual beli di lingkungan rumah dan sekolah. Hal ini disebabkan peneliti
tidak menggunakan media pembelajaran untuk menarik minat siswa.
Siswa beranggapan bahwa bahwa belajar Ilmu Pengetahuan Sosial
sangat sulit dan berakibat minat dan motivasi siswa rendah. Hal ini yang
kemudian menjadi perhatian peneliti untuk melakukan perbaikan pada
siklus I dari 24 siswa , 14 siswa yang mencapai ketuntasan, sedangkan
yang lainnya belum.

2. Pembahasan Siklus II
Dari hasil diskusi dengan teman sejawat, peneliti mengadakan
perbaikan pembelajaran siklus II. Pada siklus II ini peneliti merancang
pembelajaran dengan menitik beratkan pada penggunaan alat peraga
untuk menarik minat siswa dalam pembelajaran.
Berdasarkan refleksi dan data penemuan bahwa alat peraga
merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan pemahaman siswa.
Peningkatan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran dapat dilihat
3

pada perubahan ketuntasan disetiap pertemuan. Adapun peningkatan


hasil belajar siswa dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :
Tabel 12. Daftar Nilai Siswa Sebelum dan Sesudah Perbaikan

NO Nama Siswa KKMPra Siklus Siklus


Siklus I II
1 Bayu Edo Afianto Wibowo 65 55 55 60
2 Eva Yuliyanti 65 60 65 70
3 Lailatul Fitriani 65 60 70 80
4 Adya Dwi Regita Cahyani 65 75 85 100
5 Ahmad Dani 65 40 50 70
6 Ahmad Masnun 65 70 90 100
7 Apriliya Sinta Dewi 65 50 60 70
8 Ega Kurniawan 65 45 55 70
9 Evi Dwiwijiprayana 65 85 95 100
10 Feri Alfian Yahya 65 70 70 80
11 Intan Puspitasari 65 60 70 80
12 Mahbib Abdullah Afif 65 55 65 70
13 Mohammad Reza Nurul Amin 65 90 90 90
14 Muhammad Nur Fauzi 65 50 60 80
15 Nezha Aurora Mahartika 65 45 50 50
16 Oktavia Irmawati 65 40 60 70
17 Randy Oktovian Wardhana Putra 65 70 80 90
18 Rizky Kurniawan Saputra 65 50 55 70
19 Santo Ade Rovii 65 40 50 80
20 Sindu Try Biantoko 65 80 80 80
21 Siti Novi Ana Rohmah 65 90 100 100
22 Tara Aprilia 65 90 100 100
23 Wahyu Wicaksono 65 45 50 80
24 Wulan Rahmadhani 65 60 75 90
Jumlah 1475 1680 1930
Rata-rata 61,46 70 80,42
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa
sebelum perbaikan sebanyak 61,46, pada siklus I rata-rata hasil belajar siswa
sebanyak 70, dan pada siklus II rata-rata hasil belajar siswa sebanyak 80,42.
3

Grafik Persentase Hasil Belajar IPS


P
100
ersentase

50

Pra Siklus siklus I


Siklus II

Gambar 4. Grafik Persentase Peningkatan Hasil Belajar IPS Siswa


melalui Metode Diskusi Kelompok
Berdasarkan data hasil penelitian di atas mendukung diterimanya
hipotesis bahwa dengan menerapkan metode diskusi kelompok dan motivasi
belajar dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS
kompetensi dasar memahami kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan
sekolah pada siswa kelas III semester 2 SD Negeri 2 Jetaksari, Kecamatan
Pulokulon, Kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2013/ 2014.
4

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Setelah peneliti melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui siklus I dan
siklus II pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kompetensi dasar
memahami kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah pada siswa kelas
III semester 2 SD Negeri 2 Jetaksari Kecamatan Pulokulon Kabupaten
Grobogan, maka peneliti membuat kesimpulan dan saran sebagai berikut:

A. Simpulan
Dari hasil perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan dapat
disimpulkan:
1. Metode mengajar merupakan hal penting dalam proses pembelajaran.
Metode diskusi kelompok bila dilaksanakan dengan baik dan sungguh-
sungguh akan meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi yang
dipelajarinya.
2. Penggunaan alat peraga dapat menarik minat siswa untuk menguasai
materi yang dipelajari.
3. Motivasi guru untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam
pembelajaran sangat dibutuhkan.
4. Hasil perbaikan ini ditemukan siswa yang tuntas pada tahap pra siklus
sebesar 37,5%, kemudian siklus I meningkat menjadi 58%, dan pada
siklus II menjadi 91,7%.

B. Saran
1. Dalam mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial khususnya pada materi
memahami kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah
hendaknya menggunakan metode diskusi kelompok.
2. Alat peraga sangat diperlukan karena dengan alat peraga selain menarik
minat belajar siswa juga untuk membantu siswa menggambarkan
keterkaitan peristiwa yang terjadi pada kegiatan jual beli di lingkungan
rumah dan sekolah.
4

DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richardl. 1997. Classroom Instructional Management. New York: The


MC Graw-Hill company.

Damyati. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Dep.Pendidikan dan


Kebudayaan.

Hamalik. 1990. Psikologi Belajar. Bandung: Sinar Baru.

Joyce. 1992. Model Of Teaching. Boston: Allyn dan Bacon.

Rasyid, Harun dan Mansyur. 2008. Penilaian Hasil Belajar. Bandung : CV.
Wacana Prima.

Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT


Rineka Cipta.

Taruh, Enos. 2003. Konsep Diri dan Motivasi Berprestasi dalam Kaitannya
dengan Hasil Belajar Fisika. Gorontalo : IKIP Negeri Gorontalo.

Anda mungkin juga menyukai