Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Menurut Depdiknas dalam “Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
22, 23, dan 24 Tahun 2006” (2008:162) disebutkan bahwa Ilmu Pengetahuan
Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari Sekolah
Dasar (SD) sampai pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kosasi
Djahiri (Yaba, 2006:5) menyatakan bahwa IPS adalah merupakan ilmu
pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang ilmu sosial
dan ilmu lainnya serta kemudian diolah berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan
dan didaktif untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan.
Nursid Sumaatmadja (Supriatna, 2008:1) mengemukakan bahwa "Secara
mendasar pengajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan
segala tingkah laku dan kebutuhannya”.
Ilmu Pengetahuan Sosial berkenaan dengan cara manusia menggunakan
usaha memenuhi kebutuhan materinya, memenuhi kebutuhan budayanya,
kebutuhan kejiwaannya, pemanfaatan sumber yang ada dipermukaan bumi,
mengatur kesejahteraan dan pemerintahannya, dan lain sebagainya yang mengatur
serta mempertahankan kehidupan masyarakat manusia. Sedangkan Leonard
(Kasim, 2008:4) mengemukakan bahwa IPS menggambarkan interaksi individu
atau kelompok dalam masyarakat baik dalam lingkungan mulai dari yang terkecil
misalkan keluarga, tetangga, rukun tetangga atau rukun warga, desa/ kelurahan,
kecamatan, kabupaten, provinsi, Negara dan dunia. Jadi disimpulkan bahwa
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah cabang disiplin-disiplin ilmu sosial
menjadi salah satu bidang studi yang mempunyai peranan penting dalam
pendidikan.
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu pelajaran yang
wajib dipelajari siswa sehingga pembelajaran Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial mempunyai kedudukan yang penting. Dalam proses pembelajaran
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial setiap siswa selalu diarahkan agar menjadi
siswa yang mandiri, dan untuk menjadi mandiri seseorang harus belajar, sehingga
dapat dicapai suatu kemandirian belajar. Menurut Jacob Utomo (2000: 108)
kemandirian adalah mempunyai kecenderungan bebas berpendapat, kemampuan
diri sendiri untuk menyelesaikan suatu masalah secara bebas, progresif, dan penuh
dengan inisiatif. Pendapat ini dapat diartikan bahwa seseorang yang mempunyai
kemandirian akan bertanggung jawab dan tidak tergantung kepada orang lain.
(Suharsimi, 2001:46). Kemandirian belajar Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
dapat diketahui melalui indikator kemandirian belajar yang dikemukakan oleh
Bernakib yang dikutip Mu’tadin (2002:1), yaitu memiliki hasrat bersaing untuk
maju, mampu mengambil keputusan dan inisiatif, memiliki kepercayaan diri yang
tinggi serta bertanggung jawab. Menurut Karnita (2006:1) kemandirian belajar
dapat diartikan sebagai suatu keadaan atau kondisi belajar yang dilandasi dengan
kesadarannya sendiri, kemampuan sendiri, tanpa bergantung pada orang lain.
Kemandirian dalam belajar adalah aktivitas yang berlangsungnya lebih
didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri dan tanggung jawab sendiri dari
pembelajar (Dimyati, 1998:51). Siswa dikatakan telah mampu belajar secara
mandiri apabila telah mampu belajar sendiri tanpa ketergantungan dengan orang
lain. Kemandirian belajar seseorang sangat tergantung pada seberapa jauh
seseorang tersebut dapat belajar mandiri.Dalam belajar mandiri siswa berusaha
sendiri terlebih dahulu untuk belajar mempelajari serta memahami isi pelajaran
melalui media cetak atau buku pelajaran. Jika siswa mendapat kesulitan baru
siswa tersebut bertanya atau mendiskusikan dengan teman, guru, atau pihak lain
yang sekiranya berkompeten dalam mengatasi kesulitan tersebut. Siswa yang
mandiri akan mampu mencari sumber belajar yang dibutuhkan serta harus
mempunyai kreativitas inisiatif sendiri dan mampu bekerja sendiri dengan
merujuk pada bimbingan yang diperolehnya.
Berdasarkan hasil observasi pada siswa kelas V SD Negeri 02 Sindang Sari
Kecamatan Kotabumi Lampung Utara diketahui bahwa proses pembelajaran di
kelas masih menggunakan pembelajaran ekspositori, guru memberikan catatan,
menerangkan materi, memberikan contoh soal dan memberikan latihan soal
kepada siswa. Siswa mempunyai keluhan bahwa sering mengerjakan latihan soal
justru membuat mereka malas, sehingga kegiatan belajar-mengajar (KBM)
menjadi monoton dan kurang menarik perhatian. Di kelas juga tampak bahwa
siswa tidak berani bertanya ketika guru memberi kesempatan untuk bertanya.

Sesekali guru mengubah cara mengajarnya di antaranya dengan diskusi


kelompok. Pada saat proses pembelajaran dengan diskusi kelompok kerjasama
siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dapat membantu siswa yang
berkemampuan sedang dan rendah dalam memahami konsep yang dipelajari.
Akan tetapi, kerjasama ini tidak berjalan efektif karena siswa yang
berkemamapuan tinggi merasa dirugikan karena tidak mendapat penghargaan
atas kerjasama yang diberikan. Jika mereka belajar secara individu akan membuat
siswa yang pintar semakin pintar dan siswa yang kurang pintar semakin malas
belajar.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan


Sosial SD Negeri 02 Sindang Sari Kecamatan Kotabumi Lampung Utara
mengenai hasil belajar IPS kelas V diketahui bahwa nilai ujian semester ganjil
tahun 2018/2019 dari 21 siswa kelas tersebut belum memenuhi Standar
Ketuntasan Belajar Minimum (SKBM) yang ditetapkan sekolah lebih besar atau
sama dengan 65. Oleh karena itu, dicari jalan keluar untuk mengatasi masalah
tersebut, sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, aktif,
kreatif, dapat kerjasama dan membangun daya pikir yang optimal. Untuk itu
melalui penelitian ini akan diterapkan pembelajaran kooperatif tipe Student Team
Achievement Division (STAD) yang menekankan pada aktivitas dan intraksi di
antara siswa untuk saling memotivasi, saling membantu dalam mengusai materi
pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Diharapkan hasil belajar IPS
siswa kelas V SD Negeri 02 Sindang Sari Kecamatan Kotabumi Lampung Utara
dapat meningkat.

1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah penelitian ini
adalah:
a. Hasil belajar belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal
b. Siswa pasif dalam pembelajaran yang berlangsung di kelas
c. Dalam pembelajaran guru masih menggunakan metode ekspositori.
d. Guru masih mendominasi pembelajaran tanpa memberi kesempatan kepada
siswa untuk bertanya akan hal yang belum dipahaminya

2. Analisis Masalah
Melalui diskusi dengan supervisor diketahui bahwa faktor penyebab
kurangnya motivasi dan hasil belajar siswa dalam menguasai materi yang
diajarkan adalah:
a. Penjelasan guru terlalu abstrak,
b. Kurangnya contoh dan latihan tanya jawab,
c. Kurangnya perhatian siswa ketika pembelajaran berlangsung
d. Tidak menggunakan metode yang tepat

3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah


Berdasarkan identifikasi dan analisis masalah maka diperlukan suatu
alternatif yang menjadi prioritas pemecahan masalah yaitu pembelajaran
kooperatif tipe STAD (Student Time Achievement Division) sebagai upaya
menigkatkan hasil belajar ilmu pengetahuan social siswa kelas V SD Negeri 02
Sindang Sari Tahun Pelajaran 2018/2019.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement
Division) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V Sekolah Dasar
Negeri 02 Sindang Sari Kecamatan Kotabumi Lampung Utara Tahun
Pelajaran 2018/2019
2. Bagaimana cara pelaksanaan model pembelajaran STAD (Student Team
Achievement Division) dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas V
Sekolah Dasar Negeri 02 Sindang Sari Kecamatan Kotabumi Lampung Utara
Tahun Pelajaran 2018/2019
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar
dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial melalui penerapan strategi
pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division) pada siswa kelas V
SD Negeri 02 Sindang Sari Kecamatan Kotabumi Lampung Utara Tahun
Pelajaran 2018/2019.

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bagi siswa, memberdayakan siswa untuk belajar secara mandiri dalam
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan meningkatkan rasa percaya diri,
tanggung jawab serta inisiatif siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
Bagi guru, memberikan wacana mengenai pentingnya kemandirian belajar siswa
dan memberdayakan guru dalam rangka meningkatkan kemandirian belajar siswa
dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial serta mensosialisasikan salah satu
strategi pembelajaran yaitu Student Team Achievement Division agar dapat
dikembangkan oleh para guru.Bagi peneliti, memberikan kesempatan untuk
melihat secara langsung masalah-masalah yang dihadapi siswa dan guru dalam
proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan memberikan pengalaman dan
pengetahuan mengenai hasil penerapan strategi pembelajaran Student Team
Achievement Division.

Anda mungkin juga menyukai