BAB I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
dipengaruhi oleh pemikiran studi sosial di Amerika Serikat. Hal ini dikarenakan
negara Amerika Serikat yang kita anggap sebagai salah satu negara yang memiliki
tersebut. National Council for the Social Studies (NCSS) adalah lembaga yang
mewadahi dan mendukung gagasan tentang IPS melalui karya -karya maupun
penelitian akademis yang disusun oleh para pakar sosial . Karya - karya akademis
program pengajaran atau mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang
ilmu ekonomi, dan ilmu sosiologi) dan humaniora (aspek norma, nilai, bahasa,
pada diri seseorang namun IPS perlu dipelajari dan diajarkan kepada peserta
didik. Hal ini dikarenakan pengetahuan sosial alamiah itu belum cukup mengingat
kehidupan masyarakat dengan segala persoalannya itu makin berkembang. Untuk
yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan kepedulian sosial, yang
berguna bagi dirinya sendiri serta bagi masyarakat dan negara”. Untuk
merealisasikan tujuan ini maka proses pembelajaran IPS tidak hanya menekankan
melainkan meliputi juga aspek akhlak (afektif) dalam menghayati serta menyadari
terkandung dalam Pancasila. Guru IPS di SD perlu memiliki wawasan tujuan dan
pembelajaran
sekolah pada umumnya dapat fleksibel untuk memilih kurikulum yang sesuai
pandemi sehingga pelajaran dapat tersampaikan secara maksimal dan tetap efektif
terhadap siswa. Pandemi COVID 19 memberikan efek yang sangat besar terhadap
siswa, karena siswa hanya mendapat pelajaran melai media daring (dalam
jaringan), luring (luar jaringan) dan tidak bisa melaksanakan tatap muka di
sekolah. Kondisi ini mengharuskan siswa untuk dapat memahami secara mandiri
(self) maupun terbimbing (guided) jarak jauh setiap materi yang diberikan
berulang – ulang dan terstruktur dapat disimpulkan bahwa dalam belajar IPS
peserta didik masih banyak mengalami kesulitan bahkan masih banyak siswa yang
Ada banyak faktor yang mempengaruhi baik buruknya hasil belajar yang
diperoleh peserta didik. Sejalan dengan pendapat Daryanto dan Muljo Rahardjo
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor yang berasal dari dalam diri
peserta didik dibagi menjadi dua yaitu faktor psikologis dan fisiologis, sedangkan
faktor dari luar diri peserta didik meliputi lingkungan sekitar, guru, faktor sosial,
Salah satu faktor yang cukup mempengaruhi hasil belajar siswa adalah
pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Menurut Carol Ann Tomlinson, dkk
learning that can be affected by a numbr of factor including learning style”. Guru
perlu memerhatikan perbedaan yang ada pada siswa ,hal ini merupakan salah satu
antara siswa dan guru dimana siswa mencari kesimpulan yang diinginkan melalui
suatu urutan pertanyaan yang dilakukan oleh guru”. Pendapat Markaban mengenai
pengertian model Guided Discovery Learning pun sama halnya dengan pendapat
menurut Melani, Harlita dan Sugiharo (2012, hlm. 99), ”Guided discovery
melibatkan siswa belajar secara aktif dan mandiri dalam menemukan suatu konsep
Menurut Bandura (1977) self regulated learning adalah suatu usaha untuk
(yang tidak perlu membatasi pada isi akademik), dan memonitor serta
pada perencanaan yang hati-hati dan monitoring terhadap proses proses kognitif
dan afektif yang tercakup dalam penyelesaian tugas-tugas akademik yang berhasil
tugas-tugas yang sulit. Pada sisi lain SRL menekankan pentinganya inisiatif
karena SRL merupakan belajar yang terjadi atas inisatif. Siswa yang memiliki
dari pengelolaan diri dalam belajar, dimana melalui motivasi siswa akan
mengambil tindakan dan tanggung jawab atas kegiatan yang dilakukan (Smith,
2001).
Berdasarkan studi kasus diatas adalah alasan peneliti ingin mengambil judul bagai
manakah PENGARUH GUIDE DICOVERY LEARNING DAN SELF
REGULATED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR MATA
PELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR
b. Rumusan Masalah
kelas VI SD ?
c. Tujuan Penelitian
sebagai berikut:
kelas VI SD
d. Manfaat Penelitian
konsep IPS dan model pembelajaran guided discovey learning dan self
a. Bagi Guru
serta sebagai bahan masukan guru dalam mata pelajaran IPS pada
c. Bagi Sekolah
model guided discovey learning dan self regulated Learning dalam proses
d. Bagi Peneliti
pemahaman dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS kelas VI SDN
e. Asumsi
KAJIAN PUSTAKA
sebagai berikut: Model Discovery diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang
diceramahkan saja. Kemudian model Discovery learning dibagi menjadi dua jenis
pembelajaran penemuan atau Discovery Learning dibagi menjadi dua jenis, yaitu
antara siswa dan guru dimana siswa mencari kesimpulan yang diinginkan melalui
suatu urutan pertanyaan yang dilakukan oleh guru”. Pendapat Markaban mengenai
pengertian model Guided Discovery Learning pun sama halnya dengan pendapat
menurut Melani, Harlita dan Sugiharo (2012, hlm. 99), ”Guided discovery
siswa”.
siswa belajar secara aktif dan mandiri dalam menemukan suatu konsep atau teori,
guru sebagai fasilitator dan pembimbing. Banyaknya bantuan yang diberikan guru
dan Suhana (2010, hlm. 77), “pelaksanaan ini dimulai dari pertanyaan inti, guru
dikemukakannya”.
d. Membantu memperjelas:
penemuannya.
5) verifikasi
6) generalisasi
Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan
hipotesis).
informasi).
8) Siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar, karena siswa berpikir dan
belajar. Kemandirian ini menekankan pada aktivitas dalam belajar yang penuh
tanggung jawab sehingga mampu mencapai hasil belajar yang lebih baik. self-
regulated learning adalah usaha individu yang dilakukan secara sistematis untuk
Keberhasilan belajar suatu individu ditentukan dua faktor yaitu internal dan
eksternal sebagaimana, belajar tidak hanya dikontrol oleh aspek eksternal saja
melainkan juga dikontrol oleh aspek internal yang diatur sendiri atau self-
usaha yang berhubungan dengan prestasi dan mengacu pada niat siswa untuk
akademis yang penting (Wolters, 2003). Pengelolaan diri dalam belajar sebagai
bentuk belajar dengan bergantung pada motivasi belajar mereka secara otonomi
dimiliki setiap siswa karena kemandirian belajar dapat menjadi salah satu faktor
Sejumlah pakar (Butler, 2002, Corno dan Mandinah, 1983, Corno dan
Winograd, 1998, Schunk dan Zimmerman, 1998, Wongsri, Cantwell, dan Archer,
namun semuanya memuat tiga karakteritik utama yang serupa, yaitu merancang
tujuan, memilih stategi, dan memantau proses kognitif dan afektif yang
jaringan asosiatif dalam suatu bidang tertentu, dan memantau serta meningkatkan
proses kognitif dan afektif dalam menyelesaikan 1suatu tugas akademik. Dalam
hal ini, SRL itu sendiri bukan merupakan kemampuan mental atau keterampilan
dan mengingat, mencari bantuan sosial, dan mereview catatan. Berkaitan dengan
menunjukkan SRL yang tinggi ketika belajar sains melalui internet, dan mereka
yang tinggi:
(1) cenderung belajar lebih baik dalam pengawasannya sendiri dari pada
efektif;
mendahului usaha untuk bertindak dan proses dalam menentukan tahap- tahap
bertindak dalam upaya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan pada fase
sebelumnya. Sedangkan pada fase self reflection meliputi proses yang terjadi
setelah individu melakukan usaha yang telah ditetapkan, dan pengaruh dari
pengetahuan berikutnya.
performa dan fase refleksi diri yang ketiganya membentuk siklus yang saling
terkait. Jika salah satu fase terganggu, maka fase lainnya ikut terganggu dan
tidak dapat berproses secara lancar.
melakukannya.
taktik dan strategi untuk menyelesaikan tugas) Dalam tahap ini taktik
memahami apa tujuan yang akan mereka raih ketika mereka membaca
tugas belajar.
mengganggu.
diperlukan.
Woolfolk.
C. Hasil Belajar
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………….
a. Pengertian Belajar
Belajar suatu kata yang sudah cukup akrab dengan semua lapisan
masyarakat. Bagi para pelajar atau mahasiswa kata “belajar“ merupakan kata-kata
yang tidak asing. Bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Belajar sebagai mana yang dikemukana oleh Sardiman (2003: 20), bahwa
sebagainya”. Belajar juga akan lebih baik kalau subjek belajar mengalami atau
melakukannya. Belajar suatu proses interaksi antara diri manusia (id-ego-super
ego) dengan lingkungan yang berwujud pribadi, fakta, konsep atau teori. Dalam
hal ini terkandung suatu maksud bahwa proses interaksi itu adalah: (1) proses
internalisasi ke dalam diri yang belajar, (2) dilakukan secara aktif, dengan segenap
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
lingkungannya.
Sudjana (2009: 28), memandang belajar suatu proses yang ditandai dengan
adanya perubahan dari seseorang, perubahan sebagai hasil dari proses belajar
dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti 2 Model & Metode Pembelajaran
individu yang belajar. “Belajar dipandang sebagai suatu proses, suatu kegiatan
dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi
lebih luas dari itu, yaitu mengalami. Belajar adalah suatu proses perubahan
tingkah laku pada diri seseorang tidak dapat dilihat namun dapat ditentukan,
apakah seseorang telah belajar atau belum dengan membandingkan kondisi
raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
suatu hasil yang baru atau penyempurnaan terhadap hasil yang telah diperoleh dan
terjadi selama jangka waktu tertentu. Jadi belajar merupakan proses perubahan
Sedangkan pengertian belajar oleh para ahli antara lain sebagai berikut:
pendidik dengan peserta didik yang dilakukan secara sadar, terencana baik
didik. Belajar untuk disekolah dasar berarti interaksi antara guru dengan
siswa yang dilakukan secara sadar dan terencana yang dilaksanakan baik
membelajarkan siswa atau peserta didik. Tutor yang mengajar dan peserta
didik yang belajar. Perpaduan dan kedua unsur manusiawi ini lahirlah
dua arah antara guru dengan peserta didik agar suasana pembelajaran
guru (teacher center) sebagai sumber belajar, bukan berpusat pada siswa
dalam kelas sedangkan siswanya hanya pasif. Peran guru sebagai seorang
hasil belajar.
tingkah laku pada orang dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi
mengerti, dan dari belum mampu kearah sudah mampu. Hasil belajar akan tampak
pekerti, dan sikap. Seseorang yang telah melakukan perbuatan belajar maka akan
terlihat terjadinya perubahan dalam salah satu atau bebarapa aspek tingkah laku
laku sebagai hasil belajar dirumuskan dalam bentuk kemampuan dan kompetensi
yang dapat diukur atau dapat ditampilkan melalui performance siswa. Istilah-
istilah tingkah laku dapat diukur sehingga menggambarkan indikator hasil belajar
dan lain sebagainya. Menurut Hamalik dalam Jihad dan abdul (2010: 15) tujuan
belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah
dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa. Menurut
process):
multi metode dan multi media yang dipakai guru ataukah terbatas kepada
Sekolah
laboratorium balajar ataukah kelas yang hampa dan miskin dengan sarana
yang optimal.
Adapun hasil belajar menurut Bloom dalam Purwanto (2007: 45) yang
menggolongkan kedalam tiga ranah yang perlu diperhatikan dalam setipa proses
belajar mengajar. Tiga ranah tersebut adalah ranah kognitif, efektif, dan
belajar yang berhubungan dengan sikap, nilai-nilai, perasaan, dan minat. Ranah
psikomotor mencakup hasil belajar yang berhubungan dengan keterampilan fisik
atau gerak yang ditunjang oleh kemampian psikis. Hasil belajar yang
kemampuan minat atau emosi (afektif) dan kemampuan motorik halus dan kasar
b. Ciri-Ciri Belajar
Dari semua pengertian tentang belajar, sangat jelas pada kita bahwa belajar
tidak hanya berkenaan dengan jumlah pengetahuan tetapi juga meliputi seluruh
perubahan perilaku pada diri individu. Perubahan tersebut tidak hanya pada aspek
pengetahuan atau kognitif saja tetapi juga meliputi aspek sikap dan nilai (afektif)
serta keterampilan (psikomotor). Kedua, perubahan itu harus merupakan buah dari
pengalaman. Perubahan perilaku yang terjadi pada diri individu karena adanya
interaksi antara dirinya dengan lingkungan. Interaksi ini dapat berupa interaksi
fisik. Misalnya, seorang anak akan mengetahui bahwa api itu panas setelah ia
menyentuh api yang menyala pada lilin. Di samping melalui interaksi fisik,
memandang cahaya yang menyilaukan atau keluar air liur pada saat mencium
perilaku karena faktor kematangan tidak termasuk belajar. Seorang anak tidak
Perubahan perilaku akibat obat-obatan, minuman keras, dan yang lainnya tidak
dapat dikategorikan sebagai perilaku hasil belajar. Seorang atlet yang dapat
melakukan lompat galah melebihi rekor orang lain karena minum obat tidak dapat
Istilah prestasi belajar terdiri dari dua kata, yaitu prestasi dan belajar.
Istilah prestasi di dalam Kamus Ilmiah Populer didefinisikan sebagai hasil yang
telah dicapai. Menurut Noehi Nasution, menyimpulkan bahwa “belajar dalam arti
luas dapat diartikan sebagai suatu proses yang memungkinkan timbulnya atau
berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil dari terbentuknya respons utama,
dengan syarat bahwa perubahan atau munculnya tingkah baru itu bukan
disebabkan oleh adanya perubahan sementara karena sesuatu hal” (Wahab, 2015).
Prestasi merupakan kumpulan hasil akhir dari suatu pekerjaan yang telah
dilakukan. Menurut Djamarah (2002: 19), “Prestasi adalah suatu kegiatan yang
adaptation);
yang terjadi dalam diri organisme (manusia dan hewan) disebakan oleh
banyaknya. Jadi, belajar dapat dipandang sebagai sudut dari berapa banyak materi
yang menunjukkan siswa telah belajar dapat diketahui sesuai dengan proses
mengajar. Ukurannya semakin baik mutu guru mengajar akan semakin baik pula
mutu perolehan pelaku belajar yang kemudian dinyatakan dalam skor. Adapun
pengertian belajar secara Kualitatif (tinjauan mutu), ialah proses memperoleh arti-
pelaku belajar. Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya
pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah- masalah yang
kini dan nanti akan dihadapi oleh pelaku belajar (Wahab, 2015, hal. 243).
maksimal dan tertinggi pada saat tertentu oleh seorang anak dalam rangka
(Purwanto, 1997).
Menurut (Djamaroh, 2002, hal. 231), “prestasi adalah hasil kegiatan usaha
belajar yang dinyatakan dalam bentuk, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat
mencerminkan hasil yang telah dicapai oleh setiap siswa”. Sementara Siti Pratini
berpendapat pestasi “adalah suatu hasil yang dicapai seseorang dalam melakukan
belajar adalah serangkaian dari kegiatan jiwa raga yang telah dilakukan oleh
seseorang dari suatu hasil yang telah dicapai sebagai perubahan dari tingkah laku
yang dilalui dengan pengalaman serta wawasan untuk bisa berinteraksi dengan
lingkungan yang menyangkut ranah kognitif, afektif dan psikomotorik yang telah
Setiap aktivitas yang dilakukan oleh seseorang tentu ada faktor yang
a. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri siswa sendiri faktor-
1) Kecerdasan (inlegensi)
Kecerdasan adalah kemampuan belajar yang di serati kecakapan
ini sangat di tentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu
berada antara satu anak dengan anak lainnya sehingga anak pada usia
kawan sebayanya. Oleh karena itu faktor intelegensi merupakan salah satu
atau diatas rata-rata maka secara potensi ia akan dapat memperoleh hasil
sangat penting bagi anak dlam usaha belajar. Intelegensi pada artinya
tepat.
2) Faktor jasmaniah atau faktor fisiologis
3) Sikap Sikap
benda dengan suka atau tidak suka atau acuh tak acuh. Sikap seseorang
Dalam diri siswa harus ada sikap yang positif (menerima) kepada sesama
siswa atau gurunya. Sikap positif ini akan menggerakannya untuk belajar.
Adapun siswa yang sikapnya yang negatif (menolak) kepada sesama siswa
4) Minat
Dapat dikatan minat itu terjadi karena perasaan senang pada sesuatu.
bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung di bidang itu.
Selanjutnya Slameto (dalam Hamdani, 2011) mengemukakan bahwa minat
5) Bakat
6) Motivasi
dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan
a. Faktor Eksternal
yaitu, guru, kepala sekolah, teman sekelas, rumah tempat tinggal siswa,
1) Keadaan keluarga
Keluarga yang sehat besar artinya besar artinya untuk pendidikan kecil,
kerja sama yang baik antara orang tua dan guu sebagai pendidik dalam
2) Keadaan sekolah
itu lingkukngan sekolah yang baik dapat mendorong siswa untuk belajar
Hubungan antara guru dan siswa yang kurang baik akan memengaruhi
tuntut untuk menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan dan memiliki
tingkah laku yang tepat dalam mengajar. Oleh karena itu, guru harus
menguasai bahan pelajaran yang sisajikan dan memiliki metode yang tepat
dalm mengajar.
3) Lingkungan masyarakat
pribadi anak sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak
rajin belajar, anak akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Dapat
kebiasaan-kebiasaan lingkungannya.
pada pelajaran dan dapat dilakukan dengan tes sebagai alat ukur. Menurut
M. Ngalim Purwanto (2009: 33-34), ada empat macam kegunaan tes yaitu:
Istilah IPS di Indonesia mulai dikenal sejak tahun 1970-an sebagai hasil
tersebut, IPS merupakan salah satu nama mata pelajaran yang diberikan pada
jenjang sekolah dasar dan menengah. Mata pelajaran IPS merupakan sebuah nama
mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran sejarah, geografi, dan ekonomi serta
pada tingkat pendidikan dasar dan menengah serta keterkaitannya dengan disiplin
ilmu-ilmu sosial dan disiplin ilmu pendidikan hingga lahirnya kesepakatan yang
dikeluarkan NCSS dengan Social Sciences as the Core of the Curriculum pada
to promote civic competence. Within the school program, social studies provides
studies is to help young people develop the ability to make informed and reasoned
bagi kepentingan publik sebagai warga negara dari beragam budaya dan
exclusively with the education of citizens” (Martorella, 1994: 6). Pembelajaran IPS
lebih terkait erat dengan pembelajaran warga, dapat kita simpulkan bahwa IPS
lebih banyak mempelajari tentang manusia baik yang ada dalam lingkungan
and modes of investigation from the social sciences, selected information from
dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik khususnya antara IPS untuk
sekolah dasar (SD) dengan IPS untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan IPS
ada yang berarti nama mata pelajaran yang berdiri sendiri, ada yang berarti
gabungan (integrated) dari sejumlah mata pelajaran atau disiplin ilmu, dan ada
yang berarti program pengajaran. Perbedaan ini dapat pula diidentifikasi dari
Menurut Sumaatmadja (2008: 9) IPS tidak lain adalah mata pelajaran atau
bidang-bidang ilmu sosial dan humaniora. Dengan kata lain, kajian-kajian IPS
2008: 9). Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah program pendidikan yang
memilih bahan pendidikan dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humanity (ilmu
pendidikan dan sejarah) yang diorganisir dan disajikan secara ilmiah dan
politik, hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar
dari aspek dan cabang ilmu-ilmu sosial. IPS atau studi sosial merupakan bagian
dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu sosial:
(fisik dan sosial). Isi atau materi IPS diambil dan dipilih dari bagian-bagian
usia siswa. Berpijak dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan:
1) mata pelajaran yang diajarkan pada peserta didik di tingkat sekolah Dasar dan
sosial.
dalam konteks tujuan tiap-tiap negara dalam pembelajaran IPS. Banyak tokoh-
tokoh yang berpendapat mengenai tujuan pendidikan IPS, yang pada dasarnya
Pendapat yang hampir sama oleh Stanley dan Nelson (dalam Ross, 2006:
21) mengemukakan sebagai berikut “They argue that the key element in the
dispute over the purpose of social studies in the school curriculum involves the
thinking. When cultural transmission is emphasized, the intent to use the social
content, behaviors, and values that reflect views accepted by the traditional,
dominant society.”
keterampilan (skill), sikap dan nilai (attitudes and values) yang dapat
berikut.
1. Pengajaran IPS ialah untuk mendidik para siswa menjadi ahli ekonomi,
Sifat warga negara yang baik akan lebih mudah ditumbuhkan pada siswa
peserta didik mengetahui bagaimana peran diri sendiri baik dalam keluarga
memerankan peranan orang lain, serta siap untuk menerima bentuk apapun
diambil dari rumpun ilmu sosial, seperti bidang ilmu sejarah, geografi, sosiologi,
antropologi, politik, ekonomi, psikologi dan filsafat yang dikonsep menjadi
anak didik menjadi warga negara yang baik berdasarkan Pancasila dan UUD
memahami masalah-masalah yang ada dalam lingkungan, baik yang berasal dari
lingkungan sosial yang membahas interaksi antar manusia, dan lingkungan alam
maupun sebagai anggota masyarakat. Selain itu, dapat berpikir kritis dan kreatif,
pelajaran IPS bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka
terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif
masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang
dengan kultur yang beragam, dan masyarakat demokratis di dunia yang saling
ketergantungan (Ellis, 1998: 8). Menurut Zamroni (2001: 11), arah pengajaran
tujuan substansif yang mendasar dari pengajaran Studi Sosial di sekolah ialah
Ruang lingkup bila merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya
subyek yang tercakup, maka dalam kajian ini ruang lingkup merupakan cakupan
materi IPS apa saja yang mesti diberikan dalam mata pelajaran ini. Dengan
mempelajari ruang lingkup materi IPS ini, anak diharapkan dapat diantarkan
menjadi generasi penerus masa depan dan berguna bagi kepentingan dirinya,
Dengan harapan itulah ruang lingkup materi mata pelajaran IPS untuk
sekarang.
Ruang lingkup materi dalam mata pelajaran IPS di sekolah dasar diawali
Berdasarkan ruang lingkup materi ini, maka kita mesti mulai mengenalkan
lingkungan yang paling dekat dengan anak yaitu keluarga sebagai satuan
kelompok yang paling kecil dan mendasar, yang terdiri dari ayah, ibu dan anak.
Keluarga inti (nuclear family) ini biasa juga disebut dengan segitiga abadi.
Keluarga merupakan wahana untuk dapat memantapkan adat istiadat yang ada di
lingkungan masyarakat kita yang mencakup sistem nilai budaya, sistem norma,
mempelajari dan mesti mampu menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan
adat-adat, sistem norma dan peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. Proses
ini dimulai sejak kecil, mulai dari keluarga berlanjut ke lingkungan sekitar.
Awalnya dengan meniru berbagai macam tindakan kemudian mulai mengerti dan
tertanam serta diinternalisasi dalam dirinya. Lalu, tindakannya itu menjadi suatu
pola yang mantap, dan norma yang mengatur tindakannya menjadi suatu
kebiasaan. Akan tetapi, ada juga individu yang dalam proses pembudayaan
(Soelaeman, 2005).
anggotanya, sebagai lembaga agama berfungsi meletakkan dasar iman dan takwa
lembaga yang bernilai dasar dan strategis membina serta mengembangkan sumber
daya manusia dalam menciptakan masyarakat adil, makmur, aman dan sentosa.
Lingkungan terdekat lain adalah rukun tetangga, rukun kampung, warga desa
aspeknya seperti yang terjadi dan dialami oleh keluarga sebagai kelompok sosial.
Namun demikian, sesuai dengan ukuran, karakter hubungan sosial dan fungsinya,
dari pengaruh aspek ruang, sejarah, norma dan nilai yang berlaku, serta pengaruh
karakternya yang berbedabeda, merupakan unsur ruang lingkup IPS lainnya yang
sangat menarik untuk diamati dan dipelajari. Demikian pula dengan
mulai dari tahap yang sederhana sampai tingkat modern, merupakan sisi lain dari
ruang lingkup IPS ini . Selanjutnya ruang lingkup IPS yang mesti diberikan pada
anak adalah tentang karakteristik keragaman dalam lingkup nasional dan regional
untuk memberikan wawasan anak tentang lingkungan yang lebih luas lagi.
informasi dewasa ini mau tidak mau memberikan kesempatan pada anak dalam
lainnya yang tidak hanya satu arah, melainkan secara timbal balik.
Proses interaksi sosial sekarang ini tidak lagi hanya terbatas pada aspek
budaya, melainkan telah meluas aspek-aspek lain seperti politik, dan terutama
ekonomi. Proses ini juga telah menembus batas-batas lokal dan regional sampai
ke tingkat global. Proses hubungan sosial dan interaksi sosial ini telah menjadi
proses globalisasi. Ruang lingkup IPS, tidak hanya terbatas pada kehidupan sosial
pada tingkat lokal dan regional, melainkan telah sampai pada tingkat global
walaupun mata pelajaran IPS ruang lingkup yang telah ditetapkan oleh
terkandung dalam pembelajaran IPS, sebab IPS sarat dengan nilai-nilai, seperti
nilai teoretis, nilai praktis, nilai edukatif dan nilai ketuhanan (Sumaatmadja, 1977:
45-49)
1. Nilai Teoritis
Membina peserta didik hari ini pada proses perjalanan diarahkan menjadi
SDM untuk hari esok. Oleh karena itu, pembelajaran IPS tidak hanya
melainkan lebih jauh dari itu yakni menelaah keterkaitan aspek kehidupan
sosial dengan yang lain. Peserta didik dibina dan dikembangkan daya
2. Nilai Praktis
lain. Dalam hal ini, nilai praktis disesuaikan dengan tingkat usia dan
3. Nilai Edukatif.
yaitu adanya perubahan perilaku sosial peserta didik ke arah yang lebih
pembelajaran IPS, tidak hanya terbatas pada kenyataan, fakta dan data
4. Nilai Ketuhanan
meningkatkan iman dan takwa kita kepada Tuhan Yang Maha Esa.
(Proses sistematis yang menekankan pada tujuan pembelajaran yang dicapai oleh
siswa). Senada dengan hal tersebut, Frazee dan Rudnitski (1995: 271)
in the teaching and learning process”. (Penilaian hasil belajar siswa telah
meningkatkan ke dalam suatu titik pusat antara guru dan proses pembelajaran).
Lebih lanjut, dikatakan “Assesment, however, is useful when used in the proper
aspek pendidikan, menurut Mitchell (dalam Frazee dan Rudnitski, 1995: 273)
dan siswa,
atau kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan- tujuan instruksional telah dapat
dicapai atau dikuasai oleh siswa dalam bentuk hasil-hasil belajar yang
diperlihatkannya setelah mereka menempuh pengetahuan belajarnya (proses
belajar mengajar)”.
Nasution (2005: 8), “Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan
baik yang menggunakan instrumen tes maupun nontes”. Jadi, maksud penilaian
adalah memberi nilai tentang kualitas sesuatu. Tidak hanya sekedar mencari
menjawab pertanyaan bagaimana atau seberapa jauh sesuatu proses atau suatu
hasil yang diperoleh seseorang atau suatu program. Lebih lanjut dikatakan Zainul,
dan Nasution (2001: 8) bahwa “Penilaian di sini diartikan sebagai padanan kata
memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar siswa atau ketercapaian
tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seseorang”. Dari beberapa pengertian
dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan,
Adapun pemilihan bentuk penilaian dapat berupa : penilaian tertulis (paper and
pencil test), hasil karya (product), unjuk kerja (performance), penugasan (project),
serta sesuai dengan ciri khas dari mata pelajaran yang bersangkutan (dalam hal ini
Senada dengan hal tersebut di atas Etin Solihatin dan Raharjo (2007: 43)
perluasan. Penekanan secara khusus diarahkan pada apa yang disebut sebagai
pengujian IPS). Perhatian dan penekanan lebih jauh, pada apa yang dinamakan the
day to day evaluation of children’s work (evaluasi hasil karya siswa)”. Dalam
evaluasi jenis ini, yang sangat ditekankan adalah aspek informalitas prosedural
antara formal tes dan nonformal tes dengan alat evaluasi tes dan nontes. Lebih
lanjut, dikatakan oleh Mulyasa (2006: 38) bahwa kompetensi yang harus dikuasai
peserta didik perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai, sebagai wujud
hasil belajar peserta didik yang mengacu pada pengalaman langsung. Penilaian
keterampilan, nilai dan sikap sebagai hasil belajar. Dengan demikian dalam
berikut:
kompetensi dasar.
kepada siswa untuk menunjukkan apa yang diketahui, yang dipahami, dan
mampu dilakukannya.
2004: 20).
BAB III
METODE PENELITIAN
GDL (X1)
SRL (X2)
A. Desain Penelitian
Langkah kedua adalah memberikan pretest (tes awal) yang sama pada
akhir) yang sama. Desain penelitian dapat dilihat pada tabel 3.1.
Keterangan:
C. Variabel Penelitian
1. Variabel Penelitian
dari variabel bebas manipulatif dan satu variabel terikat. Variabel bebas
learning diberi simbol X2. Pada variabel bebasnya diberi simbol Y yaitu
(X1) (X2)
prestasi mata
pelajaran IPS
(Y)
a. Variabel Dependen
bawah ini yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah
perlakuan/pembelajaran.
4. Simbol : Y
b. Variabel Independen
(Sugiyono, 2013:39).
Model Pembelajaran
pembelajaran.
2. Indikator : Kelas yang dikenai model Guided Discovery Learning
1. Populasi Penelitian
2. Sampel Penelitian
sebagai berikut :
Tahap I : Mendata Sekolah dengan meminta data dari dinas
tersebut adalah :
tersebut.
belajar peserta didik dalam belajar IPS sesuai dengan tujuan yang
harapan.
2. Waktu Penelitian
eksperimen penelitian ini secara lebih rinci dapat dilihat pada tahapan
berikut :
dengan metode tes dan metode angket. Dengan adanya pandemi Covid
1. Metode Tes
metode tes berguna untuk mengumpulkan data prestasi belajar pada mata
jawaban benar akan mendapat skor 1 dan setiap jawaban salah akan
mendapat skor 0.
2. Metode Angket
diberikan diberikan pula secara tertulis google doc . Dalam penelitian ini
minat belajar. Tiap-tiap butir item dalam angket minat belajar akan
berbentuk item positif dan item negatif dengan pilihan ganda dan 5
1. Sangat Setuju
2. Setuju
3. Ragu-ragu
4. Tidak Setuju
apabila peserta didik menjawab A akan diberi skor 5, B akan diberi skor
4, C akan diberi skor 3, D akan diberi skor 2 dan E akan diberi skor 1.
Sedangkan untuk tiap butir item negatif akan diberi skor sebaliknya. A
akan diberi skor 1, B akan diberi skor 2, C akan diberi skor 3, D akan
diberi skor 4 dan E akan diberi skor 5. Skala jenis likert merupakan
C. Instrumen Penelitian
tes dan angket. Instrumen tes berfungsi untuk memperoleh data tentang
akurat maka tes yang digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi
kriteria tes yang baik. Adapun langkah- langkah dalam penyusunan tes
sebagai berikut :
tujuan pembelajaran.
dinilai.
penyususunan angket.
sudah tersedia.
tertentu.
tiap butir item negatif akan diberi skor sebaliknya. A akan diberi
dilakukan uji coba. Tujuan dari pelaksanaan uji coba adalah untuk
sejauh mana suatu alat pengukur secara ajeg mengukur apa yang diukur
(Donald Ary, dkk. terj. Furqon, 2011:293). Setelah uji coba selesai maka
akan dilakukan analisis terhadap instrumen dan butir instrumen baik tes
Uji coba tes prestasi belajar IPS dilakukan sebanyak dua kali
dalam kurikulum 2013 (KD 3.3 dan KD 4.3). Dari masing-masing soal
yang diambil dari KD 3.3 dan 4.3 berjumlah 25 soal berbentuk pilihan
menit. Hasil dari analisis uji coba instrumen tes dijadikan pertimbangan
untuk memutuskan apakah butir soal dalam instrumen tes layak atau
1) Uji Validitas
tes.
dilakukan oleh guru mata pelajaran IPS. Alasan pemilihan guru sebagai
rekomendasinya terhadap isi atau materi yang ada di dalam instrumen tes
prestasi belajar IPS yang telah disusun. Setelah validitas isi kemudian
instrumen tes prestasi belajar IPS dilakukan uji coba untuk mendapatkan
Keterangan :
2) Uji Reabilitas
Alpha, dan jika dihitung dengan memakai rumus Alpha Cronbach adalah
sebagai berikut :
Dimana:
P = Indeks kesukaran
Dimana:
benar
dengan benar
= Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
Setelah data skor hasil uji coba diperoleh, diurutkan dari yang terbesar sampai
terkecil. Kemudian dari mulai urutan teratas diambil 27% sebagai kelompok atas
dan dari urutan paling bawah diambil 27% sebagai kelompok bawah. Sehingga
10 siswa.
nilai
no nilai kriteria kriteria
r nilai daya hasil
so validit hasil kesukar daya
tabel kesukaran pem uji
al as an pembeda
beda
1 0.270 0.329 tidak 0.88888888 mudah 0.3 CUKUP tidak
digunak
valid
9 an
0.94444444 digunak
2 .408* 0.329 valid 0.2
4 mudah JELEK an
0.83333333 digunak
3 .433** 0.329 valid 0.4
3 mudah CUKUP an
0.80555555 digunak
4 .569** 0.329 valid 0.6
6 mudah BAIK an
0.94444444 digunak
5 .581** 0.329 valid 0.2
4 mudah JELEK an
tidak
tidak
6 0.324 0.329 0.88888888 0.3 digunak
valid
9 mudah CUKUP an
0.80555555 digunak
7 .483** 0.329 valid 0.4
6 mudah CUKUP an
0.91666666 digunak
8 .589** 0.329 valid 0.3
7 mudah CUKUP an
0.80555555 digunak
9 .626** 0.329 valid 0.6
6 mudah BAIK an
0.66666666 BAIKSEKA digunak
10 .588** 0.329 valid 0.7
7 sedang LI an
tidak
tidak
11 0.282 0.329 0.91666666 0.2 digunak
valid
7 mudah JELEK an
digunak
12 .b 0.329 valid 0
1 mudah JELEK an
0.91666666 digunak
13 .568** 0.329 valid 0.3
7 mudah CUKUP an
0.77777777 digunak
14 .381* 0.329 valid 0.5
8 mudah BAIK an
0.72222222 BAIKSEKA digunak
15 .651** 0.329 valid 0.8
2 mudah LI an
tidak
tidak
16 0.216 0.329 0.55555555 0.5 digunak
valid
6 sedang BAIK an
0.83333333 digunak
17 .600** 0.329 valid 0.5
3 mudah BAIK an
digunak
18 .422* 0.329 valid 0.4
0.75 mudah CUKUP an
0.80555555 digunak
19 .683** 0.329 valid 0.6
6 mudah BAIK an
tidak
tidak
20 -0.087 0.329 0.91666666 -0.1 JELEKSEK digunak
valid
7 mudah ALI an
21 .783** 0.329 valid 0.80555555 mudah 0.7 BAIKSEKA digunak
6 LI an
0.97222222 digunak
22 .388* 0.329 valid 0.1
2 mudah JELEK an
tidak
tidak
23 0.215 0.329 0.97222222 0.1 digunak
valid
2 mudah JELEK an
0.83333333 digunak
24 .509** 0.329 valid 0.3
3 mudah CUKUP an
0.86111111 digunak
25 .544** 0.329 valid 0.3
1 mudah CUKUP an
0.69444444 BAIKSEKA digunak
26 .431** 0.329 valid 0.9
4 sedang LI an
digunak
27 .b 0.329 valid 0
1 mudah JELEK an
0.41666666 digunak
28 .439** 0.329 valid 0.4
7 sedang CUKUP an
1. Uji Validitas
keseluruhan isi hal yang akan diukur, sehingga validitas tidak dapat
ditentukan suatu kriteria, sebab tes itu sendiri adalah kriteria dari suatu
masing butir angket yang telah disusun cocok atau relevan dengan
Selain itu dilakukan juga uji validitas isi dan validasi terhadap
yang sudah berpengalaman. Alasan peneliti memilih guru IPS dan guru
guru IPS dan guru bimbingan konseling lebih mengetahui dan mengenal
minat belajar dari peserta didik. Hal ini sesuai dengan pendapat
Setelah uji validitas dan uji validasi butir angket dilakukan maka
butir angket yang baik maka akan menggunakan bantuan program SPSS
26.
2. Uji Reliabilitas
Alpha, dan jika dihitung dengan memakai rumus Alpha Cronbach adalah
sebagai berikut :
Keterangan :
yang meliputi analisis deskriptif, uji asumsi atau uji prasyarat analisis, dan
uji hipotesis.
luas.
uji korelasi, belum tentu melakukan uji regresi (Nanang, 2010: 163).
windows).
1) Uji Normalitas
2) Uji Multikoliniaritas
1), maka koefisien regresi dari variabel bebas tidak dapat ditentukan
sebagai berikut:
3) Uji Heteroskedastisitas
hasil korelasi lebih kecil dari 0,05 (5%) maka persamaan regresi
16).
4) Uji Autokorelasi
Auto korelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
Keterangan:
a : bilangan
konstan b1,b2,…,bk :
: variabel
independen
x1 : budaya organisasi
x2 : lingkungan kerja
P (Y) = a + b1(BO)+b2(LO)
Keterangan:
P : Produktivitas
a : konstanta
3. Uji Hipotesis
a. Perumusan Hipotesis
Ho diterima jika :
b. Fhitung≥ Ftabel maka Ho ditolak dan Ha diterima hal ini berarti terdapat
apakah suatu variabel bebas berpengaruh atau tidak terhadap variable terikat
1) Perumusan hipotesis
H0 = B1 = 0 Ha = B1 ≠ 0
H0 = B2 = 0 Ha = B2 ≠ 0
2) Menentukan daerah kritis
Keterangan :
t = nilai uji t
r = koefisien relasi r
2= koefisien determinasi
Ho diterima jika nilai thitung < ttabel atau nilai sig > α
.( )
Keterangan:
: variansi gabungan
2) Kriteria keputusan
ditolak jika ( ).
test berbantuan software SPSS 21. Kriteria keputusan yang diambil yaitu