NURADILAH
H0316359
SULAWESI BARAT
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki kodrat untuk
selalu membutuhkan satu dengan yang lain, dan saling bersama serta mampu
menyesuaikan terhadap lingkungannya. Secara harfiah dan kebutuhan, manusia
tidak dapat hidup tanpa bantuan dari orang lain. Dan dalam kondisi apapun
manusia mampu memenuhi adaptasi dengan lingkungannya. Namun, manusia
juga harus mampu mandiri dan beradaptasi dengan lingkungannya.
Mengenai mandiri, biasanya di tanamkan pada diri seorang anak sejak
kecil, dengan bermaksud tidak selalu tergantung pada orang lain. Kalau kata
mandiri, kita acukan kepada peserta didik, melainkan anak akan merasa jauh dan
jenuh karena pada masa anak–anak masih di perlukannya pendekatan. Namun
sebaliknya, penyesuaian diri peserta didik maka harus mampu beradaptasi secara
tepat terhadap lingkungannya, padahal prospeknya memerlukan proses.
Kemandirian dan penyesuaian peserta didik, menunjukan sikap anak untuk tidak
selalu terpaku pada guru sekolah atau lingkungan sekolah melainkan juga di luar
sekolah. Dalam hal ini, seorang anak diharapkan memperoleh suatu perubahan
tingkah laku dalam proses belajarnya.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sardiman (2007) bahwa belajar
pada hakekatnya adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang yang
menghasilkan perubahan tingkah laku pada dirinya sendiri, baik dalam bentuk
pengetahuan dan keterampilan baru, dalam bentuk sikap dan nilai yang positif.
Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik.
Di dalam proses pembelajaran ini manusia melakukan aktivitas mental atau psikis
yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai dan
sikap. Didalam pembelajaran akan terdapat beberapa komponen meliputi:
1. Tujuan
2. Materi/bahan ajar
3. Metode
4. Media evaluasi, pesertadidik/siswa serta adanya pendidik/guru.
(Riyana, 2019).
Kemandirian belajar menuntut siswa untuk aktif baik sebelum dan sesudah proses
pembelajaran berlangsung. Siswa yang mandiri akan mempersiapkan materi terlebih
dahulu terkait apa yang akan dipelajari dan setelah proses belajar berlangsung maka siswa
akan belajar kembali mengenai materi yang sudah disampaikan dengan cara membaca
atau berdiskusi.
Sa’diyah (2017) mengungkapkan bahwa kemandirian merupakan sikap yang
diperoleh secara kumulatif melalui proses yang dialami seseorang dalam
perkembanganya, dimana dalam proses menuju kemandirian, individu belajar
untuk menghadapi berbagai situasi dalam lingkungan sosialnya sampai ia mampu
berfikir dan mengambil tindakan yang tepat dalam mengatasi setiap situasi.
Aktivitas bersama membantu siswa untuk tindakan cara berfikir dan bersikap di
masyarakat menjadikan sebagai cara semdiri, Berpikir logis adalah proses
mencapai kesimpulan menggunakan penalaran secara konsisten.
Pembelajaran mandiri yaitu salah satu strategi pembelajaran pendidikan
kesetaraan yang dilakukan secara individu maupun kelompok diluar pembelajaran
tatap muka ataupun tutorial. Hubungan dalam proses pembelajaran, peserta didik
yang berusaha mandiri belajar dan berpikir logis akan mempunyai prestasi belajar
biologi baik, dengan ketekunan dan kedisiplinan selalu menyiapkan peralatan
pembelajaran, mengumpulkan tugas tepat waktu dan mencatat penjelasan guru
serta selalu membuat rangkuman pelajaran, membuat siswa tidak patah semangat
dan selalu berusaha untuk mencapai lebih baik Misalnya dalam mengerjakan
suatu tugas tidak mencontek pekerjaan orang lain walaupun tugas yang sedang
dihadapinya tersebut sulit dan mencari sumber belajar yang lain seperti buku
untuk memahamipelajaran yang belum dimengerti sebelum bertanya kepada guru
saat proses belajar mengajar berlangsung (Putra, 2017).
Pelaksanaan pembelajaran mandiri mengacu kepada tahap persiapan yang
matang, pelaksanaannya terkordinir serta proses penilaian hasil secara akurat,
adapun beberapa aspek yang diukur dalam kemandirian belajar meliputi
pengelolaan diri (self-management), keinginan untuk belajar (desire for learning)
dan kontrol diri (self-control) sehingga peserta didik mampu mencapai standar
kompetensi yang diharapkan. Untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran
mandiri tersebut maka dibutuhkan rancangan untuk mempermudah tutor dalam
melakukan pembelajaran mandiri. Pembelajaran mandiri juga akan
memungkinkan peserta didik dalam mengatur proses belajar dalam bentuk
inisiatif diri, mandiri pengaturan diri dan ekspolarasi diri. Peserta didik yang
berusaha mandiri belajar dan berpikir logis dengan ketekunan dan kedisiplinan
selalu menyiapkan peralatan pembelajaran, mengumpulkan tugas tepat waktu dan
mencatat penjelasan guru serta selalu membuat rangkuman pelajaran akan
mempunyai prestasi belajar optimal (Handayani, 2013).
Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan oleh peneliti pada tanggal 22
september 2020 serta wawancara peserta didik SMA Negeri 1 Majene khususnya
kelas XI bahwa peserta didik terbiasa menunggu bantuann temannya ketika
mengalami kesulitan belajar biologi, tidak mengulangi materi yang belum
dikuasai, dan peserta didik mudah menyerah. Masih banyak peserta didik yang
tidak yakin pada kemampuan diri sendiri, kemudian sisiwa kurang belajar mandiri
dan dalam pembelajaran peserta didik jarang sekali diajak untuk menganalisis
suatu permasalahan sehingga menemukan sendiri solusinya. Kemudian hasil
wawancara yang dilaksanakan tanggal 23 September 2020 dari pendidik bahwa
prestasi belajar yang diperoleh pada saat pembelajaran Biologi Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran biologi di SMA Negeri 1
Majene adalah 75. Pada saat semester genap yang didapatkan dari prestasi belajar
mealui beberapa soal tes, kuis dan beberapa lainnya. Sedangkan rata-rata nilai
prestasi belajar peserta didik hanya mencapai ketuntasan minimal 75-100, saat
peserta didik sudah menyelesaikan ujian semester genap, peserta didik lebih
mengutamakan belajar kelompok apalagi dimasa pandemic covid-19 peserta didik
dituntun lebih belajar mandiri masing-masing dan kebanyakan peserta didik yang
cara berpikirnya masing dalam tahap mengingat.
B. Identifikasi Masalah
1. Peserta didik cenderung belajar kelompok sehingga tidak menumbuhkan rasa
percaya diri dalam diri mereka serta berpikir pada saat mengerjakan soal-soal
pembelajaran biologi yang menyebabkan prestasi belajar peserta didik.
C. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
a. Kemandirian belajar dan berpikir logis pada pembelajaran biologi kelas XI
SMA Negeri 1 Majene
b. Prestasi belajar biologi siswa kelas XI SMA Negeri 1 Majene setelah
menghubungkan kemandirian belajar dan berpikir logis
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana hubungan berpikir logis terhadap prestasi belajar biologi siswa
kelas XI IPA SMA Negeri 1 Majene ?
b. Bagaimana hubungan berpikir logis dan kemandirian belajar terhadap prestasi
belajar biologi siswa kelas XI IPA SMANegeri 1 Majene?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui hubungan berpikir logisterhadap prestasi belajar biologi
siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Majene ?
2. Untuk mengetahui hubungan kemandirian belajar dan berpikir logis terhadap
prestasi belajar biologi siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Majene?
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Menjadikan sumber inspirasi dalam melakukan penelitian selanjutnya yang
lebih inovatif.
2. Bagi Siswa
Menjadikan pertimbangan dalam memilih kemandirian belajar dan cara
berfikir logis baik, yang mampu membawa perubahan positif bagi siswa, seperti
dalam hal meningkatkan motivasi belajar serta meningkatkan prestasi belajar.
3. Bagi Guru
Dengan adanya penelitian ini di harapkan guru mampu membantu siswa
dalam meningkatkan kemandirian belajar dalam diri siswa dan membantu siswa
untuk lebih selektif dalam selektif dalam memilih teman sebaya karena sangat
mempengaruhi prestasi belajar.
4. Bagi Orang Tua
Memberikan kesadaran bagi orang tua agar senantiasa memperhatikan dan
mengawasi pergaulan putra-putrinya serta memberikan cara beagar anak lebih giat
belajar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KAJIAN PUSTAKA
1. Kemandirian Belajar Peserta didik
a. Pengertian kemandirian belajar
Kemandirian Belajar berasal dari kata mandiri yang berarti berdiri sendiri,
yaitu suatu keadaan yang memungkinkan seseorang mengatur dan mengarahkan
diri sesuai tingkat perkembangannya. Kemandirian belajar adalah suatu aktivitas
belajar yang dilakukan siswa tanpa bergantung kepada orang lain baik teman
maupun gurunya dalam mencapai tujuan belajar yaitu menguasai materi atau
pengetahuan dengan baik dengan kesadarannya sendiri siswa serta dapat
mengaplikasikan pengetahuan dan menyelesaikan masalah-masalah dalam
kehidupan sehari-hari (Ningsi dan Arfanti, 2016).
b. Ciri-ciri Kemandirian Belajar
Menurut Maryam (2015), menyatakan bahwa; ada beberapa ciri-ciri
kemandirian belajar yaitu:
1) Adanya tendensi untuk berperilaku bebas dan berinisiatif, bersikap, dan
berpendapat
2) Adanya tendensi untuk percaya diri.
3) Adanya sifat original (keaslian) dan bukan sekedar meniru orang lain.
4) Adanya tendensi untuk mencoba diri.
c. Aspek-aspek Kemandirian Belajar
Menurut Mulyaningsih (2014), menyatakan bahwa; aspek-aspek
kemandirian belajar yang di indentifikasi meliputi yaitu:
1) Mencukupi kebutuhan sendiri
2) Mampu mengerjakan tugas rutin
3) Memiliki kemampuan yang inisiatif
4) Mampu mengatasi masalah
5) Percaya diri
6) Dapat mengambil keputusan dalam memilih
d. Dimensi Kemandirian Belajar
Menurut Tahar dan Enceng (2006) menyatakan bahwa; sintesis
kemandirian belajar terdapat dimensi pengelolaan belajar, tanggung jawab, dan
pemanfaatan berbagai sumber belajar, sebagai berikut.:
1) Dimensi pengelolaan belajar berarti peserta ajar harus mampu mengatur
strategi, waktu, dan tempat untuk melakukan aktivitas belajarnya seperti
membaca, meringkas, membuat catatan dan mendengarkan materi dari audio.
Pengelolaan belajar itu sangat penting. Peserta ajarlah yang secara otonom
menentukan strategi belajar yang digunakan, kapan ia menggunakan waktu
belajarnya, dan di mana ia melakukan proses pembelajarannya tanpa diperintah
oleh orang lain. Kemampuan mengelola proses pembelajaran dapat membantu
peserta ajar untuk berhasil dalam belajar.
2) Dimensi tanggung jawab berarti peserta ajar mampu menilai aktivitas,
mengatasi kesulitan, dan mengukur kemampuan yang diperoleh dari belajar.
Dalam belajar mandiri peserta ajar dituntut untuk memiliki kesiapan, keuletan,
dan daya tahan. Sehingga diperlukan motivasi belajar yang tinggi. Kesulitan
yang dialami dalam belajar harus mereka atasi sendiri dengan mendiskusikan
sesama peserta ajar dengan memanfaatkan sumber belajar yang terkait dengan
bahan ajar dan memperbanyak latihan soal yang dapat meningkatkan
pemahaman peserta ajar. Disamping itu, peserta ajar harus mengukur
kemampuan yang diperoleh dari hasil belajar bila hasil belajarnya tidak
memuaskan dengan memperbaiki cara belajar dan secara rutin mengerjakan
latihan soal.
3) Dimensi pemanfaatan berbagai sumber belajar berarti peserta ajar dapat
menggunakan berbagai sumber belajar seperti modul, majalah, kaset audio,
VCD, Computer Assested Instructional (CAI), internet, dan tutor. Peserta ajar
secara leluasa menentukan pilihan sumber belajar yang diinginkan. Kebebasan
peserta ajar dalam memilih berbagai sumber belajar diharapkan dapat
memperkaya pemahaman terhadap bahan ajar.
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar
Menurut Maryam (2015) menyatakan bahwa; kemandirian belajar sebagai
bagian dari kepribadian mempunyai faktor-faktor sebagai berikut :
1) Faktor kodratik, seperti umur, jenis kelamin, dan urutan kelahiran. Faktor
kodratik berkaitan dengan faktor dari dalam individu. Dari segi umur akan
mempengaruhi tingkat kemandirian belajar karena semakin bertambahnya
umur seseorang akan diikuti pula semakin tingginya tingkat kemandirian
belajarnya. Anak perempuan biasanya lebih lambat dibanding anak laki-laki
karena anak perempuan lebih banyak mendapat perlindungan dari orang
tuanya. Disamping itu, urutan kelahiran juga berpengaruh terhadap
kemandiriannya. Anak pertama akan lebih mempunyai sikap mandiri daripada
anak kedua dan seterusnya.
2) Faktor lingkungan, yang terbagi atas faktor tidak permanen yaitu peristiwa-
peristiwa penting dalam hidup seseorang yang mengakibatkan ketergantungan
kepribadian seseorang, misalnya kematian orang tua atau bencana alam, dan
faktor permanen seperti pendidikan dan pekerjaan. Lingkungan keluarga akan
mempengaruhi tingkat kemandirian dikarenakan pola asuh orang tua terhadap
anak. Perbedaan tingkat kemandirian belajar anak tergantung bagaimana pola
asuh orang tua terhadap anak. Sedangkan lingkungan sekolah dan masyarakat
juga turut menentukan tergantung pola kepemimpinan maupun pola kebiasaan
yang ada dalam lingkungan tersebut.
f. Indiktor Kemandrian Belajar
Mutmainnah (2019), menyatakan bahwa untuk mengetahui kemandirian
belajar seseorang, maka ada beberapa indikator yang dapat dijadikan sebagai tolak
ukur, yaitu sebagai berikut:
1) Disiplin: sikap menepati peraturan pelajaran yang ditetapkan.
2) Kepercayaan diri: ketenangan dalam berbicara, keikutsertaan dalam
berpendapat
3) Inisiatif: kemampuan untuk mengatur dan menyelesaikan masalah belajarnya.
4) Tanggung jawab: memiliki komitmen terhadap tugas belajarnya.
5) Motivasi: hastrat untuk mencapai hasil belajar yang baik, serta adanya
kebutuhan yang harus dipenuhiMemanfaatkan dan mencari sumber yang
relevan
6) Memilih dan menerapkan strategi belajar
7) Mengevaluasi proses dan hasil belajar
8) Self eficacy( konsep diri)
2. Berpikir Logis
a. Pengertian Berpikir Logis
Berpikir logis (penalaran), yaitu kemampuan menemukan suatu kebenaran
berdasarkan aturan, pola atau logika tertentu. Berfikir logis diajarkan dalam
konteks kebalikan, seperti besar dengankecil, panjang dengan pendek. Anak dapat
memahami satu macam ukuran dengan cara belajar konsep kebalikan, seperti
besar dulu barukecil. Kemudian barulah anak dapat membandingkan keduanya
(Kurniasari, 2018).
b. Syarat-syarat berfikir logis
Menurut Eka putri (2018), menyatakatakan bahwa ada 3 syarat pokok yang
harus dipenuhi berfikir logis yaitu:
1) Pemikiran harus berpangkal kenyataan
Suatu pemikiran yang meskipun jalan fikirannya logis bila tidak
berpangkal dari kenyataan atau dalil yang benar, tentu tidak akan menghasilkan
kesimpulan yang pasti. Jika titik pangkal suatu pemikiran tidak pasti, maka
kesimpulan yang ditarikpun tidak akan pasti, bahkan mungkin salah.
2) Alasan-alasan yang diajukan harus tepat dan benar
Ada hal-hal yang dapat dibuktikan hanya dengan menujukkan fakta atau
kenyataan, meskipun sering juga diperlukan dalam penelitian seksama. Tetapi
banyak hal yang dapat dibuktikan dengan suatu pemikiran yang merupakan
suatu rangkaian langkah-langkah yang disusun secara logis menjadi suatu jalan
pikiran.
3) Jalan pikiran harus logis untuk harus menarik suatu kesimpulan
Jika pangkal memang benar dan tepat, tetapi jalan pikiran (urutan langkah-
langkahnya) tidak tepat, maka kesimpulan juga tak tepat, tetapi jalan pikiran ini
mengenai hubungan antara pangkal (fakta), alasan-alasan (premis-premis ), dan
kesimpulan ditarik darinya.
c. Tahap-tahap Berfikir Logis
Menurut Indratin (2010) menyatakan bahwa; proses berfikir logis pada
pokoknya terdiri dari tiga tahap yaitu :
1) Tahap pembentukkan pengertian proses pembentukkan pengertian di mulai
dari pemahaman terhadap suatu objek. Orang yang tidak memahami suatu
objek tidak akan menarik suatu pengetian terhadap objek tersebut. Objek
tersebut dapat berupa benda-benda (orang), peristiwa-peristiwa dan fenomena-
fenomena atau persepsi yang diperoleh.
2) Tahap pembentukkan pengertian logis dapat dibentuk melalui empat langkah,
yaitu a) dengan cara menganalisis ciri-ciri dari sejumlah objek yang sejenis
Misalnya, jika kita membentuk pengertisn tentang manusia, kita harus
mengalisis ciri-ciri manusia itu; b) Dengan cara membanding-bandingkan ciri-
ciri yang telah diperoleh. Proses perbandingan ini untuk mengetahui ciri-ciri
yang sama dan ciri yang tidak sama, ciri-ciri yang selalu ada, dan tidak ada,
ciri-ciri yang hakiki dan yang tidak hakiki; c) dengan mengabstraksikan cara
ini dimasukkan untuk mengambil ciri-ciri yang mempunyai kesamaan sebagai
dasar untuk membentuk pengertian, berdasarkan ketiga langkah tersebut
ditarikanlah pengertian tentangobjek yang diamati
3) Tahap pembentukkan pendapat. Tahap ini merupakam kelamnjutan dari tahap
pembentukkan pengertian. Pada tahap pembentukkan pendapat, pengertian-
pengertian yang telah diperoleh pada tahap pertama di coba menghubung-
hubungkannya. Berdasarkan hubungan tersebut ditariklah suatu pendapat.
Pendapat yang dinyatakan dalam bahasa di sebut kalimat. Dengan demikian,
pada hakikatnya sebuah alinea adalah gabungan dari beberapa pendapat
karena dalam alinea atau paragraph terdapat beberapa kalimat.
4) Tahap penarikan kesimpulan. Pada tahap ini, diperolehnya suatu pendapat
bukan berarti kegiatan berfikir logis telah selesai, justru itulah inti kegiatan
berfikir logis dimulai, yaitu penarikan kesimpulan. Kesimpulan merupakan
pendapat akhir dari kegiatan logis. Dalam berfikir logis, penarikan kesimpulan
tersebut sesua di dengan teori yang dilakukan secara induktif, deduktif dan
analogi.
d. Indikator berfir logis
Mauliana sari (2010), menyatakan bahwa untuk mengetahui berfikir logis
seseorang, maka ada beberapa indikator yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur,
yaitu sebagai berikut:
1`) Menguraikan fakta dari suatu masalah.
2) Memilih gagasan yang tepat
3) Mengidentifikasi dan memeriksa hubungan antar hal dalam menyelesaikan
masalah.
4) Memeriksa dan menyelidiki masalah dari setiap sudut/ prespektif yang
berbeda.
3. PRESTASI BELAJAR
a. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar suatu usaha atau kegiatan anak untuk menguasai bahan-
bahan pelajaran yang diberikan guru di sekolah. Prestasi belajar adalah istilah
yang telah dicapai individu sebagai usaha yang dialami secara langsung. prestasi
belajar adalah hasil penilaian pendidik terhadap proses dan hasil belajar siswa
yang menggambarkan penguasaan siswa atas materi pelajaran atau perilaku yang
relatif menetap sebagai akibat adanya proses belajar yang dialami siswa dalam
jangka waktu tertentu (Syarif, 2012).
b. Pengukuran Tes Prestasi Belajar Biologi
Dalam dunia pendidikan, menilai merupakan salah satu kegiatan yang tidak
dapat ditinggalkan. Menilai atau mengukur prestasi belajar merupakan salah satu
dari komponen pembelajaran itu sendiri. Untuk menilai prestasi perlu dilakukan
pengukuran yaitu membandingkan sesuatu dengan ukuran. Pengukuran bersifat
kuantitatif (Syam, 2017).
Menurut Pianyta (2014) menyatakan bahwa; Untuk mengukur dan
mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar dapat dilakukan melalui tes prestasi
belajar. Tes prestasi belajar dapat digolongkan ke dalam jenis penilaian berikut
ini:
1) Tes formatif
Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan
tertentu dan bertujuan memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap
pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses
belajar mengajar bahan tertentu dalam waktu tertentu.
2) Tes submatif
Tes submatif ini meliputi sejumlah bahan pembelajaran tertentu yang telah
diajarkan, untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam
menentukan nilai rapor.
3) Tes sumatif
Tes ini diadakan untuk menukur daya serap siswa terhadap materi materi
yang telah diajarkan dalam waktu satu semester dan untuk menetapkan tingkat
atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam suatu periode belajar tertentu. Hasil
dari tes ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat (ranking)
atau sebagai ukuran mutu sekolah.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Arifayani (2014) menyatakan bahwa; faktor-faktor yang
menentukan pencapaian prestasi belajar adalah:
1) Faktor Internal
a) Kesehatan
Kesehatan jasmani dan rohani sangat mempengaruhi kemampuan belajar
seseorang. Bila seseorang selalu tidak sehat, sering sakit, dapat mengakibatkan
kurang bergairah untuk belajar. Jika kesehatan rohani kurang baik seperti
mengalami gangguan pikiran, adanya konflik maka juga akan mengganggu
semangat untuk belajar
2) Intelegensi dan bakat
Kedua aspek kejiwaan ini juga sangat berpengaruh terhadap kemampuan
belajar seseorang. Biasanya jika seseorang memounyai intelegensi tinggi akan
mudah belajar dan hasilnya pun cukup baik, tetapi jika seseorang mempunyai
intelegensi rendah akan susah belajar dan hasilnya pun akan cenderung rendah.
Bakat juga sangat mempengaruhi keberhasilan belajar, karena ketika seseorang
mempunyai bakat dalam bidang tertentu maka akan lebih mudah dan cepat pandai
untuk mempelajarinya dibandingkan dengan orang yang tidak punya bakat
tersebut.
3) Minat dan motivasi
Minat belajar yang besar cenderung akan menghasilkan prestasi belajar
tinggi, sebaliknya jika minat belajar kurang maka prestasi belajar akan rendah.
Kuat lemahnya motivasi belajar akan mempengaruhi hasil belajar seseorang.
Motivasi belajar perlu
diusahakan terutama dalam diri sendiri untuk memikirkan cita-cita masa depan.
4) Cara belajar
Jika belajar tidak memperhatikan teknik dan faktor fisiologis, psikologis dan
ilmu kesehatan, maka akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan. Selain itu
perlu juga diperhatikan waktu belajar, tempat, fasilitas, penggunaan media
pengajaran dan penyesuaian bahan pelajaran. Belajar harus dengan cara yang baik
sehingga hasil belajar yang didapat akan memuaskan.
b.Faktor Eksternal
1) Lingkungan Keluarga
Faktor orang tua sangat mempengaruhi anak dalam belajar. Tinggi
rendahnya pendidikan orang tua, besar kecilnya penghasilan, cukup atau
kurangnya perhatian dan bimbingan orang tua, rukun atau tidak dengan orang tua,
akrab atau tidak dengan orang tua, ketenangan dalam rumah, semua itu sangat
mempengaruhi keberhasilan seseorang.
2) Lingkungan Sekolah
Keadaan sekolah tempat untuk belajar sangat mempengaruhi tingkat
keberhasilan belajar. Kualitas guru, metode dalam mengajar, kesesuaian
kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas/perlengkapan di sekolah,
keadaan ruangan, jumlah murid per kelas, pelaksanaan tata tertib sekolah, semua
ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar anak.
3) Lingkungan Masyarakat
Keadaan masyarakat juga menentukan prestasi belajar. Bila di sekitar
tempat tinggal keadaan masyarakatnya orang-orang yang berpendidikan, terutama
anak-anaknya bersekolah tinggi dan moralnya baik maka akan mendorong anak
untuk lebih giat belajar.
4) Lingkungan Sekitar
Keadaan lingkungan sekitar juga mempengaruhi prestasi belajar. Keadaan
lingkungan, bangunan rumah, suasana sekitar rumah, keadaan lalu lintas, iklim,
dan sebagainya, semua itu sangat mempengaruhi pestasi belajar anak.
D. Indikator Prestasi Belajar
E. Kerangka Pikir
Siswa yang memilki kemandirian belajar dan berfikir logis yang rendah,
cenderung akan malas mengerjakan tugas dan memilki prestasi belajar yang
rendah, kemandirian belajar pun sangat berperan dalam memberikan berpikir logis
siswa karena berpikir logis dapat diperoleh secara ekstrinsik. Dalam kerangka
pemikirian yang akan dilakukan dalam penelitian ini,dengan adanya kemandirian
belajar tinggi tentunya akan menciptakan siswa yang aktif dan bersungguh-
sungguh dalam belajar sehingga kemandirian belajarberperan penting dalam
mempengaruhi pestasi belajar, selain itu berpikir logis mampu memberikan
dukungan kepada siswa melalui interaksi yang dilakukan, mampu mempengaruhi
prestasi belajar. Sehingga untuk memperoleh prestasi belajar yang tinggi maka
harus memilki kemandirian belajar yang tinggi dan berfikir logis yang baik,
sehingga mampu memberikan dukungan. Prestasi belajar siswa dapat di ukur
melalui tes tertulis maupun tes lisan. Prestasi siswa dapat terlihat secara kuantitatif
yakni berupa nilai pada rapor.
Skema penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
B. Hipotesis
Ha: Tidak terdapat hubungan kemadirian belajar dan berpikir logis terhadap
Keterangan
METODE PENELITIAN
r1
X1
r3 Y
X2 r2
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini rencana akan dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni
2021 semester ganjil tahun ajaran 2020/2021.
2. Tempat Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di SMA Negeri 1 Majene yang terletak di
Jalan KH. Daeng, Labuang, Kecamatan Banggae Timur, Kabupaten Majene,
Sulawesi Barat.
C. Sampel dan Populasi
1. Populasi
Populasi siswa dan siswi kelas XI SMA 1 Negeri Majene sebanyak 154
siswa
2. Sampel
Sampel siswa dan siswi kelas XI M IPA 1, XI M IPA 2, XI M IPA 3 dan XI
MIPA 4 SMA Negeri 1 Majene dengan menggunakan teknik cluster random
sampling, cluster pertama yaitu XI MIPA 1, cluster kedua yaitu XI MIPA 2,
cluster ketiga yaitu XI MIPA 4 dan cluaster 4
3. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu:
a. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat, disebut
juga variabel X. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kemandirian
belajar yang dinyatakan dalam X1 dan berfikir logis yang dinyatakan dalam
X2.
b. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi karena adanya variabel
bebas, disebut juga Variabel Y. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
Prestasi Belajar.
D. Definisi Operasional Variabel
1. Kemandirian belajar adalah kesiapan dari individu yang mau dan mampu untuk
belajar dengan inisiatif sendiri.
2. Berpikir logis adalah cara berpikir yang runtut dan masuk akal.
3. Prestasi belajar adalah hasil dari pembelajaran. Semua itu diperoleh dari
evaluasi atau penilaian dalam bentuk rapor.
E. Prosedur Penelitian
Prosedur dalam penelitian ini terbagi menjadi tiga tahap yaitu: tahap
persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pengumpulan data. Ketiga tahap tersebut
di uraikan sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
Berikut kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Melakukan wawancara, menentukan sampel penelitian. Setelah itu, membuat
instrumen penelitian.
b. Mempersiapkan perangkat untuk instrumen pengumpulan data yakni lembar
angket.
2. Tahap Pelaksanaan
Angket yang telah disusun akan di validasi oleh tim validator, kemudian
angket akan disebarkan kepada responden melalui aplikasi WhatsApp. Setelah itu
mengambil soal dan data prestasi belajar siswa yang sudah ada melalui
dokumentasi dan hasil tes.
3. Tahap Akhir
Data hasil penelitian akan diolah dan analisis menggunakan SPSS 23, serta
menarik kesimpulan mengenai ada atau tidaknya hubungan kemandirian belajar
dan berpikir logis terhadap prestasi belajar biologi siswa pada kelas XI SMA
Negeri 1 Majene.
F. Instrumen Penelitian
1. Angket
Angket digunakan untuk memperoleh data kemadirian belajar dan berpikir
logis terhdap prestasi belajar biologi di masa pandemi covid-19. Angket akan
dibuat menggunakan google form yang tautannya disebarkan melalui aplikasi
WhatsApp Setiap siswa akan memilih satu dari lima alternatif jawaban seperti
sangat setuju (SS), setuju (S), cukup setuju (CS), kurang setuju (KR) dan tidak
setuju (TS). Jumlah keseluruhan pernyataan yaitu terdiri dari 40 item,
Tabel 3.1 Skor Alternatif Jawaban
Pernyataan Positif (+) Pernyataan Negatif (-)
Setuju 4 Setuju 2
2. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk memperoleh soal dan data prestasi belajar
biologi dalam proses pembelajaran biologi di masa pandemi covid-19.
G. Teknik Analisis Data
1. Uji Instrumen Penelitian
a. Uji Validitas Instrumen
Suatu instrumen dinyatakan valid jika instrumen dapat mengukur apa yang
hendak diukur (Sugiyono, 2018, p. 173). Instrumen dalam penelitian ini berupa
angket kemandirian belajar dan angket minat belajar yang dinilai oleh 2 dosen
ahli/validator, kemudian hasil penilaian terhadap angket kemandirian belajar dan
minat belajar tersebut akan dianalisis oleh peneliti melalui validitas isi yang
dikemukakan oleh Gregory (Retnawati, 2016, p. 31). Adapun rumus untuk
menghitung koefisien validitas isi, yaitu sebagai berikut:
D
Koefisien validitasisi=
( A+ B+C + D)
(Retnawati, 2016, p. 33)
Keterangan :
A = Rater 1 memberikan skor lemah, Rater 2 memberikan skor lemah
B = Rater 1 memberikan skor kuat, Rater 2 memberikan skor lemah
C = Rater 1 memberikan skor lemah, Rater 2 memberikan skor kuat
D = Rater 1 memberikan skor kuat, Reter 2 memberikan skor kuat
Tabel 3.4. Tabel kontigensi untuk menghitung indeks Gregory
Rater 1 (ahli 1)
Lemah (1/2) Kuat (3/4)
Rater 2 (ahli 2)
Lemah (1/2) A B
Kuat (3/4) C D
Sumber (Retnawati, 2016, p. 32)
Dari hasil penilaian validator, maka dapat diketahui item-item angket yang valid
sehingga dapat digunakan. Misalnya, untuk item dengan status D berarti dapat
langsung digunakan, untuk item dengan status B dan C akan dikoreksi ulang
sebelum digunakan, sedangkan untuk item berstatus A akan langsung dibuang.
Adapun kriteria validitas isi yaitu apabila indeksnya kurang atau sama dengan 0,4
dikatakan validitasnya kurang, apabila indeksnya 0,4 – 0,8 dikatakan validitasnya
sedang, dan jika indeksnya lebih besar dari 0,8 dikatakan validitasnya tinngi
(Retnawati, 2016, p. 19).
Tabel 3.5. Kriteria Validitas Isi
Interval Kriteria
≥ 0,80 Tinggi
0,4 – 0,8 Sedang
≤ 0,4 Rendah
Sumber (Retnawati, 2016, p. 33)
b. Uji Reliabilitas Instrumen
Uji reliabilitas merupakan derajat konsistensi di antara dua skor hasil
pengukuran pada objek yang sama, meskipun menggunakan alat pengukur
yang berbeda dan skala yang berbeda (Retnawati, 2016, p. 84). Uji reliabilitas
dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan bantuan
SPSS 23.
Tabel 3.6. Kriteria Reliabilitas
Interval Kriteria
0,80 – 100 Sangat tinggi
0,60 – 0,80 Tinggi
0,40 – 0,60 Cukup
0,20 – 0,40 Rendah
≤ 0,20 Sangat rendah
Sumber (Retnawati, 2016,p. 21)
Indratin, Maria. 2010. Hubungan Antara Berfikir Logis dan Minat Menulis
Dengan Keterampilan Menulis Argumentasi (Survai Pada Siswa Kelas X
SMA Regina Parcis Surakarta). Tesis Pendidikan Bahasa Indonesia.
Universistas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta
Tahar, Irzan, dan Enceng. 2006. Hubungan Kemandirian Belajar dan Hasil Belajar
Pada Pendidikan Jarak Jauh. Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh,
7(2):91-101.
Pianyta, Aries. 2016. Pengaruh Kedisiplinan dan Task Commitment Terhadap
Prestasi Belajar Matematika. Jurnal JKPM, Volume 2 (1) : 80-92
Putri, Eka, Yuniar (2018). Analisis Kesulitan Belajar Siswa Ditinjau Dari
Kemampuan Bepikir Logis Pada Materi Pokok Segitiga. Skripsi Fakultas
Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram.
Https://File: // Skripsi. Pdf
Syam, Aliansa, dan Amri. 2017. Pengaruh Kepercayaan Diri ( Self Confidence)
Berbasis Kaderisasi IMM Prestasi Belajar Mahasiswa (Studi Kasus
Diprogram Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhamadiyah Pare-pare. Jurnal Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Volume 5 (1) 87:102.
ANGKET PENELITIAN
A. Pengantar
B. Petunjuk Pengisian
1. Bacalah pernyataan dan pilihan jawaban berikut dengan teliti.
2. Angket ini sendiri berisi 50 pernyataan
3. Berilah tanda (√) pernyataan yang sesuai pada kolom Sangat Setuju (SS),
Setuju (S), Kurang Setuju (KS), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju
(STS) sesuai dengan keadaan sebenarnya.
C. Identitas Responden
Kelas :
saat belajar.