Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,
Segala puji bagi Allah Subhanahuwata’ala yang telah memberikan kasih dan
sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul ”Sistem Endokrin” untuk memenuhi tugas mata kuliah Patofisiologi.
Penulis berterimakasih kepada dosen pembimbing bapak Seno Aulia
Ardiansyah, M.Si., Apt yang telah membimbing, menasehati, serta memotivasi
dalam menyelesaikan makalah ini. Adapun dukungan, bantuan serta motivasi
yang telah diberikan dari pihak lainnya, dengan kerendahan hati perkenankanlah
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Aang Hanafiah Ws sebagai ketua sekolah tinggi, dan
seluruh staff serta karyawan Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia.
2. Kedua orang tua dan saudaraku tercinta yang telah membantu dalam segi
materi dan senantiasa memotivasi hingga penulis dapat menyelesaikan
kuliah ini.
3. Serta teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis merasa bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan namun penulis
berharap semoga dari makalah ini dapat memberikan manfaat tidak hanya bagi
diri sendiri, tetapi juga kepada semua pihak yang memerlukannya.

Bandung, Mei 2017

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................v

DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1

1.1 Latar Belakang .................................................................................1

1.2 Identifikasi Masalah .........................................................................3

1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................3

BAB 2 PEMBAHASAN ..........................................................................................1

2.1 Latar Belakang .................................................................................1

2.2 Identifikasi Masalah .........................................................................3

2.3 Tujuan Penelitian .............................................................................3

BAB 3 PENUTUP ...................................................................................................1

3.1 Kesimpulan ......................................................................................1

3.2 Saran .................................................................................................3

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................9


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem endokrin mengatur dan mempertahankan fungsi tubuh dan


metabolisme tubuh, jika terjadi ganguan endokrin akan menimbulkanmasalah
yang komplek terutama metabolisme fungsi tubuh terganggu salahsatu gangguan
endokrin adalah Diabetes Melitus yang disebabkan karenadefisiensi absolute atau
relatif yang disebabkan metabolisme karbohidrat,lemak dan protein (Maulana.
2008).
Di Indonesia penderita Diabetes Melitus ada 1,2 % sampai 2,3 %
daripenduduk berusia diatas 15 tahun, sehingga Diabetes Melitus (DM)
tercantumdalam urutan nomor empat dari prioritas pertama adalah
penyakitkardiovaskuler, kemudian disusul penyakit selebrolaskuler dan katarak.
(Depkes RI,2008).
Di Jawa Tengah berdasarkan atas pola penyakit penderita puskesmasdan
rumah sakit dari berbagai tingkat umur, jumlah kasus Diabets Melitusmenempati
nomor dua. Setelah penyakit neoplasma ganas, sedangkanberdasarkan data pola
kematian menurt penyakit penyebab kematian pasiendirawat di rumah sakit Jawa
Tengah DM menempati urutan ke 16 denganjumlah 430 orang dari jumlah
kematian 37.279 orang dengan kematianpenyakit lainnya (Dinkes Jateng,2006).
Menurut survei yang dilakukan WHO, Indonesia menempati urutan ke 4
dengan jumlah penderita Diabetes terbesar didunia setelah India, Cina, Amerika
Serikat. Dengan prevalensi 8,6% dari total penduduk dan pada tahun2025
diperkirakan meningkat menjadi 12.4 juta penderita. Sedangkan daridata
Departemen Kesehatan , jumlah pasien Diabetes mellitus rawat inapmaupun rawat
jalan di Rumah Sakit menempati urutan pertama dari seluruhpenyakit endokrin.
(Maulana. 2008)
Umur ternyata merupakan salah satu faktor yang bersifat mandiridalam
pengaruhnya terhadap perubahan toleransi tubuh terhadap glukosa.Umumnya
pasien diabetes dewasa 90% termasuk diabetes tipe 2. Dari jumlahtersebut
dikatakan 50% adalah pasien berumur > 60 tahun.(Dinkes Jateng,2006)
Hal ini terjadi karena adanya faktor- faktor yang menghambatdiantaranya
adalah sosial ekonomi yang kurang, perumahan dan lingkunganyang kotor,
pengetahuan tentang DM yang masih kurang. Faktor pengetahuankeluarga
merupakan penghambat yang sering terjadi, karena denganpengetahuan yang
kurang akan mengetahui proses pengobatan penyakit.
Akibat dari kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit DMperlu
dilaksanakan suatu tindakan yaitu memberikan asuhan keperawatanpada keluarga
yang mempunyai masalah Diabetus Mellitus.
Dengan melihat angka kejadian dan kematian yang banyak terjadikarena
penyakit Diabetes Melitus di atas serta akibat dari Diabetes Mellitusdan untuk
pengenalan masalah Diabebetes Melitus pada keluraga makapenulis tertarik untuk
menyusun karya Tulis Ilmiah yang berjudul “AsuhanKeperawatan Keluarga TN.
N khususnya Ny. M dengan masalah utamaDiabetes melitus di Rt 01 / VI Desa
Kangkung Dusun Karang KecamatanMranggen”.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut dapat diidentifikasi masalah sebagai
berikut :
1. Apa deskripsi dari sistem endokrin ?
2. Bagaimana anatomi fisiologi sistem endokrin ?
3. Bagaimana manifestasi klinik dari sistem endokrin ?
4. Apa saja penyakit-penyakit dan gangguan dari sistem endokrin ?
5. Bagaimana proses penyebaran atau patogenesis dari penyakit sistem
endokrin ?
6. Bagaimana cara pengobatan atau pencegahannya ?
7. Apa saja obat-obat yang digunakan ?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui deskripsi dari sistem endokrin.
2. Mengetahui anatomi fisiologi sistem endokrin.
3. Mengetahui manifestasi klinik dari sistem endokrin.
4. Mengetahui penyakit-penyakit dan gangguan dari sistem endokrin.
5. Mengetahui proses penyebaran atau patogenesis dari penyakit sistem
endokrin.
6. Mengetahui cara pengobatan atau pencegahannya.
7. Mengetahui obat-obat yang digunakan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Endokrin


Kelenjar endokrin merupakan sekelompok susunan sel yang mempunyai
susunan mikroskopis sangat sederhana. Kelompok ini terdiri dari deretan sel-sel,
lempengan atau gumpalan sel disokong oleh jaringan ikat halus yang banyak
mengandung pembuluh kapiler. Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem
saraf, mengontrol dan memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama
bekerja untuk mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain
saling berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu.
Misalnya, medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal
dari saraf (neural). Jika keduanya dihancurkan atau diangkat, maka fungsi dari
kedua kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf. Kelenjar endokrin tidak
memiliki saluran, hasil sekresi dihantarkan tidak melaui saluran, tapi dari selsel
endokrin langsung masuk ke pmbuluh darah. Selanjutnya hormon tersebut dibawa
ke sel-sel target (responsive cells) tempat terjadinya efek hormon. Sedangkan
ekresi kelenjar eksokrin keluar dari tubuh kita melalui saluran khusus, seperti
uretra dan saluran kelenjar ludah. Tubuh kita memiliki beberapa kelenjar
endokrin. Diantara kelenjar-kelenjar tersebut, ada yang berfungsi sebagai organ
endokrin murni artinya hormon tersebut hanya menghasilkan hormon misalnya
kelenjar pineal, kelenjar hipofisis / pituitary, kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid,
kelenjar adrenal suprarenalis, dan kelenjar timus.

2.2 Jenis-jenis Kelenjar


2.2.1 Kelenjar Hipofisis
Hipofisis disebut juga kelenjar pituitary. Hipofisis merupakan
kelenjar kecil di rongga bertulang terletak di dasar otak dibawah hipotalamus
sekitar 2cm. Dihubungkan ke hipolalamus oleh tangkai kecil (infundibulum).
Kelenjar hipofisis disebut master gland karena dapat menghasilkan hormon dan
hormon yang dihasilkan oleh hipofisis dapat merangsang kelenjar lain untuk
menghasilkan hormon lain. Terdapat dua kelenjar hipofisis :
1. Kelenjar Hipofisis Anterior
Kelenjar hipofisis anterior terdiri dari jaringan epitel kelenjar
yang berasal dari penonjolan atap mulut yang disebut
adenohipofisis. Hipofisis anterior di hubungkan melalui pembuluh
darah. Pengeluaran hormon dari anterior dikontrol oleh
hipotalamus. Hormon yg dikeluarkan hipofise anterior yaitu:
A. Hormon pertumbuhan ( growth hormon atau GH )
Hormon ini bekerja pada tulang, otot, tulang rawan,
kulitdan bekerjanya sangat terbatas. Pada pria sejak lahir
sampai dengan 21 tahun dan pertmbuhan drastisnya terjadi
pada usia 13 sampai 16 tahun. Pada wanita sejak lahir hingga
usia 18 tahun, dan pertumbuhan drastisnya terjadi saat usia 9
sampai 12 tahun.
GH ini sangat dipengaruhi oleh kadar glukosa dalam darah
contohnya bila selesai makan kadar gula dlm darah akan
meningkat, dan GH tidak bekerja. Bila kadar gula dalam darah
menurun, GH bekerja secara maksimal. Bila GH bekerja
normal maka tubuh akan normal. Bila hipersekresi maka tubuh
manusia akan menjadi raksasa (giant). Bila hiposekresi maka
tubuh manusia akan menjadi kerdil/cebol.
B. Thyroid stimulating hormon ( TSH atau tirotropin)
Hormon ini mempengaruhi kelenjar thyroid. Hormon ini
menghasilkan thyroksin (t4), liotironin (t3) dan kalsitonin.
C. Hormon Adrenokortikotropik ( ACTH)
Hormon ini dibagi menjadi 3 kelompok besar yaitu
Glukokortikoid sebagai penghasil gula, Mineralokortikoid
fungsinya mengatur keseimbangan ion Na dan ion K, dan
Gonadokortikoid. Gonadokortiroid untuk wanita adalah
hormon estrone & progesterone, sedangkan untuk pria adalah
hormon testosterone.
D. Prolaktin (PRL)
Hormon ini berfungsi pada saat persiapan produksi air susu
ibu (asi).
E. Gonadotropin hormon (GTH)
Hormon ini menghasilkan FSH (follicle stimulating
hormon) dan LH (luteinizing hormon) atau ICSH (interstitial
cell stimulating hormon). Pada wanita FSH berfungsi untuk
mematangkan sel telur sedangkan LH berfungsi menebalkan
dinding rahim dan mempertahankan implantasi janin.
Sedangkan pada pria FSH berfungsi mematangkan
spermatogonium yang akan menjadi spermatozoasedangkan
LH atau ICSH akan menghasilkan sel leydig yang
memproduksi hormon testosterone.
Hormon pelepas (releasing) dan penghambat (inhibiting)
hipotalamus disalurkan ke hipofise melalui sistem porta
hipotalamus - hipofisis untuk mengontrol sekresi hormon
hipofise anterior . Hormon pengatur hipotalamus mencapai
hipofise anterior melalui jalur vaskuler khusus ke sistem porta
hipotalamus – hipofise. Sekresi hormon anterior dirangsang
atau dihambat oleh 7 hormon hipofisiotropik yang terdiri dari
Thyrotropin releasing hormon (TRH), Cortikotropin releasing
hormon (CRH), Gonadotropin releasing hormon (GNRH),
Growth hormon releasing hormon (GHRH), Prolacting
releasing hormon (PRH) hormon ini menghambat, Prolactin -
relasing hormon (PRH) mengeluarkan, menghambat, dan
Prolakting inhibiting hormon (menghambat).
2. Kelenjar Hipofisis Posterior
Secara embriologis kelenjar hipofisis posterior berasal dari
pertumbuhan otak yang terdiri dari jaringan saraf (neurohipofisis).
Hipofisis posterior di hubungkan ke hipotalamus mealuil jalur
saraf. Hipofise posterior membentuk sistem neurosekresi yang
mengeluarkan vasopresin dan oksitosin. Pengeluaran hormon dari
hipofise posterior dikontrol oleh hipotalamus.
Hipofisis posterior terdiri dari hormon oxytosin yang berfungsi
untuk regulasi kontraksi rahim dan membantu dalam proses
pengeluaran asi setelah melahirkan, hormon relaxin yang berfungsi
membukanya simphisis pubis, dan ADH (Anti Diuretika Hormon)
atau pitressin atua vasopressin yang berfungsi untuk mencegah
agar urin yang keluar tidak terlalu banyak ( in put = out put).
2.2.2 Kelenjar Tiroid
Terdiri atas 2 buah lobus yang terletak disebelah kanan dari trakea
diikat bersama oleh jaringan tiroid yang menyatu di bagian tengah oleh
bagian sempit kelenjar yang berbentuk seperti dasi kupu-kupu dan yang
melin-tasi trakea di sebelah depan. Merupakan kelenjar yang terdapat di
dalam leher bagian depan bawah, letaknya berada di atas trakea, tepat
dibawah laring.
Kelenjar ini menghasilkan hormon tiroid. Hormon tiroid ini dibagi
menjadi 2 jenis yaitu yang mengandung tiroksin (t4 ) dan triioditironin ( t3
). Di luar tiroid sebagian besar t4 yg disekresikan diubah jadi t3. Sebagian
besar t3 dan t4 diangkut di darah dalam keadaan terikat ke protein plasma
tertentu.
Sel sekretorik utama hormon tiroid tersusun membentuk
gelembung berongga berisi koloid yang membentuk unit fungsional yaitu
folikel dan menjadi sel folikel. Di ruang interstisium diantara folikel
terdapat sel sekretorik ( sel c) yang menghasilkan hormon kalsitonin. Sel
folikel memfagosit koloid berisi tiroglobulin untuk melakukan sekresi
hormon tiroid.
Atas pengaruh hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofise lobus
anterior, kelenjar tiroid ini dapat mempro-duksi hormon tiroksin. Adapun
fungsi dari hormon tiroksin yaitu mengatur metabolisme tubuh baik
metabolisme karbohidrat, protein dan lipid. Hormon Liotironin yang
merupakan bahan baku thyroksin dengan syarat harus ada ion iodium yang
terdapat di dekat laut atau hasil dari laut seperti ikan, garam yang
beriodium. Hormon Kalsitonin yang merupakan bahan baku
pembentukkan parathormon yang juga disekresikan oleh kelenjar
parathyroid dan berfungsi untuk mengatur kadar kalsium (ion Ca2+)
dalam darah.
Struktur kelenjar tiroid terdiri atas sejumlah besar vesikel-vesikel
yang dibatasi oleh epitelium silinder, disa-tukan oleh jaringan ikat. Sel-
selnya mengeluarkan sera, cairan yang bersifat lekat yaitu Koloidae tiroid
yang me-ngandung zat senyawa yodium dan dinamakan hormon tiroksin.
Fungsi kelenjar tiroid, terdiri dari:
a) Bekerja sebagai perangsang proses oksidasi.
b) Mengatur penggunaan oksidasi.
c) Mengatur pengeluaran karbondioksida.
d) Metabolik dalam hal pengaturan susunan kimia
dalam jaringan.
e) Pada anak mempengaruhi perkembangan fisik dan
mental.
2.2.3 Kelenjar Paratiroid
Terletak disetiap sisi kelenjar tiroid yang terdapat di dalam leher,
kelenjar ini bedumlah 4 buah yang tersusun ber-pasangan yang
menghasilkan para hormon atau hormon para tiroksin. Masing-masing
melekat pada bagian belakang kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid
menghasilkan hormon yang ber-fungsi mengatur kadar kalsium dan fosfor
di dalam tubuh. Kelenjar paratiroid memiliki panjang kira-kira 6 mm,
lebar 3 mm, dan tebal 2 mm. Jika dilihat secara mikroskopik kelenjar ini
terlihat seperti lemak berwarna coklat kehitam-hitaman. Kelenjar ini sulit
ditemukan karena tampak seperti lobus kelenjar tiroid. Fungsi paratiroid
adalah Mengatur metabolisme fospor dan Mengatur kadar kalsium darah.
Hipofungsi, mengakibatkan penyakit tetani. Contohnya pada
keadaan Hipoparatiroidisme terjadi kekurangan kalsium di dalam darah
atau hipokalsemia mengakibatkan keadaan yang disebut tetani, dengan
gejala khas kejang khususnya pada tangan dan kaki disebut karpopedal
spasmus, gejala-gejala ini dapat diringankan dengan pemberian kalsium.
Hiper-fungsi, mengakibatkan kelainan-kelainan seperti kele-mahan
pada otot-otot, sakit pada tulang, kadar kalsium dalam darah meningkat
begitu juga dalam urin, dekol-sifikasi dan deformitas, dapat juga terjadi
patah tulang spontan. Contohnya pada keadaan Hiperparatiroidisme
biasanya ada sangkut pautnya de-ngan pembesaran (tumor) kelenjar.
Keseimbangan distri-busi kalsium terganggu, kalsium dikeluarkan kembali
dari tulang dan dimasukkan kembali ke serum darah. Akibatnya terjadi
penyakit tulang dengan tanda-tanda khas beberapa bagian kropos. disebut
osteomielitis fibrosa sistika karena terbentuk kristal pada tulang,
kalsiumnya diedarkan di dalam ginjal dan dapat menyebabkan batu ginjal
dan kega-galan ginjal. Kelainan-kelainan di atas dapat juga terjadi pada
tumor kelenjar paratiroid.
2.2.4 Kelenjar Adrenal
Merupakan kelenjar suprarenal yang jumlahnya ada 2, terdapat
pada bagian atas dari ginjal kiri dan kanan. Ukurannya berbeda-beda,
beratnya rata-rata 5 sampai dengan 9 gram. Secar struktural dan fungsional
kelenjar adrenal terdiri dari 2 kelenjar endokrin yg menyatu yaitu bagian
korteks dan medulla. Kelenjar suprarenal ini terbagi atas 2 bagian yaitu:
A. Bagian luar
Berwarna kekuningan yang mengha-silkan kortisol yang
disebut korteks. Korteks adrenal ini secara histologis terdiri dari 3
lapisan (zona), yaitu Zona glomerulosa yang menghasilkan
mineralokortikoid (95 % aldosteron) yang berfungsi untuk
keseimbangan elektrolit dan homeostasis tekanan darah, Zona
fasikulata ( menghasilkan glukokortikoid) yang memiliki efek
metabolik , berperan dalam adaptasi thd stress, dan Zona retikularis
(glukokortikoid) dan hormon kelamin / seks (gonadokortikoid).
B. Bagian medula
Menghasilkan adrenalin (epinefrin) dan nor adrenalin (nor
epinefrin). Medula adrenal ini terdiri dari sel-sel kromafin (
modifikasi neuron simpatis) yg bergerombol di sekitar kapiler
darah dan sinusoid. Bagian ini Mensekresi katekolamin ( neuron
pascaganglion yg mengalami modifikasi ) yaitu Epinefrin yang
merangsang jantung, saraf simpatis dan aktifitas metabolik dan
Norepinefrin yang mempengaruhi vasokonstriksi perifer dan tek
darah.
Zat-zat ini disekresikan dibawah pengendalian sistem
persarafan simpatis. Sekresinya bertambah dalam keadaan emosi
seperti marah dan takut, serta dalam keadaan asfiksia dan
kelaparan. Peningkatan jumlah zat menaik-kan tekanan darah guna
melawan shok. Sedangkan Noradrenalin menaikan tekanan darah
dengan jalan merangsang serabut otot didalam dinding pembuluh
darah untuk berkontraksi, adrenalin membantu metabolisme

kar‑bohidrat dengan jalan menambah pengeluaran glukosa dari

hati.
Beberapa hormon terpenting yang disekresikan oleh korteks
adrenal adalah Hidrokortison, Aldosteron dan Kor-tikosteron.
Semuanya bertalian erat dengan metabolisme, pertumbuhan fungsi
ginjal dan kondisi otot.
Fungsi kelenjar supra renalis bagian korteks yaitu Mengatur
keseimbangan air, elektrolit dan garam-, Mengatur/mempengaruhi
metabolisme lemak, hidrat arang dan protein, dan Mempengaruhi
aktifitas jaringan limfoid. Fungsi kelenjar suprarenalis bagian
medula terdiri dari Vaso konstriksi pembuluh darah perifer dan
Relaksasi bronkus.
Hipofungsi, menyebabkan penyakit addison. sedangkan
Kelainan-kelainan yang timbul akibat hiperfungsi mirip dengan
tumor suprarenal bagian korteks dengan ge-jala-gejala pada wanita
biasa, terjadinya gangguan pertum-buhan seks sekunder.
2.2.5 Kelenjar Pankreas
Terdapat pada belakang lambung di depan vertebra lum-balis I dan
II terdiri dari sel-sel alpa dan beta. Sel alpa menghasilkan hormon
glukagon sedangkan sel-sel beta menghasilkan hormon insulin. Hormon
yang diberikan untuk pengobatan diabetes, insulin merupakan sebuah
protein yang dapat turut dicer-nakan oleh enzim-enzim pencernaan
protein. Fungsi hormon insulin adalah mengendalikan kadar glukosa dan
bila digunakan sebagai pengobatan, memperbaiki kemampuan sel tubuh
untuk mengobservasi dan menggunakan glukosa dan lemak.
Pulau Langerhans, Pulau-pulau langerhans berbentuk oval tersebar
di seluruh pankreas dan terbanyak pada bagian kedua pankreas.Dalam
tubuh manusia terdapat 1-2 juta pulau-pulau langerhans, sel dalam pulau
ini dapat dibedakan atas dasar granulasi dan pewarnaannya separuh dari
sel ini mensekresi insulin, yang lainnya menghasilkan polipeptida dari
pankreas diturunkan pada bagian eksokrin pankreas.
Fungsi kepulauan Langerhans adalah Sebagai unit sekresi dalam
pengeluaran homeostatik nutrisi, rnenghambat sek-resi insulin, glikogen
dan polipeptida pankreas serta meng-nambat sekresi glikogen. Pulau
Langerhans ini mengeluarkan Sel alfa yang mensekresi hormon Glukagon
untuk meningkatkan kadar gula darah, Sel beta yang mensekresi hormon
Insulin yang fungsinya untuk menurunkan kadar gula darah, Sel delta
mensekresi hormon Somatostatin yang fungsinya menghambat pelepasan
insulin dan glucagon, dan Sel f yang menghasilkan polipeptida pankreatik
dan fungsinya untuk mengatur fungsi eksokrin pancreas.
2.2.6 Kelenjar Pineal
Kelenjar ini terdapat di dalam otak, di dalam ventrikel ber-bentuk
kecil merah seperti sebuah Gemara. Terletak dekat korpus. Fungsinya
belum diketahui dengan jelas, kelenjar ini menghasilkan sekresi interns
dalam membantu pankreas dan kelenjar kelamin. Hormon yang dihasilkan
adalah hormon melatonin yang fungsinya untuk mengatasi jet lag atau
perbedaan waktu antara negara bagi yg bepergian. Melatonin ini paling
banyak di produksi pada malam hari, dan paling rendah pada jam 12 siang.
2.2.7 Kelenjar Timus
Kelenjar ini terletak di dalarn mediastinum di belakang os sternum,
kelenjar timus ini hanya dijumpai pada anak-anak di bawah 18 tahun.
Kelenjar timus terletak di dalam toraks kira-kira setinggi bifurkasi trakea,
warnanya kemerah-merahan dan terdiri atas 2 lobus. Pada bayi baru lahir
sangat kecil dan -beratnya kira-kira 10grarn atau lebih sedikit. Ukurannya
bertambah pada masa remaja dari 30-40 gram kemudian berkerut lagi.
Kelenjar timus ini merupakan penghasil hormon peptida yaitu timosin dan
timopietin yang berfungsi dalam perkembangan normal lymfosit dan
respon imun tubuh. Hormon yang dihasilkan kelenjar timus ber-fungsi
untuk mengaktifkan pertumbuhan badan dan mengurangi aktifitas kelenjar
kelamin.
2.2.8 Kelenjar Kelamin
Kelenjar kelamin ini terdiri dari kelenjar Testika yang terdapat
pada pria. Letaknya di skrotum dan menghasilkan hormon testosteron.
Fungsi hormon testosterone adalah menentukan sifat kejan-tanan,
misalnya adanya jenggot, kumis, jakun dan lain-lain, menghasilkan sel
mani (spermatozoid) serta mengontrol pekerjaan seks sekunder pada laki-
laki. Dan kelenjar ovarika yang terdapat pada wanita dan terletak pada
ovarium di samping kiri dan kanan uterus. Kelenjar ini menghasilkan
hormon progesteron dan estrogen, hor-mon ini dapat mempengaruhi
pekerjaan uterus serta mem-berikan sifat kewanitaan, misalnya pinggul
yang besar, bahu sempit dan lain-lain.

2.3 Struktur Sistem Endokrin Lain Penghasil Hormon


1. Jantung, faktor atrial natriuretic yang menyebabkan urine
bergaram.
2. Gaster, yang menghasilkan gastrin dan berfungsi untuk membantu
dalam proses gerak peristaltik yang teratur pada lambung,
membentuk makanan yang padat menjadi lunak atau dalam bentuk
cair (chime) sehingga mudah dicerna oleh usus halus.
3. Plasenta, hormon estrogen dan hormon progesteron, HCG ( tes
kehamilan).
4. Ginjal, hormon eritropoietin yang produksi eritrosit.
5. Kulit, kolekalsiferol yang menyebabkan Vitamin D tidak aktif dan
sinar matahari yang diaktifkan di ginjal membuat vit d3 lalu
absorpsi ion Ca dari usus.
2.4 Gangguan Sistem Endokrin
Gangguan endokrin biasanya dikelompokkan menjadi dua kategori:
1. Endokrin penyakit yang terjadi ketika kelenjar memproduksi terlalu
banyak atau terlalu sedikit hormon endokrin, yang disebut
ketidakseimbangan hormon.
2. Endokrin karena perkembangan lesi (seperti nodul atau tumor) dalam
sistem endokrin, yang mungkin atau tidak dapat mempengaruhi tingkat
hormon penyakit. Sistem umpan balik endokrin yang membantu
mengontrol keseimbangan hormon dalam aliran darah. Sebuah
ketidakseimbangan hormon dapat terjadi jika sistem umpan balik
memiliki kesulitan menjaga tingkat yang tepat dari hormon dalam
aliran darah, atau jika tubuh tidak membersihkan mereka keluar dari
aliran darah dengan benar.
2.4.1 Jenis-Jenis Gangguan Endokrin
Ada berbagai jenis gangguan endokrin. Diabetes adalah gangguan
endokrin yang paling umum didiagnosis di Amerika Serikat. Gangguan
endokrin lainnya meliputi:
1. Dwarfisme
Gejala hiporsekresi (kekurangan) hormon pertumbuhan pada
masa anak-anak yang menyebabkan cebol. Seorang manusia
dewasa dikatakan mengalami dwarfisme bila tinggi badannya
hanya mencapai kisaran 147 cm atau lebih pendek. Kondisi ini
lebih sering disebut dengan perawakan tubuh yang pendek
dibandingkan penyebutan dwarfisme atau dwarf karena dianggap
mendiskriminasi kondisi penderita.
a. Komplikasi
Dwarfisme memiliki beberapa komplikasi yang umum
terjadi akibat kondisi ini, misalnya pada kehamilan. Perempuan
hamil yang memiliki kondisi dwarfisme disproporsional
cenderung mengalami gangguan pernapasan selama masa
kehamilan. Prosedur kelahiran Caesar juga seringnya
diharuskan bagi perempuan dengan kondisi seperti ini, karena
bentuk dan ukuran tulang panggul yang membuat melahirkan
secara normal menjadi berisiko tinggi.
b. Pengobatan
Mengobati dwarfisme bisa melibatkan berbagai macam
dokter spesialis, sesuai dengan kondisi penderita kondisi ini.
Kebanyakan perawatan dwarfisme tidak bisa memperbaiki
postur tubuh. Perawatan dilakukan untuk mengurangi
gangguan yang muncul akibat komplikasi dari kondisi ini.
Beberapa pilihan perawatan yang ada, yaitu terapi hormon.
Terapi hormon. Sebuah hormon sintetis akan disuntikkan
untuk membantu hormon pertumbuhan yang kurang pada
penderita dwarfisme. Suntik hormon ini dilakukan hingga
beberapa kali selama masa remaja, setidaknya hingga tinggi
badan maksimum dari tinggi rata-rata di keluarga pasien
tercapai. Selain tinggi badan, suntikan juga dilakukan untuk
memastikan tubuh dapat tumbuh sesuai dengan kapasitas
pertumbuhan yang seharusnya. Perawatan ini dapat dilengkapi
dengan terapi hormon lain, misalnya hormon estrogen bagi
penderita sindrom Turner.
2. Gigantisme (acromegaly)
Gigantisme (acromegaly) adalah Gangguan endokrin yang
terjadi karena kelebihan growth hormone sebelum pubertas.
Pertumbuhan berlebihan akibat pelepasan hormon pertumbuhan
berlebihan pada masa anak-anak dan remaja (sebelum pubertas).
Jika kelenjar pituitary memproduksi hormon pertumbuhan terlalu
banyak, tulang anak dan bagian tubuh dapat tumbuh tidak normal
cepat. Jika kadar hormon pertumbuhan terlalu rendah, seorang
anak bisa berhenti tumbuh di ketinggian.
a. Komplikasi
Gigantisme yang tidak ditangani atau tindakan pengobatan
dengan prosedur operasi dapat menyebabkan menurunnya
hormon kelenjar hipofisis lainnya sehingga penderita berisiko
terhadap penyakit-penyakit tertentu, seperti berkurangnya
sekresi hormon atau kegiatan fisiologis pada ovarium atau
testis (hipogonadisme), retardasi pertumbuhan dan
perkembangan mental pada anak dan dewasa sebagai akibat
rendahnya aktivitas kelenjar tiroid (hipotiroidisme), insufisiensi
adrenal, dan kasus langka diabetes insipidus.
b. Pengobatan
Banyaknya hormon pertumbuhan penyebab gigantisme
dapat ditangani dengan cara mengendalikan produksinya.
Bagaimanapun juga, belum ada terapi pengobatan yang sukses
mengontrol produksi hormon pertumbuhan secara stabil. Untuk
tumor kelenjar pituitari, tindakan operasi transsphenoidal bisa
dilakukan sebagai upaya pengobatan pertama.
Terapi sinar gamma atau gamma knife radiosurgery adalah
metode pengobatan lain yang dilakukan untuk mengobati
tumor di otak. Terapi ini akan memaparkan ratusan sinar
radiasi kecil pada tumor. Walau lebih efektif serta dapat
mengembalikan level hormon pertumbuhan menjadi normal,
terapi ini dapat berisiko munculnya gangguan emosional pada
anak-anak, obesitas, dan ketidakmampuan belajar. Terapi ini
umumnya diambil sebagai alternatif akhir jika metode operasi
standar mengalami kegagalan.
Pengobatan gigantisme juga menggunakan obat seperti
octreotide untuk mencegah laju produksi hormon pertumbuhan.
Obat dapat berbentuk cairan dan disuntikkan satu kali dalam
sebulan. Obat-obatan agonis reseptor dopamin dapat diberikan
dalam bentuk pil untuk mengecilkan ukuran tumor sebelum
dilakukan prosedur operasi. Kedua jenis obat ini dapat
digunakan bersamaan untuk mengurangi level hormon
pertumbuhan pada penderita. Obat-obatan dapat digunakan
untuk mengurangi gejala gigantisme pada anak jika prosedur
operasi tidak berhasil atau menghadapi kasus tumor yang
tumbuh kembali.
3. Penyakit Cushing (Sindrom Cushing)
Sindrom yang disebabkan oleh berbagai penyakit seperti
obesitas, impaired glucose tolerance, hipertensi, diabetes mellitus
dan disfungsi gonadal yang berakibat pada berlebihnya rasio serum
hormon kortisol.
Kelebihan produksi hormon korteks adrenal (khususnya
kortisol) dan hormon androgen serta aldosteron. Kondisi serupa
disebut sindrom cushing bisa terjadi pada orang, terutama anak-
anak, yang mengambil dosis tinggi obat kortikosteroid. Penyakit
Chusing yang ditandai dg kelebihan kortikotropin yg diproduksi
oleh kelejar hipofisis (80% kasus).
a. Pengobatan
Pengobatan sindrom Cushing dilakukan dengan cara
menangani faktor yang mendasarinya. Apabila lonjakan jumlah
hormon kortisol secara tidak wajar di dalam tubuh disebabkan
oleh efek samping penggunaan kortikosteroid, maka dokter
dapat menurunkan dosis atau bahkan menghentikan
penggunaan dan menggantinya dengan obat lain.
Namun jika hasil tes laboratorium menunjukkan bahwa
sindrom Cushing disebabkan oleh tumor yang bersarang di
dalam kelenjar adrenal atau hipofisis, maka salah satu
penanganan yang mungkin dilakukan adalah prosedur operasi
untuk mengangkat tumor tersebut atau pengobatan lainnya
untuk menyusutkannya, misalnya radiasi atau pemberian obat-
obatan.
4. Goiter (gondok)
Kelenjar tiroid yang membesar disertai hipofungsi maupun
hiperfungsi tiroid. Penyakit gondok adalah kondisi dimana terjadi
pembengkakan kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid adalah organ
berbentuk kupu-kupu yang terletak tepat di bawah jakun. Kelenjar
ini memiliki fungsi penting, yaitu untuk memroduksi hormon tiroid
yang berperan dalam berbagai proses-proses kimiawi yang terjadi
dalam tubuh.
Pada kondisi normal, kinerja kelenjar tiroid cenderung tidak
kita sadari sama seperti organ-organ dalam yang lain. Tetapi jika
terjadi pembengkakan, kelenjar tiroid akan membentuk benjolan
pada leher. Benjolan ini akan bergerak naik dan turun saat anda
menelan.
a. Jenis-jenis
Terdapat dua jenis gondok, yaitu gondok difus dan nodul.
Pengelompokan ini berdasarkan tekstur benjolannya. Benjolan
pada gondok difus terasa mulus saat disentuh. Sementara pada
gondok nodul, benjolan terasa tidak rata dan bergumpal.
Permukaan yang tidak rata tersebut disebabkan oleh adanya
satu atau lebih benjolan berukuran kecil atau apabila terdapat
cairan dalam benjolan.
b. Gejala
Tidak semua penderita gondok mengalami gejala. Namun
apabila terjadi gejala , maka munculnya benjolan abnormal
atau pembengkakan pada leher adalah tanda utama yang akan
dikeluhkan oleh pasien.
Ukuran benjolan gondok berbeda-beda pada tiap penderita.
Benjolan yang berukuran kecil biasanya tidak akan
menimbulkan keluhan apapun. Meski demikian, benjolan
tersebut dapat memengaruhi pernapasan serta menyebabkan
penderita sulit menelan jika ukurannya bertambah besar.
Gejala-gejala lain yang mungkin menyertai pembengkakan
meliputi tenggorokan yang terasa membengkak, perubahan
suara (misalnya menjadi serak), batuk-batuk, serta kesulitan
bernapas dan menelan.
c. Komplikasi
Apabila terlambat ditangani atau tidak ditangani dengan
baik, gondok mungkin dapat menyebabkan beberapa
komplikasi seperti:
Penekanan pita suara (trakea). Hal ini dapat terjadi apabila
gondok berukuran cukup besar sehingga menekan jaringan
sekitarnya, terutama trakea. Selain suara menjadi serak, pasien
juga dapat mengalami kesulitan bernapas.
Sepsis. Sepsis atau infeksi darah dapat terjadi pada saat
terjadi tiroid abses, yakni kondisi di mana terdapat kumpulan
nanah pada kelenjar tiroid.
Nyeri, Perdarahan, dan Kematian Jaringan. Ketiganya dapat
terjadi pada gondok jenis nodul.
Limfoma. Gondok yang multinodul (berjumlah lebih dari
satu) dan gondok yang disebabkan oleh kondisi autoimun
berisiko untuk mengalami transformasi keganasan pada
kelenjar tiroid, yakni limfoma.
d. Pengobatan
1) Obat penurun hormon tiroid
Thionamide akan menurunkan kadar hormon tiroid
dengan menghambat proses produksinya. Obat ini
digunakan untuk mengatasi hipertiroidisme. Efek
sampingnya meliputi mual, nyeri pada sendi, ruam ringan,
serta penurunan jumlah sel darah putih secara mendadak.
2) Terapi penggantian hormon
Langkah ini dilakukan untuk menangani hipotirodisme
dengan menggantikan hormon tiroid dan umumnya harus
dijalani seumur hidup. Contoh obatnya adalah
levothyroxine.
3) Terapi yodium radioaktif
Terapi ini juga termasuk penanganan untuk
hipertiroidisme. Yodium radioaktif yang dikonsumsi akan
menghancurkan sel-sel tiroid. Metode pengobatan ini
terbukti dapat mengecilkan ukuran benjolan, tapi juga bisa
memicu hipotiroidisme.
4) Langkah operasi
Benjolan yang terus membesar hingga mengganggu
pernapasan dan menyebabkan penderita sulit menelan
umumnya ditangani dengan operasi. Langkah ini akan
dilakukan dengan tiroidektomi, yaitu prosedur
pengangkatan sebagian atau seluruh kelenjar tiroid.
Prosedur ini juga disarankan bagi penderita yang diduga
memiliki benjolan tiroid yang mengandung sel-sel kanker.
5. Hiperparatiroidisme
Terjadi karena produksi (sekresi) berlebih hormon paratiroid
(PTH), hormon asam amino polipeptida. Perubahan patologis yang
terjadi akibat hiperparatiroidisme adalah: tulang mudah patah.
a. Pengobatan
Di langkah awal penanganan, dokter biasanya menyarankan
untuk menunggu dan melihat kondisi pasien selama beberapa
waktu. Hal ini terutama dilakukan jika kadar kalsium hanya
meningkat sedikit, tidak ada kerusakan pada ginjal, dan tidak
ada gejala lain yang perlu diterapi.
Pengobatan hiperparatiroidisme tergantung dari jenisnya.
Pada kasus hiperparatiroidisme primer yang sebagian besar
kasusnya disebabkan oleh tumor jinak adenoma, pengobatan
yang paling efektif adalah melalui operasi pengangkatan tumor
tersebut dari kelenjar paratiroid. Selain itu, dokter juga kadang-
kadang akan memberikan obat penurun kadar kalsium yang
disebut bisphosphonate melalui infus.
Jika Anda penderita hiperparatiroidisme primer, bukan
berarti Anda harus menghindari makanan yang mengandung
kalsium sepenuhnya. Yang harus Anda hindari adalah
makanan-makanan berkadar kalsium tinggi. Tidak
mengonsumsi kalsium justru bisa menyebabkan tulang
mengalami defisiensi kalsium dan akhirnya memicu
osteoporosis. Selain itu, Anda juga dianjurkan untuk minum air
putih dalam jumlah yang cukup agar tubuh tidak dehidrasi.
Sedangkan pada kasus hiperparatiroidisme sekunder,
pengobatan akan difokuskan kepada kondisi yang mendasari.
Sebagai contoh, jika hiperparatiroidisme terjadi akibat penyakit
ginjal yang sebelumnya telah diderita pasien, maka dokter akan
fokus untuk mengobati penyakit ginjal tersebut.
6. Hypothyroidisme
Suatu efek hormon tiroid berkurang dimana kelenjar tiroid
tidak memproduksi hormon tiroid yang cukup, menyebabkan
kelelahan, sembelit, kulit kering, dan depresi. Kelenjar kurang aktif
dapat menyebabkan perkembangan melambat pada anak-anak.
Beberapa jenis hipotiroidisme yang hadir pada saat lahir. Kelainan
akibat hipotiroidisme adalah Kretinisme.
a. Pengobatan
Pengobatan penyakit melibatkan kurangnya kompensasi
untuk hormon tiroid.Dokter mengatur sebuah formulasi tablet
tertentu.Hormon - T4 (L -tiroksin, eutiroks) - hormon tiroid
sintetis asal digunakan dalam produk praktek terbuat dari
kelenjar tiroid hewan yang telah dikeringkan sebelumnya.Tapi
dia tidak dianggap ideal, karena tidak mungkin untuk benar-
benar diukur.Dalam setiap tablet mungkin nomor yang berbeda
dari T3 hormon.
Lansia untuk memulai dosis lemah diresepkan hormon
tiroid, sebagai dosis tinggi hormon dapat menyebabkan efek
samping ireversibel. Meningkat dosis dokter secara bertahap,
memastikan bahwa thyroid-stimulating hormone dalam darah
kembali normal. Obat pasien tersebut menerima hidup.Jika
koma, hormon ini diberikan secara intravena.
7. Hipertiroidisme (tirotoksikosis)
Adalah suatu kelebihan sekresi hormonal yang tidak seimbang
pada metabolisme.
Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid terlalu banyak,
menyebabkan penurunan berat badan, denyut jantung yang cepat,
berkeringat, dan gugup. Penyebab paling umum untuk tiroid yang
terlalu aktif adalah suatu gangguan autoimun yang disebut penyakit
Grave.
a. Pengobatan
Pengobatan yang diberikan terhadap penderita
hipertiroidisme bergantung pada faktor usia, gejala yang
dialami, dan kadar hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid
dalam darah. Di bawah ini adalah jenis pengobatan yang
biasanya digunakan untuk mengatasi hipertiroidisme, yaitu:

1) Thionamide
Thionamide adalah kelompok obat-obatan yang
digunakan untuk menekan produksi hormon tiroksin
dan triiodotironin. Contoh obat-obatan thionamide
adalah carbimazole dan propylthiouracil. Obat ini perlu
dikonsumsi sekitar 1-2 bulan agar bisa dilihat
perubahan pada kondisi hipertiroidisme.

Dosis obat ini akan diturunkan secara perlahan


setelah produksi hormon oleh kelenjar tiroid bisa
dikendalikan. Efek samping yang jarang terjadi akibat
obat ini adalah sakit persendian dan ruam kulit yang
gatal. Risiko mengalami hipotiroidisme (kelenjar tiroid
yang kurang aktif) akibat pengobatan ini lebih kecil
dibandingkan radioterapi.

2)
3) Radioterapi Radioiodine adalah sejenis prosedur
radioterapi untuk mengobati hipertiroidisme. Hormon
yang dihasilkan kelenjar tiroid akan berkurang ketika
iodine radioaktif (dalam tingkat rendah dan tidak
berbahaya) menyusutkan kelenjar tiroid. Pengobatan
radioiodine dapat konsumsi dalam bentuk obat cair atau
kapsul.
4) Beta-blocker diberikan setelah produksi hormon
kelenjar tiroid bisa dikendalikan oleh thionamide. Efek
samping yang paling umum akibat obat ini adalah mual,
kaki dan tangan menggigil, insomnia, dan selalu merasa
lelah.
5)
6) Operasi tiroid Operasi pengangkatan kelenjar tiroid atau
tiroidektomi disebut parsial jika hanya sebagian yang
diangkat dan total jika seluruhnya jaringan kelenjar
diangkat. Berikut ini adalah beberapa alasan perlu
dilakukannya prosedur operasi pengangkatan kelenjar
tiroid, yaitu:
7)
8) Jika hipertiroidisme muncul kembali setelah
sebelumnya menjalani penanganan dengan thionamide.
9) Terjadi pembengkakan yang cukup parah pada kelenjar
tiroid.
10) Tidak bisa dilakukan pengobatan radioiodine karena
sedang hamil atau menyusui, serta tidak bisa dan/atau
tidak mau melewati prosedur pengobatan dengan
thionamide.
11) Pasien menderita gejala mata yang parah akibat
penyakit Graves.
12) Untuk menghilangkan kemungkinan kambuh atau
muncul kembali, disarankan untuk mengangkat seluruh
kelenjar tiroid yang ada. Mereka yang menjalani operasi
tiroidektomi total diharuskan mengonsumsi obat-obatan
seumur hidup untuk mengatasi hilangnya fungsi
kelenjar tiroid di dalam tubuh.
13) Komplikasi Akibat Hipertiroidisme
14)
15) Jika Anda menderita hipertiroidisme dan tidak
ditangani, Anda berisiko mengalami komplikasi.
Berikut ini beberapa komplikasi yang mungkin terjadi:
16)
17) Oftalmopati Graves. Gangguan mata ini disebabkan
oleh penyakit Graves. Gejala yang bisa muncul adalah
mata kering atau mengeluarkan air mata berlebihan,
penglihatan kabur dan sensitivitas berlebihan terhadap
cahaya.
18) Keguguran dan eklampsia. Wanita hamil dengan
riwayat penyakit Graves atau yang menderita
hipertiroidisme lebih berisiko mengalami komplikasi
seperti keguguran, eklampsia (kejang-kejang pada masa
kehamilan), kelahiran prematur, dan bayi dengan berat
badan rendah.
19) Hipotiroidisme. Dampak dari pengobatan terhadap
hipertiroidisme adalah kelenjar tiroid menghasilkan
terlalu sedikit hormon tiroksin dan triiodotironin.
Sebagai akibatnya, terjadilah hipotiroidisme. Beberapa
gejala hipotiroidisme adalah kelelahan berlebihan,
konstipasi dan peningkatan berat badan.
20) Badai tiroid. Ini adalah kondisi munculnya gejala yang
parah dan tiba-tiba akibat sistem metabolisme yang
berjalan terlalu cepat. Ini bisa terjadi ketika
hipertiroidisme tidak ditangani atau tidak terdiagnosis.
Selain itu, badai tiroid bisa terjadi karena beberapa hal,
misalnya infeksi, kehamilan, tidak mengonsumsi obat
sesuai anjuran dokter, dan kerusakan kelenjar tiroid
akibat cedera pada leher. Ini adalah kondisi darurat,
maka jika Anda mencurigai ada orang di sekitar Anda
yang mengalaminya, segera bawa ke rumah sakit
terdekat. Beberapa gejalanya adalah nyeri dada, diare,
demam, menggigil, berhalusinasi dan sakit kuning.
21) Gangguan jantung. Komplikasi yang serius dari
hipertiroidisme berkaitan dengan gangguan jantung,
seperti detak jantung cepat, kelainan ritme jantung, dan
gagal jantung kongestif.
22) Osteoporosis atau tulang rapuh. Kekuatan tulang
bergantung kepada jumlah kalsium dan mineral lain di
dalamnya. Tubuh akan kesulitan memasukkan kalsium
ke dalam tulang ketika terganggu dengan banyaknya
hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid.

Anda mungkin juga menyukai