Anda di halaman 1dari 19

kepariwisataan, Pemerintah Daerah

memberikan dukungan regulasi dengan


maksudmemberikan arah, landasan dan
kepastian hukum kepada Pengusaha
Pariwisata;
BUPATI POLEWALI MANDAR c. bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan
PROVINSI SULAWESI BARAT huruf b, perlu menetapkan Peraturan Daerah
tentang Penyelenggaraan Usaha
PERATURAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR Kepariwisataan;
NOMOR 5 TAHUN 2015 Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
TENTANG
2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959
PENYELENGGARAAN USAHA KEPARIWISATAAN tentang Pembentukan DaerahTk.II di Sulawesi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1959 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 1822);
BUPATI POLEWALI MANDAR, 3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2004
Menimbang : a. bahwa Kabupaten Polewali Mandar yang tentang Pembentukan Provinsi Sulawesi
memiliki letak strategis secara geografis Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia
dengan panorama alam yang indah, Tahun 2004 Nomor 105, Tambahan
keanekaragaman flora dan fauna, suku Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
bangsa, adat istiadat, seni dan budaya serta 4422);
kekayaan peninggalan situs kepurbakalaan 4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009
merupakan sumber daya dan aset daerah yang tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara
perlu dikembangkan melalui penyelenggaraan Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11,
usaha kepariwisataandalammeningkatkan Tambahan Lembaran Negara Republik Nomor
kesejahteraan masyarakat; 4966);
b. bahwa dalam upaya meningkatkan 5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
kesejahteraan dan melindungi kepentingan tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
masyarakat serta menjaga kelestarian undangan (Lembaran Negara Republik
lingkungan dalam penyelenggaraan usaha
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan 10. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor Nomor PM.85/HK.501/MKP/2010 tentang
5234); Tata Cara Pendaftaran Usaha Jasa Perjalanan
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Wisata;
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran 11. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor Nomor PM.86/HK.501/MKP/2010 tentang
244, Tambahan Lembaran Negara Republik Tata Cara Pendaftaran Usaha Penyedia
Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah Akomodasi;
diubah beberapakali terakhir dengan Undang- 12. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Nomor PM.87/HK.501/MKP/2010 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor Tata Cara Pendaftaran Usaha Jasa Makanan
23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Minuman;
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara 13. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata
Republik Indonesia Nomor 5679); Nomor PM.88/HK.501/MKP/2010 tentang
Tata Cara Pendaftaran Usaha Jasa Kawasan
7. Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1996 Pariwisata;
tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 14. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata
1996 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Nomor PM.89/HK.501/MKP/2010 tentang
Republik Indonesia Nomor 3658); Tata Cara Pendaftaran Usaha Jasa
Transportasi Pariwisata;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2005
tentang Perubahan Nama Kabupaten Polewali 15. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata
Mamasa Menjadi Kabupaten Polewali Mandar Nomor PM.90/HK.501/MKP/2010 tentang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Tata Cara Pendaftaran Usaha Daya Tarik
2005 Nomor 160); Wisata;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 16. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata
tentang Rencana Induk Pembangunan Nomor PM.91/HK.501/MKP/2010 tentang
Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025 Tata Cara Pendaftaran Usaha Penyelenggara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun kegiatan Hiburan dan Rekreasi;
2011 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara 17. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata
Republik Indonesia Nomor 5262); Nomor PM.92/HK.501/MKP/2010 tentang
Tata Cara Pendaftaran Usaha Jasa BAB I
Pramuwisata; KETENTUAN UMUM
18. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata
Pasal 1
Nomor PM.93/HK.501/MKP/2010 tentang
Tata Cara Pendaftaran Usaha Jasa Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud
Penyelenggara Pertemuan, Perjalanan, Insentif, dengan :
Konferensi, dan Pameran; 1. Daerah adalah Kabupaten Polewali Mandar.
2. Bupati adalah Bupati Polewali Mandar.
19. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata
3. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah
Nomor PM.94/HK.501/MKP/2010 tentang
Kabupaten Polewali Mandar.
Tata Cara Pendaftaran Usaha Jasa Konsultan
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang
Pariwisata;
selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan
20. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Polewali
Nomor PM.95/HK.501/MKP/2010 tentang Mandar.
Tata Cara Pendaftaran Usaha Jasa Informasi 5. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan
Pariwisata; wisata dan didukung berbagai fasilitas serta
21. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata layanan yang disediakan oleh masyarakat,
Nomor PM.96/HK.501/MKP/2010 tentang pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah
Tata Cara Pendaftaran Usaha Wisata Tirta; Daerah.
6. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan
22. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata
yang terkait dengan Pariwisata dan bersifat
Nomor PM.97/HK.501/MKP/2010 tentang
multidimensi serta multi disiplin yang muncul
Tata Cara Pendaftaran Usaha Spa;
sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan
Negara serta interaksi antara Wisatawan dan
Dengan Persetujuan Bersama Masyarakat setempat, sesama wisatawan.
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN POLEWALI Pemerintah, Pemerintah Daerah dan
MANDAR Pengusaha.
dan 7. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang
BUPATI POLEWALI MANDAR dilakukan oleh seseorang atau sekelompok
orang dengan mengunjungi tempat tertentu
MEMUTUSKAN: untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi
atau mempelajari keunikan daya tarik wisata
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG
PENYELENGGARAAN USAHA KEPARIWISATAAN.
yang dikunjungi dalam jangka waktu 15. Usaha penyediaan akomodasi yang selanjutnya
sementara. disebut dengan usaha pariwisata adalah usaha
8. Wisatawan adalah orang yang melakukan penyediaan pelayanan penginapan untuk
wisata. wisatawan yang dapat dilengkapi dengan
9. Usaha Pariwisata adalah usaha yang pelayanan pariwisata lainnya.
menyediakan barang dan/atau jasa bagi 16. Usaha penyelenggaraan kegiatan hiburan dan
pemenuhan kebutuhan wisatawan dan rekreasi yang selanjutnya disebut dengan usaha
penyelenggaraan pariwisata. pariwisata adalah usaha penyelenggaraan
10. Usaha daya tarik wisata yang selanjutnya kegiatan berupa usaha seni pertunjukan, arena
disebut dengan usaha pariwisata adalah usaha permainan, karaoke, serta kegiatan hiburan
pengelolaan daya tarik wisata alam, daya tarik dan rekreasi lainnya yang bertujuan untuk
wisata budaya, dan/atau daya tarik wisata pariwisata, tetapi tidak termasuk di dalamnya
buatan/binaan manusia. wisata tirta dan spa.
11. Usaha kawasan pariwisata yang selanjutnya 17. Usaha penyelenggaraan pertemuan perjalanan
disebut dengan usaha pariwisata adalah usaha insentif, komfrensi dan pameran yang
pembangunan dan/atau pengelolaan kawasan selanjutnya disebut dengan usaha pariwisata
untuk memenuhi kebutuhan pariwisata sesuai adalah pemberian jasa bagi suatu pertemuan
peraturan perundang-undangan. sekelompok orang, penyelenggaraan perjalanan
12. Usaha jasa transportasi yang selanjutnya bagi karyawan dan mitra usaha sebagai
disebut dengan usaha pariwisata adalah usaha imbalan atas prestasinya, serta
penyediaan angkutan untuk kebutuhan dan penyelenggaraan pameran dalam rangka
kegiatan pariwisata, bukan transportasi penyebarluasan informasi dan promosi suatu
reguler/umum. barang dan jasa yang berskala nasional,
13. Usaha jasa perjalanan wisata yang selanjutnya regional, dan internasional.
disebut dengan usaha pariwisata adalah 18. Usaha Wisata Tirta yang selanjutnya disebut
penyelenggaraan biro perjalanan wisata dan dengan usaha pariwisata adalah usaha
agen perjalanan wisata. penyelenggaraan wisata dan olah raga air,
14. Usaha jasa makanan dan minuman yang termasuk penyediaan sarana dan prasarana
selanjutnya disebut dengan usaha pariwisata serta jasa lainnya yang dikelola secara
adalah usaha penyediaan makanan dan komersial diperairan laut, pantai, sungai,
minuman yang dilengkapi dengan peralatan dan danau, dan waduk.
perlengkapan untuk proses pembuatan, 19. Usaha jasa informasi pariwisata yang
penyimpanan dan/atau penyajiannya. selanjutnya disebut dengan usaha pariwisata
adalah usaha penyediaan data, berita, feature, 26. Pejabat SKPD adalah pimpinanperangkat
foto, video, dan hasil penelitian mengenai daerah sebagai unsur pembantu kepala daerah
kepariwisataan yang disebarkan dalam bentuk dalam penyelenggaraanpemerintahan daerah
bahan cetak dan/atau elektronik. yang menangani urusan pemerintahan di
20. Usaha jasa konsultan pariwisata yang bidang perizinan.
selanjutnya disebut dengan usaha pariwisata
adalah usaha penyediaan sarana dan
rekomendasi mengenai studi kelayakan, BAB II
perencanaan, pengelolaan usaha, penelitian,
JENIS USAHA PARIWISATA
dan pemasaran dibidang kepariwisataan.
Bagian Kesatu
21. Usaha jasa pramuwisata yang selanjutnya
Umum
disebut dengan usaha pariwisata adalah usaha
penyediaan dan/atau pengoordinasian tenaga
Pasal 2
pemandu wisata untuk memenuhi kebutuhan
wisatawan dan/atau kebutuhan biro perjalanan Usaha Pariwisata, meliputi :
wisata. a. usaha daya tarik wisata;
22. Pendaftaran Usaha Pariwisata yang selanjutnya b. usaha kawasan pariwisata;
disingkat PUPadalah kegiatan untuk c. usaha jasa transportasi;
mengajukan proses pendaftaran usaha. d. usaha jasa perjalanan wisata;
23. Daftar Usaha Pariwisata adalah daftar yang e. usaha jasa makanan dan minuman;
memuat hal hal yang menurut ketentuan f. usaha penyediaan akomodasi;
perundang-undangan wajib didaftarkan oleh g. usaha penyelenggaraan kegiatan hiburan dan
setiap pelaku usaha. rekreasi;
24. Tanda Daftar Usaha Pariwisata yang h. usaha penyelenggaraan pertemuan perjalanan
selanjutnya disingkat TDUP adalah Dokumen insentif, konfrensi dan pameran;
resmi yang membuktikan bahwa usaha i. usaha Wisata Tirta;
pariwisata yang dilakukan oleh pelaku usaha j. usaha jasa informasi pariwisata;
telah tercantum di dalam daftar usaha k. usaha jasa konsultan pariwisata;
pariwisata. l. usaha jasa pramuwisata; dan
25. Pengusaha Pariwisata adalah orang atau m. spa.
sekelompok orang yang melakukan kegiatan
usaha pariwisata.
Bagian Kedua b. kawasan wisata budaya; dan
Usaha Daya Tarik Wisata c. kawasan wisata buatan / binaan manusia.
Pasal 3
Bagian Keempat
(1) Jenis usaha daya tarik wisata terdiri dari :
Usaha Angkutan Pariwisata
a. daya tarik wisata alam;
Pasal 5
b. daya tarik wisata budaya; dan
c. daya tarik wisata buatan / binaan manusia. Jenis-jenis usaha jasa transportasi wisata terdiri dari :
(2) Jenis usaha daya tarik wisata sebagaimana a. angkutan jalan wisata;
dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas: b. angkutan sungai dan danau wisata; dan
a. daya tarik wisata alam laut; c. angkutan laut domestik wisata.
b. daya tarik wisata alam pantai;
c. daya tarik wisata alam sungai; Bagian Kelima
d. daya tarik wisata alam kawasan pemancingan. Usaha Jasa Perjalanan Wisata
(3) Jenis usaha daya tarik wisata sebagaimana Pasal 6
dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas:
a. daya tarik wisata budaya museum; Jenis-jenis usaha jasa perjalanan wisata terdiri dari :
b. daya tarik wisata budaya monument; a. biro Perjalanan wisata;
c. daya tarik wisata budaya atraksi budaya; b. agen perjalanan wisata; dan
d. daya tarik wisata budaya tarian; c. biro perjalanan haji dan umrah.
e. daya tarik wisata budaya adat istiadat; dan
f. daya tarik wisata budaya rumah ibadah. Bagian Keenam
(4) Jenis usaha daya tarik wisata sebagaimana Usaha Jasa Makanan dan Minuman
dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri dari: Pasal 7
a. daya tarik wisata buatan theme park;
Jenis-jenis usaha jasa makanan dan minuman terdiri
b. daya tarik wisata buatan landscape;
dari:
c. daya tarik wisata buatan waterboom ; dan
a. restoran;
d. daya tarik wisata buatan kids station.
b. kafe;
c. jasa Boga (toko roti, donat, kue, dan makanan
Bagian Ketiga
lainnya);
Usaha Kawasan Pariwisata
d. rumah Makan;
Pasal 4
e. warung; dan
Jenis-jenis usaha kawasan pariwisata terdiri dari : f. kedai, kantin dan catering.
a. kawasan wisata alam;
Bagian Ketujuh (2) Jenis usaha penyelenggaraan kegiatan hiburan dan
Usaha Penyediaan Akomodasi rekreasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
Pasal 8 terdiri dari :
a. gelanggang olah raga tertutup dan gelanggang
Jenis-Jenis usaha penyediaan akomodasi terdiri dari :
olahraga terbuka;
a. hotel;
b. gelanggang renang;
b. penginapan;
c. gelanggang bola gelinding (bowling);
c. wisma;
d. kolam renang;
d. bumi perkemahan;
e. lapangan Tenis;
e. villa;
f. lapangan bulu tangkis;
f. losmen; dan
g. lapangan futsal;
g. pondok wisata (home stay).
h. gedung tenis meja;
i. pusat kesegaran jasmani (fitness centre);
Bagian Kedelapan
j. bola sodok (billyard);
Usaha Penyelenggaraan Kegiatan Hiburan dan Rekreasi
k. padang golf;
Pasal 9 l. gelanggang seluncur es (ice skating);
(1) Jenis-jenis usaha penyelenggaraan kegiatan hiburan m. usaha sarana dan fasilitas olahraga; dan
dan rekreasi terdiri dari : n. lapangansquash.
a. gelanggang Olahraga; (3) Jenis usaha penyelenggaraan kegiatan hiburan dan
b. gelanggang Seni; rekreasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
c. arena Permainan; terdiri dari :
d. panti Pijat; a. sanggar seni;
e. taman Rekreasi; b. galeri seni; dan
f. rumah bernyanyi (karaoke); c. gedung pertunjukan seni.
g. jasa impresariat/promotour; (4) Jenis usaha penyelenggaraan kegiatan hiburan dan
h. salon kecantikan; rekreasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
i. tukang cukur; terdiri dari :
j. kolam memancing; a. game zone;
k. bioskop; b. gelanggang permainan dan ketangkasan; dan
l. mesin permainan; c. teater panggung terbuka dan panggung tertutup.
m. pentas pertunjukan satwa;
n. balai pertemuan umum; dan
o. dunia fantasi.
Bagian Kesembilan d. promosi pariwisata;
Usaha Penyelenggaraan PertemuanPerjalanan Insentif, e. pelatihan kepariwisataan;
Konfrensidan Pameran f. penyusunan RIPDA (Rencana Induk Pariwisata Daerah);
Pasal 10 dan
g. penelitian kawasan pariwisata.
Jenis-Jenis usaha Penyelenggaraan Pertemuan Perjalanan
Insentif, Konfrensi dan Pameran (MICE) terdiri dari :
a. pameran; Bagian Keduabelas
b. usaha Pertunjukan (Showbiz); Usaha Jasa Pramuwisata
c. jasa Impresariat/promoter; dan
d. even Organizer. Pasal 13

Bagian Kesepuluh Jenis-jenis usaha jasa pramuwisata terdiri dari :


Usaha Jasa Informasi Pariwisata a. pramuwisata lokal;
Pasal 11 b. pramuwisata untuk minat khusus; dan
c. pramuwisata berbahasa asing khusus.
Jenis Usaha jasa informasi pariwisata terdiri atas :
a. penyedia berita kepariwisataan; dan Bagian Ketigabelas
b. penyedia dan foto video dan hasil penelitian mengenai Usaha Wisata Tirta
kepariwisataandalam bentuk bahan cetak dan / atau
elektronik. Pasal 14

Jenis-jenis usaha wisata tirta terdiri dari :


Bagian Kesebelas a. wisata laut;
Usaha Jasa Konsultan Pariwisata b. wisata Pantai; dan
c. wisata sungai, danau dan waduk.
Pasal 12

Jenis usaha jasa konsultan pariwisata menyediakan dan Bagian Keempatbelas


memberikan saran atau rekomendasi mengenai studi
kelayakan, perencanaan pengelolaan usaha, penelitian, dan Usaha Spa
pemasaran di bidang kepariwisataan terhadap : Pasal 15
a. usaha jasa pariwisata;
b. pengusahaan obyek dan daya tarik wisata; Usaha Spa adalah perawatan yang memberikan layanan
c. usaha sarana pariwisata; dengan metode kombinasi terapi air, terapi aroma, pijat,
rempah-rempah, layanan makanan/minuman sehat, dan Pasal 18
olah aktifitas fisik dengan tujuan menyeimbangkan jiwa dan
Bagi PengusahaPariwisata mikro dan/atau kecil dapat
raga dengan tetap memperhatikan tradisi dan budaya
melakukan pendaftaran usaha pariwisata.
daerah.
Bagian Kedua
BAB III
Pendaftaran Tanda Daftar Usaha Pariwisata
TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA
Paragraf 1
Bagian Kesatu
Umum
Umum
Pasal 16 Pasal 19
Untuk dapat Menyelenggarakan Usaha Pariwisata (1) Setiap orang atau badan yang akan menyelenggarakan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pengusaha usaha pariwisataharusmelaksanakan PUP kepada
Pariwisata harus mendaftarkan usahanya terlebih dahulu Bupati.
kepada Pemerintah Daerah. (2) PUPsebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
dikenakan biaya.
Pasal 17
(1) Pengusaha Pariwisata yang akan mendaftarkan Pasal 20
usahanya harus memenuhi persyaratan administrasi (1) PUP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 harus
danteknis sesuai dengan jenis usahanya. melalui tahapan:
(2) Dalam hal pengajuan pendaftaran usahapariwisata oleh a. permohonan PUP;
Pengusaha Pariwisata tidak sesuai dengan ketentuan b. pemeriksaan berkas permohonan PUP;
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah c. pencantuman ke dalam Daftar Usaha Pariwisata;
Daerah dapat menunda atau meninjau kembali izin d. penerbitan TDUP; dan
usahanya. e. pemutakhiran Daftar Usaha Pariwisata.
(3) Persyaratan pendaftaran administrasi dan teknis (2) Tahapan PUP sebagaimana dimaksud pada ayat
sebagaimana dimaksud pada ayat(1), diatur dengan (1) didelegasikan oleh Bupati kepada pejabat
Peraturan Bupati. SKPD yang menangani urusan pemerintahan di
bidang perizinan.
Paragraf 2 Paragraf 3
Permohonan Pendaftaran Usaha Pariwisata Pencantuman ke dalam Daftar Usaha Pariwisata
Pasal 21 Pasal 23
(1) Pengusaha Pariwisata mengajukan permohonan PUP
(1) Pejabat SKPD mencantumkan objek PUP ke dalam
secara tertulis.
Daftar Usaha Pariwisata paling lambat 1 (satu) hari
(2) Permohonan PUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sejak permohonan PUP dinyatakan lengkap, benar dan
disertai dengan dokumen yang dipersyaratkan.
absah.
(3) Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan tata
(2) Tata cara pencantuman objek PUP kedalam Daftar
cara permohonannya diatur lebih lanjut dengan
Usaha Pariwisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Peraturan Bupati.
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Paragraf 3 Paragraf 4
Pemeriksaan Berkas Permohonan Pendaftaran Usaha Pariwisata Penerbitan Tanda Daftar Usaha Pariwisata
Pasal 22 Pasal 24
(1) Pejabat SKPD melaksanakan pemeriksaan kelengkapan,
(1) Pejabat SKPDberdasarkan daftar Usaha Pariwisata
kebenaran dan keabsahan berkas permohonan PUP.
menerbitkan TDUP untuk diserahkan kepada
(2) Apabila pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat
pengusaha paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah
(1) berkas permohonan belum memenuhi kelengkapan,
pencantuman ke dalam Daftar Usaha Pariwisata.
kebenaran, dan keabsahan,Pejabat SKPD
(2) Penerbitan TDUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memberitahukan secara tertulis kekurangan dimaksud
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
kepada Pengusaha Pariwisata.
(3) Pemberitahuan secara tertulis kepada Pengusaha
Pasal 25
Pariwisata sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
disampaikan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak TDUP berlaku sebagai bukti bagi setiap Pengusaha
permohonan PUP diterima Pejabat SKPD. Pariwisata untuk dapat Menyelenggarakan Usaha
(4) Dalam hal Pejabat SKPD tidak memberitahukan secara Kepariwisataan.
tertulis dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), permohonan PUP dianggap lengkap,
benardan absah.
Paragraf 5 (3) Pemberitahuan secara tertulis terhadap kekurangan
Pemutakhiran Daftar Usaha Pariwisata dokumen penunjang kepada Pengusaha Pariwisata
Pasal 26 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diselesaikan paling
lambat 3 (tiga) hari kerja sejak permohonan diterima.
(1) Dalam hal terjadi perubahan kondisi terhadap materi
(4) Apabila pejabat SKPD tidak memberitahukan secara
yang tercantum di dalam Daftar Usaha Pariwisata,
tertulis kekurangan dokumen penunjang sebagaimana
Pengusaha Pariwisata harus mengajukan permohanan
dimaksud pada ayat (3), maka permohonan
pemutakhiran Daftar Usaha Pariwisata secara tertulis
pemutakhiran Daftar Usaha Pariwisata dianggap
kepada Pejabat SKPD paling lambat 30 (tiga puluh) hari
lengkap, benar, dan absah.
kerja sejak perubahan terjadi.
(2) Permohonan pemutakhiran Daftar Usaha Pariwisata
terkait terjadinya perubahan kondisi sebagaimana
Pasal 29
dimaksud pada ayat (1) harus disertai dokumen
penunjang. (1) Pejabat SKPD mencantumkan pemutakhiran ke dalam
(3) Dokumen penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat Daftar Usaha Pariwisata paling lambat 1 (satu) hari
(2) yang berupa foto copy disampaikan dengan kerja setelah permohonan pemutakhiran Daftar Usaha
memperlihatkan dokumen aslinya. Pariwisata dinyatakan atau dianggap lengkap, benar,
dan absah.
Pasal 27
Pasal 30
Pengusaha wajib menjamin bahwa data dan dokumen yang
(1) Apabila pemutakhiran Daftar Usaha Pariwisata
disampaikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26
dinyatakan lengkap, benar, dan absah, maka Pejabat
merupakan absah, benar, dan sesuai dengan fakta.
SKPD mencantumkan pemutakhiran data ke dalam
Daftar Usaha Pariwisata paling lambat 1 (satu) hari
Pasal 28
kerja.
(2) Berdasarkan Daftar Usaha Pariwisata yang telah
(1) Pejabat SKPD melaksanakan pemeriksaan kelengkapan,
dimutakhirkan, Pejabat SKPD menerbitkan TDUP untuk
kebenaran, dan keabsahan dokumen penunjang
diserahkan kepada pengusaha paling lambat dalam 3
permohonan pemutakhiran Daftar Usaha Pariwisata.
(tiga) hari kerja setelah pencantuman pemutakhiran ke
(2) Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada
dalam Daftar Usaha Pariwisata.
ayat (1) belum memenuhi kelengkapan, kebenaran dan
keabsahan, Pejabat SKPD memberitahukan secara
tertulis kekurangan dimaksud kepada Pengusaha
Pariwisata.
Pasal 31 a. menjaga dan menghormati norma agama, adat istiadat,
budaya dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat
(1) Pejabat SKPD menerbitkan TDUP berdasarkan Daftar
setempat;
Usaha Pariwisata yang telah dimutakhirkan
b. memberikan informasi yang akurat dan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30untuk
bertanggungjawab;
diserahkan kepada pengusaha Pariwisata paling lambat
c. memberikan pelayanan yang tidak diskriminatif;
3 (tiga) hari kerja setelah pencantuman pemutakhiran
d. memberikan kenyamanan, keramahan, perlindungan
ke dalam Daftar Usaha Pariwisata.
keamanan dan keselamatan wisatawan;
(2) Setelah Pengusaha Pariwisata menerima TDUP yang
e. memberikan perlindungan asuransi pada wisatawan
telah dimutakhirkan sebagaimana dimaksud pada ayat
dengan kegiatan pariwisata yang beresiko tinggi;
(1), TDUP terdahulu harus dikembalikan kepada Pejabat
f. mengembangkan kemitraan dengan usaha mikro, kecil
SKPD.
dan/atau koperasi setempat yang saling memerlukan,
memperkuat dan menguntungkan;
BAB IV
g. mengutamakan penggunaan produk masyarakat
HAK, KEWAJIBAN DAN LARANGAN PENGUSAHA
setempat, produk dalam negeri, dan memberikan
kesempatan kepada tenaga kerja lokal;
Bagian Kesatu
h. meningkatkan kompetensi tenaga kerja melalui
Hak dan Kewajiban
pelatihan dan pendidikan;
Pasal 32 i. berperan aktif dalam upaya pengembangan prasarana
dan program pemberdayaan masyarakat;
Setiap Pengusaha pariwisata berhak : j. turut serta mencegah segala bentuk perbuatan yang
a. mendapatkan kesempatan yang sama dalam berusaha melanggar kesusilaan dan kegiatan yang melanggar
dibidang kepariwisataan; hukum dilingkungan tempat usahanya;
b. membentuk dan menjadi anggota asosiasi; k. memelihara lingkungan yang sehat, bersih dan asri;
c. mendapatkan perlindungan hukum dalam berusaha; l. memelihara kelestarian lingkungan alam dan budaya;
dan m. menjaga Citra Negara dan Bangsa Indonesia melalui
d. mendapatkan fasilitas sesuai dengan ketentuan kegiatan usaha kepariwisataan; dan
peraturan perundang-undangan. n. menerapkan standar usaha dan standar kompetensi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
Pasal 33 undangan.

Setiap pengusaha pariwisata berkewajiban :


Bagian Kedua c. menyediakan kamar mandi dan sejenisnya di dalam
Larangan kamar pijat; dan
d. menggunakan lampu yang remang-remang di dalam
Pasal 34
kamar pijat.
(1) Usaha pariwisata dilarang menyelenggarakan usahanya
sebelum memiliki tanda daftar usaha dari Bupati. Pasal 36
(2) Usaha Pariwisata dilarang memindatangankan TDUPnya
(1) Pendirian tempat usaha rumah bernyanyi
kepada pihak lain kecuali atas izin Bupati.
keluarga(karaoke)dan panti pijat dilarang berada dalam
(3) Usaha pariwisata dilarang melakukan kegiatan yang
radius 200 (dua ratus) meter dari tempat ibadah dan
dapat mengganggu pelaksanaan ibadah, keyakinan dan
sekolah.
kepercayaaan warga masyarakat.
(2) Waktu tutup jam operasi untuk usaha rumah bernyanyi
(4) Usaha pariwisata dilarang melakukan kegiatan pada
(karaoke), paling lambat jam 24.00 wita untuk hari
hari-hari besar keagamaan yang ditetapkan dalam
senin sampai dengan jumat, dan jam 01.00 wita untuk
peraturan perundang-undangan.
hari sabtu malam.
(3) Waktu tutup jam operasi untuk usaha panti pijat,
Pasal 35 usaha salon kecantikan dan spa paling lambat jam
22.00 wita.
(1) Untuk menjalankan usaha rumah
bernyanyi(karaoke)dan sejenisnya dilarang : Pasal 37
a. menyediakan tempat pemajangan (etalase)
pramuria/pelayan; (1) Usaha kepariwisataan berupa usaha rumah bernyanyi
b. beroperasi tanpa menggunakan peredam suara; keluarga(karaoke)dan panti pijat dilarang menjalankan
c. menyediakan tempat dan fasilitas yang usaha/melakukan operasi pada :
memungkinkan terjadinya prostitusi dan asusila; a. satu hari sebelum sampai dengan hari ketiga sesudah
d. menyediakan fasilitas tempat tidur dan sejenisnya; bulan Ramadhan;
dan b. satu hari sebelum dan sesudah hari Natal;
e. menggunakanpintu yang tidak tembus pandang. c. satu hari sebelum dan sesudah hari Waisak;
(2) Untuk menjalankan usaha panti pijat dilarang : d. satu hari sebelum dan sesudah Idul Adha;
a. menggunakan daun pintu tertutup, kecuali e. satu hari sebelum dan sesudah hari Nyepi (Tahun
menggunakan tirai kain/gorden dengan ketinggian 50 Baru Saka);
(lima puluh) cm dari lantai; f. satu hari sebelum dan sesudah tanggal 1 Muharram;
b. menyediakan tempat pemajangan masseur (tukang dan
pijat);
g. hari-hari besar lainnya yang ditetapkan oleh (1) Pengusaha dapat mengajukan permohonan pengaktifan
Pemerintah. kembali TDUP apabila telah:
(2) Usaha kepariwisataan berupa usaha rumah makan, bar, a. terbebas dari pembatasan kegiatan usaha dan/atau
hotel, restoran di dalam menjalankan usahanya pada pembekuansementara kegiatan usaha sesuai dengan
waktu tertentu terkait pelaksanaan ibadah, dilarang ketentuan peraturanperundang-undangan
melakukan kegiatan pertunjukan atau demonstratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (1)huruf
yang mengganggu pelaksanaan ibadah sesuai keyakinan a; atau
dan kepercayaan masing-masing warga masyarakat. b. memiliki kemampuan untuk menyelenggarakan
kembali kegiatan usaha pariwisata sebagaimana
BAB V dimaksud dalam Pasal 38 ayat (1) huruf b.
PEMBEKUAN SEMENTARA DAN PEMBATALAN (2) Pengajuan permohonan pengaktifan kembali
pendaftaran usaha pariwisatadisertai:
Bagian Kesatu
a. dokumen yang membuktikan bahwa pengusaha telah
Pembekuan Sementara
terbebas darisanksi pembatasan kegiatan usaha
Pasal 38 dan/atau pembekuan sementarakegiatan usaha
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (1) huruf
(1) Bupati atau Pejabatyang ditunjuk membekukan
a;atau
sementara TDUP jika pengusaha :
b. surat pernyataan tertulis dari pengusaha yang
a. Terkenasanksi pembatasan kegiatan usaha dan/atau
menyatakan kesanggupannya untuk
pembekuansementara kegiatan usaha sesuai dengan
menyelenggarakan kembali kegiatan usaha pariwisata
ketentuan peraturanperundang-undangan; atau
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (1) huruf
b. tidak menyelenggarakan kegiatan usaha secara terus-
b.
menerus untuk jangka waktu 6 (enam) bulan atau
(3) Pengusaha wajib menjamin bahwa dokumen yang
lebih.
diserahkan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah
(2) TDUP tidak berlaku untuk sementara
absah, benar, dan sesuai dengan fakta.
apabilapendaftaran usaha pariwisata dibekukan
(4) Pejabat SKPD melaksanakan pemeriksaan kelengkapan,
sementara.
kebenaran dan keabsahan permohonan pengaktifan
(3) Pengusaha wajib menyerahkan TDUP kepadaBupati
kembali TDUP dan bukti yang menunjang.
atau Pejabatyang ditunjuk paling lambat 14 (empat
(5) Apabila berdasarkan pemeriksaan sebagaimana
belas) hari kerjasetelah mengalami hal sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) ditemukan bahwa berkas
dimaksud pada ayat (1).
permohonan pengaktifan kembali TDUP belum
memenuhi kelengkapan, kebenaran dan
Pasal 39
keabsahan,Pejabat SKPD memberitahukan secara a. terkena sanksi penghentian tetap kegiatan usaha
tertulis kekurangan yang ditemukan kepada pengusaha. sesuai denganketentuan peraturan perundang-
(6) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan undangan;
pemberitahuan kekurangan sebagaimana dimaksud b. tidak menyelenggarakan kegiatan usaha secara terus-
pada ayat (5) diselesaikan oleh Pejabat SKPDpaling menerus untukwaktu 1 (satu) tahun atau lebih; atau
lambat dalam jangka waktu 21 (dua puluh satu) hari c. membubarkan usahanya.
kerja sejak permohonan pengaktifan kembali TDUP (2) TDUP tidak berlaku lagi apabila dibatalkan.
diterima. (3) Pengusaha wajib mengembalikan TDUP kepada Pejabat
(7) Apabila Pejabat SKPD tidak memberitahukan secara SKPD paling lambat dalam jangka waktu 14
tertulis kekurangan yang ditemukan dalam jangka (empatbelas) hari kerja setelah mengalami hal
waktu 21 (dua puluh satu) hari kerja sejak permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat(1).
pengaktifan kembali PUP diterima, permohonan
pengaktifan kembali TDUP dianggap lengkap, benar dan
absah. BAB VI
(8) Pejabat SKPD mencantumkan pengaktifan TDUP ke PERAN SERTA MASYARAKAT
dalam Daftar Usaha Pariwisata paling lambat 1 (satu)
hari kerja setelah permohonan pengaktifan kembali Pasal 41
pendaftaran usaha dinyatakan atau dianggap lengkap,
(1) Masyarakat dapat berperan serta dalam membantu
benar dan absah.
upaya pengawasan danpengendalian terhadap kegiatan
(9) Berdasarkan Daftar Usaha Pariwisata yang telah
penyelenggaraan usaha pariwisata.
diaktifkan kembali, Pejabat SKPD menyerahkan kembali
(2) Masyarakat dapat melaporkan kepada instansi yang
TDUP kepada pengusaha paling lambat dalam jangka
berwenang apabilamengetahui adanya pelanggaran
waktu 3 (tiga) hari kerja setelah pencantuman
Penyelenggaraan Usaha Pariwisata.
pengaktifan kembali TDUP ke dalam Daftar Usaha
Pariwisata.
BAB VII
Bagian Kedua
PENGAWASAN
Pembatalan
Pasal 42
Pasal 40
(1) Pejabat SKPD melakukan pengawasan dalam
(1) Pejabat SKPD membatalkan TDUP jika pengusaha : rangkapendaftaran usaha pariwisata.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat BAB X
meliputipemeriksaan secara berkala maupun tertentu KETENTUAN PERALIHAN
ke lapangan untuk memastikan kesesuaiankegiatan
usaha dengan Daftar Usaha Pariwisata. Pasal 45
BAB VIII
(1) Izin Tetap Usaha Pariwisata yang masih berlaku dan
PELAPORAN
telah dimilikipengusaha sebelum ditetapkannya
Peraturan Daerah ini,masih tetap berlaku sampai habis
Pasal 43
waktu izin tetap usaha pariwisata.
(1) Bupati melaporkan hasil pendaftaran usaha (2) Pengusaha yang memiliki Izin Tetap Usaha
pariwisatakepada Gubernur setiap 6 (enam) bulan Pariwisataharus mengajukan permohonan pendaftaran
sekali. usahapariwisata dan memiliki TDUP dalamjangka waktu
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur paling lama 1 (satu) tahun sejak berakhirnya Izin Tetap
dengan Peraturan Bupati. Usaha Pariwisata.

BAB IX
SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 44

(1) Setiap Pengusaha Pariwisata yang tidak mendaftarkan


usaha pariwisatanya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 16atau melanggar ketentuan larangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34, Pasal 35, Pasal
36 dan Pasal 37, dapat dikenakan sanksi,berupa :
a. teguran/peringatan;
b. pembatasan kegiatan usaha;
c. pembekuan sementara kegiatan usaha; dan
d. pencabutan tanda daftar usaha pariwisatanya.
(2) Tata cara pemberian sanksi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), diatur dengan Peraturan Bupati.
LEMBARAN DAERAH KABUPATENPOLEWALI MANDAR TAHUN2015NOMOR 5

NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR,


PROVINSI SULAWESI BARAT : (NOMOR 18 / TAHUN 2015)
BAB XI
PENJELASAN
KETENTUAN PENUTUP
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR
Pasal 46
NOMOR 5 TAHUN 2015
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan. TENTANG
PENYELENGGARAAN USAHA KEPARIWISATAAN
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten
I.UMUM
Polewali Mandar.
Kepariwisataanmerupakansuatukegiatan yang
Ditetapkan di Polewali memilikifungsistrategisdanbersifat multidimensional
pada tanggal, 28Juli2015 sertamelibatkanseluruhaspekkehidupanmasyarakat.Kegiatanpari
BUPATI POLEWALI MANDAR, wisataberfungsisebagaipenggerakseluruhpotensi yang
dimilikidaerahdanmenjadipemicupengembangankegiatan lain
yang memerlukanpenanganansecaraterpadu,
khususnyaperencanaankegiatanpariwisata,
pengawasanmutuproduk, pembinaan, TandaDaftar Usaha
ANDI IBRAHIM MASDAR Pariwisatadanpengembanganpariwisatadaerahmenjadiwewenangd
Diundangkan diPolewali aerahKabupaten/Kota.
pada tanggal,29 Juli2015 Pemerintah Daerah
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR, bertugasmenyelenggarakanpembinaandanpemberdayaanterhadap
keberadaan Usaha pariwisata,PromosiPariwisata Daerah
untukketertibanpenyelenggaraankegiatankepariwisataan.
ISMAIL, AM SejalandengansemangatOtonomi Daerah yang
memberikankewenangankepada Daerah Kota/Kabupaten di
bidangkepariwisataan, Cukupjelas.
khususnyapembinaandanpengaturankegiatanusahapariwisata, Pasal13
PromosiPariwisata Daerah dankegiatankepariwisataanlainnya, Cukupjelas.
makauntukmemberikanlandasan hukum bagikepastian Usaha
pariwisata, PromosiPariwisata Daerah
diperlukanperaturanperundang-undangan yang
mengaturtentangpenyelenggaraankepariwisataandenganPeraturan Pasal14
Daerah/Kota. Cukupjelas.
II.PASAL DEMI PASAL
Pasal15
Cukupjelas.
Pasal 1
Pasal 16
Cukupjelas.
Cukupjelas.
Pasal 2
Pasal17
Cukupjelas.
Cukupjelas.
Pasal3
Pasal18
Cukupjelas.
BagiPengusahaPariwisatamikrodan/ataukeciltidakdiwajibkan
Pasal4
untukmendaftarkanusahanyakecualiataskeinginansendiridap
Cukupjelas.
atmelakukanpendaftaranusahapariwisata.
Pasal5
Pasal19
Cukupjelas.
Cukupjelas.
Pasal6
Pasal20
Cukupjelas.
Cukupjelas.
Pasal7
Pasal21
Cukupjelas.
Cukupjelas.
Pasal8
Pasal22
Cukupjelas.
Cukupjelas.
Pasal9
Pasal23
Cukupjelas.
Cukupjelas.
Pasal10
Pasal 24
Cukupjelas.
Cukup jelas.
Pasal11
Pasal 25
Cukupjelas.
Cukup jelas.
Pasal12
Pasal 26 Pasal 41
Cukup jelas. Cukup jelas.

Pasal 27 Pasal 42
Cukup jelas. Cukup jelas.
Pasal 28 Pasal 43
Cukup jelas. Cukup jelas.
Pasal 29 Pasal 44
Cukup jelas. Cukup jelas.
Pasal 30 Pasal 45
Cukup jelas. Cukup jelas.
Pasal 31 Pasal 46
Cukup jelas. Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR NOMOR 20.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.

Anda mungkin juga menyukai