BUPATI BANDUNG
PROVINSI JAWA BARAT
BUPATI BANDUNG,
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4
BAB II
PRINSIP
Pasal 5
Pasal 6
BAB III
PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 7
Bagian Kedua
Destinasi Pariwisata
Pasal 8
Pasal 9
Pasal 10
Pasal 11
Pasal 12
Pasal 13
Pasal 14
Bagian Ketiga
Industri Pariwisata
Pasal 15
Pasal 16
Bagian Keempat
Pemasaran Pariwisata
Pasal 17
Bagian Kelima
Kelembagaan Kepariwisataan
Pasal 18
BAB IV
USAHA PARIWISATA
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 19
Bagian Kedua
Daya Tarik Wisata
Pasal 20
Pasal 21
Pasal 22
Pasal 23
Bagian Ketiga
Kawasan Pariwisata
Pasal 24
Pasal 25
Bagian Keempat
Jasa Transportasi Wisata
Pasal 26
Pasal 27
Bagian Kelima
Jasa Perjalanan Wisata
Pasal 28
Pasal 29
Pasal 30
Bagian Keenam
Jasa Makanan dan Minuman
Pasal 31
Pasal 32
Bagian Ketujuh
Penyediaan Akomodasi
Pasal 33
Pasal 34
Bagian Kedelapan
Penyelenggaraan Kegiatan Hiburan dan Rekreasi
Pasal 35
Pasal 36
Bagian Kesembilan
Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Pertemuan,
Perjalanan Insentif, Konferensi dan Pameran
Pasal 37
Pasal 38
Bagian Kesepuluh
Jasa Informasi dan Konsultan Pariwisata
Pasal 39
Bagian Kesebelas
Jasa Pramuwisata
Pasal 40
Bagian Keduabelas
Wisata Tirta
Pasal 41
Bagian Ketigabelas
Solus Per Aqua (SPA)
Pasal 42
BAB V
WAKTU PENYELENGGARAAN
Pasal 43
Pasal 44
Pasal 45
BAB VI
HAK, KEWAJIBAN, DAN LARANGAN
Bagian Kesatu
Hak
Pasal 46
Pasal 47
Pasal 48
Pasal 49
Bagian Kedua
Kewajiban
Pasal 50
Pasal 51
Pasal 52
Bagian Kedua
Larangan
Pasal 53
BAB VII
BADAN PROMOSI PARIWISATA DAERAH
Pasal 54
Pasal 55
Pasal 56
Pasal 57
Pasal 58
Pasal 59
Pasal 60
BAB VIII
PELATIHAN SUMBER DAYA MANUSIA, STANDARDISASI,
SERTIFIKASI, DAN TENAGA KERJA
Bagian Kesatu
Pelatihan Sumber Daya Manusia
Pasal 61
Bagian Kedua
Standardisasi dan Sertifikasi
Pasal 62
Pasal 63
Bagian Ketiga
Tenaga Kerja Ahli Warga Negara Asing
Pasal 64
BAB IX
PARTISIPASI MASYARAKAT
Pasal 65
BAB X
PEMBIAYAAN
Pasal 66
Pasal 67
Pasal 68
Pasal 69
BAB XI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 70
BAB XII
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 71
BAB XIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 72
BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 73
Pasal 74
Ditetapkan di Soreang
pada tanggal 5 Agustus 2019
BUPATI BANDUNG,
ttd
DADANG M. NASER
Diundangkan di Soreang
pada tanggal 5 Agustus 2019
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN BANDUNG,
ttd
TEDDY KUSDIANA
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG
NOMOR 7 TAHUN 2019
TENTANG
KEPARIWISATAAN
I. UMUM
Penyelenggaraan Kepariwisataan melalui pembangunan Pariwisata di
Daerah sangat urgen. Terdapat 4 (empat) aspek penting dalam
pembangunan Kepariwisataan di Daerah yaitu mencakup aspek Destinasi
Pariwisata, aspek Industri Pariwisata, aspek Pemasaran Pariwisata, dan
aspek Kelembagaan Kepariwisataan. Penyelenggaraan Usaha Pariwisata
berfungsi memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan intelektual setiap
Wisatawan dengan rekreasi dan perjalanan. Melalui kegiatan usaha
Pariwisata dapat dicapai tujuan strategis meliputi meningkatnya
pertumbuhan ekonomi Daerah, meningkatnya kesejahteraan masyarakat,
mengurangi angka kemiskinan, mengatasi pengangguran, melestarikan
alam, lingkungan, dan sumber daya, memajukan kebudayaan, mengangkat
citra bangsa, memupuk rasa cinta tanah air, memperkukuh jati diri dan
kesatuan bangsa, serta mempererat persahabatan antar bangsa.
Upaya pembinaan Usaha Pariwisata di Daerah dilakukan agar mampu
mewujudkan tujuan strategis tersebut diatas maka Pemerintah Daerah
berwenang untuk mengatur penyelenggaraan dan pengelolaan
Kepariwisataan di Daerah. Keberadaan Peraturan Daerah tentang
Kepariwisataan merupakan landasan hukum bagi Pemerintah Daerah dalam
melakukan upaya penyelenggraaan dan pengelolaan Kepariwisataan dalam
menyejahterakan masyarakat serta terjalinnya regulasi yang sinergis dalam
pembangunan Kepariwisataan.
Peraturan Daerah ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam
penyelenggaraan Kepariwisataan dalam bentuk:
a. landasan hukum dan sekaligus pedoman bagi Pemerintah Daerah
dalam penyelenggaraan Kepariwisataan di masa sekarang dan masa
yang akan datang;
b. pendorong kegiatan masyarakat dan perencanaan pembangunan
jangka panjang dalam bidang Kepariwisataan yang diselenggarakan
oleh Pemerintah Daerah dapat lebih tertib, terarah, terkoordinasi;
c. penyelarasan penyelenggaraan pembangunan Kepariwisataan yang
sejalan dengan dinamika politik, hukum, dan pemerintahan; dan
e. jaminan kepastian hukum bagi masyarakat dan Pemerintah Daerah
serta seluruh pemangku kepentingan Kepariwisataan di Daerah.
Pasal 3
30
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “lingkungan hidup” adalah kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaaan, dan makhluk hidup,
termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta
makhluk hidup lainnya.
Huruf e
Yang dimaksud dengan “masyarakat setempat” adalah masyarakat
yang bertempat tinggal di dalam wilayah destinasi pariwisata dan
diprioritaskan untuk mendapatkan manfaat dari penyelenggaraan
kegiatan pariwisata di tempat tersebut.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Yang dimaksud dengan “kode etik kepariwisataan dunia dan
kesepakatan internasional” adalah kode etik dan kesepakatan
internasional dalam penyelenggaraan kepariwisataan yang telah
diratifikasi.
Huruf h
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “Destinasi Pariwisata” antara lain
pemberdayaan masyarakat, pembangunan Daya Tarik Wisata,
pembangunan prasarana, penyediaan fasilitas umum, serta
pembangunan fasilitas Pariwisata secara terpadu dan
berkesinambungan.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “Industri Pariwisata” antara lain
pembangunan struktur (fungsi, hierarki, dan hubungan)
Industri Pariwisata, daya saing produk Pariwisata, kemitraan
Usaha Pariwisata, kredibilitas bisnis, serta tanggung jawab
terhadap lingkungan alam dan sosial budaya.
Huruf c
31
Huruf e
32
Huruf e
Yang dimaksud dengan “usaha jasa makanan dan minuman”
adalah usaha jasa penyediaan makanan dan minuman yang
dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses
pembuatan dapat berupa restoran, kafe, jasa boga, dan bar/kedai
minum.
Huruf f
Yang dimaksud dengan “usaha penyediaan akomodasi” adalah
usaha yang menyediakan pelayanan penginapan yang dapat
dilengkapi dengan pelayanan Pariwisata lainnya.
Usaha penyediaan akomodasi dapat berupa hotel, vila, pondok
wisata, bumi perkemahan, persinggahan karavan, dan akomodasi
lainnya yang digunakan untuk tujuan Pariwisata.
Huruf g
Yang dimaksud dengan “usaha penyelenggaraan kegiatan hiburan
dan rekreasi” merupakan usaha yang ruang lingkup kegiatannya
berupa usaha seni pertunjukan, arena permainan, karaoke,
bioskop, serta kegiatan hiburan dan rekreasi lainnya yang
bertujuan untuk Pariwisata.
Huruf h
Yang dimaksud dengan “usaha penyelenggaraan pertemuan,
perjalanan insentif, konferensi, dan pameran” adalah usaha yang
memberikan jasa bagi suatu pertemuan sekelompok orang,
menyelenggarakan perjalanan bagi karyawan dan mitra usaha
sebagai imbalan atas prestasinya, serta menyelenggarakan
pameran dalam rangka menyebarluaskan informasi dan promosi
suatu barang dan jasa yang berskala nasional, regional, dan
internasional.
Huruf i
Yang dimaksud dengan “usaha jasa informasi Pariwisata” adalah
usaha yang menyediakan data, berita, feature, foto, video, dan
hasil penelitian mengenai Kepariwisataan yang disebarkan dalam
bentuk bahan cetak dan/atau elektronik.
Huruf j
Yang dimaksud dengan “usaha jasa konsultan Pariwisata” adalah
usaha yang menyediakan saran dan rekomendasi mengenai studi
kelayakan, perencanaan, pengelolaan usaha, penelitian, dan
pemasaran di bidang Kepariwisataan.
Huruf k
Yang dimaksud dengan “usaha jasa pramuwisata” adalah usaha
yang menyediakan dan/atau mengoordinasikan tenaga pemandu
Wisata untuk memenuhi kebutuhan wisatawan dan/atau
kebutuhan biro perjalanan Wisata.
Huruf l
Yang dimaksud dengan “usaha wisata tirta” merupakan usaha
yang menyelenggarakan Wisata dan olahraga air, termasuk
penyediaan sarana dan prasarana serta jasa lainnya yang dikelola
secara komersial di perairan laut, pantai, sungai, danau, dan
waduk.
34
Huruf m
Yang dimaksud dengan “usaha spa” adalah usaha perawatan yang
memberikan layanan dengan metode kombinasi terapi air, terapi
aroma, pijat, rempah, layanan makanan atau minuman sehat, dan
olah aktivitas fisik dengan tujuan menyeimbangkan jiwa dan raga
dengan tetap memperhatikan tradisi dan budaya bangsa
Indonesia.
Pasal 20
Pengusaha pada jenis usaha pengelolaan daya tarik wisata dapat
merupakan usaha perseorangan atau berbadan usaha Indonesia
berbadan hukum atau tidak berbadan hukum sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
35
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas.
Pasal 57
Cukup jelas
Pasal 58
Cukup jelas.
Pasal 99
Cukup jelas.
Pasal 60
Cukup jelas.
Pasal 61
Cukup jelas.
36
Pasal 62
Cukup jelas.
Pasal 63
Cukup jelas.
Pasal 64
Cukup jelas.
Pasal 65
Cukup jelas.
Pasal 66
Cukup jelas.
Pasal 67
Cukup jelas.
Pasal 68
Cukup jelas.
Pasal 69
Cukup jelas.
Pasal 70
Cukup jelas
Pasal 71
Cukup jelas.
Pasal 72
Cukup jelas.
Pasal 73
Cukup jelas
Pasal 74
Cukup jelas.