Anda di halaman 1dari 33

SALINAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG

NOMOR 8 TAHUN 2014

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG

NOMOR 8 TAHUN 2014

TENTANG

RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH


KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2014-2025

SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN SUMEDANG

2014
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG 2
c. bahwa pembangunan kepariwisataan
diperlukan untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi memajukan kesejahteraan rakyat,
menghapus kemiskinan, mengatasi
pengangguran untuk mampu menghadapi
tantangan perubahan kehidupan lokal,
NOMOR 8 TAHUN 2014
nasional dan global;
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG d. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal
NOMOR 8 TAHUN 2014 9 ayat (3) Undang-Undang Nomor 10 Tahun
2009 tentang Kepariwisataan, perlu
TENTANG menetapkan rencana induk pembangunan
kepariwisataan daerah;
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH
KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2014-2025 e. bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA b, huruf c dan huruf d, perlu menetapkan
Peraturan Daerah tentang Rencana Induk
BUPATI SUMEDANG, Pembangunan Kepariwisataan Daerah
Kabupaten Sumedang Tahun 2014-2025;
Menimbang : a. bahwa Kabupaten Sumedang sebagai daerah
tujuan wisata/destinasi memiliki alam, flora Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar
dan fauna karunia Tuhan Yang Maha Kuasa Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
serta peninggalan purbakala, peninggalan 2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950
sejarah, seni dan budaya, merupakan sumber tentang Pembentukan Daerah-daerah
daya yang dapat dimanfaatkan sebagai modal Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Djawa
pembangunan kepariwisataan; Barat (Berita Negara Republik Indonesia
b. bahwa pembangunan kepariwisataan Tahun 1950) sebagaimana telah diubah
merupakan bagian integral dari rencana dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968
pembangunan jangka panjang daerah yang tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta
dilakukan secara sistematis, terencana, dan Kabupaten Subang dengan Mengubah
terpadu, berkelanjutan dan bertanggung Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950
jawab dengan tetap memelihara prinsip tentang Pembentukan Daerah-daerah
penyelenggaraan kepariwistaan yang Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Djawa
menjunjung tinggi norma agama dan nilai Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia
budaya, hak asasi manusia, pelestarian alam Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lembaran
dan lingkungan hidup; Negara Republik Indonesia Nomor 2851);
3 4
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan
Republik Indonesia Nomor 443) sebagaimana Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
telah diubah beberapa kali, terakhir dengan 5059);
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 9. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010
tentang Perubahan Kedua atas Undang- tentang Cagar Budaya (Lembaran Negara
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 130,
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tambahan Lembaran Negara Republik
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59 Indonesia Nomor 5063);
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara
Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82 Tambahan
Indonesia Nomor 4725);
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 4737);
tentang Keterbukaan Informasi Publik
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 11. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011
2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara tentang Rencana Induk Pembangunan
Republik Indonesia Nomor 4846); Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025
(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun
6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 2011 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5262);
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11,
Tambahan Lembaran Negara Republik 12. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010
Indonesia Nomor 4966); tentang Pedoman Penyusunan Peraturan
7. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tentang
tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah 2010 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Republik Indonesia Nomor 5104);
2009 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5043);
5 6
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 20. Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tahun 2007 tentang Pedoman Fasilitasi Nomor 7 Tahun 2008 tentang Urusan
Organisasi Kemasyarakatan, Keraton dan Pemerintahan Kabupaten Sumedang
Lembaga Adat dalam Pelestarian dan (Lembaran Daerah Kabupaten Sumedang
Pengembangan Budaya Daerah; Tahun 2008 Nomor 7);
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 21. Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tahun 2009 tentang Pedoman Pengembangan Nomor 2 Tahun 2008 tentang Rencana
Ekowisata di Daerah; Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah
15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Kabupaten Sumedang Tahun 2008 Nomor 2);
Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk
22. Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Hukum Daerah (Berita Negara Republik
Nomor 9 Tahun 2011 tentang Kepariwisataan
Indonesia Tahun 2014 Nomor 32);
(Lembaran Daerah Kabupaten Sumedang
16. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor Tahun 2011 Nomor 9);
5 Tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, 23. Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Sastra dan Aksara Daerah (Lembaran Daerah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Rencana Tata
Provinsi Jawa Barat Tahun 2003 Nomor 5); Ruang Wilayah Kabupaten Sumedang 2011-
17. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2031 (Lembaran Daerah Kabupaten Sumedang
6 Tahun 2003 tentang Pengelolaan Kesenian Tahun 2012 Nomor 2, Tambahan Lembaran
(Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 1);
2003 Nomor 6); 24. Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Nomor 6 Tahun 2012 tentang Pembentukan
18. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor
Produk Hukum Daerah (Lembaran Daerah
7 Tahun 2003 tentang Pengelolaan
Kabupaten Sumedang Tahun 2012 Nomor 6,
Kepurbakalaan, Kesejahteraan, Nilai
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten
Tradisional dan Museum (Lembaran Daerah
Sumedang Nomor 2);
Provinsi Jawa Barat Tahun 2003 Nomor 7)
Dengan Persetujuan Bersama
19. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor
2 Tahun 2008 tentang Kepariwisataan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
(Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun KABUPATEN SUMEDANG
2008 Nomor 2);
dan
BUPATI SUMEDANG
MEMUTUSKAN :
7 8
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA 7. Pembangunan adalah suatu proses perubahan
INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN ke arah yang lebih baik yang di dalamnya
DAERAH TAHUN 2014-2025. meliputi upaya-upaya perencanaan,
implementasi dan pengendalian, dalam rangka
BAB I
penciptaan nilai tambah sesuai yang
KETENTUAN UMUM dikehendaki.
Pasal 1
8. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud yang terkait dengan pariwisata dan bersifat
dengan: multidimensi serta multi disiplin yang muncul
1. Daerah adalah Kabupaten Sumedang. sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan
negara serta interaksi antara wisatawan dan
2. Pemerintahan daerah adalah Bupati dan masyarakat setempat, sesama wisatawan,
Perangkat Daerah sebagai unsur pemerintah, pemerintah daerah dan
penyelenggara Pemerintahan Daerah. pengusaha.
3. Bupati adalah Bupati Sumedang. 9. Wisatawan adalah orang yang melakukan
4. Dewan
wisata.
Perwakilan Rakyat Daerah yang
selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan 10. Destinasi pariwisata adalah kawasan geografis
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten yang berada dalam satu atau lebih wilayah
Sumedang. administratif yang didalamnya terdapat daya
5. Wisata
tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas
adalah kegiatan perjalanan yang
pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok
yang saling terkait dan melengkapi
orang dengan mengunjungi tempat tertentu
terwujudnya kepariwisataan.
untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi
atau mempelajari keunikan daya tarik wisata 11. Industri pariwisata adalah kumpulan usaha
yang dikunjungi dalam jangka waktu pariwisata yang saling terkait dalam rangka
sementara. menghasilkan barang dan/atau jasa bagi
6. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan
pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam
penyelenggaraan wisata.
wisata dan didukung berbagai fasilitas serta
layanan yang disediakan oleh masyarakat, 12. Pemasaran pariwisata adalah aktivitas untuk
pengusaha, pemerintah dan pemerintah menarik wisatawan dan memotivasi mereka
daerah. untuk membeli produk dan pelayanan
pariwisata yang ditawarkan.
9 10
13. Kelembagaan kepariwisatan adalah organisasi- 18. Kawasan andalan pariwisata adalah kawasan
organisasi pemerintah, swasta, maupun yang diharapkan mampu mendorong
masyarakat, termasuk sumber daya manusia pertumbuhan ekonomi bagi kawasan tersebut
di dalamnya, serta regulasi dan mekanisme dan kawasan di sekitarnya dengan
operasional dalam pengembangan pengembangan pariwisata.
kepariwisataan.
19. Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan
14. Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang Daerah Tahun 2014-2025 yang selanjutnya
memiliki keunikan, keindahan dan nilai yang disebut RIPPARDA Tahun 2014-2025 adalah
berupa keanekaragaman kekayaan alam, pedoman utama bagi perencanaan,
budaya dan hasil buatan manusia yang pengelolaan dan pengendalian pembangunan
menjadi sasaran atau tujuan kunjungan kepariwisataan di tingkat Kabupaten yang
wisatawan. berisikan visi, misi dan tujuan pembangunan
kepariwisataan yang ditentukan mencakup
15. Usaha perjalanan wisata adalah usaha yang
aspek pengembangan destinasi pariwisata,
menyediakan barang dan/ atau jasa bagi industri pariwisata, pemasaran dan
pemenuhan kebutuhan wisatawan dan kelembagaan pariwisata.
penyelenggaraan pariwisata.
20. Aksesibilitas pariwisata adalah semua jenis
16. Fasilitas penunjang pariwisata adalah produk
sarana dan prasarana transportasi yang
dan pelayanan yang dibutuhkan untuk mendukung pergerakan wisatawan ke
menunjang terpenuhinya kebutuhan destinasi pariwisata dalam kaitan dengan
berwisata wisatawan. motivasi kunjungan pariwisata.
17. Kawasan Strategis Pariwisata Kabupaten yang 21. Prasarana umum adalah kelengkapan yang
selanjutnya disebut KSPK adalah kawasan pengadaannya memungkinkan suatu
yang memiliki fungsi utama pariwisata atau lingkungan dapat beroperasi dan berfungsi
memiliki potensi untuk pengembangan sebagaimana mestinya.
pariwisata yang mempunyai pengaruh penting
dalam satu atau lebih aspek, seperti 22. Fasilitas pariwisata adalah semua jenis sarana
pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, yang secara khusus ditujukan untuk
pemberdayaan sumber daya alam, daya mendukung penciptaan kemudahan,
dukung lingkungan hidup serta pertahanan kenyamanan, keselamatan wisatawan dalam
dan keamanan. melakukan kunjungan ke destinasi pariwisata.
11 12
23. Sumber daya manusia pariwisata yang BAB II
selanjutnya disebut SDM Pariwisata adalah PRINSIP DAN AZAS
tenaga yang pekerjaannya terkait secara Bagian Kesatu
langsung dan tidak langsung dengan kegiatan Prinsip
Kepariwisataan.
Pasal 2
24. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya
untuk meningkatkan kesadaran, kapasitas, Prinsip pembangunan kepariwisataan terdiri atas
akses dan peran masyarakat baik secara :
individu maupun kelompok dalam memajukan a. kepariwisataan yang tidak menyalahi ajaran
kualitas hidup, kemandirian dan agama atau tradisi, tidak mengganggu
kesejahteraan melalui kegiatan keseimbangan ekologis/ lingkungan dan tidak
kepariwisataan. melanggar hak asasi manusia;
b. apresiasi terhadap nilai dan norma kehidupan
25. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat
berbangsa dan bernegara serta nilai-nilai
kepada usaha dan pekerja pariwisata untuk budaya masyarakat lokal setempat, jati diri
mendukung peningkatan mutu produk sebagai bangsa Indonesia;
pariwisata, pelayanan dan pengelolaan
kepariwisataan. c. pemanfaatan potensi sebesar-besarnya untuk
daya guna bangsa Indonesia; dan
26. Kawasan pariwisata adalah suatu ruang
pariwisata yang mencakup luas areal tertentu d. keanekaragaman alam maupun budaya
sebagai suatu kawasan dengan komponen adalah ciri khas Indonesia sebagai modal
pariwisata serta memiliki karakter atau tema dasar, identitas lokal perlu dikembangkan
tertentu yang dominan dan melekat kuat seluas-luasnya.
sebagai komponen pencitraan kawasan Bagian Kedua
tersebut. Azas
Pasal 3
Azas pembangunan kepariwisataan daerah
adalah:
a. manfaat;
b. kekeluargaan;
13 14
c. adil dan merata; Bagian Kedua
Ruang Lingkup
d. keseimbangan;
Pasal 5
e. kemandirian;
Ruang lingkup RIPPARDA Tahun 2014-2025
f. kelestarian;
meliputi:
g. partisipasi; a. pembangunan destinasi pariwisata;
h. berkelanjutan; dan b. pembangunan industri pariwisata;
i. demokratis. c. pembangunan pemasaran; dan
BAB III d. pembangunan kelembagaan kepariwisataan.
KEDUDUKAN, RUANG LINGKUP DAN JANGKA
Bagian Ketiga
WAKTU PERENCANAAN
Jangka Waktu Perencanaan
Bagian Kesatu Pasal 6
Kedudukan
Jangka waktu perencanaan RIPPARDA dalam
Pasal 4 kurun waktu tahun 2014 sampai dengan tahun
2025 dan dapat di lakukan revisi setiap 5 (lima)
Kedudukan RIPPARDA Tahun 2014-2025: tahun.
a. merupakan bagian integral dari rencana BAB IV
pembangunan jangka panjang daerah (RPJPD) PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH
tahun 2005-2025;
Bagian Kesatu
b. menjabarkan visi dan misi Pembangunan Umum
Kabupaten Sumedang serta kebijakan
pembangunan yang berlaku; Pasal 7

c. sebagai pedoman bagi pembangunan (1) Pembangunan kepariwisataan daerah


kepariwisataan Kabupaten Sumedang; dan dilaksanakan berdasarkan RIPPARDA.

d. sebagai dasar hukum dan dasar pertimbangan (2) Pembangunan kepariwisataan daerah
dalam penyusunan rencana strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat:
pembangunan kepariwisataan daerah a. visi;
Kabupaten Sumedang.
b. misi;
15 16
c. tujuan; c. pemasaran pariwisata yang bertanggung
jawab, mampu menggerakan industri
d. sasaran; dan pariwisata dalam kegiatan pemasaran terpadu,
e. arah pembangunan kepariwisataan daerah unggul, untuk meningkatkan kunjungan
dalam kurun waktu tahun 2014 sampai wisatawan nusantara dan mancanegara; dan
dengan tahun 2025. d. kelembagaan organisasi pemerintah daerah
bidang pariwisata, asosiasi profesi usaha
Bagian Kedua
pariwisata, industri pariwisata, masyarakat,
Visi
sumber daya manusia, regulasi, dalam rangka
Pasal 8 mendorong terwujudnya pembangunan
kepariwisataan daerah.
Visi pembangunan kepariwisatan Kabupaten
Sumedang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 Bagian Keempat
ayat (2) huruf a adalah terwujudnya Sumedang Tujuan
sebagai daerah tujuan pariwisata alam, budaya Pasal 10
dan minat khusus berkelas dunia, berdaya saing,
berkelanjutan, handal, serta mampu mendorong Tujuan pembangunan kepariwisataan daerah
pembangunan daerah dan kesejahteraan rakyat. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2)
huruf c adalah :
Bagian Ketiga
a. meningkatkan kualitas dan kuantitas
Misi
destinasi pariwisata;
Pasal 9
b. mewujudkan industri pariwisata yang mampu
Misi pembangunan kepariwisataan Kabupaten menggerakan perekonomian daerah;
Sumedang meliputi pengembangan: c. mengembangkan pemasaran pariwisata secara
a. destinasi pariwisata yang aman, nyaman, efektif dan efisien melalui pemasaran terpadu
menarik, indah, mudah dicapai, berwawasan dan bertanggung jawab;
dan ramah lingkungan, meningkatkan d. mengembangkan kelembagaan kepariwisataan
pendapatan daerah dan masyarakat; yang sinergi dengan pembangunan
kepariwisataan daerah; dan
b. industri pariwisata yang berdaya saing,
kredibel, mampu menggerakan kemitraan e. mengembangkan peran masyarakat lokal,
usaha dan bertanggung jawab terhadap peran komunitas lokal dalam pengembangan
lingkungan; pariwisata berbasis kreatifitas.
17 18
Bagian Kelima b. mempersiapkan pembangunan kepariwisataan
Sasaran Kabupaten Sumedang keterkaitannya dengan
pembangunan jalan tol Cisumdawu, Bandara
Pasal 11
Kertajati, Bendungan/Waduk Jatigede,
Sasaran pembangunan kepariwisataan daerah pertumbuhan Kota Bandung sebagai destinasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) pariwisata internasional, dan rencana
huruf d adalah: pembangunan pelabuhan laut cirebon;

a. peningkatan jumlah kunjungan wisatawan c. menetapkan kawasan strategis pariwisata


mancanegara; kabupaten (KSPK) melalui pembangunan daya
tarik wisata, kawasan wisata tematik
b. peningkatan jumlah kunjungan wisatawan berdasarkan kekuatan potensi dan karakter
nusantara; wilayah masing-masing;
c. peningkatan lama tinggal wisatawan; d. orientasi upaya peningkatan pertumbuhan
d. peningkatan produk domestik bruto di bidang ekonomi, peningkatan kesempatan kerja dan
kepariwisataan. berusaha, pengurangan kemiskinan;

Bagian Keenam e. secara terpadu, secara lintas sektoral, lintas


Arah Pembangunan daerah dan lintas pelaku; dan

Pasal 12 f. mendorong tumbuhnya investasi di bidang


kepariwisataan serta mendorong kemitraan
Arah pembangunan sebagaimana dimaksud sektor publik dan privat.
dalam Pasal 7 ayat (2) huruf e dilaksanakan
dengan: Pasal 13
a. membangun destinasi kepariwisataan yang Indikator sasaran pembangunan kepariwisataan
berkelanjutan, ramah lingkungan, terjalinnya daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
pembangunan infrastruktur dan aksesibilitas tercantum dalam lampiran I yang merupakan
antar wilayah, sistem transportasi, sistem bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah
jaringan jalan, guna memberikan kemudahan, ini
kenyamanan kepada wisatawan dan
masyarakat;
19 20
BAB V c. memiliki lokasi strategis yang berperan
PEMBANGUNAN DESTINASI PARIWISATA menjaga persatuan dan keutuhan wilayah;
DAERAH
d. memiliki fungsi dan peran strategis dalam
Bagian Kesatu menjaga fungsi dan daya dukung
Umum lingkungan hidup;
Pasal 14 e. memiliki fungsi dan peran strategis dalam
Pembangunan destinasi pariwisata daerah usaha pelestarian dan pemanfaatan aset
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a budaya, termasuk di dalamnya aspek
meliputi : sejarah dan kepurbakalaan;
a. pembangunan kawasan strategis pariwisata f. memiliki kesiapan dan dukungan
Kabupaten Sumedang (KSPK); masyarakat;
b. pembangunan daya tarik wisata; g. memiliki kekhususan dari wilayah; dan
c. pembangunan aksesibilitas pariwisata;
h. memiliki potensi kecenderungan produk
d. pembangunan prasarana umum, fasilitas wisata masa depan.
umum, dan fasilitas pariwisata;
(2) KSPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
e. pemberdayaan masyarakat melalui ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
kepariwisataan; dan
f. pengembangan investasi di bidang pariwisata. Bagian Ketiga
Pembangunan Daya Tarik Wisata
Bagian Kedua
Pembangunan KSPK Pasal 16

Pasal 15 (1) Pembangunan daya tarik wisata sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 14 huruf b meliputi :
(1) Pembangunan KSPK sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 huruf a dengan kriteria : a. daya tarik wisata alam;

a. memiliki sumber daya pariwisata potensial b. daya tarik wisata budaya; dan
untuk menjadi Daya Tarik Wisata
c. daya tarik wisata hasil buatan manusia.
unggulan dan memiliki citra yang sudah
dikenal secara luas;
b. memiliki potensi pasar, baik skala nasional
maupun khususnya internasional;
21 22
(2) Pembangunan daya tarik wisata sebagaimana Bagian Keempat
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan Pembangunan Aksesibilitas Pariwisata
berdasarkan prinsip menjungjung tinggi nilai Pasal 19
agama dan budaya serta tata cara hidup
masyarakat setempat dan menjaga kelestarian (1) Pembangunan Aksesibilitas Pariwisata,
sumber dayanya. meliputi:
Pasal 17 a. penyediaan dan pengembangan sarana
Arah kebijakan pembangunan daya tarik wisata transportasi angkutan jalan, sungai,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) danau dan penyeberangan, dan angkutan
meliputi : kereta api;

a. peningkatan kualitas dan kuantitas daya tarik b. penyediaan dan pengembangan prasarana
wisata; transportasi angkutan jalan, sungai,
danau dan penyeberangan, dan angkutan
b. peningkatan daya saing daya tarik wisata; dan kereta api; dan
c. peningkatan keragaman nilai daya tarik c. penyediaan dan pengembangan sistem
wisata. transportasi angkutan jalan, sungai,
danau dan penyeberangan, dan angkutan
Pasal 18 kereta api.
Strategi pembangunan daya tarik wisata meliputi :
(2) Pembangunan Aksesibilitas Pariwisata
a. mengembangkan daya tarik wisata baru; sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dimaksudkan untuk mendukung
b. mengembangkan upaya pengelolaan daya tarik pengembangan Kepariwisataan dan
wisata yang profesional; pergerakan wisatawan menuju destinasi dan
c. memperkuat citra destinasi pariwisata daerah; pergerakan wisatawan di dalam KSPK.
dan
d. memperkuat upaya penataan ruang wilayah
dan konservasi potensi kepariwisataan dan
lingkungan
23 24
Pasal 20 c. mengembangkan keragaman atau
diversifikasi jenis moda transportasi
Arah kebijakan penyediaan dan pengembangan menuju destinasi dan pergerakan
sarana transportasi angkutan jalan, sungai, wisatawan di Destinasi Pariwisata sesuai
danau dan penyeberangan, dan angkutan kereta kebutuhan dan perkembangan pasar.
api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat
(1) huruf a, meliputi: (2) Strategi untuk pengembangan dan
peningkatan kenyamanan dan keamanan
a. pengembangan dan peningkatan kemudahan pergerakan wisatawan menuju destinasi dan
akses dan pergerakan wisatawan menuju pergerakan wisatawan di KSPK sebagaimana
destinasi dan pergerakan wisatawan di KSPK; dimaksud dalam Pasal 20 huruf b, meliputi
dan mengembangkan dan meningkatkan kualitas:
b. pengembangan dan peningkatan a. kenyamanan moda transportasi menuju
kenyamanan dan keamanan pergerakan destinasi dan pergerakan wisatawan di
wisatawan menuju destinasi dan pergerakan KSPK sesuai kebutuhan dan
wisatawan di KSPK perkembangan pasar; dan
Pasal 21
b. keamanan moda transportasi untuk
(1) Strategi untuk pengembangan dan menjamin keselamatan perjalanan
peningkatan kemudahan akses dan wisatawan menuju destinasi dan
pergerakan wisatawan menuju destinasi dan pergerakan wisatawan di KSPK.
pergerakan wisatawan di KSPK sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 huruf a, meliputi: Pasal 22
a. meningkatkan ketersediaan moda Arah kebijakan penyediaan dan pengembangan
transportasi sebagai sarana pergerakan prasarana transportasi angkutan jalan, sungai,
wisatawan menuju destinasi dan danau dan penyeberangan, dan angkutan kereta
pergerakan wisatawan di KSPK sesuai api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat
kebutuhan dan perkembangan pasar; (1) huruf b, meliputi:
b. b. meningkatkan kecukupan kapasitas a. pengembangan dan peningkatan kemudahan
angkut moda transportasi menuju akses terhadap prasarana transportasi sebagai
destinasi dan pergerakan wisatawan di simpul pergerakan yang menghubungkan
Destinasi Pariwisata sesuai kebutuhan dan lokasi asal wisatawan menuju destinasi dan
perkembangan pasar; dan pergerakan wisatawan di KSPK;
25 26
b. pengembangan dan peningkatan (2) Strategi untuk pengembangan dan
keterhubungan antara KSPK dengan peningkatan keterhubungan antara KSPK
keterhubungan antar komponen daya tarik dengan keterhubungan antar komponen daya
dan simpul-simpul pergerakan di dalam KSPK; tarik dan simpul-simpul pergerakan di dalam
dan KSPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
huruf b, meliputi mengembangkan dan
c. pengembangan dan peningkatan kenyamanan meningkatkan:
perjalanan menuju destinasi dan pergerakan
wisatawan di dalam KSPK. a. jaringan transportasi penghubung antara
KSPK keterhubungan antar komponen
Pasal 23 daya tarik dan simpul-simpul pergerakan
di dalam KSPK; dan
(1) Strategi untuk pengembangan dan
peningkatan kemudahan akses terhadap b. keterpaduan jaringan infrastruktur
prasarana transportasi sebagai simpul transportasi antara pintu gerbang wisata
pergerakan yang menghubungkan lokasi asal dan KSPK serta komponen yang ada di
wisatawan menuju destinasi dan pergerakan dalamnya yang mendukung kemudahan
wisatawan di KSPK sebagaimana dimaksud transfer intermoda.
dalam Pasal 22 huruf a, meliputi (3) Strategi untuk pengembangan dan
meningkatkan: peningkatan kenyamanan perjalanan menuju
a. ketersediaan prasarana simpul destinasi dan pergerakan wisatawan di dalam
pergerakan moda transportasi pada KSPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
lokasi-lokasi strategis di KSPK sesuai huruf c, meliputi mengembangkan dan
kebutuhan dan perkembangan pasar; dan meningkatkan kualitas dan kapasitas:
a. jaringan transportasi untuk mendukung
b. keterjangkauan prasarana simpul
kemudahan, kenyamanan dan
pergerakan moda transportasi dari pusat-
keselamatan pergerakan wisatawan sesuai
pusat kegiatan pariwisata di KSPK.
kebutuhan dan perkembangan pasar; dan
b. fasilitas persinggahan di sepanjang koridor
pergerakan wisata di dalam KSPK sesuai
kebutuhan dan perkembangan pasar.
27 28
Pasal 25 (2) Pembangunan Aksesibilitas Pariwisata
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
Arah kebijakan penyediaan dan pengembangan
peraturan perundangan-undangan.
sistem transportasi angkutan jalan, sungai, danau
dan penyeberangan, dan angkutan kereta api Bagian Kelima
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) Pembangunan Prasarana Umum, Fasilitas Umum
huruf c, meliputi: dan Fasilitas Kepariwisataan
a. peningkatan kemudahan pergerakan Pasal 28
wisatawan dengan memanfaatkan beragam Pembangunan prasarana umum, fasilitas umum
jenis moda transportasi secara terpadu; dan
dan fasilitas kepariwisataan yang direncanakan di
b. peningkatan kemudahan akses terhadap setiap daya tarik wisata dan kawasan wisata
informasi berbagai jenis moda transportasi terdiri dari:
dalam rangka perencanaan perjalanan wisata.
a. prasarana jaringan jalan arteri, kolektor dan
Pasal 26 lokal;
(1) Strategi untuk peningkatan kemudahan b. penyediaan air bersih;
pergerakan wisatawan dengan memanfaatkan
beragam jenis moda transportasi secara c. pembuangan air kotor;
terpadu sebagaimana dimaksud dalam Pasal d. pembuangan sampah;
25 huruf a diwujudkan dalam bentuk
e. penyediaan tenaga listrik;
Pembangunan sistem transportasi dan
pelayanan terpadu di KSPK. f. penyediaan sarana telekomunikasi; dan
(2) Strategi untuk peningkatan kemudahan akses g. pengembangan sarana transportasi lokal.
terhadap informasi berbagai jenis moda Bagian Keenam
transportasi dalam rangka perencanaan Pemberdayaan Masyarakat melalui
perjalanan wisata sebagaimana dimaksud Kepariwisataan
dalam Pasal 25 huruf b, meliputi
mengembangkan dan meningkatkan: Pasal 29
Pasal 27 a. Pengembangan kawasan wisata wajib
memberdayakan masyarakat setempat.
(1) Pembangunan Aksesibilitas Pariwisata
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat b. Pemberdayaan masyarakat sebagaimana
(1) diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah, dimaksud pada ayat (1) dimulai dari
Badan Usaha Milik Daerah, swasta dan perencanaan, pelatihan pemanfaatan dan
masyarakat. pengendalian.
29 30
Pasal 30 (2) Strategi untuk peningkatan kemudahan
investasi di bidang pariwisata sebagaimana
(1) Pemberdayaan masyarakat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 31 huruf b, meliputi:
dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2)
diselenggarakan melalui kegiatan peningkatan a. melaksanakan debirokratisasi investasi
pelatihan dan keterampilan masyarakat. di bidang pariwisata; dan
(2) Pemberdayaan masyrakat melibatkan b. melaksanakan deregulasi peraturan yang
permusyawarahan desa, tokoh masyarakat, menghambat perizinan.
tokoh agama, tokoh pengusaha, tokoh
pemuda, tokoh seniman, tokoh budayawan (3) Strategi untuk peningkatan promosi investasi
dan lembaga swadaya masyarakat. di bidang pariwisata sebagaimana dimaksud
Bagian Ketujuh dalam Pasal 31 huruf c, meliputi:
Pengembangan Investasi di Bidang Pariwisata a. menyediakan informasi peluang investasi
Pasal 31 di Destinasi Pariwisata;
Arah kebijakan pengembangan investasi di bidang b. meningkatkan promosi investasi di bidang
pariwisata meliputi : pariwisata di dalam negeri dan di luar
a. peningkatan pemberian insentif investasi di negeri; dan
bidang pariwisata sesuai dengan ketentuan c. meningkatkan sinergi promosi investasi di
peraturan perundang-undangan; bidang pariwisata dengan sektor terkait.
b. peningkatan kemudahan investasi di bidang
BAB VI
pariwisata; dan
PENGEMBANGAN INDUSTRI PARIWISATA
c. peningkatan promosi investasi di bidang
Bagian Kesatu
pariwisata.
Umum
Pasal 32
Pasal 33
(1) Strategi untuk peningkatan pemberian insentif
Pembangunan industri pariwisata daerah meliputi
investasi di bidang pariwisata sebagaimana
:
dimaksud dalam Pasal 31 huruf a, melalui
a. penguatan struktur industri pariwisata;
pengembangan mekanisme keringanan fiskal
untuk menarik dan mendorong investasi di b. peningkatan daya saing produk pariwisata;
bidang pariwisata sesuai dengan ketentuan c. pengembangan kemitraan usaha;
peraturan perundang-undangan di bidang
keuangan.
31 32
d. penciptaan kredibilitas bisnis; dan Bagian Ketiga
Peningkatan Daya Saing Produk Pariwisata
e. pengembangan tanggung jawab terhadap
lingkungan. Pasal 36
Peningkatan daya saing produk pariwisata
Bagian Kedua
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf b
Penguatan Struktur Industri Pariwisata
meliputi :
Pasal 34 a. daya saing daya tarik wisata;
Arah kebijakan penguatan struktur industri b. daya saing fasilitas pariwisata; dan
pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal
c. daya saing aksesibilitas.
33 huruf a diwujudkan dalam bentuk penguatan
fungsi, hirarki dan hubungan antar mata rantai Bagian Keempat
pembentuk industri pariwisata untuk Strategi Pengembangan Industri Pariwisata
meningkatkan daya saing industri pariwisata. Pasal 37
Pasal 35 Strategi pengembangan industri pariwisata
meliputi:
Strategi untuk penguatan fungsi, hirarki dan
hubungan antar mata rantai pembentuk industri a. pengembangan kredibilitas industri
pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal pariwisata ramah lingkungan melalui
34 meliputi: standarisasi dan sertifikasi usaha pariwisata
ramah lingkungan;
a. meningkatkan sinergitas dan keadilan
distributif antar mata rantai pembentuk b. peningkatan kerjasama promosi antara
industri pariwisata; pemerintah dengan usaha pariwisata untuk
meningkatkan kunjungan wisatawan;
b. menguatkan fungsi, hierarki dan hubungan
c. mendorong tumbuhnya ekonomi hijau
antar usaha pariwisata sejenis untuk
disepanjang mata rantai usaha pariwisata;
meningkatkan daya saing; dan
d. peningkatan kompetensi dan sertifikasi
c. menguatkan mata rantai penciptaan nilai sumber daya manusia usaha pariwisata;
tambah antara pelaku usaha pariwisata dan
sektor terkait. e. peningkatan pelayanan kepada wisatawan;
f. mendukung penjaminan usaha melalui
regulasi dan fasilitasi;
33 34
g. pengembangan kemitraan meliputi : Bagian Kedua
Pengembangan Pasar Wisatawan
1. pola kemitraan kerja terdidik;
Pasal 39
2. pola kemitraan pengembangan usaha;
Arah kebijakan pengembangan pasar wisatawan
3. pola kemitraan bisnis; dan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 huruf a
4. pola kemitraan pengelolaan bersama. diwujudkan dalam bentuk pemantapan segmen
h. peningkatan daya saing usaha pariwisata pasar wisatawan masal dan pengembangan
melalui pengembangan produk lokal; dan segmen ceruk pasar untuk mengoptimalkan
pengembangan destinasi pariwisata dan dinamika
i. pengembangan tanggung jawab melalui pasar global.
manajemen usaha pariwisata yang peduli
terhadap pelestarian lingkungan dan budaya. Bagian Ketiga
Pengembangan Citra Pariwisata
BAB VII
Pasal 40
PEMBANGUNAN PEMASARAN PARIWISATA
DAERAH Arah kebijakan pengembangan citra pariwisata
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 huruf b
Bagian Kesatu
meliputi :
Umum
a. peningkatan dan pemantapan citra pariwisata
Pasal 38
daerah secara berkelanjutan baik citra
Pengembangan pemasaran pariwisata daerah pariwisata daerah maupaun citra pariwista
meliputi : destinasi; dan

a. pengembangan pasar wisatawan; b. peningkatan citra pariwisata daerah sebagai


destinasi pariwisata yang aman, nyaman dan
b. pengembangan citra pariwisata; berdaya saing.
c. pengembangan kemitraan pemasaran Bagian Keempat
pariwisata; dan Pengembangan Kemitraan Pemasaran Pariwisata

d. pengembangan promosi pariwisata. Pasal 41


Arah kebijakan pengembangan kemitraan
pemasaran pariwisata sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 38 huruf c diwujudkan dalam bentuk
pengembangan kemitraan pemasaran yang
terpadu, sinergis berkesinambungan dan
berkelanjutan.
35 36
Bagian Kelima c. menguatkan mata rantai penciptaan nilai
Pengembangan Promosi Pariwisata tambah antara pelaku usaha pariwisata dan
sektor terkait.
Pasal 42
Bagian Ketiga
Arah kebijakan pengembangan promosi pariwisata
Peningkatan Daya Saing Produk Pariwisata
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 huruf d
meliputi : Pasal 36
a. penguatan dan perluasan eksistensi promosi Peningkatan daya saing produk pariwisata
pariwisata daerah di dalam negeri; dan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf b
b. penguatan dan perluasan promosi pariwisata meliputi :
daerah di luar negeri. a. daya saing daya tarik wisata;
Bagian Kedua b. daya saing fasilitas pariwisata; dan
Penguatan Struktur Industri Pariwisata
c. daya saing aksesibilitas.
Pasal 34
Bagian Keempat
Arah kebijakan penguatan struktur industri Strategi Pengembangan Industri Pariwisata
pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33
Pasal 37
huruf a diwujudkan dalam bentuk penguatan
fungsi, hirarki dan hubungan antar mata rantai Strategi pengembangan industri pariwisata
pembentuk industri pariwisata untuk meliputi:
meningkatkan daya saing industri pariwisata. a. pengembangan kredibilitas industri
Pasal 35 pariwisata ramah lingkungan melalui
standarisasi dan sertifikasi usaha pariwisata
Strategi untuk penguatan fungsi, hirarki dan
ramah lingkungan;
hubungan antar mata rantai pembentuk industri
pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 b. peningkatan kerjasama promosi antara
meliputi: pemerintah dengan usaha pariwisata untuk
meningkatkan kunjungan wisatawan;
a. meningkatkan sinergitas dan keadilan
distributif antar mata rantai pembentuk c. mendorong tumbuhnya ekonomi hijau
industri pariwisata; disepanjang mata rantai usaha pariwisata;
b. menguatkan fungsi, hierarki dan hubungan d. peningkatan kompetensi dan sertifikasi
antar usaha pariwisata sejenis untuk sumber daya manusia usaha pariwisata;
meningkatkan daya saing; dan e. peningkatan pelayanan kepada wisatawan;
37 38
f. mendukung penjaminan usaha melalui Bagian Kedua
regulasi dan fasilitasi; Pengembangan Pasar Wisatawan
g. pengembangan kemitraan meliputi : Pasal 39
1. pola kemitraan kerja terdidik; Arah kebijakan pengembangan pasar wisatawan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 huruf a
2. pola kemitraan pengembangan usaha;
diwujudkan dalam bentuk pemantapan segmen
3. pola kemitraan bisnis; dan pasar wisatawan masal dan pengembangan
4. pola kemitraan pengelolaan bersama. segmen ceruk pasar untuk mengoptimalkan
pengembangan destinasi pariwisata dan dinamika
h. peningkatan daya saing usaha pariwisata pasar global.
melalui pengembangan produk lokal; dan
Bagian Ketiga
i. pengembangan tanggung jawab melalui Pengembangan Citra Pariwisata
manajemen usaha pariwisata yang peduli
terhadap pelestarian lingkungan dan budaya. Pasal 40

BAB VIII Arah kebijakan pengembangan citra pariwisata


PEMBANGUNAN PEMASARAN PARIWISATA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 huruf b
DAERAH meliputi :

Bagian Kesatu a. peningkatan dan pemantapan citra pariwisata


Umum daerah secara berkelanjutan baik citra
pariwisata daerah maupaun citra pariwista
Pasal 38 destinasi; dan
Pengembangan pemasaran pariwisata daerah b. peningkatan citra pariwisata daerah sebagai
meliputi : destinasi pariwisata yang aman, nyaman dan
a. pengembangan pasar wisatawan; berdaya saing.
b. pengembangan citra pariwisata; Bagian Keempat
Pengembangan Kemitraan Pemasaran Pariwisata
c. pengembangan kemitraan pemasaran
pariwisata; dan Pasal 41
d. pengembangan promosi pariwisata. Arah kebijakan pengembangan kemitraan
pemasaran pariwisata sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 38 huruf c diwujudkan dalam bentuk
pengembangan kemitraan pemasaran yang
terpadu, sinergis berkesinambungan dan
berkelanjutan.
39 40
Bagian Kelima f. keterpaduan sinergitas promosi antar
Pengembangan Promosi Pariwisata pemangku kepentingan pariwisata daerah;
Pasal 42 g. merancang pesan/ membuat pesan yang
efektif;
Arah kebijakan pengembangan promosi pariwisata
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 huruf d h. memilih media promosi yang tepat untuk
meliputi : mencapai pasar sasaran;
a. penguatan dan perluasan eksistensi promosi i. menertibkan bahan-bahan promosi cetakan
pariwisata daerah di dalam negeri; dan seperti brosur, leaflet, poster dan booklet;
b. penguatan dan perluasan promosi pariwisata j. menyusun sistem informasi kepariwisataan
daerah di luar negeri. meliputi daya tarik wisata, usaha pariwisata
dan informasi lainya bagi wisatawan;
Bagian Keenam
Strategi Pengembangan Pemasaran Pariwisata k. menyelenggarakan kegiatan pameran
daerah pariwisata, festival kesenian yang dapat
menggugah minat wisatawan untuk
Pasal 43 berkunjung; dan
Strategi pengembangan pemasaran l. mengukur hasil promosi untuk bahan
kepariwisataan daerah dilakukan melalui: pelaksanaan promosi selanjutnya.
a. perencanaan produk untuk menciptakan
banyak pilihan potensi sumber daya; BAB VIII
PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PARIWISATA
b. orientasi pemasaran untuk penggalian nilai-
nilai pasar yang diperkirakan memiliki Bagian Kesatu
keterkaitan dan kesempatan untuk meraih Umum
segmentasi pasar; Pasal 44
c. pengembangan program-program promosi Pengembangan kelembagaan kepariwisataan
yang kreatif, efektif dan tepat sasaran dengan meliputi :
memanfaatkan sistem informasi
pemasaran/elektronik; a. penguatan organisasi kepariwisataan;
d. identifikasi dan seleksi pasar wisatawan; b. pengembangan SDM pariwisata;
e. mengembangkan citra pariwisata daerah c. penyelenggaraan penelitian pengembangan.
sebagai destinasi pariwisata yang aman,
nyaman dan berdaya saing;
41 42
Bagian Kedua (2) Strategi Pengembangan kelembagaan
Arah Kebijakan kepariwisataan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan melalui :
Pasal 45
a. peningkatan peran serta lembaga
Arah kebijakan pembangunan kelembagaan kepariwisataan dalam penyusunan
meliputi Pengembangan pemerintah pengelola kebijakan pembangunan kepariwisataan
pariwisata, pengembangan organisasi profesi daerah;
asosiasi pariwisata, pengelola usaha pariwisata,
promosi pariwisata, lembaga pendidikan b. penguatan kerjasama antar lembaga
pariwisata, lembaga sertifikasi tenaga kerja profesi pemerintah, pengelola kepariwisataan,
di bidang pariwisata dan lembaga kepariwisataan usaha pariwisata, asosiasi profesi
masyarakat yang mampu mendorong pariwisata, lembaga pendidikan dalam
pembangunan kepariwisataan daerah kegiatan penelitian dan pengembangan
berkelanjutan. kepariwisataan;
Bagian Ketiga c. pengembangan lembaga pendidikan
Bentuk Kelembagaan pariwisata untuk penyediaan tenaga kerja
terdidik dalam bidang kepariwisataan;
Pasal 46
d. penguatan peran serta organisasi
(1) Bentuk lembaga pariwisata terdiri atas : kepariwisataan masyarakat dalam
a. lembaga pemerintah pengelola pariwisata; pelaksanaan Sapta Pesona;

b. lembaga profesi asosiasi pariwisata; e. penguatan koordinasi dan sinergitas lintas


instansi dalam menunjang pembangunan
c. lembaga pengelola usaha pariwisata; sarana dan prasarana kepariwisataan; dan
d. lembaga promosi pariwisata; f. pemanfaatan lembaga sertifikasi tenaga
kerja profesi pariwisata Jawa Barat untuk
e. lembaga pendidikan pariwisata;
mempersiapkan dan menyediakan sumber
f. lembaga sertifikasi tenaga kerja profesi di daya manusia pariwisata yang memiliki
bidang pariwisata; dan kompetensi dan sertifikasi di bidangnya.

g. lembaga kepariwisataan masyarakat.


43 44
BAB IX c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT persyaratan ijin pemanfaatan ruang; dan
Bagian Kesatu d. mematuhi kegiatan pembangunan yang
Hak Masyarakat sesuai dengan RTRW Kabupaten dan rencana
rincinya.
Pasal 47
Bagian Ketiga
Dalam pembangunan kepariwisataan setiap orang
Peran Masyarakat
berhak untuk :
a. mengetahui rencana pembangunan Pasal 49
kepariwisataan; Peran masyarakat dalam rencana pembangunan
b. mengajukan keberatan kepada pejabat kepariwisataan dilakukan melalui:
berwenang terhadap pembangunan di a. kerjasama dengan pemerintah daerah dalam
wilayahnya yang tidak sesuai dengan rencana menggali membina, mengembangkan dan
pembangunan keparwisataan; memanfaatkan potensi pembangunan
c. memperoleh penggantian yang layak atas kepariwisataan daerah;
kerugian yang timbul akibat pelaksanaan b. mengembangkan kepariwisataan melalui
pembangunan pariwisata yang tidak sesuai peningkatan sapta pesona;
dengan peraturan perundang-undangan; dan
c. memberikan pelayanan secara santun
d. mengajukan gugatan ganti kerugian kepada (someah hade kasemah);
pemerintah dan/atau pemegang ijin apabila
kegiatan pembangunan tidak sesuai dengan d. mendorong kegiatan investasi dibidang
peraturan perundang-undangan. kepariwisataan;
Bagian Kedua e. menyebarkan informasi, promosi potensi
Kewajiban Masyarakat pariwisata di masing-masing wilayah; dan
Pasal 48 f. menyampaikan informasi terhadap
pembangunan kepariwisataan yang tidak
Dalam pembangunan kepariwisataan setiap orang sesuai dengan prinsip pembangunan
berkewajiban: kepariwisataan.
a. mentaati perijinan yang ditetapkan;
b. memanfaatkan ruang sesuai dengan ijin
pemanfaatan ruang;
45 46
BAB X Pasal 53
INDIKASI PROGRAM PEMBANGUNAN Pemerintah daerah mengalokasikan sebagian
KEPARIWISATAAN DAERAH dari pendapatan yang diperoleh dari
Pasal 50 penyelenggaraan pariwisata untuk kepentingan
pelestarian alam dan budaya serta promosi citra
(1) Rincian indikasi program pembangunan
destinasi.
kepariwisataan daerah dalam kurun waktu
tahun 2014 sampai dengan tahun 2025 BAB XIII
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan KETENTUAN PENUTUP
Pasal 7, dan penanggung jawab
Pasal 54
pelaksanaannya tercantum dalam lampiran II
yang merupakan bagian tidak terpisahkan Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal
dari Peraturan Daerah ini. diundangkan.
(2) Dalam pelaksanaan indikasi program Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pembangunan kepariwisataan daerah pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat penempatannya dalam Lembaran Daerah
didukung oleh instansi lintas sektoral, dunia Kabupaten Sumedang.
usaha dan masyarakat.
BAB XI
PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN
Ditetapkan di Sumedang
Pasal 51 pada tanggal 26 Mei 2014
(1) Pemerintah daerah melakukan pengendalian BUPATI SUMEDANG,
dan pengawasan pelaksanaan RIPPARDA.
(2) Pengendalian dan pengawasan dilakukan ttd
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
BAB XII ADE IRAWAN
PENDANAAN
Pasal 52
Pendanaan Pariwisata menjadi tanggung jawab
bersama antara Pemerintah Daerah, Usaha
Pariwisata dan Masyarakat.
47 1
Diundangkan di Sumedang PENJELASAN
pada tanggal 26 Mei 2014 ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG
SEKRETARIS DAERAH
NOMOR 8 TAHUN 2014
KABUPATEN SUMEDANG,
TENTANG
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN
ttd DAERAH KABUPATEN SUMEDANG
TAHUN 2014-2025

ZAENAL ALIMIN
I. UMUM.
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG
Pembangunan kepariwisataan sebagai sektor andalan
TAHUN 2014 NOMOR 8
perlu terus dikembangkan agar mampu berperan sebgai
penghasul devisa, meningkatkan pendapatan daerah dan
Salinan Sesuai Dengan Aslinya diharapkan dapat menstimulasi kegiatan ekonomi serta
KEPALA BAGIAN HUKUM, kegiatan sektor lain. Kepariwisataan dengan berbagai
predikatnya, memang berpotensi untuk meningkatkan
kehidupan masyarakat yang akhirnya dapat meningkatkan
ttd kesejahteraan masyarkat.
Bagi Indonesia sektor kepariwisataan telah menjadi
salah satu tumpuan dan andalan pembangunan. Itu sebabnya
ROHAYAH A., S.H.
pemerintah menempatkan pembangunan kepariwisataan pada
Pembina Tk. I (IV/b)
skala prioritas yang tinggi. Kepariwisataan telah menjadi salah
NIP. 19611221 198803 2 002
satu industri terbesar di dunia dan merupakan andalan utama
dalam menghasilkan devisa berbagai negara.
Seiring dengan langkah-langkah pemulihan kembali
kehidupan kepariwisataan nasional dalam upaya
meningkatkan jumlah wisatawan internasional dan perbaikan
kualitas produk wisata diberbagai daerah yang bertumpu pada
keaneka ragaman, keunikan dan kekhasan yang dimiliki oleh
masing-masing daerah. Dengan demikian pembangunan
kepariwisataan dapat dijadikan sarana untuk menciptakan
kesadaran akan identitas daerah, nasional dan kebersamaan
NOMOR REGISTER PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG, dalam keragaman.
PROVINSI JAWA BARAT: (42/2014)
2 3
Bagi daerah Kabupaten Sumedang pembangunan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang tentang RIPPARDA
kepariwisataan juga memiliki kontribusi signifikan dalam diperlukan sebagai acuan operasional pembangunan
pembangunan ekonomi daerah sebagai instrumen peningkatan kepariwisataan bagi pelaku pariwisata dan pelaku sosial, pelaku
pendapatan daerah. Prospek yang sangat strategis pada sektor budaya dan pelaku ekonomi di daerah baik yang terlibat langsung
pariwisata tersebut tentu menjadi peluang yang sangat berarti maupun tidak langsung dengan pembangunan kepariwisataan
bagi daerah Kabupaten Sumedang yang memiliki sumber daya daerah RIPPARDA menjadi sangat penting karena :
pariwisata seperti sumber daya alam, sumber daya budaya, a. Memberikan arah pembangunan kepariwisataan dari sisi
sumber daya manusia dan sumber daya minat khusus. Dalam pengembangan destinasi, pengembangan industri
konteks tersebut sektor pembangunan kepariwisataan harus pariwisata, pengembangan pemasaran, pengembangan
digarap secara serius, terarah dan profesional agar kelembagaan, pemberdayaan masyarakat dan
pengembangan dan pemanfaatan sumber daya pariwisata pengembangan SDM secara detail diuraikan dalam Rencana
dapat memberi kontribusi signifikan dalam mewujudkan Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten
sektor pariwisata sebagai sektor andalan dalam pembangunan Sumedang.
masa depan. b. Mengatur regulasi pembangunan kepariwisataan secara
Disamping itu perlu dimanfaatkan secara optimal sinergis dan terpadu.
melalui penyelenggaraan pembangunan kepariwisataan yang
ditujukan untuk memperluas dan meratakan kesempatan II. PASAL DEMI PASAL
berusaha dan lapangan kerja, mendorong pembangunan Pasal 1
daerah memperkenalkan dan mendayagunakan
kepariwisataan yang berkelanjutan serta ramah lingkungan Cukup jelas
yang berbasis masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat Pasal 2
yang dapat menumbuhkan pengembangan ekonomi kreatif dan
Cukup jelas
pertumbuhan ekonomi rakyat di Kabupaten Sumedang.
Pasal 3
Dalam pelaksanaan pembangunan kepariwisataan telah
diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Cukup jelas
Kepariwisataan, Peraturan Permerintah Nomor 50 Tahun 2011 Pasal 4
tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan
Nasional, Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 46 Tahun Cukup jelas
2006 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Pasal 5
Daerah Jawa Barat Dan Peraturan Daerah Kabupaten
Sumedang Nomor 9 Tahun 2011 tentang Kepariwisataan. Cukup jelas
Produk hukum tersebut diatas adalah sebagai salah satu bukti Pasal 6
keseriusan pemerintah dalam memberikan regulasi terhadap
Cukup jelas
pembangunan kepariwisataan baik nasional maupun daerah.
4 5
Pasal 6 Huruf f
yang dimaksud ekonomi kreatif adalah sebagai konsep
Huruf a
pembangunan ekonomi berbasis pada aset kreativitas dan
yang dimaksud ramah lingkungan adalah pembangunan
ilmu pengetahuan yang mampu mendorong pertumbuhan
kepariwisataan yang memperhatikan 3 R (Reduce, Reuse dan
ekonomi, meningkatkan pendapatan masyarakat, perluasan
Recycle), menggunakan bahan-bahan yang dapat didaur
lapangan kerja, mengembangkan nilai sosial budaya,
ulang, sebagai upaya meningkatkan kesadaran orang akan
mendorong peningkatan kualitas SDM dan mempromosikan
pentingnya pelestarian dan pengetahuan lingkungan.
kekayaan budaya dan pariwsata
Huruf b
Huruf g
Cukup jelas
Cukup jelas
Huruf b
Huruf h
Cukup jelas
Cukup jelas
Pasal 8
Pasal 11
Cukup jelas
Cukup jelas
Pasal 9
Pasal 12
Cukup jelas
Huruf a
Pasal 10 yang dimaksud kawasan desa wisata adalah yang
Huruf a menyediakan satu pengalaman berwisata dari wisata
Cukup jelas perkotaan berwisata ke pedesaan, untuk menikmati
kehidupan dan pola usaha masyarakat desa yang khas,
Huruf b keramah tamahan masyarakat, menghasilkan berbagai
yang dimaksud dengan kawasan wisata tematik adalah kegiatan di desa, menyaksikan kesenian, upacara tradisi dan
kawasan kekhususan, kekhasan, sebagai icon potensi dan memperoleh cindera mata khas desa
karakter, alam, budaya dan lingkungan yang dimilikinya
Huruf b
Huruf c yang dimaksud kawasan ekowisata adalah merupakan satu
Cukup jelas bentuk kegiatan wisata yang memiliki perhatian besar
Huruf d terhadap lingkungan dengan kata lain, ekowisata kawasan
Cukup jelas wisata berbasis lingkungan yang memberikan dampak kecil
terhadap kerusakan lingkungan alam dan budaya lokal
Huruf e
Cukup jelas
6 7
Huruf c Huruf h
yang dimaksud dengan kawasan agrowisata adalah kegiatan yang dimaksud kawasn wisata sungai adalah kawasan yang
wisata yang memanfaatkan potensi pertanian sebgai daya memanfaatkan sungai untuk kegiatan rekreasi di sungai.
tarik wisata, baik potensi pertanian, perkebunan, Sungai yang akan dijadikan tempat rekreasi dilengkapi
kehutanan, pemandangan alam, keanekaragaman hasil dengan berbagai fasilitas wisata dan pengamanan bagi
pertanian, perkebunan serta budaya petaninya untuk wisatawan
dijadikan sasaran kunjungan wisatawan Huruf i
Huruf d yang dimaksud dengan kawasan wisata dirgantara adalah
yang dimaksud dengan kawasan solus per aqua (SPA, sehat kawasan yang menyediakan fasilitas olah raga dirgantara
dengan air) adalah kegiatan yang memanfaatkan sumber yang dilengkapi dengan perlatan olah raga dirgantara dan
daya air sebagai bagian dari pemeliharaan kesehatan, fasilitas wisata serta lahan peruntukan bagi jenis-jenis olah
kebugaran yang dipadukan dengan relaksasi, rekreasi di raga dirgantara.
alam terbuka kawasan wisata SPA dapat berupa kawasan Pasal 13
SPA air panas alam, kawasan air dingin pegunungan
Cukup jelas
Huruf e
yang dimaksud dengan kawasan wisata danau adalah Pasal 14
kegiatan wisata yang memadukan antara fungsi danau Cukup jelas
sebgai irigasi, pembangkit listrik dengan rekreasi air
Pasal 15
Huruf f
yang dimaksud dengan kawasan wisata budaya adalah Cukup jelas
kawasan yang menyediakan berbagai daya atrik kebudayaan Pasal 16
untuk kepentingan rekreasi, pendidikan, pengetahuan bagi
Cukup jelas
wisatawan yang mengunjunginya. Kawasan wisata budaya
merupakan kawasan yang kehidupan masyarakatnya Pasal 17
memegang teguh nilai tradisi yang diperoleh secara turun Cukup jelas
temurun
Pasal 18
Huruf g
yang dimaksud kawasan wisata air terjun/ curug adalah Ayat (1)
kawasan yang memanfaatkan air terjun/ curug untuk Huruf a
kegiatan rekreasi air Ekowisata bahari adalah kegiatan wisata pantai yang
memanfaatkan kondisi pantai untuk kegiatan rekreasi pantai
8 9
Huruf b Ayat (3)
Ekowisata hutan adalah kegiatan wisata yang memanfaatkan Huruf a
hutan sebagai daya tarik wisata alam Perencanaan ekowisata adalah perencanaan pemanfaatan,
pengendalian dan merupakan bagian dari perencanaan
Huruf c pariwisata daerah memuat antara lain jenis ekowisata, data
Ekowisata pegunungan adalah kegiatan wisata yang dan informasi, potensi pangsa pasar, hambatan, lokasi, luas,
memanfaatkan pegunungan untuk olah raga, pengamatan batas, kebutuhan biaya, target waktu pelaksanaan serta
pemandangan dan rekreasi di pegunungan desain teknis. Pemanfaatan mencakup pengelolaan,
Huruf d pemeliharaan, pengamanan dan penggalian potensi kawasan
Ekowisata karst adalah kegiatan wisata yang memanfaatkan ekowisata baru. Pengendalian meliputi pengendalian fungsi,
batu karst sebagai daya tarik wisata untuk pengetahuan dan pemanfaatan ruang, pembangunan sarana dan prasarana,
pendidikan geologi kesesuaian spesifikasi konstruksi dengan desain teknis dan
pelestarian ekowisata.
Ayat (2)
Huruf b
Huruf a
Cukup jelas
Cukup jelas
Huruf c
Huruf b Cukup jelas
Cukup jelas
Huruf d
Huruf c Cukup jelas
Cukup jelas
Huruf e
Huruf d Cukup jelas
Cukup jelas Huruf f
Huruf e Cukup jelas
Cukup jelas Huruf g
1. yang dimaksud Pure Ecotourism adalah seluruh elemen
penting ekowisata telah terpenuhi yaitu perjalanan
bertanggung jawab
2. yang dimaksud light ecotourism adalah perjalan
ekowisata yang dilakukan bukan perjalanan yang
bertanggung jawab
10 11
3. yang dimaksud green tourism adalah perjalanan yang Pasal 26
dilakukan kedaerah yang masih alami dengan fokus Huruf a
utamanya sumber daya alam dan upaya konservasi Cukup jelas
4. yang di maksud adventure travel adalah perjalanan Huruf b
yang sangat bergantung pada penggunaan sumber daya Cukup jelas
alam
Huruf c
5. yang dimaksud nature tourism adalah perjalanan yang yang dimaksud dengan usaha jasa transportasi wisata
sangat tergantung kepada penggunaan sumber daya alam adalah usaha khusus yang menyediakan angkutan untuk
Pasal 19 kebutuhan dan kegiatan pariwisata bukan angkutan
transportasi reguler/ umum
Cukup jelas
Huruf d
Pasal 20
Cukup jelas
Cukup jelas
Huruf e
Pasal 21 yang dimaksud dengan penyelenggaraan kegiatan hiburan
Cukup jelas dan rekreasi merupakan usaha yang ruang lingkup
kegiatanya berupa usaha seni pertunjukan, arena
Pasal 22 permainan, karaoke, bioskop, serta kegiatan hiburan dan
Cukup jelas rekreasi lainya yang bertujuan untuk pariwisata
Pasal 23 Hururf f
yang dimaksud dengan usaha penyelenggaraan pertemuan,
Cukup jelas
perjalanan insentif, koferensi dan pameran adalah usaha
Pasal 24 yang memberikan jasa bagi satu pertemuan sekelompok
Cukup jelas orang dan pertemuan usaha sebagai imbalan atas
prestasinya, serta menyelenggarakan pameran dalam rangka
Pasal 25 promosi, penyampaian informasi barang dan jasa
Cukup jelas Huruf g
Pasal 26 yang dimaksud dengan usaha jasa informasi pariwisata
adalah usaha yang menyediakan data, berita, foto, video dan
Cukup jelas hasil penelitian mengenai kepariwisataan yang disebarkan
dalam bentuk media cetak dan/atau elektronik
12 13
Huruf h Pasal 34
Cukup jelas Cukup jelas
Huruf i Pasal 35
yang dimaksud dengan usaha kawasan wisata SPA adalah
usaha yang kegiatanya memanfaatkan air panas alam dan Huruf a
air alam pegunungngan serta fasilitas wisata untuk tujuan yang dimaksud lembaga pemerintah pengelola pariwisata
terapi, kebugaran dan rekreasi di alam terbuka adalah Dinas Kebudayaan Pariwisata, Pemuda dan Olah
Raga di setiap Kabupaten/ kota dan/atau dinas dengan
Pasal 27 nomenklatur yang berbeda sesuai dengan peraturan
Cukup jelas perundang-undangan
Pasal 28 huruf b
lembaga profesi asosiasi pariwisata adalah lembaga yang
Cukup jelas
anggotanya terdiri dari pengusaha usaha pariwisata seperti
Pasal 29 Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI),
Cukup jelas Perhimpunan Usaha Perjalan Wisata Indonesi (ASITA) dan
Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) dan lain sebagainya.
Pasal 30
Ayat (1) Huruf c
Cukup jelas yang dimaksud dengan lembaga pengelola usaha pariwisata
adalah lembaga yang usahanya mengelola usaha pariwisata
Ayat (2) seperti hotel, travel agent, restoran dan lain sebagainya
yang dimaksud dengan Peraturan Daerah Kabupaten
Sumedang Nomor 9 Tahun 2011 tentang Kepariwisataan Huruf d
adalah PERDA yang antara lain memuat tata cara lembaga promosi pariwisata adalah Badan Promosi
pendaftaran usaha pariwisata. Pariwisata baik pada tingkat Nasional, Provinsi dan/atau
Kabupaten/Kota, merupakan lembaga swasta dan bersifat
Pasal 31 mandiri
Cukup jelas Huruf e
Pasal 32 yang dimaksud dengan lembaga pendidikan pariwisata
adalah lembaga yang memiliki fungsi mendidik dibidang
Cukup jelas
kepariwisataan dan mempersiapkan lulusan dibidang
Pasal 33 kepariwisataan
Cukup jelas
14 15
Huruf f Pasal 44
yang dimaksud dengan dengan lembaga sertifikasi tenaga Huruf a
kerja profesi adalah lembaga yang mempunyai fungsi Cukup jelas
melakukan sertifikasi profesi tenaga kerja usaha pariwisata
Huruf b
Huruf g yang dimaksud dengan SAPTA PESONA adalah kegiatan
yang dimaksud dengan lembaga kepariwisataan masyarakat yang berkaitan dengan aman, tertib, nyaman, bersih, indah,
adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sebagai sehat dan kenangan
bentuk partisipasi masyarakat terhadap pembangunan
kepariwisataan dan bersifat bottom up Huruf c
yang dimaksud dengan someah hade kasemah adalah
Pasal 36 filosofi kehidupan masyarakat sunda yang dengan senang
hati menerima kedatangan tamu yang datang bertamu ke
Cukup jelas
rumah atau daya tarik wisata, kawasan wisata
Pasal 37
Huruf d
Cukup jelas Cukup jelas
Pasal 38 Huruf e
Cukup jelas Cukup jelas

Pasal 39 Huruf f
Cukup jelas
Cukup jelas
Pasal 45
Pasal 40
Cukup jelas
Cukup jelas
Pasal 46
Pasal 41
Cukup jelas
Cukup jelas
Pasal 47
Pasal 42
Cukup jelas
Cukup jelas
Pasal 48
Pasal 43
Cukup jelas
Cukup jelas
Pasal 49
Cukup jelas
16
Pasal 50
Cukup jelas
Pasal 51
Cukup jelas
Pasal 52
Cukup jelas
Pasal 53
Cukup jelas
Pasal 54
Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG
NOMOR 8

Anda mungkin juga menyukai