Anda di halaman 1dari 17

PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BERKELANJUTAN KOTA DAN WILAYAH

Oleh:

Andi Hanafi 118220003


Zaaenab Muslihah 118220030
Laila Kusuma Ditama 118220039
Syafika Indah Salsabila 118220050
Raymond Yap Sitanggang 118220152

Kelas RA

Dosen Pengampu:

Ir. Andi Oetomo, M. Pl


Tetty Harahap, .T., N.Eng
Mia Ermawati, S.T., M.T.
Baiq Rindang A, S.T., M.T.

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR DAN KEWILAYAHAN

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembiayaan pembangunan tidak hanya bersumber dari dalam negeri akan
tetapi juga dari luar negeri. Baik dalam negeri berupa pengelolaan yang
dijalankan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan yang luar negeri dapat
berupa hutang luar negeri. Bantuan yang diberikan dari luar negeri adalah
pinjaman dan hibah konfesional resmi, dalam bentuk aktiva maupun uang tunai,
secara umum digunakan untuk mengalihkan sumberdaya dari negara maju ke
negara berkembang.
Hutang luar negeri bermanfaat sebagai pendanaan modal dalam pembangunan
nasional secara berkelanjutan. Misalnya digunakan sebagai dana dalam pembelian
teknolgi modern dan peralatan cangih lainnya yang dapat digunakan sebagai
penunjang produksi barang dan jasa, selain itu juga digunakan dalam bentuk
pembangunan infrastruktur seperti pembangkit listrik, akses jalan, kereta api,
pelabuhan dan lain sebagainya.
Setiap negara mempunyai mimpi besar dalam pertumbuhan ekonomi
negaranya. Pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah dan para ahli
merupakan cerminan dalam kegiatan kebijakan pembangunan baik di masa
sekarang maupun di masa yang akan datang. Keberhasilan tergantung dalam
kebijakan yang diterapkan dan juga dipengaruhi faktor yang ada pada negara itu
sendiri seperti sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya modal.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud pembangunan berkelanjutan?
2. Apa yang dimaksud common pool goods and services?
3. Bagaimana penyediaan pembiayaan pembanguanan berkelanjutan?
1.3 Tujuan dan Sasaran
1.3.1 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, maka
tujuan dari laporan ini adalah untuk mengetahui dan memahami
pembiayaan pembangunan berkelanjutan kota dan wilayah.
1.3.2 Sasaran
Berdasarkan tujuan laporan ini, maka diperoleh sasaran sebagai
berikut:
1. Identifikasi teori pembangunan berkelanjutan.
2. Identifikasi teori common pool goods and services.
3. Identifikasi pembiayaan pembangunan berkelanjutan.

1.4 Metodologi Penelitian


Metode yang digunakan dalam menyusuan laporan ini menggunakan teknik
pengambilan data sekunder, dimana penulis memperoleh data dan fakta dari
jurnal-jurnal tentang pembiayaan pembangunan berkelanjutan kota dan wilayah.

1.5 Sistematika Penulisan Laporan

Sistematika penulisan pada laporan ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, metodologi
penelitian, dan sistematika penulisan laporan.

BAB II PEMBAHASAN

Bab ini berisi pembahasan dari pembiayaan pembangunan berkelanjutan kota dan
wilayah.

BAB III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan rekomendasi terhadap hasil laporan ini.
BAB II

PEMBAHASAN

2. 1 Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan, kota,


bisnis, masyarakat, dsb) yang berprinsip "memenuhi kebutuhan sekarang tanpa
mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan" (menurut
Brundtland Report dari PBB, 1987. Pembangunan berkelanjutan adalah
terjemahan dari Bahasa Inggris, sustainable development.

Istilah pembangunan berkelanjutan dimulai dari Malthus (1798) yang khawatir


akan tidak seimbnagnya ketersediaan lahan dan pertumbuhan penduduk di
Inggris. Pembahasan mengenai pembangunan berkelanjutan terus berkembang
hingga World Commission on Environment and Development (1987) menetapkan
bahwa pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi
kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan hak pemenuhan kebutuhan generasi
yang akan datang.

2.2 Common Pool Goods and Services


Common pool goods and services adalah segala sumber daya yang tersedia di
alam dan sifatnya gratis. Artinya, siapa saja bisa memakainya tanpa izin, contoh
adalah ikan di laut.Mekanisme pasar tidak efektif jika digunakan untuk
mensuplai barang-barang tersebut karena pemanfaatannya sangat bersifat
individual dan mudah untuk mendapatkannya. Common-pool goods tidak
diproduksi oleh para supplier (pemasok) melainkan tersedia dengan sendirinya
secara alamiah. Pemanfaatan common pool and goods services identik dengan
degradasi lingkungan.
Salah satu contoh besar dari common pool goods and services adalah hal-hal
yang berada di alam. Pembiayaan pembangunan tadi dialokasikan untuk menjaga
kelestarian lingkungan. Pemanfaatan common pool goods and services
berlebihan yang dapat merusak alam, akan ditanggulangi dengan pembiayaan di
sektor ini.

Skema Pembangunan berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan memiliki tiga pilar utama yang saling


berkesinambungan, diantaranya:

1. Pertumbuhan ekonomi, yakni menjaga pertumbuhan ekonomi yang stabil


dengan merestrukturisasi sistem produktif untuk menghemat sumber daya
dan energi.
2. Keberlanjutan sosial, yakni menjamin keadilan sosial dalam distribusi
kekayaan dan pelayanan sosial.
3. Keberlanjutan lingkungan, yakni dengan menjaga lingkungan tempat
tinggal agar nyaman dan aman melalui zero emission.

Keberhasilan dari pembangunan berkelanjutan tidak hanya di bergantung pada


sektor ekonomi melainkan perlu adanya campur tangan dari pemegang
kekuasaan, dalam hal ini pemerintah, guna mengimplementasinya
pembangunan berkelanjutan sehingga tercapai pemerataan kesejahteraan. Oleh
karena itu, pembangunan berkelanjutan berorientasi pada pengembangan Kota
Hijau yang memiliki kualitas hidup baik dan kondisi lingkungan yang kondusif.
Fungsi kebijakan pembiayaan terkait pembangunan berkelanjutan:

 Mendorong penggunaan atau pengambilan sumber daya alam agar lebih


efisien dan tidak terjadi pemborosan.
 Menerapkan konsep pencemar yang membayar sehingga eksternalitas
negatif akibat tindakan seseorang atau perusahaan terhadap kelompok
masyarakat lain dapat dibatasi.
 Mengambil sebagian atau seluruh biaya yang telah dikeluarkan oleh
pemerintah dalam mengelola lingkungan dari masyarakat yang
mendapatkan manfaat dari pengelolaan lingkungan tersebut.

2. 3 Pembiayaan pembangunan Berkelanjutan

Menurut PP RI No 46 Tahun 2017 Instrumen ekonomi lingkungan hidup


didefinisikan secara hukum sebagai seperangkat kebijakan ekonomi untuk
mendorong Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan setiap pemangku kepentingan
ke arah pelestarian fungsi lingkungan hidup

Proses pembiayaan Lingkungan Hidup = Neraca SDA dan LH ->penyusunan


PDB dan PDRB LH ->Kompensasi/lmbal Jasa Lingkungan Hidup Antar
Daerah ->internalisasi biaya lingkungan hidup.

Instrumen ekonomi lingkungan hidup terdiri dari

a. Perencanaan pembangunan dan kegiatan ekonomi.


b. Pendanaan lingkungan hidu.
c. Insentif dan/atau disinsentif.
Pendanaan Lingkungan hidup merupakan suatu sistem dan mekanisme
pengelolaan dana yang digunakan bagi pembiayaan upaya perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup yang terdiri dari;
1. Dana jaminan pemulihan lingkungan hidup
Dana Jaminan Pemulihan Lingkungan Hidup sebagaimana dimaksud daiam
Pasal 20 ayat (1) huruf a digunakan untuk melaksanakan kegiatan: a.
penanggulangan keadaan darurat lingkungan hidup di wilayah Usaha dan/atau
Kegiatan yang disebabkan oleh Usaha dan/atau Kegiatannya; dan b.
pemulihan lingkungan hidup pasca operasi di wilayah Usaha dan/atau
Kegiatan yang disebabkan oleh Usaha dan/ atau Kegiatannya. Dana Jaminan
Pemulihan Lingkungan Hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1)
huruf a disediakan dalam bentuk:
a. Deposito berjangka.
b. Tabungan bersama.
c. Bank garansi.
d. Polis asuransi
e. Lainnya sesuai peraturan perundang-undangan.
2. Dana penanggulangan pencemaran dan atau kerusakan dan pemulihan
lingkungan hidup
Dana Penanggulangan Pencemaran dan/atau Kerusakan dan Pemulihan
Lingkungan Hidup adalah dana yang disiapkan oleh Pemerintah Pusat
dan/atau Pemerintah Daerah untuk menanggulangi dan memulihkan
pencemaran danf atau kerusakan lingkungan hidup.
3. Dana amanah atau bantuan untuk konservasi
Dana Amanah/Bantuan Konservasi adalah dana yang berasal dari sumber
hibah dan donasi untuk kepentingan konservasi lingkungan hidup.

Kebijakan pembiayaan pembangunan

1. Pajak dan retribusi


Pajak dan retribusi merupakan instrumen ekonomi yang bersifat menimbulkan
kurang minat atau disinsentif baik untuk menabung, menginvestasi, maupun
untuk bekerja dalam kaitannya dengan pengelolaan lingkungan. Oleh karena
itu pajak dan retribusi dalam hal pengelolaan lingkungan lebih diarahkan
kepada pengendalian pencemaran, yaitu agar para individu atau pengusaha
mengurangi pencemar (polutan) yang ditimbulkan dan dibuangnya ke
lingkungan alami. Sebagai misal pembuangan limbah cair oleh pabrik, rumah
sakit ataupun hotel dan restoran harus dikurangi agar tidak melebihi ambang
batas baku mutu lingkungan yang telah ditentukan oleh pemerintah setempat.
Demikian pula emisi udara oleh pabrik-pabrik pengolahan juga tidak boleh
melebihi ambang batas emisi udara yang telah ditentukan pemerintah.
2. APBN
Pemerintah pusat mulai dengan tahun pertama PELITA IV (1983/84-1988/89)
telah melaksanakan kebijakan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan
hidup melalui empat program pokok yaitu:
a. Inventarisasi dan evaluasi sumberdaya alam dan lingkungan hidup
b. Penyelamatan hutan, tanah dan air
c. Pembinaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup
d. Pengembangan meteorologi dan geofisika.
Lebih rinci lagi dalam Repelita VI telah dicanangkan pengelolaan lingkungan
hidup dengan dana APBN. Namun seperti telah disebutkan di muka bahwa
dana APBN ini tidak jelas dari mana asalnya, karena sebagian besar berasal
dari pajak umum. Dana dari APBN ini dapat langsung digunakan untuk
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.Pemerintah daerah mendapatkan
subsidi dari pemerintah pusat dan di samping itu harus menggali pendapatan
asli daerah untuk kepentingan tersebut.
3. Pungutan Denda terhadap Pencemaran
Dalam ilmu keuangan negara pungutan dan denda yang dikenakan terhadap
pencemar lingkungan disebut sebagai “Pigouvian Taxes”. Pungutan dan
denda semacam ini dimaksudkan untuk menurunkan tingkat pencemaran yang
dihasilkan oleh perusahaan atau individu dengan cara menginternalkan biaya
lingkungan yang semula ditanggung oleh masyarakat. Biaya lingkungan yang
disebut juga dengan biaya eksternal itu sering berupa menurunnya kualitas
lingkungan, timbulnya penyakit dan turunnya produktivitas semua jenis
sumber daya baik itu sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Dalam
Undang-Undang Republik Indonesia No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup secara implisit dalam Pasal 34 dan 35, diterapkan prinsip
pencemar yang membayar (polluter pays principle). Undang-Undang No.23
Tahun 1997 ini merupakan penyempurnaan Undang-Undang No.4 Tahun
1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan
Hidup.Dalam Undang-Undang No.4 Tahun 1982 tersebut prinsip pencemar
yang membayar disebutkan secara implisit pada pasal 20. Secara teoretis
pengenaan pajak atau pungutan atas pencemaran dapat ditentukan atas dasar
beban pencemaran, volume BOD, volume COD, maupun indikator pencemar
lainnya
4. Asuransi Kerugian Lingkungan
Asuransi perlindungan lingkungan telah banyak diterapkan untuk industri-
industri besar seperti industri perminyakan, pertambangan batubara dan lain-
lainnya. Pada dasarnya perusahaan yang terlibat dalam kegiatan penggalian
sumberdaya alam termasuk minyak bumi diwajibkan membeli polis asuransi
untuk menjaga kemungkinan rusaknya lingkungan. Dalam hal ini tampaknya
belum ada lembaga asuransi di dalam negeri yang berani berkecimpung dalam
asuransi lingkungan ini. Hal ini kemungkinan karena masih sulitnya
mengukur besarnya dampak kerusakan lingkungan dan menilainya dalam
rupiah.
5. Uang Tanggungan (deposit)
BAPEDALDA ( Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah) dapat
meminta uang jaminan (deposit) dari para pemrakarsa atau pengusaha yang
akan beroperasi atau melakukan kegiatan yang berpotensi merusak atau
mencemari lingkungan. Apabila kegiatan usahanya berhenti dan ternyata
kondisi lingkungan masih bagus atau bahkan bertambah baik, maka uang
jaminan itu dapat dikembalikan kepada pengusaha yang bersangkutan.Dalam
cakupan yang lebih kecil, rumah tangga yang membeli barang konsumsi dapat
membayar uang jaminan untuk botol, kaleng, kotak aki, dan sebagainya; yang
dapat dikembalikan kepada pabrik atau agen dan mendapatkan kembali uang
jaminannya. Dengan cara ini limbah padat tersebut tidak dibuang
sembarangan dan tidak akan mencemari lingkungan. Untuk tingkatan pabrik
atau industri pengolahan uang jaminan ini dapat digunakan sebagai alat
kontrol agar pemrakarsa atau pengusaha berusaha untuk melaksanakan
Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan
Lingkungan (RPL) dengan baik dan mendorong mereka untuk sudi
membangun Unit Pengolah Limbah Cair (water treatment plant), membuang
sampah di tempat pembuangan sampah dan mengolahnya menjadi kompos
ataupun dapat membuat pengolahan limbah bersama (public water treatment
plant) untuk industri pengolahan maupun untuk para pengembang perumahan.
6. Penentuan Harga SDA
Sumberdaya alam dianggap sebagai anugerah Allah SWT, sehingga tidak
perlu dilakukan pembayaran bagi siapa saja yang memanfaatkannya.Konsep
ini telah mengakibatkan adanya pengambilan secara berlebihan dan tidak ada
biaya untuk mengadakan perbaikan atau pemeliharaan sumberdaya alam
tersebut.Karena itu konsep insentif ekonomi perlu diterapkan di sini, yaitu
menentukan harga sumberdaya alam dan mengharuskan siapa saja yang
mengambil dan memanfaatkannya untuk melakukan pembayaran.Harga atau
nilai sumberdaya alam yang masih ada di dalam bumi atau di atas bumi dapat
ditentukan; misalnya dengan konsep rente ekonomi. Dengan demikian maka
Pemerintah Daerah akan memiliki sumber dana tambahan untuk pengelolaan
lingkungan. Tampaknya sistem pungutan atau retribusi dalam pengambilan
sumberdaya alam untuk pasir kali, batu kali, batu kapur, air tanah dan
sebagainya telah diterapkan di Indonesia; tetapi penentuan nilainya masih
dirasa belum tepat; dan masih terlalu murah, sehingga masih cenderung
mendorong terjadinya deplisi sumberdaya alam.
7. Dana Internasional
Negara-negara maju menyadari bahwa konsep lingkungan ini tidak mengenal
batas, sehingga memburuknya kondisi lingkungan di suatu daerah atau suatu
negara akan mempunyai dampak yang negatif pula bagi negara-negara lain.
Contoh yang jelas ialah dengan semakin lebarnya lobang lapisan ozon serta
semakin luas hutan yang ditebang apalagi yang terbakar, maka potensi untuk
semakin tingginya temperatur bumi karena pemanasan global semakin tinggi
pula. Kebakaran hutan yang terjadi di Kalimantan dan Sumatera sejak tahun
1993, 1997 dan 1998 telah menyebabkan negara tetangga seperti Singapura,
Malaysia dan Thailand turut menderita karena asap tebal yang menutupi kota
Singapura dan Kualalumpur. Oleh karena itu negara-negara maju telah
menyisihkan sebagian dari anggaran belanjanya untuk membentuk dana
lingkungan global yang disebut dengan Global Environmental Fund (GEF).
GEF ini berkedudukan di Geneva. Di samping itu banyak negara-negara maju
yang bersedia membantu negara-negara sedang berkembang untuk
memperbaiki kondisi lingkungannya, seperti Norwegia, Perancis, Jerman,
Jepang dan Australia telah lama memberikan bantuan perbaikan dan
pengelolaan lingkungan dalam bentuk bantuan tenaga ahli (Technical
Assistance) maupun bekerja sama dalam pelaksanaan dan pembiayaannya.
Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia juga telah memberikan bantuan
dalam bentuk pinjaman yang tidak sedikit dalam rangka perbaikan dan
pengelolaan lingkungan di Indonesia.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan mengenai pembiayaan pembangunan berkelanjutan kota dan
wilayah dapat disimpulkan bahwa:
1. Dalam hal ini pembiayaan pembangunan harus berkaitan atau berhubungan
dengan ruang lingkup ekonomi, sosial dan lingkungan
2. Dalam memperhitungkan sumber daya alam dan lingkungan harus dilaksanakan
untuk memperbaiki pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan.
3. Pembiayaan pembangunan yang tidak memperhatikan keberlangsungan dimasa
depan akan merugikan baik secara materil maupun immateril

3.2 Rekomendasi
Rekomendasi pada laporan kali ini adalah
1. Dalam mencapai suatu perencanaan atau pembangunan, pembiayaan harus
dialokasikan secara efektif dan efisien
2. Dalam pembiayaan pembangunan yang berkelanjutan harus
memperhatikan prioritas dari daerah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

P2KH. 2016. Konsep Pembangunan Bekelanjutan.

http://sim.ciptakarya.pu.go.id. Diakses 06 Desember 2020

Kurniawan, Alex. 2020. Program Pembiayaan Berkelanjutan: Mencegah Investasi


yang Merusak Alam

https://www.mongabay.co.id/2020/03/11/program-pembiayaan-berkelanjutan-
mencegah-pembiayaan-yang-merusak-alam/. Diakses 06 Desember 2020

Perpres Nomor 77 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Dana Lingkungan Hidup


LAMPIRAN

1. (Rona Astina 118220022) Jika di dalam aspek ekonomi berupa keuangan, kita
sering mengenal mengenai insentif dan disinsentif. Lalu tadi juga dijelaskan
dengan remon ternyata di dalam ekonomi yang berkaitan dengan lingkungan
hidup, ada juga mengenai insentif dan disinsentif? Lalu, pertanyaan saya apakah
insentif dan disensentif tersebut sama, dan tolong berikan contoh insentif dan
disinsentif yang ada di aspek ekonomi lingkungan

Jawab: Insentif dan disinsentif berbeda. Insentif merupakan upaya pemberian


dorongan atau daya tarik secara moneter dan/atau nonmoneter kepada setiap
individu ataupun pemerintah pusat dan pemerintah daerah supaya melakukan
kegiatan yang berdampak positif terhadap cadangan sumberdaya alam dan
kualitas fungsi lingkungan hidup. Sedangkan disinsentif merupakan
pengenaan beban atau ancaman secara moneter dan/atau nonmoneter kepada
setiap individu maupun pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk
mengurangi kegiatan yang berdampak negatif pada cadangan sumberdaya
alam dan kualitas fungsi lingkungan hidup.

Berdasarkan PP No 46 Tahun 2017 tentang Instrumen Ekonomi Lingkungan


Hidup, contoh insentif dalam aspek ekonomi lingkungan yaitu:
a. Pemberian keringanan kewajiban
b. Pemberian kemudahan atau kelonggaran persyaratan
pelaksanaan kegiatan
c. Pemberian fasilitas atau bantuan
d. Pemberian bimbingan dan dorongan
e. Pemberian penghargaan
f. Pemberitahuan kinerja positif kepada publik
Sedangkan contoh disinsentif dalam aspek ekonomi lingkungan yaitu:
g. Penambahan kewajiban
h. Penambahan persyaratan pelaksanaan kegiatan
i. Pemberitahuan kinerja negatif kepada publik
Tujuan dari insentif dan disinsentif dalam aspek pembiayaan lingkungan
adalah supaya setiap orang melaksanakan penataan hukum yang berlaku dan
mendistribusikan dampak dan risiko lingkungan secara adil.

2. (Cantika al marfuah 18220015) Tolong berikan contoh dari pembangunan


berkelanjutan yang berhubungan dengan lingkungan serta apa yang terjadi jika
dari contoh itu mengalami degradasi lingkungan ?
Jawab: Contoh pembangunan berkelanjutan antara lain adalah melakukan
pembangunan permukiman secara vertikal untuk mengurangi alih fungsi lahan
pertanian, mengambil hasil hutan dengan menerapkan sistem tebang pilih,
membuat taman kota untuk meminimalisir pencemaran udara, membangun
pabrik sesuai dengan kebijakan AMDAL, serta tidak mendirikan bangunan di
daerah sempadan sungai. Pembangunan berkelanjutan merupakan
pembangunan yang dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan saat ini tanpa
mengorbankan kebutuhan generasi yang akan datang.
Common pool goods and services adalah segala sumber daya yang tersedia di
alam dan sifatnya gratis. Artinya, siapa saja bisa memakainya tanpa izin,
contoh adalah ikan di laut.. Pemanfaatan common pool and goods services
identik dengan degradasi lingkungan. Salah satu contoh besar dari common
pool goods and services adalah hal-hal yang berada di alam. Pembiayaan
pembangunan tadi dialokasikan untuk menjaga kelestarian lingkungan.
Pemanfaatan common pool goods and services berlebihan yang dapat merusak
alam, akan ditanggulangi dengan pembiayaan di sektor ini.

3. (Fathurrahman 118220083) Seperti apa Pendanaan lingkungan di Indonesia ?

Jawab: Dalam prakteknya, belum adanya peraturan pelaksana terkait instrument


ekonomi menyebabkan kegagapan pemerintah dalam penerapannyadan
keengganan pelaku usaha untuk melaksanakannya. Diperlukan upaya
lanjutan untuk:

1. Menjelaskan tugas dan tanggungjawab antara pemerintah pusat, propinsi


dan daerah, dengan tersedianya sistem yang dibutuhkan untuk memastikan
dilaksanakannya kebijakan dan strategi lingkungan.

2. Memperkuat peran media, legislatif, lembaga keagamaan, dan LSM dalam


berkomunikasi dengan masyarakat untuk meningkatkan pemahaman, dan
memahami keinginan, kebutuhan dan aspirasi masyarakat.

3. Memperluas akses publik akan informasi, partisipasi dan keadilan


lingkungan, termasuk menjelaskan dan meningkatkan kemampuan dalam
menegakkan pemenuhan dan keberadaan hak atas informasi, partisipasi dan
keadilan.

4. (Adelia Azis 118220112) Peran Utama Pembiyaan Pembangunan dalam


Pembangunan Berkelanjutan?

Jawab: Peran utama pembiayaan pembangunan sangat penting dimana untuk


mencapai atau melaksanakan pembangunan sangat membutuhkan pembiayaan
dimana apabila pembiayaan tidak ada maka pembangunan tidak akan berjalan

Anda mungkin juga menyukai