GOOD GOVERNANCE
Oleh:
Kelas RB
Dosen Pengampu :
Ir. Andi Oetomo, M.PI
Adinda Sekar Tanjung, S.T., M.T.
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
“Bagaimana konsep dan implementasi dari konsep smart city dalam
mewujudkan good governance ?”
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui dan memahami konsep dan implementasi dari good governace.
BAB II PEMBAHASAN
Pada BAB ini berisikan definisi dan pembahasan mengenai good governance.
Pada BAB ini berisikan kesimpulan dan rekomendasi terhadap hasil laporan
ini
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2 Asas-Asas dalam Good Governace
Good governance p diada umumnya diartikan sebagai “Pengelolaan
pemerintahan yang baik.” Kata ‘baik’ disini dimaksudkan sebagai mengikuti
kaidah-kaidah tertentu sesuai dengan prinsip-prinsip dasar Good Governance.
Beberapa unsur pemerintahan yang baik, yang telah memperoleh tempat yang
layak dalam peraturan perundang-undangan di berbagai negara antara lain
4
mengantisipasi berbagai isu yang ada, pemerintah daerah menyediakan
saluran komunikasi agar masyarakat dapat mengutarakan pendapatnya.
Jalur komunikasi ini meliputi pertemuan umum, temu wicara, konsultasi
dan penyampaian pendapat secara tertulis. Bentuk lain untuk merangsang
keterlibatan masyarakat adalah melalui perencanaan partisipatif untuk
menyiapkan agenda pembangunan, pemantauan, evaluasi dan pengawasan
secara partisipatif dan mekanisme konsultasi untuk menyelesaikan isu
sektoral.
3. Transparansi (Transparency)
Transparansi adalah keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang
diambil oleh pemerintah. Prinsip transparansi menciptakan kepercayaan
timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan
informasi dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi yang
akurat dan memadai. Tranparansi dibangun atas dasar arus informasi yang
bebas. Seluruh proses pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi
perlu dapat diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan, dan informasi
yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti dan dipantau.
Sehingga bertambahnya wawasan dan pengetahuan masyarakat terhadap
5
penyelenggaraan pemerintahan. Meningkatnya kepercayaan masyarakat
terhadap pemerintahan, meningkatnya jumlah masyarakat yang
berpartisipasi dalam pembangunan dan berkurangnya pelanggaran
terhadap peraturan perundang-undangan.
5. Kesetaraan (Equity)
Kesetaraan yakni kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan. Semua warga
masyarakat mempunyai kesempatan memperbaiki atau mempertahankan
kesejahteraan mereka. Prinsip kesetaraan menciptakan kepercayaan
timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan
informasi dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi yang
akurat dan memadai. Informasi adalah suatu kebutuhan penting
6
masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan daerah. Berkaitan
dengan hal tersebut pemerintah daerah perlu proaktif memberikan
informasi lengkap tentang kebijakan dan layanan yang disediakannya
kepada masyarakat. Pemerintah daerah perlu mendayagunakan berbagai
jalur komunikasi seperti melalui brosur, leaflet, pengumuman melalui
koran, radio serta televisi lokal. Pemerintah daerah perlu menyiapkan
kebijakan yang jelas tentang cara mendapatkan informasi
7
sosial. Agar pemerintahan itu efektif dan efisien, maka para pejabat
pemerintahan harus mampu menyusun perencanaan-perencanaan yang
sesuai dengan kebutuhan nyata masyarakat, dan disusun secara rasional
dan terukur. Dengan perencanaan yang rasional tersebut, maka harapan
partisipasi masyarakat akan dapat digerakkan dengan mudah, karena
program-program itu menjadi bagian dari kebutuhan mereka. Proses-
proses pemerintahan dan lembaga-lembaga membuahkan hasil sesuai
kebutuhan warga masyarakat dan dengan menggunakan sumber-sumber
daya yang ada seoptimal mungkin
8. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas adalah pertangungjawaban pejabat publik terhadap
masyarakat yang memberinya kewenangan untuk mengurusi kepentingan
mereka. Para pengambil keputusan di pemerintah, sektor swasta dan
organisasi-organisasi masyarakat bertanggung jawab baik kepada
masyarakat maupun kepada lembaga-lembaga yang berkepentingan.
Bentuk pertanggungjawaban tersebut berbeda satu dengan lainnya
tergantung dari jenis organisasi yang bersangkutan. Instrumen dasar
akuntabilitas adalah peraturan perundang-undangan yang ada, dengan
komitmen politik akan akuntabilitas maupun mekanisme
pertanggungjawaban, sedangkan instrumen-instrumen pendukungnya
adalah pedoman tingkah laku dan sistem pemantauan kinerja
penyelenggara pemerintahan dan sistem pengawasan dengan sanksi yang
jelas dan tegas
8
Tata Pemerintahan (Governance) lebih menggambarkan pada pola hubungan
yang sebaik-baiknya antar elemen yang ada. Di tingkat desa konsep Tata
Pemerintahan ( Good Governance) merujuk pada pola hubungan antara
pemerintah desa, kelembagaan politik, kelembagaan ekonomi dan
kelembagaan sosial dalam upaya menciptakan kesepakatan bersama
menyangkut pengaturan proses pemerintahan. Hubungan yang diidealkan
adalah sebuah hubungan yang seimbang dan proporsional antara empat
kelembagaan desa tersebut.
Di tingkat desa, jika hanya menciptakan Pemerintah desa yang baik, maka tata
pemerintahan desa yang baik belum tentu dapat tercipta. Tapi kalau yang
diciptakan adalah tata pemerintahan desa yang baik maka dengan sendirinya
pemerintah desa yang baik juga akan tercipta. Hal tersebut dikarenakan dalam
penciptaan Tata Pemerintahan Desa Yang Baik telah dilakukan upaya pelibatan
semua kelembagaan desa baik dari pemerintah desa, kelembagaan politik desa,
kelembagaan ekonomi desa serta kelembagaan sosial desa dalam proses
pemerintahan di tingkat desa.
9
2.5 Penerapan Good Governace
Good Governance di Indonesia sendiri mulai benar – benar dirintis dan
diterapkan sejak meletusnya era Reformasi yang dimana pada era tersebut telah
terjadi perombakan sistem pemerintahan yang menuntut proses demokrasi
yang bersih sehingga Good Governance merupakan salah satu alat Reformasi
yang mutlak diterapkan dalam pemerintahan baru. Akan tetapi, jika dilihat dari
perkembangan Reformasi yang sudah berjalan selama 12 tahun ini, penerapan
Good Governance di Indonesia belum dapat dikatakan berhasil sepenuhnya
sesuai dengan cita – cita Reformasi sebelumnya. Masih banyak ditemukan
kecurangan dan kebocoran dalam pengelolaan anggaran dan akuntansi yang
merupakan dua produk utama Good Governance.
Akan tetapi, Hal tersebut tidak berarti gagal untuk diterapkan, banyak upaya
yang dilakukan pemerintah dalam menciptakan iklim Good Governance yang
baik, diantaranya ialah mulai diupayakannya transparansi informasi terhadap
publik mengenai APBN sehingga memudahkan masyarakat untuk ikut
berpartisipasi dalam menciptakan kebijakan dan dalam proses pengawasan
pengelolaan APBN dan BUMN. Oleh karena itu, hal tersebut dapat terus
menjadi acuan terhadap akuntabilitas manajerial dari sektor publik tersebut
agar kelak lebih baik dan kredibel kedepannya. Undang-undang, peraturan dan
lembaga – lembaga penunjang pelaksanaan Good governance pun banyak yang
dibentuk. Hal ini sangatlah berbeda jika dibandingkan dengan sektor publik
pada era Orde Lama yang banyak dipolitisir pengelolaannya dan juga pada era
Orde Baru dimana sektor publik di tempatkan sebagai agent of development
bukannya sebagai entitas bisnis sehingga masih kental dengan rezim yang
sangat menghambat terlahirnya pemerintahan berbasis Good Governance.
10
akan membawa bangsa Indonesia ke dalam suatu pemerintahan yang bersih
dan amanah
11
BAB III
STUDI KASUS
Good Governance ialah tata kelola pemerintahan yang baik. Dalam mewujudkan
konsep good governance maka diperlukan sinergi anatar tiga aktor utama, yakni
pemerintah, privat sektor, dan civil society. Contoh studi kasus yang kami ambil
adalah implementasi konsep smart city dalam mewujudkan good governance.
Pemerintah Kota Tangerang Selatan secara bertahap terus mengupayakan konsep
smart city disemua lini kedinasan terutama dalam hal kualitas pelayanan publik
dengan meningkatkan pelayanan secara real–time dan cepat mulai dari Instansi
terbawah sampai kepada Instansi kedinasan yang lebih tinggi.
Suatu insitusi yang berada dalam sistem pemerintahan pada suatu Negara atau
daerah yang dijalankan oleh aparatur Negara atau birokrasi penyelenggara negara
atau daerah, tentunya bertujuan memberikan suatu pelayanan yang baik atau
pelayan publik guna mencapai suatu pemerintahan yang baik (good governance).
Oleh karena itu, upaya pemahaman konsep birokrasi pemerintah, pelayanan publik,
dan kualitas pelayanan publik pada satu sisi, menempati posisi kunci dalam
disertasi ini, dan pada sisi lain akan menjadi dasar pengembangan pemikiran-
pemikiran kritis terhadap pendefinisian birokrasi pemerintah, pelayanan publik, dan
kualitas pelayanan publik.
Konsep Smart city dianggap sebagai inovasi yang mampu menjawab tantangan di
era digital dalam mewujudkan good governance, oleh sebab itu dalam rangka
menerapkan sebuah konsep Pemerintahan yang cerdas khusus pelayanan Publik
(Publik servis) menuju konsep Smart City Pemerintah Kota Tanggerang Selatan
membangun aplikasi sistem pengaduan dan pelaporan dengan nama SIARAN guna
memudahkan sistem pelayanan dimasyarakat yang dapat diakses melalalui internet
secara online, meliputi pelayanan KTP, KK, SIM dll. Selain itu terdapat aplikasi
“Tangsel Pay“ yang digunakan untuk pembayaran restribusi dan perpajakan untuk
mencegah terjadinya kebocoran anggaran.
12
Namun penerapan konsep pemerintahan yang baik dan cerdas (e-governence)
dalam smart publik di Kota Tangerang Selatan terdapat beberapa kendala dan
hambatan yang dihadapi oleh pemerintah. Hambatan dan kendala yang dihadapi
diantaranya disebabkan oleh kebiasaan masyarakat, budaya dan kultur yang ada
dimasyarakat, belum adanya peraturan yang dibuat oleh pemerintah daerah, Sumber
Daya Manusia (SDM) yang masih minim mengenai pengetahuan berbasis
Teknologi (IT) yang siap menjalankan Program Smart City, ketersediaan anggaran
yang saat ini masih bersifat sentralisasi dan terkait dengan birokrasi,dan kesadaran
masyarakat yang belum sepenuhnya mendukung konsep Smart City ini.
13
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Good Governance dapat berjalan dengan jika penerapan asas-asasnya
sejalan dengan penerapan prinsip-prinsip good governance. Dalam good
governance, dominasi antara pemerintah dan swasta harus seimbang karena
jika sektor pemerintah lebih mendominasi maka yang dikhawatirkan akan
terjadi penyalahgunaan wewenang atau sifat pemerintah yang menjadi otoriter.
Selain itu tindakan yang tidak professional dari aparatur negara juga salah
satu alasan mengapa Good Governance tidak dapat berjalan dengan baik
sebagai faktor internal. Sedangkan faktor eksternal kurangnya partisipasi
masyarakat, kurangya pengawasan dari pemerintah dan keterbatasan anggaran
dalam memenuhi kebutuhan fasilitas pelayanan.
4.2 Saran
1. Pada pemerintah sebaiknya dapat menerapkan good governance dengan
baik sehingga tidak terjadinya ketidak profesionalitas dalam bekerja.
2. Masyarakat dapat ikut serta dalam program-program pemerintah demi
terwujudnya good governance.
14
DAFTAR PUSTAKA
Supriyantiwi, F., Sianturi, M., Safrudin & Santoso, S. 2019. Implementasi Konsep
Smartcity Dalam Mewujudkan Good Governance Studi Kasus Kota Tangerang
Selatan. Fakultas Hukum, Universitas Pamulang
15
LAMPIRAN
16
4. (Arfa Rara Alifya 118220005) bagaimana pendapat kalian bandar lampung
dalam penerapan good governance?
Jawaban : Penerapan di kota Bandar Lampung seperti melakukan salah
satunya pelayanan e-government. Contohnya pada e-lapor, masyarakat
dapat melapor apabila terjadinya seperti pungli atau semacamnya di
pemerintahan Kota Bandar Lampung. (Rama Sanjaya 118220061)
17
usaha, kesetaraan, berorientasi pada konsensus, efektifitas dan efisiensi, dan
akuntabilitas. (Audina Ananda 118220102)
18