Anda di halaman 1dari 19

Critical Review Materi

“Struktur Lembaga Pemerintahan Pembangun”


PL4281 Manajemen dan Administrasi Pembangunan

Disusun Oleh :
Kelompok 6 RB
1. Henia Amalia Sasmita 118220053
2. Zhahira Rhamadan 118220114
3. Fakhri Athallah Ariz 118220176
4. Vindho Erman 118220

Dosen :
Ir. Andi Oetomo, M. PI
Adinda Sekar Tanjung, S.T., M.T.

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR DAN WILAYAH
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .............................................................................................................................3


BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................6
2.1 Lembaga Pemerintahan dan Manajemen Adminitrasi Pembangunan .......6
2.1.1 Lembaga Pemerintah ...................................................................................6
2.1.2 Manajamen dan Administrasi Pembangunan ..........................................6
2.2 Struktur Lembaga Pemerintah ..........................................................................8
2.2.1 Struktur Lembaga Sebelum Amandemen ................................................9
2.2.2 Struktur Lembaga Setelah Amandemen ................................................10
2.2.3 Fungsi dan Kewenangan Lembaga Negara ............................................10
BAB III CRITICAL REVIEW ...................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam sebuah perencanaan pembangunan memerlukan peran aktif dari
berbagai pihak yang telibat didalamnya yaitu masyarakat maupun
stakeholder. Stakeholder merupakan pihak kelompok maupun individu yang
dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pencapaian tujuan organisasi,
dalam artian lain stakeholder adalah seseorang pemangku kepentingan
pemerintah, sosial dan adat. Keterlibatan stakeholder dalam sebuah
pembangunan tidak hanya berasal dari sektor publik/ pemerintah namun juga
berasal dari sektor privat. Dimana sebuah pembangunan daerah dilakukan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memenuhi kebutuhan
daerah yang berkaitan dengan kepentingan stakeholder (Adam, 2012).
Keterlibatan tersebut dikelompokan menjadi 3 komponen sub sistem
yakni pengambilan kebijakan, pemberi pelayanan, serta penerima dampak.
Dalam sistem perencanaan wilayah dan kota stakeholder memiliki peran
penting untuk mencapai sebuah visi misi serta tujuan pembangunan. Peran
pengambil kebijakan dipegang oleh lembaga pemerintahan dan non
pemerintahan yang memiliki tugas dan kewenangan untuk membuat
kebijakan untuk diterapkan dalam lembaga dibawahnya. Kebijakan dibuat
berdasarkan pada peraturan perundang-udangan, norma sosial dan harus
dipertimbangkan dengan matang dampak positif maupun negatif yang akan
ditimbulkan dari pengambilan kebijakan tersebut. Kebijakan yang diambil
harulah dapat diterima dengan baik oleh lembaga dibawahnya, sehingga
esensi dari kebijakan tersebut dapat diterapkan dalam program kegiatan.
Pemberi pelayanan merupakan orang orang yang melaksanakan program
pembangunan sesuai dengan ilmu pengetahuan, pengalaman serta skill yang
dimilikinya. Dalam memberikan sebuah pelayanan mereka harus
mengutamakan kepentingan public secara menyeluruh dan bukan terfkus
pada setiap individu. Pengambilan kebijakan serta pelaksana haruslah
bekerja sama dan mencari solusi terbaik bagi masyarakat. Bagian terakhir
merupakan orang-orang berkepentingan yang menjadi sasaran pembangunan
itu sendiri, yang menjadiobjek dalam suatu perencana. Mereka yang secara
langsung akan merasakan dampak dari pengambilan kebijakan dan penetapan
program pembangunan adalah masyarakat. Dari perkembangan masyarakat
yang terjadi karena adanya pembangunan merupakan tolak ukur keberhasilan
sebuah kebijakan dan penetapan program pembangunan (Mafruhah, 2018).
Dalam penulisan laporan ini, penulis ingin mengetahui bentuk
keterlibatan pembuat kebijakan terutama dari sisi pemerintah. Dimana hal
tersebut dapat diliha melalui tinjau struktur lembaga pemerintah sebagai
pengambil kebijakan dalam sistem administrasi pembangunan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka dalam penulisan laporan ini
memiliki susunan rumusan masalah berupa :
1. Bagaimana bentuk keterlibatan lembaga pemerintahan dalam
pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan manajemen dan
administrasi pembangunan?
2. Bagaimana bentuk struktur lembaga pemerintahan di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui
bentuk keterlibatan pemerintah dalam pengambilam kebijakan yang
berkaitan dengan manajamen dan administrasi pembangunan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Lembaga Pemerintahan dan Manajemen Adminitrasi Pembangunan


2.1.1 Lembaga Pemerintah
Lembaga pemerintah adalah sebuah lembaga yang dimiliki oleh
pemerinah dan negara yang bertujuan untuk membangun negara itu sendiri.
Lembaga ini tidak berdiri sendiri namun terdiri dari beberapa lembagai,
organisasi dan sebagainya. Pada sistem pemerintahan lembaga terbagi
menjadi 3 tingkat kekuasaan mulai tingkat pusat, kota dan provinsi,
kecamatan dan desa. Tugas dari lembaga negara adalah sebagai berikut :
1. Menjaga kestabilan atau stabilitas keamanan, politik, hukum, HAM
dan Budaya;
2. Menciptakan suatu lingkungan yang kondusif, aman dan harmonis;
3. Menjadi badan penghubung antara negara dan rakyat;
4. Menjadi sumber inspirator dan aspirator rakyat;
5. Memberantas tindak pidana korupsi, kolusi maupun nepotisme;
6. Membantu menjalankan roda pemerintahan negara;

2.1.2 Manajamen dan Administrasi Pembangunan


Manajemen pembangunan adalah suatu sistem pembangunan yang
dimulai dari sistem pengelolaan data dan informai pendukung kebijakan
pembangunan, sistem perencanaan dan penganggaran, perorganisasiaan
dan pelakanaan, pengendalian evaluai dan pemantauan, serta sistem
pelaporan hasil pembangunan. Dimana sistem manajemen ini didukung
dengan adanya sistem administrasu pembangunan yang merupakan segala
usaha yang dilakukan oleh suatu negara dalam rangka untuk
mengembangkan daerahnya kea rah yang lebih baik serta mendapatkan
kemajuan dari apek-aspek kehidupan berbangsa.
Maka dalam hal ini lembaga pemerintah memiliki peran penting
dalam sistem manajemen dan adminitrasi pembangunan dimana pemerintah
memiliki peran sebagai pembuat kebijakan serta penyedia layanan publik.
Ada empat fungsi utama administrasi pembangunan, diantaranya :
1. Kepemimpinan administrative yang terdiri dari kepemimpinan
inovatif dan administrator pembangunan.
2. Pendayagunaan kelembagaan, organisasi pemerintah dipupayakan
untuk melaksanakan dan meningkatkan pembangunan.
3. Pendayagunaan kepegawaian yang terdiri dari pengadaan,
pembinaan, pendidikan dan pelatihan.
4. Pedayagunaan ketatagunaan berupa tata laksana dan prosedur tata
kerja bagi penyelenggaran proses pembangunan, dibutuhkan
administrasi.

Ruang Linkup Administrasi pembangunan yaitu pembangunan


administrasi dan administrai di bidang pembangunan. Kedua fungsi ini saling
berhubungan dan saling melengkapi dalam proses pembuatan kebijakan.
Dimana pembangunan administrasi berkaitan dengan adanya perubahan
birokrai dengan unsur birokrasi harus mendorong partisipasi masyarakat,
tidak berpihak kepada yang kuat dan berorinetasi kepada yang kurang
berdaya, berperan dalam mengarahkan dan meberdayakan masyarakat serta
seharusnya dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab.
Selain pembangunan administrasi juga dibutuhkan adminitrai bagi
pembangunan yang memiliki arti bahwa kegiatan administrasi dilakukan dari
dan untuk pembangunan. Dalam pelaksanaanya umumnya menggunakan
pendekatan manajemen karena akan berhubungan dengan manajemen
pembangunan, yang mencakup : perencanaan pembangunan, pengerahan
sumber daya dan penganggaran.
2.2 Struktur Lembaga Pemerintah
Pada pemerintahan pusat terbagi tiga yaitu legislatif, eksekutif dan
yudikatif, yang memiliki tugas yang berbeda-beda dan terpisah satu
sama lainnya, baik mengenai tugas maupun mengenai alat perlengkapan
yang melakukan. Sistem ketatanegaraan Indonesia telah mengalami
perubahan setelah adanya amandemen UUD 1945 yang dilakukan MPR
pasca-Orde Baru. Perubahan tersebut dilatarbelakangi adanya kehendak
untuk membangun pemerintahan yang demokratis dan seimbang diantara
cabang-cabang kekuasaan, mewujudkan supremasi hokum dan keadilan,
serta menjamin dan melindungi hak asasi manusia.
Pada lembaga legislatif terdiri dari tiga lembaga yaitu MPR, DPR dan
DPD, yang memiliki tugas dan wewenang yang berbeda-beda. Eksekutif
mempunyai tugas utama yaitu menjalankan undang-undang. Sedangkan
yudikatif memiliki tiga lembaga yaitu MA, MK dan KY. MPR merupakan
pemegang kekuasaan tertinggi atau pemegang kedaulatan rakyat. Pada
hukum tata negara terdapat kaidah-kaidah yang mendelegasi kekuasaan dari
pembuat UUD pada pembuat UU, dari organ yang tertinggi kepada organ
yang lebih rendah untuk membuat aturan-aturan yang berlaku. Jadi,
pendelegasi yang termasuk dalam hukum tata negara ini adalah tingkat
tertinggi (Asshiddiqie, 2014).
Lembaga-lembaga ini dibuat untuk memberikan tugas dan
wewenang dan untuk membatasi kekuasaan yang dimiliki oleh setiap
lembaga. Pembatasan ini untuk mempermudah dan lebih memfokuskan
lembaga-lembaga yang bertanggung jawab pada tugas yang sudah di
tetapkan. Setiap lembaga wajib melakukan tugas yang mereka terima
dan melaporkan hasil kerjanya serta adanya pertanggung jawaban.
Setelah kita mengetahui bahwa Undang-Undang Dasar 1945 adalah
peraturan atau landasan tata negara tertinggi dan bersifat terbuka serta
dapat diubah sesuai dengan perkembangan zaman. Setidaknya telah empat
kali UUD 1945 mengalami perubahan atau dikenal dengan amandemen pada
periode tahun 1999-2002 yang juga mengubah struktur kelembagaan
negaranya. Perubahan struktur kelembagaan negara juga mempengaruhi
sistem administrasi dan manajemen pembangunan yang ada di Indonesia
berikut penggmbaran perubahan struktur sesudah dan sebelum amandemen.

2.2.1 Struktur Lembaga Sebelum Amandemen

UUD 1945

MPR

DPR PRESIDEN BPK DPA MA

Sebelum amandemen, UUD 1945 merupakan hukum tertinggi,


kemudian kedaulatan rakyat diberikan seluruhnya kepada MPR (lembaga
tertinggi). MPR mendistribusikan kekuasaannya kepada 5 Lembaga Tinggi
yang sejajar kedudukannya, yaitu DPR (Dewan Perwakilan Rakyat), Presiden,
BPK (Badan Pemeriksa Keuangan), DPA (Dewan Pertimbangan Agung), MA
(Mahkamah Agung). Dalam susunan ketatanegaraan RI pada waktu itu, yang
berperan sebagai lembaga legislatif adalah MPR dan DPR, Presiden sebagai
lembaga eksekutif, DPA dan MA sebagai lembaga yudisial.
2.2.2 Struktur Lembaga Setelah Amandemen

UUD 1945

BPK MPR PRESIDEN dan MA MA MA


WAKil PRESIDEN
DPR DPD

Sesudah amandemen, UUD 1945 merupakan hukum tertinggi dimana


kedaulatan berada di berada di tangan rakyat dan dijalankan tangan rakyat
dan dijalankan sepenuhnya menurut UUD sepenuhnya menurut UUD. UUD
memberikan. UUD memberikan pembagian pembagian kekuasaan
kekuasaan kepada 8 lembaga lembaga negara dengan kedudukan kedudukan
yang sama dan sejajar, yaitu MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat), DPD
(Dewan Perwakilan Daerah), DPR (Dewan Perwakilan Rakyat), Presiden
Daerah), DPR (Dewan Perwakilan Rakyat), Presiden dan Wakil Presiden, BPK
(Badan n Wakil Presiden, BPK (Badan Pemeriksa Keuangan), MK (Mahkamah
Konstitusi), MA (Mahkamah Agung), KY (Komisi Yudisial). Keberadaan
(Komisi Yudisial). Keberadaan DPA dihapuskan pada a DPA dihapuskan pada
amandemen UUD 1945 yang ke mandemen UUD 1945 yang ke 4.

2.2.3 Fungsi dan Kewenangan Lembaga Negara


Negara Negara Indonesia Indonesia adalah negara yang menganut yang
menganut asas demokrasi demokrasi yang mengacu pada pelaksanaan
teori Trias Politica dari Montesqiueu. Menurut Trias Politica,
kekuasaan negara dibagi menjadi 3, yaitu kekuasaan legislatif,
eksekutif, dan yudikatif. Tiga bidang bidang kekuasaan kekuasaan ini
memiliki memiliki kedudukan yang kedudukan yang sejajar dan
ketiganya sali ketiganya saling bekerja bekerja sama serta saling
melengkapi dalam sistem pemerintahan negara. Pada awal reformasi,
telah dilakukan perubahan (amandemen) terhadap UUD 1945. Hal ini
dilakukan agar undang-undang yang berlaku tetap sesuai dengan
kehidupan masyarakat dan mendukung pencapaian tujuan nasional.
Hingga saat ini, UUD 1945 telah mengalami amandemen sebanyak
empat kali. Amandemen UUD 1945 pertama kali dilakukan pada tahun
1999 dan berlanjut pada tahun 2000, 2001, dan 2002. Hasil
amandemen UUD 1945 antara lain dengan dibentuknya beberapa
lembaga negara yang baru. Lembaga baru tersebut tersebut
diantaranya diantaranya yaitu Mahkamah Mahkamah Konstitusi
Konstitusi (MK), Komisi Yudisial Yudisial (KY), dan Dewan Perwakilan
Daerah (DPD). Selain itu, keberadaan Dewan Pertimbangan Agung
(DPA) sebagai penasihat presiden dihapuskan sejak amandemen UUD
1945. Berikut adalah fungsi-fungsi dan kewenangan lembaga negara
sebelum dan sesudah amandemen.

1. MPR ( Majelis Permusyawaratan Rakyat )


Sebelum Amandemen Sesudah Amandemen
• Pemegang kekuasaan tertinggi • Bukan lagi pemegang
(Pasal 1 Ayat 2 dan penjelasan UUD kekuasaan tertinggi.
1945 tentang Sistem Pemerintahan • Susunan anggota berupa
Negara bagian III). anggota DPR dan DPD yang
• Susunan anggota: anggota DPR dipilih secara langsung
ditambah ditambah utusan daerah, melalui pemilu dengan masa
daerah, golongan golongan politik, jabatan 5 tahun.
dan golongan karya. • Berwenang menetapkan dan
• Berwenang menetapkan UUD dan mengubah UUD Pasal 3 (1)
GBHN (UUD 1945 Pasal 3). • Melantik Presiden dan wakil
• Mengganti UUD 1945 (Pasal 37) Presiden yang dipilih lewat
Pemilu (Pasal 3 Ayat 2).
Sebelum Amandemen Sesudah Amandemen
• Mengangkat presiden dan • Memutuskan usulan yang
wakil presiden (Pasal 6 Ayat 2). diajukan oleh DPR dan DPD
• Meminta berdasarkan keputusan MK
pertanggungjawaban presiden pre dalam hal pemberhentian
siden (penjelasan (penjelasan UUD presiden wakilnya
1945 tentang Sistem Pemerintahan (Pasal 7B Ayat 7).
Negara bagian III) • Memilih wakil presiden atas
• Memiliki kekuasaan tidak terbatas calon yang diusulkan
(penjelasan pasal 3). presiden apabila terjadi
kekosongan jabatan wakil
presiden (Pasal 8 Ayat 2)

2. DPR ( Dewan Perwakilan Rakyat )


Sebelum Amandemen Setelah Amandemen
• Berwewenang memberikan • Sebagai lembaga tinggi negara
persetujuan atas RUU yang diusulkan • Mempunyai kekuasan
presiden, PERPU, APBN membentuk UU
(Pasal 21Ayat 1). • Sementara pemerintah berhak
• Menyetujui Undang-Undang mengajukan RUU
(Pasal 5, Pasal 20 Ayat 1). • Proses dan mekanisme
• Susunan anggota: anggota membentuk UU antara DPR dan
partai politik politik peserta pemilu Pemerintah, mempertegas
yang dipili peserta pemilu yang dipilih fungsi DPR, yaitu: fungsi
oleh rakyat. legislasi, legislasi, fungsi
• DPR tidak bertanggung bertanggung anggaran, dan fungsi
jawab terhadap terhadap Presiden. pengawasan sebagai mekanisme
kontrol antar lembaga negara.
• Berwewenang: Memberikan
persetujuan atas RUU yang
diusulkan presiden, PERPU,
APBN (Pasal 21 Ayar 1)
Sebelum Amandemen Setelah Amandemen
• Menyetujui UU (Pasal 5, Pasal
20 Ayat 1) Menyetujui UU
(Pasal 5, Pasal 20 Ayat 1).

3. Presiden
Sebelum Amandemen Sesudah Amandemen
• Sebagai mandataris MPR • Dipilih oleh rakyat lewat pemilu
• Diangkat oleh MPR dan • Tidak bertanggung jawab
bertanggung jawab kepada MPR kepada MPR
• Memegang kekuasaan eksekutif, • Kekuasaan legislatif sepenuhnya
legislatif yudikatif diserahkan kepada DPR.
• Presiden mempunyai hak prerogatif. • Presiden hanya meresmikan
• Tidak ada aturan anggota
mengenaibatasan periode • BPK yang dipilih oleh DPR
jabatannya denganmemperhatikan
• Memegang kekuasaan eksekutif, pertimbangan DPD
kekuasaan legislatif dan yudikatif
• Mengangkat dan memberhentikan
anggota BPK

4. BPK ( Badan Pemeriksa Keuangan )


Sebelum Amandemen Sesudah Amandemen
• Memeriksa tanggung jawab • Memeriksa pengelolaan dan tanggung
keuangan negara. Hasil jawab keuangan negara
pemeriksaan diberitahukan (Pasal 23E Ayat 1)
kepada DPR (Pasal 23 Ayat 5) • Hasil pemeriksaan diserahkan kepada
• Memeriksa pengelolaan dan DPR, DPD, dan DPRD
tanggung jawab keuangan • Anggota BPK dipilih oleh DPR
negara. dengan pertimbangan pertimbangan
Sebelum Amandemen Sesudah Amandemen
• Anggota BPK dipilih oleh DPR DPD dan diresmikan diresmikan
dengan memperhatikan oleh presiden (Pasal 23F Ayat 1)
pertimbangan DPD,dan • Mengintegrasi peran BPKP sebagai
diresmikan oleh Presiden. instansi pengawas pengawas
internal internal departemen
departemen yang bersangkutan ke
dalam BPK.
• BPK berkantor di ibukota negara dan
memiliki perwakilan di setiap
provinsi.

5. DPA ( Dewan Pertimbangan Agung )


Sebelum Amandemen Sesudah Amandemen
• Sebagai badan penasehat • Pasal 16 ”Presiden membentuk
Presiden dewan pertimbangan pertimbangan
• Memberi jawaban terhadap yang bertugas bertugas memberikan

pertanyaan Presiden serta memberikan nasehat dan

berhak untuk mengajukan usulan pertimbangan kepada presiden”

kepada pemerintah menghilangkan kedudukan DPA

• Berhak mengajukan usul


kepada pemerintah pemerintah
dan bertugas bertugas memberi
memberi jawaban atas
pertanyaan presiden(Pasal 16
Ayat 2).
6. DPD ( Dewan Perwakilan Daerah )
Sebelum Amandemen Sesudah Amandemen
• Berwenang mengajukan RUU kepada
DPR yang berkaitan dengan: Otonomi
Daerah, hubungan pusat dan daerah,
pembentukan
dan pemekaran pemekaran serta
penggabungan penggabungan daerah,
daerah, pengelolaan S pengelolaan
SDA dan sumber daya ekono daya
ekonomi lainnya, serta yang berkaitan
dengan perimbanga
keuangan perimbanga keuangan
pusat dan daerah pusat dan daerah
(Pasal 22D Ayat 1).
• Ikut membahas RUU tentang hal-hal
diatas.
• Memberikan pertimbangan kepada
DPR atas RUU tentang: APBN, pajak,
pendidikan, dan agama (Pasal 22D
Ayat 2).

7. Mahkamah Agung ( MA )
Sebelum Amandemen Sesudah Amandemen
• Pemegang/pelaksana tunggal • Pemegang kekuasaan yudisial
kekuasaan yudisial (Pasal 24 Ayat bersama dengan Mahkamah Konstitusi
1) (Pasal 24 Ayat 2)
• Mengelola (puncak) lembaga-
lembaga peradilan: peradilan:
umum, militer, militer, dan Tata
Usaha Negara (Pasal 24 Ayat 2)
• Berwenang mengadili pada tingkat
kasasi dan judicial judicial review
atas peraturan perundang-undangan
dibawah UU perundang-undangan
dibawah UU terhadap terhadap UU
(Pasal 24A Ayat 1)

8. Mahkamah Konstitusi ( MK )
Sebelum Amandemen Sesudah Amandemen
• Memberikan putusan atas pendapat
DPR atas dugaan pelanggaran oleh
presiden dan/atau wakil presiden
(Pasal 24C Ayat 2)

Berwenang untuk :
• Mengadili pada tingkat pertama dan
terakhir yang putusannya bersifat
final untuk menguji undang-undang
terhadap UndangUndang Dasar (Pasal
24C Ayat 1).
• Memutuskan sengketa kewenangan
lembaga negara yang kewenangannya
diberikan oleh UUD (Pasal 24C Ayat 1)
9. Komisi Yudisial ( KY )
Sebelum Amandemen Sesudah Amandemen
• Anggota Komisi Yudisial diangkat dan
diberhentikan oleh presiden
dengan persetujuan DPR (Pasal 24B
Ayat 3)
• Berwenang mengusulkan
pengangkatan hakim agung kepada
DPR, dan mempunyai kewenangan
lain dalam rangka menjaga dan
menegakkan kehormatan, keluhuran
martabat, serta perilaku hakim (Pasal
24A Ayat 1)
BAB III
CRITICAL REVIEW

Dalam sistem perencanaan pembangunan wilayah dan kota


membutuhkan sebuah manajemen dan administrasi pembangunan yang
berkaitan dengan lembaga (stakeholder) yang berada di tengah masyarakat.
Pemerintah memiliki kedudukan sebagai lembaga yang memiliki hak dan
wewenang dalam menentukan kebijakan dan memberikan pelayanan bagi
masyarakat. Oleh karena itu peran aktif dari pemerintah memberikan
dampak yang besar bagi sebuah pembangunan daerah.

Pemerintah melalui lembaga strukturalnya menjalankan segala bentuk


pelayanan dan pembuatan kebijakan yang terbagi menjadi beberapa lembaga
sesuai dengan kedudukannya masing-masing. Kedudukan tersebut dibagi
berdasarkan sistem ketatanegaraan Indonesia yang berlandaskan pada
Undang-Undang Dasar 1945, jika kita melihat kembali sejarah UUD 1945 telah
mengalami empat kali proses amandemen untuk dapat menyesuaikan dengan
perkembangan zaman. Dimana perubahan tersebut juga membawa dampak
adanya perubahan bentuk struktural lembaga pemerintahan seperti
perubahan susunan anggota DPR yang dipilih secara demokratis melalui
pemilu dan bertugas sebagai lembaga legislative yang menentukan usulan
pembuatan kebijakan yang kemudian disetujui oleh pihak MPR. Setelah
adanya amandemen UUD 1945 pula pemerintahan daerah diberikan sebuah
hak berupa hak otonomi daerah untuk dapat mengatur dan menetapkan
pembangunannya sendiri dengan ketentuan tetap mengarah pada kebijakan
pembangunan nasional.
Daftar Pustaka

Adam, M. (2012). Faktor Keterlibatan Stakeholder Dalam Pembangunan.


Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB, 23.

Asshiddiqie, J. (2014). Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara. Jakarta:


Rajawali Pers.

Mafruhah, I. (2018). Perubahan Paradigma Pembangunan di Indonesia. BPFE


Universitas Muhammadiya Surakarta, 42.

Anda mungkin juga menyukai