Anda di halaman 1dari 26

i

Daftar Isi

Daftar Isi ................................................................................................................................................. ii


BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................... 1
BAB II PEMBIAYAAN TRANSPORTASI ......................................................................................... 3
2.1. Definisi Transportasi............................................................................................................... 3
2.2. Definisi Sistem Transportasi Yang Berkelanjutan .................................................................. 3
2.3. Pentingnya Pembiayaan Dalam Transportasi Perkotaan Yang Berkelanjutan........................ 3
2.4. Tujuan Utama Pembiayaan Transportasi yaitu: ...................................................................... 5
2.5. Tiga Pilar Transportasi Keberlanjutan .................................................................................... 5
2.6. Sasaran Pembangunan Transportasi Nasional. ....................................................................... 5
2.7. Aspek Pembiayaan Transportasi............................................................................................. 6
2.8. Pendekatan Menuju Sistem Yang Berkelanjutan.................................................................... 6
2.9. Pihak Yang Terlibat Dalam Pembiayaan Transportasi. .......................................................... 6
2.10. Sumber Pendanaan Transportasi. ........................................................................................7
2.11. Terdapat Bentuk Usaha Kerjasama Dalam Penyediaan Infrastruktur................................. 8
BAB III PEMBIAYAAN PENDIDIKAN TINGGI ............................................................................... 9
3.1 Pengertian Pendidikan Tinggi ....................................................................................................... 9
3.2 Pembiayaan Pendidikan Tinggi .................................................................................................... 9
3.3 Pengalokasian Pembiayaan Pendidikan Tinggi Berdasarkan Undang-Undang Dan Peraturan
Menteri..............................................................................................................................................10
3.4 Sumber Anggaran Pembiayaan Pendidikan Tinggi .................................................................... 11
BAB IV PEMBIAYAAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI ...........................................................13
4.1 Definisi Teknologi ......................................................................................................................13
4.1.1 Dampak Positif ........................................................................................................................13
BAB V INOVASI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN ..................................................................... 16
5.1 INOVASI .................................................................................................................................... 16
5.1.1 E-Government......................................................................................................................16
5.1.2 Kota Cerdas (smart city) ...................................................................................................... 16
5.1.3 Pasar Modal .........................................................................................................................17
5.1.4 Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU)……………………………………… 18

BAB VI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN DEMOKRASI.............................................................19


6.1 Definisi Demokrasi .....................................................................................................................19
6.1.1 Pemilu .................................................................................................................................. 19

ii
6.1.2 Pembiayaan Partai Politik .................................................................................................... 20
BAB VIIPENUTUP..............................................................................................................................21
7.1 Kesimpulan ...........................................................................................................................21
7.2 Saran ..................................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSAKA..............................................................................................................................22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perencanaan Wilayah dan Kota tidak hanya mempelajari tentang fisik suatu wilayah maupun
kondisi dan infrastruktur suatu wilayah. Perencanaan Wilayah dan Kota juga mempelajari mengenai
pembiayaan pembangunan modernisasi kota dan wilayah seperti pembiayaan transportasi,
pembiayaan pendidikan tinggi, pembiayaan pembangunan perkembangan teknologi, inovasi dan
pembiayaan pembangunan demokrasi. Pembiayan pembangunan tersebut sangat diperlukan untuk
mengembangkan suatu wilayah dan kota, agar dapat mengikuti perkembangan zaman. Jika dilihat dari
segi transportasinya, diperlukan adanya pembiyaan atau pendanaan agar sistem transportasi dapat
berjalan dengan lancar dan berkelanjutan.
Pembiayaan pembangunan ini juga harus diperhatikan karena jika suatu pembangunan bahkan
infrastruktur tidak mendapat pendanaan yang tepat akan mengakibatkan ketidakefisienan dari fungsi
pembangunan yang dibangun. Permasalahan yang timbul akibat kurangnya pendanaan dapat
mengakibatkan atau berdampak buruk bagi semua orang. Sehingga, untuk mengurangi permasalahan-
permasalahan yang ada diperlukan pembiayaan pembangunan yang tepat dari semua aspek yang ada.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada laporan ini :
1. Bagaimana cara mengetahui pembangunan modernisasi kota dan wilayah ?
2. Bagaimana sistem pembiayaan pada transportasi ?
3. Bagaimana sistem pembiayaan pada pendidikan tinggi ?
4. Bagaimana sistem pembiayaan pada pengembangan teknologi ?
5. Bagaimana sistem pembiayaan pada inovasi ?
6. Bagaimana sistem pembiayaan pada demokrasi ?

1.3 Tujuan
Tujuan dari laporan ini adalah untuk mengetahui bagaimana pembiayaan pembangunan
modernisasi kota dan wilayah dengan melihat aspek pembiayaan transportasi, pendidikan
tinggi, oengembangan teknologi, inovasi, dan demokrasi.
1.4 Sasaran
Sasaran dari laporan ini :
1. Mengetahui pembiayaan pembangunan modernisasi kota dan wilayah
2. Mengetahui sistem pembiayaan pada transportasi
3. Mengetahui sistem pembiayaan pada pendidikan tinggi

1
4. Mengetahui sistem pembiayaan pada pengembangan teknologi
5. Mengetahui sistem pembiayaan pada inovasi
6. Mengetahui sistem pembiayaan pada demokrasi.

1.5 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan pada laporan kali ini adalah teknik pengumpulan data
skunder berupa melakukan studi pustakan melalui buku – buku dan jurnal yang telah diberikan dosen
pengampu dan juga melalu beberapa sumber lain seperti internet.

1.6 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, metodologi pengumpulan
data, dan sistematika penulisan.

BAB II PEMBIAYAAN TRANSPORTASI

Bab ini berisi pembahasan mengenai Pembiayaan Transportasi

BAB III PEMBIAYAAN PENDIDIKAN TINGGI

Bab ini berisi pembahasan mengenai Pembiayaan Pendidikan tinggi

BAB IV PEMBIAYAAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI

Bab ini berisi pembahasan mengenai Pembiayaan Pengembangan Teknologi

BAB V PEMBIAYAAN INOVASI

Bab ini berisi pembahasan mengenai Pembiayaan Inovasi (Pembiayaan e-gov, Smart City, dll)

BAB VI PEMBIAYAAN DEMOKRASI

Bab ini berisi pembahasan mengenai Pembiayaan Demokrasi

BAB VII PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran

2
BAB II
PEMBIAYAAN TRANSPORTASI

2.1. Definisi Transportasi


Transportasi didefinisikan sebagai suatu sistem yang terdiri dari fasilitas tertentu
beserta arus dan sistem kontrol yang memungkinkan orang atau barang dapat berpindah dari
suatu tempat ke tempat lain secara efisien dalam setiap waktu untuk mendukung aktivitas
manusia (Papacostas, 1987).

2.2. Definisi Sistem Transportasi Yang Berkelanjutan


Sistem transportasi yang berkelanjutan merupakan suatu sistem transportasi yang
menggunakan sumber daya secara efisien dalam mengangkut orang dan barang, mendukung
kesetaraan akses dalam mendukung kebutuhan seluruh masyarakat, serta melindungi lingkungan
alami.
Transportasi yang berkelanjutan perlu diterapkan di Indonesia karena Negara Indonesia
sendiri merupakan Negara Kepulauan (Archipelagic State) seperti yang tercantum dalam pasal
25A UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Bahwa Indonesia membutuhkan suatu
sistem transportasi yang berkelanjutan, yang tidak hanya dapat mengatasi permasalahan
kemacetan, kecelakaan lalu lintas, polusi udara, pemborosan energi, tetapi juga dapat
menjembatani kesenjangan antarwilayah dan mendorong pemerataan pembangunan. Sistem
transportasi sangat diperlukan dalam pembangunan karena transportasi merupakan mekanisme
kunci untuk meningkatkan, membangun, dan membentuk perekonomian suatu bangsa.

2.3. Pentingnya Pembiayaan Dalam Transportasi Perkotaan Yang Berkelanjutan


Banyak kota-kota di seluruh dunia menghadapi ketimpangan besar antara kebutuhan
penduduk setempat seperti sistem transportasi kota dengan sumber keuangan yang dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan ini. Seringkali, infrastruktur untuk transportasi publik, trotoar
(trotoir) dan jalur sepeda tidak dapat dibiayai. Pelayanan transportasi publik disediakan secara
informal, tidak memadai dan seringkali berbahaya karena kurangnya investasi dalam
pelayanan formal.

3
Masalah-masalah yang diakibatkan karena keterbatasan pembiayaan dalam transportasi dan
infrastrukturnya yaitu:
1. Investasi swasta berorientasi pada kendaraan bermotor.

Sumber: kompas.com

2. Penyediaan fasilitas yang minim bagi pejalan kaki.

Sumber: kompas.com

3. Kurangnya sumber daya untuk memelihara kendaraan dan jalan.

Sumber: republika.co.id

4
2.4. Tujuan Utama Pembiayaan Transportasi yaitu:
1. Membiayai sistem transportasi perkotaan berkelanjutan yang efisien, adil dan ramah
lingkungan.
2. Keberlanjutan fiskal, memastikan bahwa pendapatan dan pengeluaran seimbang pada
tingkat kebijakan, program dan proyek.

2.5. Tiga Pilar Transportasi Keberlanjutan

Secara kasar, Keberlanjutan fiskal terpenuhi saat pendapatan seimbang dengan


pengeluaran, dengan kata lain ketika total pemasukan atau pendapatan sama dengan atau
melebihi pengeluaran.

2.6. Sasaran Pembangunan Transportasi Nasional.


1. Keselamatan dan Keamanan.
Meningkatnya tingkat keselamatan dan keamanan penyelenggaraan pelayanan transportasi
serta pertolongan dan penyelamatan korban kecelakaan transportasi.
2. Pelayanan.
Meningkatnya kinerja pelayanan dan industri transportasi nasional untuk mendukung
konektivitas nasional, Sistem Logistik Nasional (Sislognas) dan konektivitas global.
Meningkatnya pelayanan angkutan umum massal perkotaan .
Menurunnya emisi gas rumah kaca (RAN-‐GRK) di sektor transportasi.
3. Kapasitas.
Meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi dan keterpaduan sistem
transportasi multimoda dan antarmoda .

5
2.7. Aspek Pembiayaan Transportasi
Secara garis besar, pembiayaan transportasi perkotaan membutuhkan biaya yang mencakup
dua aspek berikut:
1. Belanja Modal Untuk Infrastruktur.
Infrastruktur yang biasanya mahal dan aktivasinya tetap seperti kereta api, jalur khusus
bus, jalur sepeda, jalur rel ringan, stasiun, jalan dan jembatan. Hal ini juga termasuk
investasi dalam teknologi baru, serta seluruh sistem teknologi seperti Sistem
Transportasi Intelejen/Intelligent Transport System (ITS). Investasi ini sangat besar dan
seringkali tidak dapat dipenuhi oleh sumber dana lokal saja. Oleh karena itu, peran
pemerintah pusat dan donor internasional (melalui pemberian pinjaman dan hibah, serta
meningkatkan modal swasta) menjadi penting dan sangat diperlukan.
2. Belanja Rutin.
Belanja rutin yang membutuhkan aliran pengeluaran jangka panjang setelah belanja
modal dilakukan. ini termasuk pengoperasian angkutan umum dan jasa angkutan umum
yang lainnya, pemeliharaan infrastruktur, biaya administrasi untuk pemerintah kota,
kepolisian, dan fungsi kepemerintahan lainnya, dukungan untuk kebijakan dan program
dan manajemen lalu lintas.

Semua elemen-elemen tersebut harus didukung dalam rangka melancarkan sistem


transportasi perkotaan yang berkelanjutan dan memaksimalkan efisiensi. Mengatasi tantangan
saat ini membutuhkan lebih dari sekedar menambah investasi dalam proyek-proyek infrastruktur,
yaitu perlu adanya evaluasi ulang keseluruhan sistem transportasi perkotaan secara utuh serta
membangun kerangka pembiayaan untuk memaksimalkan potensinya.

2.8. Pendekatan Menuju Sistem Yang Berkelanjutan.


Dalam mencapai tujuan adanya sistem transportasi yang berkelanjutan terdapat langkah-
langkah untuk mencapainya yaitu:
1. Memahami dan mengelola prasyarat finansial untuk transportasi perkotaan yang
berkelanjutan.
2. Memahami berbagai pilihan atau mekanisme pembiayaan.
3. Menggabungkan secara optimal opsi atau mekanisme secara efektif.

2.9. Pihak Yang Terlibat Dalam Pembiayaan Transportasi.


1. Pemerintah Kota
Bertanggung jawab akan mengumpulkan sumber dana lokal, mengkoordinasi
pendanaan, menerapkan kebijakan, dan, dalam berbagai negara, secara langsung
mengoperasikan sistem transportasi publik.

6
2. Pemerintah Naional dan Daerah.
Mengumpulkan sumber dana dalam tingkat nasional/regional, dan menetapkan
peraturan dalam mengalokasikan dan mendistribusi ulang sumber dana di antara tingkat
nasional dan lokal.
3. Warga Negara.
Pengguna tranasportasi kota, pembayar pajak, membayar biaya dan ongkos, serta
bertanggung jawab akan kebijakan publik sebagai pemilih.
4. Organisasi Donor Internasional.
Menyediakan dana (melalui Official Development Assistance – ODA/bantuan teknis),
transfer teknologi dan pengetahuan, serta mengedepankan pemerintahan yang baik.
5. Sektor Swasta
Operator transportasi publik, pembuatan kendaraan, dan penyedia infrastruktur.

2.10. Sumber Pendanaan Transportasi.


1. Pajak.
Bahan bakar, semakin banyak kendaraan yang berjalan semakin banyak bahan bakar
yang dipakai. Itu artinya, semakin besar sumbangan terhadap dana transportasi.
2. Road pricing
Merupakan suatu pungutan kepada masyarakat yang akan memasuki suatu kawasan
(biasanya dipusat kota) dengan tujuan untuk mengurangi beban lalu lintas dikawasan
yang dikendalikan itu.
3. Pajak kendaraan bermotor,
Merupakan pajak tahunan yang masuk ke kas daerah, di Indonesia pajak ini merupakan
primadona pajak daerah. Walaupun itu pendapatan dari sektor transportasi masuknya
adalah ke kas daerah.
4. Retribusi parkir,
Merupakan salah satu bentuk yang juga digunakan untuk mengendalikan jumlah
kendaraan yang menuju atau masuk ke suatu kawasan.

7
2.11. Terdapat Bentuk Usaha Kerjasama Dalam Penyediaan Infrastruktur
Secara khusus, bentuk usaha dalam infrastruktur transportasi ditunjukkan dalam tabel
berikut, mulai dari BUMN, Swasta Murni, outsourcing sampai dengan Kemitraan Pemerintah
Swasta. Berikut merupakan tabel bentuk usaha kerjasama dalam penyediaan infrastruktur:

8
BAB III
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN TINGGI

3.1 Pengertian Pendidikan Tinggi


Dalam UUD 1945 tentu menyimpan harapan besar terhadap kemajuan Pendidikan Nasional.
Sebagaimana diketahui, Pasal 31 (2) merupakan perubahan ketiga UUD 1945 pada Pasal 31 (4)
merupakan perubahan keempat UUD 1945. Rumusan UUD 1945 hasil amandemen itu secara implisit
mengajak Pemerintah untuk memperhatikan pembangunan sektor pendidikan. Siapa pun tentu
sepakat bahwa pembangunan sektor pendidikan tidak bisa diabaikan mengingat salah satu fungsi
negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.
Berdasarkan Undang-Undang No.12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi, Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Jika pengertian Pendidikan Tinggi dalam Undang-Undang No.12 Tahun 2012, Pendidikan
Tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program diploma,
program sarjana, program magister, program doktor, dan program profesi, serta program spesialis,
yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia.
Dengan adanya UUD 1945 tersebut dapat membuktikan adanya langkah pemerataan pendidikan
bagi seluruh warga negara Indonesia. Namun kenyataannya, tidak semua warga Indonesia
mendapatkan haknya untuk memperoleh pendidikan yang layak. Dalam prosesnya, Pendidikan dapat
berjalan dengan baik didukung dengan pembiayaan yang memadai. Jika dalam pembiayaan
Pendidikan tersebut terbatas dapat menyebabkan kurangnya kelayakan Pendidikan.

3.2 Pembiayaan Pendidikan Tinggi


Definisi biaya pendidikan adalah nilai besar dana yang diprakirakan perlu disediakan untuk
mendanai berbagai kegiatan pendidikan. Jika dana pendidikan adalah sumber daya keuangan yang
disediakan untuk menyelenggarakan dan mengelola Pendidikan. Sedangkan pendanaan pendidikan
adalah penyediaan sumberdaya keuangan yang diperlukan untuk penyelenggaraan dan
pengelolaan pendidikan.
Pembiayaan pendidikan merupakan proses yang dimana pendapatan dan sumber daya tersedia
digunakan untuk menyusun dan menjalankan program kegiatan sekolah. Menurut Levin (1987)
pembiayaan pendidikan adalah proses dimana pendapatan dan sumber daya yang tersedia digunakan
untuk menyusun dan menjalankan sekolah di berbagai wilayah dengan tingkat
pendidikan yang berbeda-beda.

9
Sistem pembiayaan pendidikan sangat bervariasi tergantung dari kondisi masing-masing negara
seperti kondisi geografis, tingkat pendidikan, kondisi politik pendidikan, hukum pendidikan,
ekonomi pendidikan, program pembiayaan pemerintah dan administrasi sekolah. Sementara itu
terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk mengetahui sesuai tidaknya sistem dengan
kondisi negara. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembiayaan pendidikan adalah dana yang
diberikan kepada sekolah untuk memfasilitasi setiap kegiatan proses pembelajaran di sekolah, dan
berbagai keperluan dalam penyelenggaraan pendidikan.
Jika merujuk pada Undang-Undang No.12 Tahun 2012 Ayat 2 yakni mengingat bahwa
Pendidikan Tinggi bukan termasuk kedalam pendidikan dasar, tidak wajib bagi warga negara
mengikutinya. Dengan demikian, tidak mewajibkan pemerintah untuk membiayai pendidikan
warga negara. Sehingga dengan adanya hal tersebut pendidikan tinggi termasuk publicly provided
service, jasa yang disediakan publik untuk dibayar dengan sejumlah biaya tertentu oleh para
pengguna jasa tersebut (user charge/fees) bukan sebuah public service.

3.3 Pengalokasian Pembiayaan Pendidikan Tinggi Berdasarkan Undang-Undang Dan


Peraturan Menteri
Pada Undang-Undang No.12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi menyebutkan bahwa dalam
menetapkan standar satuan biaya operasional Pendidikan Tinggi secara periodik pihak pemerintah
dengan mempertimbangkan, yaitu:

Capaian Standar Nasional Pendidikan Tinggi


Jenis Program Studi
Indeks Kemahalan Wilayah.

Standar satuan biaya operasional Pendidikan Tinggi ini menjadi bahan dasar untuk
mengalokasikan biaya anggaran dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara untuk PTN.
Standar ini pula sebagai dasar PTN untuk menetapkan biaya yang ditanggung sendiri oleh pihak
mahasiswa yang disesuaikan dengan kemampuan perekonomian dari pihak wali sah penanggung
jawab mahasiswa.

Menurut UU No.12 Tahun 2012 Dana Pendidikan Tinggi bersumber dari APBN dan APBD
yang dialokasiikan dana tersebut untuk:

1) PTN sebagai biaya operasional, dosen dan tenaga kependidikan, serta investasi dan
pengembangan
2) PTS sebagai bantuan tunjangan profesi dosen, tunjangan kehormatan profesor, serta investasi
dan pengembangan
3) Mahasiswa sebagai dukungan biaya untuk mengikuti Pendidikan Tinggi.

10
Bantuan dana tersebut disediakan oleh Pemerintah Daerah di penyelenggaraan Pendidikan
Tinggi di daerah masinng-masing yang disesuakan dengan kemampuan daerah tersebut dalam
menyediakan bantuan dan Pendidikan Tinggi. Dana tersebut ditujukan untuk PTN badan hukum yang
diberikan dalam bentuk subsidi dengan bentuk dan mekanisme diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Dalam mengalokasikan bantuan dana tersebut sebesar 30% dari total anggaran fungsi pendidikan,
namun dengan skala prioritas yang berbeda.

Jika berdasarkan PERMENDIKBUD No.32 Tahun 2018 Tentang Standar Teknis Pelayanan
Minimal Pendidikan, pada Pasal 16 Ayat (1) menyebutkan bahwa Pembiayaan pendidikan satuan
pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah dibebankan kepada Pemerintah Daerah
untuk pendidikan dasar dan pendidikan menengah bagi daerah yang telah melaksanakan wajib belajar
12 (dua belas) tahun.

3.4 Sumber Anggaran Pembiayaan Pendidikan Tinggi


Berdasarkan Undang-Undang No.12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi menjelaskan
bahwa mampu memperoleh dalam hal Pendanaan Pendidikan Tinggi yakni sumber anggaran
pembiayaan Pendidikan Tinggi berasal dari Pemerintah yang berasal dari APBN dan APBD, dari
masyarakat, Perguruan Tinggi itu sendiri, maupun berasal dari mahasiswa.
Disebutkan dalam Pasal 83 Ayat (1) yang merujuk pembiayaan Pendidikan Tinggi oleh
pemerintah bersumber dari APBN. Dimana menjelaskan bahwa pemerintah dalam menyediakan
pendanaan Pendidikan Tinggi yang dialokasikan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Sesuai dengan penetapan standar biaya operasional Pendidikan Tinggi yang dilakukan secara
periodik yang telah dibuat oleh pemerintah.
Dengan adanya standar tersebut dijadikan bahan dasar guna mengalokasikan anggarana pada
APBN dan APBD untuk PTN. Standar ini pula digunakan oleh PTN sebagai dasar dalam menetapkan
biaya yang ditanggung oleh mahasiswa.
Pada Pasal 83 Ayat (2) lebih condong menjelaskan penyediaan pendanaan anggaran oleh
Pemerintah Daerah yakni memberikan dukungan dalam hal pendanaan Pendidikan Tinggi
dialokasikan oleh APBD. Dan diperkuat dengan peraturan PERMENDIKBUD No.32 Tahun 2018
Tentang Standar Teknis Pelayanan Minimal Pendidikan, pada Pasal 16 Ayat (1) menjelaskan bahwa
pembiayan pendidikan dalam satuan Pendidikan diselenggarakan dan dibebankan oleh Pemerintah
Daerah tersebut yang disesuaikan dengan kemampuan pembiayaan anggaran di daerah masing--
masing.
Jika sumber pembiayaan untuk Dana Pendidikan Tinggi berasal dari masyrakat diatur dalam
UU No.12 Tahun 2012 pada Pasal 84 . Pada pasal tersebut menjelaskan bahwa masyarakat memiliki
peran dalam pendanaan Pendidikan Tinggi yang diberikan pada Pendidikan Tinggi dalam bentuk :

11
• Hibah
• Wakaf
• Zakat
• Persembahan Kasih
• Kolekte
• Dana punia
• Sumbangan individu dan/atau perusahaan
• Dana abadi pendidikan tinggi
• Bentuk lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Sedangkan dalam Undang-Undang No.12 Tahun 2012 pada Pasal 85 Ayat (1) pun menyebutkan
bahwa Perguruan Tinggi pun memiliki peran dalam pendanaan Pendidikan Tinggi dengan melalui
dilakukannya Kerjasama antar stakeholder yang sesuai dengan pelakasanaan Tridharma Perguruan
Tinggi. Dimana demi mewujudkan kepentingan pengembangan Pendidikan Tinggi yang sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.

Dan dalam pembiayaan Pendidikan Tinggi ini pun mahasiswa termasuk dalam bagian pada
sumber pendanaan Perguruan Tinggi. Berdasarkan undang-undang tersebut pada Pasal 85 Ayat (2)
menyebutkan bahwa pendanaan pembiyaan Pendidikan Tinggi ditanggung sendiri oleh mahasiswa
sesuai dengan kemampuan ekonomi mahasiswa, orang tua mahasiswa, atau pihak lain yang
membiayainya.

12
BAB IV
PEMBIAYAAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI

4.1 Definisi Teknologi


Pengembangan teknologi saat ini semakin canggih dan ada di sekitar kita. Kehidupan di zaman
saat ini bahkan diwarnai dengan adanya teknologi yang semakin berkembang ini, sehingga manusia
mencapai suatu tingkatan yang disebut dengan istilah modern yang mana semua teknologi tersebut sangat
membantu masyarakat. Teknologi ini diciptakan dengan tujuan untuk mempermudah seseorang dalam
mendapatkan atau meraih tujuannya. Apalagi dalam kehidupan masyarakat baik di desa maupun
perkotaan, semuanya membutuhkan teknologi. Dalam hal ini juga, teknologi dapat meningkatkan
perekonomian masyarakat karena dapat mempermudah dan menciptakan hal yang baru serta inovatif.

Dengan kemajuan teknologi yang bersifat global, sangat berpengaruh dalam berbagai aspek kehidupan
masyarakat, contohnya dalam bidang ekonomi, pendidikan, dan lainnya. Dalam hal ini, pengembangan
akan teknologi selalu dilakukan dan ditingkatkan oleh pakar-pakar teknologi. Dalam perkembangan
teknologi di era revolusi industri 4.0 ini ada beberapa dampak yang ditimbulkan, baik dampak negative
maupun positif.

4.1.1 Dampak Positif :

1. Meningkatkan intensitas komunikasi.


Perkembangan teknologi yang semakin marak dan terjadi sangat pesat ini berguna dan
bermanfaat terutama bagi sektor komunikasi. Sebagai contohnya yaitu adanya internet yang
menjadi contoh nyata bahwa kini teknologi di dunia semakin berkembang. Dengan adanya
internet ini maka setiap orang bisa melakukan komunikasi dengan orang lain sekalipun jaraknya
saling berjauhan.
2. Memudahkan perolehan informasi.
Informasi mengenai berbagai hal apapun tentu penting bagi semua orang. Terutama bila
informasi tersebut menyangkut kehidupan masa kini yang bisa berpengaruh pada orang banyak.
Jika di zaman dahulu memperoleh informasi hanya bisa dilakukan dalam waktu yang cukup lama
maka tidak sama halnya dengan masa kini.
3. Mempermudah aktivitas
Dalam perkembangan teknologi sangat membantu kegiatan sehari-hari masyarakat baik untuk
bekerja maupun aktivitas lainnnya yang membuat lebih efektif serta efisien.

13
4.1.3 Dampak Negatif :

1. Peningkatan jumlah pengangguran.


Teknologi tidak hanya berdampak buruk pada individu saja tetapi juga bisa tejadi pada suatu
badan atau lembaga atau perusahaan. Di zaman modern seperti saat ini tampaknya semakin
banyak perusahaan yang menggunakan sistem komputasi. Tidak hanya sistem komputasi saja
yang berkembang tetapi juga banyak industri manufaktur atau pabrik yang memanfaatan mesin
teknologi canggih sebagai pengganti tenaga kerja.
2. Membuat orang kecanduan.
Salah satu dampak buruk atau dampak negatif dari berkembangnya teknologi adalah munculnya
rasa kecanduan bagi seseorang. Pengguna teknologi canggih ini bisa saja bergantung pada
teknologi sehingga waktu dan uangnya habis hanya untuk menikmati teknologi tersebut.

Ada 6 jenis input yang menjadi faktor pemungkin (enablers) untuk memajukan inovasi :

1. Use Of Facilities & Equipment


Merupakan suatu bentuk penyediaan fasilitas dan peralatan dalam hal peningkatan atau
pengembangan untuk menemukan teknologi terbarukan atau untuk melakukan suatu
riset/penelitian.
2. Alliances
Gabungan antara dua kelompok menjadi satu yang bertujuan menjalankan kegiatan menjadi lebih
baik lagi karena adanya kerjasama diantara mereka, sehingga mendapatkan hasil yang lebih
besar.
3. Patents
Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada penemu atas hasil penemuannya
di bidang teknologi, yang selama waktu tertentu melaksanakan sendiri invensinya tersebut atau
memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya ataupun membuatnya.
4. Venture Capital
Perusahaan yang melakukan investasi yang bersifat sementara di dalam perusahaan lain dengan
tujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan lain itu dalam jangka waktu tertentu (biasanya 3 -
5 tahun) dan pada akhirnya investasi ini bisa dilepas/dijual dengan nilai yang lebih tinggi dari
nilai investasi awal.
5. Joint Venture
Joint Venture atau usaha patungan merupakan persetujuan diantara dua pihak atau lebih untuk
melakukan kerjasama di dalam suatu proyek. Yang mana dalam kerjasama tersebut
menghasilkan bagi kedua belah pihak.
14
6. Tax Incentives

Tax Incentive adalah pengurangan, pengucilan, atau pembebasan dari kewajiban pajak, yang
ditawarkan pemerintah sebagai daya tarik untuk terlibat dalam kegiatan tertentu (seperti
investasi barang modal) untuk jangka waktu tertentu.

15
BAB V
INOVASI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
5.1 INOVASI
Dalam proses mendorong percepatan pembangunan infrastruktur pemerintah
melakukan berbagai upaya dalam pemaksimala, pengolaan serta penciptaan berbagai inovasi-
inovasi dalam perencanaannya. Berbagai inovasi itu datang dengan berbagai cara dari
berbagai aspek dengan berbagai penyelesaian yang dimana diantarnya yaitu : e-Government,
Smart City, KPBU dan pasar modal.

5.1.1 E-Government
E-Government ialah penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah untuk
memberikan informasi dan pelayanan bagi warganya, urusan bisnis, serta hal-hal lain yang
berkenaan dengan pemerintahan. e-Government dapat diaplikasikan pada legislatif, yudikatif
atau administrasi publik, untuk meningkatkan efisiensi internal, menyampaikan pelayanan
publik, atau proses kepemerintahan yang demokratis. Model penyampaian yang utama adalah
Government-to Citizen ,Government-to-Busniness serta ,Government-to-Government
Keuntungan yang paling diharapkan dari e-government adalah peningkatan efisiensi,
kenyamanan, serta aksesibilitas yang lebih baik dari pelayanan publik.

E-government merujuk pada teknologi informasi di lembaga pemerintahan atau


lembaga publik yang tujuannya adalah agar hubungan dalam tata pemerintahan yang
melibatkan pemerintah, pelaku bisnis dan masyarakat dapat tercipta lebih efisien,efektif ,
produktif dan responsif. Dimana didalamnya dikenal dengan Government To Busines.
Government To Business merupakan layanan yang dimana pemerintah membangun dan
menerapkan pelayanan dengan menggunakan teknologi informassi yang bertujuan untuk
mempermudah interaksi antara badan usaha dan pemerintah.

• proses pengadaan barang/jasa dilembaga pemerintahan dapat dilakukan dengan


menggunakan e-prourent secara efektif,efisien dan meminimalisir korupsi dan persaingan
tidak sehat.
• Pembayaran pajak oleh badan usaha dilakukan melalui aplikasi berbasis website sehingga
meminimalisir waktu dan korupsi dibidang perpajakan.

5.1.2 Kota Cerdas (Smart City)


Kota Cerdas menggunakan teknologi informasi untuk menjalankan roda kehidupan
kita yang lebih efisien. Versi IBM, Kota Cerdas (smart city) adalah sebuah kota yang
instrumennya saling berhubungan dan berfungsi cerdas. Kota Cerdas (smart city) adalah
sebuah konsep kota cerdas/pintar yang membantu masyarakat yang berada di dalamnya
dengan mengelola sumber daya yang ada dengan efisien dan memberikan informasi yang
tepat kepada masyarakat/lembaga dalam melakukan kegiatannya atau pun mengantisipasi
kejadian yang tak terduga sebelumnya.

Konsep Kota Cerdas (smart city) pada umumnya meliputi:

Sebuah kota berkinerja baik dengan berpandangan ke dalam ekonomi, penduduk,


pemerintahan, mobilitas, dan lingkungan hidup.
Sebuah kota yang mengontrol dan mengintegrasi semua infrastruktur.
16
Kota Cerdas (smart city) dapat menghubungkan infrastuktur fisik, infrastruktur IT,
infrastruktur sosial, dan infrastruktur bisnis untuk meningkatkan kecerdasan kota.
Kota Cerdas (smart city) membuat kota lebih efisien dan layak huni.
Penggunaan smart computing untuk membuat Kota Cerdas (smart city) dan fasilitasnya
saling berhubungan dan efisien.

a) Yang dimana didalam smartcity dikenal konsep Ekonomi Pintar (inovasi dan persaingan),
semakin tinggi inovasi-inovasi baru yang ditingkatkan maka akan menambah peluang usaha
baru dan meningkatkan persaingan pasar usaha/modal.
b) Masyarakat pintar (kreativitas dan modal sosial), pembangunan senantiasa membutuhkan
modal, baik modal ekonomi (economic capital), modal usaha (human capital), maupun
modal sosial (social capital). Kemudahan akses modal dan pelatihan-pelatihan bagi
UMKM dapat meningkatkan kemampuan keterampilan mereka dalam mengembangkan
usahanya. Modal sosial termasuk elemen-elemen seperti kepercayaan, gotong-royong,
toleransi, penghargaan, saling memberi dan saling menerima serta kolaborasi sosial
memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi melalui berbagai
mekanisme seperti meningkatnya rasa tanggungjawab terhadap kepentingan publik,
meluasnya partisipasi dalam proses demokrasi, menguatnya keserasian masyarakat dan
menurunnya tingkat kejahatan.

5.1.3 Pasar Modal


Memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal
menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai
sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana
yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi,
penambahan modal kerja dan lain-lain, kedua pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat
untuk berinvestasi pada instrument keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain- lain.
Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan
karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing instrumen.

Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan
jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa
dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana
pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana
bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan
prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya. Manfaat pasar modal bagi
pembangunan nasional diantaranya :

Memperbaiki struktur permodalan perusahaan


Menngkatkan efisiensi alokasi sumber-sumber dana
Menunjang terciptanya perekonomian yang sehat
Meningkatkan penerimaan negara
Dapat mengurangi hutang luar negri pihak swasta
Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan nasional

17
5.1.4. Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU)
Merupakan kerja sama antara pemerintah dengan Badan Usaha dalam hal penyediaan
infrastruktur untuk kepentingan umum dengan mengacu kepada spesifikasi yang sebelumnya
telah ditetapkan oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/BUMN/BUMD yang sebagian
atau seluruhnya menggunakan sumber daya Badan Usaha dengan memerhatikan pembagian
risiko di antara para pihak.

Bahwa ketersediaan infrastruktur yang memadai dan berkesinambungan merupakan


kebutuhan mendesak, untuk mendukung pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan perekonomian nasional, menyejahterakan masyarakat, dan meningkatkan daya
saing Indonesia dalam persaingan global maka diperlukannya KPBU yang dimana dengan
tujuan :

a) Mencukupi kebutuhan pendanaan secara berkelanjutan dalam Penyediaan Infrastruktur


melalui pengerahan dana swasta;
b) Mewujudkan Penyediaan Infrastruktur yang berkualitas, efektif, efisien, tepat sasaran,
dan tepat waktu;
c) Menciptakan iklim investasi yang mendorong keikutsertaan Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur berdasarkan prinsip usaha secara sehat;
d) Mendorong digunakannya prinsip pengguna membayar pelayanan yang diterima, atau
dalam hal tertentu mempertimbangkan kemampuan membayar pengguna;
e) Memberikan kepastian pengembalian investasi Badan Usaha dalam Penyediaan
Infrastruktur melalui mekanisme pembayaran secara berkala oleh pemerintah kepada
Badan Usaha.

18
BAB VI
PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN DEMOKRASI

6.1 Definisi Demokrasi


Demokrasi adalah sebuah bentuk pemerintah yang seluruh rakyatnya memiliki kesetaraan hak
dalam keputusan yang dapat mempengaruhi kehidupan warga negara. Pancasila dan UUD 1945
merupakan landasan pembangunan yang ideal. Keduanya telah merumuskan dengan bijaksana konsep
demokrasi dalam alam pembangunan sesuai lingkungan sosial dan budaya Indonesia. Dalam sejumlah
konsep tentang demokrasi disebutkan bahwa ada titik temu antara demokrasi dan pembangunan.
Keduanya dapat dianggap sebagai suatu proses memanusiakan manusia. Pembiayaan Demokrasi antara
lain :

6.1.1 Pemilu
Direktur Jenderal Anggaran (Dirjen Anggaran) Askolani memaparkan jumlah anggaran yang
terkait dengan pesta demokrasi ini. Dengan persiapan sejak tahun 2017, total anggaran
penyelenggaraan, di luar anggaran pendukung dan pengawasan, hingga tahun 2019 berjumlah Rp.
25,59 triliun. Dengan :

• Anggaran Pengawasan (Bawaslu): Rp. 4,86 T


Anggaran Pendukung Pemilu : Rp . 3,29 T
Alokasi anggaran penyelenggaran Pemilu
2019 :
• Tahun 2017 = Rp. 0,46 T (realisasi)
• Tahun 2018 = Rp. 9.33 T (realisasi)
• Tahun 2019 = Rp. 15.79 T (Pagu)

Di lain sisi, pesta demokrasi ini juga diharapkan dapat menggerakkan perekonomian Indonesia.
Kampanye bagi calon anggota legislatif dan calon presiden dapat dipastikan akan mengeluarkan banyak
biaya untuk biaya iklan, ongkos atribut kampanye, event organizer, konsultan politik dan lain-lain.
Salah satu faktor yang paling penting dalam penyelenggaraan pemilu adalah akuntabilitas dari biaya-
biaya yang dikeluarkan, baik oleh pemerintah maupun oleh partai politik. Sumber dana pemerintah
yang berasal dari pajak yang dibayarkan oleh rakyat, harus jelas pertanggungjawabannya. Komisi
Pemilihan Umum dan Badan Pengawas Pemilu harus dapat menjadi teladan yang baik bagi tegaknya
integritas dan profesionalisme dari kegiatan terbesar di tahun 2019.

Argumen yang disodorkan adalah penguatan pola klientelisme dalam pembiayaan kampanye
oleh para peserta Pemilu Serentak 2019. Dengan penguatan pola klientelisme dalam pendanaan
kampanye tersebut, kita bisa menarik kesimpulan bahwa demokrasi Indonesia ke depan juga akan
mengarah ke penguatan demokrasi patronase

19
Dalam kontestasi politik di arena demokrasi, relasi Clientelism bisa berkompromi dengan
struktur kapitalistik. Bahkan, kekuatan politik yang menjadi patron, juga sekaligus sebagai kekuatan
modal. Sementara aktor-aktor politik, aparat, aktivis memainkan peran sebagai client. Mobilitas
mereka sangat ditentukan oleh restu politik kekuatan modal. Bahkan mereka memiliki perangkat
perangkat demokrasi mulai dari parpol hingga media massa.

Teori pembiayaan kampanye yang didukung oleh konsep politik klientelisme dan politik
programatik dengan mengandalkan pada data sekunder. Argumen yang diajukan adalah bahwa
pengelolaan dana kampanye oleh peserta pemilu menunjukkan penguatan pola politik klientelisme
pada satu sisi dan semakin memudarnya politik programatik pada sisi yang lain. Konsekuensinya,
demokrasi patronase juga akan semakin menguat di Indonesia ke depan.

6.1.2 Pembiayaan Partai Politik


Sistem demokrasi mengharuskan semua partai politik untuk selalu menerapkan demokrasi
internal. Hal ini harus diundangkan juga sehingga berjalannya suatu demokrasi internal tidak bergantung
pada kemauan baik (goodwill) dari pemimpin partai tersebut. Karena bila tidak, demokrasi akan terancam
3 sumber keuangan parpol (UU No.2 Tahun 2011 Tentang Partai Politik) :
1. Iuran Anggota
2. Sumbangan Individu dan Badan Usaha
3. Bantuan Negara

Bantuan Keuangan Negara kepada Partai Politik merumuskan bahwa bantuan keuangan partai
politik yang bersumber dari APBN/APBD diberikan secara proporsional dengan menghitung jumlah
kursi di DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota.

Di antara banyak fungsi demokratisasi oleh parpol, ada lima yang sangat penting :

1. Mengagregasikan kepentingan-kepentingan dan nilai-nilai dan berbagai kalangan masyarakat.


2. Menjajaki, membuat, dan memperkenalkan kepada masyarakat platform pemilihan umum parpol
mereka.
3. Mengatur proses pembentukan kehendak politis (‘political will’) dengan menawarkan alternatif-
alternatif kebijakan yang lebih terstruktur.
4. Merekrut, mendidik, dan mengawasi staf yang kompeten untuk kantor publik mereka dan untuk
menduduki kursi di parlemen.
5. Memasyarakatkan, mendidik, serta menawarkan kepada anggota-anggotanya saluran mana yang
efektif bagi partisipasi politik mereka sepanjang masa antar pernilu.

20
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa dalam pembangunan suatu wilayah dan kota diperlukan
pembiayaan pembangunan modernisasi kota dan wilayah dengan melihat aspek pembiayaan
transportasi, pembiayaan pendidikan tinggi, pembiayaan pengembangan teknologi, pembiayaan
inovasi,dan pembiayaan demokrasi yang saling berkaitan.
Dengan adanya hal tersebut, Pendidikan Tinggi sebagai salah satu dasar dalam
perkembangan suatu wilayah dan kota. Karena dengan sistem Pendidikan Tinggi yang baik
dan layak dapat menghasilkan SDM yang berkualtitas sejalan dengan kemajuan teknologi dan
perkembangan zaman yang semakin modern. Keselarasan antara SDM yang berkualitas dengan
kemajuan teknologi dapat menciptakan inovasi. Dimana inovasi tersebut dapat mendorong
percepatan pembangunan infrastruktur seperti terciptanya sistem transportasi yang
berkelanjutan.
Agar terealisasikan semua aspek dalam pembangunan modernisasi suatu wilayah dan
kota tersebut perlu adanya dukungan antar stakeholder. Dengan sistem demokrasi yang baik
dapat menghasilkan stakeholder berkualitas, sehingga dapat mendukung kelancaran
pembangunan melalui pembiayaan dan pendanaan.
7.2 Saran

1. Pemerintah dalam melaksanakan pembangunan suatu wilayah da n kota harus


memperhatikan lima aspek yaitu aspek pembiayaan transportasi, pembiayaan
pendidikan tinggi, pembiayaan pengembangan teknologi, pembiayaan
inovasi,dan pembiayaan demokrasi.
2. Pembiayaan pembangunan yang dilakukan oleh stakeholder, sebaiknya dilakukan
secara transparasi dan akuntabel agar pembangunan suatu wilayah dan kota dapat
berjalan dengan lancar serta merata.

21
DAFTAR PUSAKA

UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 25A

Meakhin, R (2004) Sourcebook Module 1b: Urban Transport Institutions, GTZ, Eschborn.

Penalosa,E (2005) Sourcebook Module 1a: The Role of Transport in Urban Development Policy,
GTZ, Eschborn.

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2018 Tentang Standar Teknis Pelayanan Minimal


Pendidikan

Andi, 2013. Pembiayaan Pendidikan di Indonesia. Lampung.

Anwar, M. Idochi. 1991. Biaya Pendidikan dan Metode Penetapan Biaya Pendidikan. Mimbar
Pendidikan

Kadri, hanif al. (2011). ARTIKEL PEMBIAYAAN DALAM PENDIDIKAN. Universitas Negeri Padang.

Zainul Umam, Muhammad. Pengaruh Regulasi Perkembangan Teknologi, Jakarta, 2010.

Sulisworo, Mendorong Inovasi Dalam Bidang IPTEK Guna Meningkatkan Daya Saing Bangsa Dalam
Rangka Ketahanan Nasional. Jakarta, 2010.

Zegras, C (2006) Sourcebook Module 1c: Private Sector Participation in Urban Transport
Infrastructure Provision, GTZ, Eschborn.

Pardo,C (2006) Public Awareness and Behaviour Change In Sustainable Transport: Training Course
Second Edition. GTZ, Eschborn.

Mellaz, A. (2018). Personal Vote, CandidateCentered Politics, dan Pembiayaan Pileg 2014. Dalam
Pembiayaan Pemilu di Indonesia. Editor M. Sukmajati & A. Perdana. Cetakan Pertama. Badan
Pengawas Pemilihan Umum Republik Indonesia. Jakarta.

Mada S., Fikri D. (2019) Pendanaan Kampanye Pemilu Serentak 2019 di Indonesia: Penguatan
Demokrasi Patronase. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada Peneliti Lepas
Kajian Politik Lokal

22
LAMPIRAN

Pertanyaan :
1. Apakah Inovasi Pembiayaan Pembangunan di Indonesia sudah berjalan dengan baik ? (Daud
Trian Putra Zebua, 118220076).

Jawaban :
1. Menurut kelompok kami setelah berdiskusi, inovasi dalam Pembiayaan Pembangunan yang ada
di Indonesia ini dirasa masih belum cukup baik. Jika dilihat berdasarkan aspek Transportasi
dan Pendidikan Tinggi dalam hal sistem dan pengelolaan pembiayaan pembangunannya pun
belum layak, bahkan sarana dan prasarananya belum tersebar secara merata di Indonesia.
Dengan adanya hal tersebut, jika Inovasi Pembiayaan Pembanguan di Indonesia sudah berjalan
dengan baik, maka dapat menjadi bekal Indonesia untuk bersaing dengan negara lainnya.
(Perwakilan Kelompok 10 RA: Risanti Hutari F.P, 118220121).

Anda mungkin juga menyukai