Daftar Isi
ii
6.1.2 Pembiayaan Partai Politik .................................................................................................... 20
BAB VIIPENUTUP..............................................................................................................................21
7.1 Kesimpulan ...........................................................................................................................21
7.2 Saran ..................................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSAKA..............................................................................................................................22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan dari laporan ini adalah untuk mengetahui bagaimana pembiayaan pembangunan
modernisasi kota dan wilayah dengan melihat aspek pembiayaan transportasi, pendidikan
tinggi, oengembangan teknologi, inovasi, dan demokrasi.
1.4 Sasaran
Sasaran dari laporan ini :
1. Mengetahui pembiayaan pembangunan modernisasi kota dan wilayah
2. Mengetahui sistem pembiayaan pada transportasi
3. Mengetahui sistem pembiayaan pada pendidikan tinggi
1
4. Mengetahui sistem pembiayaan pada pengembangan teknologi
5. Mengetahui sistem pembiayaan pada inovasi
6. Mengetahui sistem pembiayaan pada demokrasi.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, metodologi pengumpulan
data, dan sistematika penulisan.
Bab ini berisi pembahasan mengenai Pembiayaan Inovasi (Pembiayaan e-gov, Smart City, dll)
2
BAB II
PEMBIAYAAN TRANSPORTASI
3
Masalah-masalah yang diakibatkan karena keterbatasan pembiayaan dalam transportasi dan
infrastrukturnya yaitu:
1. Investasi swasta berorientasi pada kendaraan bermotor.
Sumber: kompas.com
Sumber: kompas.com
Sumber: republika.co.id
4
2.4. Tujuan Utama Pembiayaan Transportasi yaitu:
1. Membiayai sistem transportasi perkotaan berkelanjutan yang efisien, adil dan ramah
lingkungan.
2. Keberlanjutan fiskal, memastikan bahwa pendapatan dan pengeluaran seimbang pada
tingkat kebijakan, program dan proyek.
5
2.7. Aspek Pembiayaan Transportasi
Secara garis besar, pembiayaan transportasi perkotaan membutuhkan biaya yang mencakup
dua aspek berikut:
1. Belanja Modal Untuk Infrastruktur.
Infrastruktur yang biasanya mahal dan aktivasinya tetap seperti kereta api, jalur khusus
bus, jalur sepeda, jalur rel ringan, stasiun, jalan dan jembatan. Hal ini juga termasuk
investasi dalam teknologi baru, serta seluruh sistem teknologi seperti Sistem
Transportasi Intelejen/Intelligent Transport System (ITS). Investasi ini sangat besar dan
seringkali tidak dapat dipenuhi oleh sumber dana lokal saja. Oleh karena itu, peran
pemerintah pusat dan donor internasional (melalui pemberian pinjaman dan hibah, serta
meningkatkan modal swasta) menjadi penting dan sangat diperlukan.
2. Belanja Rutin.
Belanja rutin yang membutuhkan aliran pengeluaran jangka panjang setelah belanja
modal dilakukan. ini termasuk pengoperasian angkutan umum dan jasa angkutan umum
yang lainnya, pemeliharaan infrastruktur, biaya administrasi untuk pemerintah kota,
kepolisian, dan fungsi kepemerintahan lainnya, dukungan untuk kebijakan dan program
dan manajemen lalu lintas.
6
2. Pemerintah Naional dan Daerah.
Mengumpulkan sumber dana dalam tingkat nasional/regional, dan menetapkan
peraturan dalam mengalokasikan dan mendistribusi ulang sumber dana di antara tingkat
nasional dan lokal.
3. Warga Negara.
Pengguna tranasportasi kota, pembayar pajak, membayar biaya dan ongkos, serta
bertanggung jawab akan kebijakan publik sebagai pemilih.
4. Organisasi Donor Internasional.
Menyediakan dana (melalui Official Development Assistance – ODA/bantuan teknis),
transfer teknologi dan pengetahuan, serta mengedepankan pemerintahan yang baik.
5. Sektor Swasta
Operator transportasi publik, pembuatan kendaraan, dan penyedia infrastruktur.
7
2.11. Terdapat Bentuk Usaha Kerjasama Dalam Penyediaan Infrastruktur
Secara khusus, bentuk usaha dalam infrastruktur transportasi ditunjukkan dalam tabel
berikut, mulai dari BUMN, Swasta Murni, outsourcing sampai dengan Kemitraan Pemerintah
Swasta. Berikut merupakan tabel bentuk usaha kerjasama dalam penyediaan infrastruktur:
8
BAB III
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN TINGGI
9
Sistem pembiayaan pendidikan sangat bervariasi tergantung dari kondisi masing-masing negara
seperti kondisi geografis, tingkat pendidikan, kondisi politik pendidikan, hukum pendidikan,
ekonomi pendidikan, program pembiayaan pemerintah dan administrasi sekolah. Sementara itu
terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk mengetahui sesuai tidaknya sistem dengan
kondisi negara. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembiayaan pendidikan adalah dana yang
diberikan kepada sekolah untuk memfasilitasi setiap kegiatan proses pembelajaran di sekolah, dan
berbagai keperluan dalam penyelenggaraan pendidikan.
Jika merujuk pada Undang-Undang No.12 Tahun 2012 Ayat 2 yakni mengingat bahwa
Pendidikan Tinggi bukan termasuk kedalam pendidikan dasar, tidak wajib bagi warga negara
mengikutinya. Dengan demikian, tidak mewajibkan pemerintah untuk membiayai pendidikan
warga negara. Sehingga dengan adanya hal tersebut pendidikan tinggi termasuk publicly provided
service, jasa yang disediakan publik untuk dibayar dengan sejumlah biaya tertentu oleh para
pengguna jasa tersebut (user charge/fees) bukan sebuah public service.
Standar satuan biaya operasional Pendidikan Tinggi ini menjadi bahan dasar untuk
mengalokasikan biaya anggaran dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara untuk PTN.
Standar ini pula sebagai dasar PTN untuk menetapkan biaya yang ditanggung sendiri oleh pihak
mahasiswa yang disesuaikan dengan kemampuan perekonomian dari pihak wali sah penanggung
jawab mahasiswa.
Menurut UU No.12 Tahun 2012 Dana Pendidikan Tinggi bersumber dari APBN dan APBD
yang dialokasiikan dana tersebut untuk:
1) PTN sebagai biaya operasional, dosen dan tenaga kependidikan, serta investasi dan
pengembangan
2) PTS sebagai bantuan tunjangan profesi dosen, tunjangan kehormatan profesor, serta investasi
dan pengembangan
3) Mahasiswa sebagai dukungan biaya untuk mengikuti Pendidikan Tinggi.
10
Bantuan dana tersebut disediakan oleh Pemerintah Daerah di penyelenggaraan Pendidikan
Tinggi di daerah masinng-masing yang disesuakan dengan kemampuan daerah tersebut dalam
menyediakan bantuan dan Pendidikan Tinggi. Dana tersebut ditujukan untuk PTN badan hukum yang
diberikan dalam bentuk subsidi dengan bentuk dan mekanisme diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Dalam mengalokasikan bantuan dana tersebut sebesar 30% dari total anggaran fungsi pendidikan,
namun dengan skala prioritas yang berbeda.
Jika berdasarkan PERMENDIKBUD No.32 Tahun 2018 Tentang Standar Teknis Pelayanan
Minimal Pendidikan, pada Pasal 16 Ayat (1) menyebutkan bahwa Pembiayaan pendidikan satuan
pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah dibebankan kepada Pemerintah Daerah
untuk pendidikan dasar dan pendidikan menengah bagi daerah yang telah melaksanakan wajib belajar
12 (dua belas) tahun.
11
• Hibah
• Wakaf
• Zakat
• Persembahan Kasih
• Kolekte
• Dana punia
• Sumbangan individu dan/atau perusahaan
• Dana abadi pendidikan tinggi
• Bentuk lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sedangkan dalam Undang-Undang No.12 Tahun 2012 pada Pasal 85 Ayat (1) pun menyebutkan
bahwa Perguruan Tinggi pun memiliki peran dalam pendanaan Pendidikan Tinggi dengan melalui
dilakukannya Kerjasama antar stakeholder yang sesuai dengan pelakasanaan Tridharma Perguruan
Tinggi. Dimana demi mewujudkan kepentingan pengembangan Pendidikan Tinggi yang sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Dan dalam pembiayaan Pendidikan Tinggi ini pun mahasiswa termasuk dalam bagian pada
sumber pendanaan Perguruan Tinggi. Berdasarkan undang-undang tersebut pada Pasal 85 Ayat (2)
menyebutkan bahwa pendanaan pembiyaan Pendidikan Tinggi ditanggung sendiri oleh mahasiswa
sesuai dengan kemampuan ekonomi mahasiswa, orang tua mahasiswa, atau pihak lain yang
membiayainya.
12
BAB IV
PEMBIAYAAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI
Dengan kemajuan teknologi yang bersifat global, sangat berpengaruh dalam berbagai aspek kehidupan
masyarakat, contohnya dalam bidang ekonomi, pendidikan, dan lainnya. Dalam hal ini, pengembangan
akan teknologi selalu dilakukan dan ditingkatkan oleh pakar-pakar teknologi. Dalam perkembangan
teknologi di era revolusi industri 4.0 ini ada beberapa dampak yang ditimbulkan, baik dampak negative
maupun positif.
13
4.1.3 Dampak Negatif :
Ada 6 jenis input yang menjadi faktor pemungkin (enablers) untuk memajukan inovasi :
Tax Incentive adalah pengurangan, pengucilan, atau pembebasan dari kewajiban pajak, yang
ditawarkan pemerintah sebagai daya tarik untuk terlibat dalam kegiatan tertentu (seperti
investasi barang modal) untuk jangka waktu tertentu.
15
BAB V
INOVASI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
5.1 INOVASI
Dalam proses mendorong percepatan pembangunan infrastruktur pemerintah
melakukan berbagai upaya dalam pemaksimala, pengolaan serta penciptaan berbagai inovasi-
inovasi dalam perencanaannya. Berbagai inovasi itu datang dengan berbagai cara dari
berbagai aspek dengan berbagai penyelesaian yang dimana diantarnya yaitu : e-Government,
Smart City, KPBU dan pasar modal.
5.1.1 E-Government
E-Government ialah penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah untuk
memberikan informasi dan pelayanan bagi warganya, urusan bisnis, serta hal-hal lain yang
berkenaan dengan pemerintahan. e-Government dapat diaplikasikan pada legislatif, yudikatif
atau administrasi publik, untuk meningkatkan efisiensi internal, menyampaikan pelayanan
publik, atau proses kepemerintahan yang demokratis. Model penyampaian yang utama adalah
Government-to Citizen ,Government-to-Busniness serta ,Government-to-Government
Keuntungan yang paling diharapkan dari e-government adalah peningkatan efisiensi,
kenyamanan, serta aksesibilitas yang lebih baik dari pelayanan publik.
a) Yang dimana didalam smartcity dikenal konsep Ekonomi Pintar (inovasi dan persaingan),
semakin tinggi inovasi-inovasi baru yang ditingkatkan maka akan menambah peluang usaha
baru dan meningkatkan persaingan pasar usaha/modal.
b) Masyarakat pintar (kreativitas dan modal sosial), pembangunan senantiasa membutuhkan
modal, baik modal ekonomi (economic capital), modal usaha (human capital), maupun
modal sosial (social capital). Kemudahan akses modal dan pelatihan-pelatihan bagi
UMKM dapat meningkatkan kemampuan keterampilan mereka dalam mengembangkan
usahanya. Modal sosial termasuk elemen-elemen seperti kepercayaan, gotong-royong,
toleransi, penghargaan, saling memberi dan saling menerima serta kolaborasi sosial
memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi melalui berbagai
mekanisme seperti meningkatnya rasa tanggungjawab terhadap kepentingan publik,
meluasnya partisipasi dalam proses demokrasi, menguatnya keserasian masyarakat dan
menurunnya tingkat kejahatan.
Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan
jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa
dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana
pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana
bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan
prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya. Manfaat pasar modal bagi
pembangunan nasional diantaranya :
17
5.1.4. Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU)
Merupakan kerja sama antara pemerintah dengan Badan Usaha dalam hal penyediaan
infrastruktur untuk kepentingan umum dengan mengacu kepada spesifikasi yang sebelumnya
telah ditetapkan oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/BUMN/BUMD yang sebagian
atau seluruhnya menggunakan sumber daya Badan Usaha dengan memerhatikan pembagian
risiko di antara para pihak.
18
BAB VI
PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN DEMOKRASI
6.1.1 Pemilu
Direktur Jenderal Anggaran (Dirjen Anggaran) Askolani memaparkan jumlah anggaran yang
terkait dengan pesta demokrasi ini. Dengan persiapan sejak tahun 2017, total anggaran
penyelenggaraan, di luar anggaran pendukung dan pengawasan, hingga tahun 2019 berjumlah Rp.
25,59 triliun. Dengan :
Di lain sisi, pesta demokrasi ini juga diharapkan dapat menggerakkan perekonomian Indonesia.
Kampanye bagi calon anggota legislatif dan calon presiden dapat dipastikan akan mengeluarkan banyak
biaya untuk biaya iklan, ongkos atribut kampanye, event organizer, konsultan politik dan lain-lain.
Salah satu faktor yang paling penting dalam penyelenggaraan pemilu adalah akuntabilitas dari biaya-
biaya yang dikeluarkan, baik oleh pemerintah maupun oleh partai politik. Sumber dana pemerintah
yang berasal dari pajak yang dibayarkan oleh rakyat, harus jelas pertanggungjawabannya. Komisi
Pemilihan Umum dan Badan Pengawas Pemilu harus dapat menjadi teladan yang baik bagi tegaknya
integritas dan profesionalisme dari kegiatan terbesar di tahun 2019.
Argumen yang disodorkan adalah penguatan pola klientelisme dalam pembiayaan kampanye
oleh para peserta Pemilu Serentak 2019. Dengan penguatan pola klientelisme dalam pendanaan
kampanye tersebut, kita bisa menarik kesimpulan bahwa demokrasi Indonesia ke depan juga akan
mengarah ke penguatan demokrasi patronase
19
Dalam kontestasi politik di arena demokrasi, relasi Clientelism bisa berkompromi dengan
struktur kapitalistik. Bahkan, kekuatan politik yang menjadi patron, juga sekaligus sebagai kekuatan
modal. Sementara aktor-aktor politik, aparat, aktivis memainkan peran sebagai client. Mobilitas
mereka sangat ditentukan oleh restu politik kekuatan modal. Bahkan mereka memiliki perangkat
perangkat demokrasi mulai dari parpol hingga media massa.
Teori pembiayaan kampanye yang didukung oleh konsep politik klientelisme dan politik
programatik dengan mengandalkan pada data sekunder. Argumen yang diajukan adalah bahwa
pengelolaan dana kampanye oleh peserta pemilu menunjukkan penguatan pola politik klientelisme
pada satu sisi dan semakin memudarnya politik programatik pada sisi yang lain. Konsekuensinya,
demokrasi patronase juga akan semakin menguat di Indonesia ke depan.
Bantuan Keuangan Negara kepada Partai Politik merumuskan bahwa bantuan keuangan partai
politik yang bersumber dari APBN/APBD diberikan secara proporsional dengan menghitung jumlah
kursi di DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota.
Di antara banyak fungsi demokratisasi oleh parpol, ada lima yang sangat penting :
20
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa dalam pembangunan suatu wilayah dan kota diperlukan
pembiayaan pembangunan modernisasi kota dan wilayah dengan melihat aspek pembiayaan
transportasi, pembiayaan pendidikan tinggi, pembiayaan pengembangan teknologi, pembiayaan
inovasi,dan pembiayaan demokrasi yang saling berkaitan.
Dengan adanya hal tersebut, Pendidikan Tinggi sebagai salah satu dasar dalam
perkembangan suatu wilayah dan kota. Karena dengan sistem Pendidikan Tinggi yang baik
dan layak dapat menghasilkan SDM yang berkualtitas sejalan dengan kemajuan teknologi dan
perkembangan zaman yang semakin modern. Keselarasan antara SDM yang berkualitas dengan
kemajuan teknologi dapat menciptakan inovasi. Dimana inovasi tersebut dapat mendorong
percepatan pembangunan infrastruktur seperti terciptanya sistem transportasi yang
berkelanjutan.
Agar terealisasikan semua aspek dalam pembangunan modernisasi suatu wilayah dan
kota tersebut perlu adanya dukungan antar stakeholder. Dengan sistem demokrasi yang baik
dapat menghasilkan stakeholder berkualitas, sehingga dapat mendukung kelancaran
pembangunan melalui pembiayaan dan pendanaan.
7.2 Saran
21
DAFTAR PUSAKA
Meakhin, R (2004) Sourcebook Module 1b: Urban Transport Institutions, GTZ, Eschborn.
Penalosa,E (2005) Sourcebook Module 1a: The Role of Transport in Urban Development Policy,
GTZ, Eschborn.
Anwar, M. Idochi. 1991. Biaya Pendidikan dan Metode Penetapan Biaya Pendidikan. Mimbar
Pendidikan
Kadri, hanif al. (2011). ARTIKEL PEMBIAYAAN DALAM PENDIDIKAN. Universitas Negeri Padang.
Sulisworo, Mendorong Inovasi Dalam Bidang IPTEK Guna Meningkatkan Daya Saing Bangsa Dalam
Rangka Ketahanan Nasional. Jakarta, 2010.
Zegras, C (2006) Sourcebook Module 1c: Private Sector Participation in Urban Transport
Infrastructure Provision, GTZ, Eschborn.
Pardo,C (2006) Public Awareness and Behaviour Change In Sustainable Transport: Training Course
Second Edition. GTZ, Eschborn.
Mellaz, A. (2018). Personal Vote, CandidateCentered Politics, dan Pembiayaan Pileg 2014. Dalam
Pembiayaan Pemilu di Indonesia. Editor M. Sukmajati & A. Perdana. Cetakan Pertama. Badan
Pengawas Pemilihan Umum Republik Indonesia. Jakarta.
Mada S., Fikri D. (2019) Pendanaan Kampanye Pemilu Serentak 2019 di Indonesia: Penguatan
Demokrasi Patronase. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada Peneliti Lepas
Kajian Politik Lokal
22
LAMPIRAN
Pertanyaan :
1. Apakah Inovasi Pembiayaan Pembangunan di Indonesia sudah berjalan dengan baik ? (Daud
Trian Putra Zebua, 118220076).
Jawaban :
1. Menurut kelompok kami setelah berdiskusi, inovasi dalam Pembiayaan Pembangunan yang ada
di Indonesia ini dirasa masih belum cukup baik. Jika dilihat berdasarkan aspek Transportasi
dan Pendidikan Tinggi dalam hal sistem dan pengelolaan pembiayaan pembangunannya pun
belum layak, bahkan sarana dan prasarananya belum tersebar secara merata di Indonesia.
Dengan adanya hal tersebut, jika Inovasi Pembiayaan Pembanguan di Indonesia sudah berjalan
dengan baik, maka dapat menjadi bekal Indonesia untuk bersaing dengan negara lainnya.
(Perwakilan Kelompok 10 RA: Risanti Hutari F.P, 118220121).