Anda di halaman 1dari 36

PROPOSAL

STUDIO PROSES PERENCANAAN (PWKL 4205)

IDENTIFIKASI POTENSI DAN MASALAH


KELURAHAN SUNGAI PINANG DALAM
KOTA SAMARINDA

NAMA MAHASISWA :

Achmad Romadlona 041766852


Arif Rahmadani 041764296
Feri Fadli 041766798
Hendrik Efianto 041764289
Jepi Ariansyah 041764271
M. Aulia R.A 041251468
Syarifah Nafisah 041771173
Zainuddin

DOSEN PEMBIMBING :
Diana Mayasari, S.Kom., MT., M.Si

Perencanaan Wilayah dan Kota


Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Terbuka
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan Rahmat yang telah
diberikan-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan proposal dengan judul “Identifikasi
Potensi dan Masalah Kelurahan Sungai Pinang Dalam” dengan sebaik-baiknya. Penyusunan
proposal ini dikerjakan untuk memuhi tugas mata kuliah Studio Proses Perencanaan.
Dalam proses penyusunan proposal ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dan khususnya kepada :
1. Ibu Ulul Hidayah selaku Ketua Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas
Terbuka.
2. Ibu Diana Mayasari, S.Kom., MT., M.Si selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah
Studio Proses Perencaan.
Disadari bahwa segala sesuatu tentu ada sisi ketidak sempurnaan maka besar harapan
penyusun akan kritik dan saran dari pembaca demi penyempurnaan Proposal Studio Proses
Perencanaan ini ke depannya. Penyusun juga berharap dengan adanya proposal ini dapat
memberikan manfaat bagi siapapun yang membacanya baik itu dari masyarakat ataupun
Mahasiswa Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota.

Samarinda, April 2022

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER ..................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
1.3 Tujuan dan Sasaran .................................................................................... 4
1.3.1 Tujuan ............................................................................................. 4
1.3.2 Sasaran ............................................................................................ 4
1.4 Ruang Lingkup ........................................................................................... 4
1.4.1 Ruang Lingkup Materi .................................................................... 4
1.4.2 Ruang Lingkup Wilayah ................................................................. 5
1.5 Sistematika Laporan .................................................................................. 6
BAB II TUJUAN KEBIJAKAN DAN LITERATUR ......................................... 7
2.1 Tinjauan Kebijakan ................................................................................... 7
2.1.1 UU No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang ............................ 7
2.1.2 UU No.25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (SPPN) ............................................................................. 8
2.1.3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 ........ 9
2.1.4 PP No. 27 Tahun 2020 tentang Pengelolaan Sampah Spesifik ....... 9
2.1.5 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Nomor 13 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce,
Reuse, Recycle melalui Bank Sampah ........................................... 11
2.1.6 PERDA Kota Samarinda Nomor 02 Tahun 2011 Tentang
Pengelolaan Sampah ....................................................................... 11
2.1.7 PERDA No. 2 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Samarinda Periode 2014-2034 ............................................... 11
2.1.8 SK. Kepala DLH Kota Samarinda Nomor 739/2596/100.14/2019
Tentang Pelaksanaan Kegiatan Operasi Yustisi Sampah di Sungai
(OASIS) .......................................................................................... 12

iii
2.2 Literatur ...................................................................................................... 13
2.2.1 Teori Sampah ................................................................................... 13
2.2.2 Pengelolaan Sampah ....................................................................... 15
2.2.3 Sistem Pengelolaan Sampah Industri .............................................. 17
2.2.4 Daur Ulang Limbah Plastik ............................................................. 17
BAB III METODE PELAKSANAAN .................................................................. 19
3.1 Kebutuhan Data .......................................................................................... 19
3.2 Metode Pengumpulan data ......................................................................... 21
3.3 Metode Analisis dan Permodelan .............................................................. 22
3.4 Perangkat Survei ....................................................................................... 27
BAB IV RENCANA TEKNIS ............................................................................... 28
4.1 Jadwal Kegiatan ........................................................................................ 28
4.2 Struktur Organisasi .................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 31
DAFTAR TABEL ....................................................................................................
Tabel 1. Kebutuhan Data ................................................................................. 20
Tabel 2. Jadwal Kegiatan ................................................................................. 28
LAMPIRAN .............................................................................................................

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perencanaan secara umum merupakan suatu upaya dalam menentukan berbagai hal
yang hendak dicapai atau tujuan di masa depan dan juga untuk menentukan beragam
tahapan yang memang dibutuhkan demi mencapai suatu tujuan. Perencanaan juga bisa
diartikan sebagai suatu bentuk kegiatan yang sudah terkoordinasi demi mencapai suatu
tujuan tertentu dan juga dalam jangka waktu tertentu.
Menurut UU No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional pengertian perencanaan adalah suatu proses menentukan apa yang ingin
dicapai di masa yang akan datang serta menetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan
untuk mencapainya.
Perencanaan wilayah dan kota (regional and city planning) pada dasarnya adalah
perencanaan yang ruang lingkupnya dilakukan berdasarkan skala spasial dimana
aktivitas perencanaan tersebut dilakukan. Perencanaan wilayah secara umum dapat
didefinisikan sebagai kegiatan sistematis dalam mewujudkan suatu wilayah yang lebih
baik dengan memanfaatkan segenap potensi sumberdaya dan keterbatasan yang ada.
Sebelum melakukan perencanaan wilayah terlebih dahulu dilakukan identifikasi
dan analisis suatu wilayah tersebut. Mengidentifikasi suatu wilayah terdiri dalam
berbagai aspek, apakah wilayah tersebut masih memiliki suatu permasalahan yang
belum tuntas atau sudah mempunyai banyak potensi yang mendukung pembangunan
wilayah tersebut. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan adalah aspek permasalahan
lingkungan yang masih terjadi di sejumlah wilayah misal permasalahan
penanggulangan sampah yang tidak berjalan dengan bagus dan masih terus menjadi
permasalahan sampai waktu yang tidak dapat ditentukan. Sampah sendiri adalah sisa
buangan dari suatu produk atau barang yang sudah tidak digunakan lagi, tetapi masih
dapat di daur ulang menjadi barang yang layak. Banyak faktor penyebab bertambahnya
volume sampah dan salah satunya karena bertambahnya jumlah penduduk dari tahun
ketahun dan daya konsumsi masyarakat semakin meningkat.

1
Kelurahan Sungai Pinang Dalam adalah salah satu kelurahan yang ada di wilayah
Kecamatan Sungai Pinang, dengan luas wilayah 783,00 km². Secara geografis
Kelurahan Sungai Pinang Dalam terletak di Kecamatan Sungai Pinang, Kabupaten
Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur. Kelurahan ini merupakan kelurahan terluas
nomor dua di Kecamatan Sungai Pinang dan kelurahan yang paling dekat dengan kantor
kecamatan. Dengan jumlah RT paling banyak yaitu 114 RT. Kelurahan Sungai Pinang
Dalam merupakan salah satu kelurahan dengan tingkat pendidikan paling tinggi, karena
terdapat banyaknya lembaga pendidikan yang telah dibangun. Dalam aspek ekonomi
kelurahan ini memiliki beberapa lahan persawahan dan wilayah perikanan. Dan
sebagian besar penduduk bekerja sebagai karyawan dan berdagang. Selain itu
masyarakat lainnya memiliki usaha pertokoan dan restoran.
Kelurahan Sungai Pinang Dalam merupakan salah satu wilayah yang memiliki
permasalahan dalam aspek lingkungan yaitu sampah. Pengelolaan sampah yang terjadi
saat ini dengan cara diangkut oleh truk-truk khusus dan dibuang atau ditumpuk begitu
saja di tempat yang sudah disediakan tanpa diproses lagi. Apabila kegiatan ini terus
dilakukan secara terus-menerus maka akan memunculkan permasalahan baru terkait
dengan kapasitas TPA yang ada. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap lingkungan
sekitar dimana lingkungan menjadi kotor dan sampah yang membusuk akan menjadi
bibit penyakit di kemudian hari. Selain itu, penanganan sampah yang salah juga kerap
dilakukan pembakaran sampah dengan alasan tertentu. Pembakaran sampah juga dapat
menghasilkan gas rumah kaca, seperti CO2, N2O, NOx, NH3, dan karbon organik. CO2
menjadi gas utama yang dihasilkan oleh pembakaran sampah dan dihasilkan cukup lebih
tinggi dibandingkan emisi gas lainnya. (Johnke, n.d.)
Menurut data dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Samarinda, Kelurahan Sungai
Pinang Dalam adalah penyumbang timbulan sampah yang menghasilkan banyak
sampah khususnya sampah organik. Volume sampah yang dihasilkan warga Kelurahan
Sungai Pinang Dalam disebabkan karena semakin banyaknya tempat permukiman, sifat
konsumerisme masyarakat yang tinggi, dan kurangnya pengetahuan masyarakat dalam
hal mengolah sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Sarana penampungan sampah
di Kelurahan Sungai Pinang memiliki 3 jenis TPS antara lain menggunakan Kontainer
aktif, Bak Beton, dan Bayangan.

2
1.2 Rumusan Masalah

Kelurahan Sungai Pinang Dalam merupakan salah satu kelurahan terbesar dengan
tingkat kepadatan penduduk yang tinggi dan memiliki permasalahan timbulan sampah
yang belum dikelola secara terpadu dan mandiri. Letak kelurahan ini dekat dengan pusat
kota, yang pada akhirnya mempengaruhi faktor ekonomi dari wilayah tersebut.
Mengingat, kegiatan yang dilakukan di Ibukota sangat beragam seperti aktivitas di
dalam rumah, aktivitas industri, aktivitas komersial hingga instansional dapat
menghasilkan sampah. Sayangnya, kebanyakan masyarakat masih sulit untuk
meningkatkan kesadaran dalam diri sendiri bahwa sampah yang baik adalah sampah
yang dapat diolah untuk kemudian dimanfaatkan atau dijadikan barang dengan nilai
ekonomis. Mayoritas penduduk perkotaan belum menyadari hal ini, sampah yang
berasal dari rumah tangga atau pun aktivitas lainnya, umumnya hanya dikumpulkan
untuk kemudian diangkut ke TPS dan TPA oleh petugas kebersihan setempat.
Permukiman juga harus dilengkapi dengan fasilitas dan utilitas penunjang. Salah satu
fasilitas yang sangat penting untuk disediakan di lingkungan permukiman adalah
fasilitas pengolahan dan sistem pengelolaan sampah yang baik. Sampah yang dihasilkan
oleh rumah tangga sudah seharusnya diolah dengan cara yang lebih ramah lingkungan.
Saat ini pengelolaan sampah di Kota Samarinda khususnya di Kelurahan Sungai Pinang
Dalam masih dilakukan secara konvensional. Sampah dikumpulkan ke
Tempat.Penampungan Sementara (TPS) untuk kemudian diangkut ke Tempat
Pembuangan Akhir (TPA). Proses pemilahan sampah juga tidak dilakukan dengan baik,
sampah dicampur menjadi satu tanpa adanya pemilahan berdasarkan jenis sampah.
Untuk itu diperlukan adanya penelitian dalam proses pengolahan dan pengelolaan
sampah yang ada di Kelurahan Sungai Pinang Dalam.
Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah yang dapat diambil yaitu:
1. Bagaimana pengolahan dan sebaran tempat pembuangan sampah di Kelurahan
Sungai Pinang Dalam?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi volume sampah di Kelurahan Sungai
Pinang Dalam?
3. Skenario apa yang paling tepat digunakan sebagai strategi pengolahan sampah
secara berkelanjutan di Kelurahan Sungai Pinang Dalam?

3
1.3 Tujuan dan Sasaran
1.3.1 Tujuan
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk membuat skenario perlakuan
secara dinamis untuk pengolahan sampah berkelanjutan di Kelurahan Sungai
Pinang Dalam. Dengan demikian, dapat diperoleh perlakuan yang sesuai untuk
mewujudkan pengolahan sampah secara berkelanjutan di Samarinda, dan
masyarakat dapat mengolah sampah secara bijaksana dan mandiri.

1.3.2 Sasaran

1. Mengidentifikasi sistem pengolahan sampah dan sebaran tempat pembuangan


sampah di Kelurahan Sumgai Pinang Dalam
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi volume sampah di Kelurahan
Sungai Pinang Dalam melalui diagram simpal kausal (sebab-akibat) dan stock
flow diagram (SFD).
3. Membuat simulasi skenario untuk mengetahui strategi pengolahan sampah
yang paling tepat diterapkan di Kelurahan Sungai Pinang Dalam.

1.4 Ruang Lingkup

1.4.1 Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup pembahasan termasuk dalam beberapa aspek yaitu :


 Aspek Kependudukan
- Jumlah penduduk dan laju pertumbuhan penduduk
- Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin
- Jumlah penduduk berdasarkan wilayah RT
 Aspek fisik dan lingkungan
- Geografi
- Tofografi
- Klimatologi
- Hidrologi
 Aspek Ekonomi
- Pokok ekonomi masyarakat
- Pembagian ekonomi disetiap wilayah
- Perkembangan ekonomi disetiap wilayah
4
 Aspek Sosial Budaya
- Ragam sosial dan budaya masyarakat
 Aspek Sarana dan Prasarana
- Struktur pelayanan
- Sarana (Pemerintahan dan Pelayanan Umum, Pendidikan, Kesehatan,
Perdagangan, RTH dll)
- Infrastruktur (Jalan raya, jaringan air bersih, jaringan pembuangan
limbah dll)
 Aspek Kelembagaan dan Pembiayaan
- Lembaga sosial
- Data aset daerah

1.4.2 Ruang Lingkup Wilayah


Lingkup wilayah Kelurahan Sungai Pinang Dalam ditandai dengan batas
sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kelurahan Temindung Permai
Sebelah Timur : Kelurahan Mugirejo
Sebelah Barat : Kelurahan Pelita
Sebelah Selatan : Kelurahan Sambutan

Gambar 1 Peta Lokasi Wilayah Studi

5
1.5 Sistematika Laporan
Proposal ini disusun berdasarkan tatanan berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memuat pembahasan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan
sasaran, ruang lingkup dan sistematika laporan.

BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN DAN LITERATUR


Bab ini memuat tentang penjelasan mengenai kebijakan atau dasar hukum dan literatur
membuat proposal perencanaan.

BAB III METODE PELAKSANAAN


Bab ini memuat tentang metode pelaksaan yang dipakai dalam pembuatan proposal ini,
selain itu memuat uraian data, metode analisis yang digunakan.

BAB IV RENCANA TEKNIS


Bab ini memuat tentang uraian jadwal kegiatan serta struktur organisasi pelaksanaan
tugas Proposal Studio Proses Perencanaan Wilayah dan Kota.

6
BAB II
TINJAUAN KEBIJAKAN DAN LITERATUR

2.1 Tinjauan Kebijakan


2.1.1 UU No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah


nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan wawasan
Nusantara dan ketahanan Nasional dengan:
a) Teruwjudnya keharmonisan antara lingkungan dan lingkungan buatan
b) Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber
daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia
c) Terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negative
terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

Penataan ruang diklasifikasikan berdasarkan:


a) Sistem, terdiri atas sistem wilayah dan sistem internal perkotaan
b) Fungsi utama kawasan, terdiri atas kawasan lindung dan kawasan budi daya
c) Wilayah administrasi, terdiri atas penataan ruang wilayah nasional, penataan
ruang wilayah provinsi, dan penataan ruang wilayah kabupaten/kota
d) Kegiatan kawasan, terdiri atas penataan ruang kawasan perkotaan dan
penataan ruang kawasan perdesaan
e) Nilai strategis kawasan, terdiri atas penataan ruang kawasan strategis
nasional, penataan ruang kawasan strategis provinsi, dan penataan ruang
kawasan strategis kabupaten/kota.

Penataan ruang diselenggarakan dengan memperhatikan:


a) Kondisi fisik wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang rentan
terhadap bencana
b) Potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan:
kondisi ekonomi, sosial, budaya, politik, hukum, pertahanan keamanan,
lingkungan hidup, serta ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai satu
kesatuan
c) Geostrategis, geopolitik, dan geoekonomi.

7
Wewenang pemerataan daerah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan penataan
ruang meliputi:
a) Pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan
ruang wilayah kabupaten/kota dan kawasan strategis kabupaten/kota
b) Pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota
c) Pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota
d) Kerja sama penataan ruang antar kabupaten/kota.

Adapun, wewenang pemerintah daerah kabupaten/kota dalam pelaksanaan


penataan ruang wilayah kabupaten/kota meliputi :
a) Perencanaan tata ruang wilayah kabupaten/kota
b) Pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota
c) Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota.

2.1.2 UU No.25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional


(SPPN)
Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional mengatur tentangAsas dan Tujuan, Ruang Lingkup
Perencanaan Pembangunan Nasional, Tahapan Perencanaan Pembangunan
Nasional, Penyusunan dan Penetapan Rencana, Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana, Data dan Informasi, dan Kelembagaan.
Undang-Undang ini mencakup landasan hukum di bidang perencanaan
pembangunan baik oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. Dalam
Undang-Undang ini ditetapkan bahwa Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk
menghasilkan rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah,
dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara pemerintahan di pusat
dan Daerah dengan melibatkan masyarakat.
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dalam Undang-Undang ini
mencakup lima pendekatan dalam seluruh rangkaian perencanaan, yaitu: politik,
teknokratik, partisipatif, atas-bawah (top-down), dan bawah-atas (bottom-up).

8
2.1.3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008
Undang-undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah memiliki
maksud bahwa pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber
daya. Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
disahkan pada tanggal 7 Mei 2008 di Jakarta oleh Presiden ke-6 Susilo Bambang
Yudhoyono. UU 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah ditempatkan dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69 setelah
diundangkan pada tanggal 7 Mei 2008 oleh Menkumham Andi Mattalatta di
Jakarta, agar setiap orang mengetahuinya.
Penjelasan Atas Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah ditempatkan pada Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4851. Pokok kebijakan dalam Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah mengatur tentang penyelenggaraan pengelolaan
sampah secara terpadu dan komprehensif, pemenuhan hak dan kewajiban
masyarakat, serta tugas dan wewenang Pemerintah dan pemerintahan daerah
untuk melaksanakan pelayanan publik.
Pengaturan hukum pengelolaan sampah dalam UU 18 tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah ini berdasarkan asas tanggung jawab, asas berkelanjutan,
asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan,
asas keamanan, dan asas nilai ekonomi.

2.1.4 PP No. 27 Tahun 2020 tentang Pengelolaan Sampah Spesifik

PP 27 tahun 2020 tentang Pengelolaan Sampah Spesifik adalah aturan


pelaksanaan UU 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Sampah adalah sisa
kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah
Spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi dan/atau volumenya
memerlukan pengelolaan khusus.
PP 27 tahun 2020 tentang Pengelolaan Sampah Spesifik melaksanakan Pasal
23 ayat (2) UU 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Pengelolaan Sampah
Spesifik adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan
yang meliputi pengurangan dan penanganan.

9
Sampah Spesifik berbeda dengan jenis sampah rumah tangga dan sampah
sejenis Sampah rumah tangga yang pengelolaannya telah diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, dalam Peraturan Pemerintah Nomor
27 tahun 2020 tentang Pengelolaan Sampah Spesifik pengaturan Pengelolaan
Sampah Spesifik jauh lebih kompleks dan beragam.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah, Pengelolaan Sampah Spesifik juga didasarkan pada dua pendekatan
utama yaitu: pengurangan yang mencakup pembatasan, pendauran ulang dan
pemanfaatan kembali, serta penanganan yang meliputi kegiatan pemilahan,
pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir. Namun karena
adanya perbedaan dari masing- masing jenis Sampah Spesifik yang cukup
signifikan, maka penyelenggaraan pengelolaan jenis Sampah Spesifik tersebut
diatur dalam pasal dan ayat yang berlainan. Sesuai dengan amanat Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2008 tersebut, dalam setiap pengelolaan jenis Sampah
Spesifik, diupayakan adanya tahap pengurangan ataupun pembatasan, kecuali
untuk jenis Sampah yang Timbul Akibat Bencana. Demrkian pula untuk tahap
pemanfaatan kcmbali dalam rangka mengurangi beban lingkungan dan efisiensi
pendayagunaan sumber daya alam juga didorong agar dilakukan, namun untuk
jenis Sampah yang Mengandung B3 dan/atau Sampah yang Mengandung Limbah
B3 perlu dilakukan secara tersendiri sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

2.1.5 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 13


Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, Recycle melalui
Bank Sampah
Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Nomor 13 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, Recycle
melalui Bank Sampah, jenis sampah yang dapat ditabung di bank sampah
dikelompokkan menjadi: a. Kertas, yang meliputi koran, majalah, kardus, dan
dupleks; b. Plastik, yang meliputi plastik bening, botol plastik, dan plastik keras
lainnya; dan c. Logam, yang meliputi besi, aluminium, dan timah. Bank sampah
dapat menerima sampah jenis lain dari penabung sepanjang mempunyai nilai
ekonomi.
10
2.1.6 PERDA Kota Samarinda Nomor 02 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan
Sampah
Pelaksanaan Dalam Penyelenggaraan Pengelolaan Sampah Menurut
Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 02 Tahun 2011 pengelolaan sampah
didefinisikan sebagai kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.
Pengurangan sampah sebagaimana dimaksud diperjelas melalui Peraturan
Walikota Samarinda No. 16 tahun 2003 Pasal (7) huruf a yang meliputi kegiatan:a.
Pembatasan timbulan sampah (Reduce/R1), b. Pemanfaatan kembali sampah
(reuse/R2), dan/atau c.Pendauran ulang sampah (recycle/R3).
Adapun Kegiatan penanganan sampah sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Daerah Kota Samarinda No.02 Tahun 2011 Pasal 9 dan Tata Cara
Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan Standar Nasional Indonesia
(SNI) NO: 19 – 2454 – 2002 yang meliputi: Pewadahan, Pemilahan,
Pengumpulan, Pengangkutan, Pengolahan, dan Pemerosesan Akhir Sampah.

2.17 PERDA No. 2 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Samarinda Periode 2014-2034
Berdasarkan Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2014 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Samarinda periode 2014-2034, Kota Samarinda mempunyai
tujuan penataan ruang adalah untuk mewujudkan Kota Samarinda menjadi Kota
Tepian yang berbasis perdagangan, jasa dan industri yang maju, berwawasan
PERUBAHAN RENSTRA KEC. SUNGHAI PINANG TAHUN 2016-2021 42
lingkungan dan hijau, serta mempunyai keunggulan daya saing untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Adapun konsep Kota Tepian yang
dimaksudkan adalah kata Tepian yang tidak hanya menjadi Semboyan Kota
Samarinda yang merupakan akronim dari Teduh, Rapi, Aman dan Nyaman tetapi
juga cerminan dari Kota Samarinda yang terletak di daerah tepi sungai, yaitu
bagian yang berbatasan langsung dengan air. Daya tarik Kota Samarinda sebagai
Ibukota Provinsi Kalimantan Timur mengakibatkan peningkatan jumlah
penduduk yang terus meningkat setiap tahunnya. Oleh karena itu, sangat penting
dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang kedepan yang sesuai dengan RTRW Kota
Samarinda. Kecamatan Sungai Pinang, sebagian menjadi Pusat Pelayanan Kota
yaitu Kelurahan Sungai Pinang, dan Kelurahan Bandara. Juga mejadi Sub Pusat

11
Pelayanan Kota II yang berfungsi sebagai Pusat Pelayanan dan Kesehatan Skala
Kecamatan. Sedangkan Pusat Lingkungan III berada di Wilayah Kelurahan
Temindung, Kelurahan Gunung Lingai, dan sebagian Kelurahan Mugirejo
Kecamatan Sungai Pinang.

2.1.8 SK. Kepala DLH Kota Samarinda Nomor 739/2596/100.14/2019 Tentang


Pelaksanaan Kegiatan Operasi Yustisi Sampah di Sungai (OASIS)
Operasi yustisi kebersihan adalah opersai razia yang dilalukan oleh
pemerintah Kota Samarinda dalam hal ini DKP Samarinda bersama instansi
terkait yang berwenang untuk melakukan razia tangkap tangan terhadap
masyarakat yang tidak membuang sampah pada tempat dan waktu yang telah
ditentukan. Operasi yustisi kebersihan seperti halnya dengan opersi razia sim pada
kendaraan yang merupakan pelanggaran tidak pidana ringan (tipiring).
Tahapan operasi yustisi dimulai dengan DKP Kota Samarinda mengusulkan
operasi yustisi kebersihan kepada Walikota/Wakil Walikota, setelah usulan
disetujui, Surat Perintah keluar yang ditandatangani oleh Walikota/Wakil
Walikota, selanjudnya DKP Kota Samarinda mengirim surat undangan jadwal
razia yustisi kebersihan beserta surat perintah tugas dari Walikota/Wakil walikota
kepada Instansi terkait, operasi yustisi dilaksanakan sesuai jadwal dengan
menyebar tim operasi pada TPS-TPS yang telah ditentukan, masyarakat yang
terjaring dalam razia dilakukan penyidikan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil
(PPNS) disertai penyitaan Kartu Tanda Penduduk (KTP), selanjutnya berkas
penyidikan diserahkan kepada pengadilan untuk disidangkan.

12
2.2 Literatur
2.2.1 Teori sampah

Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang
berbentuk padat. Sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi,
dan/atas volumenya memerlukan pengelolaan khusus (UU Nomor 18 Tahun
2008). Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012), Sampah rumah
tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga
yang tidak termasuk tinja dan sampah spesifik. Sampah sejenis sampah rumah
tangga adalah sampah rumah tangga yang berasal dari 12 kawasan komersial,
kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau
fasilitas lainnya. Berdasarkan beberapa pengertian diatas, terlihat bahwa sampah
adalah materi/sisa bahan (baik oleh manusia maupun alam) yang tidak digunakan
atau tidak mempunyai nilai, yang dapat membahayakan fungsi lingkungan.
A. Sumber – sumber sampah
Menurut Gilbert dkk. dalam Artiningsih (2008), sumber-sumber
timbulan sampah adalah sebagai berikut:
a. Sampah dari Pemukiman Penduduk Pada suatu pemukiman biasanya
sampah dihasilkan oleh suatu keluarga yang tinggal di suatu bangunan
atau asrama. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya cenderung
organik, seperti sisa makanan atau sampah yang bersifat basah,
kering, abu plastik, dan lainnya.
b. Sampah dari Tempat-Tempat Umum dan Perdagangan Tempat-tempat
umum adalah tempat yang dimungkinkan banyaknya orang
berkumpul dan melakukan kegiatan. Tempat-tempat tersebut
mempunyai potensi yang cukup besar dalam memproduksi sampah
termasuk tempat perdagangan seperti 9 pertokoan dan pasar. Jenis
sampah yang dihasilkan umumnya berupa sisa-sisa makanan, sampah
kering, abu, plastik, kertas, dan kaleng-kaleng serta sampah lainnya.
c. Sampah dari Sarana Pelayanan 13 Sampah yang dimaksud di sini
misalnya sampah dari tempat hiburan umum, pantai, mesjid, rumah
sakit, bioskop, perkantoran, dan sarana pemerintah lainnya yang
menghasilkan sampah kering dan sampah basah.

13
d. Sampah dari Industri Dalam pengertian ini termasuk pabrik-pabrik
sumber alam perusahaan kayu dan lain-lain, kegiatan industri, baik
yang termasuk distribusi ataupun proses suatu bahan mentah. Sampah
yang dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah basah, sampah
kering abu, sisa-sisa makanan, sisa bahan bangunan.
e. Sampah Pertanian Sampah dihasilkan dari tanaman atau binatang
daerah pertanian, misalnya sampah dari kebun, kandang, ladang atau
sawah yang dihasilkan berupa bahan makanan pupuk maupun bahan
pembasmi serangga tanaman (Siahaan, 2013).
B. Jenis - jenis Sampah
Menurut Gilbert dkk. dalam Artiningsih (2008), berdasarkan asalnya
sampah padat dapat digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu sebagai berikut:
a. Sampah Organik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan
hayati yang dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat
biodegradable. Sampah ini dengan mudah dapat diuraikan melalui
proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan
organik. Termasuk 14 sampah organik, misalnya sampah dari dapur,
sisa-sisa makanan, pembungkus (selain kertas, karet dan plastik),
tepung, sayuran, kulit buah, daun dan ranting.
b. Sampah Anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan
nonhayati, baik berupa produk sintetik maupun hasil proses teknologi
pengolahan bahan tambang. Sampah anorganik dibedakan menjadi:
sampah logam dan produk-produk olahannya, sampah plastik, sampah
kertas, sampah kaca dan keramik, sampah detergen. Sebagian besar
anorganik tidak dapat diurai oleh alam/mikroorganisme secara
keseluruhan (unbiodegradable).
Sementara, sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang
lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga misalnya botol plastik,
botol gelas, tas plastik, dan kaleng (Siahaan, 2013).

14
2.2.2 Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah (UU
Nomor 18 Tahun 2008).
Terdapat 2 kelompok utama pengelolaan sampah, yaitu:
a. Pengurangan sampah (waste minimization), yang terdiri dari pembatasan
terjadinya sampah (reduce) menggunakan ulang (reuse), dan mendaur
ulang (recycle).
b. Penanganan sampah (waste handling), yang terdiri dari: 1) Pemilahan:
dalam bentuk pengelompokkan dan pemisahan sampah sesuai dengan
jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah. 2) Pengumpulan: dalam bentuk
pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat
penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu. 3)
Pengangkutan: dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari
tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan
sampah terpadu menuju ke Tempat Pemrosesan Akhir. 4) Pengolahan:
dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah. 5)
Pemrosesan akhir sampah: dalam bentuk pengambilan sampah dan/atau
residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman
(Darmawan, 2018).
Suwerda (2012) mengemukakan beberapa dampak apabila sampah
tidak dikelola dengan baik sebagai berikut: a) Sampah dapat menjadi
sumber penyakit, lingkungan menjadi kotor, b) Pembakaran sampah dapat
berakibat terjadinya pencemaran udara yang dapat mengganggu kesehatan
masyarakat, dan memicu terjadinya pemanasan global, c) Pembusukan
sampah apat menimbulkan bau yang tidak sedap dan berbahaya bagi
kesehatan, dan d) Pembuangan sampah kesungai atau badan air dapat
menimbulkan pendangkalan sungai, sehingga dapat memicu terjadinya
banjir (Kahfi, 2017).

15
Teknik Pengelolaan Sampah Permukiman Pengelolaan persampahan dapat
terdiri dari beberapa aspek. SNI 3242-2008 tentang pengelolaan sampah
dipermukiman menjelaskan lima aspek sebagai persyaratan umum terkait
pengelolaan limbah padat (sampah) yakni : hukum dan peraturan,
kelembagaan/organisasi, teknis operasional, pembiayaan dan iuran atau retribusi,
peran serta dan pemberdayaan masyarakat.
a) Persyaratan hukum
Ketentuan perundang-undangan mengenai pengelolaan lingkungan hidup,
analisis mengenai dampak lingkungan, ketertiban umum, kebersihan
kota/lingkungan, pembentukan institusi/organisasi/retribusi dan
perencanaan tata ruang kota serta peraturan-peraturan pelaksanaannya.
b) Persyaratan kelembagaan
Pengelola di permukiman harus berfokus pada peningkatan kinerja
institusi pengelola sampah, dan perkuatan fungsi regulator dan
operator.Sasaram yangharus dicapai adalah sistem dan intitusi yang
mampu sepenuhnya mengelola dan melayani persampahan di lingkungan
dengan mengikutsertakan masyarakat dalam pengelolaan dan retribusi
atau iuran serta semaksimal mungkin melaksanakan konsep 3 R di sumber.
c) Teknis operasional Menerapkan sistem penanganan sampah setempat
dengan :
a. Menerapkan pemilahan sampah organic dan non organik
b. Menerapkan teknik 3 R di sumber dan TPS
c. Penanganan residu oleh pengelolan sampah kota.
d) Pembiayaan Memperhatikan peningkatan kapasitas pembiayaan untuk
menjamin pelayanan dengan pemulihan biaya secara bertahap supaya
sistem dan institusi, serta masyarakat dan dunia usaha punya kapasitas
cukup untuk memastikan keberlanjutan dan kualitas lingkungan untuk
warga.
e) Aspek peran serta masyarakat
1) Melakukan pemilahan sampah sumber
2) Melakukan pengolahan sampah dengan konsep 3 R
3) Berkewajiban membayar iuran/retribusi sampah
4) Mematuhi atuiran pembuangan sampah yang ditetapkan

16
5) Turut menjaga kebersihan lingkungan sekitarnya
6) Berperan aktif dalam sosialisai pengelolaan sampah
lingkungannya.

2.2.3 Sistem Pengelolaan Sampah Industri


Konsep pengelolaan sampah di kawasan industri dengan konsep 3 R.
Cara kerja konsep pengelolaan sampah di Kawasan Industri adalah sebagai
berikut: Sampah/limbah dari aktivitas industri dipisahkan ke dalam tiga jenis
sampah/limbah, yaitu sampah organik sampah anorganik dan sampah hasil proses.
Sampah organik ini dikumpulkan oleh petugas pengumpul untuk dibawa ke
tempat pengolahan dan diolah menjadi kompos. Kompos ini dapat digunakan
sebagai pemupukan baik dalam kawasan industri maupun oleh industri itu sendiri.
Sampah/limbah anorganik di kumpulkan ke tempat pengolahan untuk dipasarkan
kepada yang membutuhkan baik oleh industri di dalam kawasan, maupun oleh
industri diluar kawasan. Sampah hasil proses industri, selain digunakan oleh
sendiri juga dijual secara langsung, sisanya digabungkan dengan sampah
anorganik untuk dikumpulkan ke tempat pengolahan untuk dipasarkan. Sisa hasil
pengkomposan dikumpulkan bersama dengan Sisa dari sampah anorganik yang
tidak habis dimanfaatkan di gabung dengan sampah sisa proses pengkomposan.

2.2.4 Daur Ulang Limbah Plastik


Sampah plastik rumah tangga menjadi salah satu penyebab kerusakan
lingkungan yang parah di dunia. Berdasarkan data The National Plastic Action
Partnership, Indonesia menghasilkan sekitar 4,8 juta ton sampah plastik yang
tidak dikelola secara benar.
Beberapa pengelolaan sampah plastik yang keliru tersebut antara lain adalah
dengan membakarnya secara asal, tidak dikelola dengan benar di tempat
pembuangan sampah serta mencemari saluran air dan laut. Fakta tersebut tentunya
sangat mengkhawatirkan bagi kelangsungan hidup manusia serta flora dan fauna
dalam jangka pendek sampai panjang.
Oleh karena itu, sebaiknya kita memulai untuk mengurangi penggunaan
plastik dari rumah atau jika terpaksa menggunakan bahan plastik, dapat didaur
ulang secara baik dan benar. Upaya terbaik untuk meminimalisir sampah plastik
adalah dengan mengurangi penggunannya di kegiatan sehari.

17
Berikut adalah beberapa tipsnya dalam mendaur ulang sampah plastik.
a. Membawa tas berbahan kain atau totebag
Di beberapa wilayah di Tanah Air sudah menerapkan kebijakan mini market
dan supermarket tidak boleh menggunakan kantong plastik yang dapat
mencemari lingkungan.
b. Ganti sedotan plastik dengan stainless steel
Selain lebih ramah lingkungan, sedotan stainless steel juga lebih hemat di
kantong karena hanya cukup mengeluarkan uang sekali saja.
c. Bawa botol minum sendiri
Botol air minum kemasan menjadi salah satu penyumbang sampah plastik
terbanyak di Indonesia. Selain mencemari lingkungan, botol plastik kemasan
juga dapat mengancam kehidupan hewan di lautan.
d. Bawa bekal dan tempat makan sendiri
Selain botol minum, kamu juga bisa berkontribusi mengurangi sampah
plastik dengan membawa bekal sendiri dari rumah.
e. Berbelanja sekali dalam jumlah banyak
Setiap rumah tangga umumnya memiliki rutinitas tersendiri dalam berbelanja
kebutuhan sehari-hari, ada yang pergi ke mini market setiap minggu atau
setiap bulan.
Pencegahan timbulan sampah dengan menjalankan 3 R merupakan suatu
strategi pengelolaan sampah terpadu yang mempunyai keuntungan baik
secara ekonomi berupa penghematan biaya dan penambahan keuntungan
karena dengan memakai kembali bahan-bahan yang masih dapat
dimanfaatkan akan mengurangi biaya bahan, sehingga mengurangi jumlah
sampah yang berakibat pada mengurangi biaya pengangkutan sampah yang
mesti dibuang ke TPA.

18
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1 Kebutuhan Data


Permasalahan pengolahan sampah seiring dengan pertumbuhan Kota-Kota besar
menjadi suatu permasalahan utama yang hampir dihadapi oleh seluruh Kota di Indonesia
terutama di Kelurahan Sungai Pinang Dalam Kota Samarinda.
Berdasarkan asalnya sampah dibedakan menjadi dua yaitu: sampah organic dan
sampah anorganik. Sampah organic berasal dari makhluk hidup, baik manusia, hewan
maupun tumbuhan. Salah satu jenis sampah organic yaitu sampah organic kering yang
merupakan bahan organic lain yang kandungan airnya kecil seperti kertas, kayu atau ranting
popon dan dedaunan kering.
Dalam UU RI No 18 Tahun 2008, dikatakan bahwa permasalahan sampah mencakup
banyak aspek, oleh karena itu pengolahannya perlu dilakukan secara komprehensif dan
terintgrasi dengan inovasi-inovasi baru yang bisa lebih memadai yang di tinjau dari
beberapa aspek, baik itu aspek social, ekonomi maupun aspek teknis dari hulu sampai hilir
agara dapat memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi lingkungan, serta dapat
mengubah perilaku masyarakat. Untuk itu, diperlukan perubahan paradigma dalam
pengelolaan sampah mulai dari sekarang. Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan
sampah adalah salat satu faktor kunci untuk menanggulangi permasalahan sampah di
perkotaan.

19
Tabel 1. Kebutuhan Data
Metode Bentuk Data
No Aspek Data Pengambilan Data Instansi
Primer Sekunder Foto Tabel Peta Dokumen

- IKJIP Kota
DLH,
Samarinda
1 Kebijakan Profil
- RTRW Kec. V V
Kelurahan
Sungai Pinang

- Topografi
Fisik - Hidrologi
2 V V BPS
Lingkungan - Geologi
- Klimatologi

- Jumlah Penduduk
dan Laju
Pertumbuhan
Aspek
3 Penduduk V V BPS
Kependudukan
- Jumlah Penduduk
Menurut
Kelompok Umur

- Pendidikan
- Kesehatan
V V
Sarana dan - Pemerintahan Profil
4
Prasarana - Kemasyarakatan Kelurahan
- Budaya
- Peribadatan

- Struktur Ekonomi/
Economic
Structure V V
- Pertumbuhan
5 Ekonomi BPS
Ekonomi/
Economic Growth
- PDRB Perkapita/
GRDP Per Capita

20
3.2 Metode Pengumpulan Data
Metode Penelitian Pada Penelitian ini, Pendekatan penelitian yang digunakan
adalah menggunakan metode kualitatif. Menurut Effendy, A. A. (2019), “Penelitian
kualitatif ditujukan untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang situasi yang
dihadapi. ”Adapun menurut Sugiono (2017) “Penelitian kualitatif adalah dimana
peneliti sebagai instrument kunci”. Berbeda dengan kuantitatif, metode penelitian
penelitian kualitatif memerlukan penyelidikan menggunakan open-ended umum
pertanyaan. (In contrast toquantitative research methods, qualitative research requires
inquiry using general open-ended questions) (Zulkarnaen, W., et all. 2020:2475).
Metode Pengumpulan Data Menurut Sugiyono, (2012)“Dalam Teknik pengumpulan
data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari
penelitian adalah mendapatkan data, tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka
peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.
Dalam pengumpulan data terdapat 2 metode yang digunakan yaitu metode
pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder.
1. Pengumpulan Data Primer
a. Wawancara
Wawancara merupakan pembuktian terhadap informasi yang telah diperoleh.
Teknik yang dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara
mendalam, yang merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian. Wawancara dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka dengan
mengajukan pertanyaan yang telah disiapkan, dan memberikan pertanyaan
lagi, ketika informan memberikan jawaban. Tanya semua kepada informan,
untuk memenuhi kebutuhan data yang diperlukan.
b. Observasi
Observasi merupakan proses peneliti dalam melihat situasi dalam melihat
situasi penelitian. Informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah tempat,
pelaku, kegiatan atau peristiwa, dan waktu.
2. Pengumpulan Data Sekunder
Menggunakan data yang sudah ada merupakan tipikal penelitian kuantitatif,
penggunaan data statistik ini merupakan pengunaan data yang sudah tersedia. Data
yang digunakan biasanya sudah dikumpulkan oleh pihak ke-3 yang memiliki
otoritas. Cara ini biasanya lebih cepat karena yang dibutuhkan peneliti hanyalah

21
mengakses data, tidak perlu menyebar kuesioner ke lapangan. Misalnya, peneliti
menggunakan data hasil survel lembaga lain, yang terkait dengan permasalahan
yang sedang diteliti.

3.3 Metode Analisis Data dan Permodelan

Analisis data menurut Patton adalah proses mengatur urutan data,


mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar.
Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor mendefinisikan analisis data sebagai proses
yang merinci suatu usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan
hipotesis (ide) seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan
bantuan pada tema dan hipotesis itu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
analisis data yaitu proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola
kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan
hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Proses analisis data dimulai dengan
menalaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari observasi,
wawancara dan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penelitian seperti
dokumen pribadi, dokumen resmi, dan sebagainya. Dalam analisis data penulis
menggunakan teknik analisis deskriptif. Dengan pertimbangan bahwa penelitian ini
berusaha menggambarkan data secara sistematis, ringkas dan sederhana tentang
identifikasi potensi dan masalah kelurahan sungai pinang dalam kota samarinda
sehingga lebih mudah dipahami oleh peneliti atau orang lain yang tertarik dengan hasil
penelitian yang telah dilakukan. Proses analisis data yang dilakukan oleh peneliti adalah
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Reduksi data (data reduction) Reduksi data adalah merupakan analisis data
yang menggolongkan data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan
finalnya dapat ditarik kesimpulan (verifikasi). Data yang diperoleh dari
lapangan langsung ditulis dengan rinci dan sistematis setiap selesai
mengumpulkan data. Laporan-laporan itu perlu direduksi, yaitu dengan
memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian agar mudah untuk
menyimpulkannya. Reduksi data dilakukan untuk mempermudah peneliti
dalam mencari kembali data yang diperoleh bila diperlukan serta membantu
dalam memberikan kode kepada aspek-aspek tertentu.

22
b. Penyajian Data (data display) Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya
adalah penyajian data. Penyajian data yaitu mengumpulkan data atau informasi
secara tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Data yang sudah ada disusun dengan menggunakan teks
yang bersifat naratif, selain itu bisa juga bersifat matriks, grafik, dan chart.
Penyajian data dilakukan dengan alasan agar peneliti dapat menguasai data dan
tidak tenggelam dalam tumpukan. Selain itu juga supaya peneliti mudah dalam
memahami yang telah terjadi dan dapat merencanakan apa yang akan
dilakukan selanjutnya.
c. Verifikasi (verification) Verifikasi merupakan rangkaian analisis data puncak.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif membutuhkan verifikasi selama
penelitian berlangsung. Verifikasi dimaksudkan untuk menghasilkan
kesimpulan yang valid. Oleh karena itu, ada baiknya sebuah kesimpulan
ditinjau ulang dengan cara memverifikasi kembali catatan-catatan selama
penelitian dan mencari pola, tema, model, hubungan dan persamaan untuk
diambil sebuah kesimpulan.

Tahap-Tahap Penelitian
Diantara tahapan-tahapan penelitian yang dikemukakan oleh Kirk dan Miller
ada empat tahapan yaitu: tahap invention, discovery, interpretation, eksplanation,
dalam penelitian ini untuk mengetahui dan mengeksplorasi tentang “potensi dan
masalah Kelurahan Sungai Pinang Dalam Kota Samarinda”. Peneliti memilih
tahapan penelitian sebagaimana yang dikemukakan oleh Kirk dan Miller, yaitu
sebagai berikut:
a. Invention (tahap pra lapangan) Tahap pra lapangan adalah merupakan orientasi
guna untuk memperoleh gambaran mengenai latar belakang penelitian dengan
menggunakan grand tour observation. Adapun tahapan-tahapan yang
diidentivikasi oleh peneliti adalah sebagai berikut :
- Menyusun pelaksanaan penelitian.
- Memilih lapangan
- Mengurus permohonan penelitian.
- Memilih dan memanfaatkan informasi.
- Mempersiapkan perlengkapan-perlengkapan penelitian.

23
Tahap ini dilakukan sejak dini yaitu sejak pertama kali atau sebelum terjun ke
lapangan dalam rangka penggalian data. Dalam penelitian ini peneliti mencari
data informasi mengenai “potensi dan masalah kelurahan sungai pinang dalam
kota samarinda”.
b. Discovery (tahap pekerjaan lapangan) Dalam tahap ini peneliti memasuki
lapangan untuk kemudian melihat, memantau, meninjau lokasi penelitian di
kelurahan sungai pinang dalam melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
- Permohonan izin kepada Kepala Instansi terkait
- Pembuatan kesepakatan dengan Instansi.
- Pelaksanaan penelitian dan pengumpulan data
Dalam pelaksanaan penelitian ini penulis menggali data dari kelurahan sungai
pinang dalam, dengan meminta data tentang obyek penelitian serta melakukan
interview dengan Instansi terkait mengenai potensi dan masalah kelurahan
sungai pinang dalam kota samarinda. Pencarian data di lapangan dengan
menggunakan alat pengumpulan data yang telah disediakan secara tertulis,
rekaman, ataupun dokumentasi. Perolehan data berdasarkan proses tersebut
kemudian dicatat dengan cermat, argument atau komentar informan sebagai
obyek penelitian.
c. Interpretation (Tahap Analisis Data) Pada tahap ini peneliti melakukan teknik
analisis data yang diperoleh selama penelitian berlangsung atau selama peneliti
berada di lapangan. Peneliti melakukan analisis terhadap beberapa jenis data
yang diperoleh dengan cara wawancara dan observasi. Dalam tahap ini pula
peneliti mengkonfirmasikan kembali data yang di dapat dari lapangan dengan
teori yang digunakan.

Teknik Analisis Data


Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih
mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dalam penelitian kualitatif ini menggunakan
analisa logika komparatif abstraktif yaitu suatu logika yang menggunakan cara
perbandingan. konseptualisasi, kategorisasi dan deskripsi dikembangkan atas dasar
kejadian (incidence) yang diperoleh ketika kegiatan lapangan berlangsung. Analisis
penelitian ini dilakukan secara terus menerus sejak awal penelitian dan selanjutnya
di sepanjang melakukan penelitian. Jadi semenjak memperoleh data dari lapangan

24
baik dari hasil observasi, wawancara atau dokumentasi langsung dipelajari dan
dirangkum, ditelaah dan dianalisis sampai akhir penelitian. Selanjutnya alur analisis
data yang penulis gunakan adalah:
a. Reduksi data yaitu proses memilih, menyederhanakan, memfokuskan, dan
mengubah data kasar ke dalam catatan lapangan. Istilah reduksi data dalam
penelitian kualitatif disejajarkan maknanya dengan pengelolaan data.
b. Penyajian data yaitu suatu cara merangkum data yang memudahkan untuk
menyimpulkan hasil penelitian.
Menarik kesimpulan dan verifikasi dari pengumpulan data. Dengan demikian
pekerjaan mengumpulkan data bagi penelitian kualiatif harus langsung diikuti
dengan pekerjaan menulis, mengedit, mengklasifikasi, mereduksi, dan menyajikan
data, serta menarik kesimpulan dengan cara membandingkan sebagai analisis data
kualitatif. Dalam penelitian kualitatif umumnya lebih melihat proses daripada
produk dari obyek penelitiannya. Selain itu nantinya kesimpulan dari data kualitatif
tidak berupa angka-angka tetapi disajikan dalam bentuk kata verbal yang
pengolahannya mulai dari mengedit sampai menyajikan dalam keadaan ringkas
dikerjakan di lapangan.

Berikut hasil dari metode analisis data untuk Kelurahan Sungai Pinang Dalam :
1. Aspek Kependudukan
Analisis data kependudukan dibutuhkan untuk mengetahui jumlah penduduk
yang ada di Kelurahan Sungai Pinang Dalam yang kemudian data tersebut bisa
diproyeksikan untuk data masa yang akan datang. Analisis peramalan
merupakan teknik yang digunakan untuk mengetahui kondisi tertentu di masa
yang akan datang dengan melakukan proyeksi. Metode ini dapat digunakan
untuk mengetahui proyeksi jumlah penduduk pada tahun tertentu di masa
depan.
A. Analisis Proyeksi penduduk
Untuk mengetahui pertumbuhan penduduk maka dilakukan proyeksi
penduduk Proyeksi penduduk dapat dilakukan melalui beberapa
perhitungan salah satunya metode geometrik. Pemilihan metode
proyeksi penduduk ini didasarkan pada ketersediaan data dan aspek-
aspek pendukung lain. Menghitung proyeksi dengan metode geometrik

25
ini menganggap bahwa perkembangan penduduk secara otomatis
berganda.
Rumus yang digunakan sebagai berikut :
Pt = Po ( 1 + r )n
Keterangan :
Pt : Jumlah penduduk pada tahun akhir
Po : jumlah penduduk tahun awal
r : Nilai Pertumbuhan
n : Selisih tahun

B. Analisis Kepadatan Penduduk


Selain analisis proyeksi penduduk untuk memperhitungkan
pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah perencanaan ada juga analisis
kepadatan penduduk. Analisis kepadatan penduduk (demografi) disini
menggunakan rumus:
Jumlah kepadatan penduduk kasar =
Jumlah penduduk (jiwa)
Luas wilayah (km2)

2. Aspek Fisik dan Lingkungan


Analisis fisik dan lingkungan dilakukan untuk mengetahui karakteristik
sumber daya fisik lingkungan yang ada di Kelurahan Sungai Pinang Dalam.
.Tekniks analisis yang digunakan mengenai fisik dan lingkungan terdiri dari
analisis penggunaan lahan yang dilakukan dengan digitasi peta citra satelit
dengan ArcGis.

3. Aspek Ekonomi
Analisis ekonomi dilakukan untuk mengetahui kondisi perekonomian
masyarakat di Kelurahan Sungai Pinang Dalam. Analisis ekonomi juga
dilakukan untuk mengetahui perkembangan perekonomian masyarakat
terutama dilihat dari mata pencaharian atau perkerjaan di Kelurahan Sungai
Pinang Dalam.

26
4. Aspek Sosial Budaya
Analisi sosial budaya dilakukan untuk mengetahui bagaimana kehidupan
bersosial, adat istiadat, budaya yang ada di Kelurahan Sungai Pinang Dalam.
5. Aspek Sarana dan Prasarana
Analisis ini untuk mengetahui bagaimana keadaan fasilitas yang ada di
Kelurahan Sungai Pinang Dalam.
6. Aspek Kelembagaan dan Pembiayaan
Analisis ini untuk mengetahui bagaimana fungsi kelembagaan pemerintahan
Kelurahan Sungai Pinang Dalam beserta bangunannya.

3.4 Perangkat Survei


Berikut data lembaga dan perorangan untuk dilakukan survei (wawancara) :
 Kantor Kelurahan Sungai Pinang Dalam
Sebanyak 5 orang perwakilan
 Kantor Kecamatan Sungai Pinang
Sebanyak 5 orang perwakilan
 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Samarinda
Sebanyak 5 orang perwakilan
 Badan Pengelola Sampah Kab. Samarinda
Sebanyak 5 orang perwakilan
 Penduduk Kelurahan Sungai Pinang Dalam
Sebanyak 5 orang masyarakat RT. 10

27
BAB IV
RENCANA TEKNIS
4.1 JADWAL KEGIATAN
Jadwal kegiatan Proposal Studio Proses Perencanaan tahun 2022 sebagai berikut :

April Mei Juni


No Kegiatan Minggu ke- Minggu ke- Minggu ke-
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pembentukan Kelompok
1
Studio
Penetapan Lokasi Wilayah
2
Studio Proses Perencanaan
Pembagian Tugas dan
3
Penetapan
Diskusi Kebutuhan Data
4
Sekunder
Pembuatan Peta Dasar
5
Wilayah Studi

6 Penyusunan Proposal Teknis

7 Finalisasi Proposal Teknis

Presentasi Proposal Teknis


8
Studio Proses Perencanaan

Revisi Proposal Teknis


9
Studio Proses Perencanaan

Persiapan Survey Lapangan,


10
surat perijinan

Surver Lapangan, kompilasi


11
dan analisis data

Analisa data dan penyusunan


12
draft laporan

13 Presentasi Laporan

Revisi dan pengumpulan


14 laporan Studi Proses
Perencanaan

28
4.2 STRUKTUR ORGANISASI
Dalam melaksanakan kegiatan studio proses perencanaan ini, telah dibentuk
pembagian kerja kelompok sebagai berikut :

Pelindung :
Penanggung Jawab :
Pembimbing : Diana Mayasari, S.Kom., MT., M.Si
Ketua : Feri Fadli (041766798)
Sekretaris : Syarifah Nafisah (041771173)
Bendahara : Ahmad Romadhona (041766852)
Koord. Perizinan : M. Aulia R.A (041251468)
Koord. Data Sekunder : Jepi Ariansyah (041764271)
Kood. Peta : Hendrik Efianto (041764289)
Koord. Aspek Fisik dan Lingkungan : Arif Rahmadani (041764296)
Koord.Aspek Kependudukan : Zainuddin (041770956)
Koord. Aspek Sarana dan Prasarana : Arif Rahmadani (041764296)
Zainuddin (041770956)
Koord. Aspek Ekonomi : Syarifah Nafisah (041771173)
Koord. Aspek Lembaga dan Pembiayaan : Ahmad Romadhona (041766852)

29
Struktur Organisasi Pelaksaan Kegiatan

Pelindung Penanggung Jawab

Pembimbing
Diana Mayasari, S.Kom., MT., M.Si

Ketua
Feri Fadli

Sekretaris Bendahara Koord. Perizinan Koord. Data Kood. Peta


Sekunder
Syarifah Nafisah Ahmad M. Aulia R.A Hendrik Efianto
Romadhona Jepi Ariansyah

Koord. Aspek Fisik Koord. Aspek Koord. Aspek Sarana dan Koord. Aspek Koord. Aspek
dan Lingkungan Kependudukan Prasarana Ekonomi Lembaga dan
Pembiayaan
Arif Rahmadani Zainuddin - Arif Rahmadani Syarifah Nafisah
- Zainuddin Ahmad
Romadhona

30
DAFTAR PUSTAKA
Buku Modul Universitas Terbuka, Perencanaan Wilayah dan Kota-PWKL4201
https://accurate.id/marketing-manajemen/pengertian-perencanaan/
https://blud.co.id/wp/badan-layanan-umum-daerah-8/
https://mediamerahputih.id/baca-705-berikut-dasar-hukum-pengelolaan-sampah-yang-
berhak-diketahui-warga
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/40694
https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-18-2008-pengelolaan-sampah
https://adoc.pub/akhmad-fadillah-1-kata-kunci-implementasi-perda-samarinda-02.html
https://pelayanan.jakarta.go.id/download/regulasi/undang-undang-nomor-18-tahun-2008-
tentang-pengelolaan-sampah.pdf
https://news.detik.com/berita/d-4850130/metode-pengumpulan-data-kuantitatif-dan-
kualitatif
https://kec-sungai-pinang.samarindakota.go.id/upload/documents/sungai-pinang/2022-
04/14/dokumen-rencana-strategis-renstra-tahun-2021-kecamatan-sungai-pinang-
eRgif.pdf14.5.2022:21.25
Jurnal Spasial Volume.5 No2. 2018 ISSN : 2442-3262 Program Study Perencanaan
Wilayah dan Kota 220 ANALISIS KETERSEDIAN PRASARANA PERSAMPAHAN DI
PULAU KUMO DAN PULAU KAKARA DI KABUPATEN HALMAHERA UTARA Joflius
Dobiki/14.5.2022:21.25
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/3723/4/Chapter%202.pdf /14.5.2022:21.25
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005)
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial (Surabaya: Airlangga, 2001),
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta, Rineka
Cipta, 2006),
Sutrisno Hadi, Metodologi Research. (Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM, 1983),
Nasution, Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif, (Bandung: Tarsito, 1988),
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005),
Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004),
H. Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasia, 1996)

31
LAMPIRAN

32

Anda mungkin juga menyukai