Anggota:
Averina I. Wibowo – 15415070
Farijzal Arrafisena – 15416016
Fadhil Hanif – 15416024
Audrey Wilona T. C. – 15416048
Asrifa Desfianti – 15416052
Muhammad Habibi – 15416088
Mochamad Syahreza R. – 15416100
Dosen Pengampu:
Dr.Eng. Puspita Dirgahayani, ST. M.Eng.
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Penstrukturan Kerangka Evaluasi Program Kang PisMan ................... 11
Tabel 4.1 Kelebihan dan Kekurangan Evaluasi .................................................... 14
Tabel 4.2 Identifikasi Stakeholders ...................................................................... 17
Tabel 4.3 Pemetaan Stakeholders ......................................................................... 18
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Peta Wilayah Studi Kota Bandung ................................................... 3
Gambar 4.1 Penstrukturan Masalah Program Kang PisMan ................................ 20
Gambar 4.2 Penstrukturan Tujuan Program Kang PisMan .................................. 21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran,
ruang lingkup, dan sistematika pembahasan.
1
program Kang PisMan selama kurang lebih satu tahun, penulis akan melakukan evaluasi
terhadap pengimplementasian program Kang PisMan dengan pendekatan pseudo untuk melihat
ketercapaian pelaksanaan program ini di Kota Bandung.
1.2 Rumusan Masalah
Pada program Kang PisMan, berdasarkan latar belakang sebelumnya bahwa terdapat
beberapa permasalahan yang ingin diselesaikan dan nilai yang ingin dicapai. Oleh karena itu,
rumusan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Bagaimana kesesuaian program Kan
PisMan dalam pelaksanaan programnya di Kota Bandung dengan pendekatan evaluasi
pseudo?”
1.3 Tujuan dan Sasaran
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyusun kerangka evaluasi pelaksanaan
program Kang PisMan melalui pendekatan evaluasi semu (pseudo). Adapun sasaran dari
penelitian ini adalah:
a. Mengidentifikasi stakeholder yang terkait dalam program Kang PisMan
b. Mengidentifikasi permasalahan dan tujuan dari program Kang PisMan
c. Mengetahui kerangka evaluasi program Kang PisMan
d. Mengetahui hasil evaluasi semu program Kang PisMan
1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup mejelaskan tentang batasan dari evaluasi yang akan dilakukan. Dalam
penelitian ini, ruang lingkup studi terbagi menjadi 2, yaitu ruang lingkup wilayah dan ruang
lingkup materi.
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup penelitian wilayah merupakan batasan geografis wilayah yang menjadi
objek studi. Wilayah yang akan menjadi objek studi adalah Kota Bandung yang menjadi
wilayah pelaksanaan program Kang PisMan.
2
Gambar 1.1 Peta Wilayah Studi Kota Bandung
3
1.5 Sitematika Pembahasan
Sistematika yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada pendahuluan memuat tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran
penelitian,ruang lingkup, dan sistematika pembahasan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Pada bab kajian pustaka membahas tentang kajian metodologi terkait semua metode evaluasi
dan kajian substansi yang memuat tentang kebijakan program yang diteliti.
BAB III METODOLOGI DAN KERANGKA EVALUASI
Pada bab ini menjelaskan tentang tujuan dari “Kebijakan Program Kang PisMan”, pendekatan
evaluasi, metode pengukuran indikator atau tolak ukur, serta sumber daya indikator atau tolak
ukur.
BAB IV ANALISIS DAN DISKUSI
Pada bab analisis dan diskusi ini membahas mengenai evaluasi berdasarkan kerangka evaluasi,
kelebihan kekurangan evaluasi, resiko evaluasi, penstrukturan masalah, pentstukturan tujuan,
dan analisis stakeholder.
BAB V PENUTUP
Pada bab penutup ini menjelaskan tentang kesimpulan dari penelitian terkait evaluasi
“Kebijakan Program Sejuta Rumah” dan rekomendasi terhadap penelitian tersebut.
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini menjelaskan tentang kajian metodologi secara umum untuk semua metode
evaluasi yang digunakan dan kajian substansi yang memuat tentang program yang penulis ambil
sebagai bahan kajian.
5
analitis yang digunakan untuk menghasilkan informasi mengenai sebab atau akibat dari suatu
kebijakan maupun program.
Monitoring yang dilakukan memiliki 4 fungsi, yaitu:
a) Compliance
Menentukan apakah output dari sebuah program atau kebijakan sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan oleh lembaga yang berwenang.
b) Auditing
Mengetahui apakah manfaat dari suatu program atau kebijakan telah sampai
kepada kelompok sasaran yang diinginkan.
c) Accounting
Mengetahui apakah hasil dari pelaksanaan program atau kebijakan telah
mampu meningkatkan kualitas hidup sosial - ekonomi.
d) Explanation
Menjelaskan perbedaan hasil dari beberapa program maupun kebijakan yang
berbeda yaitu program atau kebijakan mana yang lebih baik, bagaimana
program ataupun kebijakan tersebut diterapkan, dan lain sebagainya.
6
2. Tingkatkan kesehatan pribadi dan keluarga anda akan membeli produk di tas dan
wadah sendiri.
3. Uang cadangan
Memiliki uang cadangan
4. Memiliki lebih banyak waktu dan ruang
Tidak perlu menghabiskan akhir pekan untuk memilah-milah semua sampah.
5. Lebih menyenangkan
Mencari alternatif dan bertukar resep dan ide dengan orang lain
6. Ambil kembali kendali
Menentang kampanye pemasaran dan mengambil kembali kendali atas apa dan
bagaimana Anda membeli
Sistem 3R
Semua mahluk hidup pasti sangat membutuhkan lingkungan untuk dapat dijadikan tempat
untuk mereka hidup. Lingkungan hidup sangat bermanfaat dalam memenuhi segala kebutuhan
makhluk hidup, terutama manusia. Pemanfaatan lingkungan yang berlebihan tanpa diimbangi
dengan dilakukannya pemeliharaan lingkungan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan.
Salah satu contoh kerusakan lingkungan adalah lingkungan hidup yang didominasi dan
dipenuhi dengan sampah-sampah yang menumpuk. Sampah yang menumpuk ini akan membuat
lingkungan menjadi rusak dan tercemar. Salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk menjaga
lingkungan hidup agar tidak dipenuhi dengan sampah adalah dengan penerapan sistem 3R yaitu
Reuse, Reduce, dan Recycle.
Sistem 3R merupakan sistem yang dapat dikatakan mudah untuk dilakukan karena sistem
3R ini dapat dilakukan oleh setiap orang di dalam kehidupannya sehari-hari. Sistem 3R dapat
lebih dijelaskan sebagai berikut:
1. Reuse
Reuse dapat diartikan sebagai pemakaian dan penggunaan kembali sampah yang masih
layak dan dapat digunakan untuk fungsi yang sama maupun fungsi lainnya. Hal ini dapat
mengurangi sampah yang menumpuk, karena sebagian dari sampah tersebut digunakan dan
dimanfaatkan kembali. Contohnya adalah pemanfaatan kembali kertas yang masih dapat
digunakan (memiliki space kosong yang masih dapat digunakan untuk menulis).
2. Reduce
Reduce merupakan pengurangan penggunaan barang-barang yang nantinya akan
berpotensi menjadi sampah yang menumpuk. Reduksi sampah ini merupakan sebuah upaya
untuk mengurangi sampah yang menumpuk yang dapat dilakukan sebelum terjadinya
penumpukan sampah. Contohnya adalah membawa tas sendiri untuk digunakan saat
berbelanja di supermarket, hal ini dapat mereduksi penggunaan sampah plastik yang akan
menumpuk apabila tidak direduksii dari awal.
7
3. Recycle
Recycle merupakan kegiatan mendaur ulang kembali sampah-sampah yang ada dan yang
tidak dapat berguna lagi. Contohnya adalah dengan mengolah kertas menjadi bubur kertas,
lalu kemudian bubur kertas tersebut diolah kembali menjadi kertas sehingga dapat kembali
digunakan dan bermanfaat.
Dampak Permasalahan Sampah
Secara umum, pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menjadi
sumber pencemaran air pemukiman, sumber pencemaran udara, menjadi tempat berkembang
dan sarang dari serangga dan binatang pengerat, serta menjadi tempat hidup dari kuman yang
membahayakan kesehatan (Wahit Iqbal Mubarak dan Nurul Chayatin, 2009:277). Sampah
berdampak pada pencemaran lingkungan yang meliputi:
1. Dampak Sampah terhadap Lingkungan
Ditinjau dari segi keseimbangan lingkungan, kesehatan, keamanan, pencemaran,
apabila sampah tidak dikelola dengan baik menurut Hadiwiyoto (1983) dapat menimbulkan
berbagai gangguan antara lain:
a. Sampah dapat menimbulkan pencemaran udara karena mengandung gas-gas yang
terjadi
b. Sampah yang bertumpuk-tumpuk dapat menimbulkan kondisi dari segi fisik dan
kimia yang tidak sesuai dengan lingkungan normal, yang dapat mengganggu
kehidupan di lingkungan sekitarnya.
c. Di daerah sekitar pembuangan sampah akan terjadi kekurangan oksigen
d. Gas-gas yang dihasilkan selama degradasi sampah dapat membahayakan kesehatan
karena kadang proses pembusukan ada mengeluarkan gas beracun
e. Dapat menimbulkan berbagai penyakit
f. Secara estetika sampah tidak dapat digolongkan sebagai pemandangan yang
nyaman untuk dinikmati
2. Dampak Sampah terhadap Pencemaran Udara
Sampah yang menumpuk dan tidak segera diangkut merupakan sumber bau yang tidak
sedap memberikan efek buruk bagi daerah sensitif disekitarnya seperti perumahan,
perbelanjaan. Rekreasi, dan lain-lain.
3. Dampak Sampah terhadap Pencemaran Tanah
Pembuangan sampah yang tidak dilakukan dengan baik misalnya di lahan kosong atau
TPA yang dioperasikan secara sembaranngan akan menyebabkan lahan setempat
mengalami pencemaran akibat tertumpuknya sampah organik dan mungkin juga yang
mengandung B3.
8
4. Dampak Sampah terhadap Gangguan Estetika
Lahan yang terisi sampah secara terbuka akan menimbulkan kesan pandangan yang
sangat buruk sehingga mempengaruhi estetika lingkungan sekitarnya.
5. Dampak Sampah terhadap Kemacetan Lalu Lintas
Lokasi penempatan sarana prasarana pengumpulan sampah biasanya berdekatan
dengan sumber potensial seperti pasar, pertokoan, dan lain-lain serta kegiatan bongkar muat
sampah berpotensi menimbulkan gangguan lalu lintas.
6. Dampak Sampah terhadap Kesehatan
Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai merupakan tempat yang cocok
bagi organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat
menimbulkan penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai
berikut:
a. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus berasal dari
sampah dengan pengelolaan tidak tepat bercampur dengan air minum.
b. Penyakit demam berdarah dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang
pengelolaan sampahnya kurang memadai
c. Penyakit jamur juga dapat menyebar
d. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan
e. Sampah beracun
9
lama untuk terurai. Oleh karena itu, diperlukan proses mengolah sampah plastik sehingga bisa
dimanfaatkan kembali dan dapat mengurangi jumlahnya.
10
BAB III
METODOLOGI DAN KERANGKA EVALUASI
Pada bab ini menjelaskan tentang tujuan dari “Kebijakan Program Kang PisMan”,
pendekatan evaluasi, metode pengukuran indikator atau tolak ukur, sumber daya indikator atau
tolak ukur, penstrukturan masalah, pentstukturan tujuan, dan analisis stakeholder.
3.1 Tujuan Program Kang Pis Man
Berdasarkan website program Kang PisMan, terdapat tiga tujuan yang menjadi value
system dalam program ini, antara lain:
1. Sampah sebagai sumber penyakit akibat sampah yang tercampur dapat menurutn
(pemilahan sampah)
2. Sampah memiliki nilai tambah ekonomi (manfaatkan)
3. Pengelolaan sampah lebih maju bersih, sehat, serta bebas penyakit (kurangi)
3.2 Kerangka Evaluasi
Kerangka evaluasi pada penelitian ini didapatkan melalui asumsi kriteria yang digunakan
terhadap value system yang telah didtetapkan pada program Kang Pisman. Berikut merupakan
kriteria, indikator, dan tolak ukur Kerangka evaluasi yang kami jadikan tolak ukur dalam
mekakukan evaluasi.
Tabel 3.1 Penstrukturan Kerangka Evaluasi Program Kang PisMan
Stakeholder
No Value Kriteria Indikator Kebutuhan Data
Terkait
11
Setyowati
Sabella,
2013
12
sampah teknologi tepat untuk
meningkat guna untuk jumlah
3. Adanya pengolahan masyarakat
penyediaan sampah (pelaku
teknologi 4. Jumlah sampah usaha)
tepat guna yang dibawa ke dalam
untuk TPA pengelolaan
pengolahan sampah)
sampah
4. Jumlah
sampah
yang
dibawa ke
TPA
berkurang
Sumber:
strategi
percepatan
pengelolaan
persampahan,
KEMENKO
Perekonomian
Dan Teori
Aboejoewono
13
BAB IV
ANALISIS DAN DISKUSI
Kelebihan Kekurangan
Hasil mudah diterima oleh publik karena Membutuhkan waktu untuk mengumpulkan data
berbentuk deskripsi dan nantinya dapat
lebih mudah dalam penyajian tergantung
bahasa
Pendekatan Pseudo tidak terlalu rumit Tidak dapat mengetahui dampak yang akan terjadi
dalam menentukan kriteria evaluasi karena setelahnya, hanya mengetahui sesuai atau
tidak kontroversial dalam menentukan nilai tidaknya suatu program dilaksanakan
sistem yang ingin dicapai
14
Kelebihan Kekurangan
Berdasarkan Kerangka Evaluasi, terdapat tiga value systems yang akan dicapai dengan
adanya program Kang PisMan ini. Value systems tersebut adalah sampah sebagai sumber
penyakit akibat sampah yang tercampur dapat menurun, sampah memiliki nilai tambah, dan
pengelolaan sampah lebih maju dan lebih bersih, sehat, serta bebas penyakit. Sebagai contoh
untuk mencapai penurunan penyakit akibat sampah yang tercampur, dibutuhkannya dua tolak
ukur yaitu dengan melihat angka masyarakat terkena penyakit perut dan kulit serta angka
masyarakat terkena gangguan pernafasan yang menurun. Oleh karena itu, dibutuhkannya data
bulanan tersebut sebelum diterapkan program Kang PisMan dan setelah diterapkannya. Untuk
melakukan analisis, dibutuhkan data setiap bulan mulai dari sebelum diterapkannya program
hingga setelah diterapkannya Program Kang Pisman. Data yang dibutuhkan adalah sebagai
berikut:
1. Angka Masyarakat Terkena Penyakit Perut dan Kulit
2. Angka Masyarakat Terkena Gangguan Pernafasan (Asma, Kanker Paru-paru)
3. Jumlah sampah yang masuk ke Bank Sampah per bulan semenjak program
diimplementasikan
4. Jumlah penambahan TPS 3R dan Bank Sampah
5. Jumlah penyuluhan terkait pengolahan kembali sampah
6. Jumlah industri pengolah sampah
7. Jumlah timbulan sampah
8. Jumlah masyarakat dalam pengelolaan sampah
9. Jumlah penyediaan teknologi tepat guna untuk pengolahan sampah
10. Jumlah sampah yang dibawa ke TPA
Jika sudah didapat data-data yang dibutuhkan tadi, setiap data tersebut akan diilustrasikan
dalam bentuk grafik, sehingga dapat terlihat bagaimana dampak dari program Kang PisMan.
Apakah terjadi penurunan atau kenaikan angka sehingga dapat disimpulkan bagaimana dampak
yang dihasilkan akibat adanya Program Kang PisMan. Jika mengalami penurunan, sebaiknya
pemerintah atau para stakeholder yang menjadi penanggung jawab program Kang PisMan
mengadakan evaluasi dan melakukan tindakan untuk menaikkan kualitas dan keberhasilan
program Kang PisMan ini. Stakeholder terakait Program KangPisMan diketahui berdasarkan
analisis selanjutnya yang dilakukan melalui analisis stakeholder, dengan tujuan mengetahui
15
aktor terkait program Kang PisMan.
16
Tabel 4.2. Identifikasi Stakeholders
Pengaruh
Program
pada Interest Influence
Stakeholders Tujuan Tujuan (0-5) (0-5)
+ 0 -
17
Pengaruh
Program
pada Interest Influence
Stakeholders Tujuan Tujuan (0-5) (0-5)
+ 0 -
Perguruan
Tinggi (ITB, Aktif berkolaborasi dengan Pemkot v 5 3
UPI, Bandung yaitu dengan turut berinovasi
UNISBA, terkait pengelolaan sampah (misalnya
STIA, pengembangan teknologi pengolahan
POLBAN) sampah) dan mengedukasi masyarakat
mengenai Kang PisMan.
Sumber : Hasil Analisis, 2019
Interest
ANALISIS
STAKEHOLDERS Tidak Kurang Cukup Sangat
Penting
Penting Penting Penting Penting
Tidak
Berpengaruh
Kurang
Berpengaruh
Influence
Duta Kang Perguruan
Cukup Pisman, Tinggi
Berpengaruh APRINDO
Jawa Barat
18
Berpengaruh
Pegadaian Walikota
Bandung,
DLHK, PD
Sangat
Kebersihan,
Berpengaruh
Masyarakat,
Balad Kang
Pisman
Sumber : Hasil Analisis, 2019
19
4.3 Penstrukturan Masalah
Selanjutnya merupakan tahapan penstrukturan masalah dari program ini, harapannya
adalah dapat menjadi evaluasi dan masukan untuk rekomendasi kedepannya program ini di
optimalkan.
Gambar 4.1 Penstrukturan Masalah Program Kang Pisman
Berdasarkan hasil analisis dengan meninjau dari media populer, jurnal, dan juga data
statistik, diketahui bahwa Program Kang Pisman yang mana bertujuan untuk membangun
peradaban baru dalam pengolahan sampah yang lebih maju melalui upaya pengurangan,
pemilahan, dan pemanfaatan sampah dinyatakan belum optimal dalam keberjalanannya. Hal
tersebut dibuktikan dengan data yang menyatakan pengurangan timbulan sampah di Kota
Bandung yang belum signifikan. Dari ditetapkannya program Kang Pisman hingga tahun 2019,
timbulan sampah di Kota Bandung hanya berkurang sebesar 4%. Sedikitnya pengurangan
timbulan sampah terjadi karena partisipasi masyarakat dalam program Kang Pisman yang
masih rendah dikarenakan pengetahuan, skill, dan awareness masyarakat terkait pengelolaan
sampah masih kurang. Sehingga untuk kedepannya, untuk mengintervensi hal ini diperlukan
penyuluhan terkait pengelolaan sampah secara rutin agar dapat menumbuhkan rasa awareness
kepada masyarakat Kota Bandung untuk menjalani program ini.
Belum signifikannya pengurangan timbulan sampah di Kota Bandung juga disebabkan
karena pengolahan sampah masih rendah. Hal tersebut dibuktikan dengan masih sedikitnya
jumlah UMKM/IKM/Masyarakat yang mengolah sampah untuk dijadikan suatu produk bernilai
yang dapat dijual. Rendahnya UMKM/IKM/Masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan
20
pengolahan sampah terjadi dikarenakan belum adanya bantuan peralatan/teknologi yang
mampu menunjang kegiatan pengolahan sampah. Selain itu, juga dkarenakan pengetahuan,
skill, dan awareness masyarakat untuk mengolah sampah masih rendah. Sehingga, intervensi
yang dapat dilakukan pemerintah dan stakeholder terkait adalah dengan memberikan investasi
dan modal internal dalam penyediaan sarana pengolahan sampah, serta penyuluhan terkait
pengolahan sampah.
Isu belum optimalnya program Kang Pisman dalam mengurangi timbulan sampah di Kota
Bandung juga dibuktikan dengan data yang menyatakan bahwa masih banyaknya masyarakat
Kota Bandung yang terdampak penyakit perut, kulit, dan gangguan pernafasan akibat sampah.
Jenis sampah yang memunculkan wabah penyakit adalah sampah yang tercampur (belum
terpilah) dan dibuang tidak pada tempatnya. Sebagai contoh, sampah organik yang tidak
terkelola dengna baik akan menimbulkan bau tidak sedap dan menjadi sumber/media
perkembangbiakan vektor dan hewan pengerat yang nantinya akan meningkatkan penyakit
yang dibawa oleh vektor nyamuk (vektor borne disease) dan tikus (rondent borne disease).
Banyaknya sampah yang belum dipilah berdasarkan jenis sampahnya oleh masyarakat Kota
Bandung terjadi karena penyediaan fasilitas pengelolaan sampah berupa tong sampah, TPS/TPS
3R, dan sarana pengeangkutan sampah yang terdapah pemilahannya berdasrakan jenis sampah
masih sangat kurang. Hal tersebut disebabkan karena minimnya pembiayaaan dalam
penyediaan fasilitas pemilahan sampah pada sarana pengelolaan sampah.
21
Setelah mengetahui masalah pokok hingga akar masalah dari munculnya isu belum
optimalnya program Kang Pisman dalam mengurangi timbulan sampah di Kota Bandung, maka
diperlukan intervensi yang dilakukan oleh pemerintah dan stakeholder lain terkait. Tujuannya
adalah untuk mengoptimalkan program Kang Pisman dalam mengurangi timbulan Sampah di
Kota Bandung. Terdapat dua sasaran dalam mewujudkan tujuan tersebut, yaitu agar timbulan
sampah di Kota Bandung dapat menurun secara signifikan dan juga jumlah masyarakat Kota
Bandung yang terjangkit penyakit akibat sampah dapat berkurang. Untuk sasaran pertama dapat
dicapai dengan menerapkan beberapa strategi, antara lain dengan meningkatkan partisipasi
UMKM/IKM/Masyarakat untuk mengolah sampah hingga menjadi suatu produk bernilai.
Dengan dilakukannya hal tersebut, masyarakat dapat lebih peduli terhadap lingkungan
sekaligus juga menghasilan pendapatan lebih dari hasil pengolahan sampah. Program yang
dapat dilakukan dengan peningkatan investasi dan modal internal dalam menyediakan
pralatan/teknologi yang mampu menunjang kegiatan pengolahan sampah. Selain itu, sasaran
pertama dapat dicapai dengan melakukan strategi berupa peningkatan partisipasi masyarakat
dalam program Kang Pisman melalui program peningkatan frekuensi dan kualitas penyuluhan
terakit pengolahan sampah agar pengetahuan, skill, dan awareness masyarakat Kota Bandung
terkait pengolahan sampah dapat meningkat. Kemudian, untuk sasaran kedua, yaitu untuk
mengurangi jumlah masyarakat yang terjangkit penyakit akibat sampah, dapat dicapai dengan
menerapkan strategi berupa pengoptimalan kegiatan pemilahan sampah di Kota Bandung.
Program yang dilakukan adalah dengan peningkatan penyediaan sarana pengelolaan
persampahan (tong sampah, TPS, dan sarana pengangkutan sampah) yang terdapat
pemilahannya berdasarkan jenis sampah. Dengan dilakukannya hal-hal tersebut, dhirapkan
kedepannya program Kang Pisman dalam mengurangi timbulan sampah di Kota Bandung dapat
lebih optimal. Bagian ini bertujuan dalam rangka
22
Risikonya dalam proses kerangka evaluasi pada penelitian yang kami buat adalah data yang
menjadi kelemahan dapat menjadikan evaluasi tidak sesuai atau tidak tepat saran. Sehingga
diperlukan pencarian data atau teknik pengumpulan data yang valid dalam keberjalananya.
23
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil evaluasi dengan menggunakan metode Pseudo Evaluation, diketahui
bahwa implementasi program Kang Pisman di Kota Bandung yang bertujuan untuk mengurangi
timbulan sampah kota dengan melibatkan berbagai key stakeholders atau stakeholders penting
(Walikota Bandung, Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandung, PD Kebersihan Kota Bandung,
Masyarakat, serta Balad Kang Pisman) ternyata belum optimal. Hal tersebut ditinjau dari tolok
ukur 3 value system program Kang Pisman yang belum tercapai. Adapun value system program
Kang Pisman, yaitu sampah sebagai sumber penyakit akibat sampah yang tercampur dapat
menurun; sampah memiliki nilai tambah; dan pengelolaan sampah lebih maju dan lebih bersih,
sehat, serta bebas penyakit. Tolok ukur pada value system pertama dikatakan belum tercapai
dikarenakan masih banyaknya sampah yang belum dipilah berdasarkan jenis sampahnya dan
pembuangan sampah yang masih sembarang. Hal ini menyebabkan jumlah masyarakat Kota
Bandung yang terdampak penyakit akibat sampah justru meningkat. Oleh karena itu, intervensi
yang perlu dilakukan stakeholder terkait adalah dengan menyediakan fasilitas sarana
persampahan berupa tong sampah, TPS/TPS 3R, dan saran pengangkutan sampah yang
dilengkapi dengan pemilahan berdasarkan jenis sampah. Namun, selain intervensi dari
pemerintah juga diperlukan kesadaran masyarakat Kota Bandung untuk melakukan pemilahan
sampah dan membuang sampah pada tempatnya. Dengan demikian, jumlah masyarakat
terjangkit penyakit yang dibawa oleh vektor nyamuk dan hewan pengerat akibat sampah dapat
berkurang dan program Kang Pisman dapat optimal.
Kemudian, tolok ukur pada value system kedua dikatakan belum tercapai dikarenakan
masih sedikitnya UMKM/IKM/Masyarakat yang mengolah sampah menjadi suatu produk
bernilai. Minimnya bank sampah dalam mengelola sampah menjadi nilai ekonomi menjadi
salah satu belum tercapinya nilai yang ingin dicapai. Hal tersebut dapat diintervensi dengan
menyediakan bantuan peralatan/teknologi yang mampu menunjang kegiatan pengolahan
sampah dan penyuluhan/pelatihan terkait pengolahan sampah untuk meningkatkan
pengetahuan, skill, dan awareness masyarakat terhadap pentingnya pengolahan sampah dalam
rangka mengurangi timbulan sampah Kota Bandung. Dengan demikian, dapat mengurangi
timbulan sampah di Kota Bandung dan dapat membuat masyarakat lebih peduli terhadap
lingkungan sekaligus memberikan nilai tambah bagi masyarakat. Selanjutnya, tolok ukur pada
value system ketiga dikatakan belum tercapai sepenuhnya dikarenakan partisipasi masyarakat
dalam program Kang Pisman masih rendah. Hal tersebut dibuktikan dengan tingkat penurunan
jumlah timbulan sampah dari tahun 2018 (awal implementasi program Kang Pisman) hingga
24
tahun 2019 masih belum signifikan dan cenderung rendah, yaitu hanya sebesar 4%. Oleh karena
itu, diperlukan intervensi berupa penyuluhan terkait pengelolaan sampah.
25
DAFTAR PUSTAKA
MSWM Jepang
Teori Aboejoewono
https://zerowasteswitzerland.ch/wp-
content/uploads/2017/09/Guide_ZWS_Beginners_EN.pdf
Santoso, Slamet. Dampak Negatif Sampah terhadap Lingkungan dan Upaya Mengatasinya.
Purwokerto: Fakultas Biologi Unsoed Purwokerto.
Maulidah, Hanafiah. 2017. Analisis Potensi Nilai Ekonomi Sampah dalam Pengelolaan
Sampah berbasis Masyarakat (Studi Kasus: Bank Sampah Srikandi Berdikarim Desa
Pasarean, Kabupaten Bogor). Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian
Bogor.
iv