Anda di halaman 1dari 30

PL 4102 TEKNIK EVALUASI PERENCANAAN

EVALUASI PROGRAM KANG PISMAN KOTA BANDUNG


MENGGUNAKAN PENDEKATAN PSEUDO EVALUATION

Anggota:
Averina I. Wibowo – 15415070
Farijzal Arrafisena – 15416016
Fadhil Hanif – 15416024
Audrey Wilona T. C. – 15416048
Asrifa Desfianti – 15416052
Muhammad Habibi – 15416088
Mochamad Syahreza R. – 15416100

Dosen Pengampu:
Dr.Eng. Puspita Dirgahayani, ST. M.Eng.

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


SEKOLAH ARSITEKTUR, PERENCANAAN, DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BANDUNG
2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ....................................................................................................... i
DAFTAR TABEL ............................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1.Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3.Tujuan dan Sasaran ................................................................................... 2
1.4.Ruang Lingkup ......................................................................................... 2
1.5.Sistematika Pembahasan ........................................................................... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................................... 5
2.1. Kajian Metodologi ............................................................................................... 5
2.2. Kajian Substansi .................................................................................................. 6
BAB III METODOLOGI DAN KERANGKA EVALUASI ....................................... 11
3.1. Tujuan Program Kang Pis Man ........................................................................... 11
3.2. Kerangka Evaluasi ............................................................................................... 11
3.3. Metode Pengukuran ............................................................................................. 14
BAB IV ANALISIS DAN DISKUSI ............................................................................. 15
4.1. Pembahasan ......................................................................................................... 15
4.2. Analisis Stakeholders .......................................................................................... 17
4.3. Penstrukturan Masalah ........................................................................................ 21
4.4. Penstrukturan Tujuan........................................................................................... 23
4.5. Critical Review .................................................................................................... 24
BAB V PENUTUP .......................................................................................................... 25
5.1. Kesimpulan ........................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... iv

iv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Penstrukturan Kerangka Evaluasi Program Kang PisMan ................... 11
Tabel 4.1 Kelebihan dan Kekurangan Evaluasi .................................................... 14
Tabel 4.2 Identifikasi Stakeholders ...................................................................... 17
Tabel 4.3 Pemetaan Stakeholders ......................................................................... 18

ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Peta Wilayah Studi Kota Bandung ................................................... 3
Gambar 4.1 Penstrukturan Masalah Program Kang PisMan ................................ 20
Gambar 4.2 Penstrukturan Tujuan Program Kang PisMan .................................. 21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Pada bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran,
ruang lingkup, dan sistematika pembahasan.

1.1 Latar Belakang


Sampah merupakan permasalahan yang umum terjadi, terutama di kota-kota besar. Di
Bandung, pada tahun 2005, Bandung pernah disebut sebagai Bandung Lautan Sampah karena
tempat pembuangan akhir sampah di Leuwi Gajah pernah meluap yang menyebabkan korban
jiwa sejumlah 147 orang dan mengakibatkan jalanan dipenuhi sampah. TPA tersebut kemudian
dipindahkan ke TPA Sarimukti. Walaupun saat ini Bandung sudah terbebas dari sampah, masa
depan Bandung masih terancam karena setiap harinya ±1500 ton sampah dihasilkan di Kota
Bandung, timbulan ini setara dengan sampah setinggi 75 cm seluas lapangan sepak bola. Selain
itu TPA Sarimukti pun sudah hampir ditutup karena sudah hampir penuh. Menurut walikota
Bandung, Oded M. Danial, “Masalah sampah memiliki dimensi bom waktu, kita harus segera
menjinakkannya agar tidak meledak.” karena itu dia meluncurkan salah satu jalan keluar yang
dianggap dapat mengurangi potensi terjadinya permasalahan ini, yaitu Kang PisMan.
Kang PisMan diinisiasi pada tahun 2018 di Kota Bandung, yang terdiri dari gerakan dan
kolaborasi antara pemerintah, warga, swasta, dan lainnya dalam membangun peradaban baru
pengelolaan sampah. Gerakan Budaya Baru yang dilakukan dengan mengubah dari gerakan
kumpul, angkut, buang, menjadi kurangi (Kang), pisahkan (Pis), dan manfaatkan (Man) yang
menekankan pada pengurangan sejak dari sumber (Zero waste lifestyle dan 3R Reduce, Reuse,
Recycle).
Kegiatan Kurangi dilakukan dengan membiasakan diri dalam mengurangi penggunaan
kantong plastik, styrofoam dan bahan lain yang sulit diurai alam, menggunakan kembali
barang-barang yang masih bisa digunakan, membawa kantong belanja, serta tempat makan dan
minum sendiri ketika bepergian, dan menghabiskan makanan dan minuman. Kegiatan Pisahkan
dilakukan dirumah dengan memisahkan tempat sampah menjadi 3 jenis berbeda, yaitu jenis 1:
sampah sisa makanan dan tumbuhan, yang ditempatkan pada ember tertutup, jenis 2: kertas,
kaleng, gelas, dan botol plastik yang ditempatkan pada kotak kardus, dan jenis 3: sampah
lainnya yang ditempatkan pada tong sampah. Kegiatan terakhir, yaitu Manfaatkan yang
dilakukan dengan memanfaatkan sampah yang sudah dipisahkan sesuai jenisnya. Sampah jenis
1 dapat diolah ke dalam biopori, komposter, takakura, bata terawang, biodigester, magot BSF,
serta menjadi makanan ternak dan kascing. Sampah jenis 2 dalam dijadikan sedekah sampah
ataupun diberikan kepada bank sampah terdekat. Sampah jenis 3 dapat dibawa ke TPS untuk
kemudian diangkut ke Tempat Pemrosesan Akhir oleh PD Kebersihan. Setelah keberjalanan

1
program Kang PisMan selama kurang lebih satu tahun, penulis akan melakukan evaluasi
terhadap pengimplementasian program Kang PisMan dengan pendekatan pseudo untuk melihat
ketercapaian pelaksanaan program ini di Kota Bandung.
1.2 Rumusan Masalah
Pada program Kang PisMan, berdasarkan latar belakang sebelumnya bahwa terdapat
beberapa permasalahan yang ingin diselesaikan dan nilai yang ingin dicapai. Oleh karena itu,
rumusan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Bagaimana kesesuaian program Kan
PisMan dalam pelaksanaan programnya di Kota Bandung dengan pendekatan evaluasi
pseudo?”
1.3 Tujuan dan Sasaran
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyusun kerangka evaluasi pelaksanaan
program Kang PisMan melalui pendekatan evaluasi semu (pseudo). Adapun sasaran dari
penelitian ini adalah:
a. Mengidentifikasi stakeholder yang terkait dalam program Kang PisMan
b. Mengidentifikasi permasalahan dan tujuan dari program Kang PisMan
c. Mengetahui kerangka evaluasi program Kang PisMan
d. Mengetahui hasil evaluasi semu program Kang PisMan
1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup mejelaskan tentang batasan dari evaluasi yang akan dilakukan. Dalam
penelitian ini, ruang lingkup studi terbagi menjadi 2, yaitu ruang lingkup wilayah dan ruang
lingkup materi.
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup penelitian wilayah merupakan batasan geografis wilayah yang menjadi
objek studi. Wilayah yang akan menjadi objek studi adalah Kota Bandung yang menjadi
wilayah pelaksanaan program Kang PisMan.

2
Gambar 1.1 Peta Wilayah Studi Kota Bandung

Sumber: Hasil Olahan GIS, 2019


1.4.2 Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup substansi merupakan batasan materi yang akan dibahas. Materi yang
akan dibahas dalam penelitian ini adalah evaluasi kebijakan Program Kang Pis Man
dengan pendekatan evaluasi semu (pseudo). Penelitian ini, akan diawali dengan
pembahasan terkait kajian metodologi yang digunakan untuk evaluasi suatu kebijakan atau
program, dan diakhiri dengan kesimpulan terkait tentang ketercapaian dari “Kebijakan
Kang PisMan”.
Penelitian yang dibahas akan menitik beratkan pada kerangka evaluasi yang penulis
buat dengan pendekatan evaluasi semu (pseudo) terhadap “Kebijakan Program Kang
PisMan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang meliputi pembahasan tentang kriteria
evaluasi, idetifikasi masalah, tujuan, dan analisis stakeholder. Sehingga pada akhir analisis
akan diketahui kesimpulan apakah tujuan dari kebijakan program tersebut telah tercapai
atau belum.

3
1.5 Sitematika Pembahasan
Sistematika yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada pendahuluan memuat tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran
penelitian,ruang lingkup, dan sistematika pembahasan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Pada bab kajian pustaka membahas tentang kajian metodologi terkait semua metode evaluasi
dan kajian substansi yang memuat tentang kebijakan program yang diteliti.
BAB III METODOLOGI DAN KERANGKA EVALUASI
Pada bab ini menjelaskan tentang tujuan dari “Kebijakan Program Kang PisMan”, pendekatan
evaluasi, metode pengukuran indikator atau tolak ukur, serta sumber daya indikator atau tolak
ukur.
BAB IV ANALISIS DAN DISKUSI
Pada bab analisis dan diskusi ini membahas mengenai evaluasi berdasarkan kerangka evaluasi,
kelebihan kekurangan evaluasi, resiko evaluasi, penstrukturan masalah, pentstukturan tujuan,
dan analisis stakeholder.
BAB V PENUTUP
Pada bab penutup ini menjelaskan tentang kesimpulan dari penelitian terkait evaluasi
“Kebijakan Program Sejuta Rumah” dan rekomendasi terhadap penelitian tersebut.

4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini menjelaskan tentang kajian metodologi secara umum untuk semua metode
evaluasi yang digunakan dan kajian substansi yang memuat tentang program yang penulis ambil
sebagai bahan kajian.

2.1 Kajian Metodologi


Pendekatan Pseudo Evaluation
Evaluasi merupakan hal yang sudah tidak asing lagi di telinga kita, karena hal tersebut
kerap dilakukan di dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Purwanto, evaluasi merupakan
tindakan pemberian nilai terhadap kualitas tertentu dan dipandang sebagai proses
merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang diperlukan dalam membuat
alternatif-alternatif keputusan. Sedangkan menurut Rooijackers Ad, evaluasi merupakan
sebuah proses atau usaha dalam menentukan nilai, serta diartikan sebagai proses pemberian
nilai untuk keperluan-keperluan pengambilan keputusan. Maka, dapat disimpulkan bahwa
evaluasi merupakan sebuah pengukuran dan penilaian untuk suatu kebijakan maupun program
yang ada, sehingga pada akhirnya dapat diketahui apakah kebijakan atau program tersebut
berhasil diterapkan atau tidak, maupun penilaian manfaat dan juga kegunaan dari suatu
kebijakan ataupun program.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa pendekatan. Dunn (2003)
membagi pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan dalam melakukan evaluasi,
pendekatan tersebut adalah pseudo evaluation, formal evaluation, serta decision theoretic
evaluation. Ketiga pendekatan tersebut memiliki definisi dan cara yang berbeda dalam
melakukan evaluasi. Pendekatan evaluasi yang akan dibahas dengan lebih dalam pada laporan
ini adalah pseudo evaluation.
Pseudo Evaluation merupakan sebuah pendekatan evaluasi yang bersandarkan pada
informasi-informasi dan juga data-data yang bersifat self evident dan juga tidak kontroversial,
bersifat monitoring dan juga tidak secara spesifik dikaitkan dengan sistem nilai dari seseorang
maupun sekelompok orang. Pseudo Evaluation juga menggunakan metode-metode deskriptif
untuk dapat menghasilkan informasi yang dapat dapat diuji kebenarannya dan dapat dipercaya
mengenai hasil dari suatu kebijakan maupun program. Pesudo Evaluation menggunakan
asumsi bahwa ukuran mengenai manfaat, nilai, maupun kegunaan dari sebuah kebijakan
maupun sebuah program merupakan sesuatu yang dapat terbukti sendiri dan juga tidak bersifat
kontroversial. Pseudo Evaluation bersifat monitoring, dimana merupakan suatu prosedur

5
analitis yang digunakan untuk menghasilkan informasi mengenai sebab atau akibat dari suatu
kebijakan maupun program.
Monitoring yang dilakukan memiliki 4 fungsi, yaitu:
a) Compliance
Menentukan apakah output dari sebuah program atau kebijakan sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan oleh lembaga yang berwenang.
b) Auditing
Mengetahui apakah manfaat dari suatu program atau kebijakan telah sampai
kepada kelompok sasaran yang diinginkan.
c) Accounting
Mengetahui apakah hasil dari pelaksanaan program atau kebijakan telah
mampu meningkatkan kualitas hidup sosial - ekonomi.
d) Explanation
Menjelaskan perbedaan hasil dari beberapa program maupun kebijakan yang
berbeda yaitu program atau kebijakan mana yang lebih baik, bagaimana
program ataupun kebijakan tersebut diterapkan, dan lain sebagainya.

2.2 Kajian Substansi


Program Kang PisMan
Kang PisMan adalah sebuah program yang diluncurkan atas gerakan kolaborasi antara
pemerintah, swasta, masyarakat, dan lainnya dalam membangun peradaban baru dalam
pengolahan sampah yang lebih maju melalui upaya Kang (Kurangi), Pis (Pisahkan), Man
(Manfaatkan). Gerakan ini adalah program lanjutan dari program #NyaahKaBandung yang
sudah semakin bersih, namun Kota Bandung terancam dikarenakan sampah yang ditimbulkan
kurang lebih 1500 ton, sehingga akan membahayakan Kota Bandung. Trend pengelolaan
sampah semakin bergeser yang sebelumnya kumpul-angkut-buang menjadi budaya, sekarang
dengan program Kang PisMan harapannya masyakat dapat merubah gaya hidup masyarakat
dalam mengurangi sampah yang ditimbulkan (Zerowaste lifestyle dan 3R).
Zerowaste Lifestyle
Tujuan zerowaste lifestyle adalah untuk mengurangi limbah secara global. Ini terutama
bertujuan untuk mengurangi segalanya yang tidak dapat digunakan kembali atau didaur ulang.
Ini semua tentang belajar makan, minum, berpakaian, bermain, membersihkan atau bahkan
bekerja dengan cara yang bebas limbah. Itu tujuan utamanya adalah untuk menghindari
pengemasan yang tidak perlu, yang langsung menuju tempat sampah. Keuntungan yang akan
didapatkan dengan menerapkan zerowaste lifestyle adalah:
1. Memiliki jejak ekologis yang lebih baik, tidak akan lagi membuang plastik yang
berarti lebih sedikit plastik yang harus dibuang dibakar.

6
2. Tingkatkan kesehatan pribadi dan keluarga anda akan membeli produk di tas dan
wadah sendiri.
3. Uang cadangan
Memiliki uang cadangan
4. Memiliki lebih banyak waktu dan ruang
Tidak perlu menghabiskan akhir pekan untuk memilah-milah semua sampah.
5. Lebih menyenangkan
Mencari alternatif dan bertukar resep dan ide dengan orang lain
6. Ambil kembali kendali
Menentang kampanye pemasaran dan mengambil kembali kendali atas apa dan
bagaimana Anda membeli
Sistem 3R
Semua mahluk hidup pasti sangat membutuhkan lingkungan untuk dapat dijadikan tempat
untuk mereka hidup. Lingkungan hidup sangat bermanfaat dalam memenuhi segala kebutuhan
makhluk hidup, terutama manusia. Pemanfaatan lingkungan yang berlebihan tanpa diimbangi
dengan dilakukannya pemeliharaan lingkungan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan.
Salah satu contoh kerusakan lingkungan adalah lingkungan hidup yang didominasi dan
dipenuhi dengan sampah-sampah yang menumpuk. Sampah yang menumpuk ini akan membuat
lingkungan menjadi rusak dan tercemar. Salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk menjaga
lingkungan hidup agar tidak dipenuhi dengan sampah adalah dengan penerapan sistem 3R yaitu
Reuse, Reduce, dan Recycle.
Sistem 3R merupakan sistem yang dapat dikatakan mudah untuk dilakukan karena sistem
3R ini dapat dilakukan oleh setiap orang di dalam kehidupannya sehari-hari. Sistem 3R dapat
lebih dijelaskan sebagai berikut:
1. Reuse
Reuse dapat diartikan sebagai pemakaian dan penggunaan kembali sampah yang masih
layak dan dapat digunakan untuk fungsi yang sama maupun fungsi lainnya. Hal ini dapat
mengurangi sampah yang menumpuk, karena sebagian dari sampah tersebut digunakan dan
dimanfaatkan kembali. Contohnya adalah pemanfaatan kembali kertas yang masih dapat
digunakan (memiliki space kosong yang masih dapat digunakan untuk menulis).
2. Reduce
Reduce merupakan pengurangan penggunaan barang-barang yang nantinya akan
berpotensi menjadi sampah yang menumpuk. Reduksi sampah ini merupakan sebuah upaya
untuk mengurangi sampah yang menumpuk yang dapat dilakukan sebelum terjadinya
penumpukan sampah. Contohnya adalah membawa tas sendiri untuk digunakan saat
berbelanja di supermarket, hal ini dapat mereduksi penggunaan sampah plastik yang akan
menumpuk apabila tidak direduksii dari awal.

7
3. Recycle
Recycle merupakan kegiatan mendaur ulang kembali sampah-sampah yang ada dan yang
tidak dapat berguna lagi. Contohnya adalah dengan mengolah kertas menjadi bubur kertas,
lalu kemudian bubur kertas tersebut diolah kembali menjadi kertas sehingga dapat kembali
digunakan dan bermanfaat.
Dampak Permasalahan Sampah
Secara umum, pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menjadi
sumber pencemaran air pemukiman, sumber pencemaran udara, menjadi tempat berkembang
dan sarang dari serangga dan binatang pengerat, serta menjadi tempat hidup dari kuman yang
membahayakan kesehatan (Wahit Iqbal Mubarak dan Nurul Chayatin, 2009:277). Sampah
berdampak pada pencemaran lingkungan yang meliputi:
1. Dampak Sampah terhadap Lingkungan
Ditinjau dari segi keseimbangan lingkungan, kesehatan, keamanan, pencemaran,
apabila sampah tidak dikelola dengan baik menurut Hadiwiyoto (1983) dapat menimbulkan
berbagai gangguan antara lain:
a. Sampah dapat menimbulkan pencemaran udara karena mengandung gas-gas yang
terjadi
b. Sampah yang bertumpuk-tumpuk dapat menimbulkan kondisi dari segi fisik dan
kimia yang tidak sesuai dengan lingkungan normal, yang dapat mengganggu
kehidupan di lingkungan sekitarnya.
c. Di daerah sekitar pembuangan sampah akan terjadi kekurangan oksigen
d. Gas-gas yang dihasilkan selama degradasi sampah dapat membahayakan kesehatan
karena kadang proses pembusukan ada mengeluarkan gas beracun
e. Dapat menimbulkan berbagai penyakit
f. Secara estetika sampah tidak dapat digolongkan sebagai pemandangan yang
nyaman untuk dinikmati
2. Dampak Sampah terhadap Pencemaran Udara
Sampah yang menumpuk dan tidak segera diangkut merupakan sumber bau yang tidak
sedap memberikan efek buruk bagi daerah sensitif disekitarnya seperti perumahan,
perbelanjaan. Rekreasi, dan lain-lain.
3. Dampak Sampah terhadap Pencemaran Tanah
Pembuangan sampah yang tidak dilakukan dengan baik misalnya di lahan kosong atau
TPA yang dioperasikan secara sembaranngan akan menyebabkan lahan setempat
mengalami pencemaran akibat tertumpuknya sampah organik dan mungkin juga yang
mengandung B3.

8
4. Dampak Sampah terhadap Gangguan Estetika
Lahan yang terisi sampah secara terbuka akan menimbulkan kesan pandangan yang
sangat buruk sehingga mempengaruhi estetika lingkungan sekitarnya.
5. Dampak Sampah terhadap Kemacetan Lalu Lintas
Lokasi penempatan sarana prasarana pengumpulan sampah biasanya berdekatan
dengan sumber potensial seperti pasar, pertokoan, dan lain-lain serta kegiatan bongkar muat
sampah berpotensi menimbulkan gangguan lalu lintas.
6. Dampak Sampah terhadap Kesehatan
Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai merupakan tempat yang cocok
bagi organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat
menimbulkan penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai
berikut:
a. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus berasal dari
sampah dengan pengelolaan tidak tepat bercampur dengan air minum.
b. Penyakit demam berdarah dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang
pengelolaan sampahnya kurang memadai
c. Penyakit jamur juga dapat menyebar
d. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan
e. Sampah beracun

Nilai Ekonomi Sampah


Bentuk kepedulian masyarakat untuk mengurangi jumlah sampah adalah tindakan
masyarakat terhadap pengelolaan sampah untuk menghasilkan nilai tambah salah satunya
dengan melakukan pengelolaan terhadap sampah. Ditinjau dari segi ekonomi, pemanfaatan
sampah kota memiliki nilai ekonomis bila sampah tersebut diolah menjadi barang yang
berguna. Hal ini disebabkan karena adanya permintaan terhadap barang tersebut yang
umumnya diperlukan oleh pihak lain dengan cara mengolah kembali bahan-bahan bekas dari
sampah misalnya menjadi bahan baku industri atau barang kerajinan. Contoh pemanfaatan
sampah yang telah dilaksanakan secara umum di dunia diantaranya menjadi barang yang
berguna seperti membuat tas, baju, dan perlengkapan lainnya juga dapat membuat pupuk
organik dari sampah-sampah tersebut.
Menurut Handayani et all (2009), sampah memiliki nilai ekonomi yang berbeda-beda sesuai
dengan komposisi sampah masing-masing dan perlakuan sebelum penjualan. Jenis sampah
organik yang dapat didaur ulang diantaranya sampah sisa kegiatan rumah tangga) yaitu sayuran
dan buah-buahan yang dibuang dalam proses memasak. Sedangkan jenis sampah anorganik
yaitu sampah plastik, kertas, aluminium, kayu, sampah organik, ban bekas, dan lainnya.
Sampah plastik tidak dapat dibuang langsung ke tanah karena plastik membutuhkan waktu yang

9
lama untuk terurai. Oleh karena itu, diperlukan proses mengolah sampah plastik sehingga bisa
dimanfaatkan kembali dan dapat mengurangi jumlahnya.

Dasar Hukum (Peraturan Daerah Kota Bandung no 17 tahun 2012)


Peraturan Daerah Kota Bandung no 17 tahun 2012 berbicara mengenai pengurangan
kantong plastik. Peraturan daerah ini dibuat agar dapat menjadikan lingkungan Kota Bandung
menjadi lingkungan yang bersih dan sehat. Untuk dapat menerapkan peraturan ini, diperlukan
kesadaran dari seluruh masyarakat untuk dapat mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat.
Penggunaan kantong plastik sudah menjadi permasalahan terhadap lingkungan sehingga harus
ada upaya untuk mencegah dampak negatif dari kantong plastik tersebut agar dapat menjadikan
lingkungan bersih dan sehat.

10
BAB III
METODOLOGI DAN KERANGKA EVALUASI

Pada bab ini menjelaskan tentang tujuan dari “Kebijakan Program Kang PisMan”,
pendekatan evaluasi, metode pengukuran indikator atau tolak ukur, sumber daya indikator atau
tolak ukur, penstrukturan masalah, pentstukturan tujuan, dan analisis stakeholder.
3.1 Tujuan Program Kang Pis Man
Berdasarkan website program Kang PisMan, terdapat tiga tujuan yang menjadi value
system dalam program ini, antara lain:
1. Sampah sebagai sumber penyakit akibat sampah yang tercampur dapat menurutn
(pemilahan sampah)
2. Sampah memiliki nilai tambah ekonomi (manfaatkan)
3. Pengelolaan sampah lebih maju bersih, sehat, serta bebas penyakit (kurangi)
3.2 Kerangka Evaluasi
Kerangka evaluasi pada penelitian ini didapatkan melalui asumsi kriteria yang digunakan
terhadap value system yang telah didtetapkan pada program Kang Pisman. Berikut merupakan
kriteria, indikator, dan tolak ukur Kerangka evaluasi yang kami jadikan tolak ukur dalam
mekakukan evaluasi.
Tabel 3.1 Penstrukturan Kerangka Evaluasi Program Kang PisMan

Stakeholder
No Value Kriteria Indikator Kebutuhan Data
Terkait

1 Sampah Effectiveness 1. Angka 1. Jumlah Dinas


sebagai (Melihat Masyarakat masyarakat yang Kesehatan
sumber perubahan yang Terkena terdampak Kota
penyakit diinginkan Penyakit penyakit perut dan Bandung,
akibat kualitas Perut dan kulit Dinas
sampah kesehatan di Kulit 2. Jumlah Lingkungan
yang Kota Bandung) menurun masyarakat Hidup dan
tercampur 2. Angka terkena gangguan Kebersihan
dapat Masyarakat pernafasan akibat Kota
menurun Terkena sampah Bandung
Gangguan
Pernafasan
(Asma,
Kanker Paru-
paru)
menurun
Sumber:

11
Setyowati
Sabella,
2013

2 Sampah Effectiveness 1. Jumlah 1. Jumlah sampah Dinas


memiliki (Melihat sampah yang masuk ke Lingkungan
nilai perubahan yang yang masuk Bank Sampah per Hidup dan
tambah diinginkan ke Bank bulan semenjak Kebersihan
mengenai nilai Sampah program Kota
tambah sampah meningkat diimplementasikan Bandung,
di Kota 2. Penyediaan 2. Jumlah Pegadaian,
Bandung) bank penambahan TPS DLHK
sampah/TPS 3R dan Bank
3R Sampah
meningkat 3. Jumlah
3. Terlaksana penyuluhan terkait
penyuluhan pengolahan
terkait kembali sampah
pengolahan 4. Jumlah industri
kembali pengolah sampah
sampah
4. Jumlah
industri
hasil olahan
sampah
meningkat
Sumber: SNI
3242:2008
Pengelolaan
Sampah
Unilever Waste
Management
Permen KH RI
No 13 tahun
2012 tentang
3R
MSWM Jepang

3 Pengelolaan Effectiveness 1. Jumlah 1. Jumlah timbulan Dinas


sampah (Melihat timbulan sampah Lingkungan
lebih maju perubahan yang sampah 2. Jumlah Hidup dan
dan lebih diinginkan menurun masyarakat dalam Kebersihan
bersih, mengenai 2. Jumlah pengelolaan Kota
sehat, serta pengelolaan masyarakat sampah Bandung,
bebas sampah di Kota dalam 3. Jumlah ASPI
penyakit Bandung) pengelolaan penyediaan (khusus

12
sampah teknologi tepat untuk
meningkat guna untuk jumlah
3. Adanya pengolahan masyarakat
penyediaan sampah (pelaku
teknologi 4. Jumlah sampah usaha)
tepat guna yang dibawa ke dalam
untuk TPA pengelolaan
pengolahan sampah)
sampah
4. Jumlah
sampah
yang
dibawa ke
TPA
berkurang
Sumber:
strategi
percepatan
pengelolaan
persampahan,
KEMENKO
Perekonomian
Dan Teori
Aboejoewono

Sumber : Hasil Olahan, 2019

3.3 Metode Pengukuran


Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara data sekunder dan wawancara
melalui dinas lingkungan hidup kota Bandung maupun dinas terkait dan data statistik juga
media popular, serta kuesioner yang dilakukan kepada masyarakat di tingkat kelurahan.
Program Kangpisman merupakan program yang masih dalam tahap pelaksanaan oleh karena
itu pada penelitian ini program di evaluasi untuk mengetahui apakah program tersebut sesuai
dengan sistem nilai yang dibentuk di awal, dengan melihat kesesuaian masing-masing indikator
pada turunan nilai yang melekat didalamnya. Metode analisis menggunakan metode
interrupted time series analysis dengan membandingkan kondisi sebelum dan setelah adanya
kebijakan atau program dengan tujuan menilai apakah program tersebut sesuai dengan apa yang
diharapkan pada value system.

13
BAB IV
ANALISIS DAN DISKUSI

Pada bab ini akan menjelaskan mengenai analisis pembahasan pendekatan


evaluasi yang digunakan pada kebijakan atau program yang dipilih.
4.1 Pembahasan
Setelah melakukan Kerangka Evaluasi dari Program Kang PisMan, dikarenakan tidak
adanya data untuk melakukan metode analisis interrupted time series, maka dilakukan analisis
terhadap kelebihan maupun kekurangan daripada kerangka evaluasi yang telah dibuat.
Pendekatan Pseudo Evaluation yang kami terapkan dengan metode interrupted time series
analysis tentu memiliki kelebihan dan kekurangannya dalam mengevaluasi program Kang
PisMan. Kelebihan dan kekurangan dari evaluasi program Kang PisMan adalah sebagai
berikut.
Tabel 4.1 Kelebihan dan Kekurangan Evaluasi

Kelebihan Kekurangan

Hasil mudah diterima oleh publik karena Membutuhkan waktu untuk mengumpulkan data
berbentuk deskripsi dan nantinya dapat
lebih mudah dalam penyajian tergantung
bahasa

Pendekatan Pseudo tidak terlalu rumit Tidak dapat mengetahui dampak yang akan terjadi
dalam menentukan kriteria evaluasi karena setelahnya, hanya mengetahui sesuai atau
tidak kontroversial dalam menentukan nilai tidaknya suatu program dilaksanakan
sistem yang ingin dicapai

Dalam proses evaluasi karena datanya lebih ke


preferensi masyarakat untuk mengurangi,
memilah, dan memanfaatkan sampah itu bisa tidak
selaras antara trains of thoughts (kondisi ideal) dan
pelaksanaanya

Data mengenai pola penyerahan sampah ke bank


sampah dan data pemilahan sampah sulit untuk
didapatkan

Data mengenai kesehatan sulit untuk diukur secara

14
Kelebihan Kekurangan

valid karena masyarakat yang terdampak sakit


akibat timbulan sampah yang tercampur belum
tentu sesuai dengan sampel yang diambil.

Sumber : Hasil Analisis, 2019

Berdasarkan Kerangka Evaluasi, terdapat tiga value systems yang akan dicapai dengan
adanya program Kang PisMan ini. Value systems tersebut adalah sampah sebagai sumber
penyakit akibat sampah yang tercampur dapat menurun, sampah memiliki nilai tambah, dan
pengelolaan sampah lebih maju dan lebih bersih, sehat, serta bebas penyakit. Sebagai contoh
untuk mencapai penurunan penyakit akibat sampah yang tercampur, dibutuhkannya dua tolak
ukur yaitu dengan melihat angka masyarakat terkena penyakit perut dan kulit serta angka
masyarakat terkena gangguan pernafasan yang menurun. Oleh karena itu, dibutuhkannya data
bulanan tersebut sebelum diterapkan program Kang PisMan dan setelah diterapkannya. Untuk
melakukan analisis, dibutuhkan data setiap bulan mulai dari sebelum diterapkannya program
hingga setelah diterapkannya Program Kang Pisman. Data yang dibutuhkan adalah sebagai
berikut:
1. Angka Masyarakat Terkena Penyakit Perut dan Kulit
2. Angka Masyarakat Terkena Gangguan Pernafasan (Asma, Kanker Paru-paru)
3. Jumlah sampah yang masuk ke Bank Sampah per bulan semenjak program
diimplementasikan
4. Jumlah penambahan TPS 3R dan Bank Sampah
5. Jumlah penyuluhan terkait pengolahan kembali sampah
6. Jumlah industri pengolah sampah
7. Jumlah timbulan sampah
8. Jumlah masyarakat dalam pengelolaan sampah
9. Jumlah penyediaan teknologi tepat guna untuk pengolahan sampah
10. Jumlah sampah yang dibawa ke TPA
Jika sudah didapat data-data yang dibutuhkan tadi, setiap data tersebut akan diilustrasikan
dalam bentuk grafik, sehingga dapat terlihat bagaimana dampak dari program Kang PisMan.
Apakah terjadi penurunan atau kenaikan angka sehingga dapat disimpulkan bagaimana dampak
yang dihasilkan akibat adanya Program Kang PisMan. Jika mengalami penurunan, sebaiknya
pemerintah atau para stakeholder yang menjadi penanggung jawab program Kang PisMan
mengadakan evaluasi dan melakukan tindakan untuk menaikkan kualitas dan keberhasilan
program Kang PisMan ini. Stakeholder terakait Program KangPisMan diketahui berdasarkan
analisis selanjutnya yang dilakukan melalui analisis stakeholder, dengan tujuan mengetahui

15
aktor terkait program Kang PisMan.

4.2 Analisis Stakeholders


Analisis Stakeholders merupakan sebuah proses dalam mengumpulkan dan menganalisis
informasi kualitatif secara sistematis untuk dapat menentukan stakeholder apa saja yang perlu
diperhitungkan dalam mengembangkan atau mengimplementasikan sebuah kebijakan atau
program (Schmeer, 2015).
Melalui dilakukannya analisis ini, perubahan terhadap kebijakan terkait dapat dilakukan
selagi hal tersebut mengakomodasi kepentingan mereka dan memastikan kebijakan yang
dilakukan tidak hanya berkelanjutan namun juga secara politik realistis. Dalam melakukan
analisis ini, stakeholders didefinisikan sebagai aktor yang memiliki kepentingan terhadap
kebijakan atau program yang dibuat tersebut. Stakeholder yang terkait dapat dibedakan
berdasarkan kompleksitas dari kebijakan atau program yang disusun, dan dapat juga dalam
bentuk organisasi maupun individu. Meskipun demikian, secara umum, mereka dapat dibagi
dan digolongkan ke dalam sejumlah kategori yaitu Political Actors (Pemerintah), Public
Agencies (Kementerian), Interest Groups (Perserikatan atau Asosiasi), Private For Profit, Civil
Society (Akademisi), dan Users/Consumers.
Adapun dalam kebijakan Program Kang Pisman terdapat sejumlah stakeholders terkait
yang terbagi atas:
1. Political Actors: yakni Pemerintah Kota Bandung, khususnya Walikota Bandung
2. Public Agencies: yakni SKPD, khususnya Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan,
PD. Kebersihan Kota Bandung
3. Interest Groups: Balad Kang PisMan, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo
Jawa Barat)
4. Private for Profit: yakni BUMD seperti Pegadaian (persero)
5. Civil Society: Duta Kang PisMan, Perguruan Tinggi (ITB, UPI, UNISBA, STIA,
POLBAN)
6. User/Consumers: Masyarakat

16
Tabel 4.2. Identifikasi Stakeholders

Pengaruh
Program
pada Interest Influence
Stakeholders Tujuan Tujuan (0-5) (0-5)

+ 0 -

Walikota Peningkatan kesejahteraan v 5 5


Bandung masyarakat dengan mengatasi
permasalahan sampah (Perda No.17
Tahun 2012 ttg pengurangan
penggunaan kantong plastik)

DLHK Pelaksanaan kebijakan dalam v 5 5


mengatasi permasalahan sampah
dengan program Kang PisMan

PD. Mensosialisasikan program kang v 5 5


Kebersihan pisman, mengangkut sisa sampah
Kota yang tidak dapat dimanfaatkan
Bandung

Pegadaian Meningkatkan minat masyarakat v 4 5


untuk ikut serta dalam penyetoran
sampah anorganik di bank sampah

Masyarakat Mengurangi, memisahkan, dan v 5 5


memanfaatkan sampah.

Duta Kang Mengedukasi orang lain mengenai v 3 3


Pisman program Kang PisMan

Asosiasi Mengurangi penggunaan kantong v 3 3


Pengusaha plastik, melaksanakan kegiatan
Ritel kantong plastik berbayar
Indonesia
Jawa Barat
(aprindo
Jawa Barat)

17
Pengaruh
Program
pada Interest Influence
Stakeholders Tujuan Tujuan (0-5) (0-5)

+ 0 -

Balad Kang Menerapkan dan melaksanakan v 5 5


PisMan program Kang PisMan, mendorong
masyarakat untuk berperan aktif
dalam mengurangi, memilah dan
memanfaatkan sampah

Perguruan
Tinggi (ITB, Aktif berkolaborasi dengan Pemkot v 5 3
UPI, Bandung yaitu dengan turut berinovasi
UNISBA, terkait pengelolaan sampah (misalnya
STIA, pengembangan teknologi pengolahan
POLBAN) sampah) dan mengedukasi masyarakat
mengenai Kang PisMan.
Sumber : Hasil Analisis, 2019

Setelah dilakukan identifikasi stakeholders, didapatkan bahwa seluruh stakeholder


memiliki pengaruh yang positif terhadap program Kang Pisman. Untuk menentukan key
stakeholders yang memiliki kepentingan dan juga pengaruh, dilakukan pemetaan dengan cara
menentukan interest serta influence dari para stakeholders terkait.

Tabel 4.3 Pemetaan Stakeholders

Interest
ANALISIS
STAKEHOLDERS Tidak Kurang Cukup Sangat
Penting
Penting Penting Penting Penting

Tidak
Berpengaruh

Kurang
Berpengaruh
Influence
Duta Kang Perguruan
Cukup Pisman, Tinggi
Berpengaruh APRINDO
Jawa Barat

18
Berpengaruh

Pegadaian Walikota
Bandung,
DLHK, PD
Sangat
Kebersihan,
Berpengaruh
Masyarakat,
Balad Kang
Pisman
Sumber : Hasil Analisis, 2019

Dari dilakukannya pemetaan tersebut, diketahui bahwa masing-masing stakeholders


memiliki interest dan influence yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Ada stakeholders
yang cukup berpengaruh dan cukup penting, cukup berpengaruh dan sangat penting, sangat
berpengaruh dan penting, hingga stakeholders yang sangat berpengaruh dan sangat penting.
Diketahui bahwa key stakeholders atau stakeholders yang sangat berpengaruh dan
sangat penting untuk program Kang Pisman ini adalah Walikota Bandung, Dinas Lingkungan
Hidup Kota Bandung, PD Kebersihan Kota Bandung, Masyarakat, serta Balad Kang Pisman.
Sedangkan stakeholders lainnya terbagi menjadi beberapa kelompok, di kelompok yang cukup
berpengaruh dan cukup penting ada Duta Kang Pisman dan juga Asosiasi Pengusaha Ritel
Indonesia Jawa Barat, di kelompok cukup berpengaruh dan sangat penting ada Perguruan
Tinggi yang terdiri dari 5 perguruan tinggi yaitu ITB, UPI, UNISBA, STIA, POLBAN, dan di
kelompok sangat berpengaruh dan penting ada Pegadaian. Seluruh stakeholders tersebut
memiliki interest dan influence terhadap program Kang Pisman.

19
4.3 Penstrukturan Masalah
Selanjutnya merupakan tahapan penstrukturan masalah dari program ini, harapannya
adalah dapat menjadi evaluasi dan masukan untuk rekomendasi kedepannya program ini di
optimalkan.
Gambar 4.1 Penstrukturan Masalah Program Kang Pisman

Sumber: Hasil Analisis, 2019

Berdasarkan hasil analisis dengan meninjau dari media populer, jurnal, dan juga data
statistik, diketahui bahwa Program Kang Pisman yang mana bertujuan untuk membangun
peradaban baru dalam pengolahan sampah yang lebih maju melalui upaya pengurangan,
pemilahan, dan pemanfaatan sampah dinyatakan belum optimal dalam keberjalanannya. Hal
tersebut dibuktikan dengan data yang menyatakan pengurangan timbulan sampah di Kota
Bandung yang belum signifikan. Dari ditetapkannya program Kang Pisman hingga tahun 2019,
timbulan sampah di Kota Bandung hanya berkurang sebesar 4%. Sedikitnya pengurangan
timbulan sampah terjadi karena partisipasi masyarakat dalam program Kang Pisman yang
masih rendah dikarenakan pengetahuan, skill, dan awareness masyarakat terkait pengelolaan
sampah masih kurang. Sehingga untuk kedepannya, untuk mengintervensi hal ini diperlukan
penyuluhan terkait pengelolaan sampah secara rutin agar dapat menumbuhkan rasa awareness
kepada masyarakat Kota Bandung untuk menjalani program ini.
Belum signifikannya pengurangan timbulan sampah di Kota Bandung juga disebabkan
karena pengolahan sampah masih rendah. Hal tersebut dibuktikan dengan masih sedikitnya
jumlah UMKM/IKM/Masyarakat yang mengolah sampah untuk dijadikan suatu produk bernilai
yang dapat dijual. Rendahnya UMKM/IKM/Masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan

20
pengolahan sampah terjadi dikarenakan belum adanya bantuan peralatan/teknologi yang
mampu menunjang kegiatan pengolahan sampah. Selain itu, juga dkarenakan pengetahuan,
skill, dan awareness masyarakat untuk mengolah sampah masih rendah. Sehingga, intervensi
yang dapat dilakukan pemerintah dan stakeholder terkait adalah dengan memberikan investasi
dan modal internal dalam penyediaan sarana pengolahan sampah, serta penyuluhan terkait
pengolahan sampah.
Isu belum optimalnya program Kang Pisman dalam mengurangi timbulan sampah di Kota
Bandung juga dibuktikan dengan data yang menyatakan bahwa masih banyaknya masyarakat
Kota Bandung yang terdampak penyakit perut, kulit, dan gangguan pernafasan akibat sampah.
Jenis sampah yang memunculkan wabah penyakit adalah sampah yang tercampur (belum
terpilah) dan dibuang tidak pada tempatnya. Sebagai contoh, sampah organik yang tidak
terkelola dengna baik akan menimbulkan bau tidak sedap dan menjadi sumber/media
perkembangbiakan vektor dan hewan pengerat yang nantinya akan meningkatkan penyakit
yang dibawa oleh vektor nyamuk (vektor borne disease) dan tikus (rondent borne disease).
Banyaknya sampah yang belum dipilah berdasarkan jenis sampahnya oleh masyarakat Kota
Bandung terjadi karena penyediaan fasilitas pengelolaan sampah berupa tong sampah, TPS/TPS
3R, dan sarana pengeangkutan sampah yang terdapah pemilahannya berdasrakan jenis sampah
masih sangat kurang. Hal tersebut disebabkan karena minimnya pembiayaaan dalam
penyediaan fasilitas pemilahan sampah pada sarana pengelolaan sampah.

4.4 Penstrukturan Tujuan


Gambar 4.2 Penstrukturan Tujuan Program Kang Pisman

Sumber: Hasil Analisis, 2019

21
Setelah mengetahui masalah pokok hingga akar masalah dari munculnya isu belum
optimalnya program Kang Pisman dalam mengurangi timbulan sampah di Kota Bandung, maka
diperlukan intervensi yang dilakukan oleh pemerintah dan stakeholder lain terkait. Tujuannya
adalah untuk mengoptimalkan program Kang Pisman dalam mengurangi timbulan Sampah di
Kota Bandung. Terdapat dua sasaran dalam mewujudkan tujuan tersebut, yaitu agar timbulan
sampah di Kota Bandung dapat menurun secara signifikan dan juga jumlah masyarakat Kota
Bandung yang terjangkit penyakit akibat sampah dapat berkurang. Untuk sasaran pertama dapat
dicapai dengan menerapkan beberapa strategi, antara lain dengan meningkatkan partisipasi
UMKM/IKM/Masyarakat untuk mengolah sampah hingga menjadi suatu produk bernilai.
Dengan dilakukannya hal tersebut, masyarakat dapat lebih peduli terhadap lingkungan
sekaligus juga menghasilan pendapatan lebih dari hasil pengolahan sampah. Program yang
dapat dilakukan dengan peningkatan investasi dan modal internal dalam menyediakan
pralatan/teknologi yang mampu menunjang kegiatan pengolahan sampah. Selain itu, sasaran
pertama dapat dicapai dengan melakukan strategi berupa peningkatan partisipasi masyarakat
dalam program Kang Pisman melalui program peningkatan frekuensi dan kualitas penyuluhan
terakit pengolahan sampah agar pengetahuan, skill, dan awareness masyarakat Kota Bandung
terkait pengolahan sampah dapat meningkat. Kemudian, untuk sasaran kedua, yaitu untuk
mengurangi jumlah masyarakat yang terjangkit penyakit akibat sampah, dapat dicapai dengan
menerapkan strategi berupa pengoptimalan kegiatan pemilahan sampah di Kota Bandung.
Program yang dilakukan adalah dengan peningkatan penyediaan sarana pengelolaan
persampahan (tong sampah, TPS, dan sarana pengangkutan sampah) yang terdapat
pemilahannya berdasarkan jenis sampah. Dengan dilakukannya hal-hal tersebut, dhirapkan
kedepannya program Kang Pisman dalam mengurangi timbulan sampah di Kota Bandung dapat
lebih optimal. Bagian ini bertujuan dalam rangka

4.5 Critical Review


Pendekatan evaluasi semu ini memiliki beberapa kekurangan dalam proses evaluasi.
Evaluasi ini terkesan hanya mengidentifikasi kondisi nyatanya suatu program dan berpeluang
menghasilkan pertanyaan baru selama kerbelajanan evaluasi. Hal ini mengakibatkan evaluasi
bersifat pseudo atau semu hanya dapat mengevaluasi suatu kebijakan (baik regulasi, proyek,
maupun program) yang sifatnya lebih umum dan tanpa mengandung perdebatan atau mudahnya
semua penerima manfaat memahami akan tujuan dari diadakannya suatu kebijakan. Pendekatan
ini mengasumsikan bahwa nilai atau manfaat dari suatu kebijakan akan terbukti secara
sendirinya yang dirasakan secara langsung, nyatanya bahwa kebijakan yang terjadi khususnya
dalam bidang perencanaan wilayah dan kota sifatnya jangka Panjang, dan jika dalam jangka
waktu yang dekat sulit untuk diukur bahkan sulit untuk dirasakan dampaknya secara langsung.

22
Risikonya dalam proses kerangka evaluasi pada penelitian yang kami buat adalah data yang
menjadi kelemahan dapat menjadikan evaluasi tidak sesuai atau tidak tepat saran. Sehingga
diperlukan pencarian data atau teknik pengumpulan data yang valid dalam keberjalananya.

23
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil evaluasi dengan menggunakan metode Pseudo Evaluation, diketahui
bahwa implementasi program Kang Pisman di Kota Bandung yang bertujuan untuk mengurangi
timbulan sampah kota dengan melibatkan berbagai key stakeholders atau stakeholders penting
(Walikota Bandung, Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandung, PD Kebersihan Kota Bandung,
Masyarakat, serta Balad Kang Pisman) ternyata belum optimal. Hal tersebut ditinjau dari tolok
ukur 3 value system program Kang Pisman yang belum tercapai. Adapun value system program
Kang Pisman, yaitu sampah sebagai sumber penyakit akibat sampah yang tercampur dapat
menurun; sampah memiliki nilai tambah; dan pengelolaan sampah lebih maju dan lebih bersih,
sehat, serta bebas penyakit. Tolok ukur pada value system pertama dikatakan belum tercapai
dikarenakan masih banyaknya sampah yang belum dipilah berdasarkan jenis sampahnya dan
pembuangan sampah yang masih sembarang. Hal ini menyebabkan jumlah masyarakat Kota
Bandung yang terdampak penyakit akibat sampah justru meningkat. Oleh karena itu, intervensi
yang perlu dilakukan stakeholder terkait adalah dengan menyediakan fasilitas sarana
persampahan berupa tong sampah, TPS/TPS 3R, dan saran pengangkutan sampah yang
dilengkapi dengan pemilahan berdasarkan jenis sampah. Namun, selain intervensi dari
pemerintah juga diperlukan kesadaran masyarakat Kota Bandung untuk melakukan pemilahan
sampah dan membuang sampah pada tempatnya. Dengan demikian, jumlah masyarakat
terjangkit penyakit yang dibawa oleh vektor nyamuk dan hewan pengerat akibat sampah dapat
berkurang dan program Kang Pisman dapat optimal.
Kemudian, tolok ukur pada value system kedua dikatakan belum tercapai dikarenakan
masih sedikitnya UMKM/IKM/Masyarakat yang mengolah sampah menjadi suatu produk
bernilai. Minimnya bank sampah dalam mengelola sampah menjadi nilai ekonomi menjadi
salah satu belum tercapinya nilai yang ingin dicapai. Hal tersebut dapat diintervensi dengan
menyediakan bantuan peralatan/teknologi yang mampu menunjang kegiatan pengolahan
sampah dan penyuluhan/pelatihan terkait pengolahan sampah untuk meningkatkan
pengetahuan, skill, dan awareness masyarakat terhadap pentingnya pengolahan sampah dalam
rangka mengurangi timbulan sampah Kota Bandung. Dengan demikian, dapat mengurangi
timbulan sampah di Kota Bandung dan dapat membuat masyarakat lebih peduli terhadap
lingkungan sekaligus memberikan nilai tambah bagi masyarakat. Selanjutnya, tolok ukur pada
value system ketiga dikatakan belum tercapai sepenuhnya dikarenakan partisipasi masyarakat
dalam program Kang Pisman masih rendah. Hal tersebut dibuktikan dengan tingkat penurunan
jumlah timbulan sampah dari tahun 2018 (awal implementasi program Kang Pisman) hingga

24
tahun 2019 masih belum signifikan dan cenderung rendah, yaitu hanya sebesar 4%. Oleh karena
itu, diperlukan intervensi berupa penyuluhan terkait pengelolaan sampah.

25
DAFTAR PUSTAKA

SNI 3242:2008 Pengelolaan Sampah

Unilever Waste Management

Permen KH RI No 13 tahun 2012 tentang 3R

MSWM Jepang

Strategi Percepatan pengelolaan persampahan, KEMENKO Perekonomian

Teori Aboejoewono

https://zerowasteswitzerland.ch/wp-
content/uploads/2017/09/Guide_ZWS_Beginners_EN.pdf

Santoso, Slamet. Dampak Negatif Sampah terhadap Lingkungan dan Upaya Mengatasinya.
Purwokerto: Fakultas Biologi Unsoed Purwokerto.

Maulidah, Hanafiah. 2017. Analisis Potensi Nilai Ekonomi Sampah dalam Pengelolaan
Sampah berbasis Masyarakat (Studi Kasus: Bank Sampah Srikandi Berdikarim Desa
Pasarean, Kabupaten Bogor). Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian
Bogor.

Perda Kota Bandung No 17 tahun 2012

iv

Anda mungkin juga menyukai