Anda di halaman 1dari 51

Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | i

ii | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat


Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | iii
©2021 Perpusnas PRESS | URL : https://press.perpusnas.go.id
Gd. Perpustakaan Nasional RI, Jl. Salemba Raya No. 28A, Jakarta Pusat 10430
Telp. (021) 3922749, 3154864 | Faks. (021) 3101472

Tim Penyusun
Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat

Pembina : Kepala Perpustakaan Nasional RI


Pengarah : Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan
Penanggung Jawab : Kepala Pusat Analisis Perpustakaan dan Pengembangan Budaya Baca
Penasehat : Nelwati Sikumbang, M.Si.
Editor : Alfa Husna, SS., MP.

Penyusun : 1. R. Rahmat Romadon, S.Hum., M.Hum.


2. Hartoyo Darmawan, S.Sos., MM.
3. Ilsa Nurul Oktaviani, S.Hum.
4. Agus Djoko Suroso, SE.
5. Kaesthi Wiraningtyas, S.Hum.
6. Hikmah Nurida
7. Yaya Ofia Mabruri, S.Hum.
8. Ariningrum Sadariyah, S.Hum.

Narasumber : 1. Drs. H. Bambang Supriyo Utomo, M.Lib.


2. Dr. Dra. Luki Wijayanti, SS., M.Hum.
3. Chalin Antinia Agustin, S.Si., M.Si.

Desain & Ilustrasi : R. Rahmat Romadon, S.Hum., M.Hum.

Perpustakaan Nasional RI. Katalog Dalam Terbitan (KDT)


Pedoman pengukuran indeks pembangunan literasi masyarakat. Jakarta :
Perpustakaan Nasional RI, 2021.
xvi, 148 hlm. : ilus.; 21 cm.

Bibliografi : hlm. 143


ISBN 978-xxx-xxx-xxx-x

1. Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat – Buku pegangan, pedoman, dsb.


I. Perpustakaan Nasional
iv | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat
027.x
Cetakan I, Desember 2021

Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | v


vi | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat
Undang - Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan dalam pasal 21
ayat 3 menyatakan Perpustakaan Nasional RI bertanggung jawab melakukan
pembinaan perpustakaan dan gemar membaca dalam rangka mewujudkan
masyarakat pembelajar sepanjang hayat. Dalam rangka pembinaan
pengembangan dan pengelolaan perpustakaan, salah satunya meningkatkan
literasi dalam rangka mewujudkan masyarakat pembelajar sepanjang hayat,
Perpustakaan Nasional RI menyadari bahwa minat baca masyarakat Indonesia
belum sesuai harapan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum
secara utuh yang mencerminkan kondisi budaya baca masyarakat Indonesia.

Dalam pelaksanaan pembinaan perpustakaan dan gemar membaca tersebut


didukung dengan kajian mengenai kondisi minat baca pada saat ini dipandang
perlu untuk menyusun Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi
Masyarakat. Guna pencapaian hasil yang yang baik dalam pelaksanaan
pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat, Perpustakaan Nasional RI
menyusun Buku pedoman ini merupakan tindak lanjut dan penjabaran lebih
komprehensif dari hasil Kajian Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat Tahun
2020, khususnya pada perpustakaan Umum Daerah Provinsi. Pedoman ini
bertujuan untuk dapat digunakan sebagai acuan. Pedoman ini digunakan untuk
menyamakan pengertian, pola fikir, memberikan petunjuk administrasi dan
teknis kerja perpustakaan umum provinsi dan kabupaten/kota dalam melakukan
Kajian Budaya Baca Masyarakat. Agar kegiatan dapat berjalan tertib dan lancar

Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | vii


Kegiatan ini diharapkan dapat dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab
dalam usaha pembudayaan kegemaran membaca di Indonesia.

Semoga buku Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat


ini dapat menjadi acuan/referensi bagi Perpustakaan Nasional RI sebagai
perpustakaan pembina di level nasional, serta Dinas Perpustakaan Daerah
(provinsi dan kabupaten/kota) sebagai perpustakaan pembina semua jenis
perpustakaan yang ada di wilayahnya, dalam rangka melakukan pengukuran
angka Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat serta memberikan arahan serta
penjelasan yang komprehensif berkaitan dengan berbagai hal terkait metode
pengukuran guna mengakomodir keakuratan dan validitas hasil terhadap indeks
yang dihasilkan.

Jakarta, Desember 2021


Deputi Bidang Pengembangan
Sumber Daya Perpustakaan,

Drs. Deni Kurniadi, M.Hum.

viii | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat


KATA PENGANTAR …………………………………………………………………. vii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………… ix
DAFTAR TABEL & GAMBAR ……………………………………………………….. xi

A. LATAR BELAKANG …………………………………………………………….. 1


B. MAKSUD & TUJUAN …………………………………………………………... 2
C. DASAR HUKUM ………………………………………………………………… 3
D. SASARAN …………………………………………………………………….….. 4
E. RUANG LINGKUP …………………………………………………………….… 4
F. DAFTAR ISTILAH ……………………………………………………………….. 4

A. PENGERTIAN UMUM ………………………………………………………….. 9


B. RUMUS PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN LITERASI
MASYARAKAT ………………………………………………………………… 11
C. UNSUR PEMBANGUN LITERASI MASYARAKAT …………………………. 11
D. ASPEK MASYARAKAT ……………………………………………………..… 16
E. ANGKA PEMBAGI RASIO PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA ……….. 23
F. ANGKA KOREKSI BERDASARKAN TINGKAT KEPADATAN ………….… 24
G. TINGKATAN SKOR INDEKS PEMBANGUNAN LITERASI MASYARAKAT
................................................................................................................... 24
H. TAHAPAN PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN LITERASI
MASYARAKAT ………………………………………………………………... 25

Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | ix


A. PENGUKURAN SKOR IPLM LEVEL KABUPATEN/KOTA ………………… 29
B. PENGUKURAN SKOR IPLM LEVEL PROVINSI ………………………………
C. PENGUKURAN SKOR IPLM LEVEL NASIONAL …………………………….
D. SISTEMATIKA LAPORAN ……………………………………………………..

A. TABEL ANGKA PEMBAGI RASIO PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA ….


B. TABEL ANGKA KOREKSI BERDASARKAN TINGKAT KEPADATAN PENDUDUK
………………………………………………………………………
C. TABEL POPULASI, LUAS WILAYAH DAN TINGKAT KEPADATAN PENDUDUK
PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 2020 ………….
D. ANALISIS PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN LITERASI MASYARAKAT
TAHUN 2019-2021 ……………………………………………
E. TABEL SKOR INDEKS PEMBANGUNAN LITERASI MASYARAKAT LEVEL NASIONAL
DAN PROVINSI TAHUN 2021 ……………………………………
F. ANALISIS KOMPARASI SKOR INDEKS PEMBANGUNAN LITERASI MASYARAKAT DAN
TINGKAT KEGEMARAN MEMBACA MASYARAKAT TAHUN 2020-2021
……………………………………………………………..

x | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat


Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | xi
xii | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat
Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | xiii
xiv | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat
A. LATAR BELAKANG
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang
Perpustakaan menyebutkan bahwa perpustakaan memiliki fungsi sebagai
wahana pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi untuk
meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa, dengan tujuan
memberikan layanan kepada pemustaka, meningkatkan kegemaran
membaca, serta memperluas wawasan dan pengetahuan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa. Pada konteks ini, maka masyarakat
mempunyai hak yang sama untuk memperoleh akses ke perpustakaan dan
layanannya, serta memanfaatkan dan mendayagunakan fasilitas perpustakaan
dalam upaya peningkatan kualitas hidupnya.

Selaras dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014


tentang Pemerintahan Daerah serta Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun
2016 tentang Perangkat Daerah, perpustakaan menjadi urusan wajib yang
tidak berkaitan dengan kebutuhan dasar. Dengan demikian, pembangunan
perpustakaan kini telah menjadi urusan pemerintah daerah, baik level provinsi
maupun kabupaten/kota. Perpustakaan Nasional, selaku perpustakaan
pembina semua jenis perpustakaan, diamanatkan untuk mengawasi dan
mengevaluasi terkait pelaksanaan pembangunan perpustakaan di daerah
agar capaian dan dampak yang dihasilkan lebih efektif dan bermanfaat bagi
masyarakat sehingga mempunyai hak yang sama untuk memperoleh akses
terhadap berbagai sumber informasi serta memanfaatkan dan
mendayagunakan berbagai layanan dan fasilitas di perpustakaan dalam upaya
peningkatan kualitas hidupnya.

Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 1


Formulasi pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat memerlukan
adanya ketersediaan data yang akurat dan holistik tentang semua jenis
perpustakaan baik pada aspek koleksi, tenaga, sarana dan prasarana,
gedung, hingga pelayanan pemustaka. Dengan demikian, disparitas
pembangunan dapat diminimalisir serta sebaran perpustakaan dapat
berkeadilan antar provinsi dan kabupaten/kota sebagai hak masyarakat
dalam mengakses informasi dan pengetahuan dalam meningkatkan kualitas
hidupnya.

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka disusunlah buku


Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat ini sebagai
pedoman dalam pengukuran angka Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat
yang termasuk dalam salah satu Indikator Kinerja Kunci (IKK) dalam
penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di bidang
perpustakaan sesuai dengan amanat Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
18 Tahun 2020. Melalui buku pedoman ini diharapkan dapat menjadi
acuan/referensi bagi Dinas Perpustakaan Daerah (provinsi dan
kabupaten/kota), sebagai pelaksana fungsi pembina semua jenis
perpustakaan di wilayahnya, dalam rangka melakukan pengukuran angka
Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM).

B. MAKSUD DAN TUJUAN


Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat ini disusun
dengan maksud dan tujuan sebagai berikut:
1. Tersedianya alat ukur baku untuk Indeks Pembangunan Literasi
Masyarakat (IPLM) yang diterapkan secara universal oleh pemerintah
pusat (Perpustakaan Nasional) dan daerah (dinas perpustakaan provinsi
dan kabupaten/kota). Alat ukur baku (standar) yang telah disepakati
bersama tersebut akan memudahkan dalam penyusunan pemetaan
kondisi dan perkembangan semua jenis perpustakaan baik di level
daerah maupun pusat.
2. Tersedianya format baku penyajian hasil pengukuran Indeks
Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) yang dapat diterapkan oleh
pemerintah pusat (Perpustakaan Nasional) dan daerah (dinas
perpustakaan provinsi dan kabupaten/kota). Format baku tersebut akan
2 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat
memudahkan dalam penyusunan, penggunaan dan pengembangan
sistem pengukuran IPLM.
3. Tersedianya pengelolaan data dan sistem data IPLM yang terpadu,
terintegrasi, dan diinput secara berkelanjutan. Dengan demikian angka
fluktuasi skor IPLM, baik level nasional hingga kabupaten/kota, akan
dapat terpantau setiap tahunnya.
4. Terwujudnya akselerasi dan peningkatan kinerja pengelola dan
penyelenggara perpustakaan daerah (provinsi dan kabupaten/kota)
dalam pembinaan perpustakaan di wilayahnya dan pengukuran Indikator
Kinerja Kunci (IKK) Daerah di bidang Perpustakaan. IPLM merupakan
salah satu Indikator Kinerja Kunci di bidang Perpustakaan, selain Tingkat
Kegemaran Membaca Masyarakat (TGM). Untuk mempelajari
pengukuran Tingkat Kegemaran Membaca Masyarakat dapat merujuk
pada buku Pedoman Pengukuran Tingkat Kegemaran Membaca
Masyarakat.

C. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang
Perpustakaan (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 129),
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4774);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan
Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5679);
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2014
tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007
tentang Perpustakaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5531);
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2016
tentang Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 3
Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5887);
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2019
tentang Laporan dan Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah;
6. Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Nomor
11 Tahun 2016 tentang Hasil Pemetaan Urusan Pemerintahan
Daerah Bidang Perpustakaan;
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 18
Tahun 2020 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
Nomor 13 Tahun 2019 tentang Laporan dan Evaluasi
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

D. SASARAN DAN MANFAAT


Penyusunan buku ini memiliki sasaran yang dituju sebagai berikut:
1. Tersusun dan terpublikasikannya buku Pedoman Pengukuran Indeks
Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) yang dapat digunakan
dan dimanfaatkan oleh Pemerintah Pusat dan Daerah di seluruh
Indonesia dalam rangka mengukur Indeks Pembangunan Literasi
Masyarakat mulai dari level kabupaten/kota, provinsi hingga
nasional.
2. Terwujudnya sistem data IPLM yang terpadu, terintegrasi serta
terinput secara berkelanjutan, baik di level kabupaten/kota, provinsi
dan nasional hingga dapat memberikan gambaran terkait pemetaan
dan perkembangan semua jenis perpustakaan di Indonesia
berdasarkan aspek-aspek Standar Nasional Perpustakaan (SNP).

E. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup dari buku pedoman ini adalah difokuskan pada metode
pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat yang terdiri atas
komponen Unsur Pembangun Literasi Masyarakat (UPLM) dan Aspek
Masyarakat (AM) yang disesuaikan dengan lokus/jenis perpustakaannya.
Pengukuran skor IPLM dilaksanakan secara berjenjang dimulai dari

4 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat


tahapan paling bawah adalah level kabupaten/kota, berlanjut ke level
provinsi, dan berakhir di level nasional.
Diharapkan dari metode pengukuran ini dapat menjadi rintisan
penyusunan aplikasi pengukuran IPLM berbasis wilayah yang
dilaksanakan secara terpadu, sinergi dan berkelanjutan sehingga
hasilnya dapat dipantau secara berkala/periodik.

F. DAFTAR ISTILAH
Dalam pedoman ini yang dimaksud dengan:
1. Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) adalah data tingkat
pembangunan literasi masyarakat yang diperoleh dari unsur-unsur
pembangun literasi masyarakat (UPLM) yang bersumber dari data
sekunder dan aspek masyarakat (AM) dalam upaya membina dan
mengembangkan perpustakaan sebagai wahana belajar sepanjang
hayat guna meningkatkan literasi masyarakat.
2. Unsur Pembangun Literasi Masyarakat (UPLM) adalah komponen
pembentuk indeks yang terdiri atas pemerataan layanan
perpustakaan, ketersediaan koleksi, ketersediaan tenaga
perpustakaan, tingkat pemberdayaan layanan perpustakaan,
ketersediaan perpustakaan ber-SNP, tingkat keterlibatan/partisipasi
masyarakat dalam sosialisasi perpustakaan, dan jumlah anggota
perpustakaan (pemustaka).
3. Aspek Masyarakat (AM) adalah jumlah total penduduk/masyarakat
pada suatu wilayah (provinsi dan kabupaten/kota) yang disesuaikan
dengan segmentasi jenis perpustakaannya.
4. Literasi adalah kemampuan untuk mengidentifikasi, memahami,
menafsirkan, menciptakan, berkomunikasi dan menghitung,
menggunakan bahan cetak dan tertulis yang terkait dengan
berbagai konteks. Literasi melibatkan rangkaian pembelajaran yang
memungkinkan individu untuk dapat mencapai tujuan mereka,
mengembangkan pengetahuan dan potensi mereka, serta
berpartisipasi penuh dalam masyarakat luas.
5. Masyarakat adalah setiap orang, kelompok orang, atau lembaga
yang berdomisili pada suatu wilayah yang mempunyai perhatian dan
peranan dalam bidang perpustakaan.
Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 5
6. Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya
cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang
baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian,
pelestarian, informasi, dan rekreasi bagi pemustaka.
7. Perpustakaan Umum adalah perpustakaan yang diperuntukkan bagi
masyarakat luas sebagai sarana pembelajaran sepanjang hayat
tanpa membedakan umur, jenis kelamin, suku, ras, agama dan
status sosial-ekonomi.
8. Perpustakaan Sekolah/Madrasah adalah perpustakaan yang berada
pada satuan pendidikan formal di lingkungan sekolah, baik dasar
maupun menengah sederajat, yang merupakan bagian integral dari
kegiatan sekolah yang bersangkutan, dan merupakan salah satu
pusat sumber belajar untuk mendukung tercapainya tujuan
pendidikan sekolah yang bersangkutan.
9. Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah perpustakaan yang menjadi
bagian integral dari kegiatan pendidikan, penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat dan berfungsi sebagai pusat
sumber belajar untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan
yang berkedudukan di perguruan tinggi.
10. Perpustakaan Khusus adalah perpustakaan yang diperuntukkan
secara terbatas bagi pemustaka di lingkungan lembaga pemerintah,
lembaga masyarakat, lembaga pendidikan keagamaan, rumah
ibadah, atau organisasi lain.
11. Pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi
kepustakawanan yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau
pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung
jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan
perpustakaan. Bagian dari pekerjaan pelayanan perpustakaan di
antaranya termasuk pemasyarakatan dan penyebaran jasa
perpustakaan, dokumentasi dan informasi.
12. Layanan Perpustakaan adalah jasa yang diberikan kepada
pemustaka sesuai dengan misi perpustakaan.
13. Pemustaka adalah perseorangan, kelompok orang, masyarakat atau
lembaga yang memanfaatkan fasilitas layanan perpustakaan.

6 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat


14. Pemerintah Pusat, atau disebut juga Pemerintah, adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan
negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam
kewenangannya di bidang Perpustakaan diwakili oleh Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia.
15. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota dan
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
daerah. Dalam kewenangannya di bidang Perpustakaan diwakilii
oleh Dinas Perpustakaan Daerah (provinsi dan kabupaten/kota).

Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 7


8 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat
Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 9
A. PENGERTIAN UMUM
Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) adalah data tingkat
pembangunan literasi masyarakat yang diperoleh dari unsur-unsur
pembangun literasi masyarakat (UPLM) yang bersumber dari data sekunder
dan aspek masyarakat (AM) dalam upaya membina dan mengembangkan
perpustakaan sebagai wahana belajar sepanjang hayat guna meningkatkan
literasi masyarakat. Karakteristik IPLM lebih memfokuskan pada sisi hulu yakni
pengembangan dan penguatan kelembagaan dan infrastruktur
perpustakaan. Hal inilah yang membedakannya dngan Tingkat Kegemaran
Membaca (TGM) yang lebih memfokuskan pada sisi hilir yakni
pengembangan budaya baca, kegemaran membaca, dan literasi masyarakat.

Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat dilahirkan sebagai upaya formulasi


kebijakan, serta pengembangan dan pembinaan semua jenis perpustakaan di
Indonesia di mana ada kebutuhan akan ketersediaan data yang akurat dan
holistik tentang semua jenis perpustakaan pada aspek-aspek yang berdasar
pada Standar Nasional Perpustakaan.

Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) bertujuan untuk


mengetahui kondisi semua jenis perpustakaan, baik dari aspek sebaran
perpustakaan, koleksi, tenaga perpustakaan, hingga pemustaka yang ada di
seluruh wilayah Indonesia.

10 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat


Dalam rangka menjalankan visi, misi, dan tujuannya, Perpustakaan Nasional
RI mencantumkan dalam rencana strategisnya periode tahun 2020-2024
berupa sasaran strategis “Terwujudnya Pembangunan Literasi dan
Kegemaran Membaca Masyarakat” dengan indikator Indeks Pembangunan
Literasi Masyarakat (IPLM) dengan capaian target sebagai berikut:

Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat juga telah menjadi salah satu unsur
Indikator Kinerja Kunci (IKK) di bidang perpustakaan dengan bobot urusan
sebesar 2% dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2020
tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2019
tentang Laporan dan Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
Dengan demikian seluruh pemerintah daerah memiliki kewajiban dalam
penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) yang
mencakup semua urusan yang menjadi kewenangannya, khususnya di bidang
perpustakaan, guna mengukur capaian kinerja pemerintahan daerah di
wilayahnya.

Hasil pengukuran skor Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat level


nasional berdasarkan Kajian Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat dalam
rentang waktu Tahun 2018-2021 yang telah diselenggarakan oleh
Perpustakaan Nasional RI adalah sebagai berikut:

Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 11


Dari hasil kajian dalam rentang waktu tersebut di atas kita dapat mengetahui
aspek-aspek mana saja yang menjadi kelebihan dan kelemahan serta aspek
yang harus diperkuat dan dibangun agar kegiatan pembinaan dan
pengembangan perpustakaan yang dilakukan lebih efektif baik di level
nasional maupun daerah.

Dengan demikian, Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat telah menjadi


suatu metode pengukuran terhadap usaha yang dilaksanakan oleh
pemerintah (provinsi dan kabupaten/kota) dalam membina dan
mengembangkan perpustakaan di wilayahnya sebagai wahana belajar
sepanjang hayat untuk mencapai budaya literasi masyarakat.

B. RUMUS INDEKS PEMBANGUNAN LITERASI MASYARAKAT


Rumus pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) pada
dasarnya terdiri atas dua (2) komponen, antara lain: komponen Unsur
Pembangun Literasi Masyarakat (UPLM) dan komponen Aspek Masyarakat
(AM). Berikut adalah rumus pengukuran Indeks Pembangunan Literasi
Masyarakat:

Keterangan:
UPLMi : variabel komponen pembentuk indeks dari Unsur Pembangun
Literasi Masyarakat
AM : jumlah populasi sesuai segmentasi berdasarkan lokus/jenis
perpustakaan

Rumus ini merupakan kumpulan dari rumus pengukuran rasio dari tujuh (7)
komponen Unsur Pembangun Literasi Masyarakat beserta pembaginya dari
komponen Aspek Masyarakat. Rumus yang telah dikembangkan ini juga
memiliki komponen pendukung baru di antaranya adalah Angka Pembagi
Rasio Provinsi dan Kabupaten/Kota dan Angka Koreksi Berdasarkan Tingkat
Kepadatan Wilayah. Kedua komponen baru ini berfungsi sebagai komponen
pendukung dalam rangka netralisasi terhadap anomali angka yang muncul
karena faktor ketimpangan angka yang disebabkan tinggi rendahnya jumlah
populasi di suatu wilayah. Kedua komponen ini akan dibahas pada sub bab
di bawah.
12 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat
C. UNSUR PEMBANGUN LITERASI MASYARAKAT
Unsur Pembangun Literasi Masyarakat (UPLM) terdiri atas 7 (tujuh) komponen
yaitu:
1. Pemerataan layanan perpustakaan (UPLM1);
Rumus yang digunakan untuk mengukur komponen ini terdiri atas:
a. Rasio ketersediaan perpustakaan umum, yakni jumlah ketersediaan
unit perpustakaan umum (provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan
desa/kelurahan) yang kemudian dibagi dengan jumlah populasi
penduduk provinsi/kabupaten/kota;
b. Rasio ketersediaan perpustakaan sekolah/madrasah, yakni jumlah
ketersediaan unit perpustakaan sekolah/madrasah mulai dari
tingkat SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK kemudian dibagi
dengan jumlah populasi civitas sekolah (jumlah siswa/peserta didik
dan guru) di kabupaten/kota. Catatan : perpustakaan
sekolah/madrasah dihitung bukan berdasarkan aspek kewenangan
pembinaan, melainkan berdasarkan keberadaannya di suatu wilayah
sesuai dengan fungsi sebagai perpustakaan pembina;
c. Rasio ketersediaan perpustakaan perguruan tinggi, yakni jumlah
perpustakaan perguruan tinggi (universitas, institut, sekolah tinggi,
politeknik, dan akademi) dibagi dengan jumlah populasi civitas
akademika (jumlah mahasiswa dan dosen) di kabupaten/kota;
d. Rasio ketersediaan perpustakaan khusus, yakni jumlah perpustakaan
khusus (instansi pemerintah pusat/daerah dan instansi swasta) yang
dibagi dengan jumlah populasi bekerja di wilayah kabupaten/kota.

Berikut adalah rumus pengukuran komponen UPLM1 :

2. Ketercukupan koleksi (UPLM2);


Rumus yang digunakan untuk mengukur komponen ini (satuan judul)
terdiri atas:
Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 13
a. Rasio ketercukupan koleksi perpustakaan umum (baik tercetak
maupun digital), yakni jumlah koleksi perpustakaan umum dibagi
dengan jumlah populasi penduduk provinsi/kabupaten/kota;
b. Rasio ketercukupan koleksi perpustakaan sekolah/madrasah (baik
tercetak maupun digital), yakni jumlah koleksi perpustakaan sekolah
dibagi dengan jumlah civitas sekolah di kabupaten/kota. Catatan :
koleksi yang dihitung/diukur adalah koleksi buku teks pengayaan (di
luar kurikulum sekolah), bukan buku paket pelajaran;
c. Rasio ketercukupan koleksi perpustakaan perguruan tinggi (baik
tercetak maupun digital), yakni jumlah koleksi perpustakaan
perguruan tinggi dibagi dengan jumlah civitas akademika di
kabupaten/kota;
d. Rasio ketercukupan koleksi perpustakaan khusus (baik tercetak
maupun digital), yakni jumlah koleksi perpustakaan khusus dibagi
dengan jumlah civitas akademika di kabupaten/kota;

Berikut adalah rumus pengukuran komponen UPLM2 :

3. Ketercukupan tenaga perpustakaan (UPLM3);


Rumus yang digunakan untuk mengukur komponen ini terdiri atas:
a. Rasio ketercukupan tenaga perpustakaan umum, yakni jumlah
tenaga perpustakaan (pustakawan dan tenaga teknis) dibagi
dengan jumlah populasi penduduk provinsi/kabupaten/kota;
b. Rasio ketercukupan tenaga perpustakaan sekolah/madrasah, yakni
jumlah tenaga perpustakaan (pustakawan dan tenaga teknis) dibagi
dengan jumlah civitas sekolah di kabupaten/kota;
c. Rasio ketercukupan tenaga perpustakaan perguruan tinggi, yakni
jumlah tenaga perpustakaan perguruan tinggi (pustakawan dan
tenaga teknis) dibagi dengan jumlah civitas akademika di
kabupaten/kota;

14 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat


d. Rasio ketercukupan tenaga perpustakaan khusus, yakni jumlah
tenaga perpustakaan (pustakawan dan tenaga teknis) dibagi
dengan jumlah populasi bekerja di kabupaten/kota;

Berikut adalah rumus pengukuran komponen UPLM3 :

4. Tingkat kunjungan masyarakat per hari (UPLM4);


Rumus yang digunakan untuk mengukur komponen ini terdiri atas:
a. Rasio tingkat kunjungan pemustaka dan pengunjung per hari di
perpustakaan umum (secara onsite maupun online), yakni jumlah
kunjungan pemustaka dan pengunjung per hari dibagi dengan
jumlah populasi penduduk di provinsi/kabupaten/kota;
b. Rasio tingkat kunjungan civitas sekolah per hari di perpustakaan
sekolah/madrasah (secara onsite maupun online), yakni jumlah
kunjungan civitas sekolah per hari dibagi dengan jumlah civitas
sekolah di kabupaten/kota;
c. Rasio tingkat kunjungan civitas akademika per hari di perpustakaan
perguruan tinggi (secara onsite maupun online), yakni jumlah
kunjungan civitas akademika per hari dibagi dengan jumlah civitas
akademika di kabupaten/kota;
d. Rasio tingkat kunjungan karyawan/pegawai per hari di perpustakaan
khusus (secara onsite dan online), yakni jumlah kunjungan
karyawan/pegawai per hari dibagi dengan jumlah populasi bekerja
di kabupaten/kota;

Berikut adalah rumus pengukuran komponen UPLM4 :

Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 15


5. Jumlah perpustakaan berbasis Standar Nasional Perpustakaan (SNP),
terakreditas dan/atau memiliki Nomor Pokok Perpustakaan (NPP)
(UPLM5);
Rumus yang digunakan untuk mengukur komponen ini terdiri atas:
a. Rasio jumlah perpustakaan umum berbasis SNP dan/atau memiliki
NPP, yakni jumlah perpustakaan umum yang sudah berbasis SNP,
memiliki Nomor Pokok Perpustakaan (NPP) dan/atau terakreditasi
yang dibagi dengan jumlah total perpustakaan umum yang ada di
provinsi/kabupaten/kota;
b. Rasio jumlah perpustakaan sekolah/madrasah berbasis SNP
dan/atau memiliki NPP, yakni jumlah perpustakaan
sekolah/madrasah umum yang sudah berbasis SNP, memiliki Nomor
Pokok Perpustakaan (NPP) dan/atau terakreditasi yang dibagi
dengan jumlah total perpustakaan sekolah/madrasah yang ada di
kabupaten/kota;
c. Rasio jumlah perpustakaan perguruan tinggi berbasis SNP dan/atau
memiliki NPP, yakni jumlah perpustakaan perguruan tinggi umum
yang sudah berbasis SNP, memiliki Nomor Pokok Perpustakaan
(NPP) dan/atau terakreditasi yang dibagi dengan jumlah total
perpustakaan tinggi yang ada di kabupaten/kota;
d. Rasio jumlah perpustakaan khusus berbasis SNP dan/atau memiliki
NPP, yakni jumlah perpustakaan khusus umum yang sudah berbasis
SNP, memiliki Nomor Pokok Perpustakaan (NPP) dan/atau
terakreditasi yang dibagi dengan jumlah total perpustakaan khusus
yang ada di kabupaten/kota;

Berikut adalah rumus pengukuran komponen UPLM5 :

6. Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan sosialisasi (UPLM6);


Rumus yang digunakan untuk mengukur komponen ini terdiri atas:

16 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat


a. Rasio jumlah partisipasi masyarakat dalam sosialisasi perpustakaan
(secara onsite maupun online), yakni jumlah masyarakat yang
terlibat dalam kegiatan sosialisasi perpustakaan dibagi dengan
jumlah populasi penduduk di provinsi/kabupaten/kota;
b. Rasio jumlah partisipasi civitas sekolah dalam sosialisasi
perpustakaan (secara onsite maupun online), yakni jumlah civitas
sekolah yang terlibat dalam kegiatan sosialisasi perpustakaan dibagi
dengan jumlah populasi penduduk di kabupaten/kota;
c. Rasio jumlah partisipasi civitas akademika dalam sosialisasi
perpustakaan (secara onsite maupun online), yakni jumlah
partisipasi civitas akademika yang terlibat dalam kegiatan sosialisasi
perpustakaan dibagi dengan jumlah populasi penduduk di
kabupaten/kota;
d. Rasio jumlah partisipasi karyawan/pegawai dalam sosialisasi
perpustakaan (secara onsite maupun online), yakni jumlah
partisipasi karyawan/pegawai yang terlibat dalam kegiatan
sosialisasi perpustakaan dibagi dengan jumlah populasi penduduk
di kabupaten/kota;

Berikut adalah rumus pengukuran komponen UPLM6 :

7. Jumlah anggota perpustakaan (UPLM7)


Rumus yang digunakan untuk mengukur komponen ini terdiri atas:
a. Rasio jumlah anggota perpustakaan umum (provinsi,
kabupaten/kota, kecamatan, desa/kelurahan), yakni jumlah anggota
perpustakaan umum dibagi dengan jumlah populasi penduduk
provinsi/kabupaten/kota;

Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 17


b. Rasio jumlah anggota perpustakaan sekolah/madrasah, yakni jumlah
anggota perpustakaan sekolah/madrasah dibagi dengan jumlah
civitas sekolah yang ada di kabupaten/kota;
c. Rasio jumlah anggota perpustakaan perguruan tinggi, yakni jumlah
anggota perpustakaan perguruan tinggi dibagi dengan jumlah
civitas akademika yang ada di kabupaten/kota;
d. Rasio jumlah anggota perpustakaan khusus, yakni jumlah anggota
perpustakaan khusus dibagi dengan jumlah populasi penduduk
bekerja yang ada di kabupaten/kota;

Berikut adalah rumus pengukuran komponen UPLM7 :

D. ASPEK MASYARAKAT
Berbeda dengan konsep pada pengukuran Indeks Pembangunan Literasi
Masyarakat pada versi sebelumnya, komponen Aspek Masyarakat (AM)
dalam pedoman ini disesuaikan berdasarkan lokus atau segmentasi jenis
perpustakaannya. Berikut adalah sumber data resmi yang digunakan sebagai
komponen Aspek Masyarakat dalam penerapan rumus Indeks Pembangunan
Literasi Masyarakat:
1. Populasi Penduduk
Data yang digunakan pada populasi penduduk, baik level provinsi
maupun kabupaten/kota, adalah dengan mengacu pada data resmi yang
dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Sumber data yang
digunakan untuk jumlah populasi penduduk antara lain:
a. Populasi penduduk per provinsi, bisa menggunakan publikasi
tahunan BPS dengan judul Statistik Indonesia atau publikasi dari BPS
Provinsi. Contoh: Banten Dalam Angka 2020, Jakarta Dalam Angka
2020, Bengkulu Dalam Angka 2020, dan sebagainya.

18 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat


Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 19
b. Populasi penduduk per kabupaten/kota, selain bisa menggunakan
publikasi tahunan BPS level provinsi juga bisa menggunakan
publikasi tahunan BPS pada level kabupaten/kota. Contoh: Kota
Cilegon Dalam Angka 2020, Kota Medan Dalam Angka 2020, Kota
Bogor Dalam Angka 2020 dan sebagainya.

20 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat


2. Populasi Civitas Sekolah
Data yang digunakan pada populasi civitas sekolah adalah data populasi
jumlah siswa dan guru. Data jumlah siswa dan guru yang digunakan di
sini adalah data siswa dan guru pada SD, SMP, SMA dan SMK. Sumber
data resmi yang digunakan pada komponen ini adalah laman web resmi
Data Pokok Pendidikan (Dapodik) dari Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan dan EMIS Pendidikan Islam dari Kementerian Agama.
Berikut adalah alamat URL dari sumber data populasi civitas sekolah:
a. Jumlah siswa/peserta didik tingkat SD, SMP, SMA dan SMK, dapat
mengakses laman : https://dapo.kemdikbud.go.id/pd
b. Jumlah guru tingkat SD, SMP, SMA dan SMK, dapat mengakses
laman: https://dapo.kemdikbud.go.id/guru
c. Jumlah siswa/peserta didik dan guru pada tingkat MI, MTs dan MA,
dapat mengakses laman EMIS Pendidikan Islam pada laman web:
https://emispendis.kemenag.go.id/dashboard/?content=data-
statistik

Berikut adalah contoh tampilan laman web Dapodik Kemendikbud dan


EMIS Pendidikan Islam, Kemenag:

Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 21


3. Populasi Civitas Akademika
Data yang digunakan pada civitas akademika adalah data populasi jumlah
mahasiswa dan dosen (tenaga pendidik). Sumber data resmi yang dapat
digunakan pada komponen ini adalah publikasi tahunan BPS level
provinsi. Berikut adalah contoh tampilan tabel data yang bisa digunakan:

22 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat


Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 23
4. Populasi Penduduk Usia Kerja
Data yang digunakan pada populasi penduduk usia kerja dapat
menggunakan sumber publikasi data resmi tahunan dari BPS level
provinsi. Data yang diambil adalah data penduduk yang berstatus
Bekerja (Working). Berikut adalah contoh tampilan tabel data yang bisa
digunakan:

24 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat


E. ANGKA PEMBAGI RASIO PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA
Komponen Angka Pembagi Rasio Provinsi dan Kabupaten/Kota ditujukan
untuk membuat skala bagi angka pembagi populasi pada saat pengukuran
rasio UPLM bagi provinsi dan kabupaten/kota yang dibagi dengan jumlah
populasi penduduk. Hal ini dilakukan karena adanya anomali angka yang
disebabkan faktor tinggi dan rendahnya jumlah populasi di suatu wilayah.
Meski demikian hal ini menjadikan ketimpangan angka di mana angka rasio
di wilayah yang memiliki populasi rendah lebih tinggi dibandingkan dengan
wilayah yang memiliki populasi lebih tinggi/padat. Dengan demikian angka
rasio provinsi dan kabupaten/kota yang dihasilkan dari hasil pembagi

Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 25


tersebut tidak menjadi terlalu kecil agar memudahkan dalam penerapan
rumus IPLM.

Angka Pembagi Rasio Provinsi dan Kabupaten/Kota diadopsi dari jumlah


minimal pemustaka berdasarkan jumlah populasi penduduk pada Standar
Nasional Perpustakaan (SNP) Perpustakaan Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Tabel rincian Angka Pembagi Rasio Provinsi dan Kabupaten/Kota bisa dilihat
pada laman Lampiran.

F. ANGKA KOREKSI BERDASARKAN TINGKAT KEPADATAN


Fungsi dari Angka Koreksi Berdasarkan Tingkat Kepadatan memiliki
kesamaan dengan Angka Pembagi Rasio Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Hanya saja Angka Koreksi Berdasarkan Tingkat Kepadatan ini diterapkan
pada angka yang dihasilkan setelah rasio UPLM dihitung kemudian dikalikan
dengan angka koreksi yang ditentukan berdasarkan tingkat kepadatan
wilayahnya. Dengan demikian wilayah yang memiliki tingkat kepadatan
penduduk yang tinggi akan memiliki angka rasio yang lebih logis dan tidak
terlampau kecil akibat angka pembagi populasi yang besar.

Tabel rincian Angka Koreksi Berdasarkan Tingkat Kepadatan dapat dilihat


pada laman Lampiran.

G. TINGKATAN SKOR INDEKS PEMBANGUNAN LITERASI MASYARAKAT


Berbeda dengan konsep pengukuran dalam kajian Indeks Pembangunan
Literasi Masyarakat sebelumnya, pada pengukuran ini skor indeks
menggunakan skala level 100:

No. Rentang Skor Kategori Keterangan


IPLM
1. 0 – 29 Sangat Rendah Butuh pembinaan berdasarkan
kelemahan dan kekurangan pada
2. 30 – 49 Rendah
komponen serta didasarkan pada
dikotomi kewenangan ranah pusat,
provinsi dan/atau kabupaten/kota
3. 50 – 79 Sedang Memenuhi Standar
4. 80 – 89 Tinggi Berkategori baik

26 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat


No. Rentang Skor Kategori Keterangan
IPLM
5. 90 – 100 Sangat Tinggi Perpustakaan
Percontohan/Model

H. TAHAPAN PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN LITERASI


MASYARAKAT

Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) dilakukan


secara berjenjang atau multilevel di mana pengukuran skor indeks dimulai
dari level terbawah yakni level kabupaten/kota. Kabupaten/kota merupakan
unit di mana keberadaan semua jenis perpustakaan ada di wilayahnya. Rumus
pengukuran juga diterapkan sepenuhnya di level ini.

Tahapan selanjutnya setelah pengukuran skor indeks level kabupaten/kota


dilaksanakan adalah pengukuran skor indeks level provinsi. Pada level ini,
provinsi hanya melakukan rekapitulasi atau agregasi dari kumpulan skor
indeks dari seluruh kabupaten/kota yang ada di wilayahnya. Penambahan
penghitungan dari rekapitulasi ini hanya penambahan angka skor ratio dari
perpustakaan provinsi yang dibagi dengan jumlah populasi penduduk
provinsi sebagai komponen Aspek Masyarakatnya.

Tahapan terakhir setelah didapatkan skor indeks level provinsi adalah


pengukuran skor indeks level nasional. Pada level ini, pusat hanya melakukan
rekapitulasi atau agregasi kumpulan skor indeks dari seluruh provinsi dengan
mengambil skor rata-rata (mean) yang didapat dengan menjumlahkan semua
skor indeks provinsi dibagi dengan jumlah provinsi yang ada.

Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 27


28 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat
Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 29
30 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat
Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) dilakukan secara
berjenjang dan bottom up. Hal ini ditujukan agar tidak terjadi duplikasi dan/atau
tumpang tindih (overlapping) dalam pengukuran, baik di level kabupaten/kota,
provinsi maupun pusat. Dengan demikian, koordinasi dan sinergi antara pusat,
provinsi dan kabupaten/kota dalam pembinaan dan pengembangan semua jenis
perpustakaan dapat terjalin dengan baik.

A. PENGUKURAN SKOR IPLM LEVEL KABUPATEN/KOTA


Tahap pertama yang dilakukan pada pengukuran skor IPLM pada level
kabupaten/kota adalah tahap pengumpulan data. Adapun data yang
dikumpulkan dalam pengukuran IPLM adalah data sekunder, yang biasanya
didapat dari publikasi resmi, pangkalan data, atau rekapitulasi data lembaga.
Tahap pengumpulan data pada level ini dibagi dua, antara lain:
1. Pengumpulan data pendukung UPLM
Data pendukung UPLM yang dikumpulkan antara lain: jumlah semua jenis
perpustakaan, jumlah koleksi (satuan judul), jumlah tenaga perpustakaan
(pustakawan dan tenaga teknis), jumlah kunjungan perpustakaan per hari,
jumlah perpustakaan terakreditasi dan sesuai SNP, jumlah partisipasi
masyarakat dalam sosialisasi atau kegiatan KIE (komunikasi, informasi dan
edukasi), serta jumlah pemustaka yang terdaftar.

Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 31


2. Pengumpulan data AM
Data AM yang dikumpulkan antara lain: jumlah populasi penduduk, luas
wilayah, tingkat kepadatan penduduk, jumlah civitas sekolah di semua
jenjang (siswa/peserta didik dan guru), jumlah civitas akademika
(mahasiswa dan dosen/tenaga pendidik), serta jumlah populasi bekerja.
Sumber data AM telah dijelaskan pada Bab sebelumnya.

Tahap kedua setelah pengumpulan data adalah penginputan data pada


lembar kerja. Format isian lembar kerja IPLM dapat diakses dan diunggah
melalui link :
https://bit.ly/InstrumenIPLM21

Berikut adalah contoh lembar kerja di mana data UPLM dan AM terisi:

Tahap ketiga adalah penghitungan UPLM berdasarkan hasil penginputan


data pendukung UPLM dan AM. Rumus pengukuran per UPLM telah
dijelaskan pada bab sebelumnya. Berikut adalah ilustrasi pengukuran UPLM1
hingga UPLM7:

32 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat


Contoh ilustrasi pengukuran UPLM1 :
1.

Contoh ilustrasi pengukuran UPLM2 :

Contoh ilustrasi pengukuran UPLM3 :

Contoh ilustrasi pengukuran UPLM4 :

Contoh ilustrasi pengukuran UPLM5 :

Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 33


Contoh ilustrasi pengukuran UPLM6 :

Contoh ilustrasi pengukuran UPLM7 :


1. Level provinsi:
Provinsi hanya menghitung di kolom provinsi sebagai bagian dari lokus
Perpustakaan Umum dengan rumus:
Jumlah Perpustakaan Provinsi
Jumlah Populasi Penduduk
Diketahui jumlah pemustaka Perpustakaan Provinsi DKI Jakarta adalah
113.068 orang, dan jumlah populasinya adalah 10.562.090 jiwa. Maka
jumlah rasionya adalah 0,010705. Sedangkan sisanya adalah rekapitulasi
dari kabupaten/kota di bawahnya.
Maka untuk menghitung angka rasio UPLM7 adalah sebagai berikut:
50% PUmum + 20% PSekolah/Madrasah + 10% PPerg Tinggi + 10% Pkhusus

Yang apabila dirinci menjadi sebagai berikut:


50%(Prov + (KabKota/Jml KabKota) + (Kec/Jml KabKota) + (DesKel/Jml KabKota)
20%((SD/MI / Jml KabKota) + SMP/MTs / Jml KabKota + SMA/MA / Jml KabKota)
20% (Perg Tinggi / Jml KabKota)
10% (Khusus / Jml KabKota)
Maka hasil yang didapatkan adalah angka rasio sebesar 0,036289
Kemudian angka tersebut dikalikan dengan Angka Koreksi sebesar 2,5
sehingga skor UPLM7 nya adalah 0,090722

2. Level kabupaten/kota:
Pada prinsipnya penghitungan rasio UPLM kabupaten/kota tidak
berbeda dengan provinsi. Yang membedakan pada pengukuran

34 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat


Contoh ilustrasi pengukuran IPLM Level Kabupaten/Kota:
Untuk menghitung skor IPLM Kota Administrasi Jakarta Pusat maka kita akan
menjumlahkan semua angka rasio dari UPLM1 hingga UPLM7 dengan
menerapkan rumus sebagai berikut:
UPLM1 + UPLM2 + UPLM3 + UPLM4 + UPLM5 + UPLM6 + UPLM7
X 100
7

Dengan demikian penghitungannya akan menjadi seperti ini:


0,006751 + 1,329579 + 0,000048 + 0,000323 + 0,329950 + 0,000341 + 0,002059
x 100 = 2 3 ,8 4
7
Hasil skor IPLM Kota Administrasi Jakarta Pusat adalah sebesar 23,84.

B. PENGUKURAN SKOR IPLM LEVEL PROVINSI


Setelah pengukuran skor Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM)
level kabupaten/kota dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah melakukan
pengukuran skor IPLM level provinsi. Metode pengukurannya adalah dengan
melakukan rekapitulasi skor per komponen UPLM (dari 1 hingga 7) dan hasil
skor IPLM kabupaten/kota.

Pengukuran skor IPLM level provinsi dilakukan dengan mengukur rasio

Contoh Ilustrasi :
Rekapitulasi UPLM1 hingga UPLM7 untuk menghasilkan skor IPLM Provinsi
Pada tabel bisa kita lihat kolom UPLM1 hingga UPLM7 yang merupakan
rekapitulasi dari semua kabupaten/kota di Provinsi DKI Jakarta. Semua angka
yang berada di kolom tersebut adalah hasil pengukuran berupa angka rasio
UPLM dari semua jenis perpustakaan setelah dikalikan dengan Angka Koreksi
Berdasarkan Tingkat Kepadatan.
Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 35
Untuk mengukur skor IPLM Provinsi DKI Jakarta dan juga semua
kabupaten/kota di bawahnya, maka kita akan menjumlahkan mulai dari angka
rasio UPLM1 hingga UPLM7 dengan rumus sebagai berikut:
UPLM1 + UPLM2 + UPLM3 + UPLM4 + UPLM5 + UPLM6 + UPLM7
X 100
7

Dengan demikian kita akan mendapati angka skor IPLM Provinsi DKI Jakarta
adalah sebesar 57,70.

C. PENGUKURAN SKOR IPLM LEVEL NASIONAL


Tahapan terakhir setelah pengukuran skor Indeks Pembangunan Literasi
Masyarakat (IPLM) level provinsi dilakukan adalah melakukan pengukuran
skor IPLM level nasional. Metode pengukuran skor IPLM level nasional
diperoleh dengan menggunakan angka rata-rata dari total jumlah skor IPLM
level provinsi.

Pada level nasional, semua rekapitulasi skor IPLM level provinsi dijumlahkan
dan dibagi dengan jumlah provinsi yang ada di Indonesia, yakni 34 provinsi.

D. SISTEMATIKA LAPORAN
Sistematika penulisan Laporan Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi
Masyarakat (IPLM) di level provinsi dan kabupaten/kota antara lain:
1. Bagian Awal Laporan
a. Halaman Judul
b. Kata Pengantar
c. Daftar Isi
d. Daftar Tabel dan Gambar
e. Daftar Lampiran

2. Bagian Isi Laporan


Bab I – Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan dan Sasaran
1.3. Manfaat
1.4. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

36 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat


Bab II – Metode Kerja
2.1. Rumusan Permasalahan
2.2. Metode Pengumpulan Data
2.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data
2.4. Tujuan dan Fungsi Instansi Terkait Pengukuran IPLM

Bab III – Hasil Pengukuran IPLM


3.1. Hasil Pengukuran UPLM1
3.2. Hasil Pengukuran UPLM2
3.3. Hasil Pengukuran UPLM3
3.4. Hasil Pengukuran UPLM4
3.5. Hasil Pengukuran UPLM5
3.6. Hasil Pengukuran UPLM6
3.7. Hasil Pengukuran UPLM7
3.9. Rekapitulasi UPLM
3.8. Laporan Skor IPLM Provinsi/Kabupaten/Kota

Bab IV – Penutup
4.1. Kesimpulan
4.2. Rekomendasi Kebijakan

3. Bagian Akhir Laporan


Pada bagian akhir laporan lazimnya diisi dengan lampiran. Lampiran ini
berisi informasi tambahan yang mendukung kelengkapan laporan, antara
lain: instrumen data komponen UPLM dan AM, data-data mentah untuk
entri data, data olahan hasil rekapitulasi lainnya (dalam format Excel dan
sejenisnya).

Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 37

Anda mungkin juga menyukai