Anda di halaman 1dari 113

©2021 Perpusnas PRESS | URL : https://press.perpusnas.go.

id
Gd. Perpustakaan Nasional RI, Jl. Salemba Raya No. 28A, Jakarta Pusat 10430
Telp. (021) 3922749, 3154864 | Faks. (021) 3101472

Tim Penyusun
Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat

Pembina : Kepala Perpustakaan Nasional RI


Pengarah : Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan
Penanggung Jawab : Kepala Pusat Analisis Perpustakaan dan Pengembangan Budaya Baca
Penasehat : Nelwati Sikumbang, M.Si.
Editor : Alfa Husna, SS., MP.

Penyusun : 1. R. Rahmat Romadon, S.Hum., M.Hum.


2. Hartoyo Darmawan, S.Sos., MM.
3. Ilsa Nurul Oktaviani, S.Hum.
4. Agus Djoko Suroso, SE.
5. Kaesthi Wiraningtyas, S.Hum.
6. Hikmah Nurida
7. Yaya Ofia Mabruri, S.Hum.
8. Ariningrum Sadariyah, S.Hum.

Narasumber : 1. Drs. H. Bambang Supriyo Utomo, M.Lib.


2. Dr. Dra. Luki Wijayanti, SS., M.Hum.
3. Chalin Antinia Agustin, S.Si., M.Si.

Desain & Ilustrasi : R. Rahmat Romadon, S.Hum., M.Hum.

Perpustakaan Nasional RI. Katalog Dalam Terbitan (KDT)


Pedoman pengukuran indeks pembangunan literasi masyarakat. Jakarta :
Perpusnas PRESS, 2021.
xvi, 90 hlm. : ilus.; 21 cm.

ISBN 978-623-313-367-8
ISBN 978-623-313-368-5 (PDF)

1. Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat – Buku pegangan, pedoman, dsb.


I. Perpustakaan Nasional

027.x
Cetakan I, Desember 2021

iv | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat


Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | v
vi | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat
Sambutan
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas tersusunnya
Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat di tahun 2021.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan pemerintah daerah Provinsi, Kabupaten,
dan Kota dalam mengukur Indikator Kinerja Kunci (IKK) urusan Perpustakaan
sesuai dengan Peraturan Kementerian Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2020
tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2019
Tentang Laporan dan Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat yang disusun
oleh Perpustakaan Nasional ini diharapkan dapat menjadi panduan dasar bagi
Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota dapat menghitung skor Indeks
Pembangunan Literasi Masyarakat di wilayahnya secara mandiri dan
dikoordinasikan secara berjenjang dan serta dilaporkan secara berkala kepada
Perpustakaan Nasional.

Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat ini akan menjadi sistem


nasional yang bukan hanya untuk menjawab Indikator Kinerja Kunci Urusan
Perpustakaan saja, tetapi sebagai dasar penyusunan program pengembangan
dan pembinaan perpustakaan di Indonesia, baik di level pusat maupun daerah,
strategi pengembangan perpustakaan, dan dasar penyusunan arah kebijakan
perpustakaan. Selain itu, skor Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat yang
dihasilkan diharapkan dapat memberikan potret fenomena perkembangan dan
pelaksanaan pembinaan semua jenis perpustakaan Indonesia. Perpustakaan
Nasional sebagai lembaga pembina semua jenis perpustakaan menjadikan nilai

Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | vii


tersebut dasar pemetaan terkait kondisi semua jenis perpustakaan yang
nantinya akan berpengaruh dengan berbagai kebijakan dan program nasional
yang akan dilakukan oleh Perpustakaan Nasional. Oleh karena itu, semoga
pedoman ini dapat memandu pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota dalam
menentukan skor Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat secara valid dan
dapat dipertanggungjawabkan.

Akhir kata, terima kasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada semua
pihak yang akan menjadi bagian dari sistem nasional pengukuran Indeks
Pembangunan Literasi Masyarakat ini, khususnya pemerintah daerah
provinsi/kabupaten/kota.

Jakarta, Desember 2021


Kepala Perpustakaan Nasional RI,

Muhammad Syarif Bando

viii | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat


Kata Pengantar
Undang - Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan dalam pasal 21
ayat 3 menyatakan Perpustakaan Nasional RI bertanggung jawab melakukan
pembinaan perpustakaan dan gemar membaca dalam rangka mewujudkan
masyarakat pembelajar sepanjang hayat. Dalam rangka pembinaan
pengembangan dan pengelolaan perpustakaan, salah satunya meningkatkan
literasi dalam rangka mewujudkan masyarakat pembelajar sepanjang hayat,
Perpustakaan Nasional RI menyadari bahwa minat baca masyarakat Indonesia
belum sesuai harapan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum
secara utuh yang mencerminkan kondisi budaya baca masyarakat Indonesia.

Dalam pelaksanaan pembinaan perpustakaan dan gemar membaca tersebut


didukung dengan kajian mengenai kondisi minat baca pada saat ini dipandang
perlu untuk menyusun Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi
Masyarakat. Guna pencapaian hasil yang yang baik dalam pelaksanaan
pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat, Perpustakaan Nasional
RI menyusun Buku pedoman ini merupakan tindak lanjut dan penjabaran lebih
komprehensif dari hasil Kajian Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat Tahun
2020, khususnya pada perpustakaan Umum Daerah Provinsi. Pedoman ini
bertujuan untuk dapat digunakan sebagai acuan. Pedoman ini digunakan untuk
menyamakan pengertian, pola fikir, memberikan petunjuk administrasi dan
teknis kerja perpustakaan umum provinsi dan kabupaten/kota dalam melakukan
Kajian Budaya Baca Masyarakat. Agar kegiatan dapat berjalan tertib dan lancar
Kegiatan ini diharapkan dapat dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab
dalam usaha pembudayaan kegemaran membaca di Indonesia.

Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | ix


Semoga buku Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat
ini dapat menjadi acuan/referensi bagi Perpustakaan Nasional RI sebagai
perpustakaan pembina di level nasional, serta Dinas Perpustakaan Daerah
(provinsi dan kabupaten/kota) sebagai perpustakaan pembina semua jenis
perpustakaan yang ada di wilayahnya, dalam rangka melakukan pengukuran
angka Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat serta memberikan arahan serta
penjelasan yang komprehensif berkaitan dengan berbagai hal terkait metode
pengukuran guna mengakomodir keakuratan dan validitas hasil terhadap indeks
yang dihasilkan.

Jakarta, Desember 2021


Deputi Bidang Pengembangan
Sumber Daya Perpustakaan,

Drs. Deni Kurniadi, M.Hum.

x | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat


Daftar Isi
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………. vii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………….… ix
DAFTAR TABEL & GAMBAR ……………………………………………………………... xi

PENDAHULUAN …………………………..……………………………………….... 1
A. LATAR BELAKANG …………………………………………………….……………. 1
B. MAKSUD & TUJUAN …………………………………………………………….….. 2
C. DASAR HUKUM ………………………………………………………..…………..… 3
D. SASARAN …………………………………………….………………….………….... 4
E. RUANG LINGKUP ………………………………………………..……………….…. 4
F. DAFTAR ISTILAH ……………………………………………..…………………….... 5

INDEKS PEMBANGUNAN LITERASI MASYARAKAT ………………………... 11


A. PENGERTIAN UMUM …………………………………….....………………….…. 11
B. RUMUS PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN
LITERASI MASYARAKAT …………………………………..……………………… 13
C. UNSUR PEMBANGUN LITERASI MASYARAKAT ………….…………..………. 15
D. ASPEK MASYARAKAT ……………………..…………………………………….… 23
E. ANGKA PEMBAGI RASIO PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA .……………. 30
F. ANGKA KOREKSI BERDASARKAN TINGKAT KEPADATAN ….……………… 31
G. TINGKATAN SKOR INDEKS PEMBANGUNAN
LITERASI MASYARAKAT .................................................................................. 31
H. TAHAPAN PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN
LITERASI MASYARAKAT …………………………………………………...……... 32
I. PENJADWALAN PENGUKURAN SKOR INDEKS PEMBANGUNAN
LITERASI MASYARAKAT DI KABUPATEN/KOTA,
PROVINSI DAN NASIONAL ……………………………..……………………….. 33
J. REVIEW RUMUS IPLM ……………………………………………………………... 34
Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | xi
PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN LITERASI MASYARAKAT …….. 45
A. PENGUKURAN SKOR IPLM LEVEL KABUPATEN/KOTA …………..………..… 45
B. PENGUKURAN SKOR IPLM LEVEL PROVINSI …………………….…………… 72
C. PENGUKURAN SKOR IPLM LEVEL NASIONAL ……………………….………. 76
D. SISTEMATIKA LAPORAN …………………………………………………………. 80

PENUTUP ………………………………………………………………………….… 87

LAMPIRAN
A. TABEL ANGKA PEMBAGI RASIO PROVINSI ……………………………………. 93
B. TABEL ANGKA PEMBAGI RASIO KABUPATEN/KOTA ……………………….. 94
C. TABEL ANGKA KOREKSI BERDASARKAN TINGKAT
KEPADATAN PENDUDUK ………………………………………………………… 95
D. TABEL POPULASI, LUAS WILAYAH DAN TINGKAT KEPADATAN
PENDUDUK PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 2020 ……………. 96

xii | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat


Daftar Tabel & Gambar
Gambar 1 Target Rencana Strategis Perpustakaan Nasional RI
Tahun 2020-2024 ………………………………………………………….. 12
Gambar 2 Hasil Kajian Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat
Tahun 2018-2021 ………………………………………………………….. 12
Gambar 3 Pembobotan Per Jenis Perpustakaan …………………………………… 14
Gambar 4 Tujuh Unsur Pembangun Literasi Masyarakat (UPLM) …………………. 15
Gambar 5 Tabel Aspek Masyarakat Berdasarkan Jenis Perpustakaannya ……..… 23
Gambar 6 Tampilan Laman Web Unduhan Laporan Tahunan BPS Pusat ……….. 24
Gambar 7 Tampilan Laman Web Unduhan Laporan Tahunan BPS Provinsi …….. 24
Gambar 8 Contoh Laporan BPS Jumlah Penduduk Provinsi/Kabupaten/Kota ….. 25
Gambar 9 Tampilan Laman Web Unduhan Laporan BPS Kabupaten/Kota ……… 26
Gambar 10 Tampilan Laman Web Data Pokok Pendidikan (Dapodik),
Kemendikbud …………………………………………………………….... 27
Gambar 11 Tampilan Laman Web EMIS Pendidikan Islam,
Kementerian Agama ………………………………………………………. 28
Gambar 12 Contoh Laman Laporan BPS Jumlah Perguruan Tinggi
dan Mahasiswa ………………………………………………………….…. 28
Gambar 13 Contoh Laporan BPS Jumlah Tenaga Edukatif (Dosen) ……………….. 29
Gambar 14 Contoh Laman Laporan BPS Populasi Bekerja ………………………….. 30
Gambar 15 Tingkatan Skor Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat ……………. 32
Gambar 16 Tahapan Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat ….… 32
Gambar 17 Penjadwalan Pengukuran IPLM Kabupaten/Kota,
Provinsi dan Nasional ……………………………………………………... 33
Gambar 18 Contoh Tabel Aspek Masyarakat (1) …………………………………..… 46
Gambar 19 Contoh Tabel Aspek Masyarakat (2) …………………………………..… 46
Gambar 20 Contoh Tabel Unsur Pembangun Literasi Masyarakat ………………… 47
Gambar 21 Rincian rumus pengukuran UPLM1 untuk level Kabupaten/Kota …….. 65
Gambar 22 Rincian rumus pengukuran UPLM2 untuk level Kabupaten/Kota …….. 66
Gambar 23 Rincian rumus pengukuran UPLM3 untuk level Kabupaten/Kota …….. 67
Gambar 24 Rincian rumus pengukuran UPLM4 untuk level Kabupaten/Kota …….. 68
Gambar 25 Rincian rumus pengukuran UPLM5 untuk level Kabupaten/Kota …….. 69

Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | xiii


Gambar 26 Rincian rumus pengukuran UPLM6 untuk level Kabupaten/Kota …….. 70
Gambar 27 Rincian rumus pengukuran UPLM7 untuk level Kabupaten/Kota …….. 71
Gambar 28 Penghitungan Skor IPLM Kabupaten/Kota …………….……………….. 72
Gambar 29 Rincian Rekapitulasi UPLM pada pengukuran Skor
Indeks Level Provinsi (1) …………………………………………………… 73
Gambar 30 Rincian Rekapitulasi UPLM pada pengukuran Skor
Indeks Level Provinsi (2) …………………………………………………… 74
Gambar 31 Rincian Rekapitulasi UPLM pada pengukuran Skor
Indeks Level Provinsi (3) …………………………………………………… 75
Gambar 32 Rekapitulasi UPLM dan pengukuran Skor Indeks Provinsi …………..… 76
Gambar 33 Penghitungan Skor IPLM Nasional ……………………………………….. 77

xiv | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat


Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | xv
xvi | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat
Pendahuluan
A. LATAR BELAKANG
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang
Perpustakaan menyebutkan bahwa perpustakaan memiliki fungsi sebagai
wahana pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi untuk
meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa, dengan tujuan
memberikan layanan kepada pemustaka, meningkatkan kegemaran
membaca, serta memperluas wawasan dan pengetahuan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa. Pada konteks ini, maka masyarakat
mempunyai hak yang sama untuk memperoleh akses ke perpustakaan dan
layanannya, serta memanfaatkan dan mendayagunakan fasilitas
perpustakaan dalam upaya peningkatan kualitas hidupnya.

Selaras dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014


tentang Pemerintahan Daerah serta Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun
2016 tentang Perangkat Daerah, perpustakaan menjadi urusan wajib yang
tidak berkaitan dengan kebutuhan dasar. Dengan demikian, pembangunan
perpustakaan kini telah menjadi urusan pemerintah daerah, baik level
provinsi maupun kabupaten/kota. Perpustakaan Nasional, selaku
perpustakaan pembina semua jenis perpustakaan, diamanatkan untuk
mengawasi dan mengevaluasi terkait pelaksanaan pembangunan
perpustakaan di daerah agar capaian dan dampak yang dihasilkan lebih
efektif dan bermanfaat bagi masyarakat sehingga mempunyai hak yang sama
untuk memperoleh akses terhadap berbagai sumber informasi serta
memanfaatkan dan mendayagunakan berbagai layanan dan fasilitas di
perpustakaan dalam upaya peningkatan kualitas hidupnya.

Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 1


Formulasi pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat
memerlukan adanya ketersediaan data yang akurat dan holistik tentang
semua jenis perpustakaan baik pada aspek koleksi, tenaga, sarana dan
prasarana, gedung, hingga pelayanan pemustaka. Dengan demikian,
disparitas pembangunan dapat diminimalisir serta sebaran perpustakaan
dapat berkeadilan antar provinsi dan kabupaten/kota sebagai hak
masyarakat dalam mengakses informasi dan pengetahuan dalam
meningkatkan kualitas hidupnya.

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka disusunlah buku


Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat ini
sebagai pedoman dalam pengukuran angka Indeks Pembangunan Literasi
Masyarakat yang termasuk dalam salah satu Indikator Kinerja Kunci (IKK)
dalam penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di
bidang perpustakaan sesuai dengan amanat Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 18 Tahun 2020. Melalui buku pedoman ini diharapkan dapat
menjadi acuan/referensi bagi Dinas Perpustakaan Daerah (provinsi dan
kabupaten/kota), sebagai pelaksana fungsi pembina semua jenis
perpustakaan di wilayahnya, dalam rangka melakukan pengukuran angka
Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM).

B. MAKSUD DAN TUJUAN


Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat ini
disusun dengan maksud dan tujuan sebagai berikut:
1. Tersedianya alat ukur baku untuk Indeks Pembangunan Literasi
Masyarakat (IPLM) yang diterapkan secara universal oleh pemerintah
pusat (Perpustakaan Nasional) dan daerah (dinas perpustakaan provinsi
dan kabupaten/kota). Alat ukur baku (standar) yang telah disepakati
bersama tersebut akan memudahkan dalam penyusunan pemetaan
kondisi dan perkembangan semua jenis perpustakaan baik di level
daerah maupun pusat.
2. Tersedianya format baku penyajian hasil pengukuran Indeks
Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) yang dapat diterapkan oleh
pemerintah pusat (Perpustakaan Nasional) dan daerah (dinas
perpustakaan provinsi dan kabupaten/kota). Format baku tersebut akan
memudahkan dalam penyusunan, penggunaan dan pengembangan
sistem pengukuran IPLM.
3. Tersedianya pengelolaan data dan sistem data IPLM yang terpadu,
terintegrasi, dan diinput secara berkelanjutan. Dengan demikian angka
2 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat
fluktuasi skor IPLM, baik level nasional hingga kabupaten/kota, akan
dapat terpantau setiap tahunnya.
4. Terwujudnya akselerasi dan peningkatan kinerja pengelola dan
penyelenggara perpustakaan daerah (provinsi dan kabupaten/kota)
dalam pembinaan perpustakaan di wilayahnya dan pengukuran Indikator
Kinerja Kunci (IKK) Daerah di bidang Perpustakaan. IPLM merupakan
salah satu Indikator Kinerja Kunci di bidang Perpustakaan, selain Nilai
Tingkat Kegemaran Membaca Masyarakat (TGM). Untuk mempelajari
pengukuran Tingkat Kegemaran Membaca Masyarakat dapat merujuk
pada buku Pedoman Pengukuran Tingkat Kegemaran Membaca
Masyarakat.

C. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang
Perpustakaan (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 129),
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4774);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan
Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5679);
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2014
tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007
tentang Perpustakaan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5531);
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2016
tentang Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5887);
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2019
tentang Laporan dan Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah;

Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 3


6. Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
Nomor 11 Tahun 2016 tentang Hasil Pemetaan Urusan
Pemerintahan Daerah Bidang Perpustakaan;
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 18
Tahun 2020 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
Nomor 13 Tahun 2019 tentang Laporan dan Evaluasi
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

D. SASARAN DAN MANFAAT


Penyusunan buku ini memiliki sasaran yang dituju sebagai berikut:
1. Tersusun dan terpublikasikannya buku Pedoman Pengukuran
Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) yang dapat
digunakan dan dimanfaatkan oleh Pemerintah Pusat dan Daerah di
seluruh Indonesia dalam rangka mengukur Indeks Pembangunan
Literasi Masyarakat mulai dari level kabupaten/kota, provinsi
hingga nasional.
2. Terwujudnya sistem data IPLM yang terpadu, terintegrasi serta
terinput secara berkelanjutan, baik di level kabupaten/kota,
provinsi dan nasional hingga dapat memberikan gambaran terkait
pemetaan dan perkembangan semua jenis perpustakaan di
Indonesia berdasarkan aspek-aspek Standar Nasional
Perpustakaan (SNP).

E. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup dari buku pedoman ini adalah difokuskan pada metode
pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat yang terdiri atas
komponen Unsur Pembangun Literasi Masyarakat (UPLM) dan Aspek
Masyarakat (AM) yang disesuaikan dengan lokus/jenis
perpustakaannya. Pengukuran skor IPLM dilaksanakan secara
berjenjang dimulai dari tahapan paling bawah adalah level
kabupaten/kota, berlanjut ke level provinsi, dan berakhir di level
nasional.
Diharapkan dari metode pengukuran ini dapat menjadi rintisan
penyusunan aplikasi pengukuran IPLM berbasis wilayah yang
dilaksanakan secara terpadu, sinergi dan berkelanjutan sehingga
hasilnya dapat dipantau secara berkala/periodik.

4 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat


F. DAFTAR ISTILAH
Dalam pedoman ini yang dimaksud dengan:
1. Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) adalah data
tingkat pembangunan literasi masyarakat yang diperoleh dari
unsur-unsur pembangun literasi masyarakat (UPLM) yang
bersumber dari data sekunder dan aspek masyarakat (AM) dalam
upaya membina dan mengembangkan perpustakaan sebagai
wahana belajar sepanjang hayat guna meningkatkan literasi
masyarakat.
2. Unsur Pembangun Literasi Masyarakat (UPLM) adalah komponen
pembentuk indeks yang terdiri atas pemerataan layanan
perpustakaan, ketersediaan koleksi, ketersediaan tenaga
perpustakaan, tingkat pemberdayaan layanan perpustakaan,
ketersediaan perpustakaan ber-SNP, tingkat
keterlibatan/partisipasi masyarakat dalam sosialisasi perpustakaan,
dan jumlah anggota perpustakaan (pemustaka).
3. Aspek Masyarakat (AM) adalah jumlah total
penduduk/masyarakat pada suatu wilayah (provinsi dan
kabupaten/kota) yang disesuaikan dengan segmentasi jenis
perpustakaannya.
4. Literasi adalah kemampuan untuk mengidentifikasi, memahami,
menafsirkan, menciptakan, berkomunikasi dan menghitung,
menggunakan bahan cetak dan tertulis yang terkait dengan
berbagai konteks. Literasi melibatkan rangkaian pembelajaran yang
memungkinkan individu untuk dapat mencapai tujuan mereka,
mengembangkan pengetahuan dan potensi mereka, serta
berpartisipasi penuh dalam masyarakat luas.
5. Masyarakat adalah setiap orang, kelompok orang, atau lembaga
yang berdomisili pada suatu wilayah yang mempunyai perhatian
dan peranan dalam bidang perpustakaan.
6. Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya
cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem
yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian,
pelestarian, informasi, dan rekreasi bagi pemustaka.
7. Perpustakaan Umum adalah perpustakaan yang diperuntukkan
bagi masyarakat luas sebagai sarana pembelajaran sepanjang hayat
tanpa membedakan umur, jenis kelamin, suku, ras, agama dan
status sosial-ekonomi.
Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 5
8. Perpustakaan Sekolah/Madrasah adalah perpustakaan yang
berada pada satuan pendidikan formal di lingkungan sekolah, baik
dasar maupun menengah sederajat, yang merupakan bagian
integral dari kegiatan sekolah yang bersangkutan, dan merupakan
salah satu pusat sumber belajar untuk mendukung tercapainya
tujuan pendidikan sekolah yang bersangkutan.
9. Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah perpustakaan yang
menjadi bagian integral dari kegiatan pendidikan, penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat dan berfungsi sebagai pusat
sumber belajar untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan
yang berkedudukan di perguruan tinggi.
10. Perpustakaan Khusus adalah perpustakaan yang diperuntukkan
secara terbatas bagi pemustaka di lingkungan lembaga
pemerintah, lembaga masyarakat, lembaga pendidikan
keagamaan, rumah ibadah, atau organisasi lain.
11. Pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi
kepustakawanan yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau
pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung
jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan
perpustakaan. Bagian dari pekerjaan pelayanan perpustakaan di
antaranya termasuk pemasyarakatan dan penyebaran jasa
perpustakaan, dokumentasi dan informasi.
12. Layanan Perpustakaan adalah jasa yang diberikan kepada
pemustaka sesuai dengan misi perpustakaan.
13. Pemustaka adalah perseorangan, kelompok orang, masyarakat
atau lembaga yang memanfaatkan fasilitas layanan perpustakaan.
14. Pemerintah Pusat, atau disebut juga Pemerintah, adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan
negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam
kewenangannya di bidang Perpustakaan diwakili oleh Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia.
15. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota dan
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
daerah. Dalam kewenangannya di bidang Perpustakaan diwakilii
oleh Dinas Perpustakaan Daerah (provinsi dan kabupaten/kota).

6 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat


Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 7
8 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat
Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 9
10 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat
Indeks Pembangunan
Literasi Masyarakat
A. PENGERTIAN UMUM
Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) adalah data tingkat
pembangunan literasi masyarakat yang diperoleh dari unsur-unsur
pembangun literasi masyarakat (UPLM) yang bersumber dari data sekunder
dan aspek masyarakat (AM) dalam upaya membina dan mengembangkan
perpustakaan sebagai wahana belajar sepanjang hayat guna meningkatkan
literasi masyarakat. Karakteristik IPLM lebih memfokuskan pada sisi hulu
yakni pengembangan dan penguatan kelembagaan dan infrastruktur
perpustakaan. Hal inilah yang membedakannya dngan Tingkat Kegemaran
Membaca (TGM) yang lebih memfokuskan pada sisi hilir yakni
pengembangan budaya baca, kegemaran membaca, dan literasi masyarakat.

Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat dilahirkan sebagai upaya formulasi


kebijakan, serta pengembangan dan pembinaan semua jenis perpustakaan
di Indonesia di mana ada kebutuhan akan ketersediaan data yang akurat dan
holistik tentang semua jenis perpustakaan pada aspek-aspek yang berdasar
pada Standar Nasional Perpustakaan.

Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) bertujuan


untuk mengetahui kondisi semua jenis perpustakaan, baik dari aspek sebaran
perpustakaan, koleksi, tenaga perpustakaan, hingga pemustaka yang ada di
seluruh wilayah Indonesia.

Dalam rangka menjalankan visi, misi, dan tujuannya, Perpustakaan Nasional


RI mencantumkan dalam rencana strategisnya periode tahun 2020-2024
berupa sasaran strategis “Terwujudnya Pembangunan Literasi dan
Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 11
Kegemaran Membaca Masyarakat” dengan indikator Indeks Pembangunan
Literasi Masyarakat (IPLM) dengan capaian target sebagai berikut:

Gambar 1 - Target Rencana Strategis Perpustakaan Nasional RI Tahun 2020-2024

Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat juga telah menjadi salah satu unsur
Indikator Kinerja Kunci (IKK) di bidang perpustakaan dengan bobot urusan
sebesar 2% dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2020
tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2019
tentang Laporan dan Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
Dengan demikian seluruh pemerintah daerah memiliki kewajiban dalam
penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) yang
mencakup semua urusan yang menjadi kewenangannya, khususnya di bidang
perpustakaan, guna mengukur capaian kinerja pemerintahan daerah di
wilayahnya.

Hasil pengukuran skor Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat level


nasional berdasarkan Kajian Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat dalam
rentang waktu Tahun 2018-2021 yang telah diselenggarakan oleh
Perpustakaan Nasional RI adalah sebagai berikut:

Gambar 2 - Hasil Kajian Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat Tahun 2018-2021

12 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat


Dari hasil kajian dalam rentang waktu tersebut di atas kita dapat mengetahui
aspek-aspek mana saja yang menjadi kelebihan dan kelemahan serta aspek
yang harus diperkuat dan dibangun agar kegiatan pembinaan dan
pengembangan perpustakaan yang dilakukan lebih efektif baik di level
nasional maupun daerah.

Pencapaian skor IPLM baik antar kabupaten/kota maupun provinsi


hendaknya tidak dijadikan sebagai komparasi atau capaian prestasi,
melainkan harus dilihat dalam perspektif pemetaan (mapping) untuk
melakukan pembinaan berdasarkan sektor atau komponen Unsur
Pembangun Literasi Masyarakat mana saja yang harus dikembangkan atau
ditingkatkan.

Dengan demikian, Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat telah menjadi


suatu metode pengukuran terhadap usaha yang dilaksanakan oleh
pemerintah (provinsi dan kabupaten/kota) dalam membina dan
mengembangkan perpustakaan di wilayahnya sebagai wahana belajar
sepanjang hayat untuk mencapai budaya literasi masyarakat.

B. RUMUS INDEKS PEMBANGUNAN LITERASI MASYARAKAT


Rumus pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) pada
dasarnya terdiri atas dua (2) komponen, antara lain: komponen Unsur
Pembangun Literasi Masyarakat (UPLM) dan komponen Aspek
Masyarakat (AM). Berikut adalah rumus pengukuran Indeks Pembangunan
Literasi Masyarakat:

Keterangan:
UPLMi : variabel komponen pembentuk indeks dari Unsur Pembangun
Literasi Masyarakat
AM : jumlah populasi sesuai segmentasi berdasarkan lokus/jenis
perpustakaan

Rumus ini merupakan kumpulan dari rumus pengukuran rasio dari tujuh (7)
komponen Unsur Pembangun Literasi Masyarakat beserta pembaginya dari
komponen Aspek Masyarakat. Rumus yang telah dikembangkan ini juga

Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 13


memiliki komponen pendukung baru di antaranya adalah Angka Pembagi
Rasio Provinsi dan Kabupaten/Kota dan Angka Koreksi Berdasarkan Tingkat
Kepadatan Wilayah. Kedua komponen baru ini berfungsi sebagai komponen
pendukung dalam rangka netralisasi terhadap anomali angka yang muncul
karena faktor ketimpangan angka yang disebabkan tinggi rendahnya jumlah
populasi di suatu wilayah. Kedua komponen ini akan dibahas pada sub bab
di bawah.

Selain itu pada setiap pengukuran UPLM terdapat pembobotan pada tiap
jenis perpustakaan dengan komposisi sebagai berikut:

Gambar 3 - Pembobotan Per Jenis Perpustakaan

Adapun pembobotan per jenis perpustakaan ini diterapkan berdasarkan


besarnya cakupan pemustaka yang dilayani oleh tiap perpustakaan tersebut.
Perpustakaan umum memiliki porsi bobot terbesar (50%) karena memiliki
cakupan layanan pemustaka yang lebih luas dan beragam. Berbeda dengan
jenis perpustakaan lainnya, yakni perpustakaan sekolah/madrasah (20%),
perpustakaan perguruan tinggi (20%), dan perpustakaan khusus (10% yang
memiliki segmentasi pemustaka yang lebih spesifik dan terbatas pada
lingkup instansi yang membawahinya.

Dengan demikian pada setiap penghitungan UPLM1 hingga UPLM7 pada tiap
jenis perpustakaan berlaku pembobotan tersebut.

14 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat


C. UNSUR PEMBANGUN LITERASI MASYARAKAT (UPLM)

Gambar 4 - Tujuh Unsur Pembangun Literasi Masyarakat (UPLM)

Unsur Pembangun Literasi Masyarakat (UPLM) terdiri atas 7 (tujuh)


komponen yaitu:
1. Pemerataan layanan perpustakaan (UPLM1);
Rumus yang digunakan untuk mengukur komponen ini terdiri atas:
a. Rasio ketersediaan perpustakaan umum, yakni jumlah ketersediaan
unit perpustakaan umum (provinsi, kabupaten/kota, kecamatan,
dan desa/kelurahan) yang kemudian dibagi dengan jumlah populasi
penduduk provinsi/kabupaten/kota;
b. Rasio ketersediaan perpustakaan sekolah/madrasah, yakni jumlah
ketersediaan unit perpustakaan sekolah/madrasah mulai dari
tingkat SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK kemudian dibagi
dengan jumlah populasi civitas sekolah (jumlah siswa/peserta didik
dan guru) di kabupaten/kota. Catatan : perpustakaan
sekolah/madrasah dihitung bukan berdasarkan aspek kewenangan
pembinaan, melainkan berdasarkan keberadaannya di suatu
wilayah sesuai dengan fungsi sebagai perpustakaan pembina;

Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 15


c. Rasio ketersediaan perpustakaan perguruan tinggi, yakni jumlah
perpustakaan perguruan tinggi (universitas, institut, sekolah tinggi,
politeknik, dan akademi) dibagi dengan jumlah populasi civitas
akademika (jumlah mahasiswa dan dosen) di kabupaten/kota;
d. Rasio ketersediaan perpustakaan khusus, yakni jumlah
perpustakaan khusus (instansi pemerintah pusat/daerah dan
instansi swasta) yang dibagi dengan jumlah populasi bekerja di
wilayah kabupaten/kota.

Berikut adalah rumus pengukuran komponen UPLM1 :

Rumus tersebut kemudian dirinci berdasarkan jenis perpustakaannya


(kecuali Perpustakaan Perguruan Tinggi dan Perpustakaan Khusus),
menjadi sebagai berikut:
(1) Perpustakaan Umum

Perpustakaan Kecamatan dan Perpustakaan Desa/Kelurahan dibagi


dengan Jumlah Populasi Kabupaten/Kota karena masih bagian dari
pengukuran wilayah Kabupaten/Kota serta menjadi bagian pembinaan
dari Perpustakaan Kabupaten/Kota (hal ini juga berlaku ke komponen
UPLM lainnya, kecuali UPLM5).

(2) Perpustakaan Sekolah/Madrasah

Perpustakaan Perguruan Tinggi dan Perpustakaan Khusus tidak dirinci


karena sub jenis kedua jenis perpustakaan tersebut bersifat setara atau
antara satu dengan lainnya tidak ada tingkatan ordinal (hal ini juga
berlaku ke komponen UPLM lainnya, kecuali UPLM5).
2. Ketercukupan koleksi (UPLM2);

16 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat


Rumus yang digunakan untuk mengukur komponen ini (satuan judul)
terdiri atas:
a. Rasio ketercukupan koleksi perpustakaan umum (baik tercetak
maupun digital), yakni jumlah koleksi perpustakaan umum dibagi
dengan jumlah populasi penduduk provinsi/kabupaten/kota;
b. Rasio ketercukupan koleksi perpustakaan sekolah/madrasah (baik
tercetak maupun digital), yakni jumlah koleksi perpustakaan sekolah
dibagi dengan jumlah civitas sekolah di kabupaten/kota. Catatan :
koleksi yang dihitung/diukur adalah koleksi buku teks pengayaan (di
luar kurikulum sekolah), bukan buku paket pelajaran;
c. Rasio ketercukupan koleksi perpustakaan perguruan tinggi (baik
tercetak maupun digital), yakni jumlah koleksi perpustakaan
perguruan tinggi dibagi dengan jumlah civitas akademika di
kabupaten/kota;
d. Rasio ketercukupan koleksi perpustakaan khusus (baik tercetak
maupun digital), yakni jumlah koleksi perpustakaan khusus dibagi
dengan jumlah civitas akademika di kabupaten/kota;

Berikut adalah rumus pengukuran komponen UPLM2 :

Rumus tersebut kemudian dirinci berdasarkan jenis perpustakaannya


(kecuali Perpustakaan Perguruan Tinggi dan Perpustakaan Khusus),
menjadi sebagai berikut:
(1) Perpustakaan Umum

(2) Perpustakaan Sekolah/Madrasah

Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 17


3. Ketercukupan tenaga perpustakaan (UPLM3);
Rumus yang digunakan untuk mengukur komponen ini terdiri atas:
a. Rasio ketercukupan tenaga perpustakaan umum, yakni jumlah
tenaga perpustakaan (pustakawan dan tenaga teknis) dibagi
dengan jumlah populasi penduduk provinsi/kabupaten/kota;
b. Rasio ketercukupan tenaga perpustakaan sekolah/madrasah, yakni
jumlah tenaga perpustakaan (pustakawan dan tenaga teknis) dibagi
dengan jumlah civitas sekolah di kabupaten/kota;
c. Rasio ketercukupan tenaga perpustakaan perguruan tinggi, yakni
jumlah tenaga perpustakaan perguruan tinggi (pustakawan dan
tenaga teknis) dibagi dengan jumlah civitas akademika di
kabupaten/kota;
d. Rasio ketercukupan tenaga perpustakaan khusus, yakni jumlah
tenaga perpustakaan (pustakawan dan tenaga teknis) dibagi
dengan jumlah populasi bekerja di kabupaten/kota;

Berikut adalah rumus pengukuran komponen UPLM3 :

Rumus tersebut kemudian dirinci berdasarkan jenis perpustakaannya


(kecuali Perpustakaan Perguruan Tinggi dan Perpustakaan Khusus),
menjadi sebagai berikut:
(1) Perpustakaan Umum

(2) Perpustakaan Sekolah/Madrasah

4. Tingkat kunjungan masyarakat per hari (UPLM4);


Rumus yang digunakan untuk mengukur komponen ini terdiri atas:
a. Rasio tingkat kunjungan pemustaka dan pengunjung per hari di
perpustakaan umum (secara onsite maupun online), yakni jumlah

18 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat


kunjungan pemustaka dan pengunjung per hari dibagi dengan
jumlah populasi penduduk di provinsi/kabupaten/kota;
b. Rasio tingkat kunjungan civitas sekolah per hari di perpustakaan
sekolah/madrasah (secara onsite maupun online), yakni jumlah
kunjungan civitas sekolah per hari dibagi dengan jumlah civitas
sekolah di kabupaten/kota;
c. Rasio tingkat kunjungan civitas akademika per hari di perpustakaan
perguruan tinggi (secara onsite maupun online), yakni jumlah
kunjungan civitas akademika per hari dibagi dengan jumlah civitas
akademika di kabupaten/kota;
d. Rasio tingkat kunjungan karyawan/pegawai per hari di
perpustakaan khusus (secara onsite dan online), yakni jumlah
kunjungan karyawan/pegawai per hari dibagi dengan jumlah
populasi bekerja di kabupaten/kota;

Berikut adalah rumus pengukuran komponen UPLM4 :

Rumus tersebut kemudian dirinci berdasarkan jenis perpustakaannya


(kecuali Perpustakaan Perguruan Tinggi dan Perpustakaan Khusus),
menjadi sebagai berikut:
(1) Perpustakaan Umum

(2) Perpustakaan Sekolah

5. Jumlah perpustakaan yang dibina sesuai dengan Standar Nasional


Perpustakaan (UPLM5);
Rumus yang digunakan untuk mengukur komponen ini terdiri atas:
a. Rasio jumlah perpustakaan umum yang dibina berbasis Standar
Nasional Perpustakaan (SNP), yakni jumlah perpustakaan umum
yang sudah dibina sesuai dengan SNP, sudah memiliki Nomor

Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 19


Pokok Perpustakaan (NPP), baik terakreditasi maupun belum
terakreditasi, yang dibagi dengan jumlah total perpustakaan umum
yang ada di wilayah provinsi/kabupaten/kota;
b. Rasio jumlah perpustakaan sekolah/madrasah berbasis SNP
dan/atau memiliki NPP, yakni jumlah perpustakaan
sekolah/madrasah yang sudah dibina sesuai dengan SNP, memiliki
Nomor Pokok Perpustakaan (NPP), baik terakreditasi maupun
belum terakreditasi, yang dibagi dengan jumlah total perpustakaan
sekolah/madrasah yang ada di wilayah kabupaten/kota;
c. Rasio jumlah perpustakaan perguruan tinggi berbasis SNP dan/atau
memiliki NPP, yakni jumlah perpustakaan perguruan tinggi yang
dibina sesuai dengan SNP, memiliki Nomor Pokok Perpustakaan
(NPP), baik terakreditasi maupun belum terakreditasi, yang dibagi
dengan jumlah total perpustakaan tinggi yang ada di wilayah
kabupaten/kota;
d. Rasio jumlah perpustakaan khusus berbasis SNP dan/atau memiliki
NPP, yakni jumlah perpustakaan khusus umum yang dibina sesuai
dengan SNP, memiliki Nomor Pokok Perpustakaan (NPP), baik
terakreditasi maupun belum terakreditasi, yang dibagi dengan
jumlah total perpustakaan khusus yang ada di wilayah
kabupaten/kota;

Berikut adalah rumus pengukuran komponen UPLM5 :

Rumus tersebut kemudian dirinci berdasarkan jenis perpustakaannya


(kecuali Perpustakaan Perguruan Tinggi dan Perpustakaan Khusus),
menjadi sebagai berikut:
(1) Perpustakaan Umum

20 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat


(2) Perpustakaan Sekolah/Madrasah

6. Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan sosialisasi (UPLM6);


Rumus yang digunakan untuk mengukur komponen ini terdiri atas:
a. Rasio jumlah partisipasi masyarakat dalam sosialisasi perpustakaan
(secara onsite maupun online), yakni jumlah masyarakat yang
terlibat dalam kegiatan sosialisasi perpustakaan dibagi dengan
jumlah populasi penduduk di provinsi/kabupaten/kota;
b. Rasio jumlah partisipasi civitas sekolah dalam sosialisasi
perpustakaan (secara onsite maupun online), yakni jumlah civitas
sekolah yang terlibat dalam kegiatan sosialisasi perpustakaan
dibagi dengan jumlah populasi penduduk di kabupaten/kota;
c. Rasio jumlah partisipasi civitas akademika dalam sosialisasi
perpustakaan (secara onsite maupun online), yakni jumlah
partisipasi civitas akademika yang terlibat dalam kegiatan
sosialisasi perpustakaan dibagi dengan jumlah populasi penduduk
di kabupaten/kota;
d. Rasio jumlah partisipasi karyawan/pegawai dalam sosialisasi
perpustakaan (secara onsite maupun online), yakni jumlah
partisipasi karyawan/pegawai yang terlibat dalam kegiatan
sosialisasi perpustakaan dibagi dengan jumlah populasi penduduk
di kabupaten/kota;

Berikut adalah rumus pengukuran komponen UPLM6 :

Rumus tersebut kemudian dirinci berdasarkan jenis perpustakaannya


(kecuali Perpustakaan Perguruan Tinggi dan Perpustakaan Khusus),
menjadi sebagai berikut:

Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 21


(1) Perpustakaan Umum

(2) Perpustakaan Sekolah

7. Jumlah anggota perpustakaan (UPLM7)


Rumus yang digunakan untuk mengukur komponen ini terdiri atas:
a. Rasio jumlah anggota perpustakaan umum (provinsi,
kabupaten/kota, kecamatan, desa/kelurahan), yakni jumlah
anggota perpustakaan umum dibagi dengan jumlah populasi
penduduk provinsi/kabupaten/kota;
b. Rasio jumlah anggota perpustakaan sekolah/madrasah, yakni
jumlah anggota perpustakaan sekolah/madrasah dibagi dengan
jumlah civitas sekolah yang ada di kabupaten/kota;
c. Rasio jumlah anggota perpustakaan perguruan tinggi, yakni jumlah
anggota perpustakaan perguruan tinggi dibagi dengan jumlah
civitas akademika yang ada di kabupaten/kota;
d. Rasio jumlah anggota perpustakaan khusus, yakni jumlah anggota
perpustakaan khusus dibagi dengan jumlah populasi penduduk
bekerja yang ada di kabupaten/kota;

Berikut adalah rumus pengukuran komponen UPLM7 :

Rumus tersebut kemudian dirinci berdasarkan jenis perpustakaannya


(kecuali Perpustakaan Perguruan Tinggi dan Perpustakaan Khusus),
menjadi sebagai berikut:

22 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat


(1) Perpustakaan Umum

(2) Perpustakaan Sekolah/Madrasah

D. ASPEK MASYARAKAT

Gambar 5 - Tabel Aspek Masyarakat Berdasarkan Jenis Perpustakaannya

Berbeda dengan konsep pada pengukuran Indeks Pembangunan Literasi


Masyarakat pada versi sebelumnya, komponen Aspek Masyarakat (AM)
dalam pedoman ini disesuaikan berdasarkan lokus atau segmentasi jenis
perpustakaannya. Berikut adalah sumber data resmi yang digunakan sebagai
komponen Aspek Masyarakat dalam penerapan rumus Indeks Pembangunan
Literasi Masyarakat:
1. Populasi Penduduk
Data yang digunakan pada populasi penduduk, baik level provinsi
maupun kabupaten/kota, adalah dengan mengacu pada data resmi yang
dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Sumber data yang
digunakan untuk jumlah populasi penduduk antara lain:
a. Populasi penduduk per provinsi, bisa menggunakan publikasi
tahunan BPS dengan judul Statistik Indonesia atau publikasi dari BPS
Provinsi. Contoh: Banten Dalam Angka 2020, Jakarta Dalam Angka
2020, Bengkulu Dalam Angka 2020, dan sebagainya.

Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 23


Berikut adalah contoh tampilan laman web Badan Pusat Statistik
yang beralamat di https://bps.go.id yang menampilkan laman
unduhan publikasi Statistik Indonesia 2020 untuk mengakses data
statistik level nasional :

Gambar 6 - Tampilan Laman Web Unduhan Laporan Tahunan BPS Pusat

Untuk data statistik level provinsi atau kabupaten/kota bisa


mengakses laman web Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi atau
Kabupaten/Kota seperti contoh di bawah ini:

Gambar 7 - Tampilan Laman Web Unduhan Laporan Tahunan BPS Provinsi

24 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat


Untuk mendapatkan data populasi penduduk provinsi dan
kabupaten/kota dapat merujuk pada bab Penduduk atau
Kependudukan dalam dokumen statistik BPS level provinsi atau
kabupaten/kota seperti contoh tabel di bawah :

Gambar 8 - Contoh Laporan BPS Jumlah Penduduk Provinsi/Kabupaten/Kota

b. Populasi penduduk per kabupaten/kota, selain bisa menggunakan


publikasi tahunan BPS level provinsi juga bisa menggunakan
publikasi tahunan BPS pada level kabupaten/kota. Contoh: Kota
Cilegon Dalam Angka 2020, Kota Medan Dalam Angka 2020, Kota
Bogor Dalam Angka 2020 dan sebagainya.

Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 25


Berikut adalah contoh tampilan laman web Badan Pusat Statistik
(BPS) Kabupaten/Kota untuk mengunduh laporan statistik tahunan:

Gambar 9 - Tampilan Laman Web Unduhan Laporan BPS Kabupaten/Kota

Sama seperti level nasional dan provinsi, untuk mendapatkan data


populasi penduduk tingkat kabupaten/kota bisa merujuk pada bab
penduduk atau kependudukan dalam publikasi statistik tahunan
yang diunduh pada laman di atas.

2. Populasi Civitas Sekolah


Data yang digunakan pada populasi civitas sekolah adalah data populasi
jumlah siswa dan guru. Data jumlah siswa dan guru yang digunakan di
sini adalah data siswa dan guru pada SD, SMP, SMA dan SMK. Sumber
data resmi yang digunakan pada komponen ini adalah laman web resmi
Data Pokok Pendidikan (Dapodik) dari Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan dan EMIS Pendidikan Islam dari Kementerian Agama.
Berikut adalah alamat URL dari sumber data populasi civitas sekolah:
a. Jumlah siswa/peserta didik tingkat SD, SMP, SMA dan SMK, dapat
mengakses laman : https://dapo.kemdikbud.go.id/pd
b. Jumlah guru tingkat SD, SMP, SMA dan SMK, dapat mengakses
laman: https://dapo.kemdikbud.go.id/guru
c. Jumlah siswa/peserta didik dan guru pada tingkat MI, MTs dan MA,
dapat mengakses laman EMIS Pendidikan Islam pada laman web:
https://emispendis.kemenag.go.id/dashboard/?content=data-
statistik

26 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat


Berikut adalah contoh tampilan laman web Dapodik Kemendikbud dan
EMIS Pendidikan Islam, Kemenag yang menampilkan data jumlah
peserta didik atau siswa yang disajikan berdasarkan urutan provinsi dan
dapat dirinci hingga level kabupaten/kota :

Gambar 10 - Tampilan Laman Web Data Pokok Pendidikan (Dapodik), Kemendikbud

Catatan : untuk data Dapodik peserta didik Taman Kanak-Kanak (TK) dan
Kelompok Bermain (KB) tidak dihitung atau tidak digunakan dalam
penginputan data Aspek Masyarakat jumlah siswa.

Kemudian di bawah ini adalah contoh tampilan laman dari data civitas
sekolah dari madrasah yang bersumber dari laman web EMIS Pendidikan
Islam (Pendis) dari Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian
Agama RI. Data yang disajikan dalam laman web tersebut berisi jumlah
peserta didik/siswa dan guru dari jenjang Madrasah Ibtidaiyah (MI),
Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) yang disusun
berdasarkan urutan provinsi dan dapat diuraikan hingga level
kabupaten/kota.

Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 27


Gambar 11 - Tampilan Laman Web EMIS Pendidikan Islam, Kementerian Agama

3. Populasi Civitas Akademika


Data yang digunakan pada civitas akademika adalah data populasi
jumlah mahasiswa dan dosen (tenaga pendidik). Sumber data resmi yang
dapat digunakan pada komponen ini adalah publikasi tahunan BPS level
provinsi atau BPS level kabupaten/kota. Berikut adalah contoh tampilan
tabel data yang bisa digunakan untuk data Aspek Masyarakat pada
civitas akademika:

Gambar 12 - Contoh Laman Laporan BPS Jumlah Perguruan Tinggi dan Mahasiswa

28 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat


Gambar 13 - Contoh Laporan BPS Jumlah Tenaga Edukatif (Dosen)

4. Populasi Penduduk Bekerja


Data yang digunakan pada populasi penduduk usia kerja dapat
menggunakan sumber publikasi data resmi tahunan dari BPS level
provinsi. Data yang diambil adalah data penduduk yang berstatus
Bekerja (Working). Berikut adalah contoh tampilan tabel data yang bisa
digunakan:

Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 29


Gambar 14 - Contoh Laman Laporan BPS Populasi Bekerja

E. ANGKA PEMBAGI RASIO PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA


Komponen Angka Pembagi Rasio Provinsi dan Kabupaten/Kota ditujukan
untuk membuat skala bagi angka pembagi populasi pada saat pengukuran
rasio UPLM bagi provinsi dan kabupaten/kota yang dibagi dengan jumlah
populasi penduduk. Hal ini dilakukan karena adanya anomali angka yang
disebabkan faktor tinggi dan rendahnya jumlah populasi di suatu wilayah.
Meski demikian hal ini menjadikan ketimpangan angka di mana angka rasio
di wilayah yang memiliki populasi rendah lebih tinggi dibandingkan dengan
wilayah yang memiliki populasi lebih tinggi/padat. Dengan demikian angka
rasio provinsi dan kabupaten/kota yang dihasilkan dari hasil pembagi
30 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat
tersebut tidak menjadi terlalu kecil agar memudahkan dalam penerapan
rumus IPLM.
Angka Pembagi Rasio Provinsi dan Kabupaten/Kota diadopsi dari jumlah
minimal pemustaka berdasarkan jumlah populasi penduduk pada Standar
Nasional Perpustakaan (SNP) Perpustakaan Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Tabel rincian Angka Pembagi Rasio Provinsi dan Kabupaten/Kota bisa dilihat
pada laman Lampiran.

F. ANGKA KOREKSI BERDASARKAN TINGKAT KEPADATAN


Fungsi dari Angka Koreksi Berdasarkan Tingkat Kepadatan memiliki
kesamaan dengan Angka Pembagi Rasio Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Hanya saja Angka Koreksi Berdasarkan Tingkat Kepadatan ini diterapkan
pada angka yang dihasilkan setelah rasio UPLM dihitung kemudian dikalikan
dengan angka koreksi yang ditentukan berdasarkan tingkat kepadatan
wilayahnya.
Dengan demikian wilayah yang memiliki tingkat kepadatan penduduk yang
tinggi akan memiliki angka rasio yang lebih logis dan tidak terlampau kecil
akibat angka pembagi populasi yang besar.
Tabel rincian Angka Koreksi Berdasarkan Tingkat Kepadatan dapat dilihat
pada laman Lampiran.

G. TINGKATAN SKOR INDEKS PEMBANGUNAN LITERASI MASYARAKAT


Berbeda dengan konsep pengukuran dalam kajian Indeks Pembangunan
Literasi Masyarakat sebelumnya, pada pengukuran ini skor indeks
menggunakan skala level 100:

Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 31


Gambar 15 - Tingkatan Skor Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat

H. TAHAPAN PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN LITERASI


MASYARAKAT

Gambar 16 - Tahapan Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat

Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) dilakukan


secara berjenjang atau multilevel di mana pengukuran skor indeks dimulai
dari level terbawah yakni level kabupaten/kota. Kabupaten/kota merupakan
unit di mana keberadaan semua jenis perpustakaan ada di wilayahnya. Rumus
pengukuran juga diterapkan sepenuhnya di level ini.

32 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat


Tahapan selanjutnya setelah pengukuran skor indeks level kabupaten/kota
dilaksanakan adalah pengukuran skor indeks level provinsi. Pada level ini,
provinsi hanya melakukan rekapitulasi atau agregasi dari kumpulan skor
indeks dari seluruh kabupaten/kota yang ada di wilayahnya. Penambahan
penghitungan dari rekapitulasi ini hanya penambahan angka skor ratio dari
perpustakaan provinsi yang dibagi dengan jumlah populasi penduduk
provinsi sebagai komponen Aspek Masyarakatnya.

Tahapan terakhir setelah didapatkan skor indeks level provinsi adalah


pengukuran skor indeks level nasional. Pada level ini, pusat hanya melakukan
rekapitulasi atau agregasi kumpulan skor indeks dari seluruh provinsi dengan
mengambil skor rata-rata (mean) yang didapat dengan menjumlahkan semua
skor indeks provinsi dibagi dengan jumlah provinsi yang ada.

I. PENJADWALAN PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN LITERASI


MASYARAKAT DI KABUPATEN/KOTA, PROVINSI DAN NASIONAL

Gambar 17 - Penjadwalan Pengukuran IPLM Kabupaten/Kota, Provinsi dan Nasional

Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 33


REVIEW RUMUS IPLM
34 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat
Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 35
36 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat
Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 37
38 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat
Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 39
40 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat
Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 41
42 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat
Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 43
44 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat
Pengukuran Indeks
Pembangunan Literasi
Masyarakat
Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) dilakukan secara
berjenjang dan bottom up. Hal ini ditujukan agar tidak terjadi duplikasi dan/atau
tumpang tindih (overlapping) dalam pengukuran, baik di level kabupaten/kota,
provinsi maupun pusat. Dengan demikian, koordinasi dan sinergi antara pusat,
provinsi dan kabupaten/kota dalam pembinaan dan pengembangan semua jenis
perpustakaan dapat terjalin dengan baik.

A. PENGUKURAN SKOR IPLM LEVEL KABUPATEN/KOTA


Tahap pertama yang dilakukan pada pengukuran skor IPLM pada level
kabupaten/kota adalah tahap pengumpulan data. Adapun data yang
dikumpulkan dalam pengukuran IPLM adalah data sekunder, yang biasanya
Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 45
didapat dari publikasi resmi, pangkalan data, atau rekapitulasi data lembaga.
Tahap pengumpulan data pada level ini dibagi dua, antara lain:
1. Pengumpulan data pendukung UPLM
Data pendukung UPLM yang dikumpulkan antara lain: jumlah semua
jenis perpustakaan, jumlah koleksi (satuan judul), jumlah tenaga
perpustakaan (pustakawan dan tenaga teknis), jumlah kunjungan
perpustakaan per hari, jumlah perpustakaan terakreditasi dan sesuai
SNP, jumlah partisipasi masyarakat dalam sosialisasi atau kegiatan KIE
(komunikasi, informasi dan edukasi), serta jumlah pemustaka yang
terdaftar.

2. Pengumpulan data AM
Data AM yang dikumpulkan antara lain: jumlah populasi penduduk, luas
wilayah, tingkat kepadatan penduduk, jumlah civitas sekolah di semua
jenjang (siswa/peserta didik dan guru), jumlah civitas akademika
(mahasiswa dan dosen/tenaga pendidik), serta jumlah populasi bekerja.
Sumber data AM telah dijelaskan pada Bab sebelumnya.

Tahap kedua setelah pengumpulan data adalah penginputan data pada


lembar kerja. Format isian lembar kerja IPLM dapat diakses dan diunggah
melalui link :
https://bit.ly/InstrumenIPLM21

Berikut adalah contoh lembar kerja di mana data field Aspek Masyarakat
(AM) dan Unsur Pembangun Literasi Masyarakat (UPLM) terisi:

Gambar 18 - Contoh Tabel Aspek Masyarakat (1)

Gambar 19 - Contoh Tabel Aspek Masyarakat (2)

46 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat


Gambar 20 - Contoh Tabel Unsur Pembangun Literasi Masyarakat

Tahap ketiga adalah penghitungan UPLM berdasarkan hasil penginputan


data pendukung UPLM dan AM. Rumus pengukuran per UPLM telah
dijelaskan pada bab sebelumnya.

Berikut adalah ilustrasi pengukuran UPLM1 hingga UPLM7 untuk level


kabupaten/kota:

Diketahui Data Aspek Masyarakat (AM) Kota Administratif Jakarta Utara


adalah sebagai berikut:
 Populasi Kota Adm. Jakarta Utara : 1.778.980 jiwa
 Luas Wilayah Kota Adm. Jakarta Utara : 139,99 km2
 Tingkat Kepadatan Kota Adm. Jakarta Utara : 12.708 jiwa/km2
(angka tingkat kepadatan diperoleh dengan rumus jumlah populasi dibagi
dengan luas wilayah)
 Angka Pembagi Ratio Kabupaten/Kota : 22.000
(lihat acuan tabel angka pembagi ratio kabupaten/kota)
 Angka Koreksi Berdasarkan Tingkat Kepadatan : 2,5
(lihat acuan tabel angka koreksi berdasarkan tingkat kepadatan)
 Populasi Siswa Sekolah Dasar (SD) : 107.835 jiwa
 Populasi Siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI) : 70 jiwa
 Populasi Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) : 39.269 jiwa
 Populasi Siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) : 32 jiwa
 Populasi Siswa Sekolah Menengah Atas/Kejuruan (SMA/K) : 36.246 jiwa
 Populasi Siswa Madrasah Aliyah (MA) : 62 jiwa
 Populasi Mahasiswa : 17.718 jiwa
 Populasi Masyarakat Bekerja : 822.076 jiwa

Diketahui juga Data Unsur Pembangun Literasi Masyarakat (UPLM) Kota


Administratif Jakarta Utara sebagai berikut:
1. Data UPLM1

Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 47


 Jumlah Unit Perpustakaan Umum:
o Perpustakaan Kabupaten/Kota : 1 unit
o Perpustakaan Kecamatan : 1 unit
o Perpustakaan Desa/Kelurahan : 9 unit
 Jumlah Unit Perpustakaan Sekolah/Madrasah:
o Perpustakaan SD/MI : 346 unit
o Perpustakaan SMP/MTs : 193 unit
o Perpustakaan SMA/K/MA : 166 unit
 Jumlah Unit Perpustakaan Perguruan Tinggi: 17 unit
 Jumlah Unit Perpustakaan Khusus: 22 unit
2. Data UPLM2
 Jumlah Koleksi Perpustakaan Umum:
o Perpustakaan Kabupaten/Kota : 179.210 judul
o Perpustakaan Kecamatan : 4.301 judul
o Perpustakaan Desa/Kelurahan : 16.667 judul
 Jumlah Koleksi Perpustakaan Sekolah/Madrasah:
o Perpustakaan SD/MI : 518 judul
o Perpustakaan SMP/MTs : 929 judul
o Perpustakaan SMA/MA : 1.080 judul
 Jumlah Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi: 60.931 judul
 Jumlah Koleksi Perpustakaan Khusus: 770.603 judul
3. Data UPLM3
 Jumlah Tenaga Perpustakaan Umum:
o Perpustakaan Kabupaten/Kota : 31 orang
o Perpustakaan Kecamatan : 0 orang
o Perpustakaan Desa/Kelurahan : 0 orang
 Jumlah Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah:
o Perpustakaan SD/MI : 5 orang
o Perpustakaan SMP/MTs : 5 orang
o Perpustakaan SMA/MA : 5 orang
 Jumlah Tenaga Perpustakaan Perguruan Tinggi: 8 orang
 Jumlah Tenaga Perpustakaan Khusus: 66 orang
4. Data UPLM4
 Jumlah Kunjungan per Hari Perpustakaan Umum:
o Perpustakaan Kabupaten/Kota : 130 orang/hari
o Perpustakaan Kecamatan : 0 orang/hari
o Perpustakaan Desa/Kelurahan : 0 orang/hari

48 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat


 Jumlah Kunjungan per Hari Perpustakaan Sekolah/Madrasah:
o Perpustakaan SD/MI : 13 siswa/hari
o Perpustakaan SMP/MTs : 20 siswa/hari
o Perpustakaan SMA/MA : 26 siswa/hari
 Jumlah Kunjungan per Hari Perpustakaan Perguruan Tinggi: 1.105
mahasiswa/hari
 Jumlah Kunjungan per Hari Perpustakaan Khusus: 419 karyawan/hari
5. Data UPLM5
 Jumlah Unit Perpustakaan Umum yang Dibina Sesuai Standar:
o Perpustakaan Kabupaten/Kota : 1 unit
o Perpustakaan Kecamatan : 0 unit
o Perpustakaan Desa/Kelurahan : 0 unit
 Jumlah Unit Perpustakaan Sekolah/Madrasah yang Dibina Sesuai
Standar:
o Perpustakaan SD/MI : 0 unit
o Perpustakaan SMP/MTs : 2 unit
o Perpustakaan SMA/MA : 6 unit
 Jumlah Unit Perpustakaan Perguruan Tinggi yang Dibina Sesuai
Standar: 0 unit
 Jumlah Unit Perpustakaan Khusus yang Dibina Sesuai Standar: 0 unit
6. Data UPLM6
 Jumlah Masyarakat yang Terlibat Dalam Kegiatan Sosialisasi
Perpustakaan Umum:
o Perpustakaan Kabupaten/Kota : 322.506 orang
o Perpustakaan Kecamatan : 32.251 orang
o Perpustakaan Desa/Kelurahan : 48.376 orang
 Jumlah Civitas Sekolah yang Terlibat Dalam Kegiatan Sosialisasi
Perpustakaan Sekolah/Madrasah:
o Perpustakaan SD/MI : 64.501 siswa
o Perpustakaan SMP/MTs : 64.501 siswa
o Perpustakaan SMA/MA : 80.627 siswa
 Jumlah Civitas Akademika yang Terlibat Dalam Kegiatan Sosialisasi
Perpustakaan Perguruan Tinggi: 96.752 mahasiswa
 Jumlah Pegawai/Karyawan yang Terlibat Dalam Kegiatan Sosialisasi
Perpustakaan Khusus: 16.125 karyawan
7. Data UPLM7
 Jumlah Pemustaka Perpustakaan Umum:

Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 49


o Perpustakaan Kabupaten/Kota : 728 orang
o Perpustakaan Kecamatan : 73 orang
o Perpustakaan Desa/Kelurahan : 73 orang
 Jumlah Pemustaka Perpustakaan Sekolah/Madrasah:
o Perpustakaan SD/MI : 146 siswa
o Perpustakaan SMP/MTs : 167 siswa
o Perpustakaan SMA/MA : 182 siswa
 Jumlah Pemustaka Perpustakaan Perguruan Tinggi: 109 mahasiswa
 Jumlah Pemustaka Perpustakaan Khusus: 73 karyawan

Maka untuk pengukuran UPLM1 hingga UPLM7 wilayah Kota Administratif


Jakarta Utara adalah sebagai berikut:
1. UPLM1
 Perpustakaan Umum:
o Perpustakaan Kabupaten/Kota:
Rumus : Jumlah Unit Perpustakaan Kabupaten/Kota
Angka Pembagi Ratio Kabupaten/Kota
Dengan demikian penghitungannya menjadi seperti ini:
1 / 22.000 = 0,000045
o Perpustakaan Kecamatan:
Rumus : Jumlah Unit Perpustakaan Kecamatan
Jumlah Populasi Kabupaten/Kota
Maka penghitungannya menjadi seperti ini:
1 / 1.778.980 = 0,000055
o Perpustakaan Desa/Kelurahan:
Rumus : Jumlah Unit Perpustakaan Desa/Kelurahan
Jumlah Populasi Kabupaten/Kota
Maka penghitungannya menjadi seperti ini:
9 / 1.778.980 = 0,000423

Maka jumlah ratio ketersediaan layanan perpustakaan untuk


perpustakaan umumnya adalah:
0,000045 + 0,000055 + 0,000423 = 0,000523

 Perpustakaan Sekolah/Madrasah:
o Perpustakaan SD/MI:
Rumus : Jumlah Unit Perpustakaan SD/MI
Jumlah Civitas SD/MI
50 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat
Maka penghitungannya menjadi seperti ini:
346 / (107.835+70) = 0,003038
o Perpustakaan SMP/MTs:
Rumus : Jumlah Unit Perpustakaan SMP/MTs
Jumlah Civitas SMP/MTs
Maka penghitungannya menjadi seperti ini:
193 / (39.269 + 32) = 0,004561
o Perpustakaan SMA/K/MA:
Rumus : Jumlah Unit Perpustakaan SMA/K/MA
Jumlah Civitas SMA/K/MA
Maka penghitungannya menjadi seperti ini:
166 / (36.246 + 62) = 0,004209

Maka jumlah ratio ketersediaan layanan perpustakaan untuk


perpustakaan sekolah/madrasah adalah:
0,003038 + 0,004561 + 0,004209 = 0,011809

 Perpustakaan Perguruan Tinggi:


Rumus : Jumlah Unit Perpustakaan Perguruan Tinggi
Jumlah Civitas Akademika
Maka penghitungannya menjadi seperti ini:
17 / 17.718 = 0,000916

 Perpustakaan Khusus:
Rumus : Jumlah Unit Perpustakaan Khusus
Jumlah Pegawai/Karyawan
Maka penghitungannya menjadi seperti ini:
22 / 822.076 = 0,004209

Setelah angka ratio per jenis perpustakaan didapatkan, selanjutnya kita


akan mengukur UPLM1 dengan rumus sebagai berikut:

Sehingga menjadi seperti ini:

50% (0,000523) + 20% (0,011809) + 20% (0,000916) + 10% (0,004209)


= 0,000261 + 0,002362 + 0,000183 + 0,000003

Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 51


= 0,002809
Kemudian hasil penjumlahan tadi kita kalikan dengan Angka Koreksi
Berdasarkan Tingkat Kepadatan Kota Administratif Jakarta Utara :

0,002809 x 2,5 = 0,007022

Maka didapatlah angka ratio ketersediaan layanan perpustakaan untuk


UPLM1 di Kota Administratif Jakarta Utara sebesar 0,007022.

2. UPLM2
 Perpustakaan Umum:
o Perpustakaan Kabupaten/Kota:
Rumus : Jumlah Koleksi Perpustakaan Kabupaten/Kota
Jumlah Populasi Kabupaten/Kota
Dengan demikian penghitungannya menjadi seperti ini:
179.210 / 1.778.980 = 0,100738
o Perpustakaan Kecamatan:
Rumus : Jumlah Koleksi Perpustakaan Kecamatan
Jumlah Populasi Kabupaten/Kota
Maka penghitungannya menjadi seperti ini:
4.301 / 1.778.980 = 0,002418
o Perpustakaan Desa/Kelurahan:
Rumus : Jumlah Koleksi Perpustakaan Desa/Kelurahan
Jumlah Populasi Kabupaten/Kota
Maka penghitungannya menjadi seperti ini:
16.667 / 1.778.980 = 0,009369

Maka jumlah ratio ketercukupan koleksi untuk perpustakaan


umumnya adalah:
0,100738 + 0,002418 + 0,009369 = 0,112524

 Perpustakaan Sekolah/Madrasah:
o Perpustakaan SD/MI:
Rumus : Jumlah Koleksi Perpustakaan SD/MI
Jumlah Civitas SD/MI
Maka penghitungannya menjadi seperti ini:
518 / (107.835+70) = 0,004548
o Perpustakaan SMP/MTs:
52 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat
Rumus : Jumlah Koleksi Perpustakaan SMP/MTs
Jumlah Civitas SMP/MTs
Maka penghitungannya menjadi seperti ini:
929 / (39.269 + 32) = 0,021944
o Perpustakaan SMA/K/MA:
Rumus : Jumlah Koleksi Perpustakaan SMA/K/MA
Jumlah Civitas SMA/K/MA
Maka penghitungannya menjadi seperti ini:
1.080 / (36.246 + 62) = 0,027373

Maka jumlah ratio ketercukupan koleksi untuk perpustakaan


sekolah/madrasahnya adalah:
0,004548 + 0,021944 + 0,027373 = 0,053866

 Perpustakaan Perguruan Tinggi:


Rumus : Jumlah Perpustakaan Perguruan Tinggi
Jumlah Civitas Akademika
Maka penghitungannya menjadi seperti ini:
60.931 / 17.718 = 3,283649

 Perpustakaan Khusus:
Rumus : Jumlah Perpustakaan Khusus
Jumlah Pegawai/Karyawan
Maka penghitungannya menjadi seperti ini:
770.603 / 822.076 = 0,937387

Setelah angka ratio per jenis perpustakaan didapatkan, selanjutnya kita


akan mengukur UPLM2 dengan rumus sebagai berikut:

Sehingga menjadi seperti ini:

50% (0,112524) + 20% (0,053866) + 20% (3,283649) + 10% (0,937387)


= 0,056262 + 0,010773 + 0,656730 + 0,093739
= 0,817504
Kemudian hasil penjumlahan tadi kita kalikan dengan Angka Koreksi
Berdasarkan Tingkat Kepadatan Kota Administratif Jakarta Utara :
Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 53
0,817504 x 2,5 = 2,043759

Maka didapatlah angka ratio ketercukupan koleksi untuk UPLM2 di Kota


Administratif Jakarta Utara sebesar 2,043759.

3. UPLM3
 Perpustakaan Umum:
o Perpustakaan Kabupaten/Kota:
Rumus : Jumlah Tenaga Perpustakaan Kabupaten/Kota
Jumlah Populasi Kabupaten/Kota
Dengan demikian penghitungannya menjadi seperti ini:
31 / 1.778.980 = 0,000017
o Perpustakaan Kecamatan:
Rumus : Jumlah Tenaga Perpustakaan Kecamatan
Jumlah Populasi Kabupaten/Kota
Maka penghitungannya menjadi seperti ini:
0 / 1.778.980 = 0,000000
o Perpustakaan Desa/Kelurahan:
Rumus : Jumlah Tenaga Perpustakaan Desa/Kelurahan
Jumlah Populasi Kabupaten/Kota
Maka penghitungannya menjadi seperti ini:
0 / 1.778.980 = 0,000000

Maka jumlah ratio ketercukupan tenaga perpustakaan untuk


perpustakaan umumnya adalah:
0,000017 + 0,000000 + 0,000000 = 0,000017

 Perpustakaan Sekolah/Madrasah:
o Perpustakaan SD/MI:
Rumus : Jumlah Tenaga Perpustakaan SD/MI
Jumlah Civitas SD/MI
Maka penghitungannya menjadi seperti ini:
5 / (107.835+70) = 0,000043
o Perpustakaan SMP/MTs:
Rumus : Jumlah Tenaga Perpustakaan SMP/MTs
Jumlah Civitas SMP/MTs
Maka penghitungannya menjadi seperti ini:
54 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat
5 / (39.269 + 32) = 0,000117
o Perpustakaan SMA/K/MA:
Rumus : Jumlah Tenaga Perpustakaan SMA/K/MA
Jumlah Civitas SMA/K/MA
Maka penghitungannya menjadi seperti ini:
5 / (36.246 + 62) = 0,000125

Maka jumlah ratio ketercukupan tenaga perpustakaan untuk


perpustakaan sekolah/madrasahnya adalah:
0,000043 + 0,000117 + 0,000125 = 0,000286

 Perpustakaan Perguruan Tinggi:


Rumus : Jumlah Tenaga Perpustakaan Perguruan Tinggi
Jumlah Civitas Akademika
Maka penghitungannya menjadi seperti ini:
8 / 17.718 = 0,000420

 Perpustakaan Khusus:
Rumus : Jumlah Unit Perpustakaan Khusus
Jumlah Pegawai/Karyawan
Maka penghitungannya menjadi seperti ini:
66 / 822.076 = 0,000081

Setelah angka ratio per jenis perpustakaan didapatkan, selanjutnya kita


akan mengukur UPLM3 dengan rumus sebagai berikut:

Sehingga menjadi seperti ini:

50% (0,000017) + 20% (0,000286) + 20% (0,000916) + 10% (0,000081)


= 0,000009 + 0,000057 + 0,000084 + 0,000008
= 0,000158
Kemudian hasil penjumlahan tadi kita kalikan dengan Angka Koreksi
Berdasarkan Tingkat Kepadatan Kota Administratif Jakarta Utara :

0,000158 x 2,5 = 0,000063

Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 55


Maka didapatlah angka ratio ketercukupan tenaga perpustakaan untuk
UPLM3 di Kota Administratif Jakarta Utara sebesar 0,000063.

4. UPLM4
 Perpustakaan Umum:
o Perpustakaan Kabupaten/Kota:
Rumus : Jumlah Kunjungan per Hari Perpustakaan Kabupaten/Kota
Jumlah Populasi Kabupaten/Kota
Dengan demikian penghitungannya menjadi seperti ini:
130 / 1.778.980 = 0,000073
o Perpustakaan Kecamatan:
Rumus : Jumlah Kunjungan per Hari Perpustakaan Kecamatan
Jumlah Populasi Kabupaten/Kota
Maka penghitungannya menjadi seperti ini:
1 / 1.778.980 = 0,000001
o Perpustakaan Desa/Kelurahan:
Rumus : Jumlah Kunjungan per Hari Perpustakaan Desa/Kelurahan
Jumlah Populasi Kabupaten/Kota
Maka penghitungannya menjadi seperti ini:
3 / 1.778.980 = 0,000001

Maka jumlah ratio kunjungan masyarakat per hari untuk perpustakaan


umumnya adalah:
0,000073 + 0,000001 + 0,000001 = 0,000075

 Perpustakaan Sekolah/Madrasah:
o Perpustakaan SD/MI:
Rumus : Jumlah Kunjungan per Hari Perpustakaan SD/MI
Jumlah Civitas SD/MI
Maka penghitungannya menjadi seperti ini:
13 / (107.835+70) = 0,000114
o Perpustakaan SMP/MTs:
Rumus : Jumlah Kunjungan per Hari Perpustakaan SMP/MTs
Jumlah Civitas SMP/MTs
Maka penghitungannya menjadi seperti ini:
20 / (39.269 + 32) = 0,000461

56 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat


o Perpustakaan SMA/K/MA:
Rumus : Jumlah Kunjungan per Hari Perpustakaan SMA/K/MA
Jumlah Civitas SMA/K/MA
Maka penghitungannya menjadi seperti ini:
26 / (36.246 + 62) = 0,000659

Maka jumlah ratio kunjungan civitas sekolah per hari untuk


perpustakaan sekolah/madrasahnya adalah:
0,000114 + 0,000461 + 0,000659 = 0,001234

 Perpustakaan Perguruan Tinggi:


Rumus : Jumlah Kunjungan per Hari Perpustakaan Perguruan Tinggi
Jumlah Civitas Akademika
Maka penghitungannya menjadi seperti ini:
1.105 / 17.718 = 0,059549

 Perpustakaan Khusus:
Rumus : Jumlah Kunjungan per Hari Perpustakaan Khusus
Jumlah Pegawai/Karyawan
Maka penghitungannya menjadi seperti ini:
419 / 822.076 = 0,000510

Setelah angka ratio per jenis perpustakaan didapatkan, selanjutnya kita


akan mengukur UPLM4 dengan rumus sebagai berikut:

Sehingga menjadi seperti ini:

50% (0,000075) + 20% (0,001234) + 20% (0,059549) + 10% (0,000510)


= 0,000038 + 0,000247 + 0,011910 + 0,000051
= 0,012245
Kemudian hasil penjumlahan tadi kita kalikan dengan Angka Koreksi
Berdasarkan Tingkat Kepadatan Kota Administratif Jakarta Utara :

0,012245 x 2,5 = 0,004898

Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 57


Maka didapatlah angka ratio kunjungan masyarakat per hari untuk UPLM4
di Kota Administratif Jakarta Utara sebesar 0,004898.

5. UPLM5
 Perpustakaan Umum:
o Perpustakaan Kabupaten/Kota:
Rumus : Jumlah Unit Perpustakaan Kabupaten/Kota Sesuai Standar
Jumlah Unit Perpustakaan Kabupaten/Kota
Dengan demikian penghitungannya menjadi seperti ini:
1/1=1
o Perpustakaan Kecamatan:
Rumus :
Jumlah Unit Perpustakaan Kecamatan yang Dibina Sesuai Standar
Jumlah Unit Perpustakaan Kecamatan
Maka penghitungannya menjadi seperti ini:
1/1=1
o Perpustakaan Desa/Kelurahan:
Rumus :
Jumlah Unit Perpustakaan Desa/Kel yang Dibina Sesuai Standar
Jumlah Unit Perpustakaan Desa/Kel
Maka penghitungannya menjadi seperti ini:
0 / 9 = 0,000000

Maka jumlah ratio perpustakaan yang dibina sesuai standar untuk


perpustakaan umumnya adalah:
1,000000 + 1,000000 + 0,000000 = 2,000000

 Perpustakaan Sekolah/Madrasah:
o Perpustakaan SD/MI:
Rumus :
Jumlah Unit Perpustakaan SD/MI yang Dibina Sesuai Standar
Jumlah Unit Perpustakaan SD/MI
Maka penghitungannya menjadi seperti ini:
0 / 346 = 0,000000
o Perpustakaan SMP/MTs:
Rumus :
Jumlah Unit Perpustakaan SMP/MTs yang Dibina Sesuai Standar
Jumlah Unit Perpustakaan SMP/MTs
58 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat
Maka penghitungannya menjadi seperti ini:
2 / 193 = 0,010363

o Perpustakaan SMA/K/MA:
Rumus :
Jumlah Unit Perpustakaan SMA/K/MA yang Dibina Sesuai Standar
Jumlah Unit Perpustakaan SMA/K/MA
Maka penghitungannya menjadi seperti ini:
6 / 166 = 0,036145

Maka jumlah ratio perpustakaan yang dibina sesuai standar untuk


perpustakaan sekolah/madrasahnya adalah:
0,000000 + 0,010363 + 0,036145 = 0,046507

 Perpustakaan Perguruan Tinggi:


Rumus :
Jumlah Unit Perpustakaan Perg. Tinggi yang Dibina Sesuai Standar
Jumlah Unit Perpustakaan Perg. Tinggi
Maka penghitungannya menjadi seperti ini:
0 / 17 = 0,000000

 Perpustakaan Khusus:
Rumus : Jumlah Unit Perpustakaan Khusus yang Dibina Sesuai Standar
Jumlah Unit Perpustakaan Khusus
Maka penghitungannya menjadi seperti ini:
0 / 22 = 0,000000

Setelah angka ratio per jenis perpustakaan didapatkan, selanjutnya kita


akan mengukur UPLM5 dengan rumus sebagai berikut:

Sehingga menjadi seperti ini:

50% (2,000000) + 20% (0,046507) + 20% (0,000000) + 10% (0,000000)


= 1,000000 + 0,009301 + 0,000000 + 0,000000
= 1,009301

Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 59


Kemudian hasil penjumlahan tadi kita kalikan dengan Angka Koreksi
Berdasarkan Tingkat Kepadatan Kota Administratif Jakarta Utara :

1,009301 x 2,5 = 0,403721

Maka didapatlah angka ratio perpustakaan yang dibina sesuai standar


untuk UPLM5 di Kota Administratif Jakarta Utara sebesar 0,403721.

6. UPLM6
 Perpustakaan Umum:
o Perpustakaan Kabupaten/Kota:
Rumus :
Jml. Keterlibatan Masyarakat dlm Sosialisasi Perp. Kab/Kota
Jumlah Populasi Kabupaten/Kota
Dengan demikian penghitungannya menjadi seperti ini:
322.506 / 1.778.980 = 0,181287
o Perpustakaan Kecamatan:
Rumus :
Jml. Keterlibatan Masyarakat dlm Sosialisasi Perp. Kecamatan
Jumlah Populasi Kabupaten/Kota
Maka penghitungannya menjadi seperti ini:
32.251 / 1.778.980 = 0,018129
o Perpustakaan Desa/Kelurahan:
Rumus :
Jml. Keterlibatan Masyarakat dlm Sosialisasi Perp. Desa/Kelurahan
Jumlah Populasi Kabupaten/Kota
Maka penghitungannya menjadi seperti ini:
48.376 / 1.778.980 = 0,027193

Maka jumlah ratio kunjungan masyarakat per hari untuk perpustakaan


umumnya adalah:
0,181287 + 0,018129 + 0,027193 = 0,226609

 Perpustakaan Sekolah/Madrasah:
o Perpustakaan SD/MI:
Rumus :
Jml. Keterlibatan Civitas Sekolah dlm Sosialisasi Perp. SD/MI
Jumlah Populasi Penduduk
60 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat
Maka penghitungannya menjadi seperti ini:
64.501 / 1.778.980 = 0,036257

o Perpustakaan SMP/MTs:
Rumus :
Jml. Keterlibatan Civitas Sekolah dlm Sosialisasi Perp. SMP/MTs
Jumlah Populasi Penduduk
Maka penghitungannya menjadi seperti ini:
64.501 / 1.778.980 = 0,036257

o Perpustakaan SMA/K/MA:
Rumus :
Jml. Keterlibatan Civitas Sekolah dlm Sosialisasi Perp. SMA/K/MA
Jumlah Populasi Penduduk
Maka penghitungannya menjadi seperti ini:
80.627 / 1.778.980 = 0,045322

Maka jumlah ratio civitas sekolah yang terlibat dalam sosialisasi


perpustakaan untuk perpustakaan sekolah/madrasahnya adalah:
0,036257 + 0,036257 + 0,045322 = 0,117837

 Perpustakaan Perguruan Tinggi:


Rumus :
Jml. Civitas Akademika yg Terlibat dlm Sosialisasi Perp. Perg. Tinggi
Jumlah Populasi Penduduk
Maka penghitungannya menjadi seperti ini:
96.752 / 1.778.980 = 0,054386

 Perpustakaan Khusus:
Rumus :
Jumlah Karyawan yang Terlibat dalam Sosialisasi Perpustakaan Khusus
Jumlah Populasi Penduduk
Maka penghitungannya menjadi seperti ini:
16.125 / 1.778.980 = 0,009064

Setelah angka ratio per jenis perpustakaan didapatkan, selanjutnya kita


akan mengukur UPLM6 dengan rumus sebagai berikut:

Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 61


Sehingga menjadi seperti ini:

50% (0,226609) + 20% (0,117837) + 20% (0,054386) + 10% (0,009064)


= 0,113304 + 0,023567 + 0,010877 + 0,000906
= 0,148655
Kemudian hasil penjumlahan tadi kita kalikan dengan Angka Koreksi
Berdasarkan Tingkat Kepadatan Kota Administratif Jakarta Utara :

0,148655 x 2,5 = 0,059462

Maka didapatlah angka ratio keterlibatan masyarakat dalam kegiatan


sosialisasi perpustakaan untuk UPLM6 di Kota Administratif Jakarta Utara
sebesar 0,059462.

7. UPLM7
 Perpustakaan Umum:
o Perpustakaan Kabupaten/Kota:
Rumus : Jumlah Kunjungan per Hari Perpustakaan Kabupaten/Kota
Jumlah Populasi Kabupaten/Kota
Dengan demikian penghitungannya menjadi seperti ini:
728 / 1.778.980 = 0,000409
o Perpustakaan Kecamatan:
Rumus : Jumlah Kunjungan per Hari Perpustakaan Kecamatan
Jumlah Populasi Kabupaten/Kota
Maka penghitungannya menjadi seperti ini:
73 / 1.778.980 = 0,000041
o Perpustakaan Desa/Kelurahan:
Rumus :
Jml. Keterlibatan Masyarakat dlm Sosialisasi Perp. Desa/Kelurahan
Jumlah Populasi Kabupaten/Kota
Maka penghitungannya menjadi seperti ini:
73 / 1.778.980 = 0,027193

Maka jumlah ratio kunjungan masyarakat per hari untuk perpustakaan


umumnya adalah:

62 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat


0,000409 + 0,000041 + 0,027193 = 0,000491

 Perpustakaan Sekolah/Madrasah:
o Perpustakaan SD/MI:
Rumus : Jumlah Kunjungan per Hari Perpustakaan SD/MI
Jumlah Civitas SD/MI
Maka penghitungannya menjadi seperti ini:
146 / (107.835+70) = 0,001279

o Perpustakaan SMP/MTs:
Rumus : Jumlah Kunjungan per Hari Perpustakaan SMP/MTs
Jumlah Civitas SMP/MTs
Maka penghitungannya menjadi seperti ini:
167 / (39.269 + 32) = 0,003957

o Perpustakaan SMA/K/MA:
Rumus : Jumlah Kunjungan per Hari Perpustakaan SMA/K/MA
Jumlah Civitas SMA/K/MA
Maka penghitungannya menjadi seperti ini:
182 / (36.246 + 62) = 0,004615

Maka jumlah ratio kunjungan civitas sekolah per hari untuk


perpustakaan sekolah/madrasahnya adalah:
0,001279 + 0,003957 + 0,004615 = 0,009850

 Perpustakaan Perguruan Tinggi:


Rumus : Jumlah Kunjungan per Hari Perpustakaan Perguruan Tinggi
Jumlah Civitas Akademika
Maka penghitungannya menjadi seperti ini:
109 / 17.718 = 0,005885

 Perpustakaan Khusus:
Rumus : Jumlah Kunjungan per Hari Perpustakaan Khusus
Jumlah Pegawai/Karyawan
Maka penghitungannya menjadi seperti ini:
73 / 822.076 = 0,000089

Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 63


Setelah angka ratio per jenis perpustakaan didapatkan, selanjutnya kita
akan mengukur UPLM7 dengan rumus sebagai berikut:

Sehingga menjadi seperti ini:

50% (0,000491) + 20% (0,009850) + 20% (0,005885) + 10% (0,000089)


= 0,000246 + 0,001970 + 0,001177 + 0,000009
= 0,003401
Kemudian hasil penjumlahan tadi kita kalikan dengan Angka Koreksi
Berdasarkan Tingkat Kepadatan Kota Administratif Jakarta Utara :

0,003401 x 2,5 = 0,001361

Maka didapatlah angka ratio jumlah pemustaka untuk UPLM7 di Kota


Administratif Jakarta Utara sebesar 0,001361.

Berikut adalah rincian rumus dari pengukuran UPLM1 hingga UPLM7 yang
telah diilustrasikan sebelumnya sebagai berikut:

64 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat


Gambar 21 - Rincian rumus pengukuran UPLM1 untuk level Kabupaten/Kota
Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 65
Gambar 22 - Rincian rumus pengukuran UPLM2 untuk level Kabupaten/Kota
66 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat
Gambar 23 - Rincian rumus pengukuran UPLM3 untuk level Kabupaten/Kota
Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 67
Gambar 24 - Rincian rumus pengukuran UPLM4 untuk level Kabupaten/Kota
68 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat
Gambar 25 - Rincian rumus pengukuran UPLM5 untuk level Kabupaten/Kota
Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 69
Gambar 26 - Rincian rumus pengukuran UPLM6 untuk level Kabupaten/Kota
70 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat
Gambar 27 - Rincian rumus pengukuran UPLM7 untuk level Kabupaten/Kota
Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 71
Gambar 28 - Penghitungan Skor IPLM Kabupaten/Kota

Tahap selanjutnya untuk menghitung skor IPLM Kota Administrasi Jakarta


Utara maka kita akan menjumlahkan semua angka rasio dari UPLM1 hingga
UPLM7 dengan menerapkan rumus tersebut di atas.
Dengan demikian penghitungannya akan menjadi seperti ini:
0,007022 +2,043759 + 0,000063 + 0,004898 + 0,370387 + 0,0059462 x 100
7
Hasil skor IPLM Kota Administrasi Jakarta Pusat adalah sebesar 35,53.

B. PENGUKURAN SKOR IPLM LEVEL PROVINSI


Setelah pengukuran skor Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM)
level kabupaten/kota dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah melakukan
rekapitulasi skor IPLM level kabupaten/kota dan pengukuran skor IPLM level
provinsi. Metode pengukurannya adalah dengan melakukan rekapitulasi skor
per komponen UPLM (dari 1 hingga 7) dan hasil skor IPLM kabupaten/kota.
Pengukuran skor IPLM level provinsi dilakukan dengan menghitung rasio
UPLM1 hingga UPLM7 dengan cara angka UPLM dibagi dengan AM sesuai
dengan aspek dari masing-masing UPLM sebagaimana rumus yang telah
dijabarkan pada Bab 2.

Berikut adalah tabel rekapitulasi UPLM1 hingga UPLM7 untuk level provinsi
dengan rincian kabupaten/kota yang ada di wilayahnya:

72 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat


Gambar 29 - Rincian Rekapitulasi UPLM pada pengukuran Skor Indeks Level Provinsi (1)
Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 73
Gambar 30 - Rincian Rekapitulasi UPLM pada pengukuran Skor Indeks Level Provinsi (2)
74 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat
Gambar 31 - Rincian Rekapitulasi UPLM pada pengukuran Skor Indeks Level Provinsi (3)
Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 75
Gambar 32 - Rekapitulasi UPLM dan pengukuran Skor Indeks Provinsi

Pada tabel bisa kita lihat kolom UPLM1 hingga UPLM7 yang merupakan
rekapitulasi dari semua kabupaten/kota di Provinsi DKI Jakarta. Semua
angka yang berada di kolom tersebut adalah hasil pengukuran berupa angka
rasio UPLM dari semua jenis perpustakaan setelah dikalikan dengan Angka
Koreksi Berdasarkan Tingkat Kepadatan.
Untuk mengukur skor IPLM Provinsi DKI Jakarta dan juga semua
kabupaten/kota di bawahnya, maka kita akan menjumlahkan mulai dari
angka rasio UPLM1 hingga UPLM7 dengan rumus tersebut di atas.
0,007168 + 1,139647 + 0,001477 + 0,026412 + 2,643709 + 0,129694 + 0,090722 x 100
7

Dengan demikian kita akan mendapati angka skor IPLM Provinsi DKI Jakarta
adalah sebesar 57,70.

C. PENGUKURAN SKOR IPLM LEVEL NASIONAL


Tahapan terakhir setelah pengukuran skor Indeks Pembangunan Literasi
Masyarakat (IPLM) level provinsi dilakukan adalah melakukan pengukuran
skor IPLM level nasional. Metode pengukuran skor IPLM level nasional
diperoleh dengan menggunakan angka rata-rata dari total jumlah skor IPLM
level provinsi.
Pada level nasional, semua rekapitulasi skor IPLM level provinsi dijumlahkan
dan dibagi dengan jumlah provinsi yang ada di Indonesia, yakni 34 provinsi.

76 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat


Gambar 33 - Penghitungan Skor IPLM Nasional

Dari penghitungan skor IPLM nasional di atas kita mendapati angka 50,02
dengan peringkat Sedang atau Memenuhi Standar.

Setelah kita melakukan rekap skor IPLM per provinsi dan menghitung skor
IPLM nasional, maka kita akan melakukan pengurutan (sorting) berdasarkan
peringkat skor indeksnya seperti berikut:

Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 77


NO. PROVINSI UPLM1 UPLM2 UPLM3 UPLM4 UPLM5 UPLM6 UPLM7 SKOR INDEKS

1 JAWA TENGAH 0,00740 1,18478 0,00153 0,02860 2,61331 0,14260 0,13163 0,58712 58,71
2 DI YOGYAKARTA 0,00742 1,15450 0,00153 0,02969 2,61201 0,14120 0,14783 0,58488 58,49
3 JAWA TIMUR 0,00742 1,18429 0,00152 0,02939 2,61372 0,15323 0,10062 0,58431 58,43
4 JAWA BARAT 0,00732 1,15349 0,00152 0,02890 2,61436 0,14950 0,13210 0,58388 58,39
5 SULAWESI SELATAN 0,00720 1,16628 0,00147 0,02933 2,54135 0,17935 0,14369 0,58124 58,12
6 LAMPUNG 0,00762 1,15093 0,00153 0,02819 2,61126 0,13074 0,12951 0,57997 58,00
7 DKI JAKARTA 0,00717 1,13965 0,00148 0,02641 2,64371 0,12969 0,09072 0,57698 57,70
8 KALIMANTAN SELATAN 0,00684 1,12361 0,00132 0,02490 2,41514 0,17331 0,13505 0,55431 55,43
9 SUMATERA BARAT 0,00618 1,14944 0,00150 0,02732 2,21169 0,17940 0,14731 0,53183 53,18
10 KALIMANTAN TIMUR 0,00687 1,14453 0,00159 0,02113 2,21339 0,17220 0,14351 0,52903 52,90
11 JAMBI 0,00619 1,15125 0,00151 0,02121 2,11215 0,17180 0,14648 0,51580 51,58
12 BENGKULU 0,00696 1,15710 0,00157 0,02821 2,11221 0,17471 0,12534 0,51516 51,52
13 SUMATERA UTARA 0,00672 1,15713 0,00140 0,02710 2,11000 0,16268 0,13867 0,51481 51,48
14 SULAWESI TENGGARA 0,00722 1,13428 0,00150 0,02714 2,11148 0,17210 0,14573 0,51421 51,42
15 RIAU 0,00641 1,13829 0,00137 0,02543 2,10006 0,17842 0,14588 0,51369 51,37
16 SUMATERA SELATAN 0,00665 1,13035 0,00149 0,02343 2,11919 0,15577 0,12823 0,50930 50,93
17 NUSA TENGGARA BARAT 0,00662 1,10667 0,00141 0,02222 2,10269 0,17682 0,13599 0,50749 50,75
18 KALIMANTAN TENGAH 0,00612 1,09497 0,00145 0,02016 2,10508 0,17442 0,14573 0,50685 50,68
19 ACEH 0,00652 1,10789 0,00142 0,02013 2,10447 0,16150 0,13407 0,50514 50,51
20 BANTEN 0,00611 1,10267 0,00132 0,02114 2,09780 0,16666 0,13954 0,50503 50,50
21 SULAWESI TENGAH 0,00617 1,09600 0,00143 0,02134 2,09100 0,17211 0,14271 0,50439 50,44
22 SULAWESI BARAT 0,00615 1,15308 0,00124 0,02013 2,018035 0,17285 0,151865 0,50334 50,33
23 KEP. BANGKA BELITUNG 0,00679 1,14404 0,00131 0,02508 2,00860 0,16880 0,15114 0,50082 50,08
24 NUSA TENGGARA TIMUR 0,00518 1,12290 0,00141 0,02818 1,92156 0,16401 0,13116 0,48206 48,21
25 KALIMANTAN BARAT 0,00611 1,09107 0,00127 0,02208 1,94011 0,16488 0,12881 0,47919 47,92
26 BALI 0,00610 1,07353 0,00127 0,02005 1,85008 0,15967 0,12871 0,46277 46,28
27 PAPUA BARAT 0,00515 1,09030 0,00124 0,02020 1,85003 0,12372 0,12905 0,45996 46,00
28 MALUKU UTARA 0,05110 1,13090 0,00118 0,01810 1,73001 0,11372 0,14682 0,45598 45,60
29 KEP. RIAU 0,00617 1,10595 0,00120 0,01845 1,43017 0,13110 0,13917 0,40460 40,46
30 KALIMANTAN UTARA 0,00577 1,09120 0,00115 0,01969 1,45006 0,11417 0,14178 0,40340 40,34
31 SULAWESI UTARA 0,00513 1,08356 0,00114 0,01810 1,43006 0,11150 0,13137 0,39727 39,73
32 MALUKU 0,00512 1,03259 0,00112 0,01710 1,42031 0,11654 0,12294 0,38796 38,80
33 PAPUA 0,00510 1,05212 0,00115 0,01700 1,40004 0,11195 0,11409 0,38592 38,59
34 GORONTALO 0,00508 1,01072 0,00113 0,01712 1,40021 0,11082 0,11056 0,37938 37,94
0,00771 1,12088 0,00137 0,02331 2,06192 0,15241 0,13405 0,50024
50,02
SKOR IPLM NASIONAL

Dari urutan peringkat di atas kita bisa membuat grafik atau infografis:
1. Lima provinsi dengan peringkat skor indeks teratas (Top 5)

78 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat


2. Lima provinsi dengan peringkat skor indeks terbawah (Bottom 5)

3. Grafik Skor IPLM Seluruh Provinsi

4. Tabel Rekapitulasi UPLM Tingkat Nasional

Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 79


D. SISTEMATIKA LAPORAN
Sistematika penulisan Laporan Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi
Masyarakat (IPLM) di level provinsi dan kabupaten/kota antara lain:
1. Bagian Awal Laporan
a. Halaman Judul
b. Kata Pengantar
c. Daftar Isi
d. Daftar Tabel dan Gambar
e. Daftar Lampiran

2. Bagian Isi Laporan


Bab I – Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan dan Sasaran
1.3. Manfaat
1.4. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Bab II – Metode Kerja


2.1. Rumusan Permasalahan
2.2. Metode Pengumpulan Data
2.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data
2.4. Tujuan dan Fungsi Instansi Terkait Pengukuran IPLM

Bab III – Hasil Pengukuran IPLM


3.1. Hasil Pengukuran UPLM1
3.2. Hasil Pengukuran UPLM2
3.3. Hasil Pengukuran UPLM3
3.4. Hasil Pengukuran UPLM4
3.5. Hasil Pengukuran UPLM5
3.6. Hasil Pengukuran UPLM6
3.7. Hasil Pengukuran UPLM7
3.8. Rekapitulasi UPLM
3.9. Laporan Skor IPLM Provinsi/Kabupaten/Kota

Bab IV – Penutup
4.1. Kesimpulan
4.2. Rekomendasi Kebijakan

80 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat


3. Bagian Akhir Laporan
Pada bagian akhir laporan lazimnya diisi dengan lampiran. Lampiran ini
berisi informasi tambahan yang mendukung kelengkapan laporan,
antara lain: instrumen data komponen UPLM dan AM, data-data mentah
untuk entri data, data olahan hasil rekapitulasi lainnya (dalam format
Excel dan sejenisnya).

Contoh Tampian Ringkasan Eksekutif IPLM Nasional :

Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 81


Contoh Tampilan Laporan IPLM Provinsi :

82 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat


Contoh Tampilan Laporan IPLM Kabupaten/Kota :

Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 83


84 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat
Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 85
86 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat
Penutup
Dengan disusun dan diterbitkannya buku Pedoman Pengukuran Indeks
Pembangunan Literasi Masyarakat, diharapkan dapat memberikan wawasan dan
arahan teknis dalam pengukuran Indikator Kinerja Kunci (IKK) dalam rangka
penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) di bidang
perpustakaan serta dapat memenuhi kebutuhan seluruh Dinas Perpustakaan
Daerah (provinsi dan kabupaten/kota) untuk menyusun LPPD di bidang
perpustakaan, khususnya IKK pada pengukuran IPLM, sesuai amanat Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2020. Buku pedoman ini juga
diharapkan menjadi acuan atau referensi baku bagi Perpustakaan Nasional RI
dalam rangka penghitungan angka IPLM dalam skala nasional serta pelaksanaan
kajian terkait IPLM.

Disamping hal tersebut diatas, buku pedoman ini menjelaskan tentang rumusan
pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (selanjutnya disebut
IPLM) mulai dari pengukuran tiap komponen Unsur Pembangun Literasi
Masyarakat (UPLM) yang terdiri atas 5 (lima) unsur yang dibagi dengan Aspek
Masyarakat (AM). Diharapkan metode penghitungan IPLM ini dilaksanakan
secara berjenjang mulai dari Dinas Perpustakaan Kabupaten/Kota untuk
menghitung angka indeks berskala kabupaten/kota, kemudian dihitung secara
kolektif berdasarkan cakupan kewilayahan oleh Dinas Perpustakaan Provinsi
untuk menghitung angka indeks berskala provinsi, dan dihitung secara kolektif
per provinsi oleh Perpustakaan Nasional untuk menghitung angka indeks
berskala nasional. Oleh karena itu penyajian cara penghitungan dalam buku
pedoman ini disajikan secara berjenjang mulai dari level kabupaten/kota,
provinsi dan nasional.

Semoga dengan hadirnya buku pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan


Literasi Masyarakat ini dapat menjadikan dan mewujudkan masyarakat yang

Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 87


berliterasi dan meningkatkan peran literasi untuk kesejahteraan karena bangsa
dengan kemampuan literasi yang tinggi adalah bangsa yang menjadikan
perpustakaan sebagai institusi terpenting yang mempunyai peran sentral dalam
membangun masyarakat berliterasi (literate society). Dalam konteks ini,
perpustakaan harus dijadikan wahana pembelajaran bersama untuk
mengembangkan potensi masyarakat. Kualitas literasi menciptakan daya saing.
Daya saing erat kaitannya dengan SDM yang secara langsung berhubungan erat
dengan tingkat pengetahuan dan keterampilan yang diakumulasi dalam proses
pembelajaran. Konsep dan sikap daya saing berasal dan berkembang dalam
budaya kelembagaan korporasi yang mendorong inspirasi untuk selanjutnya
diimplementasikan di lingkungan yang tepat

Untuk itu penguatan peran sisi hulu dalam rangka peningkatan indeks literasi
masyarakat dapat meningkatkan pemahaman dan kesadaran pemerintah daerah
tentang pentingnya pembangunan literasi masyarakat dalam meningkatkan
daya saing daerah. peran literasi menjadi bagian penting dalam pencapaian
tujuan pembangunan nasional dan daerah dalam membangun produk
komparatif suatu daerah sesuai dengan potensi masing-masing.

88 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat


Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 89
90 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat
LAMPIRAN

Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 91


92 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat
LAMPIRAN 1

TABEL ANGKA PEMBAGI RATIO PROVINSI

NO. JUMLAH PENDUDUK (JIWA) JUMLAH ANGGOTA


1 <2.500.000 2.500
2 2.500.001 - 7.500.000 3.000
3 7.500.001 - 12.500.000 3.500
4 12.500.001 - 17.500.000 4.000
5 17.500.001 - 22.500.000 4.500
6 22.500.001 - 27.500.000 5.000
7 27.500.001 - 32.500.000 5.500
8 32.500.001 - 37.500.000 6.000
9 37.500.001 - 42.500.000 6.500
10 42.500.001 - 47.500.000 7.000
11 47.500.001 - 52.500.000 7.500
12 52.500.001 - 57.500.000 8.000
13 57.500.001 - 62.500.000 8.500

Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 93


LAMPIRAN 2

TABEL ANGKA PEMBAGI RATIO KABUPATEN/KOTA

NO. JUMLAH PENDUDUK (JIWA) JUMLAH ANGGOTA


1 <200.000 4.000
2 200.000 - 300.000 6.000
3 300.000 - 400.000 8.000
4 400.000 - 500.000 10.000
5 500.000 - 600.000 12.000
6 600.000 - 700.000 14.000
7 700.000 - 800.000 16.000
8 800.000 - 900.000 18.000
9 900.000 - 1.000.000 20.000
10 1.000.000 - 1.100.000 22.000
11 1.100.000 - 1.200.000 24.000
12 1.200.000 - 1.300.000 26.000
13 1.300.000 - 1.400.000 28.000
14 1.400.000 - 1.500.000 30.000
15 1.500.000 - 1.600.000 32.000
16 1.600.000 - 1.700.000 34.000
17 1.700.000 - 1.800.000 36.000
18 1.800.000 - 1.900.000 38.000
19 1.900.000 - 2.000.000 40.000
20 2.000.000 - 2.100.000 42.000
21 2.100.000 - 2.200.000 44.000
22 2.200.000 - 2.300.000 46.000
23 2.300.000 - 2.400.000 48.000
24 2.400.000 - 2.500.000 50.000
25 2.500.000 - 2.600.000 52.000
26 2.600.000 - 2.700.000 54.000
27 2.700.000 - 2.800.000 56.000
28 2.800.000 - 2.900.000 58.000
29 2.900.000 - 3.000.000 60.000
30 3.000.000 - 3.100.000 62.000

94 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat


LAMPIRAN 3

TABEL ANGKA KOREKSI BERDASARKAN TINGKAT KEPADATAN


PENDUDUK

NO. JUMLAH PENDUDUK (JIWA) ANGKA KOREKSI


1 <1.000 1,0
2 1.001 - 5.000 1,5
3 5.001 - 10.000 2,0
4 >10.000 2,5

Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 95


LAMPIRAN 4

TABEL LUAS WILAYAH, POPULASI, ANGKA PEMBAGI RATIO PROVINSI,


TINGKAT KEPADATAN PENDUDUK, DAN ANGKA KOREKSI
BERDASARKAN TINGKAT KEPADATAN PENDUDUK PER PROVINSI
TAHUN 2020

ASPEK MASYARAKAT
ANGKA
LUAS ANGKA
NO. NAMA PROVINSI POPULASI TINGKAT KOREKSI
WILAYAH PER PEMBAGI
PROVINSI KEPADATAN BDSRKAN
PROVINSI RATIO
(2020) (Jiwa/Km²) TINGKAT
(Km²) PROVINSI
KEPADATAN
1 ACEH 57.956,00 5.371.532 3.000 93 1,0
2 SUMATERA UTARA 72.981,23 14.562.549 4.000 200 1,0
3 SUMATERA BARAT 42.012,89 5.534.472 3.000 132 1,0
4 RIAU 87.023,66 6.394.087 3.000 73 1,0
5 JAMBI 50.058,16 3.624.579 3.000 72 1,0
6 SUMATERA SELATAN 91.592,43 8.600.765 3.500 94 1,0
7 BENGKULU 19.919,33 1.991.800 2.500 100 1,0
8 LAMPUNG 34.623,80 8.447.737 3.500 244 1,0
9 KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 16.424,06 1.488.792 2.500 91 1,0
10 KEPULAUAN RIAU 8.201,72 2.189.653 2.500 267 1,0
11 DKI JAKARTA 664,01 10.562.090 3.500 15.907 2,5
12 JAWA BARAT 35.377,76 49.316.712 6.000 1.394 1,5
13 JAWA TENGAH 32.800,69 34.718.200 6.000 1.058 1,5
14 DI YOGYAKARTA 3.133,15 3.842.932 3.000 1.227 1,5
15 JAWA TIMUR 47.803,49 39.698.631 6.500 830 1,0
16 BANTEN 9.662,92 12.927.316 4.000 1.338 1,5
17 BALI 5.780,06 4.336.900 3.000 750 1,0
18 NUSA TENGGARA BARAT 18.572,32 5.070.385 3.000 273 1,0
19 NUSA TENGGARA TIMUR 48.718,10 5.541.394 3.000 114 1,0
20 KALIMANTAN BARAT 147.307,00 5.069.127 3.000 34 1,0
21 KALIMANTAN TENGAH 153.564,50 2.714.859 3.000 18 1,0
22 KALIMANTAN SELATAN 38.744,23 4.244.096 3.000 110 1,0
23 KALIMANTAN TIMUR 129.066,64 3.721.389 3.000 29 1,0
24 KALIMANTAN UTARA 75.467,70 742.245 2.500 10 1,0
25 SULAWESI UTARA 13.892,47 2.621.923 3.000 189 1,0
26 SULAWESI TENGAH 61.841,29 3.054.020 3.000 49 1,0
27 SULAWESI SELATAN 46.717,48 8.851.200 3.500 189 1,0
28 SULAWESI TENGGARA 38.067,70 2.704.737 3.000 71 1,0
29 GORONTALO 11.257,07 1.202.631 2.500 107 1,0
30 SULAWESI BARAT 16.787,18 1.380.256 2.500 82 1,0
31 MALUKU 46.914,03 1.802.870 2.500 38 1,0
32 MALUKU UTARA 31.982,50 1.255.771 2.500 39 1,0
33 PAPUA 319.036,05 3.379.302 3.000 11 1,0
34 PAPUA BARAT 102.955,15 959.617 2.500 9 1,0

JUMLAH 2.491.517,14 346.647.763 7.055

96 | Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat


Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat | 97

Anda mungkin juga menyukai