Anda di halaman 1dari 47

PROPOSAL TESIS

PENGUATAN PROGRAM LITERASI SEKOLAH


UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK
(STUDI KASUS DI SDN UEKAMBUNO 1 KABUPATEN TOJO UNA-UNA)

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas perkuliahan


Mata Kuliah Metode Penelitian Program Pascasarjana
Konsentrasi Manajemen Pendidikan di STIE NOBEL Makassar, Indonesia

Oleh
Nanang Kosim, S.Pd.I
NIM : 2018MM21793

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) NOBEL INDONESIA


Jl. ST. Alaudin – Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia
PENGUATAN PROGRAM LITERASI SEKOLAH
UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK
(STUDI KASUS DI SDN UEKAMBUNO 1 KABUPATEN TOJO UNA-UNA)

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar adalah proses dari yang asalnya tidak tahu menjadi tahu.

Belajar adalah proses dari yang asalnya tidak bisa menjadi bisa. Kegiatan

pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan untuk memberikan

pengalaman belajar kepada peserta didik terkait kompetensi tertentu yang

terencana dan tersusun sesuai dengan tahapan semestinya.

Kegiatan pembelajaran di sekolah mengacu kepada kurikulum sebagai

seperangkat rencana, cara dan aturan untuk memberikan pengalaman belajar

kepada peserta didik yang diakhiri dengan kegiatan evaluasi dan penilaian.

Kegiatan pembelajaran dalam kurikulum sudah diatur untuk setiap kompetensi

yang harus dikuasai setiap harinya, setiap semester bahkan setiap tahunnya.

Peserta didik di sekolah idealnya mengalami peningkatan pengetahuan

dan kemampuan (kompetensi) setelah menempuh kegiatan pembelajaran.

Materi pembelajaran hari ini setelah mengalami proses pembelajaran

seyogyanya bisa dikuasai dan bisa bertahan dan bisa diulang kembali oleh

peserta didik manakala dibutuhkan pengulangan kembali materi di kemudian

hari dalam proses pembelajaran berikutnya karena ada keterkaitan materi atau

pada saat ulangan atau penilaian, baik penilaian harian, tengah semester, akhir

semester maupun kenaikan kelas.

1
Namun, pada kenyataannya peserta didik sebagian besar tidak mampu

mengulangi menyebutkan kembali materi pembelajaran hari kemarin untuk

disampaikan pada hari ini atau karena ada keterkaitan materi hari ini dengan

materi kemarin sehingga peserta didik harus mampu mengingat materi

pembelajaran hari kemarin.

Guru sebagai penyelia kegiatan pembelajaran senantiasa berupaya

untuk melaksanakan pembelajaran berkualitas dan bermakna sehingga target

dan output kegiatan pembelajaran selama 1 hari adalah siswa mampu

menguasai materi hari itu dan mampu mengulang kembali atau menyebutkan

kembali materi yang sudah berlalu sebagai indikator keberhasilan dalam

kegiatan pembelajaran.

Upaya yang dilakukan oleh guru SDN Uekambuno 1 selain berusaha

untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

epektif dan menyenangkan (PAIKEM), juga dilakukan upaya-upaya lain yang

masih ada korelasinya dengan PAKIEM seperti bimbingan intensif dan

individual untuk setiap kali penugasan setelah kegiatan pembelajaran.

Mengadakan program membaca materi sebelum melaksanakan kegiatan

pembelajaran, pemilihan metode dan strategi yang tepat untuk melaksanakan

kegiatan pembelajaran. Namun guru masih mengalami kendala pada saat

kegiatan penilaian. Guru kerap menghadapi nilai peserta didik yang

mengecewakan atau tidak memuaskan. Oleh karena itu guru selalu mencari

cara untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Menyikapi keadaan

ini, guru menduga bahwa kegiatan literasi harus ditingkatkan. Bukan hanya

2
kegiatan membaca materi sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran

namun dilanjutkan dengan kegiatan penyampaian materi yang sudah dipelajari

sebelumnya oleh peserta didik.

Upaya lain yang dilakukan oleh guru adalah melakukan analisis

SWOT (Strenght, Weekness, Opportunity, Treethment) terhadap mutu SDN

Uekambuno 1. Analisis SWOT yaitu melakukan analisa terhadap kekuatan

yang dimiliki oleh guru dan warga sekolah serta daya dukungnya, menganalisa

kelemahannya, menganalisa peluang kemajuan dan keberhasilan sekolah

dalam menyelenggarakan pendidikan serta menganalisa ancaman, gangguan

dan hambatan sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan.

Kualitas belajar selain ditentukan oleh peserta didik sebagai subjek

belajar dan guru, juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lainnya. Guru

profesional akan mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran lebih

berkualitas dibandingkan dengan guru yang tidak profesional. Kusuma (2007:

2) dalam Supriono S, dkk, Manajemen Berbasis Sekolah, (Jatim:IKAPI, 2001)

mengemukakan bahwa “sebaiknya pendidikan dilakukan oleh orang-orang

yang mampu bertanggungjawab secara rasional, sosial, dan moral. Secara

rasional sistem pendidikan yang dijalankan demi mengejar ketertinggalan

zaman atau tuntutan untuk memakai peradaban modern dapat diterima namun

jangan sampai mengesampingkan aspek sosial, dan moral kemanusiaan.

Keseimbangan ini karena akan sangat berpengaruh pada kualitas manusia

Indonesia seutuhnya”.

3
Peranan kepemimpinan sekolah (kepala sekolah) juga mempunyai

andil dalam meningkatkan mutu pendidikan karena keberhasilan pendidikan

diantaranya sangat ditentukan oleh pengelola manajemen yang baik. Peranan

kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang paling dominan dan sangat

penting dalam manajemen, sebab tanpa adanya manajemen yang baik, maka

peningkatan mutu pendidikan tidak akan tercapai dengan baik dan maksimal.

Kompetensi peserta didik SDN Uekambuno 1 meningkat setelah

dilakukan penguatan program literasi sekolah. Hal ini menjadi perhatian

menarik apakah penguatan program literasi sekolah dapat meningkatkan

kompetensi belajar peserta didik? Untuk menjawab pertanyaan inilah penulis

melakukan penelitian ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka terlihat

beberapa faktor yang diduga muncul sebagai penyebab meningkatnya

kompetensi peserta didik, di antaranya adalah :

1. Metode pembelajaran PAIKEM yang dilaksanakan

2. Profesionalisme guru

3. Kepemimpinan sekolah (kepala sekolah) yang mampu menerapkan

manajemen sekolah yang berorientasi pada keberhasilan proses belajar.

Faktor-faktor tersebut perlu diteliti akurasinya sebagai penyebab

sebagian besar peserta didik di SDN Uekambuno 1 dappat meningkat prestasi

belajarnya. Namun, untuk meneliti sekian banyak masalah akan membutuhkan

waktu dan media yang banyak pula. Oleh karena itu, peneliti pada kesempatan

4
ini memfokuskan diri pada masalah yang pertama yaitu Metode pembelajaran

PAIKEM belum sepenuhnya dilaksanakan. Penulis menduga bahwa program

literasi sebagai bagian dari pembelajaran PAIKEM harus ditingkatkan untuk

meningkatkan kompetensi belajar peserta didik. Sehingga rumusan masalah

pada penelitian ini dapat dituangkan dalam beberapa pertanyaan berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan program literasi sekolah?

2. Bagaimana penerapan program literasi sekolah di SDN Uekambuno 1?

3. Apakah program literasi sekolah dapat meningkatkan kompetensi peserta

didik?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk memperoleh gambaran

tentang :

1. Pengertian penguatan program literasi sekolah

2. penerapan penguatan program literasi sekolah di SDN Uekambuno 1

3. peningkatan kompetensi peserta didik melalui penguatan program literasi

sekolah

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Manfaat yang akan diperoleh bagi peneliti adalah memperoleh gambaran

objektif tentang penerapan penguatan program literasi di SDN Uekambuno

2. Bagi sekolah

5
Sekolah akan mendapatkan manfaat berupa peningkatan kompetensi

peserta didik dengan adanya upaya guru dalam meningkatan prestasi

peserta didiknya

3. Bagi peserta didik

Peserta didik memperoleh pengalaman baru dengan adanya penerapan

metode yang tepat yang digunakan oleh guru.

E. Batasan Masalah

Program literasi sekolah sangat banyak ragam atau bentuknya. Jika

semuanya dilaksanakan tentunya akan membutuhkan waktu lama dan

membutuhkan daya dukung yang lebih dari yang tersedia di SDN Uekambuno

1. Oleh karena itu, masalah penelitian ini dibatasi pada aspek peningkatan

program literasi sekolah berupa membaca dan penyampaian kembali materi

pelajaran yang telah dipelajari.

F. Hipotesa

Berdasarkan rumusan masalah dan pembatasan masalah di atas,

peneliti kemudian menganalisa variabel-variabel penelitian sebagai berikut.

1. Variabel X1 : Peningkatan program literasi berupa membaca sebelum

belajar.

2. Variabel X2 : Peningkatan program literasi berupa penyampaian kembali

materi yang sudah dipelajari.

3. Variabel Y : Peningkatan kompetensi peserta didik SDN Uekambuno 1.

Penelitian berjudul “Penguatan program literasi sekolah untuk

meningkatkan kompetensi peserta didik (studi kasus di SDN uekambuno 1

6
kabupaten tojo una-una), setelah dilakukan pembatasan masalah terdapat 3

(tiga) variabel penelitian. Hubungan ketiga variabel penelitian tersebut

digambarkan sebagai berikut :

X1 : Peningkatan program
literasi berupa membaca
sebelum belajar.
Y : Peningkatan kompetensi
peserta didik SDN
Uekambuno 1
X2 : Peningkatan program
literasi berupa penyampaian
kembali materi yang sudah
dipelajari

Gambar 1.1. Hubungan antar variabel Penelitian

7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Program Literasi Sekolah

1. Pengertian Literasi

Kata “literasi” biasa diartikan membaca. Membaca dalam bahasa

Inggris dikenal dengan kata read, dalam bahasa arab dikenal dengan kata

qoro’a -merupakan kegiatan menggunakan indera mata untuk melihat tulisan

disertai dengan mendayagunakan kerja otak untuk menganalisa atau

menghayati isi tulisan. Tulisan merupakan gambaran isi, pesan dan

pengalaman orang lain yang dituangkan dalam kertas dengan bantuan pena.

Kegiatan membaca dapat diartikan menggali ilmu, pengalaman dan pesan

orang lain tentang sesuatu yang ia tulis. Oleh karena itu dengan banyak

membaca, orang akan semakin bertambah ilmu dan pengalamannya.

Kata literasi sebenarnya bukan hanya diartikan atau diasumsikan

dengan kegiatan membaca. Literasi diambil dari bahasa Inggris, letter artinya

tulisan. Jadi kegiatan literasi adalah kegiatan yang berhubungan dengan

tulisan. Kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan tulisan bisa berupa

membaca, menulis, menghitung (menggunakan dan mengolah tulisan),

menyampaikan tulisan pada kesempatan lain atau mengulangi tulisan

(menghafal dan mengulang tanpa melihat tulisan) dan menyampaikan isi

tulisan dengan bahasa dan pengalamannya sendiri, seperti dalam kegiatan

pidato, ceramah, dan lain-lain.

Literasi sekolah dimaksudkan kegiatan literasi yang diselenggarakan

atau dilaksanakan di sekolah. Kegiatan literasi di sekolah sebagai lembaga

1
pendidikan sebaiknya dilaksanakan secara terencana, dilaksanakan dengan

baik sesuai dengan program dan diakhiri dengan monev untuk melihat

keberhasilan program dan hal-hal yang perlu diperbaiki selama kegiatan

berlangsung.

Pangesti Wiedarti, dkk (2016 : 7) mengemukakan hasil deklarasi

UNESCO tahun 2003 bahwa :

Kegiatan literasi selama ini identik dengan aktivitas membaca dan


menulis. Namun, Deklarasi Praha pada tahun 2003 menyebutkan
bahwa literasi juga mencakup bagaimana seseorang berkomunikasi
dalam masyarakat. Literasi juga bermakna praktik dan hubungan
sosial yang terkait dengan pengetahuan, bahasa, dan budaya
(UNESCO, 2003).
Deklarasi UNESCO itu juga menyebutkan bahwa literasi informasi
terkait pula dengan kemampuan untuk mengidentifikasi, menentukan,
menemukan, mengevaluasi, menciptakan secara efektif dan
terorganisasi, menggunakan dan mengomunikasikan informasi untuk
mengatasi berbagai persoalan. Kemampuankemampuan itu perlu
dimiliki tiap individu sebagai syarat untuk berpartisipasi dalam
masyarakat informasi, dan itu bagian dari hak dasar manusia
menyangkut pembelajaran sepanjang hayat.

Berdasarkan uraian di atas, program literasi sekolah adalah

perencanaan dan kegiatan literasi yang diselenggarakan di sekolah dan

dibarengi serta diakhiri dengan kegiatan monitring dan evaluasi.

2. Ragam Kegiatan Literasi

Clay (2001) dan Ferguson (www.bibliotech.us/pdfs/InfoLit.pdf)

menjabarkan bahwa komponen literasi informasi terdiri atas literasi dini,

literasi dasar, literasi perpustakaan, literasi media, literasi teknologi, dan

literasi visual. Dalam konteks Indonesia, literasi dini diperlukan sebagai dasar

2
pemerolehan berliterasi tahap selanjutnya. Komponen literasi tersebut

dijelaskan sebagai berikut:

a. Literasi Dini [Early Literacy (Clay, 2001)], yaitu kemampuan untuk

menyimak, memahami bahasa lisan, dan berkomunikasi melalui gambar

dan lisan yang dibentuk oleh pengalamannya berinteraksi dengan

lingkungan sosialnya di rumah. Pengalaman peserta didik dalam

berkomunikasi dengan bahasa ibu menjadi fondasi perkembangan literasi

dasar.

b. Literasi Dasar (Basic Literacy), yaitu kemampuan untuk mendengarkan,

berbicara, membaca, menulis, dan menghitung (counting) berkaitan

dengan kemampuan analisis untuk memperhitungkan (calculating),

mempersepsikan informasi (perceiving), mengomunikasikan, serta

menggambarkan informasi (drawing) berdasarkan pemahaman dan

pengambilan kesimpulan pribadi.

c. Literasi Perpustakaan (Library Literacy), antara lain, memberikan

pemahaman cara membedakan bacaan fiksi dan nonfiksi, memanfaatkan

koleksi referensi dan periodikal, memahami Dewey Decimal System

sebagai klasifikasi pengetahuan yang memudahkan dalam menggunakan

perpustakaan, memahami penggunaan katalog dan pengindeksan, hingga

memiliki pengetahuan dalam memahami informasi ketika sedang

menyelesaikan sebuah tulisan, penelitian, pekerjaan, atau mengatasi

masalah.

3
d. Literasi Media (Media Literacy), yaitu kemampuan untuk mengetahui

berbagai bentuk media yang berbeda, seperti media cetak, media

elektronik (media radio, media televisi), media digital (media internet),

dan memahami tujuan penggunaannya.

e. Literasi Teknologi (Technology Literacy), yaitu kemampuan memahami

kelengkapan yang mengikuti teknologi seperti peranti keras (hardware),

peranti lunak (software), serta etika dan etiket dalam memanfaatkan

teknologi. Berikutnya, kemampuan dalam memahami teknologi untuk

mencetak, mempresentasikan, dan mengakses internet. Dalam prak-

tiknya, juga pemahaman menggunakan komputer (Computer Literacy)

yang di dalamnya mencakup menghidupkan dan mematikan komputer,

menyimpan dan mengelola data, serta mengoperasikan program perangkat

lunak. Sejalan dengan membanjirnya informasi karena perkembangan

teknologi saat ini, diperlukan pemahaman yang baik dalam mengelola

informasi yang dibutuhkan masyarakat.

f. Literasi Visual (Visual Literacy), adalah pemahaman tingkat lanjut antara

literasi media dan literasi teknologi, yang mengembangkan kemampuan

dan kebutuhan belajar dengan memanfaatkan materi visual dan

audiovisual secara kritis dan bermartabat. Tafsir terhadap materi visual

yang tidak terbendung, baik dalam bentuk cetak, auditori, maupun digital

(perpaduan ketiganya disebut teks multimodal), perlu dikelola dengan

baik. Bagaimanapun di dalamnya banyak manipulasi dan hiburan yang

benar-benar perlu disaring berdasarkan etika dan kepatutan.

4
3. Manfaat Kegiatan Literasi

Membaca merupakan jendela ilmu. Kata mutiara ini sudah terdengar

cukup lama dan perlu untuk didengungkan kembali untuk mempertahankan

pesan yang ada di dalamnya. Membaca sebagai jendela ilmu berarti dengan

kegiatan membaca berarti menoleh kepada arah ilmu. Dengan membaca bisa

melihat beraneka ilmu atau pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh.

Kegiatan membaca ibarat orang sementara meyelam di dalam laut atau

samudera. Membaca buku berarti menyelami pengetahuan dan pengalaman

orang lain yang termuat di dalam buku. Semakin banyak membaca, orang

akan semakin meningkat ilmu pengetahuan dan pengalamannya. Berikut ini

adalah gambaran pentingnya membaca.

Membaca adalah ajaran atau perintah pertama dan wahyu pertama

dalam ajaran Islam. Kisah yang masyhur di kalangan Umat Islam ketika

Rasulullah SAW menerima wahyu yang pertama kali turun ketika itu Beliau

berada di gua Hira untuk bertahannuts (berkontemplasi, berdiam diri, berdzikir

dan memikirkan / tafakkur terhadap diri, lingkungan dan segala ciptaanNya).

Tiba-tiba datanglah yang dikenal Malaikat Jibril lantas berkata : Iqra

(Bacalah). Rasulullah yang menyadari dirinya tidak tahu tulis dan baca lantas

menjawab : Ma Ana Biqoori (aku tidak mampu membaca). Namun Jibril

mengulangi perintahnya dengan berkata Iqra dan mengulangi lagi perintahnya

sampai 3 kali. Namun Rasulullah masih menjawab dengan jawaban yang

sama. Setelah itu Jibril meneruskan dengan membaca surat Al-Alaq ayat 1-5

sebagai berikut :

5
.‫ ا ْق َرأْ َو َرب َُّك األ ْك َرم‬.‫سانَ ِم ْن َعلَق‬ َ ‫ َخلَقَ اإل ْن‬. َ‫ا ْق َرأْ ِبا ْس ِم َر ِب َِّك الَّذِي َخلَق‬
َ ‫ َعلَّ َم اإل ْن‬.‫الَّذِي َعلَّ َم ِب ْالقَلَ ِم‬
.‫سانَ َما لَ ْم َي ْعلَ ْم‬
Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah,
dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan
perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.

Hikmah dari peristiwa tersebut adalah, bahwa :

1) Membaca merupakan jendela ilmu. Membaca merupakan syarat untuk

mendapatkan ilmu pengetahuan. Ilmu dan pengetahuan akan ada dan

meningkat dengan cara membaca.

2) Membaca merupakan kegiatan menganalisis keadaan, peristiwa yang

terjadi, segala makhluk dan benda ciptaan Tuhan serta segala sesuatu

ciptaan Tuhan. Jadi, membaca bukan hanya melihat dan melafalkan apa

yang tertera dalam tulisan saja. Namun membaca merupakan kegiatan

tafakkur yang sifatnya menyeluruh pada semua aspek.

3) Orang yang tidak mampu membaca tulisan akan mampu melakukan

kegiatan membaca. Terlebih dari itu, orang yang mampu membaca tulisan

harus lebih mampu membaca dalam arti meningkatkan ilmu

pengetahuannya dibandingkan dengan orang yang tidak mampu membaca

tulisan.

Manusia dilahirkan ke bumi ini dalam keadaan lemah, tidak berdaya

dan tidak punya kekuatan yang cukup untuk melakukan berbagai aktivitas.

Manusia ketika itu hanya bisa menangis dan meronta. Namun setelah

melewati hari-harinya, seiring dengan perjalanan waktu manusia bisa

meningkat ilmu pengetahuan dan kemampuannya.

6
Kemampuan manusia akan meningkat salah satunya dengan cara

melihat objek yang dengan melihat objek tersebut ilmu pengetahuannya

meningkat. Objek yang dilihat bisa berupa benda (materi) atau non-benda

(imateri). Objek berupa benda seperti benda-benda di sekitar termasuk buku

atau tulisan. Objek berupa non materi berupa sikap dan perilaku orang lain

dalam menghadapi sesuatu hal, peristiwa dan termasuk buku. Buku

merupakan benda namun ketika dibaca dan ditelaah, bukan hanya benda yang

dilihat namun pesan dan pengalaman orang lain yang tertulis dalam buku.

B. Gerakan Literasi Sekolah

1. Pengertian GLS

GLS merupakan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bersifat

partisipatif dengan melibatkan warga sekolah (peserta didik, guru, kepala

sekolah, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, Komite Sekolah, orang

tua/wali murid peserta didik), akademisi, penerbit, media massa, masyarakat

(tokoh masyarakat yang dapat merepresentasikan keteladanan, dunia usaha,

dll.), dan pemangku kepentingan di bawah koordinasi Direktorat Jenderal

Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

GLS adalah gerakan sosial dengan dukungan kolaboratif berbagai elemen.

Upaya yang ditempuh untuk mewujudkannya berupa pembiasaan

membaca peserta didik. Pembiasaan ini dilakukan dengan kegiatan 15 menit

membaca (guru membacakan buku dan warga sekolah membaca dalam hati,

yang disesuaikandengan konteks atau target sekolah). Ketika pembiasaan

membaca terbentuk, selanjutnya akan diarahkan ke tahap pengembangan, dan

7
pembelajaran (disertai tagihan berdasarkan Kurikulum 2013). Variasi kegiatan

dapat berupa perpaduan pengembangan keterampilan reseptif maupun

produktif.

2. Tahapan GLS

Meningkatkan kemampuan literasi di


semua mata pelajaran: menggunakan
buku pengayaan dan strategi
3
membaca di semua mata pelajaran.

Meningkatkan kemampuan literasi


melalui kegiatan menanggapi
buku pengayaan.
2
Meningkatkan kemampuan literasi di
semua mata pelajaran: menggunakan
buku pengayaan dan strategi
1
membaca di semua mata pelajaran.

Tahap ke-1: Pembiasaan kegiatan membaca yang menyenangkan di

ekosistem sekolah. Pembiasaan ini bertujuan untuk menumbuhkan minat

terhadap bacaan dan terhadap kegiatan membaca dalam diri warga sekolah.

Penumbuhan minat baca merupakan hal fundamental bagi pengembangan

kemampuan literasi peserta didik.

Tahap ke-2: Pengembangan minat baca untuk meningkatkan

kemampuan literasi Kegiatan literasi pada tahap ini bertujuan

mengembangkan kemampuan memahami bacaan dan mengaitkannya dengan

pengalaman pribadi, berpikir kritis, dan mengolah kemampuan komunikasi

8
secara kreatif melalui kegiatan menanggapi bacaan pengayaan (Anderson &

Krathwol, 2001).

Tahap ke-3: Pelaksanaan pembelajaran berbasis literasi. Kegiatan

literasi pada tahap pembelajaran bertujuan mengembangkan kemampuan

memahami teks dan mengaitkannya dengan pengalaman pribadi, berpikir

kritis, dan mengolah kemampuan komunikasi secara kreatif melalui kegiatan

menanggapi teks buku bacaan pengayaan dan buku pelajaran (cf. Anderson &

Krathwol, 2001). Dalam tahap ini ada tagihan yang sifatnya akademis (terkait

dengan mata pelajaran). Kegiatan membaca pada tahap ini untuk mendukung

pelaksanaan Kurikulum 2013 yang mensyaratkan peserta didik membaca buku

nonteks pelajaran yang dapat berupa buku tentang pengetahuan umum,

kegemaran, minat khusus, atau teks multimodal, dan juga dapat dikaitkan

dengan mata pelajaran tertentu sebanyak 6 buku bagi siswa SD, 12 buku bagi

siswa SMP, dan 18 buku bagi siswa SMA/SMK. Buku laporan kegiatan

membaca pada tahap pembelajaran ini disediakan oleh wali kelas.

3. Tujuan GLS SD

Tujuan gerakan literasi sekolah di SD adalah membentuk atau

menciptakan ekosistem SD yang literat adalah sebuah kondisi yang

menanamkan dasar-dasar sikap dan perilaku empati sosial dan cinta kepada

pengetahuan. Adapun kompetensi yang diharapkan muncul adalah

sebagaimana yang dijabarkan oleh Warsnop (2000) tentang Peta Kompetensi

Literasi Sekolah sebagai berikut.

9
C. Implemestasi Kegiatan Literasi di Sekolah

Implementasi penumbuhan budaya literasi di sekolah dilaksanakan

dengan langkah-langkah sebagai berikut : persiapan, pelaksanaan,

pemantauan, evaluasi, dan tindak lanjut. Persiapan merupakan kegiatan

menyiapkan bahan, personal, dan strategi pelaksanaan. Pelaksanaan

merupakan operasionalisasi yang telah dipersiapkan. Pemantauan, evaluasi,

tindak lanjut merupakan kegiatan untuk mengetahui efektivitas kegiatan

literasi yang telah dilaksanakan. Tiga hal yang terakhir ini tidak akan dibahas

di sini dan dapat dicermati dalam Desain Induk GLS (Wiedarti dan Kisyani-

L., 2016). Penumbuhan literasi di sekolah dapat dilakukan melalui kegiatan

rutin dan kegiatan insidental.

1. Tahapan Kegiatan Literasi

Kegiatan literasi dilakukan dalam tiga tahapan yaitu tahap

pembiasaan, pengembangan dan pembelajaran.

10
2. Strategi Membangun Budaya Literasi

Pembangunan budaya literasi di sekolah hendaknya berfokus pada

tigal hal sebagai berikut (Beers dkk., 2009).

11
3. Strategi Literasi dalam Pembelajaran

a. Tujuan

Tujuan utama penggunaan strategi literasi dalam pembelajaran

adalah untuk membangun pemahaman siswa, keterampilan menulis, dan

keterampilan komunikasi secara menyeluruh. Selama ini berkembang

pendapat bahwa literasi hanya ada dalam pembelajaran bahasa atau di

kelas bahasa. Pendapat ini tentu saja tidak tepat karena literasi berkembang

rimbun dalam bidang matematika, sains, ilmu sosial, teknik, seni,

olahraga, kesehatan, ekonomi, agama, prakarya dll. (cf. Robb, L, 2003).

Konten dalam pembelajaran adalah apa yang diajarkan, adapun

literasi adalah bagaimana mengajarkan konten tersebut. Oleh sebab itu,

bidang-bidang yang telah disebutkan dan lintas bidang memerlukan

strategi literasi dalam pembelajarannya.Strategi literasi dalam

pembelajaran akan menguatkan karakter siswa dan mengembangkan

kompetensinya sebagai warga global di abad ke-21.

b. Peta Konsep Strategi Literasi dalam Pembelajaran

12
Strategi literasi adalah strategi untuk memahami teks melalui

kegiatan:

 Menghubungkan teks dengan pengetahuan, pengalaman atau teks yang

lain.

 Membuat inferensi atau prediksi tentang teks.

 Merumuskan pertanyaan.

 Memvisualisasikan pemahaman tentang teks.

 Mengidentifikasi ide penting/pokok dan pendukung.

 Mengkomunikasikan pemahaman terhadap teks.

Semua kegiatan ini dilakukan sebelum, selama, dan sesudah

membaca sebuah teks. Dalam bentuk peta konsep, strategi literasi dalam

pembelajaran dapat digambarkan sebagai berikut.

13
c. Indikator Strategi Literasi dalam Pembelajaran di SD

Pada dasarnya, Kurikulum 2013 telah menekankan implementasi

strategi literasi untuk meningkatkan kecakapan berpikir tinggi peserta

14
didik di SD. Daftar cek untuk strategi literasi di bawah ini mendata

kegiatan literasi yang perlu ada untuk menguatkan langkah-langkah

pembelajaran dalam Kurikulum 2013 di SD. Namun bukannya tidak

mungkin bahwa strategi tersebut diimplementasikan dalam ungkapan

kalimat yang serupa. Perlu menjadi catatan bahwa nomor yang tersaji tidak

merujuk pada urutan (dalam pembelajaran hal tersebut tidak harus urut).

INDIKATOR STRATEGI LITERASI DALAM PEMBELAJARAN DI SD

Kelas/Semester :
Tema dan :
Subtema
Alokasi Waktu :

NO DESKRIPSI Ada Belum Catatan


ada
A Strategi Literasi dalam Pembelajaran
1 Sebelum membaca/belajar
a. mengidentifikasi tujuan membaca/belajar
b. membuat prediksi terhadap materi yang akan
dipelajari, misalnya melalui fitur awal pada
media pembelajaran (judul buku, judul film,
dll)
c. mendiskusikan materi yang akan dipelajari
melalui media yang menyenangkan (buku
pengayaan, dongeng, film pendek, dll)
d. menghubungkan materi pembelajaran dengan
pengalaman siswa/subtema pembelajaran
sebelumnya
2 Ketika membaca/belajar
SD Kelas Tinggi
a. mengidentifikasi kosakata baru dan menebak
maknanya melalui fitur teks (gambar atau
konteks kalimat)
b. Membuat peta konsep/graphic organizer
untuk mengungkapkan pemahaman terhadap
teks
c. Membuat catatan/ringkasan selama membaca
d. Think aloud selama membaca dan
mendiskusikan pemahamannya dengan

15
guru/teman
3 Setelah membaca/belajar
a. Mengambil kesimpulan tentang materi
pembelajaran dan mengaitkannya dengan
kehidupan sehari-hari.
b. Melakukan refleksi terhadap proses
pembelajaran
c. Melakukan konfirmasi terhadap
prediksi/pertanyaan yang dibuat pada
kegiatan pendahuluan
(cf. Wilson and Chavez, 2014; Robb, 2003)
130217 KP

Penjelasan beberapa istilah teknis:


(1) Istilah “teks” dalam literasi dapat berwujud teks tulis, audio, visual,
audiovisual, digital, kinestesik, dan sebagainya. Sejalan dengan itu, istilah
"membaca" yang digunakan dalam kegiatan literasi juga merujuk pada
membaca dalam arti luas.
(2) Think-aloud merupakan strategi untuk membunyikan secara lisan apa yang
ada di dalam pikiran siswa atau guru pada saat berusaha memahami bacaan,
memecahkan masalah, atau mencoba menjawab pertanyaan guru atau siswa
lain. Strategi ini dapat membantu siswa memonitor pemahamannya, berpikir
tingkat tinggi, dan membentuk karakter.
(3)
Inferensi merupakan simpulan sementara berdasarkan informasi yang tersirat
dalam teks. Inferensi dapat didukung dengan ciri/bukti/fitur khusus yang ada
dalam teks.
(4) Istilah “ringkasan” dalam arti luas diperoleh dengan kegiatan meringkas isi,
mengidentifikasi gagasan utama, menceritakan kembali, membuat sintesis,
membuat pertanyaan tentang isi, dan sebagainya. Kegiatan ini membantu
siswa membentuk karakter dan berpikir tingkat tinggi.
(5) Moda merujuk pada bagaimana atau dengan cara apa pesan disampaikan (teks
tulis, audio, visual, audiovisial, digital, kinestesik, dsb.). Moda yang lain
(selain cetak) dapat berwujud visualisasi teks dan/atau respon indrawi lain;

16
dramatisasi; refleksi pemahaman dengan membuat teks bentuk lain: lisan,
tulisan, audio, visual, audio visual, kinestesik.
(6) Pengatur grafis (graphic organizers) adalah berbagai bentuk tabel atau grafik
untuk membantu pemahaman dengan cara mengorganisasikan
ide/pikiran/gagasan.
4. Kegiatan dengan buku pengayaan untuk SD kelas tinggi

Kegiatan untuk mengembangkan karakter ini dapat dilaksanakan

sebagai kegiatan pembiasaan (pada 15 menit membaca sebelum

pembelajaran) atau kegiatan pengembangan (pada jam kunjungan

perpustakaan/jam literasi).

Metode membaca:

- Guru membacakan buku dengan nyaring

- Peserta didik membaca buku dengan mandiri

Sebelum Membaca

- Sebelum membacakan buku, guru mengajak peserta didik untuk

memperhatikan sampul buku dan mendiskusikan pertanyaan-

pertanyaan berikut.

- Sebelum meminta anak untuk membaca buku dengan mandiri, minta

peserta didik untuk memperhatikan sampul buku dan mencatat

informasi tentang buku pada jurnal membaca mereka.

o Judul buku:

o Penulis/ilustrator/editor buku:

o Tahun penerbitan buku:

o Gambar pada sampul:

17
o Dengan melihat judul/gambar pada sampul buku, menurut saya

buku ini tentang:

o Membuat daftar pertanyaan:

o Informasi apa yang akan saya dapatkan dari buku ini?

o Apa yang akan saya ketahui dari membaca buku ini?

Pertanyaan yang dapat ditanyakan guru sebelum membacakan buku

dengan nyaring:

18
Mengamati sampul buku: Apa
yang tergambar pada sampul
buku? Apa judul buku?

Membuat prediksi: kira-kira


buku ini menceritakan apa?

Mengaktifkan pengetahuan
latar anak: Gambar pada
sampul ini mengingatkan
kamu kepada apa? Pernahkah
kamu membaca judul buku
seperti ini?

Membuat inferensi: Menurutmu,


mengapa penulis memilih judul ini?
Menurutmu, mengapa gambar ini
dipilih untuk dipasang pada sampul
buku? Apa tujuan ilustrator buku?

Membuat daftar pertanyaan:


Apa saja yang kamu ingin
ketahui dari buku ini?

Kegiatan peserta didik selama membaca mandiri misalnya:

- Membaca ringkas dengan menandai ide pokok, kata kunci, dan elemen

visual seperti tabel, bagan, gambar, dll.

- Mencatat kata kunci dan kata-kata sulit di jurnal membaca.

- Menulis ulang ide pokok dan pertanyaan terhadap bacaan di jurnal

membaca.

19
- Setelah membaca ringkas, peserta didik mengamati daftar pertanyaan

pada jurnal membaca dan membaca ulang untuk menemukan

jawabannya.

- Apabila peserta didik belum dapat menemukan ide pokok dari bacaan,

peserta didik dapat membaca ulang untuk memastikan pemahamannya.

Pertanyaan-pertanyaan khusus terkait cerita dapat ditanyakan oleh

guru pada kegiatan membacakan buku atau membaca bersama peserta

didik untuk meningkatkan:

- Kemampuan peserta didik menggunakan elemen visual/gambar dan

teks untuk memahami cerita. Misalnya:

o Apa yang terdapat di sini? Ini gambar apa? Mengapa ini ada di

sini?

o Apa artinya kata ini (kosakata tertentu)? Mengapa ia (tokoh cerita)

mengatakan ini?

o Apa yang ingin disampaikan penulis/ilustrator dengan kata/gambar

ini?

- Kemampuan nalar peserta didik dalam menganalisis cerita. Misalnya:

o Menurutmu, apakah yang dilakukannya (tokoh cerita) baik/benar?

o Apa yang kamu lakukan apabila berada dalam situasi yang sama?

Kegiatan setelah membaca:

- Pemahaman Cerita: Diskusikan cerita bersama peserta didik: Apa?

Siapa? Di mana? Bagaimana? Mengapa?

20
- Tanggapan terhadap cerita: Mendiskusikan tanggapan peserta didik

terhadap cerita:

o Apakah kamu menyukai cerita ini? Mengapa? Bagian mana yang

kamu sukai?

o Siapa tokoh yang kamu sukai? Mengapa?

o Apakah kamu menyukai gambar dalam cerita ini? Bagian mana

yang kamu sukai? Mengapa?

- Keterkaitan antara cerita dengan pengalaman: Mendiskusikan

pengalaman peserta didik yang relevan dengan cerita:

o Pernahkah kamu mengalami masalah yang sama (dengan yang

dialami oleh tokoh cerita)?

o Apa yang kamu lakukan apabila mengalami masalah yang sama?

o Apakah kamu tahu seseorang yang mengalami masalah yang sama

dengan yang dialami oleh tokoh cerita? Apa yang ia lakukan?

- Keterkaitan antara cerita dengan pengetahuan lain yang relevan.

Misalnya: mendiskusikan salah satu cerita rakyat:

o Apa yang kamu ketahui tentang daerah tempat cerita ini berasal?

o Bagaimana ciri-ciri daerah ini? Bagaimana cuacanya?

o Apa yang terkenal dari daerah ini?

o Bagaimana masyarakat yang tinggal di daerah ini?

- Kegiatan setelah membaca:

o Menulis/menggambar pemahaman terhadap cerita/alur cerita

dengan peta cerita/mind map/gambar.

21
o Membuat daftar pertanyaan tentang apa yang ingin diketahui lebih

lanjut tentang cerita/daerah tempat cerita berasal, dll.

o Membuat bagan tanggapan terhadap cerita/tokoh cerita.

o Melakukan riset sederhana tentang daerah tempat cerita berasal.

o Mengisi jurnal membaca.

Jurnal Membaca Untuk SD Kelas Tinggi

22
Elemen bacaan:
•Judul
•Penulis:
•Ilustrator:
•Tahun terbit:
•Sub judul:

Bagaimana alur cerita dalam buku ini?


Awal:
Tengah:
Akhir:

Siapa tokoh cerita dalam buku ini?


•Di mana ia tinggal? Dengan siapa?
•Apa masalahnya? Bagaimana ia menyelesaikannya?
•Bagaimana sifat-sifatnya?

Daftar Pertanyaan
(Apa lagi yang ingin kamu ketahui tentang tokoh/cerita dalam buku ini?)

Mengaitkan Dengan Pengalaman


Tulislah surat/wawancara imajiner dengan tokoh pada cerita ini

D. Hubungan Panca Indera dan Daya Kerja Otak

1. Melihat untuk Mengetahui


2. Mendengar untuk Mengetahui
3. Meraba untuk Mengetahui
4. Mengecap untuk Mengetahui
5. Mencium untuk Mengetahui

23
E. Melihat dan Mendengar sebagai Sumber Utama Pengalaman Belajar

Manusia

َ َ‫ون أ ُ هم َهاتِ ُك ْم ال تَ ْعلَ ُمون‬


‫ش ْيئًا‬ ِ ‫ط‬ ُ ُ‫َّللاُ أَ ْخ َر َج ُك ْم ِم ْن ب‬
‫َو ه‬
. َ‫ار َواأل ْفئِ َدةَ لَعَله ُك ْم تَ ْش ُك ُرون‬
َ ‫ص‬ ‫َو َجعَ َل لَ ُك ُم ال ه‬
َ ‫س ْم َع َواأل ْب‬
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak

mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan

dan hati, agar kamu bersyukur. (Yunus : 78)

F. Modal Utama dan Sumber Pengetahuan Manusia

Manusia dalam meningkatkan ilmu pengetahuannya menempuh

beberapa proses kegiatan dengan menggunakan indera sebagai modal untuk

meningkatkan ilmu pengetahuannya. Indera yang dikenal secara umum ada

lima yang disebut panca indera (melihat dengan mata, mendengar dengan

telinga, meraba dengan kulit, mengecap dengan lidah dan mencium dengan

hidung). Namun sebenarnya indera yang dimiliki oleh manusia tidak sekedar 5

macam, akan tetapi lebih dari itu.

Allah SWT menjelaskan dalam Al-Qur’an bahwa ada 3 modal utama

manusia sehingga manusia menjadi kuat akal fikirannya, sikapnya dan tinggi

ilmu pengetahuannya yaitu pendengaran, pengelihatan dan penghayatan /

pemikiran. Pendengaran seperti yang diketahui bersama alatnya adalah

telinga. Pengelihatan alatnya adalah mata. Selain itu penghayatan dan

pemikiran alatnya adalah hati dan otak. Otak selain sebagai alat untuk

24
memproses ilmu pengetahuan dengan cara memikirkan dan menghayati ilmu

pengetahuan, juga menjadi tempat untuk menyimpan ilmu pengetahuan.

25
BAB III. METODE PENELITIAN

Metode atau cara sebagai langkah-langkah yang harus ditempuh oleh

peneliti dalam memecahkan suatu permasalahan untuk mencapai tujuan tertentu

diperlukan dalam melakukan sebuah penelitian. Data yang diperoleh kemudian

diolah, dianalisis, dan diproses lebih lanjut dengan alat bantu berupa dasar-dasar

teori yang telah dipelajari sebelumnya, sehingga dapat memperjelas gambaran

mengenai objek yang diteliti, sehingga dari gambaran objek tersebut dapat ditarik

kesimpulan mengenai masalah yang diteliti.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian berjudul “Penguatan

Program Literasi Sekolah untuk Meningkatkan Kompetensi Peserta Didik (Studi

Kasus Di SDN Uekambuno 1 Kabupaten Tojo Una-Una)” adalah studi kasus atau

survei terhadap kasus. Oleh karena itu pengumpulan data yang dibutuhkan guna

mendukung penelitian ini menggunakan metode kuantitatif karena penelitian

dilakukan dengan cara survei.

Menurut Neuman W Lawrence dalam Sugiono (2013:12) menyatakan

bahwa: “Penelitian survei adalah penelitian kuantitatif. Dalam penelitian survei,

peneliti menanyakan ke beberapa orang (yang disebut dengan responden) tentang

keyakinan, pendapat, karakteristik suatu obyek dan perilaku yang telah lalu atau

sekarang.

Sedangkan pengertian metode kuantitatif menurut Sugiyono (2013:13)

adalah “metode yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk

meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan

instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan

1
untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan”. Adapun yang dimaksud dengan

filsafat positivisme adalah memandang realitas/gejala/fenomena itu dapat

diklasifikasikan, relatif tetap, konkrit, teramati, terukur, dan hubungan gejala

bersifat sebab akibat.

A. Objek Penelitian

Pengertian objek penelitian menurut Sugiyono (2011:32) adalah

“suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang atau kegiatan yang mempunyai

variabel tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan”.

Objek penelitian yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah program

literasi sekolah, dan prestasi belajar peserta didik.

B. Lokasi Penelitian

Sekolah Dasar Negeri Uekambuno 1 dengan NPSN 40203354 dan

NSS 101180902003 terletak di Desa Borneang, Kecamatan Ulubongka,

Kabupaten Tojo Una-una. Sekolah ini berdiri pada tahun 1998. SDN

Uekambuno 1 telah diakreditasi dengan memperoleh nilai B.

2
SDN Uekambuno 1 dibangun di atas tanah seluas 1 hektar. Kondisi

bangunan secara umum bagus namun ada sebagian ruangan kelas dengan

kondisi lantai rusak ringan. Sekolah ini memiliki 6 rombel yang masing-

masing ruang kelas berukuran 7m x 8m, memiliki 1 ruang kantor, 1 ruang

perpustakaan, 1 ruang gudang, 1 unit rumah dinas guru, 2 kamar mandi rusak

ringan, 5 WC guru dan siswa. 3 lokal ruang kantin dan memiliki tempat parkir

motor siswa.

Nama sekolah SDN Uekambuno 1 yang berlokasi di Desa Borneang

diambil dari nama suatu daerah yaitu “Uekambuno” karena Desa Borneang

pada awal mulanya merupakan daerah pemekaran dari Desa Uekambuno.

Desa Borneang merupakan salah satu Desa daerah transmigrasi yang

menurut keterangan Kepala Desa, Desa ini dinyatakan sebagai daerah sangat

tertinggal berdasarkan Keputusan PMD. Desa Borneang sebagai daerah

transmigrasi penduduknya merupakan penduduk campuran dari berbagai suku

dan agama. Beberapa suku yang ada di Desa Borneang adalah suku ta, bare’e,

kaili, bugis, jawa, sunda, lombok, bali, batak dan lain-lain. Agama mayoritas

adalah Islam dan sebagian kecil memeluk agama Hindu.

Letak geografis Desa Borneang berada di dataran tinggi di wilayah

pegunungan sekitar 400 meter di atas permukaan laut.

Desa Borneang menurut News Investigasi Sulteng, termasuk salah

satu Desa terpencil dan warga masyarakatnya sebagian besar sebagai petani

yang merupakan desa penghasil ribuan ton produksi jagung kuning atau

Hibrida,serta tanaman pangan lainya. “Sebagai desa yang terpencil dan jauh

3
dari pusat pemerintahan daerah, sehingga sampai saat ini Desa Borneang

belum menikmati sarana telekomnikasi,sementara telpon genggam hampir

semua warga masyarakat telah mmilikinya”,ujar kepala Desa Borneang,

Rahman Ngeri.

Menurutnya “jaringan telekomunikasi, di harapkan di tahun-tahun

mendatang senantiasa mendapat perhatian Pemerintah pusat melalui

kementrian terkait dan BUMN. Hingga saat ini Desa Borneang dan beberapa

desa lainya di kecamatan Ulubongka. Saat ini di akui ada telpon desa yang

terpasang dari pihak telkom,sejak Tahun 2013 yang lampau namun sampai

saat ini tidak dapat di fungsikan,dengan no 0451 7770593 dan 0451 7770552.

Sebagai desa terpencil tentunya kita akan bangkit menuju suatu perubahan

dengan dasar konsep dan perencanaan yang strategis,serta di perlukan adanya

dukungan sepenuhnya dari masyarakat dan untuk itu tentunya seiring dengan

Visi dan Misi pemerintah daerah Kabupaten Tojo Una una”,tandas, Rahman.

(Darmasita,News In) Sumber :

http://newsinvestigasi86.com/2017/10/24/borneang-desa-terpencil-bangkit-

menuju-perubahan/

1. Visi, misi dan tujuan

a. Visi

“Pendidikan Berlandaskan IPTEK dan bernafaskan IMTAQ”.

b. Misi

1) Mewujudkan peserta didik yang terampil, kreatif, dan beprestasi;

4
2) Mewujudkan siswa berprestasi yang membawa kredibilitas

sekolah;

3) Mewujudkan pendidikan yang mengikuti perkembangan ilmu

pengetahuan dan tekhnologi; dan

4) Mewujudkan peserta didik yang sehat jasmani dan rohani.

c. Tujuan

1) Siswa beriman dan bertaqwa kepda tuhan yang maha Esa serta

berahlak mulia,

2) Siswa memiliki dasar-dasar pengetahuan, kemampuan dan

keterampilan sebagai bekal melanjutkan pendidikan pada jenjang

yang lebih tinggi,

3) Meningkatkan nilai ujian setiap pelajaran,

4) Mengenal dan Mencintai bangsa, Masyarakat dan Kebudayaan, dan

5) Menekan adanya jumlah anak putus sekolah.

2. Jumlah Guru dan pegawai

No Nama JK Gol. Jab Sta tus Pend.

1 Hj. Nurbone P III/d Kepsek PNS S2

2 Nanang Kosim L III/c Guru Kelas PNS S1

3 Suparman L III/b Guru Kelas PNS S1

4 Suwanti P III/b Guru Kelas PNS S1

I Komang III/a
5 L Guru Mapel PNS PGA
Suadnyana

Rosdiana A. III/a
6 Guru Kelas PNS S1
Hi Usma

7 Yatiman L II/b Guru Mapel PNS D2

5
Hajriani II/a
8 P Guru Kelas PNS SMA
Lapaga

9 Afandi Tangke L PNS S.1

SDN Uekambuno 1 di tahun 2019 ini memiliki pendidik dan tenaga

kependidikan sebanyak 8 orang. 1 orang Kepala Sekolah, 5 orang guru

kelas, 2 orang guru agama masing-masing guru agama Islam dan guru agama

Hindu. Guru agama Hindu merangkap menjadi guru kelas II. Guru kelas VI

diberi tugas tambahan sebagai bendahara sekolah. Guru kelas IV diberi tugas

tambahan sebagai operator sekolah. Kualifikasi pendidikan kepala sekolah

strata dua (S-2) Magister Manajemen. 3 orang guru kelas lulusan S-1. 1 orang

guru Kelas lulusan SMA namun dalam proses penyelesaian pendidikan

sarjana. Guru Agama Islam lulusan diploma dua (D-2) Pendidikan Agama

Islam dan Guru Agama Hindu lulusan Pendidikan Guru Agama Hindu

(PGA.H). Sebanyak 3 orang guru termasuk Kepala Sekolah sudah mempunyai

sertifikat pendidik.

6
C. Populasi dan sampel penelitian

1. Populasi Penelitian

Sugiyono (2013:119) mengatakan : “Populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya.”

Populasi dalam penelitian ini adalah subjek yang berkaitan dengan

penelitian yang penulis lakukan pada SDN Uekambuno 1, Kabupaten Tojo

Una-una adalah peserta didik SDN Uekambuno 1 Tahun Ajaran 2019/2020.

Jumlah Peserta Didik pada tahun ajaran ini adalah sebagai berikut :

No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah


1 I 13 7 20
2 II 9 7 16
3 III 8 9 17
4 IV 11 6 17
5 V 13 10 23
6 VI 11 9 20
Total 65 48 113
Menurut Sugiyono (2013:120) “Sampel adalah bagian dari jumlah

yang dimiliki oleh sebagian populasi tersebut.” Sampel digunakan sebagai

ukuran sampel dimana ukuran sampel merupakan suatu langkah untuk

mengetahui besarnya sampel yang akan diambil dalam melaksanakan suatu

penelitian.

2. Sampel Penelitian

Ukuran sampel pada dasarnya merupakan langkah untuk menentukan

besarnya jumlah sampel yang akan diambil untuk melaksanakan penelitian

7
suatu objek, kemudian besarnya sampel tersebut biasanya diukur secara

statistika ataupun estimasi penelitian. Pengukuran sampel merupakan suatu

langkah untuk menentukan besarnya sampel yang diambil dalam

melaksanakan suatu penelitian. Selain itu juga diperhatikan bahwa sampel

yang harus dipilih representatif, artinya segala karakteristik populasi

hendaknya tercermin dalam sampel yang dipilih.

Perhitungan untuk menentukan jumlah sampel dari populasi tertentu

dapat digunakan Rumus Slovin sebagai berikut:

Keterangan:

n = Sampel

N = Populasi

d = Presisi yang diinginkan 10%

Berdasarkan rumus di atas, maka sampel penelitian pada populasi

peserta didik SDN Uekambuno 1 di atas adalah :

113
Sampel = = 53,1 dibulatkan menjadi 53
113 (10%)2+1

Berdasarkan perhitungan penentuan sampel penelitian di atas, maka

penulis menentukan sampel penelitian adalah peserta didik kelas tinggi, yaitu

kelas IV, kelas V dan kelas VI yang berjumlah sebanyak 65 orang. Penulis

memilih kelas tersebut dengan alasan bahwa program literasi sekolah akan

8
bisa diikuti dengan baik oleh peserta didik kelas tinggi dan ketiga kelas

tersebut telah mewakili sebagai sampel penelitian yang disyaratkan yaitu

sebesar 53 orang. Sementara jumlah peserta didik kelas IV-VI sebanyak 65

orang.

Kegiatan penelitian ini penulis memerlukan data yang relevan dengan

permasalahan yang penulis bahas. Sumber data yang digunakan dalam

melakukan penelitian ini yaitu menggunakan data primer. Data primer adalah

data yang langsung diberikan oleh orang yang berkepentingan dengan data

tersebut, sehingga asal usul, kelemahan dan informasi yang terdapat pada data

primer memerlukan pengolahan lebih lanjut agar dapat digunakan sebagai

sumber penelitian.

D. Data Penelitian

Sumber data yang digunakan dalam melakukan penelitian ini yaitu

data primer. Data primer adalah data yang langsung diberikan oleh orang yang

berkepentingan dengan data tersebut, sehingga asal usul, kelemahan dan

informasi yang terdapat pada data primer memerlukan pengolahan lebih lanjut

agar dapat digunakan sebagai sumber penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah-langkah yang paling

utama dalam penelitian, karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan

data. Adapun cara yang dilakukan untuk memperoleh data dan keterangan-

9
keterangan yang mendukung penelitian ini, penulis melakukan pengumpulan

data menggunakan kuesioner yaitu dengan mengajukan atau membuat daftar

pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada responden yang secara logis

berhubungan dengan masalah penelitian yaitu mengenai program literasi

sekolah, dan prestasi belajar peserta didik.

F. Keabsahan Data

Sebelum data hasil kuesioner dianalisis lebih lanjut, terlebih dahulu

dilakukan uji validitas dan reabilitas terhadap alat ukur penelitian untuk

membuktikan apakah alat ukur yang digunakan memiliki kesahihan dan

kehandalan untuk mengukur yang seharusnya menjadi fungsi ukurnya, yaitu

untuk menguji apakah kuesioner telah mengukur secara cermat dan tepat.

Keabsahan data atau validitas data merupakan derajat ketepatan antara

data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian dengan data yang dapat

dilaporkan oleh peneliti. Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau

tidaknya suatu kuesioner. Menurut Sugiyono (2013:168), instrumen yang

valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu

valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa

yang seharusnya diukur.

Menguji validitas pada tiap-tiap item variabel penelitian, yaitu dengan

mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap

skor butir. Jika ada item yang tidak memenuhi syarat, maka item tersebut tidak

diteliti lebih lanjut. Syarat tersebut menurut Sugiono (2013:173) yaitu harus

memiliki kriteria sebagai berikut:

10
a. Jika ≥ 0,30 maka item-item pertanyaan kuesioner adalah valid

b. Jika ≤ 0,30 maka item-item pertanyaan kuesioner adalah tidak valid

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh hasil

pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih

terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama.

Reliabilitas menunjukan sejauh mana pertanyaan dapat dipahami sehingga

tidak menyebabkan beda interpretasi dalam pemahaman tersebut.

G. Teknik Analisis Data

Menganalisis sistem informasi program literasi sekolah dan prestasi

belajar peserta didik dengan melakukan langkah-langkah berikut ini:

1. Membuat kuesioner

Penulis membuat kuesioner dalam bentuk pertanyaan atau

pernyataan yang akan diberikan dan diisi oleh responden, yaitu guru kelas

4, 5 dan 6.

2. Membagikan dan mengumpulkan kuesioner

Daftar kuesioner disebar ke bagian-bagian yang telah ditetapkan,

stelah itu dikumpulkan kembali kuesioner tersebut yang telah diisi oleh

responden.

3. Memberikan skor

Setiap item dari kuesioner memiliki 5 jawaban dengan masing-

masing nilai yang berbeda. Skor untuk pertanyaan positif yaitu: nilai

tertinggi (5) dan nilai terendah (1). Sebaliknya untuk pertanyaan negatif

yaitu: nilai tertinggi (1) dan nilai terendah (5).

11
4. Menjumlah untuk masing-masing variabel

5. Menetapkan kriteria untuk masing masing variabel

12
DAFTAR PUSTAKA

Wiedarti, Pangesti, dkk., Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah, Jakarta :


Direktorat pembinaan sekolah dasar Direktorat jenderal pendidikan dasar
dan menengah Kementerian pendidikan dan kebudayaan
Faizah, Utama, Dewi., 2016, Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah
Sekolah Dasar, Jakarta : Direktorat pembinaan sekolah dasar Direktorat
jenderal pendidikan dasar dan menengah Kementerian pendidikan dan
kebudayaan
Widaryat,Wowon., 2018, Strategi literasi dalam pembelajaran di sekolah dasar,
Jakarta : Direktorat pembinaan sekolah dasar Direktorat jenderal
pendidikan dasar dan menengah Kementerian pendidikan dan
kebudayaan
Sumiyati., 2018, Peranan Kepemimpinan dalam meningkatkan mutu pendidikan
melalui manajemen berbasis sekolah di SDN Depok 1 Yogyakarta,
Yogyakarta : Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia.
--------., http://newsinvestigasi86.com/2017/10/24/borneang-desa-terpencil-
bangkit-menuju-perubahan/
--------., http://Opi.11Omb.com,
Aedi, Nur., 2015, Dasar – Dasar Manajemen Pendidikan, Yogyakarta :Gosyen
Publishing.
Agustinus Hermino., 2014, Kepemimpinan Pendidikan Di Era Globalisasi,
Yogyakarta : Pustaka pelajar.
Andang., 2014. Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah. Yogyakarta : Ar–
Ruzz Media .
Barlian, Ikbal., 2013, “Manajemen Berbasis Sekolah Menuju Sekolah
Berprestasi”, Jakarta : Esensi.
Depdikbud., 1997, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka.
Depdiknas., 2002, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Jakarta :
Dirjen Pendasmen.
Cepi Triatna. 2015. Pengembangan Manajemen Sekolah. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Depdikbud. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka..
Depdiknas. 2002. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta :
Dirjen Pendasmen.
Husni, Karna., 2015,. “Manajemen Perubahan Sekolah”. Bandung : Pustaka
Setia.
John M, Echol, et.al., 1987, Kamus Bahasa Inggris Indonesia, Jakarta:Gramedia.
Kompri., 2014, Manajemen Sekolah : Teori dan Praktik, Bandung : Alfabeta
Muhsin, Mumuh, Heryati, Yeti., 2014, Manajemen Sumber Daya Pendidikan,
Bandung : Pustaka Setia
Mardalis., 1999, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta : Bumi
Aksara.
.

1
James Allen-Marc Allen, 2008. As A Man Thinketh (Berawal Dari Pola Berpikir)
: Yogyakarta : Pustaka Baca.
Leba, Ibi, Tagela, Umbu., Sumardjono P. 2014. Profesi Kependidikan.
Yogyakarta : Penerbit Ombak.
Mulyasa., 2005, Manajemen Berbasis Sekolah,. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
--------., 2015, Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta : PT Bumi
Aksara.
--------., 2016, Manajemen Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Yogyakarta :
Gosyen Publishing.
Nasution, Zulkarnaen., 2006, Manajemen Humas Di Lembaga Pendidikan,
Panggabean, Rizal., 2015, Manajemen Konflik Berbasis Sekolah, Jakarta : PT
Pustaka Alfabet.
Permendiknas., 2009, Standar Nasional Pendidikan beserta delapan peraturan –
peraturan, Yogyakarta : CV Dwi Karya Mulia.
Presiden RI., 2005, Permen RI No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, Jakarta : Setneg RI.
Rahman, Arif., 2015, Guru, Jakarta : Esensi.
Rohiat., 2008, Kecerdasan Emosional Kepemimpina Kepala Sekolah, Bandung :
PT Refika Aditama.
............, 2012, Manajemen Sekolah : Teori dan Praktik, Bandung : PT Refika
Aditama.
Rohmat., 2010, Kepemimpinan Pendidikan Konsep dan Aplikasi, Yogyakarta :
Litera Buku.
aefullah., 2012, Manajemen Pendidikan Islam, Bandung : CV Pustaka Setia.
Sapari, Achmad, Supriono S., 2001, Manajemen Berbasis Sekolah, Jatim : SIC
(Anggota IKAPI)
Sobri dkk., 2009, Pengelolaan Pendidikan, Yogyakarta : Multi Pressindo.
Sugiyono., 2008, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&d.
Bandung:Alafabeta.
-------. 2015. Metode Penelitian Tindakan Komprehensif. Bandung:Alfabeta.
Sumardjono P, Leba, Ibi, Tagela, Umbu., 2014, Profesi Kependidikan,
Yogyakarta : Penerbit Ombak
Suryana, Yaya., 2015, Metode Penelitian Manajemen Pendidikan, Bandung: CV
Pustaka Setia.
Tatang S., 2015, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah, Bandung : CV
Tatang S, Basri, Hasan., 2015, Kepemimpinan Pendidikan, Bandung : CV Pustaka
Setia.
Tim Direktorat Pembinaan Sekolah., 2013, Panduan Pembinaan Manajemen
Berbasis Sekolah Di Sekolah Dasar, Jakarta : Kemendikbud, Dirjen
Pendas, Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar.
Usman, Husaini., 2014, Manajemen : Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan,
Jakarta : Bumi Aksara

Desain-Induk-Gerakan-Literasi-Sekolah

Anda mungkin juga menyukai