Anda di halaman 1dari 3

Dirunut dari sejarahnya, konsep kota baru sebenarnya telah wujud sejak zaman purba (pale olitik,

neolitik, praklasik dan klasik), 500-40.000 Sebelum Masehi (SM).

Jericho di Palestina, Babylon di Irak, Catal Huyuk di Turki dan Athena di Yunani adalah di antara
bukti adanya kota-kota tersebut.

Konsep kota baru terus berkembang secara perlahan, beradaptasi dengan perkembangan
peradaban, teknologi dan tuntutan zaman.

Momentumnya lahir ketika terjadi Revolusi Industri di Inggris pada akhir abad ke 18, dengan
digulirkannya ide Kota Taman (Garden City) oleh Ebenezer Howard (1850-1928) yang kemudian
menjadi cikal bakal konsep kota baru moderen.

Howard tidak hanya berteori ketika itu, tetapi dapat merealisasikan mimpinya dengan wujudnya
Letcworth Garden City (1905), Welwyn Garden City (1919) yang kemudian diikuti dengan New
Jersey (1929), Maryland (1935), dan Wisconsin (1936).

Istilah kota baru menjadi lebih populer setelah Perang Dunia II, dimana dengan banyaknya kota-kota
yang hancur akibat perang dunia, terutama di Eropah.

Merenovasi kota yang telah hancur jelas memerlukan biaya besar dan juga agak rumit
mengerjakannya. Sehubungan itu, kemudian para ahli mengajukan pembangunan kota yang benar-
benar baru dirancang dari awal, yang disesuaikan dengan perkembangan zaman dan kehendak
masyarakat.

Definisi Kota Baru


Terdapat banyak definisi kota baru yang dikemukakan para ahli, di antaranya Frederick J Osborn
(1976) yang menyatakan bahwa kota baru adalah sebuah kota yang dirancang untuk memenuhi
keselesaan kehidupan penduduk menurut ukuran yang ditetapkan, mempunyai kawasan industri,
dan dikelilingi kawasan desa.

Suqued-Bonmud (1976) mendefinisikan bahwa kota baru adalah kota yang dibangun serba lengkap
(self-contained) dan terdapat berbagai aktivitas didalamnya seperti institusi perdagangan,
pendidikan, sosial, budaya yang dapat memenuhi keperluan masyarakat dan individu.

Kota baru juga tidak mutlak dibangun di lokasi baru, tapi bisa juga merupakan pengembangan dan
pembaharuan dari kota lama atau sebuah pedesaan yang dibangun secara menyeluruh menjadi
kota lengkap yang mandiri.

Walaupun kebanyakannya kota baru dibangunkan di lokasi yang baru, baik yang terletak jauh dari
kota yang sudah ada, berdekatan dengan sebuah kota, atau dapat juga merupakan sebuah kota
satelit.

Osborn dan Whittick (1963) menyebutkan ciri-ciri yang harus dimiliki oleh kota baru, yaitu,
dirancang dan dibangun dengan lengkap, tanpa menetapkan ukuran, satu perancangan untuk
masyarakat menurut ukuran dan kepadatan penduduk yang optimum serta mempunyai pedoman
perencanaan, mempunyai kepemilikan tanah yang beragam; individu, pemerintah dan swasta,
mencapai tahap lengkap (self-contained) dan mempunyai keseimbangan sosial-ekonomi yang stabil,
dan pembangunan yang mengikuti konsep design yang ditetapkan.
Di Indonesia, konsepsi kota baru kontemporer sudah dimulai sejak tahun 1950an yang diikuti
dengan pembangunan Kemayoran Baru, Kota Baru Palangkaraya dan Kota Baru Banjarbaru.

Namun gaung ide dan konsep kota baru berjalan lambat hingga era reformasi masa kini. Ide dan
konsep kota baru hanya banyak dibicarakan ditataran teori, sementara aplikasinya di lapangan
sangat minim.

Era otonomi daerah yang telah digulirkan sejak tahun 2001 juga tidak dapat dijadikan momentum
bagi pemerintha daerah untuk dapat mewujudkan ide dan konsep kota baru, termasuk di Riau.

Padahal dengan semakin sesaknya ekosistem kota dengan berbagai permasalahan sosial,
ekonomi, politik dan lingkungan yang membelitnya, rasanya konsep kota baru dapat dilirik untuk
mengatasi sebahagian problem perkotaan, terutama Kota Pekanbaru dengan penduduk yang sudah
melebihi 900 ribu jiwa.

Pewujudan kota-kota baru, selain akan dapat mengurangi kesesakan di kota lama yang biasanya
tidak dirancang dengan baik dan berkualitas dari segala sudut, juga akan dapat untuk
mengembangkan wilayah, menekan angka kemiskinan dan mengurangkan tekanan pertumbuhan
penduduk.

Harapan dan impian untuk melihat dan merasakan kota baru mandiri serba lengkap (self-
contained), yang dirancang dari awal dengan desain dan master plan terkini yang disesuaikan
dengan perkembangan teknologi, ilmu pengetahuan dan tuntutan zaman kiranya dapat dimulai di
Bumi Lancang Kuning, tentu tanpa meninggalkan ciri dan karakteristik Melayu-nya.

Mungkin ada yang memprsoalkan dari sisi biaya dan sukarnya mencari lokasi yang tepat. Jika ini
alasannya, penulis kira bisa dikaji secara terperinci dan mendalam untung ruginya dari berbagai
sudut dan kepentingan jangka panjang generasi yang akan datang.

Sebagai suatu kota, perwujudan “kota lama' —kota yang sudah tumbuh dan berkembang— dengan 'kota baru' —
kota yang direncanakan dan dibangun baru secara utuh dan lengkap — pada hakekatnya sama saja. Keduanya
mempunyai batasan dan pematakan yang sama (Von Hertzen, Spreiregen, 1978).

Namun demikian, sejak awal dikembangkannya kota baru, maka dari segi istilah, kriteria, pola kehidupan serta
dampak sosial-budaya, sosial—ekonomi dan tisiogralis, kota baru ditampilkan sebagai wujud tersendiri yang
mempunyai pengertian, batasan serta perwatakan yang dibedakan dengan kota lama.

Kenyataan itu dapat dibuktikan dengan luas dan berkembangnya wawasan serta sorotan terhadap masalah, tata laku
dan peri kehidupan ”kota baru' sebagai wujud wadah kehidupan perkotaan yang sejak pemikiran pengembangannya,
erencanaannya, pengisian dan perkembangannya kemudian mempunyai ciri—ciri tersendiri. Wawasan ter adap
pengertian, batasan serta perwatakan 'kota baru' yang dikemukakan para pakar mencakup kota-kota baru yang
direncanakan dan dikembangkan sejak masa silam, khususnya sejak kebangkitan peradaban budaya Masa Yunani
Kuno (Gideon Golany 1976).

Wawasan selanjutnya yang berkaitan erat dengan pertumbuhan kota—kota baru modern selalu dikaitkan dengan
konsep pemikiran kota baru yang dikembangkan sejak dikenalnya iilsafat perencanaan modern yang dimulai akhir
abad ke 19, yaitu sejak dicetuskannya konsepsi 'Garden City' oleh Ebenezer Howard di inggris (A.C. Duff, 1964).
Sebagai suatu 'konsepsi', kota baru kemudian dianggap merupakan salah satu cara dalam pemecahan masalah
perumahan dan permukiman kota. Konsepsi dasar mengenai 'kota baru' yang pada awalnya dikembangkan di inggn's
tersebut telah berkembang menjadi landasan pemikiran konsepsual untuk memecahkan masalah perumahan dan
permukiman kota di belahan bumi lainnya.

Demikian spesifik dan tipikainya perilaku 'kota baru' ini, sehingga pengertian, batasan dan perwatakannya telah
mengalami perkembangan yang tipikal untuk setiap negara. Berbagai literatur memberikan wawasan yang seolah
bersifat 'khas' dari berbagai sudut pandang (ond Rodwin, 1964," Jorge E. Hardoy, 1964; William A. Robson, 1964;
Peter Hall, 1980).

Secara geografis misalnya, dikenal wawasan tipikal tentan 'Kota Baru lnggn's' (Britain's New Towns); 'Kota Baru
Amerika' (American New Towns); 'Kota Baru Eropa'( uropean New owns), bahkan juga berkembang wawasan
mengenai kota baru di negara dunia kati a, seperti 'Latin American New Towns'; African New Towns' dan 'Asian New
Towns'. Secara subtantif, ' oia baru' mempunyai watak yang tipikal dalam segi kehidupan perekonomian, sosial-
budaya serta perwatakan pola fisiknya (Boleslaw Malisz, 1970; Athens Technological institute, 1965).

Di indonesia, konsepsi 'kota baru' juga dikenal meski relatif baru diperkenalkan sejak awal penerapan rkonsepsi
perencanaan kota modern“ sekitar awal abad ke 20. Penerapan konsepsi 'kota baru modem' yang n ata baru dimulai
sekitar dekade 1950-an, se erti Kota Baru Kebayoran di sebelah selatan Jakarta atau ola Baru Banjarbaru di sebelah
tenggara anjarmasin atau Kota Baru Palangkaraya di Kalimantan Tengah.

Konsepsi 'kota baru' sampai saat ini telah mengalami perkembangan di negara kita, sebagai salah satu acara dalam
mengupayakan pemecahan masalah perumahan dan permukiman kota (Repelita IV, 1983-1988).

Pemikiran yang kelak akan menjadi dasar pengembangan pola "kota baru' di indonesia merupakan“tantangan” yang
sangat esensial, Untuk memperoleh rentang wawasan 'kota baru', maka pengenalan dan pemahaman tentang
pengertian, batasan dan pematakan 'kota baru' akan menjadi landasan dalam upaya pengembangan kota—kota baru
di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai