Penulis
Nama : Lia Setyowati P.S ( 1753034009 )
P.S. : Pendidikan Geografi
Pengertian Hakikat
Hakikat berasal dari kata Bahasa Arab yang berarti pokok atau inti. Secara etimologi,
hakikat merujuk pada pengertian inti dari sesuatu atau bisa juga puncak atau sumber
dari segala sesuatu. Dengan kata lain, hakikat adalah sebagai ungkapan untuk
menunjukkan makna yang sebenarnya dan paling mendasar dari suatu benda, kondisi,
ataupun pemikiran.
Pengertian Kota
Pada umumnya “kota” itu diartikan sebagai suatu permukaan wilayah dimana
terdapat pemusatan (konsentrasi) penduduk dengan berbagai jenis kegiatan ekonomi,
sosial budaya dan administrasi pemerintahan. Secara lebih rinci dapat digambarkan
yaitu melipui lahan geografis utmanya untuk pemukiman; berpenduduk dalam jumlah
yang relatif banyak (besar); di atas lahan yang relatif terbatas luasnya; dimana mata
pencaharian penduduk didominasi oleh kegiatan non pertanian, sebagian besar
merupakan kegiatan sektor jasa atau sektor tersier (perdagangan transportasi,
keuangan, perbankan, pendidikan, kesehatan, dan jasa lainnya), sektor pengolahan
atau sektor sekunder (industry dan manufaktur), serta pola hubungan lainnya antar
individu dalam masyarakat dapat dikatakan lebih bersifat rasional, ekonomis, dan
individualistis. Kota mempunyai daya tarik yang relatif (sangat) kuat bagi penduduk
yang berdomisili diluar kota yang bersangkutan, baik yang tersebar di daerah
pedesaan atau di kota-kota yang lebih kecil.
Hakikat kota sebagai pusat pelayanan tidak terlepas dari tingkat urbanisasi di kota,
terutama kota-kota di Pulau Jawa yang menjadi sasaran urbanisasi di Indonesia.
Fenomena tersebut jika tidak diimbangi dengan manajemen kota yang tepat akan
menimbulkan banyak permasalahan di kota, adapun masalah yang tengah dihadapi
kota-kota di Indonesia saat ini terutama kota-kota di Pulau Jawa yaitu seperti
kemacetan lalu lintas, kerusakan lingkungan, kriminalitas, kemiskinan dan
pengangguran. Maka dari itu, diperlukan arah pembangunan kota yang berkelanjutan
yang memperhatikan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi, sosial budaya, dan
kehidupan lingkungan (ekologi) manusia dengan segala eksistensinya baik dalam
performa wilayah yaitu pada peningkatan daya saing (competitiveness), maupun
dalam performa kotanya yaitu pada peningkatan kreativitas (creativity).
Beberapa pandangan tentang hakikat kota menurut ahli di bidang perencanaan dan
perancangan perkotaan :
(1) Ahli geografi akan memandang kota dari segi permukaan kota dan
lingkungannya dengan mencari hubungan antara wajah kota, bentuk kota dan
fungsi kota itu
(2) Ahli geolog akan memperhatikan kota dari segi lahan dan tanah di
bawah kota dan mengaitkannya dengan pembangunan
(3) Ahli antropolog akan memandang kota dari nilai budaya dan sejarah
serta perkembangannya
(4) Ahli politikus akan menekankan pada cara mengurus kota dan
bagaimana kebijaksanaan (policy) antara pemerintah, swasta dan masyarakat
sera
(5) Ahli sosiolog akan berfokus pada klasifikasi pemukiman kota dari
semua aspek sosialnya
(6) Ahli ilmu kesehatan akan memperhatikan keadaan lingkungan
kesehatan pemukiman kota
(7) Ahli ilmu hukum akan berfokus pada hubungan peraturan dan
keputusan dengan perencaan kota serta pelaksanaannya
(8) Ahli ekonomi akan memperhatikan aspek perdagangan kota yang
berfokus pada hubungan kegiatan dan potensi kota yang sangat
menguntungkan secara financial
(9) Ahli seni terutama budayawan akan memandang kota tersebut
mempunyai kekhasan budaya, sehingga suatu kota dapat diungkapkan dengan
berbagai puisi yang indah
(10) Ahli teknik sipil yang berfokus pada sistem prasarana kota dan
pembangunannya serta struktur anatomi kota dan perencanaannya, dan yang
terakhir
(11) Arsitek memiliki beberapa sudut pandang yang sama dengan insinyur,
namun tetap akan lebih menekankan aspek-aspek kota secara fisik dengan
memperhatikan hubungan antara ruang dan massa perkotaan serta bentuk dan
polanya
Mewujudkan kota yang punya karakteristik, humanisme, dan spiritualitas tidak hanya
terbatas pada penataan ruang dan bangunan kota, karena kalau hanya itu yang
menjadi titik fokus yang utama maka karakteristik sebuah kota akan hilang, yang ada
hanya metropolis, aksesori, pragmatis atau sebuah kompleks kuburan yang diisi
dengan keheningan dan kebisuan. Untuk mewujudkan agar kota tumbuh dan
berkembang menjadi pusat penddikan, pusat informasi, pusat pertumbuhan, pusat
perubahan, pusat apresiasi dan pusat pengembangan nilai-nilai moralitas, maka harus
ada kualitas dasar manusia yang harus menjadi penghuni sebuah kota. Kualitas dasar
tersebut akan mampu merumuskan denyut nadi sebuah kota menjadi pusat
pertumbuhan peradaban manusia. Kualitas dasar tersebut antara lain :
Dalam konteks ruang perkotaan, dapat diamati adanya struktur ruang perkotaan yang
dapat dibentuk oleh kerangka jaringan jalan, prasarana kota, sebaran kepadatan
penduduk, tata guna lahan (land use) dan order/tingkatan sistem layanan kota. Berikut
ini bentukan sruktur ruang kota:
Antropologi Perkotaan
Antropologi perkotaan berasal dari dua istilah atau dua konsep, yaitu antropologi dan
perkotaan. Makna dari istilah atau konsep antropologi perkotaan adalah pendekatan-
pendekatan antropologi mengenai masalah-masalah perkotaan. Yang dimaksud
dengan pendekatan-pendekatan antropologi adalah pendekatan-pendekatan yang baku
yang menjadi ciri-ciri dari metodologi yang ada dalam antropologi, dan yang
dimaksudkan dengan pengertian masalah-masalah perkotaan adalah masalah-masalah
yang muncul dan berkembang dalam kehidupan kota dan yang menjadi ciri-ciri dari
hakekat kota itu sendiri yang berbeda dari ciri-ciri kehidupan desa.
Kota dengan demikian diperlakukan sebagai konteks atau variabel yang menjelaskan
keberadaan permasalahan yang ada di dalam kehidupan perkotaan, dan kota adalah
juga sebagai permasalahan perkotaan itu sendiri.
Netral Afektif
Masyarakat Kota memperlihatkan sifat yang lebih mementingkat Rasionalitas
dan sifat rasional ini erat hubungannya dengan konsep Gesellschaft atau
Association. Mereka tidak mau mencampuradukan hal-hal yang bersifat
emosional atau yang menyangkut perasaan pada umumnya dengan hal-hal
yang bersifat rasional, itulah sebabnya tipe masyarakat itu disebut netral
dalam perasaannya.
Orientasi Diri
Manusia dengan kekuatannya sendiri harus dapat mempertahankan dirinya
sendiri, pada umumnya dikota tetangga itu bukan orang yang mempunyai
hubungan kekeluargaan dengan kita oleh karena itu setiap orang dikota
terbiasa hidup tanpa menggantungkan diri pada orang lain, mereka cenderung
untuk individualistik.
Universalisme
Berhubungan dengan semua hal yang berlaku umum, oleh karena itu
pemikiran rasional merupakan dasar yang sangat penting untuk
Universalisme.
Prestasi
Mutu atau prestasi seseorang akan dapat menyebabkan orang itu diterima
berdasarkan kepandaian atau keahlian yang dimilikinya.
Heterogenitas
Masyarakat kota lebih memperlihatkan sifat Heterogen, artinya terdiri
dari lebih banyak komponen dalam susunan penduduknya.
1. Kota Pertanian
Kota pertanian atau agropolitan yang dikembangkan oleh Friedmann karena
kegagalan teori kutub pertumbuhan (growth pole theory yang
diintroduksikan oleh Francois Perroux) dalam menyebarkan dampak
pembangunan dari kutub pertumbuhan ke daerah sekitarnya (yaitu trickling
down effect yang dikemukakan oleh Hirschman). Kegagalan tersebut
mendorong perencana pembangunan mempertimbangkan untuk menerapkan
konsep kota pertanian atau “agropolitan” yang sering diterjemahkan sebagai
“kota di ladang”. Ciri-ciri dari agropolitan, yaitu :
Berpenduduk sekitar 20.000 jiwa,
Berada di tengah ladang (sawah) yang mempunyai radius
terhadap wilayah pengaruhnya sejauh sekitar 10 km (atau satu ja,
perjalanan dengan sepeda).
Dengan menerapkan sistem pertanian yang relatif luas, maka produksi dan
produktivitasnya akan meningkat, kegiatan pasca panen (pemasaran ke luar
daerah dan upaya peningkatan nilai tambah) dilakukan di (melalui)
agropolitan. Sistem kota-kota pertanian meupakan sub ordinasi dari kota-kota
sedang yang cirri utama kegiatannya adalah pada sektor manufaktur dan jasa
pada skala sedang dan sistem kota-kota sedang tersebut disubordinasi oleh
kota-kota besar yang skala kegiatannya lebih besar (dalam sektor jasa dan
manufaktur).
2. Kota Pariwisata
Kota pariwisata merupakan pemukiman yang dibangun terutama untuk
rekreasi termasuk kegiatan yang bersifat fisik, mental dan budaya, umumnya
terdapat fasilitas hotel, penginapan, rumah makan dan took cenderamata dan
lainnya. Kota-kota pariwisata dibangun pada tempat-tempat yang udaranya
sejuk, dan pemandangan alamnya yang indah atau yang memiliki
peninggalan sejarah dan budaya. Contoh : Lembang (Jawa Barat), Bukit
Tinggi (Sumatera Barat), Berastagi (Sumatera Utara), Kaliurang
(Yogyakarta), Senggigi, Lombok (NTB), Denpasar dan kota-kota lainnya di
Bali.
4. Kota Danau
Kota yang mementingkan kondisi lingkungan hidup perkotaan yang bersih
seperti di kota Canberra, ibukota Australia, di tengah kota dibangun tiga
danau besar dan luas, fungsinya yaitu untuk menciptakan udara segar dan
bersih, dan dapat mengurangi polusi udara. Seperti di kota Makassar, dimana
ada beberapa tempat yang pemukiman daratannya lebih rendah dari
permukaan laut, maka jika terjadi hujan lebat beberapa hari saja secara terus
menerut maka akan terjadi banjir. Saran pembuatan danau besar untuk
menampung air huja dan mencegah banjir ditinjau dari segi perencanaan
perkotaan adalah tepat, tetapi mengalami kesulitan karena seluruh lahan
perkotaan sudah bersertifikat, sehingga tidak mudah diambil alih oleh
pemerintah kota untuk dibangun menjadi danau perkotaan (urban lakes).
5. Kota Pantai
Kota Pantai adalah kota di tepi laut. Pemukiman penduduknya berkembang
karena adanya potensi ekonomi yang member peluang pemanfaatan
sumberdaya kelauatn (perikanan), yang tadinya merupakan Tempat
Pendaratan Ikan (TPI) kemudian berkembang dengan kegiatan-kegiatan
pengolahan. Kota Pantai Muncul karena tersedianya fasilitas perhubungan
atau strategi pertahanan.