Anda di halaman 1dari 18

HAKIKAT KOTA

Penulis
Nama : Lia Setyowati P.S ( 1753034009 )
P.S. : Pendidikan Geografi

Mata Kuliah : Geografi Desa dan Kota (KGO 616212)


Dosen : Dra. Nani Suwarni, M.Si.

PROGAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
HAKIKAT KOTA

Pengertian Hakikat

Hakikat berasal dari kata Bahasa Arab yang berarti pokok atau inti. Secara etimologi,
hakikat merujuk pada pengertian inti dari sesuatu atau bisa juga puncak atau sumber
dari segala sesuatu. Dengan kata lain, hakikat adalah sebagai ungkapan untuk
menunjukkan makna yang sebenarnya dan paling mendasar dari suatu benda, kondisi,
ataupun pemikiran.

Pengertian Kota

Pada umumnya “kota” itu diartikan sebagai suatu permukaan wilayah dimana
terdapat pemusatan (konsentrasi) penduduk dengan berbagai jenis kegiatan ekonomi,
sosial budaya dan administrasi pemerintahan. Secara lebih rinci dapat digambarkan
yaitu melipui lahan geografis utmanya untuk pemukiman; berpenduduk dalam jumlah
yang relatif banyak (besar); di atas lahan yang relatif terbatas luasnya; dimana mata
pencaharian penduduk didominasi oleh kegiatan non pertanian, sebagian besar
merupakan kegiatan sektor jasa atau sektor tersier (perdagangan transportasi,
keuangan, perbankan, pendidikan, kesehatan, dan jasa lainnya), sektor pengolahan
atau sektor sekunder (industry dan manufaktur), serta pola hubungan lainnya antar
individu dalam masyarakat dapat dikatakan lebih bersifat rasional, ekonomis, dan
individualistis. Kota mempunyai daya tarik yang relatif (sangat) kuat bagi penduduk
yang berdomisili diluar kota yang bersangkutan, baik yang tersebar di daerah
pedesaan atau di kota-kota yang lebih kecil.

Pengertian Hakikat Kota

Hakikat kota sebagai pusat pelayanan tidak terlepas dari tingkat urbanisasi di kota,
terutama kota-kota di Pulau Jawa yang menjadi sasaran urbanisasi di Indonesia.
Fenomena tersebut jika tidak diimbangi dengan manajemen kota yang tepat akan
menimbulkan banyak permasalahan di kota, adapun masalah yang tengah dihadapi
kota-kota di Indonesia saat ini terutama kota-kota di Pulau Jawa yaitu seperti
kemacetan lalu lintas, kerusakan lingkungan, kriminalitas, kemiskinan dan
pengangguran. Maka dari itu, diperlukan arah pembangunan kota yang berkelanjutan
yang memperhatikan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi, sosial budaya, dan
kehidupan lingkungan (ekologi) manusia dengan segala eksistensinya baik dalam
performa wilayah yaitu pada peningkatan daya saing (competitiveness), maupun
dalam performa kotanya yaitu pada peningkatan kreativitas (creativity).

Beberapa pandangan tentang hakikat kota menurut ahli di bidang perencanaan dan
perancangan perkotaan :

1. Pandangan menurut Dickinson


Kota merupakan suatu pemukiman yang bangunan rumahnya rapat, dan
penduduknya bernafkah bukan dari pertanian.

2. Pandangan menurut Mumford


Kota merupakan suatu pertemuan yang berorientasi keluar di mana kota
merupakan daya tarik bagi penghuni luar kota untuk kepentingan perdagangan dan
kerohanian.

3. Pandangan menurut Christaller


Kota merupakan pusat pelayanan / penyediaan jasa-jasa / pemasaran bagi daerah
lingkungannya.

Gambar 1.1 Hipotesis Christaller


Berdasarkan gambar 1.1 dideskripsikan bahwa pusat-pusat pelayanan cenderung
tersebar di dalam wilayah menurut pola yang berbentuk heksagon (segi enam).
Menurut proses yang sama, jika perkembangan meningkat, akan berkembang
menjadi hierarki jenjang yang ketiga, yaitu salah satu kampung akan tumbuh
menjadi kota yang dikelilingi oleh enam dusun yang dilayaninya. Selanjutnya pada
hierarki jenjang keempat terdapat kota besar yang dikelilingi oleh enam kota yang
dilayaninya.

4. Pandangan menurut Marx dan Engels


Menurut Marx, faktor ekonomi dan proses dialektik merupakan dua titik tolak
pokok untuk memahami perubahan sosial. Proses evolusi yang unline-air bagi
kota ada empat fase: “the slave-owning city, the feodal city, the capitalist city, and
the socialist city”. Marx dan Engels (1972) menggangap bahwa yang penting
adalah perbedaan antara dua bentuk pekerjaan, yaitu pekerjaan rohani dan
pekerjaan jasmani. Keadaan di desa yang dikuasai oleh kaum feodal, kekayaan
pedesaan diperas oleh kota. Para budak yang melarikan diri dari pedesaan dan
masuk ke kota (sebenernya merekalah yang membangun kota-kota itu) yang harus
tunduk kepada organisasi kota. Menurut Marx dan Engels bahwa negara yg ideal :
kota/pedesaan = tidak terasing : terasing.

5. Pandangan menurut Max Weber


Kota sebagai suatu tempat yang mempunyai sifat cosmopolitan, yang terdapat
berbagai struktur sosial yang menimbulkan bermacam-macam gaya hidup. Di kota
terdapat dorongan untuk membentuk suatu kepribadian sosial dan mengadakan
perubahan, kota merupakan sarana untuk perubahan sosial. Menurut Max Weber
bahwa kota : pedesaan/negara = kosmopolitan : homogen (Nas, 1984).

6. Pandangan menurut Simmel


Simmel meneropong kota dari sudut psikologi. Kota membawa peningkatan
rangsangan syaraf. dalam kota metropolitan, orang mendapatkan bermacam-
macam kesan yang tak terduga, dan orang harus bereaksi dengan otaknya, bukan
dengan hatinya seperti dalam masyarakat pedesaan. Pasar, ekonomi, keuangan,
rasionalisme, sifat impersonal serta penjadwalan waktu (menurut jam) merupakan
dasar bagi rangsangan syaraf.

7. Pandangan menurut Spengler


Spengler meletakkan hubungan antara pengertian kota, pedesaan dan kebudayaan
alam.
Kota merupakan suatu kesatuan yang mempunyai cara hidup yang khas,
sedangkan pedesaan dirasakan sebagai suatu yang melingkupinya, yang tidak
begitu penting. Desa merupakan kesatuan dengan alam dan pemandangan yang
selaras, kota berlawanan dengan alam dan akhirnya menjadi kota yang meliputi
dunia : ekumenopolis. Di luar kota, semua adalah taman atau dunia pariwisata. Di
dalamnya didirikan alam tiruan. Inilah kota yang dibuat oleh arsitek kota :
artificial, utterly land-alien product of a pure intellectual satisfication. Menurut
Spengler bahwa pedesaan : kota/Negara = alam : kebudayaan (Nas, 1984).
Pertentangan perkampungan-pedesaan berdasarkan dikotonomi kerabat
dihadapkan dengan bukan kerabat, karena perkampungan terdiri atas kelompok
keturunan (moiety) seperti yang ditunjukkan pada gambar 1.5 diatas. Kota :
pedesaan = kota : perkampungan = elite : lainnya.

8. Pandangan menurut Wirth


Kota semakin bertambah besar, semakin padat dan dihuni oleh orang-orang
heterogen, berubah pula sifat-sifat masyarakat.

9. Pandangan menurut Tonnies


Tonnies membedakan dua tipe hubungan masyarakat kota dan desa, yaitu :
a. Gemeinschaft yaitu di desa – bergotong-royong dan dikota –
individualis
b. Gesellschaft yaitu masyarakat kuno memiliki sifat solidaritas organis.

Kota-kota di Indonesia mampu menjadi magnet untuk menarik jumlah pengunjung


yang lebih banyak karena terkenal dengan objek budaya dan nilai historis yang tinggi,
sehingga akan mampu berkembang menjadi suatu kota yang tumbuh cepat, dan
membutuhkan fasilitas-fasilitas untuk pemenuhan kebutuha pengunjung tersebut.
Berkaitan dengan hakikat kota ini, satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa
makin besar suatu kota, maka akan mamin kaburlah karakteristik utama yang timbul
pada awal mula suatu kota akan tergantikan dengan karakteristik yang lain yang lebih
modern.
Hakikat suatu kota sendiri dapat mempunyai realisasi yang bermacam-macam, hal ini
sangat brgantung pada suatu para ahli sepeti ahli geografi, geolog, antropolog,
politikus, sosiolog, ahli kesehatan, ahli hukum, ekonomi, seniman, budayawan, teknik
sipil, dan arsitek.

Penelusuran dari berbagai pandangan tersebut, antara lain :

(1) Ahli geografi akan memandang kota dari segi permukaan kota dan
lingkungannya dengan mencari hubungan antara wajah kota, bentuk kota dan
fungsi kota itu
(2) Ahli geolog akan memperhatikan kota dari segi lahan dan tanah di
bawah kota dan mengaitkannya dengan pembangunan
(3) Ahli antropolog akan memandang kota dari nilai budaya dan sejarah
serta perkembangannya
(4) Ahli politikus akan menekankan pada cara mengurus kota dan
bagaimana kebijaksanaan (policy) antara pemerintah, swasta dan masyarakat
sera
(5) Ahli sosiolog akan berfokus pada klasifikasi pemukiman kota dari
semua aspek sosialnya
(6) Ahli ilmu kesehatan akan memperhatikan keadaan lingkungan
kesehatan pemukiman kota
(7) Ahli ilmu hukum akan berfokus pada hubungan peraturan dan
keputusan dengan perencaan kota serta pelaksanaannya
(8) Ahli ekonomi akan memperhatikan aspek perdagangan kota yang
berfokus pada hubungan kegiatan dan potensi kota yang sangat
menguntungkan secara financial
(9) Ahli seni terutama budayawan akan memandang kota tersebut
mempunyai kekhasan budaya, sehingga suatu kota dapat diungkapkan dengan
berbagai puisi yang indah
(10) Ahli teknik sipil yang berfokus pada sistem prasarana kota dan
pembangunannya serta struktur anatomi kota dan perencanaannya, dan yang
terakhir
(11) Arsitek memiliki beberapa sudut pandang yang sama dengan insinyur,
namun tetap akan lebih menekankan aspek-aspek kota secara fisik dengan
memperhatikan hubungan antara ruang dan massa perkotaan serta bentuk dan
polanya

Perumusan-perumusan yang agak luas dengan beberapa pandangan tersebut telah


menuntun kea rah argumentasi yang akan lebih berkembang lagi. Sebuah pemukiman
dapat dirumuskan sebagai kota bukan dari segi cirri-ciri morfologis tertentu,
melainkan dari susunan suau wilayah dan penciptaan ruang-ruang efektif berdasarkan
hierarki-hierarki tertentu. Ciri – ciri morfologi, bentuk, dan wujud perkotaan antara
satu kota dengan kota yang lainnya sangat berbeda, namun tetap memiliki beberapa
kesamaan prinsip. Kenyataan tersebut menekankan pentingnya penyusunan kawasan
secara fisik sesuai dengan tempat dan karakteristiknya, karena berhubungan erat
dengan arah pengembangan kota.

Mewujudkan kota yang punya karakteristik, humanisme, dan spiritualitas tidak hanya
terbatas pada penataan ruang dan bangunan kota, karena kalau hanya itu yang
menjadi titik fokus yang utama maka karakteristik sebuah kota akan hilang, yang ada
hanya metropolis, aksesori, pragmatis atau sebuah kompleks kuburan yang diisi
dengan keheningan dan kebisuan. Untuk mewujudkan agar kota tumbuh dan
berkembang menjadi pusat penddikan, pusat informasi, pusat pertumbuhan, pusat
perubahan, pusat apresiasi dan pusat pengembangan nilai-nilai moralitas, maka harus
ada kualitas dasar manusia yang harus menjadi penghuni sebuah kota. Kualitas dasar
tersebut akan mampu merumuskan denyut nadi sebuah kota menjadi pusat
pertumbuhan peradaban manusia. Kualitas dasar tersebut antara lain :

a. Pertama, kota harus dihuni komunitas filosof, yang akan merumuskan


konsep ideologi, konsep ketatanegaraan dan ilmu-ilmu filsafat lainnya.
b. Kedua, seniman, yang mempunyai kreativitas dan karakteristik nilai
keindahan yang akan membentuk watak dan karakteristik masyarakat.
c. Ketiga, teknokrat, yang akan mempengaruhi perkembangan sistem
ekonomi, politik, sekaligus melakukan percepatan pertumbuhan kehidupan
kea rah yang lebih baik dengan dasar ilmu pengetahuan dan teknologi.
d. Keempat, pebisnis, yang mempengaruhi proses urbanisasi dengan
cepat, karena kaum pebisnis cemderung mengembangkan sayap perdagangan
dan jasa mereka dikawasan perkotaan dengan membangun kantor, pabrik, dan
pusat-pusat bisnis lainnya.
e. Kelima, ulama, yang mempunyai kualitas spiritual untuk
menyeimbangkan kemajuan peradaban manusia yang cepat, dengan
mengingatkan manusia tentang hubungan manusia-Tuhan-alam.

Dalam konteks ruang perkotaan, dapat diamati adanya struktur ruang perkotaan yang
dapat dibentuk oleh kerangka jaringan jalan, prasarana kota, sebaran kepadatan
penduduk, tata guna lahan (land use) dan order/tingkatan sistem layanan kota. Berikut
ini bentukan sruktur ruang kota:

1. Sebagai kerangka jaringan pembentuk utama struktur ruang kota;


2. Sebagai pembentuk jaringan sirkulasi transportasi, termasuk di
dalamnya adalah :
a. Manusia, barang, jasa dan informasi (termasuk energi)
b. Jalur dan simpul-simpul akumulasi, transit dan distribusi, misalnya
jaringan dan terminal darat, laut, dan udara;
3. Sebaran penduduk kota :
a. Pola sebaran, konsentrasi, dan kepadatan penduduk,
b. Kuantitas dan kualitas,
c. Settlement, cluster dan sebagai “origin pergerakan” penduduk;
4. Fungsi-fungsi : spesialisasi tempat kegiatan dalam ruang kota:
membentuk zonasi dan intensitas kegiatan pelayanan kehidupan dan
penghidupan kota;
5. Batasan bentuk ruang kota dengan terwujudunya area kehidupan/ruang
terbangun kota (built up area) yang secara alami dapat memiliki berbagai
bentuk dan pola;
6. Order/tingkatan sistem pelayanan kota terwujud suatu aturan hierarki
dan terjabarkan ke dalam bentuk-bentuk susunan bertingkat-pelayanan
umum kehidupan dan penghidupan kota sebagai suatu kesatuan sistem.
Dari uraian di atas, dapat digambarkan bahwa di dalam suatu bentang wilayah
dapat ditemukan adanya komponen kota, dan kota-kota tersebut terhubung dalam
suatu sistem, yaitu sebagai berikut :

1. Kota sebagai pusat layanan kepada wilayah sekitarnya (hinterland).


2. “Sistem Kota-Kota atau Sistem Perkotaan” merupakan jaringan
produksi wilayah dengan bagian (kawasan-kawasan) lainnya.
3. “Kegiatan kehidupan kota” sebagai unsur “pergerak” keseluruhan
struktur ruang “sistemik” terhadap kawasannya.
4. Linkup layanan perkotaan :
a. Ada kebutuhan pelayanan (wisma, suka, karya, marga dan
penyempurna) yang dilakukan sistem kota&perkotaan.

Antropologi Perkotaan

Antropologi perkotaan berasal dari dua istilah atau dua konsep, yaitu antropologi dan
perkotaan. Makna dari istilah atau konsep antropologi perkotaan adalah pendekatan-
pendekatan antropologi mengenai masalah-masalah perkotaan. Yang dimaksud
dengan pendekatan-pendekatan antropologi adalah pendekatan-pendekatan yang baku
yang menjadi ciri-ciri dari metodologi yang ada dalam antropologi, dan yang
dimaksudkan dengan pengertian masalah-masalah perkotaan adalah masalah-masalah
yang muncul dan berkembang dalam kehidupan kota dan yang menjadi ciri-ciri dari
hakekat kota itu sendiri yang berbeda dari ciri-ciri kehidupan desa.

Kota dengan demikian diperlakukan sebagai konteks atau variabel yang menjelaskan
keberadaan permasalahan yang ada di dalam kehidupan perkotaan, dan kota adalah
juga sebagai permasalahan perkotaan itu sendiri.

Ciri-ciri Masy Kota Menurut Parsons :

 Netral Afektif
Masyarakat Kota memperlihatkan sifat yang lebih mementingkat Rasionalitas
dan sifat rasional ini erat hubungannya dengan konsep Gesellschaft atau
Association. Mereka tidak mau mencampuradukan hal-hal yang bersifat
emosional atau yang menyangkut perasaan pada umumnya dengan hal-hal
yang bersifat rasional, itulah sebabnya tipe masyarakat itu disebut netral
dalam perasaannya.
 Orientasi Diri
Manusia dengan kekuatannya sendiri harus dapat mempertahankan dirinya
sendiri, pada umumnya dikota tetangga itu bukan orang yang mempunyai
hubungan kekeluargaan dengan kita oleh karena itu setiap orang dikota
terbiasa hidup tanpa menggantungkan diri pada orang lain, mereka cenderung
untuk individualistik.
 Universalisme
Berhubungan dengan semua hal yang berlaku umum, oleh karena itu
pemikiran rasional merupakan dasar yang sangat penting untuk
Universalisme.
 Prestasi
Mutu atau prestasi seseorang akan dapat menyebabkan orang itu diterima
berdasarkan kepandaian atau keahlian yang dimilikinya.
 Heterogenitas
 Masyarakat kota lebih memperlihatkan sifat Heterogen, artinya terdiri
dari lebih banyak komponen dalam susunan penduduknya.

Ada beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat kota, yaitu:

 Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan


keagamaan di desa.
 Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus
bergantung pada orang lain.
 Pembagian kerja diantara warga-warga kota juga lebih tegas dan
mempunyai batas-batas yang nyata.
 Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih
banyak diperoleh warga kota daripada warga desa.
 Jalan pikiran rasional yang pada umumnya dianut masyarakat
perkotaan, menyebabkan bahwa interaksi-interaksi yang terjadi lebih
didasarkan pada faktor kepentingan daripada faktor pribadi.
 Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota, sebab
masyarakat kota biasanya lebih terbuka dalam menerima hal-hal baru.

Fungsi Kota Berdasarkan Hakikat Kota


Kota punya berbagai macam fungsi baik itu sebagai pusat perdagangan,
pemerintahan, industri, pendidikan hingga kebudayaan. Sejalan dengan
perkembangannya, kota dapat memiliki fungsi yang dominan di bidang tertentu.
Namun kota yang telah punya fungsi tertentu itu dapat mengalami perubahan fungsi
karena pengaruh fasilitasi kota dan kemajuan teknologi yang pesat. Jakarta dulunya
adalah pusat perdagangan dan kini menjadi pusat pemerintahan.

1. Kota Sebagai Pusat Kebudayaan


Kota yang berfungsi sebagai pusat kebudayaan memiliki potensi budaya
yang lebih dominan dibandingkan dengan potensi yang lainnya. Potensi
budaya ini berkaitan dengan adat/agama serta adanya pusat kerajaan di masa
lalu. Contoh kota pusat kebudayaan di Indonesia adalah Yogyakarta dan
Solo.

2. Kota Sebagai Pusat Perdagangan


Secara umum kota punya pusat pedagangan, namun tidak semua kota
memiliki aktifitas yang sangat dominan di bidang perdagangan. Kota pusat
perdagangan ini dahulu bisa dimulai dari adanya kegiatan pelabuhan.
Pelabuhan menjadi pintu masuk barang dan komoditas perdagangan
sehingga daerah disekitarnya berkembang pesat. Namun dengan jaringan
jalan raya, penerbangan dan rel yang semakin modern saat ini kota pusat
perdagangan menyebar bukan hanya di dekat pelabuhan. Contoh kota pusat
perdagangan di Indonesia adalah Surabaya, Medan, Jakarta, Cirebon, dan
Semarang.

3. Kota Sebagai Pusat Industri


Kota berlabel pusat industri jika kegiatan industri di daerah tersebut lebih
dominan diantara kegiatan lain. Kota-kota industri ini biasanya memiliki
pertumbuhan yang pesat dan menjadi sasaran kaum urban. Contohnya
adalah Karawang, Cikarang dan Bekasi.

4. Kota Sebagai Pusat Pemerintahan


Perkembangan kota membutuhkan aparat berkemampuan yang sangat
memadai dalam memberi pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan tersebut
baik yang bersifat pemenuhan kebutuhan hidup, kebutuhan yang memiliki
sifat administratif maupun kebutuhan sosial budaya.
Kota sebagai pusat pemerintahan ini berarti kota memiliki berbagai pusat
pengaturan atau pengendalian pemerintahan tingkat pusat, provinsi maupun
kabupaten atau kota. Maka dari itu kota yang digunakan sebagai pusat
pemerintahan dikenal sebagai ibukota negara, ibukota provinsi dan ibukota
kabupaten atau kota.
Kota pusat pemerintahan dapat berkembang secara cepat karena perannya
dalam mengatur sistem pemerintahan. Kota pusat pemerintahan umumnya
memiliki hubungan luas dengan kota lain. Semua kegiatan juga banyak
dilakukan di kota ini mulai dari pendidikan, perdagangan, politik, hingga
budaya. Contohnya Jakarta, Bangkok, Washington.

5. Kota Sebagai Pusat Pariwisata


Kota sebagai pusat pariwisata karena didalamnya terdapat berbagai macam
kegiatan yang memiliki nilai jual pariwisata. Nilai jual pariwisata ini bisa
berasal dari fenomena alam atau buatan. Contoh kota pusat pariwisata
adalah Bandung, Yogyakarta, Malang, Denpasar, Singapura, Las Vegas dan
Paris.

6. Kota Sebagai Pusat Pendidikan


Kota sebagai pusat pendidikan karena didalamnya terdapat berbagai sekolah
atau perguruan tinggi berkualitas dan ternama. Contohnya Bandung,
Yogyakarta dan Surabaya.
Indonesia mengalami perkembangan pendidikan yang cukup pesat sejak
zaman penjajahan. Jika kita belajar sejarah bangsa, maka kita dapat
mengetahui bagaimana sekolah –sekolah awalnya berkembang di wilayah
perkotaan, terutama di kota –kota besar. Perkembangan sekolah di kota –
kota besar ini umumnya terjadi lantaran terbatasnya kalangan yang bisa
mengenyam pendidikan.
Di jaman penjajahan Belanda dan Jepang, hanya kalangan tertentu,
contohnya bangsawan, yang bisa menikmati pendidikan di sekolah. Namun,
hal ini kemudian berubah ketika Indonesia telah merdeka. Kemerdekaan
Indonesia turut mengubah pola pendidikan di Indonesia, sehingga
pendidikan dapat terus berkembang hingga sekarang ini.
Kini, semua kalangan bisa belajar dan menempuh pendidikan setinggi
mungkin, selama masih memiliki kemampuan otak atau potensi yang cukup.
Ini pula yang membuat pendidikan terus berkembang hingga mencapai
seluruh pelosok tanah air. Pusat –pusat pendidikan yang menyebar di
berbagai wilayah di Indonesia dalam beragam jenjang dan jenis pendidikan
ini kini bisa dinikmati masyarakat luas di Indonesia.

7. Kota Sebagai Pusat Informasi


Pembangunan adalah hal yang terus berlangsung secara berkesinambungan.
Untuk bisa mewujudkan pembangunan ini, baik yang dilaksanakan di daerah
perkotaan maupun pedesaan, kita membutuhkan informasi yang cepat dan
akurat. Keberadaan masyarakat Indonesia yang kebanyakan tinggal di
pedesaan mengharuskan pemerintah untuk bisa membangun wilayah
pedesaan. Dengan adanya sumber informasi yang cepat dan akurat, maka
pembangunan di wilayah pedesaan ini dapat berlangsung dengan lebih baik.
Informasi yang masuk ke wilayah pedesaan juga harus cukup bervariasi, dan
kebanyakan berasal dari wilayah perkotaan. Dengan begitu, masyarakat desa
bisa mendapatkan pengaruh dari bentuk –bentuk kemajuan yang telah lebih
dulu berkembang di wilayah perkotaan.
Berbagai informasi yang berasal dari wilayah perkotaan menuju ke pedesaan
ini bisa dilakukan lewat berbagai media. Beberapa media yang bisa
digunakan sebagai sarana informasi ini misalnya majalah, koran, radio,
televisi, koran, dan internet.

8. Kota Sebagai Mata dan Telinga Terhadap Dunia Luar


Dalam proses pengembangan wilayah, kota mempunyai peranan yang unik.
Terdapat gejala bahwa kota yang agak besar merupakan stimulator
(walaupun tidak selamanya) untuk melangsungkan transisi atau peralihan
dari masyarakat ekonomi yang berdasarkan pertanian menuju kepada
ekonomi yang memiliki tingkat produktivitas yang tinggi dan kegiatan
produktif yang luas di daerah sekitar kota dan bahkan sampai didaerah
pedalaman. Kota-kota dapat diibaratkan sebagai “mata” dan “telinga” yang
senantiasa berhubungan secara langsung dan terus menerus dengan dunia
luar, baik dengan daerah –daerah lain yang termasuk dalam batas nasional
maupun dengan negara-negara dan bangsa-bangsa lain. Ide-ide, konsepsi-
konsepsi, barang-barang, teknologi, dan prosedur kerja yang berasal dari
luar, terutama yang diimpor dari negara-negara maju diharapkan dapat
memberikan sumbangan yang positif terhadap upaya-upaya untuk
meningkatkan pembangunan di daerah-daerah yang sedang berkembang.

Konsep Kota Berdasarkan Hakikat Kota

1. Kota Pertanian
Kota pertanian atau agropolitan yang dikembangkan oleh Friedmann karena
kegagalan teori kutub pertumbuhan (growth pole theory yang
diintroduksikan oleh Francois Perroux) dalam menyebarkan dampak
pembangunan dari kutub pertumbuhan ke daerah sekitarnya (yaitu trickling
down effect yang dikemukakan oleh Hirschman). Kegagalan tersebut
mendorong perencana pembangunan mempertimbangkan untuk menerapkan
konsep kota pertanian atau “agropolitan” yang sering diterjemahkan sebagai
“kota di ladang”. Ciri-ciri dari agropolitan, yaitu :
 Berpenduduk sekitar 20.000 jiwa,
 Berada di tengah ladang (sawah) yang mempunyai radius
terhadap wilayah pengaruhnya sejauh sekitar 10 km (atau satu ja,
perjalanan dengan sepeda).

Di agropolitan terdapat kegiatan pelayanan pemasaran komoditas hasil


pertanian (agrobisnis) dan terdapat pula kegiatan pengolahan pasca panen
untuk meningktakan nilai tambah (agroindustri). Kota pertanian dikenal yang
kegiatan ekonominya berdasarkan perdagangan hasil pertanian. Contoh : Kota
Karawang di Jawa Barat (pada masas lalu).

Dengan menerapkan sistem pertanian yang relatif luas, maka produksi dan
produktivitasnya akan meningkat, kegiatan pasca panen (pemasaran ke luar
daerah dan upaya peningkatan nilai tambah) dilakukan di (melalui)
agropolitan. Sistem kota-kota pertanian meupakan sub ordinasi dari kota-kota
sedang yang cirri utama kegiatannya adalah pada sektor manufaktur dan jasa
pada skala sedang dan sistem kota-kota sedang tersebut disubordinasi oleh
kota-kota besar yang skala kegiatannya lebih besar (dalam sektor jasa dan
manufaktur).

2. Kota Pariwisata
Kota pariwisata merupakan pemukiman yang dibangun terutama untuk
rekreasi termasuk kegiatan yang bersifat fisik, mental dan budaya, umumnya
terdapat fasilitas hotel, penginapan, rumah makan dan took cenderamata dan
lainnya. Kota-kota pariwisata dibangun pada tempat-tempat yang udaranya
sejuk, dan pemandangan alamnya yang indah atau yang memiliki
peninggalan sejarah dan budaya. Contoh : Lembang (Jawa Barat), Bukit
Tinggi (Sumatera Barat), Berastagi (Sumatera Utara), Kaliurang
(Yogyakarta), Senggigi, Lombok (NTB), Denpasar dan kota-kota lainnya di
Bali.

3. Kota Taman (Garden City)


Kota taman adalah kota yang dirancang dengan tujuan untuk memperbaiki
mutu lingkungan hidup kota industri yang dirasakan semakin memburuk
(pencemaran udara) diamna kawasan perkotaan yang tersebar itu dikelilingi
oleh jalur hijau Kota taman mengandung didalamnya jalur hijau dan
kantong-kantong fasilitas taman umum, perkarangan hijau, terdapat fasilita-
fasilitas lengkap untuk kehidupan sosial beserta kemudahan-kemudahan.
Konsep kota taman dikembangkan oleh Ebenezer Howard dalam bukunya
“The Citu of Tomorrow” (1902).

4. Kota Danau
Kota yang mementingkan kondisi lingkungan hidup perkotaan yang bersih
seperti di kota Canberra, ibukota Australia, di tengah kota dibangun tiga
danau besar dan luas, fungsinya yaitu untuk menciptakan udara segar dan
bersih, dan dapat mengurangi polusi udara. Seperti di kota Makassar, dimana
ada beberapa tempat yang pemukiman daratannya lebih rendah dari
permukaan laut, maka jika terjadi hujan lebat beberapa hari saja secara terus
menerut maka akan terjadi banjir. Saran pembuatan danau besar untuk
menampung air huja dan mencegah banjir ditinjau dari segi perencanaan
perkotaan adalah tepat, tetapi mengalami kesulitan karena seluruh lahan
perkotaan sudah bersertifikat, sehingga tidak mudah diambil alih oleh
pemerintah kota untuk dibangun menjadi danau perkotaan (urban lakes).

5. Kota Pantai
Kota Pantai adalah kota di tepi laut. Pemukiman penduduknya berkembang
karena adanya potensi ekonomi yang member peluang pemanfaatan
sumberdaya kelauatn (perikanan), yang tadinya merupakan Tempat
Pendaratan Ikan (TPI) kemudian berkembang dengan kegiatan-kegiatan
pengolahan. Kota Pantai Muncul karena tersedianya fasilitas perhubungan
atau strategi pertahanan.

6. Kota Baru (Kecil)


Kota baru (kecil) adalah kota yang dibangun dari ada sampai menjadi suatu
kota yang siap huni, lokasinya dapat berada dibagian dari kota lama atau
berada diluarnya.
7. Kota Baru di Kota Besar
Kota baru dikota merupakan bagian kota yang dibongkar dan dibangun
kembali hingga menjadi suatu kota baru yang lengkap dengan fasilitas
perkotaan. Kota tersebut merupakan koa baru di kota besar.
DAFTAR PUSTAKA

Mulyandari, Hestin. 2011. Arsitektur Kota. Yogyakarta : Penerbit ANDI.

Adisasmita, Rahardjo. 2006. Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan.


Yogyakarta. Penerbit Graha Ilmu.

Adisasmita, Rahardjo. 2005. Pembangunan Ekonomi Perkotaan. Yogyakarta.


Penerbit Graha Ilmu.

Portal Ilmu.2017. Fungsi Kota : https://portal-ilmu.com/pengertian-kota/.


Diakses pada tanggal 31 Maret 2019

Gurugeografi. 2015. Fungsi Kota :


https://www.gurugeografi.id/2017/10/klasifikasi-kota-berdasarkan-
fungsinya.html. Diakses pada tanggal 3 April 2019

Anda mungkin juga menyukai