Anda di halaman 1dari 9

TEORI ARSITEKTUR KOTA DAN PERMUKIMAN

ELEMEN PEMBENTUK CITRA KOTA

“NODES” KOTA MAKASSAR

DISUSUN OLEH:
MUH. GUFRAN RASHADI D051116003
ASTRID NURAINI LENTANG D051171502
EMILIA RAMDHANI RAHMAN D051181315
M. FAATHIR ATH THAARIQ D051181318
ADE MUFTIAH D051181322
MULTAZAM AL ISRA’ ILYAS D051181324
NURUL NIZA M. SAID D051181326
NIRMALA AZIZA D051181328
AMIRAH ARKANITA RIDWAN D051181504
MUH. SABIR S. HALIM D051181518

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2020
PENDAHULUAN

Perkembangan suatu kota tidak akan pernah lepas dari identitas atau ciri
khasnya. Citra terhadap suatu kota berkaitan erat dengan identitas dari beberapa
elemen dalam kota yang berkarakter dan khas sebagai jati diri yang dapat
membedakan dengan kota lainnya (Purwanto, 2001). Citra kota sangat penting
ditinjau untuk dapat mengetahui apakah produk rancangan suatu kawasan berhasil
dipahami oleh masyarakat luas dan bisa memiliki ciri khas tersendiri dari kawasan
perkotaan tersebut. Citra amatlah penting untuk pengembangan suatu kota, guna
pembentuk identitas kota dan sebagai penambah daya tarik kota.

Menurut Lynch (1960), dalam menandai lingkungannya, faktor kekuatan


visual (imageability) menjadi sangat dominan dalam mempengaruhi citra kota.
Semakin kuat faktor visual, semakin kuat pula elemen tersebut diingat/dipahami oleh
si-pengamat. Karena secara prinsip ada tiga hal yang akan diingat oleh pengamat
yaitu: elemen yang memberikan identitas, elemen yang mengarah kepada pola kota,
dan elemen yang memberikan makna (baik kepada individu maupun secara sosial).
Yang kemudian menurut Lynch, citra lingkungan tersebut dapat dianalisis
berdasarkan tiga komponen yaitu identitas, struktur, dan makna.

1. Identitas, artinya orang dapat memahami gambaran mental perkotaan


(identifikasi obyek, perbedaan antara obyek, perihal yang dapat diketahui),
atau dengan pengertian lain identitas dari beberapa obyek/elemen dalam suatu
kawasan yang berkarakter dan khas sebagai jati diri yang dapat membedakan
dengan kawasan lainnya.
2. Struktur, artinya orang dapat melihat perkotaan (hubungan obyek-obyek,
hubungan subyek-obyek, pola yang dapat dilihat), dengan kata lain yaitu
mencakup pola hubungan antara obyek/elemen dengan obyek/elemen lain
dalam ruang kawasan yang dapat dipahami dan dikenali oleh pengamat
berkaitan dengan fungsi kawasan tempat obyek/elemen tersebut berada.
3. Makna, orang dapat mengalami ruang perkotaan (arti obyek-obyek, arti
subyek-obyek, rasa yang dapat dialami), atau merupakan pemahaman arti oleh
pengamat terhadap dua komponen (identitas dan struktur)

Ada lima elemen pembentuk citra kota menurut Kevin Lynch yang mampu
memberikan kualitas visual bagi kota itu sendiri. Elemen-elemen inilah yang terlihat
dan terasa di kawasan kota. Semakin kuat kelima elemen ini maka semakin baik kota
itu akan memberikan kualitas citra kota terhadap pengamat. Lima elemen pembentuk
citra kota adalah: Landmark (Tetenger/Penanda), Path (Jalur), Districk (Kawasan),
Nodes (Simpul), Edge (Batas atau Tepian).

Salah satu aspek kuat yang dapat menjadi branding suatu kota adalah Nodes
(simpul). Keberadaan nodes merupakan suatu gambaran khas yang melekat pada kota
yang dapat menciptakan representasi kota bagi penduduk maupun pengunjung.
Menurut Lynch “Nodes adalah fokus strategis dimana pengamat dapat masuk,
biasanya persimpangan jalan, atau konsentrasi beberapa karakteristik” (Lynch, 1960:
72). Mereka adalah titik-titik, spot-spot strategis dalam sebuah kota dimana pengamat
bisa masuk, dan yang merupakan fokus untuk ke dan dari mana dia berjalan. Nodes
bisa merupakan persimpangan jalan, tempat break (berhenti sejenak) dari jalur,
persilangan atau pertemua path, ruang terbuka atau titik perbedaan dari suatu
bangunan ke bangunan lain. Elemen ini juga berhubungan erat dengan elemen
district, karena simpul-simpul kota yang kuat akan menandai karakter suatu district.
Untuk beberapa kasus, nodes bisa juga ditandai dengan adanya elemen fisik yang
kuat. Nodes menjadi suatu tempat yang cukup strategis, karena bersifat sebagai
tempat bertemunya beberapa kegiatan/aktifitas yang membentuk suatu ruang dalam
kota.

Setiap nodes dapat memiliki bentuk yang berbeda-beda, tergantung dengan


pola aktifitas yang terjadi di dalamnya. Nodes merupakan simpul atau lingkaran
daerah strategis dimana arah atau aktivitasnya saling bertemu dan dapat diubah ke
arah atau aktivitas lain, misalnya persimpangan lalu lintas, stasiun, lapangan terbang,
jembatan, kota secara keseluruhan dalam skala makro besar, pasar, taman, square,
dan sebagainya. Tidak setiap persimpangan jalan adalah sebuah nodes, yang
menentukan adalah citra place terhadapnya. Nodes adalah suatu tempat dimana orang
mempuntai perasaan ’masuk’ dan ‘keluar’ dalam tempat yang sama. Nodes
mempunyai identitas yang lebih baik jika tempatnya memiliki bentuk yang jelas
(karena lebih mudah diingat), serta tampilan berbeda dari lingkungannya (fungsi,
bentuk).

Persimpangan jalan atau tempat berhenti sejenak dalam perjalanan sangat


penting bagi pengamat kota. Karena masyarakat meningkatkan perhatian mereka di
tempat-tempat tersebut dan melihat unsur-unsur terdekat dengan lebih jelas.
Kecenderungan ini dikonfirmasi dengan begitu berulang kali sehingga unsur-unsur
yang berada pada persimpangan otomatis dapat diasumsikan mengambil kelebihan
khusus dari lokasinya. Pentingnya persepsi lokasi tersebut menunjukkan cara lain
juga, ketika masyarakat ditanya dimana kebiasaan mereka pertama kali di kota,
banyak yang memilih titik perhentian transportasi sebagai tempat kunci.

Stasiun-stasiun kereta utama adalah hampir selalu menjadi node-node kota


penting, sama halnya bandara udara. Dalam teori, persimpangan jalan biasa adalah
node-node, tetapi umumnya mereka tidak mempunyai cukup keunggulan untuk
dibayangkan lebih dari sekedar simpang empat, karena tidak dapat memuat banyak
pusat nodes.

Kota Makassar secara administratif adalah ibukota Provinsi Sulawesi Selatan,


disamping itu juga sebagai pusat pengembangan wilayah dan pusat pelayanan di
Kawasan Indonesia bagian Timur yang merupakan kota terbesar di Indonesia Timur.
Selain itu, kota Makassar juga mengembangkan perkembangan kota melalui sektor
pariwisata maka, tentunya banyak masyarakat lokal maupun mancanegara yang akan
beraktifitas di dalam kota tersebut. Maka diperlukannya citra kota yang jelas agar
masyarakat dengan nyaman beraktifitas dan lebih mengenal ciri khas Kota Makassar.

Kota Makassar yang sedang berkembang pesat di berbagai sektor tentu perlu
adanya perhatian khusus dari pemerintah maupun perencana untuk memperkenalkan
diri sebagai suatu wilayah yang beridentitas dan tertata dengan baik yang berpegang
pada elemen pembentuk kota terutama nodes yang merupakan salah satu aspek paling
penting dari elemen citra visual kota.

Tujuan dari makalah ini adalah menemukenali apa saja yang menjadi nodes-
nodes yang berada di kota Makassar yang merupakan citra kota Makassar itu sendiri.
PEMBAHASAN

Pembahasan nodes dalam makalah ini mencakup salah satu wilayah di


kecamatan Makassar, yang terdapat 15 nodes dalam wilayah tersebut. Adapun posisi-
posisi nodes tersebut dapat ditinjau dari peta berikut:

GAMBAR 1. Peta Hasil Identifikasi Elemen Nodes

Dari peta tersebut kemudian dapat dianalisis menjadi:


Salah satu simpul kota (nodes) yang menjadi titik temu beberapa jalur atau
aktivitas serta menjadi fokus strategis wilayah kota makassar berada di Jl. Underpass
Simpang Mandai, Sudiang, Kec. Biringkanaya, Kota Makassar, Sulawesi Selatan
90552. Nodes ini telah menjadi ikonik dan menjadi citra kota Makassar. Simpul ini
berbentuk lingkaran dengan hiasan air mancur yang sangat indah ketika malam hari
dan berada diatas underpass kota Makassar.
Nodes ini berada di Simpang Lima Mandai dengan memisahkan lalu lintas
ekonomi regional Makasar - Maros - Parepare dengan lalu lintas keluar - masuk
Bandara Sultan Hasanuddin. Underpass Simpang Lima Mandai memiliki panjang
1.050 meter dengan konstruksi terowongannya sepanjang 110 meter. Underpass ini
pertama kali digunakan pada pada tahun 2017 dengan menghabiskan dana
pembangunan senilai Rp169,63 miliar. Underpass mandai ini telah menjadi salah satu
ikonik kota sejak diresmikan oleh mantan Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin
Limpo dan telah membangun citra kota Makassar.

Selanjutnya, contoh nodes kota Makassar yang tak kalah penting adalah Tugu
Mandiri yang berada di Jl. Riburane, Pattunuang, Kec.Wajo, Kota Makassar,
Sulawesi Selatan 90111.
Tugu Bank Mandiri ini juga dikenal sebagai tugu titik 0. Sesuai namanya,
tugu ini berada di titik 0 kota Makassar. Tugu ini merupakan sumbangan Bank
Mandiri kepada masyarakat Kota Makassar.

Tugu ini ditopang dengan 4 sisi sebagai lambang 4 etnis besar yang banyak
mendiami Kota Makassar. Tugu ini menjadi pertemuan antara jalan nusantara, jalan
riburanne dan jalan ujung pandang. Keberadaan tugu ini juga telah menjadi pengatur
lalu lintas bagi pengguna jalan dan juga menjadi ikon kota Makassar

Anda mungkin juga menyukai