Anda di halaman 1dari 18

1.

Buat Summary secara teoritis Tentang BENTUK-BENTUK KOTA


KUNO secara umum di dunia
Bentuk Kota
Suatu kota dengan segala isinya pasti akan mengalami perkembangan dari waktu ke
waktu. Aktivitas sosial, ekonomi, dan politik di suatu kota dapat mempengaruhi bentuk
dan struktur kota tersebut.
Aktivitas sosial, ekonomi, dan politik tentu saja memerlukan lahan dalam menjalankan
dan menunjang keberjalanan aktivitasnya, oleh karena itu, mereka akan membeli dan
membangun lahan sesuai dengan kebutuhan mereka.Jika suatu kota dibangun tanpa perencanaan
yang baik, maka penggunaan lahannya akan mengubah bentuk kota serta pola-pola yang sudah
ada. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan yang matang dan terarah. Perencanaan yang terarah
umumnya akan menyebabkan kota berkembang menjadi salah satu dari 4 tipe besar dibawah ini.

Diagram Umum Bentuk Kota


Menurut diagram bentuk kota diatas, terdapat dua sumbu yaitu sumbu pusat kota yang
disimbolkan dengan monocentric dan polycentric, serta sumbu persebaran yaitu centralised dan
dispersed. Dari diagram diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa secara umum terdapat 4 bentuk
kota, yaitu centralised monocentric, centralised polycentric, dispersed monocentric, dan
dispersed polycentric.

1. Kota Polisentrik & Monosentrik


Jaringan Transit Kota Monosentrik dan Polisentrik
Kota polycentric memiliki banyak inti pembangunan yang persebarannya acak dalam
wilayah urban suatu kota. Kota-kota seperti ini umumnya tercipta setelah adanya perkembangan
dalam bidang transportasi seperti kendaraan pribadi dan dalam bidang telekomunikasi seperti
telefon dan internet. Kota polycentric cenderung lebih tersebar dan umumnya tidak sepadat kota-
kota monocentered, baik dalam kepadatan bangunan maupun kepadatan penduduk. Contoh kota
polycenter adalah Detroit

Kota monocenter identik dengan masyarakat pra revolusi industri, kota ini
menitikberatkan kepada aglomerasi berbagai unsur masyarakat dalam tempat yang kecil agar
memudahkan komunikasi dan transportasi, umumnya kota monocenter memiliki kepadatan
penduduk dan bangunan yang lebih tinggi. Contoh kota monocenter adalah Roma.

2. Bentuk Kota Kompak dan Tidak Kompak


Menurut Hudson dan Yunus, terdapat 2 tipe bentukan kota, yaitu kompak dan tidak kompak.
Kompak dan tidak kompak ini didasari pada faktor morfologi dari kota itu sendiri.
A. Kota Kompak
- Kota Kipas (Fan shaped city)

Ilustrasi Kota berbentuk Kipas


Bentuknya sebagian lingkaran, arah ke luar kota memiliki perkembangan yang relative
seimbang. Bentuk kipas ini disebabkan oleh adanya hambatan-hambatan yang menghambat
pertumbuhan kota pada arah-arah tersebut, penghambat ini dapat diklasifikasikan menjadi dua
yaitu alami dan artifisial. Hambatan alami meliputi kendala-kendala fisik seperti pegunungan,
sungai, dan jurang, sedangkan kendala artifisial meliputi kendala sosial seperti penolakan
pembangunan, delineasi area lindung, dan permasalahan zonasi. Contoh dari kota kipas ini
adalah Chandigarh di India.

B. Bujur Sangkar (Square City)

Ilust
rasi Kota Bujur Sangkar
Bujur sangkar menunjukkan suatu bentukan kota yang rasional dan murni logika, bujur
sangkar merupakan bentuk yang netral dan tidak mempunyai arah.Kota berbentuk ini umumnya
bertumbuh di sepanjang jalur transportasi dan mempunyai kesempatan perluasan yang relative
seimbang ke segala arah. Kota berbentuk bujur sangkar umumnya tidak memiliki penghambat
pembangunan dari segi fisik yang berarti, karena jika ia mempunyai kendala fisik, maka
bentuknya tidak akan bujur sangkar.Keberadaan jalur transportasi pada ujung-ujung kota ini
kerap memicu pertumbuhan kota ke jalur-jalur yang bersangkutan. Contoh dari kota bujur
sangkar ini adalah kota Herat di Afghanistan.

C. Kota Persegi Panjang (rectangular city)


Ilustrasi Kota Persegi Panjang
Bentuk kota ini pertumbuhannya memanjang daripada melebar, hal ini dimungkinkan
karena adanya hambatan fisik maupun terhadap perkembangan areal kota pada salah satu sisinya.
Ia umumnya memiliki kemiripan dengan pola ribbon, hanya saja terdapat constraint
pembangunan yang membuatnya berbentuk seperti persegi panjang

 
D. Kota Memanjang (Ribbon)

Ilustrasi Kota Pola Ribbon


Memiliki bentuk mirip dengan rectangular city, namun karena bentuk memanjangnya
jauh lebih dominan dibandingkan bentuk melebarnya, maka ia dikategorikan secara terpisah.
Dari bentuknya yang sangat memanjang dapat terlihat bahwa perkembangan kota ini sangat
didominasi oleh peranan jalur transportasi.
 
E. Kota Bulat/Lingkaran (Round City)
Ilustrasi Kota Baghdad Kuno
Merupakan bentuk kota yang dianggap ideal, karena jarak dari pusat kota ke ujung-ujung
terluar kota hampir sama. Selain itu, perkembangan pembangunan keluar area kota terjadi
dengan cepat. Kota-kota seperti ini kerap ditemukan pada masa lalu yang mana pertumbuhan
kota sangat dikontrol oleh keberadaan posisi pertahanan dan kebijakan raja/tuan tanah yang
berkuasa. Contoh dari kota ini adalah kota Baghdad kuno yang bentuknya dipengaruhi oleh
bentuk bentengnya yang melingkar.

F. Kota Gurita/Bintang (Star City)

Ilustrasi Kota Berpola Bintang/Gurita


Merupakan bentuk kota yang jalur transportasinya mirip dengan ribbon city, namun pada
bentukan ini, jalur transportasi tidak hanya satu arah, tetapi memiliki berbagai arah, oleh karena
itu ia disebut bentukan gurita/bintang.
 
G. Kota Tidak berpola (Unpatterned)
Kota ini merupakan terbentuk pada daerah khusus, yaitu daerah dimana faktor pendorong
pertumbuhan kota tersebut sangat kuat dan tidak terkait kondisi fisik wilayah, hal ini
menyebabkan adanya kota yang berkembang secara acak tanpa mengikuti constraints yang
diberikan oleh wilayah dimana ia berkembang.
3. Kota Tidak Kompak
A. Kota Berantai (Chain Cities)

Ilustrasi Kota Rantai


Kota ini merupakan bentuk kota yang terpecah tetapi hanya terjadi di sepanjang rute
tertentu. Kota ini berbentuk seperti mata rantai yang dibentangkan dan direkatkan oleh suatu
penghubung. Umumnya penghubung ini merupakan jalur transportasi, oleh karena itu, faktor
pengontrol utama kota berantai ini adalah jalur transportasi dan juga faktor fisik area
tersebut.Contoh dari chain city ini adalah kota-kota di pantai utara Jawa yang mayoritasnya
terbentuk karena adanya jalur Anyer-Panarukan (Grote Postweg). Karena kuda memerlukan
istirahat setelah seharian berjalan, maka dibuat peristirahatan dan kota di sepanjang jalur
tersebut.Namun, laju urbanisasi, pertumbuhan penduduk serta migrasi masuk yang meningkat
membuat kota-kota tersebut mulai berubah menjadi kota besar dengan pola ribbon ataupun
stellar/satellite.

B. Kota Terpecah (Fragmented Cities)

Ilustrasi Kota Sao Paulo

Pada bentuk kota ini, perluasan areal kota tidak langsung menyatu dengan induk nya (city
center), melainkan tersebar dan membentuk exclave tersendiri.Umumnya exclave tersebut
merupakan daerah pemukiman yang awalnya bersifat desa, tetapi berkembang dan mengalami
urbanisasi sehingga menjadi bersifat perkotaan. Contoh dari kota terpecah ini adalah Sao Paulo
 
C. Kota Terbelah (Split Cities)
Ilustrasi Kota Terbelah
Bentuk kota seperti ini merupakan bentuk kompak namun terbelah oleh perairan yang
cukup lebar. Kota tersebut terdiri dari dua bagian terpisah yang dihubungkan oleh jembatan-
jembatan ataupun terowongan. Contoh dari kota terbelah adalah Istanbul dan Budapest 

D. Kota Stellar (Stellar City)

Ilustrasi Kota Stellar


Bentuk stellar merupakan bentuk kota yang didukung oleh majunya transportasi dan
komunikasi yang akhirnya memungkinkan terjadi koneksi intens antara banyak bagian-bagian
kota, sehingga memunculkan suaatu megapolitan, atau metro area.Biasanya bentukan seperti ini
terdapat pada kota besar yang dikelilingi oleh kota-kota atau pemukiman yang kecil. Karena
interaksi yang sangat intens, lama kelamaan, kota-kota satelit akan melebur dan menyatu ke
dalam kota besar tersebut.

 
E. Bentuk Kota lainnya

Orthogonal Gridiron

Ilustrasi Kota Orthogonal Gridiron


Kota dengan pola ini umumnya mengalami persebaran pertumbuhan yang sama secara umum
tanpa adanya perbedaan yang berarti, dan mempunyai pusat lokal utama. Bentuk ini umumnya
terdapat di kota-kota yang daerahnya datar dan tidak memiliki penghambat fisik ataupun sosial
yang berarti.Bentuk-bentuk seperti ini lazim ditemui di kota-kota Amerika Serikat karena
mayoritas kota mereka adalah murni hasil perencanaan, dan tidak tumbuh secara organik seperti
kebanyakan kota-kota di Eropa. Contoh kota yang menggunakan gridiron plan ini adalah
Philadelphia, Chicago, dan San Francisco.

 
F. Kota Jaring Laba-Laba (Spiderweb)

Ilustrasi Kota Pola Jaring Laba-Laba


Bentuk jaring laba-laba ini merupakan bentuk kota yang sangat umum terjadi di dunia,
kota ini mempunyai kepadatan yang tinggi. Umumnya pola spiderweb ini terjadi di kota-kota
penting yang merupakan pusat dari kegiatan di daerah lokal masing-masing.Jaring laba laba ini
disebabkan oleh pola jalan yang menyilang kota sehingga terlihat seakan ada jaring laba-laba.
Contoh kota yang berbentuk spider web ini adalah Canberra di Australia.
 
G. Sirkuit Linier atau Kota Cincin (Ring Cities)

Ilustr
asi Pola Kota Circuit Linear
Terdiri dari beberapa pusat kota yang berkembang disepanjang jalan utama yang
melingkar. Area tengah wilayah tetap dipertahankan sebagai daerah terbuka/hijau. Masing-
masing pusat dapat berkembang menjadi kota besar.Contoh nyata ring cities adalah Randstad
Holland di Belanda yang menghubungkan pusat-pusat kota Utrecht, Rotterdam, Den Haag,
Harlem, Amsterdam, dan beberapa kota kecil lainnya.

 
H. Kota Bertembok (Walled City)

Ilustrasi Kota Tembok


Walled city terbentuk karena pertumbuhan kota yang dibatasi oleh kondisi fisik topografi
misalnya seperti laut, gunung, jurang, dan sebagainya. Umumnya walled city berbentuk seperti
kota Carcasonne yang dibatasi oleh tembok pertahanan.

 
I. Kota Konstelasi

Ilustrasi Kota Konstelasi


Pertumbuhan kota secara meloncat-loncat dengan pusat wilayah yang tersebar pula.
Wilayah terbangunnya dihubungkan dengan jalur transportasi dari masing-masing pusat wilayah.
Kota seperti ini merupakan indikasi dari adanya sprawl perkotaan, namun mungkin saja
ada aspek fisik atau sosial yang menghambat perkembangan sehingga harus meloncat-loncat.
 
J. Satellite with Neighbourhoods and New Centers (Satelit dengan pusat pertumbuhan
baru)

Ilustra
si Kota Satelit dengan Pusat Pertumbuhan Baru
Pengembangan kota satelit ini dapat berfungsi sebagai penyerap arus urbanisasi yang
sangat besar ke kota utama. Kota utama dengan satelit dihubungkan oleh koridor-koridor
transportasi seperti jalan raya ataupun rel kereta commuter. Contoh dari kota pusat-satelit ini
adalah Jabodetabek, London, dan Gerbang Kertasusila.

Bentuk Kota menurut (Alexander, J.W. dalam Jayadinata, T. Johara 1999:179), bahwa karena
keadaan topograpi tertentu atau karena perkembangan sosial ekonomi tertentu, akan berkembang
beberapa pola perkembangan kota, yaitu pola menyebar, pola sejajar dan pola merumpun.
1) Pola menyebar (dispersed pattern) dari perkotaan terjadi pada keadaan topograpi yang
seragam dan ekonomi yang homogen.
2) Pola sejajar (linnier pattern) dari perkotaan terjadi sebagai akibat adanya perkembangan
sepanjang jalan, lembah, sungai atau pantai.
3) Pola merumpun (clustered pattern) dari perkotaan terjadi pada topograpi agak datar tetapi
terdapat beberapa relief lokal yang nyata dan sering kali berkembang berhubungan
dengan pertambangan.

Pola perkembangan kota di atas tanah datar terlihat pada gambar:

Pola Umum Perkembangan Perkotaan (Branch, 1996)

Bentuk kota kuno di dunia

Afrika Utara (2500 SM–500 M)

Sfinks dan Piramida Agung Giza dari zaman Mesir Kuno, dibangun sekitar 2500


SM.Sekitar 2500 SM, Kerajaan Kerma berkembang di kawasan Nubia (antara Sudan dan Mesir).
Kebudayaan Kerma merupakan kebudayaan agraris seperti Mesir; mereka mengembangkan
pertanian, peternakan, dan menjadi mitra dagang bagi Mesir. Sekitar 1500 SM, kerajaan tersebut
dicaplok oleh bangsa Mesir dan menjadi bagian dari Kerajaan Baru Mesir. Pada abad ke-11 SM,
bangsa Nubia mendirikan Kerajaan Kush di sebelah selatan Mesir, di bekas wilayah Kerajaan
Kerma, yang akan bertahan sampai abad ke-4 M. Mesir Kuno mencapai masa kejayaannya saat
periode Kerajaan Baru, di bawah pemerintahan Ramesses, yang berseteru dengan bangsa
Het, Asiria dan Mitanni.

Amerika (2000 SM–500 M)

Sebelum kontak dengan bangsa Eropa, penduduk asli Amerika Utara terbagi menjadi


sejumlah masyarakat yang berbeda-beda, dari sebuah klan kecil hingga menjadi imperium besar.
Mereka tinggal di beberapa area kultural, yang berkaitan dengan zona geografis dan biologis,
serta mengindikasikan cara hidup atau pekerjaan masyarakat yang tinggal di sana (contohnya
pemburu bison di Dataran Besar, atau petani di Mesoamerika). 

Dunia Timur (1000 SM–500 M)


Dunia Timur mengacu pada kawasan Asia dan struktur sosial serta masyarakat di
kawasan tersebut. Di kawasan tersebut terjadi perkembangan peradaban lembah sungai
Indus dan sungai Kuning, masing-masing di anak benua India (kini merupakan
wilayah India atau sebagian besar Asia Selatan) dan Timur Jauh (kini merupakan
wilayah Tiongkok dan sekitarnya), sejak lebih dari 3000 SM. Sementara itu, migrasi masih
terjadi di berbagai belahan Asia lainnya dan peradaban yang lebih tua memberi pengaruh pada
kawasan di sekitarnya. Pada masa antara 1000 SM sampai 500 M, di beberapa kawasan Asia
lainnya—seperti Sri Lanka, Asia Tenggara Daratan, Semenanjung
Malaya, Indonesia, Filipina, Taiwan—kebudayaan mandiri bermunculan dan berinteraksi dengan
peradaban yang terlebih dahulu berkembang dalam hal teknologi, kesenian, dan kepercayaan.
Seiring penyebaran agama Hindu dan Buddha, beberapa kerajaan muncul di Sri Lanka dan Asia
Tenggara. Di pelosok dan tempat terpencil, masyarakat purba masih bermigrasi dan hidup
sebagai pemburu-pengumpul makanan

Eropa dan Mediterania (800 SM–500 M)

Di Dunia Barat, bangsa Yunani Kuno (dan kemudian Romawi Kuno) mendirikan


kebudayaannya sendiri yang pelaksanaan, aturan, dan adatnya dipandang sebagai fondasi
bagi peradaban Barat kontemporer. Peradaban mereka mencapai Era Klasik (500 SM–500 M)
yang mencakup periode sejarah saat peradaban Yunani Kuno dan Romawi Kuno saling
melengkapi. Era ini adalah masa saat masyarakat Yunani dan Romawi berkembang dan
memegang pengaruh yang besar di seluruh Eropa, Afrika Utara, dan Timur Tengah. Era ini
dimulai dengan catatan pertama puisi Yunani karya Homeros (abad ke-8 hingga abad ke-7 SM)
dan berlanjut dengan bangkitnya Kekristenan dan runtuhnya Kekaisaran Romawi (abad ke-5).
Era ini berakhir dengan hilangnya budaya klasik dan berubah menjadi Abad Pertengahan
Awal (500–1000 M). Dari pecahan-pecahan era klasik yang bertahan hidup, gerakan kebangkitan
terbentuk secara bertahap dari abad ke-14 yang akhirnya dikenal di Eropa dengan
nama Renaisans.

Era Pascaklasik(500-1500)

Era Pascaklasik merupakan kurun waktu setelah Era Klasik di Eropa, namun dengan


jangkauan dunia global. Era ini lazimnya terhitung sejak jatuhnya Kekaisaran Romawi
Barat pada abad ke-5. Kekaisaran Romawi Barat terpecah belah menjadi berbagai kerajaan
mandiri, sementara itu Romawi Timur, atau Kekaisaran Bizantium bertahan hingga menjelang
akhir Abad Pertengahan. Era ini juga berkaitan dengan kemunculan agama Islam, penaklukkan
Islam, kemudian zaman kejayaan Islam, dan permulaan serta perluasan perdagangan budak Arab,
diikuti dengan serbuan Mongol di Timur Tengah dan Asia Tengah. Di Asia
Selatan berdiri kerajaan pertengahan di India, disusul dengan pendirian kesultanan di
India. Kekaisaran Tiongkok mengalami pergantian dinasti di antaranya Dinasti
Sui, Tang, Liao, Jin, Yuan dan Ming. Jalur perdagangan Timur Tengah yang melalui Samudra
Hindia, serta Jalur Sutra yang melalui gurun Gobi, memberikan hubungan ekonomi dan budaya
yang terbatas antara peradaban Asia dan Eropa. Sementara Abad Pertengahan bergantung pada
pengaruh dari Eropa, peradaban di benua Amerika, seperti Inka, Maya, dan Aztek, masih terus
berkembang, kemudian berakhir pada masa yang berbeda-beda.

Abad Modern Awal

Sebelumnya, bubuk mesiu pada senjata api digunakan secara terbatas. Pada Abad


Modern Awal, senjata api semakin sering dimanfaatkan dalam pertempuran, contohnya
saat pengepungan Esztergom (1543) antara Kesultanan Utsmaniyah dengan Kekaisaran Romawi
Suci.

"Abad Modern Awal"[i] adalah istilah yang digunakan oleh para sejarawan untuk
merujuk pada suatu periode di Eropa Barat dan koloni-koloni pertamanya yang berlangsung
selama berabad-abad antara Abad Pertengahan dan Revolusi Industri—sekitar 1500 sampai
1800. Abad Modern Awal ditandai dengan pemusatan perhatian pada sains dan semakin
majunya perkembangan teknologi, sekularisasi politik, dan berdirinya negara kota. Ekonomi
kapitalis mulai berkembang, mula-mula di republik-republik Italia Utara seperti Genoa. Pada
Abad Modern Awal juga dimulai perkembangan dan dominansi teori ekonomi merkantilisme.
Abad Modern Awal menggambarkan kemunduran dan akhirnya kelenyapan feodalisme,
perbudakan, dan kekuasaan Gereja Katolik Roma di sebagian besar kawasan Eropa. Dalam
periode tersebut juga terjadi masa akhir reformasi protestan. Perang Tiga Puluh Tahun, Abad
Penemuan, Kolonisasi Eropa di Amerika, dan puncak perburuan penyihir di Eropa.

2. Cari jurnal atau makalah seminar 2 buah terkait BENTUK KOTA di


Indonesia, (misal kota jawa yang terkenal dengan alun2, atau kota
yang perkembanggnya di pengaruhi oleh sejarah – jaman kerajaan-
colonial – kemerdekaan, atau yang lainnya)
A. Identifikasi Pola Morfologi Kota (Studi Kasus : Sebagian Kecamatan
Klojen, Di Kota Malang)
B. PROSES DAN BENTUK “MEWUJUDNYA” KOTA SOLO
BERDASARKAN TEORI CITY SHAPED SPIRO KOSTOF

3. Buat pembahasan (kesamaan atau perbedaan bentuk kota, dengan


membandingkan antara yang ada di dunia dan Indonesia.
a. Persamaan bentuk kota di dunia
1. Proses
• Munculnya suatu kota tidak terjadi secara langsung, namun membutuhkan
suatu proses yang memiliki kurun waktu tertentu.
• Terdapat suatu perkembangan sejarah yang melatar belakanginya hingga
dapat muncul seperti saat ini.
2. Produk Kota yang ada ada tidak terjadi secara abstrak, namun merupakan hasil
dari produk desain massa dan ruang yang berwujud 3 dimensi.
3. Behavior
• Keberadaan suatu ruang dipengaruhi oleh perilaku masyarakat yang
menghuninya.
• Bentuk kota yang ada merupakan hasil perpaduan budaya, aktivitas sosial
dan ekonomi masyarakatnya sehingga menciptakan ruang.
• Perubahan ruang kota juga dapat terjadi yaitu karena dipengaruhi oleh
perkembangan teknologi yang akan berdampak pula bagi perubahan kehidupan
dan perilaku penghuni kota.
b. Perbedaan bentuk kota
A. PERKEMBANGAN KOTA MENURUT ASAL PERTUMBUHAN

1. Perkembangan Alamiah

Perkembangan alamiah, yaitu perkembangan kota di masa yang lalu secara alamiah tanpa
dilakukan kegiatan perencanaan kota. Dalam pengambilan keputusan untuk pengembangan kota,
didasarkan pada kegiatan manusia yang berdasarkan pertimbangan keuntungan sesaat.
Infrastruktur dibangun secara tidak teratur, tanpa mempertimbangkan perluasan kota di masa
depan. Bentuk kota yang berkembang secara alamiah, antara laina
a). Penyebaran secara konsentrik (Concentric Spread)
Merupakan kecenderungan alamiah dimana orang ingin sedekat mungkin dengan pusat kota, dan
sebagai wujudnya adalah kota berkembang berbentuk konsentrik dengan pusat kota sebagai inti.
Permasalahan yang ditimbulkan meliputi kemacetan lalu lintas, jalan-jalan sempit, konsentrasi
penduduk dan lain sebagainya.
b). Pengembangan berbentuk pita (Ribbon Development)
Pada umumnya perkembangan berbentuk pita terjadi sebagai akibat peningkatan sistem jaringan
jalan dan pertumbuhan lalu lintas kendaraan bermotor. Secara alamiah, kecenderungan setiap
orang membangun aktivitas sedekat mungkin dengan jalur jalan utama. Jika tanpa pengendalian
yang efektif dapat menimbulkan permasalahan:

- peningkatan biaya pelayanan prasarana dasar,


- perbaikan pelayanan di masa depan menjadi mahal dan sulit,
- kegiatan yang ada akan terkena dampak arus lalulintas yang tinggi (kebisingan, polusi
udara, debu dll.),
- berpeluang terjadinya kecelakaan lalulintas dan kemacetan lalulintas,
- kapasitas lalulintas dan efisiensi pada jalan utama berkurang

c). Pertumbuhan berbentuk satelit (Satellite Growth)


Pertumbuhan kota satelit terjadi bila besaran kota telah mencapai ukuran tertentu, yang
berkembang di sekitar kota utama (metropolitan) dan secara sosial-ekonomi masih bergantung
pada kota induknya. Permasalahan yang terjadi umumnya berkaitan dengan akses terhadap kota
induknya.

d). Pertumbuhan secara terpencar (Scattered Growth)


Pertumbuhan kota berlangsung dengan pola yang tidak teratur. Hal ini akan menimbulkan
permasalahan kemacetan lalulintas, masuknya kegiatan industri dalam lingkungan permukiman,
munculnya kawasan kumuh, kurangnya ruang terbuka (taman). Bila tidak terkendali, persoalan
ini akan sulit dipecahkan di masa depan.

2. Perkembangan yang Direncanakan


Perkembangan yang direncanakan, yaitu kota berkembang berdasarkan acuan/rencana yang telah
disusun oleh perencana kota. Keseluruhan pertumbuhan kota dikendalikan melalui aturan dan
ketentuan yang telah ditetapkan. Perkembangan kota memperhatikan distribusi berbagai aktivitas
secara rasional untuk menghindari terjadinya konflik di masa depan. Penyediaan berbagai sarana
dan prasarana kota didasarkan pada kebutuhan di masa depan.

B. PERKEMBANGAN KOTA MENURUT ARAH PERTUMBUHAN


1. Perkembangan kota secara horisontal
Kota tumbuh dan berkembang secara horisontal dan meluas ke segala arah yang memungkinkan,
dimana lahan masih tersedia dengan biaya yang terjangkau.

a). Keuntungan pembangunan kota secara horisontal:

- Menghemat biaya pembangunan


- Kemungkinan secara maksimum penggunaan pencahayaan alami
- Kepadatan penduduk dapat dibatasi
- Bangunan dapat menggunakan konstruksi sederhana (ekonomis)
- Lahan-lahan marjinal dapat dimanfaatkan sebagai ruang terbuka

b). Kerugian pembangunan kota secara horisontal:

- Membutuhkan lahan yang luas, dan


- Menjadi tidak ekonomis bila nilai lahan terlalu tinggi (mahal)

2. Perkembangan kota secara vertikal


Bangunan-bangunan kota dirancang dan dikembangkan secara bertingkat (multi-storey), dimana
pembangunan ini dimungkinkan pada kawasan yang mempunyai nilai lahan tinggi (mahal)

a). Keuntungan pembangunan kota secara vertikal:

Banyak orang tinggal dan menggunakan pelayanan umum pada bangunan yang sama, sehingga
dapat menimbulkan rasa kebersamaan kelompok

Pada lantai diatas ketinggian tertentu, pemandangan alam dapat dinikmati dengan lebih baik
(laut, sungai, gunung, dll)

Memungkinkan penggunaan secara maksimum teknik-teknik konstruksi modern, seperti lift,


eskalator, dll.

Penghematan lahan dan secara ekonomis nilai lahan yang tinggi dapat dimanfaatkan secara
optimal

Secara ekonomis, biaya konstruksi pada bangunan dapat dirancang dengan tipe struktur yang
sama pada tiap-tiap lantai yang berbeda

b). Kerugian pembangunan kota secara vertikal:

Dalam kasus bencana (gempa, kebakaran) akan menyulitkan penghuni untuk meloloskan diri
secara aman, khususnya lantai atas

Kepadatan penduduk akan meningkat

Rancangan bangunan cenderung sama (stereo-type) dan tidak ada batasan pribadi menyangkut
suka atau tidak suka
Kegagalan dalam mengoperasikan lift, pompa air dll, dapat menyebabkan ketidaknyamanan bagi
penghuni

Secara psikologis, penghuni dilantai atas terpisah dengan kehidupan alam (tanah)

Anda mungkin juga menyukai