Arahan pengembangan kawasan BWP Kecamatan Kopang yang ditetapkan harus selaras
terhadap arahan pencapaian yang telah ditetapkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Hal
ini merupakan salah satu pertimbangan untuk pengembangan Bagian Wilayah Perkotaan (BWP)
yang sesuai dengan arahan pemerintah yang disesuaikan dengan karakteristik wilayah dan
kondisi eksisting, untuk terwujudnya BWP secara berkelanjutan. Adapun arahan pencapaian
yang ditetapkan dalam RTRW baik RTRW Nasional (PP No 13 tahun 2017), RTRW Provinsi
Kalimantan Tengah (Perda No 5 Tahun 2015 ), serta RTRW Kota Palangka Raya ( Perda No.
Tahun 2019) adalah sebagai berikut.
1. Kecamatan Sabangau adalah wilayah yang ditetapkan sebagai Sub Pusat Pelayanan Kota (sub
PPK III)
2. Kecamatan Sabangau adalah wilayah yang ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Lingkungan
3. Kecamatan Sabangau adalah wilayah yang ditetapkan sebagai lokasi jalan lingkar luar kota,
4. Kecamatan Sabangau adalah wilayah yang ditetapkan sebagai kawasan peruntukan hutan
lindung, meliputi kawasan kubah gambut.
5. Kecamatan Sabangau adalah wilayah yang ditetapkan sebagai kawasan pelestarian alam
(KPA), terdapat Taman Nasional Sabangau.
6. Kecamatan Sabangau adalah wilayah yang ditetapkan sebagai kecamatan peruntukan kawasan
cagar budaya.
7. Kecamatan Sabangau adalah wilayah yang ditetapkan sebagai peruntukan kawasan
perlindungan setempat.
8. Kecamatan Sabangau adalah wilayah yang ditetapkan sebagai peruntukan kawasan RTH jalur
hijau meliputi jalur hijau jaringan listrik SUTET dan SUTT.
9. Kecamatan Sabangau adalah wilayah yang ditetapkan sebagai jalur hijau Pembangkit Listrik
Tenaga Sampah (PLTSA).
10. Kecamatan Sabangau adalah wilayah yang ditetapkan sebagai jalur hijau penyangga TPA
sampah pada pengembangan TPA Sabangau.
11. Kecamatan Sabangau adalah wilayah yang ditetapkan sebagai peruntukan kawasan Hutan
produksi.
12. Kecamatan Sabangau adalah wilayah yang ditetapkan sebagai peruntukan kawasan
tanaman pangan Berkelanjutan (LP2B) dan kawasan holtikultura di
Kelurahan Kalampangan.
13. Kecamatan Sabangau adalah wilayah yang ditetapkan sebagai peruntukan kawasan
perkebunan dan kawasan peternakan.
14. Kecamatan Sabangau adalah wilayah yang ditetapkan sebagai peruntukan kawasan eks
tambang pasir, meliputi Kelurahan Sabaru dan Kelurahan Kalampangan.
15. Kecamatan Sabangau adalah wilayah yang ditetapkan sebagai peruntukan kawasan
perikanan tangkap.
16. Kecamatan Sabangau adalah wilayah yang ditetapkan sebagai peruntukan kawasan industri
mikro/kecil.
17. Kecamatan Sabangau adalah wilayah yang ditetapkan sebagai peruntukan kawasan
pariwisata.
18. Kecamatan Sabangau adalah wilayah yang ditetapkan sebagai peruntukan kawasan olahraga,
yang terdapat sirkuit balap Sabaru.
19. Kecamatan Sabangau merupakan Peruntukan Kawasan Strategis Kota dari segi
pertumbuhan ekonomi pariwisata dan pertumbuhan ekonomi kawasan
sektor unggulan.
20. Kecamatan Sabangau memiliki Peraturan Zonasi untuk Sub Pusat Kegiatan Kota (PKK)
disusun dengan Memperhatikan Pemanfaaran Ruang
Arahan pengembangan yang telah ditetapkan dalam RTRW, tentunya dijadikan sebagai
acuan dalam perencanaan BWP Kecamatan Kopang. Kecamatan Kopang sebagai kawasan
dengan fungsi perkotaan, tentunya dapat dikembangakan dengan mempengaruhi rencana pola
ruang dan struktur ruang yang ada dengan memperhatikan tinjauan – tinjauan yang ada dalam
RTRW. Pengembangan kawasan di prioritaskan pada sektor industri, pertanian, peternakan, dan
pariwisata, yang mana pertanian tidak hanya sebagai penghasil jenis komoditas pertanian tetapi
juga sebagai pendukung adanya kegiatan pariwisata. Begitu juga dengan peternakan yang
direncanakan sebagai pendukung pariwisata. Sedangkan industri yang diencanakan tidak hanya
sebagai penghasil barang dan jenis produk tertentu, tetapi menjadi sektor unggulan pendukung
kegiatan ekonomi yang sekaligus bergerak sebagai kegiatan pariwisata dalam proses
kegiatan produksinya.
Hal ini tentunya dapat berjalan sesuai dengan arahan RTRW, yaitu ; mendorong
pertumbuhan ekonomi di Kalimantan dengan pertanian, didukung oleh adanya infrastruktur
jalan dengan fungsi arteri primer dan kolektor primer, berpotensi sebagai kawasan
industri dan perdagangan dan jasa serta terdapat sektor unggulan berupa pertanian dan
pariwisata. Dengan demikian arahan yang telah ditetapkan dalam RTRW dapat selaras dengan
arahan yang akan di tetapkan dalam RDTR Kawasan Perkotaan Kecamatan Sabangau.
Isu strategis merupakan bagian penting dan sangat menentukan dalam proses penyusunan
rencana pembangunan daerah baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Isu strategis
diperoleh dari hasil analisa SWOT. Terkait SWOT diatas, dapat dirumuskan isu strategis yang
terdapat di kawasan Perkotaan Kecamatan Kopang antara lain sebagai berikut.
4.4 Analisa Perumusan Tujuan Penataan BWP
Analisa Perumusan Tujuan Penataan BWP digunakan sebagai penguat dari tujuan
penataan BWP agar akurat dan sesuai dengan kondisi eksisting sertakebijakan yang telah ada.
Sebelum menentukan tujuan penataan BWP yang akurat maka dilakukannya klasifikasi terkait
kekuatan. kelemahan. peluang serta ancaman dari hasil pembobotan analisa EFAS dan IFAS
yang dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.1
SWOT EFAS dan IFAS Kondsi Eksisting
A. Strenght ( Kekuatan ) B. Weaknes ( Kelemahan )
Kegiatan perawisataan dengan di dukung Fasilitas IPAL belum berfungsi dengan baik
dengan jaringan jalan yang baik. Sektor secara maksimal masih banyak limbah yang
pertanian di salah satu kelurahan di buang kesungai karena banyak sekali
Kawasan perkotaan Kecamatan Sebangau permukiman yang berada tidak jauh dari
memiliki jaringan irigasi yang dapat DAS dan bareakibat pencemaran
memenuhi kebutuhan pertanian . lingkungan
Perawisata dan perikanan sungai, dan
industri UMKM yang berkembang Perikanan dan industri maka akan
terhadap perekonomian masyarakat menimbilkan penangkapan ikan yang
sekitar , pertanian sebagai sektor menggunakan alat berbahaya , dan limbah
potensial diasalah satu kelurahan industri yang mencemari lingkungan
Kawasan Perkotaan Sebangau
C. Oportunity ( Kesempatan ) D. Threat ( Ancaman )
Dengan keadaan dataran yang strategis
maka akan masuk investor nakal untuk
Aspek fisik dasar mendukung dalam
berinvestasi, dan mencari untung
pembangunan industri dan juga pertanian
kepentingan sendiri. Dan kemiringan lereng
seperti pertanian palawija, sayur mayur
yang buruk akan menghambat
dan pangan
pembangunan jaringan jalan yang akan
menyebkan genangan.
Dengan pola ruang yang mendukung
Dengan di dorongnya pembangunan
kawasan lindung dan budidaya. Denga
industri maka akan timbul dampak buruk
luasnya lahan kosong milik pemerintah
seperti limbah, dan polusi maka harus
maupun milik perorangan, dapat
diperhatikan pembangunannya secara baik
menggenjot pembangunan industri dan
dan matang
fasilitas pendukung perkotaan
Dengan adanya Sirkuit dan Bumi
Perkemahan memungkinkan untuk
Dengan demikian maka adanya persaingan
melaksanakan kegiatan ditingkata
terhadap pelaku usaha dan pelaku jasa
nasional , maka akan berdampak pada
perawista yang akan memainkan harga
perwisataan di sekitar Sirkuit dan Bumi
harga jasa
Perkemahan seperti wisata
kerngbengkirai.
Dengan seiring perkembangan pertanian
Sektor pertanian adalah sektor yang
tersebut maka akan memungkinkan
mulai berkembang di Kawasan Perkotaan
kecamatan lain untuk mengikuti konsep
Sebaru dengan membuat konsep ekowista
ekowisata tersebut, maka agar bertahan
makan akan menjadi peluang baru untuk
lama ekowista Kawasan Perkotaan
meningkatakan kesejahteraan
Sebangau harus memiliki ciri khas dan icon
masyarakat.
yang beda.
Sebelum menentukan tujuan penataan BWP yang akurat maka dilakukannya klasifikasi
terkait kekuatan. kelemahan. peluang serta ancaman dari hasil pembobotan analisa EFAS dan
IFAS yang dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.2
Skoring IFAS Kondisi Eksisting
Skor IFAS (x)
Aspek S W
Tabel 3.3
Skoring EFAS Kondisi Eksisting
x;y
S–W O–T
2 2
4,2549 - 3,005 6,3289 - 5,376
2 2
0,6250 0,5886
Gambar Kuadran Penetapan BWP Sabangau
III I
IV II
V V
Sumber : Hasil Analisa 2019
Berdasarkan kuadran SWOT diatas. didapat bahwa berdasarkan kondisi eksternal dan
internal Perkotaan Sabangau berposisi di kuadran I yang berarti progresif. Progresif disini yang
berarti memiliki peluang disertai kekuatan yang besar dalam perencanaan. Sehingga didapat
strategi Perkotaan Kecamatan Sabangau berdasarkan peluang dan kekuatan yang dapat dilihat
pada tabel berikut
Tabel 3.4
Matriks SWOT Penetapan Tujuan Perkotaan Kecamatan Sabangau
Tabel Tabel
STRATEGI S-O STRATEGI ST
FISIK DASAR
Penggunaan lahan yang memiliki
Melakuakan penyeleksian
kemiringan rendah yang berpotensi
kepemilikan tanah, untuk
memberikan genangan harus dizonasi
melakuakan kerjasama terhadap
untuk tidak membangaun dizona
tanah tersebut
tersebut.
Melakukan zonasi pada kawasan tanah
produktif ( subur ) dan tanah tidak
produktig untuk memaksimalkan
pertanian dan pembanguan .
POLA RUANG
Pembangunan industri harus
Melakukan Observasi untuk mencari
menggunakan standar yang telah
potensi dan maslah yang ada di DAS,
disahkan, baik untuk
sebab ada Das yang berpotensi menjadi
pembuangan polusi dan limbah
penyuplay perikanan sungai.
dari industri tersebut
Pengembangan potensi DAS
memberikan pembinaan terhadap Meningkatkan fasilitas industri
masyarakat untuk mengolah potensi tersebut sehingga kualitas
yang ada ,seperti pembinaan menjadikan produk yang dihasilkan lebih
kawasan wisata air , kampung nelayan. baik, meningkata serta membuat
Pengelolaan hasil perikanan masyarakat ketertarikan pembeli
untuk di jadikan suatu produk
JARINGAN PRASARANA
Memfasilitasi pengembangan dalam
sektor pertanian dengan pembangunan Membangun fasilitas pendukung
irigasi untuk lahan lahan pertanian yg untuk industri seperti jalan .
belum menggunakan irigasi teknis
Pengadaan penambahan fasilitas
persampahan di bebberapa permukiman
padat penduduk
KEPENDUDUKAN
Meningktakan fasilitas fasilitas
kebutuhan masyarakat seperti
Mengupayakan persebaran penduduk
fasilitas pendidikan dan
secara merata agar kepadatan yang ada
pembuatan lapangan kerja
disetiap wilayah agara merata
dengan membentuk UMKM
bidang industri .
Pemerataan kondisi sosial budaya
masyrakata setempat, agar budaya yang
ada tetap lestari ,menekan kan nilai
budaya agara tidak mudahj terpengaruh
oleh budaya luar
PEREKONOMIAN
Adanya penegmbangan sektor industri,
parawisata , pertanian , perikanan Mengawasi agar tidak terjadinya
dengan menggunakan sitem digitalisasi pengkonfersian lahan, dan
yanga akan mendukung dalam promosi pembangauna yang berada di
serta pemanfaatana sektor ke arah wisata kawasan lahan produktif
seperti wisata ekowisata ( pertanian )
Sumber : Hasil Analisa 2019
Tabel 3.5 Kesimpulan Matriks SWOT Penetapan Tujuan
Oportunity (
Matrik SWOT Threat ( Ancaman )
Peluang )
STRATEGI S-T :
STRATEGI S-O :
Pengadaan jaringa
pengembangan
persamphan yanga
industri ,
baik memperbaiki
pertanian, dan
Strenght ( jalan jalan yang
Tabel pariwisata dalam
Kekuata ) mendukung kegiatan
mendukung
pariwisata pertanian
perekonomian
dan industri untuk
Perkotaan
meningkatakan
Sebangau
perekonomian.
STRATEGI W-T :
Pemeliharaan
STRATEGI W- Kawasan DAS, hutan
O5 Pengadaan dan budaya khas untuk
program program menjadi parawista .
Weaknes penyuluhan atau Peningkatan produksi
(Kelemahan) pembinaan untuk dari hasil industri,
mengembang kan pertanian dan
potensi Kawasan perikanan dalam
Perkotaan Sebaru meningkatakan daya
saing dari kecamatan
lain.
pengembangan yang lebih dominan adalah wisata yang ada dikecamatan sebangau.
BWP pada Kec.Sebangau diarahkan menjadi Ekowisata dikarenakan adanya kondisi geografis
yang menawan dan seksi seperti Hutan luas dan Sungai panjang dan potensi lain yg ada di
kecamatan sebanga Ekowisata atau ekoturisme merupakan salah satu kegiatan pariwisata yang
berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan
sosial budaya ekonomi masyarakat lokal serta aspek pembelajaran dan pendidikan.
Keadaan alam dan suasan yang ada dikecamatan sebangu yang menjadi daya tarik bagi
isatawan. Wisata dikecamtan Sabangau terletak dikelurah kelurahan. Kelurahan kerengbengkirai
menjadi tempat wisata yang bertemakan air dikereng bengkirai memiliki dermaga sungai hitam
wisatawan bias menikmati susur sungai menggunakan kelotok maupun sampan dan selama
perjalanan susur sungai wisatawan di berikan pemandangan eksotis. Ekowisata memiliki
beragam variasi, wisata petikbuah, memberi makan hewan ternak, hingga restoran di atas sungai.
Ekowisata merupakan salah satu potensi dalam pengembangan industri wisata. Lalu ada kawasan
pergudangan yang akan dikembangakan di Kec.Sabangau.
Selain itu, adanya tempat pembakaran hasil dari residu. Residu yang dihasilkan dari
olahan jus dan sisasisa akan menjadi pakan ternak .lalu bias menjalan kan system Agrowisata
pertanian yakni kegiatan menanam, memetik buah tomat mentimun, menyemai bibit dan
sebagainya. Dengan adanya wisata ini yg targetnya adalag anak anak yang ingin bermain sambil
belajar akan menjadi objek wisata Edukasi bagi anak-anak .dari hal hal yg telah di rencanakan
maka akan terbuka lah peluang pasar bagi produk dan objek agrowisata tersebut.
Wisata dermaga air hitam kereng bengkirai, wista susur sungai dengan menggunakan
kelotok. Kelotok adalah kendara air yang masih di gunakan warga baik untuk mencari ikan
maupun sebagi alat transportasi pengankut orang. Susur sungai ini pengunjung hanya diajak
keliling sungai hitam dengan pemandangan yang eksotis. Susur sungai ini bias dilaukukan
dengan kelotok atau pun dengan perahu sampan yg lebih besar dari kelotok. Lalu ada wahana
lain antar lain perahu bebek , sepeda air dan tempat spot foto yang instagrammable. Pengunjung
hanya diajak berkeliling saja maka pihak pengelola untuk membuat suatu tujuan dari susur
sungai itu seperti restoran terapung di tengah tengah sungai dan mengkombinasikan tempat
pemancingan dan restoran terapung itu, dengan adanya fasilitas pemancingan maka wisatawan
akan merasakan makan dari hasil pancingan dan bias juga langsung pesan tidak perlu
memancing ikan selesai dari makan kembali menuju dermaga .Lalu mengadakan event yang
menarik seperi pacu kelotok setiap bulan terjadwal, maka wisatawan akan berdatangan.
4.5.1.3 Konsep Pengmbangan Kampung Nelayan
Danau tundai adalah salah satu keluran yang tidak bisa diakses melalu jalur darat
danau tundai sebagai besar penyuplay perikanan. Desa yg terletak di pinggir sungai dan di
kelilingi hutan membuat desa ini terlihat menarik. Disini desaini juga memiliki potensi perikanan
konsepan menjadikan kampong nelayan sangat mungkin dilakukan, penduduk mayoritas nelayan
akses masuk menuju kelurahan ini hanya bisa menggunakan kelotok dan perahu maka kami
mengonsepkan kampong nelaya . dimana aka ada rute memutar dari kereng bengkirai menuju
kampung ini jadi memulai dari dermaga kereng bengkirai lalu ambil jalur memutar melewati
sungai melewati restoran terapung dikampung nelayan wisatawan akan dia ajak menusuri hutan
bakau yang ada. Membuat gapura di hutan bakau, sambil menikmati makanan makan khas dayak
dan sovenyr yang dianyam sendiri aleh masayarakat bahan yang di gunkan adalah purun.
Wistawan juga bisa ikut menyanyam.
Pengembangan kawasan pergudangan untuk penyimpanan barang barang pangan yang masuk ke
Kota Pangkaraya.
TUJUAN BWP SEBANGAU
JALAN ARTERI
JALAN KOLEKTOR
JALAN LOKAL
TUJUAN BWP SEBANGAU
JALAN LOKAL
TUJUAN BWP SEBANGAU
-Perikanan sungai
Kelurahan Kameloh
WISATAWAN baru
Lokasi
PENGOLAHAN
Tempat
Lokasi
PEMASARAN penyimpanan
JALAN ARTERI Pemasaran terjadi di pasar sebaru barang barang
dan langsung ke pasar induk panagan
JALAN KOLEKTOR
JALAN LOKAL
SUNGAI
Dalam mewujudkan tujuan penataan ruang BWP Perkotaan Kecamatan
Sabangau, maka disusun dengan kebijakan dan strategi sebagai berikut :
4.5.1 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang
Kebijakan dan strategi yang dilakukan dalam pengembangan pola ruang
kawasan Perkotaan Kecamatan Sabangau terkait dengan tujuan penataan BWP
Perkotaan Kecamatan Sabangau adalah sebagai berikut :
4.5.1.1 Kebijakan
Kebijakan dalam pengembangan pola ruang Kawasan Perkotaan Kecamatan
Sabangau terkait dengan tujuan penataan BWP Perkotaan Kecamatan Sabangau adalah
sebagai berikut :
1. Kawasan Lindung
a. Pengendalian pembangunan pada kawasan lindung yakni meliputi sempadan
sungai, RTH, serta cagar budaya.
b. Pengembangan kawasan sempadan sungai sebagai RTH
c. Penataan dan pengembangan RTH lapangan olahraga dan pemakaman.
2. Kawasan Budidaya
a. Zona perumahan
1) Pemerataan pembangunan kawasan perumahan di setiap SBWP
Perkotaan Kecamatan Sabangau;
2) Penataan dan pengembangan kawasan perumahan menjauhi kawasan
sekitar sempadan sungai.
3) Pembatasan dan pengendalian alih fungsi lahan pertanian teknis menjadi
kawasan perumahan.
b. Zona Perdagangan dan Jasa
1) Penataan dan pengedalian kawasan perdagangan dan jasa;
2) Pengembangan sentra pemasaran hasil produksi pertanian dan
peternakan;
3) Pengembangan kawasan perdagangan baru di setiap SBWP yang
membutuhkan kawasan perdagangan sebagai penunjang/pendukung agar
struktur ruang setiap SBWP seimbang.
c. Zona Sarana Pelayanan Umum
1) Fasilitas pelayanan umum yang sudah ada dipertahankan dan
ditingkatkan pelayanan serta kondisinya;
2) Pengarahan sarana pelayanan umum di kawasan perkotaan kecamatan
Sabangau;
3) Pengembangan sarana pelayanan umum yang diprioritaskan di kawasan
perkotaan kecamatan Sabangau.
d. Zona Peruntukan Lainnya
1) Mempertahankan keberadaan lahan pertanian dan peternakan yang ada di
setiap SBWP Perkotaan Kecamatan Sabangau;
2) Pengembangan dan pemeliharaan lahan pertanian dan peternakan
terutama di setiap SBWP Perkotaan Kecamatan Sabangau;
3) Kawasan pertanian dan pekarangan diarahkan sebagai lahan yang
potensial untuk peningkatan produksi pertanian maupun perkebunan.
4.5.1.2 Strategi
Strategi pengembangan pola ruang Kawasan Perkotaan Kecamatan Sabangau
terkait dengan tujuan penataan BWP Perkotaan Kecamatan Sabangau adalah sebagai
berikut :
1. Kawasan Lindung
a. Penetapan garis sempadan sungai, dengan ketentuan garis sempadan sungai
kecil tak bertanggul dengan kedalaman kurang lebih 3 (tiga) meter maka
sempadannya berjarak paling sedikit 10 meter dari tepi kiri dan kanan
palung sungai sepanjang aliran sungai.
b. Pengendalian lahan disekitar kawasan konservasi dengan penetapan
peraturan secara tegas dan melalui izin bangunan. Bila melanggar dikenakan
sanksi.
c. Penetapan dan pemanfaatan kawasan sempadan sungai menjadi RTH.
2. Kawasan Budidaya
a. Zona perumahan
1) Pengembangan kawasan perumahan baru di setiap SBWP Perkotaan
Kecamatan Sabangau;
2) Penerapan batas-batas ruang pengendalian sekitar sempadan sungai dalam
pembangunan perumahan baru
4.5.3.1 Kebijakan
Kebijakan pengembangan kependudukan Kawasan Perkotaan Kecamatan
Sabangau terkait dengan tujuan penataan BWP Perkotaan Kecamatan Sabangau adalah
sebagai berikut :
a. Pendistribusian penduduk yang diorientasikan pada seluruh SBWP Perkotaan
Kecamatan Sabangau secara merata.
b. Pengendalian kepadatan penduduk
c. Peningkatan pengetahuan dan kemampuan penduduk di kawasan Perkotaan
Kecamatan Sabangau terutama dibidang pertanian dan peternakan.
4.5.3.2 Strategi
Strategi pengembangan kependudukan Kawasan Perkotaan Kecamatan
Sabangau terkait dengan tujuan penataan BWP Perkotaan Kecamatan Sabangau adalah
sebagai berikut :
a. Pendistribusian penduduk yang diorientasikan pada seluruh SBWP Perkotaan
Kecamatan Sabangau secara merata dengan pembangunan perumahan baru;
b. Pengendalian kepadatan penduduk dengan pembangunan permukiman baru dan
penerapan sistem KB;
c. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan penduduk dengan mengadakan
pelatihan dan penyuluhan di bidang pertanian dan peternakan.
4.5.4 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Perekonomian
Kebijakan dan strategi yang dilakukan dalam pengembangan perekonomian
kawasan Perkotaan Kecamatan Sabangau terkait dengan tujuan penataan BWP
Perkotaan Kecamatan Sabangau adalah sebagai berikut.
4.5.4.1 Kebijakan
Kebijakan pengembangan perekonomian Kawasan Perkotaan Kecamatan
Sabangau terkait dengan tujuan penataan BWP Perkotaan Kecamatan Sabangau adalah
sebagai berikut :
a. Peningkatan kuantitas dan kualitas pertanian serta peternakan di setiap SBWP
Perkotaan Kecamatan Sabangau;
b. Mengoptimalkan pemanfaatan lahan pertanian;
c. Memberikan perlakuan khusus untuk sektor utama/unggulan dibidang pertanian
dan peternakan;
diterapkannya standar kelayakan lahan. Adapun analisa terkait aspek fisik dasar dapat
dilihat sebagai berikut.
Gambar 4.2 Skema Analisa Kesesuaian Lahan Makro
Sumber : SK Mentan Nomor 837/Kpts/Um/11/80
Kemiringan lereng disuatu wilayah dibagi menjadi 5 kriteria, yaitu datar datar 0-
8%, landai 8-15%, agak curam 15-25%, Curam 25-45%, dan sangat curam >45% .
Dengan adanya peta topografi maka dapat diketahui daerah mana saja yang layak
dibangun, dibangun dengan bersyarat dan tidak layak dibangun. Dari parameter yang
digunakan untuk daerah yang layak dibangun adalah dengan kondisi daerah yang datar.
Untuk daerah yang agak curam dapat dijadikan lahan terbangun dengan kriteria
tertentu. Sedangkan daerah terjal adalah kawasan daerah yang rawan bahaya dan tidak
memungkinkan untuk dijadikan lahan terbangun. Kecamatan Sabangau sebagian besar
dalam kondisi kemiringan lereng sebesar 0-8% (datar) dan 8-15% (landai) terutama
pada area permukiman warga dan pertanian. Sedangkan kemiringan lereng>15% sering
ditemukan di area perkebunan menuju hutan dan daerah sempadan sungai. Adapun
skoring kemiringan lereng Perkotaan Kecamatan Sabangau berdasarkan kriteria
kemiringan lereng dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.7
Skoring Kemiringan Lereng Perkotaan Kecamatan Sabangau
Luas
No Kemiringan Lereng Skor
(Ha)
1
Sumber : Hasil Analisa 2019
Tabel 4.9
Skoring Curah Hujan Perkotaan Kecamatan Sabangau
Luas
No Curah Hujan (mm/hari) Skor
(Ha)
1
Sumber : Hasil Analisa 2018
Jenis Tanah yang berada di Perkotaan Kecamatan Sabangau adalah jenis tanah
........ dan ........ Tanah Grumosol terbentuk dari material gunung berapi yang melewati
proses pelapukan sehingga dikatakan subur, dan bisa dijadikan sebagai lahan pertanian.
Kemudian untuk tanah Regosol terbentuk dari batuan beku dari proses letusan gunung
berapi dan sedimen keras, tanah ini sering dimanfaatkan sebagai tempat bertanam
rumput pakan hewan ternak, atau bebrapa jenis tanaman palawija. Jenis tanah suatu
wilayah dibagi menjadi 5 kriteria menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 41
Tahun 2007 Tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya Adapun kriteria dari
jenis tanag dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.
Kriteria jenis tanah kecamatan Sabangau
Pada kondisi hidrologi menggambarkan kedalaman air pada tanah, kualitas air pada tanah yang
menunjang bagi kawasan yang cocok dengan permukiman. Aspek hidrologi di Perkotaan
Kecamatan Sabangau mencakup sungai dan danau. Perkotaan Kecamatan Sabangau dialiri oleh
satu sungai yang biasa disebut Sungai ....... yang tidak bertanggul dan memiliki lebar ....... meter
sehingga dalam menentukan daerah konservasi berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 28/ PRT/M/2015 tentang Penetapan Garis
Sempadan Sungai dan Garis Sempadan Danau termasuk dalam sungai kecil sehingga dapat
disimpulkan bahwa daerah konservasinya 10 meter dari tepi sungai. Sedangkan lebar sungai........
termasuk sungai besar disimpulkan bahwa daerah konservasinya 100 meter dari tepi sungai. Untuk
kawasan mata air daerah konservasinya 200 meter mengelilingi mataair tersebut. Sungai yang
terdapat di .............sungai kecil dan tidak bertanggul dengan lebar ...... sehingga daerah
sempadan untuk sungai adalah 10 meter dari kiri kanan sungai.
Berdasarkan hasil overlay dari 4 aspek tersebut didapat rekomendasi kesesuaian lahan
secara makro yang dimana Perkotaan Sabangau sendiri secara keseluruhan dapat dibangun yang
berarti merupakan kawasan budidaya. Adapun tabel luas dan peta kesesuaian lahan secara makro
yang dapat dilihat pada peta berikut.
Tabel 4.
Luas Rekomendasi Kesesuaian Lahan Makro Perkotaan Kecamatan Sabangau
Kawasan Budidaya
KerengBingkirai
Kawasan Lindung
Kawasan Budidaya
Kesesuaian Sabarau
Kawasan Lindung
Kawasan Budidaya
Kalampangan
Kawasan Lindung
Berdasarkan perhitungan Analisa Weight Overlay terhadap kondisi eksisting fisik dasar di
Perkotaan Kecamatan Sabangau, Adapun klasifikasi SKL Morfologi Perkotaan Sabangau yang
dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 4.
Tabel 4.
Klasifikasi SKL Kemudahan Dikerjakan
SKL Kelurahan Klasifikasi Luas (Ha)
Kemudahan Dikerjakan
29.653
tinggi
KerengBingkirai
Kemudahan Dikerjakan
2.690
Kurang
Kemudahan
Dikerjakan
Kemudahan Dikerjakan
Sabarau 15.183
tinggi
Kemudahan Dikerjakan
Kalampangan 4.229
tinggi
Berdasarkan hasil analisa SKL Kestabilan Lereng, didapat 2 klasifikasi yang ada di
Perkotaan Kecamatan Sabangau secara keseluruhan yaitu tinggi dengan luasan 49.065 Ha dan
Kurang dengan luasan 2.690 Ha. Adapun kriteria arahan pengembangan berdasarkan klasifikasi yang
sudah dianalisa dapat dilihat sebagai berikut.
1. Kestabilan Lereng Tinggi. Persebaran kemampuan lahan kestabilan lereng tinggi tersebar di
seluruh wilayah perkotaan kecamatan seabangau kecuali sebagian wilayah di Kelurahan Kereng
Bingkirai . Kriteria arahan pengembangan di kemampuan lahan kestabilan lereng tinggi Yaitu :
a) Kestabilan lereng Tinggi maka kawasan tersebut sangat aman dikembangkan untuk
wilayah terbangun dan kegiatan budidaya lainnya yang membutuhkan aktifitas atau
kegiatan manusia dalam jumlah besar, karna memiliki kestabilan lereng yang tinggi tidak
memiliki kemungkinan erosi atau longsor dan mampu menerima beban konstruksi
pembangunan yang berat.
2. Kestabilan Lereng Kurang. Persebaran kemampuan lahan kestabilan lereng kurang tersebar di
sebagian wilayah di Kelurahan Kereng Bingkirai. Kriteria arahan pengembangan di
kemampuan lahan kestabilan lereng Kurang Yaitu :
a) Kawasan yang memiliki kestabilan lereng kurang dikatakan rawan karna memiliki
kestabilan lereng yang kurang dan kemungkinan untuk terjadinya longsor dan erosi cukup
besar sehingga Lahan Tersebut akan lebih tepat di Kembangkan Untuk pertanian/
perkebunan yang memiliki aktivitas/kegiatan manusia dan beban yang tidak besar/banyak.
Adapun peta SKL Kestabilan Lereng yang dapat dilihat sebagai berikut.
D. Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Pondasi
Tujuan analisis SKL Kestabilan Pondasi adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan lahan
untuk mendukung bangunan berat dalam pengembangan perkotaan, serta jenis jenis pondasi yang
sesuai untuk masing-masing tingkatan. Dalam analisis ini membutuhkan masukan berupa peta SKL
kestabilan lereng, peta jenis tanah, peta kedalaman efektif tanah, peta tekstur tanah, peta hidrologi
geologi dan peta penggunaan lahan eksisting dengan keluaran peta SKL Kestabilan Pondasi dan
penjelasannya. Adapun kriteria dari SKL Kestabilan Pondasi yang dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 4.
Berdasarkan perhitungan Analisa Weight Overlay terhadap kondisi eksisting fisik dasar di
Perkotaan Kecamatan Sabangau, Adapun klasifikasi SKL Kestabilan Pondasi Perkotaan Sabangau
yang dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 4.20
KerengBingkirai
Berdasarkan hasil analisa SKL Kestabilan Pondasi, didapat 1 klasifikasi yang ada di Perkotaan
Kecamatan Sabangau secara keseluruhan yaitu kestabilan pondasi kurang dengan luasan 51.755 Ha.
Adapun kriteria arahan pengembangan berdasarkan klasifikasi yang sudah dianalisa dapat dilihat
sebagai berikut.
a) Kestabilan pondasi Kurang berarti wilayah tersebut kurang stabil untuk berbagai bangunan,
namun mungkin untuk jenis pondasi tertentu, bisa lebih stabil, seperti pondasi cakar ayam.
biasanya pondasi cakar ayam digunakan untuk pembangunan-pembangunan rumah sederhana
hingga rumah bertingkat. Kecenderungan penampang alas yang besar memungkinkan pondasi
cakar ayam memecah tekanan beban yang diberikan dari bangunan kesegala arah tapakan.
Teknik ini banyak digunakan untuk bagunan rumah bertingkat, dan juga bangunan dengan
struktur tanah yang labil. Maka sangat cocok digunakan untuk pembangunan dalam jenis
sederhana hingga bangunan yang memiliki jumlah lantai lebih dari satu, pada kawasan perkotaan
Sabangau dengan kestabilan pondasi yang kurang.
Adapun peta SKL Kestabilan Pondasi yang dapat dilihat sebagai berikut.
E. Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Ketersediaan Air
Tujuan analisis SKL Ketersediaan Air adalah untuk mengetahui tingkat ketersediaan air
dan kemampuan penyediaan air pada masing-masing tingkatan, guna pengembangan kawasan.
Dalam analisis ini membutuhkan masukan berupa peta morfologi, peta kelerengan, peta curah
hujan, peta hidrogeologi, peta jenis tanah dan peta penggunaan lahan eksisting dengan keluaran
peta SKL Ketersediaan Air dan penjelasannya. Adapun kriteria dari SKL Ketersediaan Air yang
dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 4.21
Kriteria SKL Ketersediaan Air
SKL
N Peta Peta Peta Jenis Peta Curah Peta Nila
Peta Morfologi Ketersedia
o Kelerengan Ketinggian Tanah Hujan Landuse i
an air
Ketersedia 1
Tegalan, an air
1 Bergunung >40% >3000 m Mediteran
>3000 tanah kosong sangat
mm/tahun rendah
Perbukitan 2000 - 3000 1500 - 3000 Semak
Ketersedia 2
2 15 - 40 % Latosol an air
Sedang m mm/tahun Belukar
rendah
perbukitan 1000 - 2000
Ketersedia 3
3 8 - 15% Andosol 1000 - 1500 Hutan an air
landa m
mm/tahun sedang
Pertanian, 4
perkebunan,
ketersediaa
4 Bergelombang 2 - 8% 500 - 1000 m Regosol pertanian
n air tinggi
<1000 tanah kering
mm/tahun semusim
5 Datar 0 - 2% 0 - 500 m Alluvial Permukiman 5
Sumber : Permen PU No 20 Tahun 2007
Berdasarkan perhitungan Analisa Weight Overlay terhadap kondisi eksisting fisik dasar di
Perkotaan Kecamatan Sabangau, Adapun klasifikasi SKL Ketersediaan Air Perkotaan Sabangau
yang dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 4.22
Klasifikasi SKL Ketersediaan Air
SKL Kelurahan Klasifikasi Luas (Ha)
1. Ketersediaan Air Tinggi. Sebagian besar wilayah perkotaan Sabangau memiliki klasifikasi
kemampuan lahan dengan ketersediaan air tinggi . Kriteria arahan pengembangan di wilayah
kemampuan lahan dengan ketersediaan air tinggi Yaitu :
a) Konservasi air yang berlebihan untuk kebutuhan air yang mendatang ataupun
mendistribusikan ke daerah yang membutuhkan serta meningkatkan pengawasan perizinan
pemakaian air sebagai pengendalian dan management sumber daya air, dan untuk
menghindari pemakaian air secara sepihak , Langkah yang perlu dilakukan yaitu sebagai berikut :
Memperketat izin pengambilan air tanah untuk industri dan menerapkan konsep daur
ulang untuk industry.
Untuk permukiman sebaiknya kebutuhan air disediakan oleh pihak pengembang
melalui sistem distribusi air sederhana.
Pembuatan Embung untuk menampung kelebihan air sehingga dapat dimanfaatkan di
musim kemarau.
2. Ketersediaan Air Rendah. Persebaran wilayah kemampuan lahan dengan ketersediaan air
rendah terletak di sebagian wilayah di kelurahan Kreng Bingkirai. Kriteria arahan
pengembangan di wilayah kemampuan lahan dengan ketersediaan air rendah Yaitu :
a) Meningkatkan pelayanan pemenuhan kebutuhan air dari lembaga
pemerintahan serta mengurangi atau meminimalkan tingkat kebutuhan air
sehingga air yang digunakan benar-benar efisien dan efektif , Berikut langkah
strategi yang dapat dilakukan :
Perbaikan kualitas air sungai.
Implementasi konsep ORPIM (one river one plan one integratted
management).
Pembangunan wilayah yang berbasis sungai dan restorasi sungai.
Optimalisasi pelayanan PDAM menghindari kegiatan mencari sumber air
secara tidak terkendali yang berakibat dapat merusak lingkungan.
Meminimalkan kebutuhan air irigasi dengan mengatur pola tanam seperti
padi-palawija-palawija atau palawija saja untuk daerah yang tidak
memungkinkan pemenuhan kebutuhan air.
Pemanfaatan kembali air bekas pemakaian untuk memenuhi kebutuhan air.
Kereng Bingkirai
Berdasarkan hasil analisa SKL Untuk Drainase, didapat 2 klasifikasi yang ada di Perkotaan
Kecamatan Sabangau secara keseluruhan yaitu kurang dengan luasan 4.9065 Ha dan Tinggi dengan
luasan 2,690 Ha. Adapun kriteria arahan pengembangan berdasarkan klasifikasi yang sudah dianalisa
dapat dilihat sebagai berikut.
1. Drainase Kurang. Persebaran wilayah berkemampuan lahan dengan Drainase kurang tersebar
di seluruh wilayah kecamatn sabangau kecuali di sebagian wilayah di Kelurahan Kereng
Bingkirai. Kriteria arahan pengembangan di wilayah kemampuan lahan dengan drainase
kurang sebagai berikut Yaitu :
a) Pengaturan itensitas pemanfaatan lahan menjadi terbangun dan pengaturan letak lahan
terbangun serta melakukan perlindungan terhadap kawasan resapan air. Dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
Pengendalian pembangunan lahan tidak terbangun menjadi lahan terbangun khususnya
untuk daerah yang berfungsi sebagai resapan air dan kawasan lindung .
Pengaturan perbandingan lahan terbangun dan tidak terbangun , 70% : 30%.
Pembuatan sumur resapan kolektif , seperti embung atau kolam resapan yang
terintegrasi dari hulu-hilir.
Pembangunan wilayah yang berbasis sungai dan restorasi.
2. Drainase tinggi. Persebaran wilayah berkemampuan lahan dengan Drainase tinggi di sebagian
wilayah di Kelurahan Kereng Bingkirai. Kriteria arahan pengembangan di wilayah
kemampuan lahan dengan drainase tinggi sebagai berikut, yaitu :
a) Pemanfaatan yang berkelanjutan untuk kawasan sebagai daerah konservasi air secara
individu tiap bangunan, langkah yang perlu dilakukan yaitu sebagai berikut :
Pemanfaatan sumur resapan individual seperti Rorak dan sistem catch-pitch untuk
menampung air yang efektif untuk menyerap kembali air hujan
Perawatan sarana prasarana secara kontinuitas dengan tingkat pelayanannya maksimal
Adapun peta SKL Untuk Drainase yang dapat dilihat sebagai berikut.
Berdasarkan perhitungan Analisa Weight Overlay terhadap kondisi eksisting fisik dasar di
Perkotaan Kecamatan Sabangau, Adapun klasifikasi SKL Terhadp Erosi Perkotaan Sabangau yang
dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 4.26
Klasifikasi SKL Terhadap Erosi
Kemampua
<1000 n lahan
Bergelomba 500-
4 2-8 % Latosol mm/tahu Semak belukar untuk 4
ng 1000 m
n pembuanga
n
Tegalan,tanah Limbah
5 Datar 0-2 % Aluvial 0-500 m 5
kosong,pemakaman cukup
Sumber : Permen PU No 20 Tahun 2007
Berdasarkan perhitungan Analisa Weight Overlay terhadap kondisi eksisting fisik dasar di
Perkotaan Kecamatan Sabangau, Adapun klasifikasi SKL Pembuangan Limbah Perkotaan Sabangau yang
dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 4.28
Klasifikasi SKL Pembuangan Limbah
Kemampuan pembuangan
29.653
limbah cukup
KerengBingkirai
Kemampuan pembuangan
2.69
limbah Kurang
Pembuangan Limbah
Kemampuan pembuangan
Sabarau 15.183
limbah cukup
Kemampuan pembuangan
Kalampangan 4.229
limbah cukup
Berdasarkan hasil analisa SKL Pembuangan Limbah, didapat 2 klasifikasi yang ada di
Perkotaan Kecamatan Sabangau secara keseluruhan yaitu pembuangan limbah yang cukup dengan
luasan 49.065 Ha dan pembuangan limbah yang kurang dengan luasan 2.960 Ha. Adapun kriteria
arahan pengembangan berdasarkan klasifikasi yang sudah dianalisa dapat dilihat sebagai berikut.
1. Kemampuan Lahan Untuk Pembuangan Limbah Cukup.
Persebaran wilayah berkemampuan lahan dengan pembuangan limbah cukup terdapat di
seluruh wilayah kecamatn sabangau kecuali beberapa wilayah di Kelurahan Kereng Bingkirai
Kriteria pengembangan di wilayah kemampuan lahan untuk pembuangan limbah cukup sebagai berikut
Yaitu :
a) Kawasan yang memiliki kemampuan lahan untuk pembuangan limbah cukup dengan luas
1663,2 Ha sehingga kawasan tersebut memiliki tanah yang berdaya serap tinggi terhadap
penyerapan limbah cair.
b) belum dibutuhkannya instalasi pengolahan limbah dikawasan yang memiliki kemampuan
lahan untuk pembuangan limbah. Tetapi dengan pertumbuhan penduduk yang terus
bertambah maka kapasitas daya serap air limbah semakin banyak dan dibutuhkannya
perencanaan terkait instalasi pengolahan air limbah dititik-titik tertentu dengan
berlandaskan sinergritas melalui program sebagai berikut.
minimasi air limbah, yaitu program yang berupaya mengurangi air limbah baik dari
industri maupun yang dihasilkan dari rumah tangga.
Peningkatan pelayanan, program ini lebih diarahkan untuk meningkatkan pelayanan air
limbah rumah tangga, karena air limbah terutaman industri biasanya dikelola oleh
masing-masing industri.
Pengelolaan dan pembuangan, program ini merupakan perwujudan limbah yang
dihasilkan masih perlu diolah dan dibuang dengan cara yang akrab terhadap
lingkungan. Misalnya dengan sistem filterisasi sehingga air limbah tersebut dapat
dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih dan mengurangi pencemaran
lingkungan skala besar.
Berdasarkan perhitungan Analisa Weight Overlay terhadap kondisi eksisting fisik dasar di
Perkotaan Kecamatan Sabangau, Adapun klasifikasi SKL Terhadap Bencana Alam Perkotaan
Sabangau yang dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 4.
Klasifikasi SKL Terhadap Bencana Alam
SKL Kelurahan Klasifikasi Luas (Ha)
KerengBingkirai
Bencana Alam
1. Kemampuan lahan terhadap Becana Alam Tinggi. Persebaran wilayah dengan kemampuan
lahan terhadap bencana alam tinggi tersebar di sebagiam wilayah di Kelurahan Kereng
Bingkirai . Kriteria arahan pengembangan di wilayah berkemampuan lahan terhadap bencana
alam tinggi Yaitu :
a) Peningkatan efektivitas pencegahan dengan cara meredam volume banjir bandang dengan
membangun waduk peredam banjir (detention storage) pada daerah hulu untuk membatasi
debit air yang mengalir ke bawah. Selain melakukan pencegahan, perlu juga meningkatkan
mitigasi terhadap bencana banjir bandang dengan melakukan beberapa tindakan sebagai
berikut :
Penanaman pohon di daerah hulu untuk membantu penyerapan air hujan agar dapat
mengurangi volume air yang berlebih;
Membuat embung – embung dilokasi yang memungkinkan seperti memanfaatkan
galur-galur erosi (gullies) sebagai penambah besar volume;
Melakukan sosialisasi pada masyarakat mengenai pengenalan dini terhadap bencana
banjir bandang.
b) Penguatan kesiapsiagaan dan penanganan darurat bencana dengan melakukan beberapa
tindakan sebagai berikut :
melakukan kerja sama dengan semua kalangan masyarakat, pemerintah dan swasta
untuk membantu masyarakat yang terkena dampak baik berupa evakusi korban,
pemberianan makanan siap saji, penyediaan dapur umum dan perbaikan sarana
prasarana yang vital saat terjadi bencana;
Mengorganisir semua bantuan-bantuan baik dari masyarakat daerah maupun yang
berasal dari luar daerah itu saat terjadi bencana;
Serta melakukan simulasi evakuasi bencana banjir bandang dalam rangka meningkatkan
kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir bandang.
c) Pengembangan sistem pemulihan bencana melalui rehabilitasi dan rekonstruksi.
Rehabilitasi, meliputi :
Refungsionalisasi layanan dasar;
Mendampingi pemulihan spontan;
Menghidupkan kembali aktivitas ekonomi;
Menyediakan dukungan pemulihan kondisi psikologis dan sosial.
Rekonstruksi/pembangunan kembali, meliputi :
Pelayanan atau fasilitas umum;
Pembangunan kembali infrastruktur;
Penggantian bangunan rusak;
Revitalisasi ekonomi;
Pemulihan kehidupan sosial budaya;
Pengurangan risiko bencana.
2. Kemampuan lahan terhadap Becana Alam Kurang . Persebaran wilayah dengan kemampuan
lahan terhadap bencana alam yang kurang tersebar di semua wilayah di Kecamatan Sabangau
kecuali sebagian wilayah dari Kelurahan Kereng Bingkirai. Kriteria arah pengembangan di
wilayah dengan keampuan lahan terhadap bencana alam yang kurang yaitu :
Daerah yang kemampuan lahannya terhadap bencana kurang sangat baik untuk
dilakukannya pembangunan, kawasan tersebut sangat aman dikembangkan untuk wilayah
terbangun dan kegiatan budidaya lainnya yang membutuhkan aktifitas atau kegiatan
manusia dalam jumlah besar, karna wilayah tersebut aman terhadap bencana dan mampu
menerima beban konstruksi pembangunan yang berat.
2 Menentukan nilai kemampuan setiap tingkatan pada masing-masing satuan kemampuan lahan,
dengan penilaian 5 (lima) untuk nilai tertinggi dan 1 (satu) untuk nilai terendah.
3 Mengalikan nilai-nilai tersebut dengan bobot dari masing-masing satuan kemampuan lahan.
Bobot ini didasarkan pada seberapa jauh pengaruh satuan kemampuan lahan tersebut pada
pengembangan perkotaan. Bobot yang digunakan sesuai dengan table.
4 Melakukan superimpose semua satuan-satuan kemampuan lahan, dengan cara menjumlahkan
hasil perkalian nilai kali bobot dari seluruh satuan-satuan kemampuan lahan dalam satu peta,
sehingga diperoleh kisaran nilai yang menunjukkan nilai kemampuan lahan di wilayah
perencanaan.
5 Menentukan selang nilai yang akan digunakan sebagai pembagi kelas -kelas kemampuan lahan,
sehingga diperoleh zona-zona kemampuan lahan dengan nilai tertentu yang menunjukkan
tingkatan kemampuan lahan di wilayah perencanaan dan digambarkan dalam satu peta
klasifikasi kemampuan lahan untuk perencanaan Rencana Detail Tata Ruang Perkotaan
Kecamatan Sabangau.
Berdasarkan tahapan diatas, Adapun hasil pembobotan Analisa Kemampuan Lahan yang
dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 4.
Hasil Pembobotan Satuan Kemampuan Lahan
SKL
SKL SKL SKL SKL SKL SKL
Kemudah SKL SKL
Morfo Kestabil Kestabil Untuk Terhada Bencan Kemampu
an Ketersedia Pembuang
logi an an Drainas p Erosi a Alam an Lahan
Dikerjak an Air an Limbah
Bobot Lereng Pondasi e Bobot Bobot : Bobot : Total Nilai
an Bobot Bobot : 5 Bobot : 0
;5 Bobot : 5 Bobot : 3 :5 3 5
:1
5 1 5 3 5 5 3 0 5 32
10 2 10 6 10 10 6 0 10 64
Bobot ×
15 3 15 9 15 15 9 0 15 96
Nilai
20 4 20 12 20 20 12 0 20 128
25 5 25 15 25 25 15 0 25 160
Sumber : Hasil Analisa 2019
Berdasarkan perhitungan Analisa Sturgges terhadap Satuan Kemampuan Lahan di Perkotaan
Kecamatan Sabangau, Adapun klasifikasi Kemampuan Lahan di Perkotaan Sabangau yang dapat
dilihat sebagai berikut.
Tabel 4.
Klasifikasi Kelas Kemampuan Lahan
Kelas kemampuan
Total Klasifikasi Pengembangan
Lahan
33 - 58 Kelas V Kemampuan pengembangan Rendah
Tabel 4.
Kriteria kesesuaian lahan Kelapa sawit
Dengan kesesuaian lahan yang cukup sesuai untuk tanaman perkebunan seperti sayur sayuran
dan kelapa sawit maka Kawasan Perkotaan Sabangau dapat meningkatkan kualitas perkebunannya
yang dihasilkan dengan menggunakan bibit unggul sehingga hasilnya dapat di ekspor keluar daerah.
Adapun peta dari arahan tata ruang pertanian dapat dilihat sebagai berikut.
Pada peta arahan rasio tutupan lahan kelas kemampuan lahan I yaitu rasio tutupan lahan
maksimal 95% mendominasi Kawasan Perkotaan Sabangau. Hal ini menandakan bahwa dominasi
Kawasan Perkotaan Sabangau dapat dibangun bangunan sebagai kawasan budidaya. Arahan rasio
tutupan lahan ini didapatkan dari hasil perhitungan KDB (Koefisien Dasar Bangunan) Maksimal,
dengan menggunakan rumus
Keterangan :
Qinf = C × I × A
Keterangan :
C = Koefisien infiltrasi
Iinf = S×A
Keterangan :
Iinf = Intensitas Infiltrasi (1/Detik)
S = koefisien penyimpanan
A = luas lahan (ha/m2)
Adapun peta dari arahan rasio tutupan lahan yang dapat dilihat sebagai berikut.
C. Arahan Ketinggian Bangunan
Tujuan dari arahan ketinggian bangunan adalah untuk mengetahui daerah-daerah yang
sesuai untuk dikembangkan dengan bangunan berat/tinggi pada pengembangan kawasan. Arahan
ketinggian bangunan di Kawasan Perkotaan Sabangau dapat dibagi menjadi 2 klasifikasi
menurut kemampuan lahannya yaitu, lahan yang sesuai untuk bangunan tinggi dan lahan yang
kurang sesuai untuk bangunan tinggi sebagai berikut.
Tabel 4.
Kriteria Ketinggian Bangunan
Untuk lahan yang sesuai untuk bangunan tinggi, ketinggian maksimum yang dapat
dibangun adalah 4 lantai karena menurut hasil analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL)
kestabilan pondasi menyatakan bahwa Kawasan Perkotaan Sabangau memiliki klasifikasi
kestabilan pondasi kurang. Sedangkan untuk lahan yang kurang sesuai untuk bangunan tinggi,
ketinggian maksimum yang dapat dibangun adalah kurang dari 4 lantai, hal ini dikarenakan di
kawasan ini ada beberapa lokasi yang berpotensi terkena bencana banjir bandang dan memiliki
kemiringan lereng yang sedang. Sehingga dalam pembangunannya membutuhkan syarat – syarat
tertentu. Adapun arahan dari ketinggian bangunan dapat dilihat pada peta berikut.
D. Arahan Pemanfaatan Air Baku
Tujuan dari arahan pemanfaatan air baku ini adalah untuk mengetahui sumber-
sumber air yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber air baku dalam perencanaan tata
ruang. Dari hasil analisis SKL ketersediaan air, dikejathui Kawasan Perkotaan Sabangau
terdiri dari 2 yaitu ketersediaan air tinggi dan ketersediaan air sedang. Dimana setelah
dilakukan penghitungan ketersediaan air DAS didapatkan hasil sebagai berikut.
Tabel 4.
Hasil Perhitungan Pemanfaatan Air Baku
Hasil penghitungan daya tampung lahan berdasarkan rasio tutupan lahan menyatakan
bahwa pada rasio tutupan lahan 5% dapat menampung maksimal .....jiwa dan untuk rasio tutupan
lahan 95% dapat manampung maksimal ..... jiwa, sehingga total daya tampung maksimum yang
dapat ditampung Kawasan Perkotaan Sabangau adalah .....jiwa. Adapun peta perkiraan daya
tampung yang dapat dilihat sebagai berikut.
Peta 4.35 Peta Arahan Tata Ruang Petanian Perkotaan Kecamatan Sabangau
Peta 4.36 Arahan Rasio Tutupan Lahan Perkotaan Kecamatan Sabangau
Peta 4.37 Peta Arahan Ketinggian Bangunan Perkotaan Kecamatan Sabangau
Peta 4.38 Peta Arahan Pemanfaatan Air Baku Perkotaan Kecamatan Sabangau
Peta 4.39 Peta Perkiraan Daya Tampung Perkotaan Kecamatan Sabangau
4.6.2 Analisa Proyeksi Penduduk
Penduduk merupakan salah satu aspek utama dalam perencanaan wilayah dan kota,
oleh karena itu dalam membuat suatu perencanaan, perlu mengetahui tingkah laku pennduduk
serta perkembangannya. Pada Analisis kependudukan ini akan dibahas mengenai proyeksi
penduduk di Perkotaan Kecamatan Sabangau, yaitu memperkirakan jumlah penduduk pada
tahun 2019, 2023, 2028,2033 dan 2038. Dari proyeksi ini nantinya akan diketahui jumlah
kebutuhan fasilitas dan utilitas untuk 20 (dua puluh) tahun yang akan datang. Untuk Analisis
kependudukan di Perkotaan Kecamatan Sabangau pada dasarnya adalah memproyeksikan
keadaan penduduk untuk tahun mendatang, memproyeksikan kepadatan penduduk,
memproyeksikan jumlah penduduk menurut kelompok umur dan memproyeksikan jumlah
penduduk menurut tingkat pendidikan. Adapun sub bab terkait analisa proyeksi kependudukan
sebagai berikut.
4.6.1.1 Proyeksi Jumlah Penduduk
Mengingat semua rencana-rencana pembangunan, baik ekonomi maupun sosial,
menyangkut pertimbangan tentang jumlah serta karekteristik dari pada penduduk dimasa
mendatang, proyeksi mengenai jumlah serta struktur penduduk dianggap sebagai persyaratan
minimum untuk proses perencanaan pembangunan. Untuk mengetahui proyeksi penduduk di
Perkotaan Kecamatan Sabangau serta mengetahui pertumbuhan penduduk setiap tahunnya,
apakah di Kelurahan tersebut terjadi peningkatan penduduk atau sebaliknya, hal ini bertujuan
untuk menciptakan pertumbuhan dan penyebaran penduduk yang merata dari tahun ketahun.
Proyeksi penduduk ini dihitung dengan menggunakan metode eksponensial dan pertumbuhan
penduduk, yaitu sebagai berikut.
Tabel
Jumlah Penduduk Perkotaan Kecamatan Sabangau Tahun 2014- 2018
Tabel
Pertumbuhan Penduduk Perkotaan Kecamatan Sabangau Tahun 2014-2018
Pertumbuhan Penduduk (% Jiwa)
Rata-rata
Kelurahan Pertumbuhan
2014-2015 2015-2016 2016-2017 2017-2018 Penduduk
Tabel
Jumlah Penduduk Proyeksi Perkotaan Sabangau Tahun 2019- 2039
Jumlah
Angka Jumlah Penduduk Tahun Proyeksi (Jiwa)
Penduduk
No Kelurahan Pertumbuhan
Tahun
(% jiwa)
Akhir 2019 2024 2029 2034 2039
Kereng
1 7735 0.0388 7967 8965 10391 12044 13959
Bengkirai
2 Sabaru 3532 0.0311 3639 4101 4762 5530 6421
Kepadatan Penduduk adalah perbandingan dari jumlah penduduk dibagi dengan luas
wilayahnya. Kepadatan penduduk yang terjadi di Indonesia yaitu jumlah pengangguran
menjadi meningkat akibat kurangnya lapangan pekerjaan yang memicu peningkatan angka
kemiskinan. hal ini juga menyebabkan banyak penduduk yang mengalami kelaparan. Maka dari
itu kepadatan penduduk perlu dihitung sehingga dapat meminimalkan dampak yang akan
timbul. Proyeksi Kepadatan Penduduk yaitu dengan cara hasil proyeksi jumlah penduduk di
tiap wilayah dibagi luas wilayah. Adapun rumus dari kepadatan penduduk yang dapat dilihat
sebagai berikut
Adapun hasil Proyeksi untuk kepadatan penduduk tahun 2019, 2023, 2032, 2033
dan 2038 di Perkotaan Kecamatan Sabangau dapat dilihat pada tabelsebagai berikut.
Tabel
Kepadatan Penduduk Perkotaan Sabangau
luas wilyah
Kepadatan (Km)
Kelurahan kelurahan
(Km)
2019 2023 2028 2033 2038
Kereng Bengkirai 323.43 24.63 363.97 28.55 421.86 33.09
Pt = Px × Pn
Keterangan :
Tabel
Prosentase Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2014-2018
Kelompok Umur
Kelurahan Tahun 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 Jumlah
65 <
(thn) (thn) (thn) (thn) (thn) (thn) (thn) (thn) (thn) (thn) (thn) (thn) (thn)
2014 0.10 0.09 0.11 0.08 0.09 0.08 0.08 0.09 0.08 0.06 0.05 0.04 0.02 0.03 1.00
Kereng
2015 0.10 0.10 0.11 0.08 0.08 0.07 0.08 0.09 0.08 0.06 0.05 0.04 0.02 0.03 1.00
Bangkirai
2016 0.10 0.10 0.10 0.08 0.08 0.08 0.08 0.09 0.08 0.06 0.05 0.04 0.02 0.03 1.00
2017 0.10 0.10 0.10 0.08 0.08 0.07 0.08 0.09 0.08 0.06 0.05 0.05 0.02 0.04 1.00
2018 0.09 0.09 0.10 0.08 0.08 0.07 0.08 0.09 0.08 0.06 0.05 0.05 0.03 0.06 1.00
2014 0.10 0.09 0.11 0.08 0.09 0.08 0.08 0.09 0.08 0.06 0.05 0.04 0.02 0.03 1.00
2015 0.10 0.10 0.11 0.08 0.08 0.07 0.08 0.09 0.08 0.06 0.05 0.04 0.02 0.03 1.00
Sabaru 2016 0.10 0.10 0.10 0.08 0.08 0.08 0.08 0.09 0.08 0.06 0.05 0.04 0.02 0.03 1.00
2017 0.10 0.10 0.10 0.08 0.08 0.07 0.08 0.09 0.08 0.06 0.05 0.05 0.02 0.04 1.00
2018 0.09 0.09 0.10 0.08 0.08 0.07 0.08 0.09 0.08 0.06 0.05 0.05 0.03 0.06 1.00
2014 0.10 0.09 0.11 0.08 0.09 0.08 0.08 0.09 0.08 0.06 0.05 0.04 0.02 0.03 1.00
2015 0.10 0.10 0.11 0.08 0.08 0.07 0.08 0.09 0.08 0.06 0.05 0.04 0.02 0.03 1.00
Kelampangan 2016 0.09 0.09 0.16 0.07 0.08 0.07 0.07 0.08 0.08 0.06 0.05 0.04 0.02 0.03 1.00
2017 0.10 0.10 0.10 0.08 0.08 0.07 0.08 0.09 0.08 0.06 0.05 0.05 0.02 0.04 1.00
2018 0.09 0.09 0.10 0.08 0.08 0.07 0.08 0.09 0.08 0.06 0.05 0.05 0.03 0.06 1.00
Sumber : Hasil analisa 2019
Tabel 4.
Proyeksi Jumlah Penduduk Perkotaan Sabangau Menurut Kelompok Umur Tahun 2023-2038
Kelompok Umur
Tah
Kelurahan Jumlah
un 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64
65 <
(thn) (thn) (thn) (thn) (thn) (thn) (thn) (thn) (thn) (thn) (thn) (thn) (thn)
2019
771 754 840 668 685 623 628 714 645 497 383 343 160 257 7,967
2024
878 859 948 720 739 670 720 802 727 556 442 392 202 310 8,965
Kereng
2029
Bangkirai 1,026 1,012 1,090 834 855 784 826 926 841 648 513 456 242 356 10,391
2034
1,169 1,153 1,249 961 969 897 953 1,065 993 777 608 544 288 424 12,044
2039
1,300 1,283 1,415 1,063 1,072 1,002 1,072 1,204 1,142 896 712 641 351 817 13,959
2019
352 344 383 305 313 284 287 326 295 227 175 157 73 117 3,639
Sabaru
2024
402 393 434 329 338 306 329 367 332 254 202 179 92 142 4,101
2029
469 463 499 381 391 359 378 424 385 297 235 209 111 163 4,762
2034
536 529 573 441 445 412 437 489 456 356 279 250 132 195 5,530
2039
598 590 650 489 493 460 493 553 525 412 327 295 162 376 6,421
2019
441 431 480 382 392 356 359 408 369 284 219 196 91 147 4,553
2024
503 492 542 412 423 383 412 459 416 318 253 224 116 177 5,131
Kelampanga
2029
n 550 542 965 446 458 420 443 496 450 347 275 244 130 191 5,957
2034
671 662 717 551 556 515 547 611 570 446 349 312 165 244 6,916
2039
747 737 813 611 616 576 616 692 656 515 409 369 202 470 8,029
Sumber : Hasil analisa 2019
4.6.1.1 Proyeksi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Analisa penduduk menurut tingkat pendidikan memiliki tujuan untuk mengetahui
jumlah serta memproyeksikan penduduk menurut umur ditahun yang akan datang. Analisa
yang digunakan adalah dengan metode kuantitatif (Perhitungan). Cara analisa / menghitung
jumlah penduduk menurut umur berdasarkan tingkat pendidikannya dengan berpatokan pada
asumsi yang dimana rumus tersebut sebagai berikut.
Dengan menggunakan rumus yang sudah diasumsikan tersebut, dapat dihitung
proyeksi jumlah penduduk Kecamatan Sabangau menurut tingkat pendidikan dan dapat
dilihat hasil dari perhitungan tersebut pada tabel berikut.
Tabel 4.
Proyeksi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2023-2038
Tingkat Pendidikan
No RW Tahun
TK SD SMP SMA
2019
305 1,107 469 401
2023
347 1,256 523 432
1 Kereng Bangkirai 2028
408 1,463 603 500
2033
464 1,672 692 576
2038
517 1,875 778 638
2019
139 506 214 183
2 Sabaru 2023
159 575 239 198
2028
Tingkat Pendidikan
No RW Tahun
TK SD SMP SMA
186 669 276 229
2033
213 767 317 265
2038
237 862 358 293
2019
174 633 268 229
2023
199 719 299 247
3 Kalampangan 2028
218 1,013 475 268
2033
267 960 397 331
2038
297 1,078 447 367
2019 619 2245 952 813
2023 705 2549 1062 877
Jumlah 2028 812 3146 1354 997
2033 944 3398 1406 1172
2038 1051 3814 1584 1298
Sumber : Hasil Analisa 2019
Berdasarkan Eksisting
Jumlah Penduduk Eksisting
Daya Tampung =
Jumlah Fasilitas Eksisting
Tabel 4.
Proyeksi Kebutuhan Rumah Perkotaan Sabangau Tahun 2024-2039
Jumlah Jumlah
No. Kelurahan Tahun Proyeksi Penduduk Tahun Fasilitas
Proyeksi (Jiwa) Proyeksi
Tabel
Kebutuhan sarana Perkantoran Kecamatan Sabangau Tahun 2024-2039
4.6.2.2 Proyeksi Sarana Pelayanan Umum
Sarana merupakan alat penunjang keberhasilan suatu proses upaya yang dilakukan dalam melayani
masyarakat. Untuk menjangkau pelayanan masyarakat lebih baik lagi maka diperlukan ketersediaan bebagai
fasilitas penunjang lainnya untuk kawasan perkotaan oleh karena itu perlunya proyeksi fasilitas pelayanan
umum pelengkap perumahan antara lain pendidikan, transportasi, kesehatan, olahraga dan social budaya.
A. Fasilitas Pendidikan
Pendidikan menjadi modal yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas suatu negara agar lebih
maju, dengan adanya pendidikan kita bisa mengetahui berbagai macam informasi serta mendapatkan
pendidikan moral, kedisiplinan, agama, sosial dan masih banyak lagi yang bisa kita dapatkan. Salah satu
aspek yang seharusnya mendapat perhatian utama oleh setiap pengelola pendidikan adalah mengenai fasilitas
pendidikan. Sarana pendidikan umumnya mencakup semua fasilitas yang secara langsung dipergunakan dan
menunjang dalam proses pendidikan. Mutu pendidikan pada suatu wilayah dapat dilihat dari jumlah fasilitas
yang ada, kualitas masyatakat ditentukannya dengan kualitas pendidikannya. Semakin tinggi kualiats
pendidikannya, semakin kualitas pula masyarakatnya.
Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan tidak terlepas dari tersedianya sarana pendidikan yang
memadai di samping juga harus didukung oleh tenaga pendidik yang memegang peranan utama untuk
terselenggaranya proses belajar mengajar. Oleh karenanya ketersediaan fasilitas pelayanan untuk pendidikan
harus selalu disesuaikan dengan kebutuhan penduduk yang mana dari waktu ke waktu selalu berkembang,
dengan demikian penduduk dapat terlayani dan fasilitas yang tersedia dapat berfungsi secara optimal.
Faslitas TK Fasilitas SD
Jumlah
No Kelurahan Tahun Penduduk Jumlah
tahun akhir Penduduk Proyeksi Penambahan Jumlah Penduduk Proyeksi Penambahan
Fasilitas
Eksisting pendukung (Unit) (Unit) fasilitas pendukung (Unit) (Unit)
eksisting
2019 7,967 9 1,250 6 0 4 1,600 5 1
2023 8,965 9 1,250 7 0 4 1,600 6 2
Kereng
1 2028 10,391 9 1,250 8 0 4 1,600 6 2
Bengkirai
2033 12,044 9 1,250 10 0 4 1,600 8 4
2038 13,959 9 1,250 11 0 4 1,600 9 5
2019 3,639 1 1,250 3 2 1 1,600 2 1
2023 4,101 1 1,250 3 2 1 1,600 3 2
2 Sabaru 2028 4,762 1 1,250 4 3 1 1,600 3 2
2033 5,530 1 1,250 4 3 1 1,600 3 2
2038 6,421 1 1,250 5 4 1 1,600 4 3
2019 4,553 2 1,250 4 2 1 1,600 3 2
2023 5,131 2 1,250 4 2 1 1,600 3 2
3 Kalampangan 2028 5,957 2 1,250 5 3 1 1,600 4 3
2033 6,916 2 1,250 6 4 1 1,600 4 3
2038 8,029 2 1,250 6 4 1 1,600 5 4
2019 16,159 12 1,250 13 4 6 1,600 10 4
2023 18,197 12 1,250 14 4 6 1,600 12 6
Jumlah 2028 21,110 12 1,250 17 6 6 1,600 13 7
2033 24,490 12 1,250 20 7 6 1,600 15 9
2038 28,409 12 1,250 22 8 6 1,600 18 12
Sumber : Hasil analisa 2019
Lanjutan Tabel
Jumlah
Proyeks Proyeks Penambaha
No Kelurahan Tahun Penduduk Jumlah Penduduk Penambahan Jumlah Penduduk
i i n
tahun akhir
pendukun
fasilitas pendukung (Unit) (Unit) fasilitas (Unit) (Unit)
g
eksistin eksistin
g g
2019 7,967 0 4,800 2 2 1 4,800 2 1
2023 8,965 0 4,800 2 2 1 4,800 2 1
Kereng
1 2028 10,391 0 4,800 2 2 1 4,800 2 1
Bengkirai
2033 12,044 0 4,800 3 3 1 4,800 3 1
2038 13,959 0 4,800 3 3 1 4,800 3 1
2019 3,639 1 4,800 1 0 0 4,800 1 1
2023 4,101 1 4,800 1 0 0 4,800 1 1
2 Sabaru 2028 4,762 1 4,800 1 0 0 4,800 1 1
2033 5,530 1 4,800 1 0 0 4,800 1 1
2038 6,421 1 4,800 1 0 0 4,800 1 1
2019 4,553 1 4,800 1 0 2 4,800 1 0
2023 5,131 1 4,800 1 0 2 4,800 1 0
3 Kalampangan 2028 5,957 1 4,800 1 0 2 4,800 1 0
2033 6,916 1 4,800 1 0 2 4,800 1 0
2038 8,029 1 4,800 2 1 2 4,800 2 0
2019 16,159 2 4,800 4 2 3 4,800 4 2
2023 18,197 2 4,800 4 2 3 4,800 4 2
Jumlah 2028 21,110 2 4,800 4 2 3 4,800 4 2
2033 24,490 2 4,800 5 3 3 4,800 5 2
2038 28,409 2 4,800 6 4 3 4,800 6 2
C. Fasilitas Kesehatan
Pengembangan fasilitas kesehatan di wilayah perencanaan di tinjau dari aspeknya merupakan salah
satu faktor penting dalam mencapai kehidupan masyarakat yang sehat. Untuk fasilitas kesehatan yang
terdapat di Perkotaan Sabangau terdiri dari puskesmas, , praktek dokter dan Rumah Bersalin. Seiring
dengan bertambahnya jumlah penduduk untuk beberapa tahun kedepan, kebutuhan akan sarana
kesehatan sangat diperlukan masyarakat. Untuk mengetahui seberapa besar kebutuhan saran kesehatan
untuk tahun proyeksi, maka data proyeksi kita harus berdasarkan perhitungan sesuai SNI 03-1733
Tahun 2004. Adapun proyeksi fasilitas kesehatan di Perkotaan Sabangau dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel
Proyeksi Kebutuhan Sarana Pelayanan Umum Kesehatan di Perkotaan Kecamatan Sabangau Tahun 2024-2039
Puskesmas
Jumlah Penduduk
No. Kelurahan Tahun Jumlah Fasilitas Penduduk
Tahun proyeksi Proyeksi Penambahan
eksisting pendukung
Jumlah
No. Kelurahan Tahun Jumlah Jumlah Jumlah
Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk
Fasilitas Proyeksi Penambahan Fasilitas Proyeksi Penambahan Fasilitas Proyeksi Penambahan
Tahun Pendukung Pendukung Pendukung
Eksisting Eksisting Eksisting
Proyeksi
Analisa proyeksi kebutuhan prasarana terdiri dari jaringan prasarana utama serta jaringan
prasarana lainnnya.
4.6.4.1 Jaringan Prasarana Utama
Jaringan prasarana utama terdiri atas jaringan listrik, jaringan telekomunikasi, jaringan air
minum dan jaringan air limbah.
A. Jaringan Listrik
P = 83,67% × Pt
Keterangan ;
P = Jumlah Pelanggan Seluler
Pt = Jumlah Penduduk
Jika Diasumsikan Setiap pelanggan membangkitkan trafik sebesar 33 mErlang, maka trafik
yang dapat dibangkitkan oleh semua pelanggan dapat diperhitungkan dengan rumus Sebagai berikut:
T = P × E × 10-3
Keterangan :
Adapun rumus untuk menentukan kebutuhan jumlah Base Traceiver Station (BTS) untuk
melayani jumlah pelanggan menggunakan rumus sebagai berikut
T
𝐵=
A
Keterangan :
Berdasarkan rumus serta asumsi yang didapat dari beberapa referensi untuk penerapan
proyeksi kebutuhan jaringan telekomunikasi. Adapun proyeksi kebutuhan jaringan telekomunikasi
Perkotaan Sabangau yang dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel
Proyeksi Kebutuhan Jaringan Telekomunikasi Perkotaan Sabangau Tahun 2023-2038
Utilitas STO Utilitas BTS
Jumlah
Tahun Jumlah Sambungan Jumlah Jumlah Kebutuhan
No Kelurahan Penduduk Proyeksi Jumlah Total Penambahan
Proyeksi Penduduk Telpon Eksisting Penambahan Eksisting BTS (1
Pendukung (Unit) Pelanggan Trafik BTS
(Unit) BTS BTS=44,7
Erlang
2023 8965 1165 1 120000 1 1 1 130 4 0 0
Dengan adanya sistem Air Limbah diharapkan penyaluran limbah rumah tangga dan
penyaluran air hujan dapat diatasi dengan baik. Penyebaran limbah dapat menjangkau wilayah
yang luas karena ukurannya yang kecil/mikro sehingga mudah menyebar dan tidak mudah
terdeteksi secara langsung. Selain itu, dampak dari limbah tidak hanya tertuju pada satu faktor,
namun juga akan mempengaruhi faktor-faktor lainnya. Sistem air limbah yang ada di Perkotaan
Sabangau selama ini menggunakan septic tank namun ada juga yang langsung membuangnya ke
sungai karna sebagaian kelurahan di kecamatan Sabangau letak permukimannya di atas sungai
atau bisa disebut juga sebagai rumah panggung. yang merupakan tempat pembuangan imbah di
Perkotaan Sabangau. Perhitungan berdasarkan Permen PU No.14 Tahun 2010 Tentang Petunjuk
Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang, Oleh karena
itu proyeksi akan kebutuhan air limbah berdasarkan standar asumsi seperti berikut.
Tahun Jumlah
No Kelurahan Pembuangan
Proyeksi Penduduk
Sampah 2,5
liter/Hari/Orang
Wisaata kereng bengkirai adalah wisata air yang terkenal di palangkaraya wisata . perlunya
pembenahan untuk membuat wista ini tetap menarikm dengan cara : penambahan wahana baru untuk
menarik minat wisatawan untuk berkunjung kewista kerengbengkirai, wisata ini menyediakan susur
sungai yang hanya berputar dan mendapatkan informasi tentang wisata air kerengbengkirai , untuk
menarik pengunjung dibangunya kafe terapung sebagai tujuan dan kafe terapung ini juga memiliki
konsep memancing, dan ikan hasil pancingan bisa diolah sendiri oleh wisatawan. Pembangun lahan
parker untuk membuat ketertiban parkiran.
Tabel …
Kebutuhan Ruang Wisata Air Penunjang Konsep
No Fasilitas Ukuran Volume Kapasitas Satuan
Potensi wista baru di Desa eksotis yg terletak di pinggir sungai dan di kelilingi hutan membuat
desa ini terlihat menarik. Disini juga memiliki potensi perikanan konsepan menjadikannya kampong
nelayan sangat mungkin dilakukan, penduduk mayoritas nelayan akses masuk menuju kelurahan ini
hanya bisa menggunakan kelotok dan perahu maka kami mengonsepkan kampong nelaya .untuk
meningkatkan kualitas maka akan di bangaun restoran terapung, resot untuk menarik parawistawa
Table
Kebutuhan Ruang Kampong Nelayan
No Fasilitas Ukuran Volume Kapasitas Satuan
1 Restoran 12 x 9 1 30 Orang
2 Resort 3x5 5 4 Orang
Loket dan
3 gapura pintu 4x4 1 4 Orang
masuk
4 Toko souvenir 4x4 2 10 Orang
5 Gazebo 3x2 5 5 Orang
Sumber : Hasil Analisa 2019