Anda di halaman 1dari 117

BAB III

3.1 Tinjauan RTRW Terhadap Wilayah Perncanaan

Arahan pengembangan kawasan BWP Kecamatan Kopang yang ditetapkan harus selaras
terhadap arahan pencapaian yang telah ditetapkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Hal
ini merupakan salah satu pertimbangan untuk pengembangan Bagian Wilayah Perkotaan (BWP)
yang sesuai dengan arahan pemerintah yang disesuaikan dengan karakteristik wilayah dan
kondisi eksisting, untuk terwujudnya BWP secara berkelanjutan. Adapun arahan pencapaian
yang ditetapkan dalam RTRW baik RTRW Nasional (PP No 13 tahun 2017), RTRW Provinsi
Kalimantan Tengah (Perda No 5 Tahun 2015 ), serta RTRW Kota Palangka Raya ( Perda No.
Tahun 2019) adalah sebagai berikut.

1. Kecamatan Sabangau adalah wilayah yang ditetapkan sebagai Sub Pusat Pelayanan Kota (sub
PPK III)
2. Kecamatan Sabangau adalah wilayah yang ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Lingkungan
3. Kecamatan Sabangau adalah wilayah yang ditetapkan sebagai lokasi jalan lingkar luar kota,
4. Kecamatan Sabangau adalah wilayah yang ditetapkan sebagai kawasan peruntukan hutan
lindung, meliputi kawasan kubah gambut.
5. Kecamatan Sabangau adalah wilayah yang ditetapkan sebagai kawasan pelestarian alam
(KPA), terdapat Taman Nasional Sabangau.
6. Kecamatan Sabangau adalah wilayah yang ditetapkan sebagai kecamatan peruntukan kawasan
cagar budaya.
7. Kecamatan Sabangau adalah wilayah yang ditetapkan sebagai peruntukan kawasan
perlindungan setempat.
8. Kecamatan Sabangau adalah wilayah yang ditetapkan sebagai peruntukan kawasan RTH jalur
hijau meliputi jalur hijau jaringan listrik SUTET dan SUTT.
9. Kecamatan Sabangau adalah wilayah yang ditetapkan sebagai jalur hijau Pembangkit Listrik
Tenaga Sampah (PLTSA).
10. Kecamatan Sabangau adalah wilayah yang ditetapkan sebagai jalur hijau penyangga TPA
sampah pada pengembangan TPA Sabangau.
11. Kecamatan Sabangau adalah wilayah yang ditetapkan sebagai peruntukan kawasan Hutan
produksi.
12. Kecamatan Sabangau adalah wilayah yang ditetapkan sebagai peruntukan kawasan
tanaman pangan Berkelanjutan (LP2B) dan kawasan holtikultura di
Kelurahan Kalampangan.
13. Kecamatan Sabangau adalah wilayah yang ditetapkan sebagai peruntukan kawasan
perkebunan dan kawasan peternakan.
14. Kecamatan Sabangau adalah wilayah yang ditetapkan sebagai peruntukan kawasan eks
tambang pasir, meliputi Kelurahan Sabaru dan Kelurahan Kalampangan.
15. Kecamatan Sabangau adalah wilayah yang ditetapkan sebagai peruntukan kawasan
perikanan tangkap.
16. Kecamatan Sabangau adalah wilayah yang ditetapkan sebagai peruntukan kawasan industri
mikro/kecil.
17. Kecamatan Sabangau adalah wilayah yang ditetapkan sebagai peruntukan kawasan
pariwisata.
18. Kecamatan Sabangau adalah wilayah yang ditetapkan sebagai peruntukan kawasan olahraga,
yang terdapat sirkuit balap Sabaru.
19. Kecamatan Sabangau merupakan Peruntukan Kawasan Strategis Kota dari segi
pertumbuhan ekonomi pariwisata dan pertumbuhan ekonomi kawasan
sektor unggulan.
20. Kecamatan Sabangau memiliki Peraturan Zonasi untuk Sub Pusat Kegiatan Kota (PKK)
disusun dengan Memperhatikan Pemanfaaran Ruang

Arahan pengembangan yang telah ditetapkan dalam RTRW, tentunya dijadikan sebagai
acuan dalam perencanaan BWP Kecamatan Kopang. Kecamatan Kopang sebagai kawasan
dengan fungsi perkotaan, tentunya dapat dikembangakan dengan mempengaruhi rencana pola
ruang dan struktur ruang yang ada dengan memperhatikan tinjauan – tinjauan yang ada dalam
RTRW. Pengembangan kawasan di prioritaskan pada sektor industri, pertanian, peternakan, dan
pariwisata, yang mana pertanian tidak hanya sebagai penghasil jenis komoditas pertanian tetapi
juga sebagai pendukung adanya kegiatan pariwisata. Begitu juga dengan peternakan yang
direncanakan sebagai pendukung pariwisata. Sedangkan industri yang diencanakan tidak hanya
sebagai penghasil barang dan jenis produk tertentu, tetapi menjadi sektor unggulan pendukung
kegiatan ekonomi yang sekaligus bergerak sebagai kegiatan pariwisata dalam proses
kegiatan produksinya.
Hal ini tentunya dapat berjalan sesuai dengan arahan RTRW, yaitu ; mendorong
pertumbuhan ekonomi di Kalimantan dengan pertanian, didukung oleh adanya infrastruktur
jalan dengan fungsi arteri primer dan kolektor primer, berpotensi sebagai kawasan
industri dan perdagangan dan jasa serta terdapat sektor unggulan berupa pertanian dan
pariwisata. Dengan demikian arahan yang telah ditetapkan dalam RTRW dapat selaras dengan
arahan yang akan di tetapkan dalam RDTR Kawasan Perkotaan Kecamatan Sabangau.

3.2 Profil Wilayah Perencanaan

Perkotaan Kecamatan Sabangau adalah beberapa kumpulan kelurahan di Kecamatan


Sabangau yang menjadi pusat kegiatan untuk wilayah Kecamatan Sabangau maupun wilayah
sekitarnya. Perkotaan Kecamatan Sabangau ni memiliki luas wilayah 51.755 ha yang terdiri dari
3 kelurahan. Adapun letak geografisnya Perkotaan Sabangau dengan batas-batas wilayah sebagai
berikut :

Sebelah Utara : Kelurahan , Kecamatan Pahandut


Sebelah Timur : Kelurahan Kameloh Baru, Kecamatan Sabangau
Sebelah Selatan :
Sebelah Barat : Kecamatan
Kawasan Perkotaan Kecamatan Sabangau yakni Kawasan perkotaan dengan tingkat
perkembangan yang cukup pesat, dimana dalam kawasan perkotaan Kecamatan Sabangau
merupakan wilayah perkembangan dan persebaran fasilitas-fasilitas pelayanan publik
yang digunakan masyarakat dalam hal pelengkap kegiatan serta penunjang kehidupan yang ada
dii kawasan perkotaan. Perkotaan sebagai kawasan yang paling dinamis merupakan denyut nadi
perkembangan wilayah serta memiliki kecenderungan untuk menjadi besar dan berkembang
dengan dukungan wilayah sekitarnya. Berbagai fasilitas dan lapangan kerja yang lebih bervariasi
membuat kawasan perkortaan menjadi tempat yang menarik bagi masyarakat di luar kawasan
perkotaan. Hal ini menyebabkan kawasan perkotaan banyak dihuni oleh pendatang dari luar kota
itu sendiri dikarenakan adanya faktor pendorong dan penarik untuk mengadu nasib di kawasan
perkotaan sehingga menyebabkan pertambahan penduduk semakin tidak terkendali. Dengan
pertamabahan penduduk yang tidak terkendali maka perlunya upaya pengendalian ruang bagi
Kawasan Perkotaan. Sebagai acuan pengendalian ruang pada Kawasan Perkotaan Kecamatan
Sabangau agar menjaga lingkungan serta keberlanjutan akan perkembangan kawasan perkotaan
yang diharapkan mampu mengembangkan potensi serta dapat mengantisipasi permasalahan yang
terjadi. Adapun peta kondisi penggunaan lahan eksisting yang dapat dilihat pada peta 3.1 sebagai
berikut

3.3 Isu Strategis Perencanaan

Isu strategis merupakan bagian penting dan sangat menentukan dalam proses penyusunan
rencana pembangunan daerah baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Isu strategis
diperoleh dari hasil analisa SWOT. Terkait SWOT diatas, dapat dirumuskan isu strategis yang
terdapat di kawasan Perkotaan Kecamatan Kopang antara lain sebagai berikut.
4.4 Analisa Perumusan Tujuan Penataan BWP

Analisa Perumusan Tujuan Penataan BWP digunakan sebagai penguat dari tujuan
penataan BWP agar akurat dan sesuai dengan kondisi eksisting sertakebijakan yang telah ada.
Sebelum menentukan tujuan penataan BWP yang akurat maka dilakukannya klasifikasi terkait
kekuatan. kelemahan. peluang serta ancaman dari hasil pembobotan analisa EFAS dan IFAS
yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.1
SWOT EFAS dan IFAS Kondsi Eksisting
A. Strenght ( Kekuatan ) B. Weaknes ( Kelemahan )

Kondisi fisik dasar untuk aspek jenis tanah,


Kondis fisik dasar di Kawasan Perkotaan kemiringan menjadi penghambat karena
Kecamatan Sebaru mendukung adanya kemiringan lereng yang rendah
pembambangunan serta mendukung mengakibatkan genangan dan jenis tanah
pertanian dan wisata air dan huatan yang basah dan becek ( rawa ) menyebakan
pembangunan berbiaya mahal

Kondisi Pola Ruang yang dominan ini


Kawasan Perkotaan Kecamatan Sebaru belum ,meiliki dukungan dari SDM yang
Memiliki kondisi polaruang ruang yang kurang sadar nya menjaga hutan dan DAS.
berpotensi mengembangkan sekto Sehingga masih banyak hutan yang di buka
kehutanan, baik hutan produksi atau pun untuk lahan perkebunan kelapa sawit. Dan
hutan lindung parawisata hutan dan air DAS tercemar oleh sampah sampah
sebagai penyeimbang lingkungan membuat tidak berkembangnya potensi di
DAS

Kegiatan perawisataan dengan di dukung Fasilitas IPAL belum berfungsi dengan baik
dengan jaringan jalan yang baik. Sektor secara maksimal masih banyak limbah yang
pertanian di salah satu kelurahan di buang kesungai karena banyak sekali
Kawasan perkotaan Kecamatan Sebangau permukiman yang berada tidak jauh dari
memiliki jaringan irigasi yang dapat DAS dan bareakibat pencemaran
memenuhi kebutuhan pertanian . lingkungan
Perawisata dan perikanan sungai, dan
industri UMKM yang berkembang Perikanan dan industri maka akan
terhadap perekonomian masyarakat menimbilkan penangkapan ikan yang
sekitar , pertanian sebagai sektor menggunakan alat berbahaya , dan limbah
potensial diasalah satu kelurahan industri yang mencemari lingkungan
Kawasan Perkotaan Sebangau
C. Oportunity ( Kesempatan ) D. Threat ( Ancaman )
Dengan keadaan dataran yang strategis
maka akan masuk investor nakal untuk
Aspek fisik dasar mendukung dalam
berinvestasi, dan mencari untung
pembangunan industri dan juga pertanian
kepentingan sendiri. Dan kemiringan lereng
seperti pertanian palawija, sayur mayur
yang buruk akan menghambat
dan pangan
pembangunan jaringan jalan yang akan
menyebkan genangan.
Dengan pola ruang yang mendukung
Dengan di dorongnya pembangunan
kawasan lindung dan budidaya. Denga
industri maka akan timbul dampak buruk
luasnya lahan kosong milik pemerintah
seperti limbah, dan polusi maka harus
maupun milik perorangan, dapat
diperhatikan pembangunannya secara baik
menggenjot pembangunan industri dan
dan matang
fasilitas pendukung perkotaan
Dengan adanya Sirkuit dan Bumi
Perkemahan memungkinkan untuk
Dengan demikian maka adanya persaingan
melaksanakan kegiatan ditingkata
terhadap pelaku usaha dan pelaku jasa
nasional , maka akan berdampak pada
perawista yang akan memainkan harga
perwisataan di sekitar Sirkuit dan Bumi
harga jasa
Perkemahan seperti wisata
kerngbengkirai.
Dengan seiring perkembangan pertanian
Sektor pertanian adalah sektor yang
tersebut maka akan memungkinkan
mulai berkembang di Kawasan Perkotaan
kecamatan lain untuk mengikuti konsep
Sebaru dengan membuat konsep ekowista
ekowisata tersebut, maka agar bertahan
makan akan menjadi peluang baru untuk
lama ekowista Kawasan Perkotaan
meningkatakan kesejahteraan
Sebangau harus memiliki ciri khas dan icon
masyarakat.
yang beda.

Sumber : Hasil Analisa 2019

Sebelum menentukan tujuan penataan BWP yang akurat maka dilakukannya klasifikasi
terkait kekuatan. kelemahan. peluang serta ancaman dari hasil pembobotan analisa EFAS dan
IFAS yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.2
Skoring IFAS Kondisi Eksisting
Skor IFAS (x)
Aspek S W

Fisik Dasar 0,595 0,014

Pola Ruang 0,6783 0,5356


Struktur Ruang 0,4498 0,457
Sosial dan
1,999 1,51
Kependudukan
Ekonomi 0,5328 0,4884
Total Skor IFAS 4,2549 3,005

Sumber : Hasil Analisa 2019

Tabel 3.3
Skoring EFAS Kondisi Eksisting

Skor EFAS (x)


Aspek 0 T

RPJP 0,21 0,138


Kebijakan Pembangunan
RPJM 1,328 0,668
Kebijakan Tata Ruang RTRW 0,4681 0,4361

Pola Ruang 0,4019 0,3777

Struktur Ruang 0,4656 0,412

Sosial dan Kependudukan 0,2331 0,2331

Ekonomi 3,2222 3,1111


Total Skor EFAS 6,3289 5,376
Sumber : Hasil Analisa 2019

Berdasarkan skoring peluang. ancaman. kekuatan dan kelemahan di Perkotaan Sabangau


didapat kuadran SWOT melalui perhitungan yang dapat dilihat sebagai berikut dan menghasilkan
strategi pengembangan yang dapat dilihat pada tabel berikut.

x;y
S–W O–T
2 2
4,2549 - 3,005 6,3289 - 5,376
2 2
0,6250 0,5886
Gambar Kuadran Penetapan BWP Sabangau

III I

IV II
V V
Sumber : Hasil Analisa 2019
Berdasarkan kuadran SWOT diatas. didapat bahwa berdasarkan kondisi eksternal dan
internal Perkotaan Sabangau berposisi di kuadran I yang berarti progresif. Progresif disini yang
berarti memiliki peluang disertai kekuatan yang besar dalam perencanaan. Sehingga didapat
strategi Perkotaan Kecamatan Sabangau berdasarkan peluang dan kekuatan yang dapat dilihat
pada tabel berikut

Tabel 3.4
Matriks SWOT Penetapan Tujuan Perkotaan Kecamatan Sabangau

Matrik SWOT O ( Oppootunity ) kelemahan T ( Threat ) Ancaman

Tabel Tabel
STRATEGI S-O STRATEGI ST
FISIK DASAR
Penggunaan lahan yang memiliki
Melakuakan penyeleksian
kemiringan rendah yang berpotensi
kepemilikan tanah, untuk
memberikan genangan harus dizonasi
melakuakan kerjasama terhadap
untuk tidak membangaun dizona
tanah tersebut
tersebut.
Melakukan zonasi pada kawasan tanah
produktif ( subur ) dan tanah tidak
produktig untuk memaksimalkan
pertanian dan pembanguan .
POLA RUANG
Pembangunan industri harus
Melakukan Observasi untuk mencari
menggunakan standar yang telah
potensi dan maslah yang ada di DAS,
disahkan, baik untuk
sebab ada Das yang berpotensi menjadi
pembuangan polusi dan limbah
penyuplay perikanan sungai.
dari industri tersebut
Pengembangan potensi DAS
memberikan pembinaan terhadap Meningkatkan fasilitas industri
masyarakat untuk mengolah potensi tersebut sehingga kualitas
yang ada ,seperti pembinaan menjadikan produk yang dihasilkan lebih
kawasan wisata air , kampung nelayan. baik, meningkata serta membuat
Pengelolaan hasil perikanan masyarakat ketertarikan pembeli
untuk di jadikan suatu produk
JARINGAN PRASARANA
Memfasilitasi pengembangan dalam
sektor pertanian dengan pembangunan Membangun fasilitas pendukung
irigasi untuk lahan lahan pertanian yg untuk industri seperti jalan .
belum menggunakan irigasi teknis
Pengadaan penambahan fasilitas
persampahan di bebberapa permukiman
padat penduduk
KEPENDUDUKAN
Meningktakan fasilitas fasilitas
kebutuhan masyarakat seperti
Mengupayakan persebaran penduduk
fasilitas pendidikan dan
secara merata agar kepadatan yang ada
pembuatan lapangan kerja
disetiap wilayah agara merata
dengan membentuk UMKM
bidang industri .
Pemerataan kondisi sosial budaya
masyrakata setempat, agar budaya yang
ada tetap lestari ,menekan kan nilai
budaya agara tidak mudahj terpengaruh
oleh budaya luar
PEREKONOMIAN
Adanya penegmbangan sektor industri,
parawisata , pertanian , perikanan Mengawasi agar tidak terjadinya
dengan menggunakan sitem digitalisasi pengkonfersian lahan, dan
yanga akan mendukung dalam promosi pembangauna yang berada di
serta pemanfaatana sektor ke arah wisata kawasan lahan produktif
seperti wisata ekowisata ( pertanian )
Sumber : Hasil Analisa 2019
Tabel 3.5 Kesimpulan Matriks SWOT Penetapan Tujuan

Oportunity (
Matrik SWOT Threat ( Ancaman )
Peluang )

STRATEGI S-T :
STRATEGI S-O :
Pengadaan jaringa
pengembangan
persamphan yanga
industri ,
baik memperbaiki
pertanian, dan
Strenght ( jalan jalan yang
Tabel pariwisata dalam
Kekuata ) mendukung kegiatan
mendukung
pariwisata pertanian
perekonomian
dan industri untuk
Perkotaan
meningkatakan
Sebangau
perekonomian.

STRATEGI W-T :
Pemeliharaan
STRATEGI W- Kawasan DAS, hutan
O5 Pengadaan dan budaya khas untuk
program program menjadi parawista .
Weaknes penyuluhan atau Peningkatan produksi
(Kelemahan) pembinaan untuk dari hasil industri,
mengembang kan pertanian dan
potensi Kawasan perikanan dalam
Perkotaan Sebaru meningkatakan daya
saing dari kecamatan
lain.

Sumber : Hasil Analisa 2019


4.5 Tujuan Penataan BWP

Penataan ruang kota merupakan proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan


ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Tata ruang sendiri adalah wujud
struktural dan pola pemanfaatan ruang wilayah nasional, ruang wilayah
kabupaten/kota, yang mencakup perkotaan dan perdesaan, baik direncanakan maupun
tidak yang menunjukkan adanya hirarki dan keterkaitan pemanfaatan ruang.
Tujuan penataan ruang wilayah perencanaan dalam Penyusunan BWP
Perkotaan Kecamatan Sabangau merupakan nilai dan/atau kualitas terukur yang akan
dicapai. Tujuan penataan ruang ini juga disesuaikan dan disinergiskan dengan arahan
pencapaian yang ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Palangkaraya. Rumusan tujuan penataan ruang penyusunan BWP Perkotaan
Kecamatan Sabangau disusun dengan fungsi :
a. Sebagai acuan untuk penyusunan rencana pola ruang, penyusunan rencana
jaringan, penetapan bagian dari wilayah RDTR yang diprioritaskan
penanganannya, dan penyusunan peraturan zonasi;
b. Menjaga konsistensi dan keserasian pembangunan kawasan dengan RTRW
Kota Palangkaraya.
Perumusan tujuan penataan ruang dalam penyusunan RDTR BWP Perkotaan
Kecamatan Sabangau didasarkan atas:
a. Arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan dalam RTRW Kota Palangka
raya, yaitu BWP Perkotaan Kecamatan Sabangau ditetapkan sebagai PKL
(Pusat Kegiatan Lokal).
b. Isu strategis, potensi dan masalah, serta urgensi/keterdesakan penanganan di
BWP Perkotaan Kecamatan Sabangau; dan
c. Karakteristik wilayah perencanaan BWP Perkotaan Kecamatan Sabangau,
baik dari segi sosial masyarakat, fisik lingkungan, dan aspek lainnya.
Penyususnan RDTR Perkotaan Kecamatan Sabangau dengan tujuan
“Pengembangan Kawasan Perkotaan Kecamatan Sabangau Sebagai Agrowisata
yang didukung Pertanian Dan Peternakan”.

BWP Perkotaan Kecamatan Sabangau diarahkan sebagai ECO tourism berbasis


pertanian dan peternakan karena di Kecamatan Sabangau memiliki potensi dibidang
pertanian dan peternakan dan perikanan.

4.5.1. .Konsep dan Skenario pengembangan

pengembangan yang lebih dominan adalah wisata yang ada dikecamatan sebangau.
BWP pada Kec.Sebangau diarahkan menjadi Ekowisata dikarenakan adanya kondisi geografis
yang menawan dan seksi seperti Hutan luas dan Sungai panjang dan potensi lain yg ada di
kecamatan sebanga Ekowisata atau ekoturisme merupakan salah satu kegiatan pariwisata yang
berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan
sosial budaya ekonomi masyarakat lokal serta aspek pembelajaran dan pendidikan.

Keadaan alam dan suasan yang ada dikecamatan sebangu yang menjadi daya tarik bagi
isatawan. Wisata dikecamtan Sabangau terletak dikelurah kelurahan. Kelurahan kerengbengkirai
menjadi tempat wisata yang bertemakan air dikereng bengkirai memiliki dermaga sungai hitam
wisatawan bias menikmati susur sungai menggunakan kelotok maupun sampan dan selama
perjalanan susur sungai wisatawan di berikan pemandangan eksotis. Ekowisata memiliki
beragam variasi, wisata petikbuah, memberi makan hewan ternak, hingga restoran di atas sungai.
Ekowisata merupakan salah satu potensi dalam pengembangan industri wisata. Lalu ada kawasan
pergudangan yang akan dikembangakan di Kec.Sabangau.

Pengembangan tujuan yang menjadi prioritas di Kawasan Kec.Sebangu antara lain


Pertanian , peternakan sapi dikelurahan berengbengkel ,wisata pesona alam , wisata dermaga
sungai hitam taman nasional dikelurahan kerengbengkirai. Kawasan pergudangan , kawasan
sirkuit balap sepeda motor dikeluran sebaru , desa danau tundai dengan hasil perikana dan
keadaan geografis yg terletak dipinggir sungai dan dikelilingi hutan. Peningkatan kualitas dan
produksi dalam sektor pertanian maupun peternakan. Dalam kegiatan industry pergudangan,
meningkatkan volume barang yang akan didistribusikan. Membangun saran yang menarik
didermaga air hitam, mengadakan acara tahunan baik balapan motor disirkuit maupun acara
menarik di dermaga air hitam.

4.5.1.1. Konsep Pengembangan Pertanian

Pertaniaan dikelurahan berengbengkel .Kebanyakan petani sayur mayur seperti


tomat,seledri,sewi,timun dan ada yang menanam padi, hasil pertanian langsung dijual kepasar
dengan harga yg rendah. Untuk mebuat hasil pertanian bisa memiliki nilai jual yang tanggi dan
untuk memajuakan perekonomian .Oleh karena itu, dalam memajukan perekonomian masyarakat
perlunya pembangunan industry pengolahan pertanian atau membangun BUMDES sebagi
penampung dan pengelola hasil pertanian, di BUMDES pengelolaan hasil,hasil dari pertanian
60% langsung di jual kepasar dan sisanya akan diolah menjadi produk seperti membuat produk
eskrim rasa sayuran seperti eskrim rasa mentimun ,sawi atau membuat minuman jus tomat,
sawi,timun,pembuatan produk dan pemasaran secara online maupun offline akan di lakukan oleh
BUMDES.Hasil pertanian warga memiliki nilai jual yang jauh lebih tinggi sehingga memberikan
dampak kehidupan yang lebih maju untuk petani diberengbengkel itu sendiri.

Selain itu, adanya tempat pembakaran hasil dari residu. Residu yang dihasilkan dari
olahan jus dan sisasisa akan menjadi pakan ternak .lalu bias menjalan kan system Agrowisata
pertanian yakni kegiatan menanam, memetik buah tomat mentimun, menyemai bibit dan
sebagainya. Dengan adanya wisata ini yg targetnya adalag anak anak yang ingin bermain sambil
belajar akan menjadi objek wisata Edukasi bagi anak-anak .dari hal hal yg telah di rencanakan
maka akan terbuka lah peluang pasar bagi produk dan objek agrowisata tersebut.

4.5.1.2 Konsep Pengambangan Wisata Air

Wisata dermaga air hitam kereng bengkirai, wista susur sungai dengan menggunakan
kelotok. Kelotok adalah kendara air yang masih di gunakan warga baik untuk mencari ikan
maupun sebagi alat transportasi pengankut orang. Susur sungai ini pengunjung hanya diajak
keliling sungai hitam dengan pemandangan yang eksotis. Susur sungai ini bias dilaukukan
dengan kelotok atau pun dengan perahu sampan yg lebih besar dari kelotok. Lalu ada wahana
lain antar lain perahu bebek , sepeda air dan tempat spot foto yang instagrammable. Pengunjung
hanya diajak berkeliling saja maka pihak pengelola untuk membuat suatu tujuan dari susur
sungai itu seperti restoran terapung di tengah tengah sungai dan mengkombinasikan tempat
pemancingan dan restoran terapung itu, dengan adanya fasilitas pemancingan maka wisatawan
akan merasakan makan dari hasil pancingan dan bias juga langsung pesan tidak perlu
memancing ikan selesai dari makan kembali menuju dermaga .Lalu mengadakan event yang
menarik seperi pacu kelotok setiap bulan terjadwal, maka wisatawan akan berdatangan.
4.5.1.3 Konsep Pengmbangan Kampung Nelayan

Danau tundai adalah salah satu keluran yang tidak bisa diakses melalu jalur darat
danau tundai sebagai besar penyuplay perikanan. Desa yg terletak di pinggir sungai dan di
kelilingi hutan membuat desa ini terlihat menarik. Disini desaini juga memiliki potensi perikanan
konsepan menjadikan kampong nelayan sangat mungkin dilakukan, penduduk mayoritas nelayan
akses masuk menuju kelurahan ini hanya bisa menggunakan kelotok dan perahu maka kami
mengonsepkan kampong nelaya . dimana aka ada rute memutar dari kereng bengkirai menuju
kampung ini jadi memulai dari dermaga kereng bengkirai lalu ambil jalur memutar melewati
sungai melewati restoran terapung dikampung nelayan wisatawan akan dia ajak menusuri hutan
bakau yang ada. Membuat gapura di hutan bakau, sambil menikmati makanan makan khas dayak
dan sovenyr yang dianyam sendiri aleh masayarakat bahan yang di gunkan adalah purun.
Wistawan juga bisa ikut menyanyam.

4.5.1.4.Konsep Pengembangan Kawasan Pergudangan

Pengembangan kawasan pergudangan untuk penyimpanan barang barang pangan yang masuk ke
Kota Pangkaraya.
TUJUAN BWP SEBANGAU

POTENSI PERKOTAAN KECAMATAN SABANGAU PULAU


PISAN
POTENSI TIAP KELURAHAN G
KATING
AN BANJAR
MASIN

Keurahan Kereng Bengkirai


Kelurahan sebaru Kelurahan Bereng
- Wista pesona alam lestari Bengkel
-Pergudangan
Kelurahan Kelampangan
- Wisata dermaga air hitam
-Sirkuit Sabaru
Kereng Bangkirai -Pertanian Sayur mayur
-Bumi perkemahan
-Taman Nasional Sabangau
-Perdagangan dan
Jasa Kelurahan Danau tundai
-Perikanan sungai
Kelurahan Kameloh
baru

JALAN ARTERI
JALAN KOLEKTOR
JALAN LOKAL
TUJUAN BWP SEBANGAU

SKENARIO PENGEMBANGAN KAWASAN PERTANIAN PULAU


PISANG
KATINGAN SKENARIO PENGEMBANGAN PERTANIAAN Kec.Pahandut
BANJAR
MASIN

Keurahan Kerengbengkirai Asal bahan Baku : dari


Kelurahan sebaru Kelurahan Kel. Kelampangan
-Wista pesona alam lestari berengbengkel
-pergudangan SDM : masyarakat kel
Kelurahan Kelampangan
-Wisata dermaga air hitam Kelampangan
-sirkuit
kerengbengkirai -Pertanian Sayur mayur
Tempat pemasaran : pasar
-bumi perkemahan sebaru, pasar induk
-Taman nasional
palangkaraya
-perdagangan dan
perjas Kelurahan Danau tundai
Lokasi
-Perikanan sungai
Pengolahan yg akan
Kelurahan Kameloh
BIBIT dilakukan oleh BUMDES
baru
sepenuhnya
PENGOLAHAN
Lokasi
PEMASARAN Lokasi
JALAN ARTERI Pasar sebagi pusat
Tempat ekowista
pertanian untuk
pemasaran dan pasar induk
JALAN KOLEKTOR pengembangan
pertanian
JALAN LOKAL
TUJUAN BWP SEBANGAU

SKENARIO PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA AIR PULAU


PISANG
KATINGAN SKENARIO PENGEMBANGAN EKOWISATA AIR kec.pahandut
BANJAR
MASIN

Keurahan Kereng Bengkirai Kelurahan Sebaru Kelurahan


Berengbengkel Asal wisatawan : dari
-Wista Pesona Alam Lestari -Pergudangan Kelurahan kecamatan, dan dari luar
-Wisata Dermaga Air Hitam Kelampangan kota palangkaraya
-Sirkuit
Kerengbengkirai SDM : masyarakat sekitar
-Pertanian Sayur
-Bumi Perkemahan dermaga
-Taman Nasional mayur
-Perdagangan Dan Biaya : 5000Rp perorang
Jasa Kelurahan Danau
Tundai Lokasi

Kelurahan Kameloh -Perikanan Sungai Tempat pembuatan restoran


JALAN ARTERI Baru terapung sebagai tujuan
wisatawan susur sungai
JALAN KOLEKTOR
JALAN LOKAL Lokasi

Ekowisata dermaga Air


SUNGAI
WISATAWAN Hitam

JALAN ARTERI PENGOLAHAN

JALAN KOLEKTOR PERJALANAN

JALAN LOKAL
TUJUAN BWP SEBANGAU

SKENARIO PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA KAMPUNG NELAYAN PULAU


PISANG
KATINGAN SKENARIO PENGEMBANGAN EKOWISATA kec.pahandut
BANJAR
MASIN

Keurahan kerengbengkirai Kelurahan


Kelurahan sebaru Asal wisatawan : dari
-Wista pesona alam lestari berengbengkel
-pergudangan kecamatan, dan dari luar
Kelurahan Kelampangan kota palangkaraya
-Wisata dermaga air hitam
-sirkuit
kerengbengkirai -Pertanian Sayur mayur SDM : masyarakat sekitar
-bumi perkemahan dermaga dan danau tundai
-taman nasional
-perdagangan dan
perjas Kelurahan Danau tundai

-Perikanan sungai Penegmbangan


Kelurahan Kameloh fasilitas seperti
WISATAWAN baru restoran khusu
PENGOLAHAN ikan sungai

JALAN ARTERI PERJALANAN Lokasi


Lokasi
JALAN KOLEKTOR Lokasi awal wisatawan menuju kampung
Pengembangan sebagi kampung nelayan membutuhkan waktu 1 jam
JALAN LOKAL nelayan dan resort sebagai wisatawan perjalanan
yg ingin menginap
SUNGAI
TUJUAN BWP SEBANGAU

SKENARIO PENGEMBANGAN KAWASAN PERGUDANGAN PULAU


PISANG
KATINGAN SKENARIO PENGEMBANGAN PERGUDANGAN kec.pahandut
BANJAR
MASIN

Keurahan kerengbengkirai Kelurahan


Kelurahan sebaru
berengbengkel Asal Barang : asal barang
-Wista pesona alam lestari
-pergudangan berasal dari banjar masin
Kelurahan Kelampangan
-Wisata dermaga air hitam SDM : masyarakat kelurahan
-sirkuit
kerengbengkirai -Pertanian Sayur mayur sebru
-bumi perkemahan
-taman nasional Pemasaran : pemasaran
-perdagangan dan langsung ke pasar induk dan
perjas Kelurahan Danau tundai pasar sebangau

-Perikanan sungai
Kelurahan Kameloh
WISATAWAN baru
Lokasi
PENGOLAHAN
Tempat
Lokasi
PEMASARAN penyimpanan
JALAN ARTERI Pemasaran terjadi di pasar sebaru barang barang
dan langsung ke pasar induk panagan
JALAN KOLEKTOR
JALAN LOKAL
SUNGAI
Dalam mewujudkan tujuan penataan ruang BWP Perkotaan Kecamatan
Sabangau, maka disusun dengan kebijakan dan strategi sebagai berikut :
4.5.1 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang
Kebijakan dan strategi yang dilakukan dalam pengembangan pola ruang
kawasan Perkotaan Kecamatan Sabangau terkait dengan tujuan penataan BWP
Perkotaan Kecamatan Sabangau adalah sebagai berikut :
4.5.1.1 Kebijakan
Kebijakan dalam pengembangan pola ruang Kawasan Perkotaan Kecamatan
Sabangau terkait dengan tujuan penataan BWP Perkotaan Kecamatan Sabangau adalah
sebagai berikut :
1. Kawasan Lindung
a. Pengendalian pembangunan pada kawasan lindung yakni meliputi sempadan
sungai, RTH, serta cagar budaya.
b. Pengembangan kawasan sempadan sungai sebagai RTH
c. Penataan dan pengembangan RTH lapangan olahraga dan pemakaman.
2. Kawasan Budidaya
a. Zona perumahan
1) Pemerataan pembangunan kawasan perumahan di setiap SBWP
Perkotaan Kecamatan Sabangau;
2) Penataan dan pengembangan kawasan perumahan menjauhi kawasan
sekitar sempadan sungai.
3) Pembatasan dan pengendalian alih fungsi lahan pertanian teknis menjadi
kawasan perumahan.
b. Zona Perdagangan dan Jasa
1) Penataan dan pengedalian kawasan perdagangan dan jasa;
2) Pengembangan sentra pemasaran hasil produksi pertanian dan
peternakan;
3) Pengembangan kawasan perdagangan baru di setiap SBWP yang
membutuhkan kawasan perdagangan sebagai penunjang/pendukung agar
struktur ruang setiap SBWP seimbang.
c. Zona Sarana Pelayanan Umum
1) Fasilitas pelayanan umum yang sudah ada dipertahankan dan
ditingkatkan pelayanan serta kondisinya;
2) Pengarahan sarana pelayanan umum di kawasan perkotaan kecamatan
Sabangau;
3) Pengembangan sarana pelayanan umum yang diprioritaskan di kawasan
perkotaan kecamatan Sabangau.
d. Zona Peruntukan Lainnya
1) Mempertahankan keberadaan lahan pertanian dan peternakan yang ada di
setiap SBWP Perkotaan Kecamatan Sabangau;
2) Pengembangan dan pemeliharaan lahan pertanian dan peternakan
terutama di setiap SBWP Perkotaan Kecamatan Sabangau;
3) Kawasan pertanian dan pekarangan diarahkan sebagai lahan yang
potensial untuk peningkatan produksi pertanian maupun perkebunan.
4.5.1.2 Strategi
Strategi pengembangan pola ruang Kawasan Perkotaan Kecamatan Sabangau
terkait dengan tujuan penataan BWP Perkotaan Kecamatan Sabangau adalah sebagai
berikut :
1. Kawasan Lindung
a. Penetapan garis sempadan sungai, dengan ketentuan garis sempadan sungai
kecil tak bertanggul dengan kedalaman kurang lebih 3 (tiga) meter maka
sempadannya berjarak paling sedikit 10 meter dari tepi kiri dan kanan
palung sungai sepanjang aliran sungai.
b. Pengendalian lahan disekitar kawasan konservasi dengan penetapan
peraturan secara tegas dan melalui izin bangunan. Bila melanggar dikenakan
sanksi.
c. Penetapan dan pemanfaatan kawasan sempadan sungai menjadi RTH.
2. Kawasan Budidaya
a. Zona perumahan
1) Pengembangan kawasan perumahan baru di setiap SBWP Perkotaan
Kecamatan Sabangau;
2) Penerapan batas-batas ruang pengendalian sekitar sempadan sungai dalam
pembangunan perumahan baru

b. Zona Perdagangan dan Jasa


1) Penataan dan pengedalian kawasan perdagangan dan jasa terutama sentra
pemasaran hasil produksi pertanian dan peternakan;
2) Pengembangan kawasan perdagangan baru di setiap SBWP sebagai
penunjang/pendukung kegiatan agar tercapai keseimbangan struktur
ruang di SBWP Perkotaan Kecamatan Sabangau;
3) Pengaturan kawasan perdagangan dan jasa berdasarkan pengaturan garis
sempadan jalan, sempadan bangunan dan intensitas bangunan.
c. Zona Sarana Pelayanan Umum
1) Fasilitas pelayanan umum yang sudah ada dipertahankan dan
ditingkatkan pelayanan serta kondisinya;
2) Mengarahkan sarana pelayanan umum di kawasan perkotaan kecamatan
Sabangau sebagai penunjang dalam perwujudan tujuan penataan BWP
Perkotaan Kecamatan Sabangau;
3) Pengembangan sarana pelayanan umum yang unggulan dan yang belum
tersedia di setiap SBWP perkotaan kecamatan Sabangau.
d. Zona Peruntukan Lainnya
1) Mempertahankan lahan pertanian dan peternakan yang ada di setiap
SBWP Perkotaan Kecamatan Sabangau dengan mengurangi alih fungsi
lahan pertanian menjadi kawasan terbangun;
2) Pengembangan dan pemeliharaan lahan pertanian dan peternakan di
setiap kawasan yang berpotensi terutama di setiap SBWP Perkotaan
Kecamatan Sabangau.
4.5.2 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Jaringan Prasarana
Kebijakan dan strategi yang dilakukan dalam pengembangan jaringan prasarana
kawasan Perkotaan Kecamatan Sabangau terkait dengan tujuan penataan BWP
Perkotaan Kecamatan Sabangau adalah sebagai berikut :
4.5.2.1 Kebijakan
Kebijakan dalam pengembangan jaringan prasarana Kawasan Perkotaan
Kecamatan Sabangau terkait dengan tujuan penataan BWP Perkotaan Kecamatan
Sabangau adalah sebagai berikut :

a. Pengembangan dan perbaikan jaringan prasarana yang telah tersedia di


Kawasan Perkotaan Kecamatan Sabangau;
b. Pengembangan jaringan prasarana baru pada setiap SBWP yang belum
terdapat/terjangkau;
c. Pengembangan kelengkapan fasilitas dan infrastruktur penunjang wilayah
dan lingkungan dalam mendukung pengembangan agrowisata/ekowisata,
sentra produksi pertanian dan peternakan, pusat permukiman secara terpadu
dan efisien;
4.5.2.2 Strategi
Strategi pengembangan jaringan prasarana Kawasan Perkotaan Kecamatan
Sabangau terkait dengan tujuan penataan BWP Perkotaan Kecamatan Sabangau adalah
sebagai berikut :
a. Pengembangan dan perbaikan jaringan prasarana yang sudah ada hingga merata
ke seluruh Kawasan Perkotaan Kecamatan Sabangau
b. Mengembangkan sistem transportasi wisata dengan menggunakan angkutan
tradisional sebagai angkutan utama ke pusat pelayanan agrowisata/ekowisata,
c. Mendayagunakan sumber daya air dan pemeliharaan jaringan untuk pemenuhan
kebutuhan air baku dan sarana dan prasarana pengairan kawasan pertanian dan
kebutuhan air untuk peternakan;
d. Meningkatkan jumlah, mutu dan jangkauan pelayanan komunikasi serta
kemudahan mendapatkannya yang diprioritaskan untuk mendukung
pengembangan agrowisata/ekowisata;
e. Meningkatkan jaringan energi dan kelistrikan secara optimal serta mewujudkan
keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik; dan
f. Meningkatkan penanganan persampahan dengan pengadaan TPS pada setiap
SBWP guna menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih.
g. Meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan infrastruktur penunjang
produksi pertanian dan peternakan;
4.5.3 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kependudukan
Kebijakan dan strategi yang dilakukan dalam pengembangan kependudukan
kawasan Perkotaan Kecamatan Sabangau terkait dengan tujuan penataan BWP
Perkotaan Kecamatan Sabangau adalah sebagai berikut.

4.5.3.1 Kebijakan
Kebijakan pengembangan kependudukan Kawasan Perkotaan Kecamatan
Sabangau terkait dengan tujuan penataan BWP Perkotaan Kecamatan Sabangau adalah
sebagai berikut :
a. Pendistribusian penduduk yang diorientasikan pada seluruh SBWP Perkotaan
Kecamatan Sabangau secara merata.
b. Pengendalian kepadatan penduduk
c. Peningkatan pengetahuan dan kemampuan penduduk di kawasan Perkotaan
Kecamatan Sabangau terutama dibidang pertanian dan peternakan.
4.5.3.2 Strategi
Strategi pengembangan kependudukan Kawasan Perkotaan Kecamatan
Sabangau terkait dengan tujuan penataan BWP Perkotaan Kecamatan Sabangau adalah
sebagai berikut :
a. Pendistribusian penduduk yang diorientasikan pada seluruh SBWP Perkotaan
Kecamatan Sabangau secara merata dengan pembangunan perumahan baru;
b. Pengendalian kepadatan penduduk dengan pembangunan permukiman baru dan
penerapan sistem KB;
c. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan penduduk dengan mengadakan
pelatihan dan penyuluhan di bidang pertanian dan peternakan.
4.5.4 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Perekonomian
Kebijakan dan strategi yang dilakukan dalam pengembangan perekonomian
kawasan Perkotaan Kecamatan Sabangau terkait dengan tujuan penataan BWP
Perkotaan Kecamatan Sabangau adalah sebagai berikut.
4.5.4.1 Kebijakan
Kebijakan pengembangan perekonomian Kawasan Perkotaan Kecamatan
Sabangau terkait dengan tujuan penataan BWP Perkotaan Kecamatan Sabangau adalah
sebagai berikut :
a. Peningkatan kuantitas dan kualitas pertanian serta peternakan di setiap SBWP
Perkotaan Kecamatan Sabangau;
b. Mengoptimalkan pemanfaatan lahan pertanian;
c. Memberikan perlakuan khusus untuk sektor utama/unggulan dibidang pertanian
dan peternakan;

d. Meningkatkan distribusi hasil produksi pertanian dan peternakan.


4.5.4.2 Strategi
Strategi pengembangan perekonomian Kawasan Perkotaan Kecamatan
Sabangau terkait dengan tujuan penataan BWP Perkotaan Kecamatan Sabangau adalah
sebagai berikut :
a. Meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi pertanian baik pertanian lahan
basah dan lahan kering, serta peningkatan kuantitas dan kualitas produksi
peternakan di setiap SBWP Perkotaan Kecamatan Sabangau yang berpotensi;
b. Mengembangkan wilayah-wilayah dengan potensi unggulan pertanian dan
peternakan sebagai daerah produksi yang dihubungkan dengan pusat kegiatan
untuk mendukung agrowisata/ekowisata;
c. Membuat time series untuk penanaman setiap jenis /sektor pertanian agar
mengurangi resiko kegagalan dalam produksi.
4.6 Analisa Perencanaan di BWP Sabangau
Analisa Perecanaan adalah perhitungan yang dilakukan dalam rangka menghitung
jumlah kebutuhan sarana dan prasarana yang telah tersediamaupun belum tersedia
sesuai dengan kriteria perhitungan menggunakan sarana dan prasarana minimal yang
diperlukan untuk menunjang keperluan atau kegiatan masyarakat.
4.6.1 Analisa Fisik Dasar
Analisis fisik dasar yakni suatu analisis yang berguna dalam menentukan arahan
perkembangan suatu daerah. Analisis fisik dasar yang dilakukan yakni analisis
kesesuaian lahan makro, analisis kelayakan lahan makro,analisis kemampuan lahan
makro serta analisis kesesuaian lahan mikro
4.6.1.1 Analisa Kesesuaian Lahan Makro
Dalam menganalisa wilayah Perkotaan Kecamatan Sabangau secara makro
dengan mengetahui kondisi fisiknya untuk mendapatkan arahan mengenai kesesuaian
lahan yang bersifat makro. Dalam malakukan analisa fisik dasar dibutuhkan variabel
variabel yang akan digunakan pada analisa fisik dasar yaitu kemiringan lereng, curah
hujan jenis tanah dan hidrologi lalu menyesuaikan dengan pola penggunaan lahan yang
ada. Menganalisa kelayakan lahan digunakan sistem tumpang tindih peta atau yang
dikenal dengan super impose menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.41
Tahun 2007 tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya, dengan

diterapkannya standar kelayakan lahan. Adapun analisa terkait aspek fisik dasar dapat
dilihat sebagai berikut.
Gambar 4.2 Skema Analisa Kesesuaian Lahan Makro
Sumber : SK Mentan Nomor 837/Kpts/Um/11/80

A. Kriteria Analisa Kesesuaian Lahan Makro


Kemiringan lereng dibagi menjadi 5 kelas menurut Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No 41 Tahun 2007 Tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya
Adapun kriteria dari kemiringan lereng dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.6
Kriteria Kemiringan Lereng
No. Kelas Derajat Kelerengan (%) Klasifikasi Skoring
1 I 0-8 Datar 20
2 II 8 – 15 Landai 40
3 III 15 - 25 Agak Curam 60
4 IV 25 -45 Curam 80
5 V 45 Sangat Curam 100
Sumber : Permen PU No.41/PRT/M/2007

Kemiringan lereng disuatu wilayah dibagi menjadi 5 kriteria, yaitu datar datar 0-
8%, landai 8-15%, agak curam 15-25%, Curam 25-45%, dan sangat curam >45% .
Dengan adanya peta topografi maka dapat diketahui daerah mana saja yang layak
dibangun, dibangun dengan bersyarat dan tidak layak dibangun. Dari parameter yang
digunakan untuk daerah yang layak dibangun adalah dengan kondisi daerah yang datar.
Untuk daerah yang agak curam dapat dijadikan lahan terbangun dengan kriteria
tertentu. Sedangkan daerah terjal adalah kawasan daerah yang rawan bahaya dan tidak
memungkinkan untuk dijadikan lahan terbangun. Kecamatan Sabangau sebagian besar
dalam kondisi kemiringan lereng sebesar 0-8% (datar) dan 8-15% (landai) terutama
pada area permukiman warga dan pertanian. Sedangkan kemiringan lereng>15% sering
ditemukan di area perkebunan menuju hutan dan daerah sempadan sungai. Adapun
skoring kemiringan lereng Perkotaan Kecamatan Sabangau berdasarkan kriteria
kemiringan lereng dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.7
Skoring Kemiringan Lereng Perkotaan Kecamatan Sabangau
Luas
No Kemiringan Lereng Skor
(Ha)
1
Sumber : Hasil Analisa 2019

Perkotaan Kecamatan Sabangau sendiri memiliki curah hujan yaitu .........


mm/hari. Intensitas hujan harian suatu wilayah dibagi menjadi 5 kriteria menurut
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 41 Tahun 2007 Tentang Pedoman Kriteria
Teknis Kawasan Budidaya Adapun kriteria dari curah hujan dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 4.8 Kriteria
Curah Hujan
No. Kelas Curah Hujan Klasifikasi Skoring

1 I 8 s/d 13,6 mm/hari Sangat Rendah 10


2 II 13,6 – 20,7 mm/hari Rendah 20
3 III 20,7 – 27,7 mm/hari Sedang 30
4 IV 27,7 34,8 mm/hari Tinggi 40
5 V > 34,8 mm/hari Sangat Tinggi 50
Sumber : Permen PU No.41/PRT/M/2007
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 41 Tahun 2007 Tentang
Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya bahwa kelas I yaitu kriteria tingkat
intensitas hujan harian sangat rendah ( 0-13,6 mm/hari) diberikan nilai skor 10, kelas II
yaitu kriteria tingkat intensitas hujan harian rendah (13,6-20,7 mm/hari) diberikan nilai
skor 20, kelas III yaitu keriteria tingkat instensitas hujan harian sedang (20,7-27,7
mm/hari) diberikan nilai skor 30, Kelas IV yaitu kriteria tingat intensitas hujan harian
tinggi (27,7-34,8 mm/hari) diberikan skor 40 dan kelas V yaitu kriteria tingkat
intensitas hujan sangat tinggi (> 34,8 mm/hari) diberikan skor 50. Perkotaan Kecamatan
Sabangau sendiri memiliki tingkat intensitas hujan harian sangat ....... yaitu ..........
Sehingga untuk nilai skor curah hujan di Perkotaan Kecamatan Kopang diberikan nilai
skor sebesar ..... Adapun skoring curah hujan di Perkotaan Kecamatan Sabangau
berdasarkan kriteria curah hujan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.9
Skoring Curah Hujan Perkotaan Kecamatan Sabangau
Luas
No Curah Hujan (mm/hari) Skor
(Ha)
1
Sumber : Hasil Analisa 2018

Jenis Tanah yang berada di Perkotaan Kecamatan Sabangau adalah jenis tanah
........ dan ........ Tanah Grumosol terbentuk dari material gunung berapi yang melewati
proses pelapukan sehingga dikatakan subur, dan bisa dijadikan sebagai lahan pertanian.
Kemudian untuk tanah Regosol terbentuk dari batuan beku dari proses letusan gunung
berapi dan sedimen keras, tanah ini sering dimanfaatkan sebagai tempat bertanam
rumput pakan hewan ternak, atau bebrapa jenis tanaman palawija. Jenis tanah suatu
wilayah dibagi menjadi 5 kriteria menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 41
Tahun 2007 Tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya Adapun kriteria dari
jenis tanag dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.
Kriteria jenis tanah kecamatan Sabangau

No Kelas Jenis Tanah Klasifikasi Skoring


1 I Aluvial, tanah Glei, Planosol, Tidak Peka 15
Hidromorf Kelabu,Laterik Air Tanah

2 II Latosol Agak peka 30


3 III Brown Forest Soil, Non Caleic Brown, Kurang peka 45
Mediteran
4 IV Andosol, Grumosol, Podsoil, Podsolic Peka 60

5 V Regosol, Litosol, Atnogosol, Renzine Sangat Peka 75


Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 41 Tahun 2007 Tentang Pedoman
Kriteria Teknis Kawasan Budidaya, jenis tanah yang ada di Perkotaan Kecamatan Sabangau
termasuk ke dalam kelas.... yang bersifat ...... yaitu jenis tanah.... dengan nilai skor ...., dan kelas
.... yang bersifat sangat .... yaitu ..... dengan nilai skor..... Adapun skoring jenis tanah di
Perkotaan Kecamatan Sanbangau berdasarkan kriteria jenis tanah dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.11
Skoring Jenis Tanah Perkotaan Kecamatan Sabangau
Luas
No Jenis Tanah Skor
(Ha)
1 1241,79
2 903,12

Sumber : Hasil Analisa 2019

Pada kondisi hidrologi menggambarkan kedalaman air pada tanah, kualitas air pada tanah yang
menunjang bagi kawasan yang cocok dengan permukiman. Aspek hidrologi di Perkotaan
Kecamatan Sabangau mencakup sungai dan danau. Perkotaan Kecamatan Sabangau dialiri oleh
satu sungai yang biasa disebut Sungai ....... yang tidak bertanggul dan memiliki lebar ....... meter
sehingga dalam menentukan daerah konservasi berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 28/ PRT/M/2015 tentang Penetapan Garis
Sempadan Sungai dan Garis Sempadan Danau termasuk dalam sungai kecil sehingga dapat
disimpulkan bahwa daerah konservasinya 10 meter dari tepi sungai. Sedangkan lebar sungai........
termasuk sungai besar disimpulkan bahwa daerah konservasinya 100 meter dari tepi sungai. Untuk
kawasan mata air daerah konservasinya 200 meter mengelilingi mataair tersebut. Sungai yang
terdapat di .............sungai kecil dan tidak bertanggul dengan lebar ...... sehingga daerah
sempadan untuk sungai adalah 10 meter dari kiri kanan sungai.
Berdasarkan hasil overlay dari 4 aspek tersebut didapat rekomendasi kesesuaian lahan
secara makro yang dimana Perkotaan Sabangau sendiri secara keseluruhan dapat dibangun yang
berarti merupakan kawasan budidaya. Adapun tabel luas dan peta kesesuaian lahan secara makro
yang dapat dilihat pada peta berikut.
Tabel 4.
Luas Rekomendasi Kesesuaian Lahan Makro Perkotaan Kecamatan Sabangau

Jenis Kelurahan Klasifikasi Luas (Ha)

Kawasan Budidaya
KerengBingkirai
Kawasan Lindung

Kawasan Budidaya
Kesesuaian Sabarau
Kawasan Lindung

Kawasan Budidaya
Kalampangan
Kawasan Lindung

4.6.1.2 Analisa Kelayakan Lahan Makro


Analisa terkait kelayakan lahan juga menjadi aspek penting dalamsebuah perencanaan. Dimana
dapat diketahui tempat tersebut layak dibangun permukiman atau tidak. Analisa kelayakan lahan
dapat dilakukan dengan metode overlay atau tumpang tindih dari 2 aspek yaitu rekomendasi
kesesuaian lahan makro dan sempadan sungai dimana dengan melakukan penjumlahan skoring
dan ketentuan berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 41 Tahun 2007 Tentang
Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya. Adapun tabel terkait luas kelayakan lahan yang ada
di Perkotaan Kecamatan Sabangau dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.
Kelayakan Lahan Perkotaan Kecamatan Sabangau
Luas
Jenis Kelurahan Klasifikasi
(Ha)
Layak Dibangun
KerengBingkirai
Tidak layak dibangun
Layak Dibangun
Kelayakan Sabarau
Tidak layak dibangun
Layak Dibangun
Kalampangan
Tidak layak dibangun

Sumber : hasil analisa 2019


Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa lahan yang layak dibangun di
Perkotaan Kecamatan Sabangau seluas....... Ha dan lahan yang tidak layak dibangun di Perkotaan
Kecamatan Sabangau seluas.....Ha. Adapun peta kelayakan lahan yang dapat dilihat pada peta
berikut.
Peta 4.14 Peta Kesesuaian Lahan Makro Perkotaan Kecamatan Sabangau
Peta 4. Peta Kelayakan Lahan Makro Perkotaan Kecamaan Sabangau
4.6.1.3 Analisa Kemampuan Lahan Mikro
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan lahan untuk dapat
mendukung upaya pemanfaatan lahan terbangun. Analisis kemampuan lahan ini sekaligus untuk
mengetahui faktor – faktor fisik lahan yang bersifat menghambat dan tidak menghambat dalam upaya
pemanfaatan lahan terbangun. Output (keluaran) dari analisis ini adalah berupa peta kelas
kemampuan lahan (zonasi) yang terdiri dari kawasan kemungkinan (pengembangan), kawasan
kendala dan kawasan limitasi, yang merupakan gambaran dari tingkatan kemampuan lahan pada
daerah Perkotaan Kecamatan Sabangau.
Analisis kemampuan lahan ini bermaksud untuk mengkaji tingkatan kemampuan lahan
terbangun di Perkotaan Kecamatan Sabangau berdasarkan aspek fisik dasar. Aspek dasar ini
merupakan salah satu materi yang diperlukan dalam rencana pengembangan suatu kota, hal ini seperti
tertuang dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M.2007 Tentang Pedoman Teknik
Analisis Fisik Dan Lingkungan, Ekonomi Serta Sosial Budaya dalam penyusunan Rencana Tata
Ruang. Adapun alur dari Analisa Kemampuan Lahan yang dapat dilihat pada bagan berikut.

Gambar 4.3 Alur Analisa Kemampuan Lahan


Sumber : Permen PU No 20 Tahun 2007
Adapun bahan dan tahapan analisa yang diperlukan untuk analisa kemampuan lahan yang
dapat dilihat sebagai berikut.
A. Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Morfologi
Dalam melakukan analisis morfologi perlu adanya peta kemiringan, peta morfologi yang
dilakukan overlay dengan menggunakan tool ArcGis bernama Weight Overlay agar dapat
mengetahui kawasan yang termasuk dalam kriteria tersebut untuk mendapatkan hasil yang
dijadikan sebagia kemampuan perumahan. Adapun kriteria dari SKL Morfologi berdasarkan
asumsi yang dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 4. Kriteria SKL Morfologi


No Peta Morfologi Peta Kelerengan SKL Morfologi Skor
1 Bergunung > 40% Kemampuan Lahan Dari Morfologi Tinggi 1
2 Perbukitan Sedang 15 - 40% Kemampuan Lahan Dari Morfologi Cukup 2
3 Perbukitan Landai 8 - 15% Kemampuan Lahan Dari Morfologi Sedang 3
4 Bergelombang 2 - 8% Kemampuan Lahan Dari Morfologi Kurang 4
5 Datar 0 -2% Kemampuan Lahan Dari Morfologi Rendah 5
Sumber : Permen PU No 20 Tahun 2007

Berdasarkan perhitungan Analisa Weight Overlay terhadap kondisi eksisting fisik dasar di
Perkotaan Kecamatan Sabangau, Adapun klasifikasi SKL Morfologi Perkotaan Sabangau yang
dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 4.

Klasifikasi SKL Morfologi


SKL Kelurahan Klasifikasi Luas (Ha)

Kemampuan Lahan Untuk


KerengBingkirai 29.653
Morfologi Rendah

Kemampuan Lahan Untuk


2.69
Morfologi Cukup
Morfologi
Kemampuan Lahan Untuk
Sabarau 15.183
Morfologi Rendah

Kemampuan Lahan Untuk


Kalampangan 4.229
Morfologi Rendah

Sumber ; Hasil Analisa 2019


Berdasarkan hasil analisa SKL Morfologi, didapat satu klasifikasi yang ada di Perkotaan
Kecamatan Sabangau secara keseluruhan yaitu morfologi Rendah dengan luasan 49.065 Ha dan
Adapun kriteria arahan pengembangan berdasarkan klasifikasi yang sudah dianalisa dapat dilihat
sebagai berikut
1. Kemampuan Lahan Untuk Morfologi Rendah. Persebaran kemampuan lahan
morofologi rendah berada di seluruh Kecamatan Sabangau. Berikut merupakan
kriteria arahan pengembangan di daerah kemampuan lahan morfologi rendah
Yaitu :
a) Digunakan untuk kawasan terbangun. Kawasan terbangaun ini seperti kawasan
permukiman yang biasanya sangat melihat bentang lahan yang ada. Biasanya pola
permukiman dipengaruhi oleh bentuk bentang lahan yang ada. Jika bentang lahan yang ada
datar maka pola permukiman akan berpusat di daerah situ karena kawasan itu sangat cocok
untuk kawasan permukiman. Permukiman disini biasanya permukiman yang didirikan oleh
masyarakat ataupun oleh pengembang. Sehingga perlunya penanganan dan pengawasan agar
kawasan ini bisa sesuai dengan fungsi kawasan tersebut.
b) Kawasan Pertanian. Dengan bentang lahan yang dataran menajdikan kawasan ini bisa
dijadikan untuk kawasan pertanian seperti tanaman padi, jenis sayur – sayuran. Dengan
bentang lahan yang seperti ini sistem pengairan biasanya menggunakan sistem pengairan
irigasi. Sehingga perlunya penanganan dan pengawasan agar kawasan ini bisa sesuai dengan
fungsi kawasan tersebut. Adapun peta SKL Morfologi yang dapat dilihat sebagai berikut.
B. Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kemudahan Dikerjakan
Tujuan analisis SKL Kemudahan Dikerjakan adalah untuk mengetahui tingkat kemudahan
lahan di wilayah dan/atau kawasan untuk digali/dimatangkan dalam proses pembangunan/
pengembangan kawasan. Dalam analisis ini membutuhkan masukan berupa peta topografi, peta
morfologi, peta kemiringan lereng, peta jenis tanah, peta penggunaan lahan eksisting, dengan
keluaran peta SKL Kemudahan Dikerjakan. Adapun kriteria dari SKL Kemudahan di Kerjakan
yang dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 4.
Kriteria SKL Kemudahan dikerjakan
Peta
SKL
Penggunaan
No Peta Morfologi Peta Kelerengan Peta Ketinggian Peta Jenis Tanah Kemudahan Skor
Lahan
Dikerjakan
Eksisting
Kemudahan
1 Bergunung >40% >3000 m Mediteran Hutan dikerjakan 1
rendah
Pertanian,
perkebunan, Kemudahan
2 Perbukitan Sedang 15 - 40 % 2000 - 3000 m Latosol pertanian tanah dikerjakan 2
kering kurang
musiman
kemudahan
3 perbukitan landa 8 - 15% 1000 - 2000 m Andosol Semak Belukar dikerjakan 3
sedang
kemudahan
Tegalan, tanah
4 Bergelombang 2 - 8% 500 - 1000 m Regosol dikerjakan 4
kosong
cukup
kemudahan
5 Datar 0 - 2% 0 - 500 m Alluvial Permukiman dikerjakan 5
tinggi
Sumber : Permen PU No. 20 Tahun 2007
Berdasarkan perhitungan Analisa Weight Overlay terhadap kondisi eksisting fisik dasar di
Perkotaan Kecamatan Sabangau, Adapun klasifikasi SKL Kemudahan Dikerjakan Perkotaan
Sabangau yang dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 4.
Klasifikasi SKL Kemudahan Dikerjakan
SKL Kelurahan Klasifikasi Luas (Ha)

Kemudahan Dikerjakan
29.653
tinggi
KerengBingkirai
Kemudahan Dikerjakan
2.690
Kurang
Kemudahan
Dikerjakan
Kemudahan Dikerjakan
Sabarau 15.183
tinggi

Kemudahan Dikerjakan
Kalampangan 4.229
tinggi

Sumber : Hasil Analisa 2019


Berdasarkan hasil analisa SKL Kemudahan Dikerjakan, didapat 2 klasifikasi yang ada di
Perkotaan Kecamatan Sabangau secara keseluruhan yaitu tinggi dengan luasan 49.065 Ha dan
Kurang dengan luasan 2.690 Ha. Adapun kriteria arahan pengembangan berdasarkan klasifikasi
yang sudah dianalisa dapat dilihat sebagai berikut.
1. Kemudahan Dikerjakan Tinggi. persebaran kemampuan lahan kemudahan di kerjakan Tinggi
tersebar di seluruh wilayah kecamatan sabangau kecuali sebagian wilayah yang ada di
kelurahan Kereng Bingkirai. Kriteria arahan pengembangan di kawasan kemampuan lahan
kemudahan dikerjakan tinggi yaitu
a) Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Perumukiman. Dengan memiliki morfologi
landai dan datar dengan 0 – 8% dan juga memiliki ketinggian antara 0 – 1000 m kawasan
ini cocok untuk dijadikan kawasan permukiman yang menunjang tempat tinggal bagi
masyarakat yang ada di kawasan perkotaan kopang di kecamatan Sabangau. Dengan
memiliki klasifikasi seperti itu kawasan ini cocok untuk dijadikan kawasan terbanguan
seperti permukiman dan juga kawasan ini memiliki kemudahan dikerjakan cukup dan
memiliki kemudahan dikerjakan tinggi sehingga kawan ini bisa diperuntukan untuk
kawasan terbanguan. Namun hal yang harus diperhatikan adalah perlunya pengawasan agar
lahan yang semistinya digunakan untuk kawan terbangun tidak beralih fungsi untuk
kawasan peruntukan lainnya.
b) Pembangunan Dan Pengembangan Kawasan Perdagangan Dan Jasa. Dengan memiliki
morfologi landai dan datar dengan 0 – 8% dan juga memiliki ketinggian antara 0 – 1000 m
kawasan ini cocok untuk dijadikan kawasan permukiman yang menunjang tempat tinggal
bagi masyarakat yang ada di kawasan perkotaan Sabangau di kecamatan Sabangau. Dan
memiliki klasifikasi kemudahan dikerjakan cukup dan kemudahan dikerjakan tinggi
menjadikan kawan ini bisa di banguan untuk kawasan perdagangan dan jasa seperti pusat
perbelanjaan yang berskala pelayanan besar maupun sedang karena dengan kondidi yang
datar dan diantara ketinggian seperti itu memudahakan dam pengerjaan kontruksi
pembangunan pusat perbelanjaannya dan juga memudahkan untuk membangun akses
bilitas ke pusat perbelanjaannya itu sendiri.
c) Pembangunan Dan Pengembangan Kawasan Industri. Dengan memiliki bentang lahan yang
datar kurang dari 15% maka kawasan ini bisa digunakan untuk pengembangan dan
pembangunan kawasan industri berskala besar, sedang maupun kecil.
2. Kemudahan Dikerjakan Kurang. persebaran kemampuan lahan kemudahan di kerjakan
Kurang tersebar di sebagian wilayah di Kelurahan Kereng Bingkirai,kecamatan sabangau.
Kriteria arahan pengembangan di kawasan kemampuan lahan kemudahan dikerjakan kurang
yaitu
a) Pengembangan Kawasan Pertanian, perkebunan, pertanian tanah kering musiman. Dengan
memiliki morfologi perbukitan sedang dengan 15 – 40% dan juga memiliki ketinggian
antara 2000– 3000 m kawasan ini cocok untuk dijadikan kawasan pertanian, perkebunan,
dan pertanian tanah kering musiman yang dapat menunjang perekonomian masyarakat di
kawasan perkotaan Sabangau.
Adapun peta SKL Kemudahan Dikerjakan yang dapat dilihat sebagai berikut.

C. Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Lereng


Tujuan analisis SKL Kestabilan Lereng adalah untuk mengetahui tingkat kemantapan lereng
di wilayah pengembangan dalam menerima beban. Dalam analisis ini membutuhkan masukan
berupa peta topografi, peta morfologi, peta kemiringan lereng, peta jenis tanah, peta hidrologi,
geologi, peta curah hujan, peta bencana alam (rawan bencana gunung berapi dan kerentanan
gerakan tanah) dan peta penggunaan lahan, dengan keluaran peta SKL Kestabilan Lereng dan
penjelasannya. Adapun kriteria dari SKL Kestabilan Lereng yang dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 4.17Kriteria SKL Kestabilan Lereng
Peta Peta SKL
N Peta Peta Peta Jenis Penggunaan Peta Curah Kerentanan Kestabil Sko
Peta Morfologi
o Kelerengan Ketinggian Tanah Lahan Hujan Gerakan an r
Eksisting Tanah Lereng
Kestabil
an
1 Bergunung >40% >3000 m Mediteran Hutan
>3000 Sangat lereng
mm/tahun Rawan rendah 1
Pertanian,
perkebunan, Kestabil
Perbukitan 2000 - 3000 1500 - 3000
2 15 - 40 % Latosol pertanian an
Sedang m mm/tahun
tanah kering lereng
musiman Rawan kurang 2
Kestabil
perbukitan 1000 - 2000 Semak an
3 8 - 15% Andosol
landa m Belukar 1000 - 1500 Agak lereng
mm/tahun Rawan sedang 3
Kestabil
Tegalan,
an
4 Bergelombang 2 - 8% 500 - 1000 m Regosol tanah
<1000 lereng
kosong
mm/tahun Aman tinggi 4
5 Datar 0 - 2% 0 - 500 m Alluvial Permukiman Aman 5
Sumber : Permen PU No. 20 Tahun 2007
Berdasarkan perhitungan Analisa Weight terhadap kondisi eksisting fisik dasar di
Perkotaan Kecamatan Sabangau, Adapun klasifikasi SKL Kestabilan Lereng Perkotaan Sabangau
yang dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 4.18Klasifikasi SKL Kestabilan Lereng

SKL Kelurahan Klasifikasi Luas (Ha)

Kestabilan lereng tinggi 29.653


KerengBingkirai
Kestabilan lereng kurang 2.69
Kestabilan lereng
Sabarau Kestabilan lereng tinggi 15.183

Kalampangan Kestabilan lereng tinggi 4.229

Sumber : Hasil Analisa 2019

Berdasarkan hasil analisa SKL Kestabilan Lereng, didapat 2 klasifikasi yang ada di
Perkotaan Kecamatan Sabangau secara keseluruhan yaitu tinggi dengan luasan 49.065 Ha dan
Kurang dengan luasan 2.690 Ha. Adapun kriteria arahan pengembangan berdasarkan klasifikasi yang
sudah dianalisa dapat dilihat sebagai berikut.
1. Kestabilan Lereng Tinggi. Persebaran kemampuan lahan kestabilan lereng tinggi tersebar di
seluruh wilayah perkotaan kecamatan seabangau kecuali sebagian wilayah di Kelurahan Kereng
Bingkirai . Kriteria arahan pengembangan di kemampuan lahan kestabilan lereng tinggi Yaitu :
a) Kestabilan lereng Tinggi maka kawasan tersebut sangat aman dikembangkan untuk
wilayah terbangun dan kegiatan budidaya lainnya yang membutuhkan aktifitas atau
kegiatan manusia dalam jumlah besar, karna memiliki kestabilan lereng yang tinggi tidak
memiliki kemungkinan erosi atau longsor dan mampu menerima beban konstruksi
pembangunan yang berat.
2. Kestabilan Lereng Kurang. Persebaran kemampuan lahan kestabilan lereng kurang tersebar di
sebagian wilayah di Kelurahan Kereng Bingkirai. Kriteria arahan pengembangan di
kemampuan lahan kestabilan lereng Kurang Yaitu :
a) Kawasan yang memiliki kestabilan lereng kurang dikatakan rawan karna memiliki
kestabilan lereng yang kurang dan kemungkinan untuk terjadinya longsor dan erosi cukup
besar sehingga Lahan Tersebut akan lebih tepat di Kembangkan Untuk pertanian/
perkebunan yang memiliki aktivitas/kegiatan manusia dan beban yang tidak besar/banyak.
Adapun peta SKL Kestabilan Lereng yang dapat dilihat sebagai berikut.
D. Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Pondasi
Tujuan analisis SKL Kestabilan Pondasi adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan lahan
untuk mendukung bangunan berat dalam pengembangan perkotaan, serta jenis jenis pondasi yang
sesuai untuk masing-masing tingkatan. Dalam analisis ini membutuhkan masukan berupa peta SKL
kestabilan lereng, peta jenis tanah, peta kedalaman efektif tanah, peta tekstur tanah, peta hidrologi
geologi dan peta penggunaan lahan eksisting dengan keluaran peta SKL Kestabilan Pondasi dan
penjelasannya. Adapun kriteria dari SKL Kestabilan Pondasi yang dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 4.

Kriteria SKL Kestabilan Pondasi

Sumber : Permen PU No. 20 Tahun 2007

Berdasarkan perhitungan Analisa Weight Overlay terhadap kondisi eksisting fisik dasar di
Perkotaan Kecamatan Sabangau, Adapun klasifikasi SKL Kestabilan Pondasi Perkotaan Sabangau
yang dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 4.20

Klasifikasi SKL Kestabilan Pondasi

SKL Kelurahan Klasifikasi Luas (Ha)

daya dukung dan kestabilan


29.653
pondasi kurang

KerengBingkirai

daya dukung dan kestabilan


2.69
pondasi kurang
Kestabilan lereng

daya dukung dan kestabilan


Sabarau 15.183
pondasi kurang

daya dukung dan kestabilan


Kalampangan 4.229
pondasi kurang

Sumber : Hasil Analisa 2019

Berdasarkan hasil analisa SKL Kestabilan Pondasi, didapat 1 klasifikasi yang ada di Perkotaan
Kecamatan Sabangau secara keseluruhan yaitu kestabilan pondasi kurang dengan luasan 51.755 Ha.
Adapun kriteria arahan pengembangan berdasarkan klasifikasi yang sudah dianalisa dapat dilihat
sebagai berikut.
a) Kestabilan pondasi Kurang berarti wilayah tersebut kurang stabil untuk berbagai bangunan,
namun mungkin untuk jenis pondasi tertentu, bisa lebih stabil, seperti pondasi cakar ayam.
biasanya pondasi cakar ayam digunakan untuk pembangunan-pembangunan rumah sederhana
hingga rumah bertingkat. Kecenderungan penampang alas yang besar memungkinkan pondasi
cakar ayam memecah tekanan beban yang diberikan dari bangunan kesegala arah tapakan.
Teknik ini banyak digunakan untuk bagunan rumah bertingkat, dan juga bangunan dengan
struktur tanah yang labil. Maka sangat cocok digunakan untuk pembangunan dalam jenis
sederhana hingga bangunan yang memiliki jumlah lantai lebih dari satu, pada kawasan perkotaan
Sabangau dengan kestabilan pondasi yang kurang.
Adapun peta SKL Kestabilan Pondasi yang dapat dilihat sebagai berikut.
E. Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Ketersediaan Air
Tujuan analisis SKL Ketersediaan Air adalah untuk mengetahui tingkat ketersediaan air
dan kemampuan penyediaan air pada masing-masing tingkatan, guna pengembangan kawasan.
Dalam analisis ini membutuhkan masukan berupa peta morfologi, peta kelerengan, peta curah
hujan, peta hidrogeologi, peta jenis tanah dan peta penggunaan lahan eksisting dengan keluaran
peta SKL Ketersediaan Air dan penjelasannya. Adapun kriteria dari SKL Ketersediaan Air yang
dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 4.21
Kriteria SKL Ketersediaan Air
SKL
N Peta Peta Peta Jenis Peta Curah Peta Nila
Peta Morfologi Ketersedia
o Kelerengan Ketinggian Tanah Hujan Landuse i
an air
Ketersedia 1
Tegalan, an air
1 Bergunung >40% >3000 m Mediteran
>3000 tanah kosong sangat
mm/tahun rendah
Perbukitan 2000 - 3000 1500 - 3000 Semak
Ketersedia 2
2 15 - 40 % Latosol an air
Sedang m mm/tahun Belukar
rendah
perbukitan 1000 - 2000
Ketersedia 3
3 8 - 15% Andosol 1000 - 1500 Hutan an air
landa m
mm/tahun sedang
Pertanian, 4
perkebunan,
ketersediaa
4 Bergelombang 2 - 8% 500 - 1000 m Regosol pertanian
n air tinggi
<1000 tanah kering
mm/tahun semusim
5 Datar 0 - 2% 0 - 500 m Alluvial Permukiman 5
Sumber : Permen PU No 20 Tahun 2007

Berdasarkan perhitungan Analisa Weight Overlay terhadap kondisi eksisting fisik dasar di
Perkotaan Kecamatan Sabangau, Adapun klasifikasi SKL Ketersediaan Air Perkotaan Sabangau
yang dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 4.22
Klasifikasi SKL Ketersediaan Air
SKL Kelurahan Klasifikasi Luas (Ha)

ketersediaan air tinggi 29.653


Kereng Bingkirai
Ketrsediaan air Ktersediaan air rendah 2.69

Sabarau ketersediaan air tinggi 15.183


SKL Kelurahan Klasifikasi Luas (Ha)

Kalampangan ketersediaan air tinggi 4.229

Sumber : hasil analisa 2019


Berdasarkan hasil analisa SKL Ketersediaan Air, didapat 2 klasifikasi yang ada di
Perkotaan Kecamatan Sabangau secara keseluruhan yaitu tinggi dengan luasan 49.065 Ha. dan
Rendah dengan luasan 2,690 Ha. Adapun kriteria arahan pengembangan berdasarkan klasifikasi
yang sudah dianalisa dapat dilihat sebagai berikut.

1. Ketersediaan Air Tinggi. Sebagian besar wilayah perkotaan Sabangau memiliki klasifikasi
kemampuan lahan dengan ketersediaan air tinggi . Kriteria arahan pengembangan di wilayah
kemampuan lahan dengan ketersediaan air tinggi Yaitu :
a) Konservasi air yang berlebihan untuk kebutuhan air yang mendatang ataupun
mendistribusikan ke daerah yang membutuhkan serta meningkatkan pengawasan perizinan
pemakaian air sebagai pengendalian dan management sumber daya air, dan untuk
menghindari pemakaian air secara sepihak , Langkah yang perlu dilakukan yaitu sebagai berikut :
 Memperketat izin pengambilan air tanah untuk industri dan menerapkan konsep daur
ulang untuk industry.
 Untuk permukiman sebaiknya kebutuhan air disediakan oleh pihak pengembang
melalui sistem distribusi air sederhana.
 Pembuatan Embung untuk menampung kelebihan air sehingga dapat dimanfaatkan di
musim kemarau.
2. Ketersediaan Air Rendah. Persebaran wilayah kemampuan lahan dengan ketersediaan air
rendah terletak di sebagian wilayah di kelurahan Kreng Bingkirai. Kriteria arahan
pengembangan di wilayah kemampuan lahan dengan ketersediaan air rendah Yaitu :
a) Meningkatkan pelayanan pemenuhan kebutuhan air dari lembaga
pemerintahan serta mengurangi atau meminimalkan tingkat kebutuhan air
sehingga air yang digunakan benar-benar efisien dan efektif , Berikut langkah
strategi yang dapat dilakukan :
 Perbaikan kualitas air sungai.
 Implementasi konsep ORPIM (one river one plan one integratted
management).
 Pembangunan wilayah yang berbasis sungai dan restorasi sungai.
 Optimalisasi pelayanan PDAM menghindari kegiatan mencari sumber air
secara tidak terkendali yang berakibat dapat merusak lingkungan.
 Meminimalkan kebutuhan air irigasi dengan mengatur pola tanam seperti
padi-palawija-palawija atau palawija saja untuk daerah yang tidak
memungkinkan pemenuhan kebutuhan air.
 Pemanfaatan kembali air bekas pemakaian untuk memenuhi kebutuhan air.

F. Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Untuk Drainase


Tujuan analisis SKL untuk Drainase adalah untuk mengetahui tingkat
kemampuan lahan dalam mengalirkan air hujan secara alami, sehingga kemungkinan
genangan baik bersifat lokal maupun meluas dapat dihindari. Dalam analisis ini
membutuhkan masukan berupa peta morfologi, peta kemiringan lereng, peta
topografi, peta jenis tanah, peta curah hujan, peta kedalaman efektif tanah, dan
penggunaan lahan eksisting dengan keluaran peta SKL untuk Drainase dan
penjelasannya. Adapun kriteria dari SKL Untuk Drainase yang dapat dilihat sebagai
berikut.
Tabel 4.23
Kriteria SKL Untuk Drainase
Peta
Peta Peta
N Peta Jenis SKL Nila
Ketinggia Peta Jenis tanah curah Peta Landuse
o Morfologi Tana Drainase i
n hujan
h
Kemampua
>40
1 Bergunung >3000 m Andosol Permukiman Tegalan n drainase 5
%
tinggi
<1000
Perbukitan 15-40 2000-3000 Alluvial,Regoso
2 mm/tahu Tanah kosong pertanian 4
sedang % m l
n
1000-
Kemampua
Perbukitan 8-15 1000-2000 1500 Perkebunan,pertaniantana
3 Mediteran n drainase 3
landai % m mm/tahu h kering semusim
cukup
n
1500 -
Kemampua
Bergelomban 500 - 1000 3000
4 2-8 % hutan n drainase 2
g m mm/tahu
kurang
n
> 3000
5 Dataran 0-2 % 0-500 m latosol mm/ Semak berlukar 1
tahun
Sumber : Permen PU No 20 Tahun 2007
Berdasarkan perhitungan Analisa Weight Overlay terhadap kondisi eksisting fisik dasar di
Perkotaan Kecamatan Sabangau, Adapun klasifikasi SKL Untuk Drainase Perkotaan Sabangau yang
dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 4.24
Klasifikasi SKL Untuk Drainase
‘SKL Kelurahan Klasifikasi Luas (Ha)

Kemampuan drainase Kurang 29.653

Kereng Bingkirai

Kemampuan Drainase Tinggi 2.69


Kemampuan
Drainase
Sabarau Kemampuan drainase Kurang 15.183

Kalampangan Kemampuan drainase Kurang 4.229

Sumber : hasil analisa 2019

Berdasarkan hasil analisa SKL Untuk Drainase, didapat 2 klasifikasi yang ada di Perkotaan
Kecamatan Sabangau secara keseluruhan yaitu kurang dengan luasan 4.9065 Ha dan Tinggi dengan
luasan 2,690 Ha. Adapun kriteria arahan pengembangan berdasarkan klasifikasi yang sudah dianalisa
dapat dilihat sebagai berikut.
1. Drainase Kurang. Persebaran wilayah berkemampuan lahan dengan Drainase kurang tersebar
di seluruh wilayah kecamatn sabangau kecuali di sebagian wilayah di Kelurahan Kereng
Bingkirai. Kriteria arahan pengembangan di wilayah kemampuan lahan dengan drainase
kurang sebagai berikut Yaitu :
a) Pengaturan itensitas pemanfaatan lahan menjadi terbangun dan pengaturan letak lahan
terbangun serta melakukan perlindungan terhadap kawasan resapan air. Dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
 Pengendalian pembangunan lahan tidak terbangun menjadi lahan terbangun khususnya
untuk daerah yang berfungsi sebagai resapan air dan kawasan lindung .
 Pengaturan perbandingan lahan terbangun dan tidak terbangun , 70% : 30%.
 Pembuatan sumur resapan kolektif , seperti embung atau kolam resapan yang
terintegrasi dari hulu-hilir.
 Pembangunan wilayah yang berbasis sungai dan restorasi.
2. Drainase tinggi. Persebaran wilayah berkemampuan lahan dengan Drainase tinggi di sebagian
wilayah di Kelurahan Kereng Bingkirai. Kriteria arahan pengembangan di wilayah
kemampuan lahan dengan drainase tinggi sebagai berikut, yaitu :
a) Pemanfaatan yang berkelanjutan untuk kawasan sebagai daerah konservasi air secara
individu tiap bangunan, langkah yang perlu dilakukan yaitu sebagai berikut :
 Pemanfaatan sumur resapan individual seperti Rorak dan sistem catch-pitch untuk
menampung air yang efektif untuk menyerap kembali air hujan
 Perawatan sarana prasarana secara kontinuitas dengan tingkat pelayanannya maksimal
Adapun peta SKL Untuk Drainase yang dapat dilihat sebagai berikut.

G. Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Terhadap Erosi


Tujuan analisis SKL Terhadap Erosi adalah untuk mengetahui daerah-daerah yang
mengalami keterkikisan tanah, sehingga dapat diketahui tingkat ketahanan lahan terhadap erosi
serta antispasi dampaknya pada daerah yang lebih hilir. Dalam analisis ini membutuhkan masukan
berupa peta morfologi, peta kemiringan lereng, peta jenis tanah, peta hidrogeologi, peta tekstur
tanah, peta curah hujan dan peta penggunaan lahan eksisting dengan keluaran peta SKL Terhadap
Erosi dan penjelasannya. Adapun kriteria dari SKL Terhadap Erosi yang dapat dilihat sebagai
berikut.
Tabel 4.25
Kriteria SKL Terhadap Erosi
Peta Peta Peta
N Peta Peta jenis SKL Sko
Kelerang Tekstur curah Peta Penggunaan Lahan Eksisting
o Morfologi Tanah Erosi r
an Tanah hujan
>3000 Erosi
1 Bergunung >40 % Regosol mm/tah Semak belukar Ting 1
un gi
1500 - Erosi
Tegalan,tanah
Perbukitan Andosol/Grumo Kasar(pas 3000 cuku
2 15-40 % kosong,PemakamanPertanian,Perk 2
Sedang sol ir) mm/tah p
ebunan
un tinggi
1000-
Erosi
Perbukitan Sedang ( 1500
3 8-15 % Mediteran Pertanian tanah kering semusim sedan 3
Landai Lempung) mm/tah
g
un
Erosi
<1000 Sang
Bergelomba Halus Permukiman ( Kawasan
4 2-8 % Latosol mm/tah at 4
ng (Liat) Terbangun)
un renda
h
Peta Peta Peta
N Peta Peta jenis SKL Sko
Kelerang Tekstur curah Peta Penggunaan Lahan Eksisting
o Morfologi Tanah Erosi r
an Tanah hujan
Tidak
5 Datar 0-2 % Aluvial Hutan Ada 5
Erosi
Sumber : Permen PU No 20 Tahun 2007

Berdasarkan perhitungan Analisa Weight Overlay terhadap kondisi eksisting fisik dasar di
Perkotaan Kecamatan Sabangau, Adapun klasifikasi SKL Terhadp Erosi Perkotaan Sabangau yang
dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 4.26
Klasifikasi SKL Terhadap Erosi

SKL Kelurahan Klasifikasi Luas (Ha)

Tidak ada Erosi 29.653


KerengBingkirai
Erosi Cukup Tinggi 2.69
Erosi
Sabarau Tidak ada Erosi 15.183

Kalampangan Tidak ada Erosi 4.229

Sumber : hasil analisa 2019


Berdasarkan hasil analisa SKL Terhadap Erosi, didapat 2 klasifikasi yang ada di Perkotaan
Kecamatan Sabangau secara keseluruhan yaitu yang tidak ada erosi dengan luasan 49.065 Ha dan
cukup tinggi dengan luasan 2.960 Ha. Adapun kriteria arahan pengembangan berdasarkan
klasifikasi yang sudah dianalisa dapat dilihat sebagai berikut.
1. Erosi Cukup Tinggi. Persebaran wilayah berkemampuan lahan dengan Erosi Cukup Tinggi
hanya terdapat disebagian wilayah Kelurahan Kereng Bingkirai. Kriteria arahan pengembangan
di wilayah kemampuan lahan dengan Erosi Cukup Tinggi Yaitu :
a) Kawasan yang memiliki kemampuan lahan erosi yang cukup tinggi dengan luas 2.960 ha
berpotensi terjadi pengikisan tanah dimana hilangnya unsur keterikatan tanah sehingga daya
serap dan ikat tanah berkurang yang berpeluang terjadinya bencana longsor.
b) Perlu adanya perhatian terkait kawasan erosi cukup tinggi dimana kawasan ini terdapat di
daerah aluran sungai (DAS) dengan upaya mitigasi bencana dengan merefitalisasi kawasan
Daerah Aliran Sungai berdasarkan Permen PU No 28 Tahun 2015 terkait sempadan sungai
dan memanfaatkan kawasan tersebut sebagai peruntukan yang tidak terbangun dan juga
berfungsi untuk meminimalisir jatuhnya korban jiwa.
2. Tidak ada Erosi. Persebaran wilayah berkemampuan lahan yang tidak ada erosi terdapat di
seluruh wilayah kecamatan sabangau kecuali di sebagian wilayah di kelurahan kereng bingkirai.
Kriteria arah pengembangan di wilayah dengan keampuan lahan yang tidak ada erosi yaitu :
a) Daerah yang tidak ada erosi sangat baik untuk dilakukannya pembangunan, maka kawasan
tersebut sangat aman dikembangkan untuk wilayah terbangun dan kegiatan budidaya
lainnya yang membutuhkan aktifitas atau kegiatan manusia dalam jumlah besar, karna tidak
ada erosi sehingga tidak memiliki kemungkinan erosi atau longsor dan mampu menerima
beban konstruksi pembangunan yang berat.
H. Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Pembuangan Limbah
Tujuan analisis SKL Pembuangan Limbah adalah untuk mengetahui mengetahui daerah-
daerah yang mampu untuk ditempati sebagai lokasi penampungan akhir dan pengeolahan limbah,
baik limbah padat maupun cair. Dalam analisis ini membutuhkan masukan berupa peta morfologi,
peta kemiringan, peta topografi, peta jenis tanah, peta hidrogeologi, peta curah hujan dan peta
penggunaan lahan eksisting dengan keluaran peta SKL Pembuangan Limbah dan penjelasannya.
Adapun kriteria dari SKL Pembuangan Limbah yang dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 4.
Kriteria SKL Pembuangan Limbah
Peta Peta Peta SKL
N Peta Peta Penggunaan Lahan Sko
Keleranga Peta jenis Tanah ketinggia curah Pembuang
o Morfologi Eksisting r
n n hujan an Limbah
Kemampua
>3000 n lahan
1 Bergunung >40 % Regosol >3000 m mm/tahu Hutan untuk 1
n pembuanga
n
1500-
Perbukitan Andosol/Grumo 2000- 3000 Pertanian,perkebunan,perta Limbah
2 15-40 % 2
Sedang sol 3000 m mm/tahu nian tanah semusim kurang
n
1000- Kemampua
Perbukitan 1000- 1500 Permukiman (Kawasan n lahan
3 8-15 % Mediteran 3
Landai 2000 m mm/tahu terbangun) untuk
n limbah
Peta Peta Peta SKL
N Peta Peta Penggunaan Lahan Sko
Keleranga Peta jenis Tanah ketinggia curah Pembuang
o Morfologi Eksisting r
n n hujan an Limbah
sedang

Kemampua
<1000 n lahan
Bergelomba 500-
4 2-8 % Latosol mm/tahu Semak belukar untuk 4
ng 1000 m
n pembuanga
n
Tegalan,tanah Limbah
5 Datar 0-2 % Aluvial 0-500 m 5
kosong,pemakaman cukup
Sumber : Permen PU No 20 Tahun 2007

Berdasarkan perhitungan Analisa Weight Overlay terhadap kondisi eksisting fisik dasar di
Perkotaan Kecamatan Sabangau, Adapun klasifikasi SKL Pembuangan Limbah Perkotaan Sabangau yang
dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 4.28
Klasifikasi SKL Pembuangan Limbah

SKL Kelurahan Klasifikasi Luas (Ha)

Kemampuan pembuangan
29.653
limbah cukup

KerengBingkirai

Kemampuan pembuangan
2.69
limbah Kurang

Pembuangan Limbah

Kemampuan pembuangan
Sabarau 15.183
limbah cukup

Kemampuan pembuangan
Kalampangan 4.229
limbah cukup

Sumber : hasil analisa 2019

Berdasarkan hasil analisa SKL Pembuangan Limbah, didapat 2 klasifikasi yang ada di
Perkotaan Kecamatan Sabangau secara keseluruhan yaitu pembuangan limbah yang cukup dengan
luasan 49.065 Ha dan pembuangan limbah yang kurang dengan luasan 2.960 Ha. Adapun kriteria
arahan pengembangan berdasarkan klasifikasi yang sudah dianalisa dapat dilihat sebagai berikut.
1. Kemampuan Lahan Untuk Pembuangan Limbah Cukup.
Persebaran wilayah berkemampuan lahan dengan pembuangan limbah cukup terdapat di
seluruh wilayah kecamatn sabangau kecuali beberapa wilayah di Kelurahan Kereng Bingkirai
Kriteria pengembangan di wilayah kemampuan lahan untuk pembuangan limbah cukup sebagai berikut
Yaitu :
a) Kawasan yang memiliki kemampuan lahan untuk pembuangan limbah cukup dengan luas
1663,2 Ha sehingga kawasan tersebut memiliki tanah yang berdaya serap tinggi terhadap
penyerapan limbah cair.
b) belum dibutuhkannya instalasi pengolahan limbah dikawasan yang memiliki kemampuan
lahan untuk pembuangan limbah. Tetapi dengan pertumbuhan penduduk yang terus
bertambah maka kapasitas daya serap air limbah semakin banyak dan dibutuhkannya
perencanaan terkait instalasi pengolahan air limbah dititik-titik tertentu dengan
berlandaskan sinergritas melalui program sebagai berikut.
 minimasi air limbah, yaitu program yang berupaya mengurangi air limbah baik dari
industri maupun yang dihasilkan dari rumah tangga.

 Peningkatan pelayanan, program ini lebih diarahkan untuk meningkatkan pelayanan air
limbah rumah tangga, karena air limbah terutaman industri biasanya dikelola oleh
masing-masing industri.
 Pengelolaan dan pembuangan, program ini merupakan perwujudan limbah yang
dihasilkan masih perlu diolah dan dibuang dengan cara yang akrab terhadap
lingkungan. Misalnya dengan sistem filterisasi sehingga air limbah tersebut dapat
dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih dan mengurangi pencemaran
lingkungan skala besar.

2. Kemampuan Lahan Untuk Pembuangan Limbah kurang .


Persebaran wilayah berkempauan lahan untuk pembuangan limbah kurang terletak di
sebagian wilayah yang berada di Kelurahan Kereng Bingkirai. Kriteria pengembangan di
wilayah kemampuan lahan untuk pembuangan limbah Kurang Yaitu :
a) Peraturan yang mengatur sektor air limbah harus meliputi pengaturan mengenai
pembentukan institusi pengelola, ketentuan pengelolaan air limbah dari sumber sampai
akhir, kualitas pelayanan yang ingin diberikan, daerah pelayanan yang tertentu dan tetap,
petugas pelaksana yang tetap dan dapat dipindahkan secara periodik dengan pembebanan
kerja yang merata, kesiapan terhadap upaya penegakan termasuk pemberian insentif dan
disinsentif serta mempunyai keluwesan namun tetap tegas. Peran masyarakat juga sangat
diperlukan untuk keberlanjutan pengelolaan air limbah dan dalam hal pembiayaan.

I. Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Terhadap Bencana Alam


Tujuan analisis SKL terhadap Bencana Alam adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan
lahan dalam menerima bencana alam khususnya dari sisi geologi, untuk menghindari/mengurangi
kerugian dari korban akibat bencana tersebut. Dalam analisis ini membutuhkan masukan berupa
peta peta morfologi, peta kemiringan lereng, peta topografi, peta jenis tanah, peta tekstur tanah,
peta curah hujan, peta bencana alam (rawan gunung berapi dan kerentanan gerakan tanah) dan peta
penggunaan lahan eksisting dengan keluaran peta SKL Terhadap Bencana Alam dan
penjelasannya. Adapun kriteria dari SKL Bencana Alam yang dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 4.
Kriteria SKL Terhadap Bencana Alam
Peta SKL
Peta Peta Peta Peta
N Peta Peta jenis Peta penggunaan benca Benca Sk
Keleran Ketingg Curah Tekstur
o Morfologi Tanah Lahan Eksisting na na or
gan ian hujan Tanah
Alam Alam
Poten
Sanga si
>3000
>3000 Tegalan,tanah Kasar t benca
1 Bergunung >40 % Regosol mm/tah 1
m kosong,pemakaman (pasir) Rawa na
un
n alam
tinggi
1500-
Perbukitan 2000- Andosol/Gru 3000 Rawa
2 15-40 % Semak belukar 2
Sedang 3000 m mosol mm/Ta n
hun
potens
1000- i
sedang
Perbukitan 1000- hutan,pertanian,perk 1500 Agak benca
3 8-15 % mediteran (lampu 3
Landai 2000 m ebunan mm/tah rawan na
ng)
un alam
cukup
Benca
<1000 na
Bergelomb 500- pertanian tanah halus(li
4 2-8 % Latosol mm/tah Aman alam 4
ang 1000 m kering semusim at)
un kuran
g
5 Datar 0-2 % 0-500 m Aluvial Permukiman aman 5
Sumber : Permen PU No 20 Tahun 2007

Berdasarkan perhitungan Analisa Weight Overlay terhadap kondisi eksisting fisik dasar di
Perkotaan Kecamatan Sabangau, Adapun klasifikasi SKL Terhadap Bencana Alam Perkotaan
Sabangau yang dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 4.
Klasifikasi SKL Terhadap Bencana Alam
SKL Kelurahan Klasifikasi Luas (Ha)

potensi bencana alam kurang 29.653

KerengBingkirai

Potensi Bencana alam tinggi 2.69

Bencana Alam

Sabarau potensi bencana alam kurang 15.183

Kalampangan potensi bencana alam kurang 4.229

Sumber : Hasil analisa 2019


Berdasarkan hasil analisa SKL Terhadap Bencana Alam, didapat 2 klasifikasi yang ada di
Perkotaan Kecamatan Sabangau secara keseluruhan yaitu Tinggi dengan luasan 2,960 Ha, dan
kurang dengan luasan 49.065 Ha. Adapun kriteria arahan pengembangan berdasarkan klasifikasi
yang sudah dianalisa dapat dilihat sebagai berikut.

1. Kemampuan lahan terhadap Becana Alam Tinggi. Persebaran wilayah dengan kemampuan
lahan terhadap bencana alam tinggi tersebar di sebagiam wilayah di Kelurahan Kereng
Bingkirai . Kriteria arahan pengembangan di wilayah berkemampuan lahan terhadap bencana
alam tinggi Yaitu :
a) Peningkatan efektivitas pencegahan dengan cara meredam volume banjir bandang dengan
membangun waduk peredam banjir (detention storage) pada daerah hulu untuk membatasi
debit air yang mengalir ke bawah. Selain melakukan pencegahan, perlu juga meningkatkan
mitigasi terhadap bencana banjir bandang dengan melakukan beberapa tindakan sebagai
berikut :
 Penanaman pohon di daerah hulu untuk membantu penyerapan air hujan agar dapat
mengurangi volume air yang berlebih;
 Membuat embung – embung dilokasi yang memungkinkan seperti memanfaatkan
galur-galur erosi (gullies) sebagai penambah besar volume;
 Melakukan sosialisasi pada masyarakat mengenai pengenalan dini terhadap bencana
banjir bandang.
b) Penguatan kesiapsiagaan dan penanganan darurat bencana dengan melakukan beberapa
tindakan sebagai berikut :
 melakukan kerja sama dengan semua kalangan masyarakat, pemerintah dan swasta
untuk membantu masyarakat yang terkena dampak baik berupa evakusi korban,
pemberianan makanan siap saji, penyediaan dapur umum dan perbaikan sarana
prasarana yang vital saat terjadi bencana;
 Mengorganisir semua bantuan-bantuan baik dari masyarakat daerah maupun yang
berasal dari luar daerah itu saat terjadi bencana;
 Serta melakukan simulasi evakuasi bencana banjir bandang dalam rangka meningkatkan
kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir bandang.
c) Pengembangan sistem pemulihan bencana melalui rehabilitasi dan rekonstruksi.
 Rehabilitasi, meliputi :
 Refungsionalisasi layanan dasar;
 Mendampingi pemulihan spontan;
 Menghidupkan kembali aktivitas ekonomi;
 Menyediakan dukungan pemulihan kondisi psikologis dan sosial.
 Rekonstruksi/pembangunan kembali, meliputi :
 Pelayanan atau fasilitas umum;
 Pembangunan kembali infrastruktur;
 Penggantian bangunan rusak;
 Revitalisasi ekonomi;
 Pemulihan kehidupan sosial budaya;
 Pengurangan risiko bencana.
2. Kemampuan lahan terhadap Becana Alam Kurang . Persebaran wilayah dengan kemampuan
lahan terhadap bencana alam yang kurang tersebar di semua wilayah di Kecamatan Sabangau
kecuali sebagian wilayah dari Kelurahan Kereng Bingkirai. Kriteria arah pengembangan di
wilayah dengan keampuan lahan terhadap bencana alam yang kurang yaitu :
 Daerah yang kemampuan lahannya terhadap bencana kurang sangat baik untuk
dilakukannya pembangunan, kawasan tersebut sangat aman dikembangkan untuk wilayah
terbangun dan kegiatan budidaya lainnya yang membutuhkan aktifitas atau kegiatan
manusia dalam jumlah besar, karna wilayah tersebut aman terhadap bencana dan mampu
menerima beban konstruksi pembangunan yang berat.

J. Analisa Kemampuan Lahan


Analisis ini dilaksanakan untuk memperoleh gambaran tingkat kemampuan lahan untuk
dikembangkan sebagai perkotaan, sebagai acuan bagi arahan-arahan kesesuaian lahan pada tahap
analisis berikutnya.Adapun tahapan dalam melakukan analisa kemampuan lahan yang dapat
dilihat pada uraian sebagai berikut.
1 Analisis satuan-satuan kemampuan lahan, untuk memperoleh gambaran tingkat kemampuan
pada masing-masing satuan kemampuan lahan.

2 Menentukan nilai kemampuan setiap tingkatan pada masing-masing satuan kemampuan lahan,
dengan penilaian 5 (lima) untuk nilai tertinggi dan 1 (satu) untuk nilai terendah.
3 Mengalikan nilai-nilai tersebut dengan bobot dari masing-masing satuan kemampuan lahan.
Bobot ini didasarkan pada seberapa jauh pengaruh satuan kemampuan lahan tersebut pada
pengembangan perkotaan. Bobot yang digunakan sesuai dengan table.
4 Melakukan superimpose semua satuan-satuan kemampuan lahan, dengan cara menjumlahkan
hasil perkalian nilai kali bobot dari seluruh satuan-satuan kemampuan lahan dalam satu peta,
sehingga diperoleh kisaran nilai yang menunjukkan nilai kemampuan lahan di wilayah
perencanaan.
5 Menentukan selang nilai yang akan digunakan sebagai pembagi kelas -kelas kemampuan lahan,
sehingga diperoleh zona-zona kemampuan lahan dengan nilai tertentu yang menunjukkan
tingkatan kemampuan lahan di wilayah perencanaan dan digambarkan dalam satu peta
klasifikasi kemampuan lahan untuk perencanaan Rencana Detail Tata Ruang Perkotaan
Kecamatan Sabangau.
Berdasarkan tahapan diatas, Adapun hasil pembobotan Analisa Kemampuan Lahan yang
dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 4.
Hasil Pembobotan Satuan Kemampuan Lahan
SKL
SKL SKL SKL SKL SKL SKL
Kemudah SKL SKL
Morfo Kestabil Kestabil Untuk Terhada Bencan Kemampu
an Ketersedia Pembuang
logi an an Drainas p Erosi a Alam an Lahan
Dikerjak an Air an Limbah
Bobot Lereng Pondasi e Bobot Bobot : Bobot : Total Nilai
an Bobot Bobot : 5 Bobot : 0
;5 Bobot : 5 Bobot : 3 :5 3 5
:1
5 1 5 3 5 5 3 0 5 32
10 2 10 6 10 10 6 0 10 64
Bobot ×
15 3 15 9 15 15 9 0 15 96
Nilai
20 4 20 12 20 20 12 0 20 128
25 5 25 15 25 25 15 0 25 160
Sumber : Hasil Analisa 2019
Berdasarkan perhitungan Analisa Sturgges terhadap Satuan Kemampuan Lahan di Perkotaan
Kecamatan Sabangau, Adapun klasifikasi Kemampuan Lahan di Perkotaan Sabangau yang dapat
dilihat sebagai berikut.

Tabel 4.
Klasifikasi Kelas Kemampuan Lahan

Kelas kemampuan
Total Klasifikasi Pengembangan
Lahan
33 - 58 Kelas V Kemampuan pengembangan Rendah

Kemampuan pengembangan agak


59 - 83 Kelas IV
rendah

84 - 109 Kelas III Kemampuan pengembangan Sedang

Kemampuan pengembangan agak


110 - 134 Kelas II
Tinggi

135 - 160 Kelas I Kemampuan pengembangan Tinggi

Sumber : Hasil Analisa 2019


Tabel 4.
Luas Kemampuan Lahan

SKL Kelurahan Klasifikasi Luas (Ha)

Kemampuan Pembangunan tinggi 29.653


Kereng Bingkirai
Kemampuan Pembangunan agak rendah 2.69
Kemampuan Lahan
Sabaru Kemampuan pembangunan tinggi 15.183

Kalampangan Kemampuan Pembangunan tinggi 4.229

Sumber : Hasil Analisa 2019


Berdasarkan hasil klasifikasi Analisa Kemampuan Lahan, didapat 2 klasifikasi yang ada di
Perkotaan Kecamatan Sabangau secara keseluruhan yaitu Tinggi dengan luasan 49.065 Ha dan agak
rendah dengan luasan 2,960 Ha. Untuk kawasan kemampuan pengembangan tinggi berarti kawasan
itu memiliki potensi yang tinggi untuk mendirikan bangunan – bangunan yang dapat
mengembangkan kawasan perkotaan Sabangau itu sendiri. Sedangkan untuk kawasan kemampuan
pengembangan agak renah memiliki peluang yang agak rendah untuk dilakukannya pembangunan,
dengan kriteria atau syarat tertentu dalam pengembangannya, selain itu juga perlu dilakukannya
pengendalian pembangunan di kawasan yang memiliki kemampuan pengembangan agak rendah ini.
Adapun peta Kemampuan Lahan yang dapat dilihat sebagai berikut.
Peta 4.16 Peta SKL Morfologi Perkotaan Kecamatan Sabangau
Peta 4.18 Peta SKL Kemudahan Dikerjakan Perkotaan Kecamatan Sabangau
Peta 4.20 Peta SKL Kestabilan Lereng Perkotaan Kecamatan Sabangau
Peta 4.22 Peta SKL Kestabilan Pondasi Perkotaan Kecamatan Sabangau
Peta 4. SKL Ketersediaan Drainase perkotaan Sabangau
Peta 4.24 Peta SKL Ketersediaan Air Perkotaan Kecamatan Sabangau
Peta 4.28 Peta SKL Terhadap Erosi Perkotaan Kecamatan Sabangau
Peta 4.30 Peta SKL Pembuangan Limbah Perkotaan Kecamatan Sabangau
Peta 4.32 Peta SKL Terhadap Bencana Alam Perkotaan Kecamatan Sabangau
Peta 4.34 Peta Kemampuan Lahan Perkotaan Kecamatan Sabangau
4.6.1.4 Analisa Kesesuaian Lahan Mikro
Analisa Kesesuaian lahan mikro terdiri dari arahan tata ruang pertanian, arahan rasio
tutupan lahan, ketinggian bangunan, arahan pemanfaatan air baku sertaa perkiraan daya
tampug.
A. Arahan Tata Ruang Pertanian
Tujuan dari arahan tata ruang pertanian ini adalah untuk mengetahui gambaran
daerah-daerah mana saja yang memiliki kesesuaian lahan untuk ditanami tanaman
pertanian. Dari hasil analisis kesesuaian lahan untuk pertanian diketahui bahwa Kawasan
Perkotaan Sabangau memiliki lahan yang cukup sesuai untuk tanaman perkebunanan
sayuran dan tanaman kelapa sawit. Adapun kriteria yang digunakan dalam kesesuaian
lahan pertanian ini adalah sebagai berikut.

Tabel 4.
Kriteria kesesuaian lahan Kelapa sawit
Dengan kesesuaian lahan yang cukup sesuai untuk tanaman perkebunan seperti sayur sayuran
dan kelapa sawit maka Kawasan Perkotaan Sabangau dapat meningkatkan kualitas perkebunannya
yang dihasilkan dengan menggunakan bibit unggul sehingga hasilnya dapat di ekspor keluar daerah.
Adapun peta dari arahan tata ruang pertanian dapat dilihat sebagai berikut.

B. Arahan Rasio Tutupan Lahan


Tujuan dari arahan rasio tutupan lahan ini adalah mengetahui gambaran
perbandingan daerah yang bisa tertutup oleh bangunan bersifat kedap air dengan luas
lahan keseluruhan. Arahan rasio tutupan lahan pada Kawasan Perkotaan Sabangau terdiri
dari 2 klasifikasi sebagai berikut.
Tabel 4.36
Kriteria Rasio Tutupan Lahan
Kelas Kemampuan Lahan Klasifikasi
Kelas IV Rasio Tutupan Lahan Maksimal 5%

Kelas I Rasio Tutupan Lahan Maksimal 95%

Pada peta arahan rasio tutupan lahan kelas kemampuan lahan I yaitu rasio tutupan lahan
maksimal 95% mendominasi Kawasan Perkotaan Sabangau. Hal ini menandakan bahwa dominasi
Kawasan Perkotaan Sabangau dapat dibangun bangunan sebagai kawasan budidaya. Arahan rasio
tutupan lahan ini didapatkan dari hasil perhitungan KDB (Koefisien Dasar Bangunan) Maksimal,
dengan menggunakan rumus

Keterangan :

OS = Luas Kawasan yang harus dilestarikan

Linf = intensitas infiltrasi (1/detik)

Lalu debit dan intensitas infiltrasi air adalah :

Qinf = C × I × A
Keterangan :

Qinf = Debit infiltrasi air (1/detik)

C = Koefisien infiltrasi

I = Intensitas Infiltrasi Minimum (1/Detik)

A = Luas Lahan (ha/m2)

Iinf = S×A

Keterangan :
Iinf = Intensitas Infiltrasi (1/Detik)
S = koefisien penyimpanan
A = luas lahan (ha/m2)
Adapun peta dari arahan rasio tutupan lahan yang dapat dilihat sebagai berikut.
C. Arahan Ketinggian Bangunan
Tujuan dari arahan ketinggian bangunan adalah untuk mengetahui daerah-daerah yang
sesuai untuk dikembangkan dengan bangunan berat/tinggi pada pengembangan kawasan. Arahan
ketinggian bangunan di Kawasan Perkotaan Sabangau dapat dibagi menjadi 2 klasifikasi
menurut kemampuan lahannya yaitu, lahan yang sesuai untuk bangunan tinggi dan lahan yang
kurang sesuai untuk bangunan tinggi sebagai berikut.
Tabel 4.
Kriteria Ketinggian Bangunan

Kelas Kemampuan Lahan Klasifikasi


Lahan yang tidak sesuai untuk
Kelas IV bangunan tinggi
Lahan yang sesuai untuk bangunan
Kelas I tinggi

Untuk lahan yang sesuai untuk bangunan tinggi, ketinggian maksimum yang dapat
dibangun adalah 4 lantai karena menurut hasil analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL)
kestabilan pondasi menyatakan bahwa Kawasan Perkotaan Sabangau memiliki klasifikasi
kestabilan pondasi kurang. Sedangkan untuk lahan yang kurang sesuai untuk bangunan tinggi,
ketinggian maksimum yang dapat dibangun adalah kurang dari 4 lantai, hal ini dikarenakan di
kawasan ini ada beberapa lokasi yang berpotensi terkena bencana banjir bandang dan memiliki
kemiringan lereng yang sedang. Sehingga dalam pembangunannya membutuhkan syarat – syarat
tertentu. Adapun arahan dari ketinggian bangunan dapat dilihat pada peta berikut.
D. Arahan Pemanfaatan Air Baku
Tujuan dari arahan pemanfaatan air baku ini adalah untuk mengetahui sumber-
sumber air yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber air baku dalam perencanaan tata
ruang. Dari hasil analisis SKL ketersediaan air, dikejathui Kawasan Perkotaan Sabangau
terdiri dari 2 yaitu ketersediaan air tinggi dan ketersediaan air sedang. Dimana setelah
dilakukan penghitungan ketersediaan air DAS didapatkan hasil sebagai berikut.
Tabel 4.
Hasil Perhitungan Pemanfaatan Air Baku

A. Perkiraan Daya Tampung Lahan


Tujuan dari perkiraan daya tampung lahan ini adalah untuk mengetahui perkiraan
jumlah penduduk yang bisa ditampung di wilayah dan/atau kawasan, dengan pengertian masih
dalam batas kemampuan lahan. Perhitungan daya tampung lahan ini dilakukan dengan
memperhatikan 2 aspek, yaitu kebutuhan air baku dan rasio tutupan lahan. Adapun hasil dari
perhitungan daya tampung lahan berdasarkan ketersediaan dan kebutuhan air baku dapat
menampung ....... jiwa. Sedangkan berdasarkan rasio tutupan lahan dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 4.39
Hasil Perhitungan Perkiraan Daya Tampung Lahan
Kelas Kemampuan Rasio Tutupan Daya Tampung
Lahan Lahan (jiwa)
Kelas 5%
IV
Kelas I 95%
Total 100%
Sumber : Hasil Analisa 2019

Hasil penghitungan daya tampung lahan berdasarkan rasio tutupan lahan menyatakan
bahwa pada rasio tutupan lahan 5% dapat menampung maksimal .....jiwa dan untuk rasio tutupan
lahan 95% dapat manampung maksimal ..... jiwa, sehingga total daya tampung maksimum yang
dapat ditampung Kawasan Perkotaan Sabangau adalah .....jiwa. Adapun peta perkiraan daya
tampung yang dapat dilihat sebagai berikut.
Peta 4.35 Peta Arahan Tata Ruang Petanian Perkotaan Kecamatan Sabangau
Peta 4.36 Arahan Rasio Tutupan Lahan Perkotaan Kecamatan Sabangau
Peta 4.37 Peta Arahan Ketinggian Bangunan Perkotaan Kecamatan Sabangau
Peta 4.38 Peta Arahan Pemanfaatan Air Baku Perkotaan Kecamatan Sabangau
Peta 4.39 Peta Perkiraan Daya Tampung Perkotaan Kecamatan Sabangau
4.6.2 Analisa Proyeksi Penduduk
Penduduk merupakan salah satu aspek utama dalam perencanaan wilayah dan kota,
oleh karena itu dalam membuat suatu perencanaan, perlu mengetahui tingkah laku pennduduk
serta perkembangannya. Pada Analisis kependudukan ini akan dibahas mengenai proyeksi
penduduk di Perkotaan Kecamatan Sabangau, yaitu memperkirakan jumlah penduduk pada
tahun 2019, 2023, 2028,2033 dan 2038. Dari proyeksi ini nantinya akan diketahui jumlah
kebutuhan fasilitas dan utilitas untuk 20 (dua puluh) tahun yang akan datang. Untuk Analisis
kependudukan di Perkotaan Kecamatan Sabangau pada dasarnya adalah memproyeksikan
keadaan penduduk untuk tahun mendatang, memproyeksikan kepadatan penduduk,
memproyeksikan jumlah penduduk menurut kelompok umur dan memproyeksikan jumlah
penduduk menurut tingkat pendidikan. Adapun sub bab terkait analisa proyeksi kependudukan
sebagai berikut.
4.6.1.1 Proyeksi Jumlah Penduduk
Mengingat semua rencana-rencana pembangunan, baik ekonomi maupun sosial,
menyangkut pertimbangan tentang jumlah serta karekteristik dari pada penduduk dimasa
mendatang, proyeksi mengenai jumlah serta struktur penduduk dianggap sebagai persyaratan
minimum untuk proses perencanaan pembangunan. Untuk mengetahui proyeksi penduduk di
Perkotaan Kecamatan Sabangau serta mengetahui pertumbuhan penduduk setiap tahunnya,
apakah di Kelurahan tersebut terjadi peningkatan penduduk atau sebaliknya, hal ini bertujuan
untuk menciptakan pertumbuhan dan penyebaran penduduk yang merata dari tahun ketahun.
Proyeksi penduduk ini dihitung dengan menggunakan metode eksponensial dan pertumbuhan
penduduk, yaitu sebagai berikut.

Rumus pertumbuhan penduduk yaitu sebagai berikut :

Jumlah penduduk tahun akhir−jumlah penduduk tahun awal


𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 = x100%
Jumlah Penduduk tahun awal

Tabel
Jumlah Penduduk Perkotaan Kecamatan Sabangau Tahun 2014- 2018

Jumlah Penduduk (Jiwa)


Kelurahan

2014 2015 2016 2017 2018


Kereng Bengkirai 6645 7062 7283 7510 7735
Sabaru 3125 3224 3326 3428 3532
Kalampangan 3909 4034 4160 4289 4419
Total 13679 14320 14769 15227 15686
Sumber : Kecamatan Sabangau Dalam Angka

Tabel
Pertumbuhan Penduduk Perkotaan Kecamatan Sabangau Tahun 2014-2018
Pertumbuhan Penduduk (% Jiwa)
Rata-rata
Kelurahan Pertumbuhan
2014-2015 2015-2016 2016-2017 2017-2018 Penduduk

Kereng Bengkirai 0.063 0.031 0.031 0.03 0.0388


Sabaru 0.032 0.032 0.031 0.03 0.0311
Kalampangan 0.032 0.031 0.031 0.03 0.0311
Sumber : Hasil Analisa 2019

Rumus Proyeksi Penduduk Geometrik Model proyeksi pertumbuhan geometrik


digunakan ketika kondisi pertumbuhan diasumsikan konstan untuk jangka waktu tertentu
dikarenakan tiap tahun pertumbuhan penduduk tidak sama konstan sehingga untuk
pertumbuhan penduduk menggunakan hasil rata-rata dari 5 tahun yang lalu yakni tahun 2014
hingga tahun 2018. Adapun rumus dari proyeksi penduduk geometrik yang dapat dilihat
sebagai berikut.
Pn = Po (1+r) t
Keterangan :
Pn = Proyeksi penduduk tahun tertentu
Po = Penduduk awal tahun
1 = konstanta
r = angka pertumbuhan penduduk
n = rentang tahun
Adapun hasil Proyeksi untuk tahun 2024, 2029, 2034, dan 2039 penduduk
menggunakan metode geometrik dapat dilihat pada tabel 4.... sebagai berikut.

Tabel
Jumlah Penduduk Proyeksi Perkotaan Sabangau Tahun 2019- 2039
Jumlah
Angka Jumlah Penduduk Tahun Proyeksi (Jiwa)
Penduduk
No Kelurahan Pertumbuhan
Tahun
(% jiwa)
Akhir 2019 2024 2029 2034 2039
Kereng
1 7735 0.0388 7967 8965 10391 12044 13959
Bengkirai
2 Sabaru 3532 0.0311 3639 4101 4762 5530 6421

3 Kalampangan 4419 0.0311 4553 5131 5957 6916 8029


Sumber : Hasil Analisa 2019

4.6.1.1 Proyeksi Kepadatan Penduduk

Kepadatan Penduduk adalah perbandingan dari jumlah penduduk dibagi dengan luas
wilayahnya. Kepadatan penduduk yang terjadi di Indonesia yaitu jumlah pengangguran
menjadi meningkat akibat kurangnya lapangan pekerjaan yang memicu peningkatan angka
kemiskinan. hal ini juga menyebabkan banyak penduduk yang mengalami kelaparan. Maka dari
itu kepadatan penduduk perlu dihitung sehingga dapat meminimalkan dampak yang akan
timbul. Proyeksi Kepadatan Penduduk yaitu dengan cara hasil proyeksi jumlah penduduk di
tiap wilayah dibagi luas wilayah. Adapun rumus dari kepadatan penduduk yang dapat dilihat
sebagai berikut

Jumlah Penduduk proyeksi


𝑘𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 = Luas Wilayah

Adapun hasil Proyeksi untuk kepadatan penduduk tahun 2019, 2023, 2032, 2033
dan 2038 di Perkotaan Kecamatan Sabangau dapat dilihat pada tabelsebagai berikut.

Tabel
Kepadatan Penduduk Perkotaan Sabangau

luas wilyah
Kepadatan (Km)
Kelurahan kelurahan
(Km)
2019 2023 2028 2033 2038
Kereng Bengkirai 323.43 24.63 363.97 28.55 421.86 33.09

Sabaru 151.83 23.97 171.11 27.83 198.69 32.32

Kalampangan 42.29 107.66 47.66 125 55.33 145.12


Sumber : Hasil Analisa 2019

4.6.1.1 Proyeksi Penduduk Menurut Umur


Proyeksi penduduk menurut umur berguna untuk menentukan seberapa besar penduduk
yang berusia produktif dan usia non produktif dengan terlebih dahulu menentukan besar
komposisi penduduk sehingga dari data jumlah penduduk menurut umur tersebut dapat
dianalisa proyeksi nya. Proyeksi penduduk menurut umur juga berguna untuk mengetahui
produktifitas tenaga kerja di suatu wilayah khususnya Kecamatan Sabangau sendiri. Jumlah
penduduk menurut umur terlebih dahulu adalah dengan menentukan prosentase penduduk dari
tiap-tiap umur (5 tahun). Untuk menentukan analisa tersebut, adapun rumus yang digunakan
sebagai berikut dibawah ini.

Jumlah Penduduk Kelompok umur tahun n


𝑃𝑥 =
jumlah penduduk tahun n

Pt = Px × Pn
Keterangan :

Pt = Jumlah penduduk kelompok umur pada tahun proyeksi

Px= Prosentase Kelompok Umur

Pn = Proyeksi jumlah Penduduk Pada Tahun Ke – n

Adapun jumlah penduduk menurut umur Perkotaan Kecamatan Sabangau dari


tahun 2014 sampai tahun 2018 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut
Tabel
Jumlah Penduduk Perkotaan Sabangau Menurut Kelompok Umur Tahun 2014-2018
Kelompok Umur
Kelurahan Tahun 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 Jumlah
65 <
(thn) (thn) (thn) (thn) (thn) (thn) (thn) (thn) (thn) (thn) (thn) (thn) (thn)
2014 135 132 147 117 120 109 110 125 113 87 67 60 28 45 1395
2015 139 136 150 114 117 106 114 127 115 88 70 62 32 49 1419
Kereng
2016 144 142 153 117 120 110 116 130 118 91 72 64 34 50 1459
Bangkirai
2017 146 144 156 120 121 112 119 133 124 97 76 68 36 53 1504
2018 148 146 161 121 122 114 122 137 130 102 81 73 40 93 1589
2014 135 132 147 117 120 109 110 125 113 87 67 60 28 45 1395
2015 139 136 150 114 117 106 114 127 115 88 70 62 32 49 1419
Sabaru 2016 144 142 153 117 120 110 116 130 118 91 72 64 34 50 1461
2017 146 144 156 120 121 112 119 133 124 97 76 68 36 53 1505
2018 148 146 161 121 122 114 122 137 130 102 81 73 40 93 1590
2014 135 132 147 117 120 109 110 125 113 87 67 60 28 45 1395
2015 139 136 150 114 117 106 114 127 115 88 70 62 32 49 1419
Kelampangan 2016 144 142 253 117 120 110 116 130 118 91 72 64 34 50 1561
2017 146 144 156 120 121 112 119 133 124 97 76 68 36 53 1505
2018 148 146 161 121 122 114 122 137 130 102 81 73 40 93 1590
Sumber : Hasil analisa 2019

Tabel
Prosentase Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2014-2018
Kelompok Umur
Kelurahan Tahun 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 Jumlah
65 <
(thn) (thn) (thn) (thn) (thn) (thn) (thn) (thn) (thn) (thn) (thn) (thn) (thn)
2014 0.10 0.09 0.11 0.08 0.09 0.08 0.08 0.09 0.08 0.06 0.05 0.04 0.02 0.03 1.00
Kereng
2015 0.10 0.10 0.11 0.08 0.08 0.07 0.08 0.09 0.08 0.06 0.05 0.04 0.02 0.03 1.00
Bangkirai
2016 0.10 0.10 0.10 0.08 0.08 0.08 0.08 0.09 0.08 0.06 0.05 0.04 0.02 0.03 1.00
2017 0.10 0.10 0.10 0.08 0.08 0.07 0.08 0.09 0.08 0.06 0.05 0.05 0.02 0.04 1.00
2018 0.09 0.09 0.10 0.08 0.08 0.07 0.08 0.09 0.08 0.06 0.05 0.05 0.03 0.06 1.00
2014 0.10 0.09 0.11 0.08 0.09 0.08 0.08 0.09 0.08 0.06 0.05 0.04 0.02 0.03 1.00
2015 0.10 0.10 0.11 0.08 0.08 0.07 0.08 0.09 0.08 0.06 0.05 0.04 0.02 0.03 1.00
Sabaru 2016 0.10 0.10 0.10 0.08 0.08 0.08 0.08 0.09 0.08 0.06 0.05 0.04 0.02 0.03 1.00
2017 0.10 0.10 0.10 0.08 0.08 0.07 0.08 0.09 0.08 0.06 0.05 0.05 0.02 0.04 1.00
2018 0.09 0.09 0.10 0.08 0.08 0.07 0.08 0.09 0.08 0.06 0.05 0.05 0.03 0.06 1.00
2014 0.10 0.09 0.11 0.08 0.09 0.08 0.08 0.09 0.08 0.06 0.05 0.04 0.02 0.03 1.00
2015 0.10 0.10 0.11 0.08 0.08 0.07 0.08 0.09 0.08 0.06 0.05 0.04 0.02 0.03 1.00
Kelampangan 2016 0.09 0.09 0.16 0.07 0.08 0.07 0.07 0.08 0.08 0.06 0.05 0.04 0.02 0.03 1.00
2017 0.10 0.10 0.10 0.08 0.08 0.07 0.08 0.09 0.08 0.06 0.05 0.05 0.02 0.04 1.00
2018 0.09 0.09 0.10 0.08 0.08 0.07 0.08 0.09 0.08 0.06 0.05 0.05 0.03 0.06 1.00
Sumber : Hasil analisa 2019

Tabel 4.
Proyeksi Jumlah Penduduk Perkotaan Sabangau Menurut Kelompok Umur Tahun 2023-2038
Kelompok Umur
Tah
Kelurahan Jumlah
un 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64
65 <
(thn) (thn) (thn) (thn) (thn) (thn) (thn) (thn) (thn) (thn) (thn) (thn) (thn)

2019
771 754 840 668 685 623 628 714 645 497 383 343 160 257 7,967
2024
878 859 948 720 739 670 720 802 727 556 442 392 202 310 8,965
Kereng
2029
Bangkirai 1,026 1,012 1,090 834 855 784 826 926 841 648 513 456 242 356 10,391
2034
1,169 1,153 1,249 961 969 897 953 1,065 993 777 608 544 288 424 12,044
2039
1,300 1,283 1,415 1,063 1,072 1,002 1,072 1,204 1,142 896 712 641 351 817 13,959
2019
352 344 383 305 313 284 287 326 295 227 175 157 73 117 3,639
Sabaru
2024
402 393 434 329 338 306 329 367 332 254 202 179 92 142 4,101
2029
469 463 499 381 391 359 378 424 385 297 235 209 111 163 4,762
2034
536 529 573 441 445 412 437 489 456 356 279 250 132 195 5,530
2039
598 590 650 489 493 460 493 553 525 412 327 295 162 376 6,421
2019
441 431 480 382 392 356 359 408 369 284 219 196 91 147 4,553
2024
503 492 542 412 423 383 412 459 416 318 253 224 116 177 5,131
Kelampanga
2029
n 550 542 965 446 458 420 443 496 450 347 275 244 130 191 5,957
2034
671 662 717 551 556 515 547 611 570 446 349 312 165 244 6,916
2039
747 737 813 611 616 576 616 692 656 515 409 369 202 470 8,029
Sumber : Hasil analisa 2019
4.6.1.1 Proyeksi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Analisa penduduk menurut tingkat pendidikan memiliki tujuan untuk mengetahui
jumlah serta memproyeksikan penduduk menurut umur ditahun yang akan datang. Analisa
yang digunakan adalah dengan metode kuantitatif (Perhitungan). Cara analisa / menghitung
jumlah penduduk menurut umur berdasarkan tingkat pendidikannya dengan berpatokan pada
asumsi yang dimana rumus tersebut sebagai berikut.
Dengan menggunakan rumus yang sudah diasumsikan tersebut, dapat dihitung

 Proyeksi Penduduk Usia TK (4 s/d 5 Tahun)


(1/5 x kelompok umur 0 s/d 4 tahun) + (1/5 x kelompok umur
5 s/d 9 tahun)
 Proyeksi Penduduk Usia SD (6 s/d 12 Tahun)
(4/5 x kelompok umur 5 s/d 9 tahun) + (3/5 x kelompok umur 10
s/d 14 tahun)
 Proyeksi Penduduk Usia SMP (13 s/d 15 tahun)
(2/5 x kelompok umur 10 s/d 14 tahun) + (1/5 x kelompok
umur 15-19 tahun)
 Proyeksi Penduduk Usia SMA (16 s/d 18
Tahun) 3/5 x kelompok umur 15 s/d 19
tahun

proyeksi jumlah penduduk Kecamatan Sabangau menurut tingkat pendidikan dan dapat
dilihat hasil dari perhitungan tersebut pada tabel berikut.

Tabel 4.
Proyeksi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2023-2038
Tingkat Pendidikan
No RW Tahun
TK SD SMP SMA
2019
305 1,107 469 401
2023
347 1,256 523 432
1 Kereng Bangkirai 2028
408 1,463 603 500
2033
464 1,672 692 576
2038
517 1,875 778 638
2019
139 506 214 183
2 Sabaru 2023
159 575 239 198
2028
Tingkat Pendidikan
No RW Tahun
TK SD SMP SMA
186 669 276 229

2033
213 767 317 265
2038
237 862 358 293
2019
174 633 268 229
2023
199 719 299 247
3 Kalampangan 2028
218 1,013 475 268
2033
267 960 397 331
2038
297 1,078 447 367
2019 619 2245 952 813
2023 705 2549 1062 877
Jumlah 2028 812 3146 1354 997
2033 944 3398 1406 1172
2038 1051 3814 1584 1298
Sumber : Hasil Analisa 2019

4.6.2 Analisa Proyeksi Kebutuhan Fasilitas


Ketersediaan fasilitas disuatu wilayah merupakan suatu hal yang sangat penting
terkait kebutuhan akan hidup penduduk diwilayah tersebut. Kebutuhan akan sarana berupa
fasilitas perumahan, fasilitas pendidikan sebagai penunjang keilmuan penduduk dan
pelayanan kesehatan serta pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat. Dengan adanya
fasilitas yang lengkap dalam pelayanan terhadap penduduk semakin baik pula kualitas
wilayah tersebut. Tetapi semakin tinggi jumlah serta kepadatan penduduk semakin tinggi pula
pelayanan akan fasilitas terhadap kebutuhan penduduk itu sendiri. Tujuan dari analisa
kebutuhan fasilitas ini adalah untuk memproyeksikan jumlah kebutuhan akan fasilitas pada
tahun yang akan datang. Dalam melakukan analisa untuk kebutuhan fasilitas di Kecamatan
Sabangau, standar atau pedoman yang digunakan dalam melakukan analisa adalah SNI 03-
1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan. Rumus yang
digunakan untuk memproyeksikan kebutuhan fasilitas antara lain.

 Berdasarkan Standar SNI 03-1733-2004

Kebutuhan Fasilitas = Jumlah penduduk eksisting


Jumlah Penduduk Sesuai Standar

 Berdasarkan Eksisting
Jumlah Penduduk Eksisting
Daya Tampung =
Jumlah Fasilitas Eksisting

4.6.2.1 Proyeksi Fasilitas Perumahan


Perumahan diartikan sebagai kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana. (UU
No. 4 Tahun 1992). Bangunan rumah perlu direncanakan supaya pengadaan rumah menjadi
lebih terarah. Untuk mengetahui kebutuhan rumah kedepannya menggunakan asumsi
menurut SNI 03-1733 tahun 2004 yang menyatakan bahwa 1 KK didalam satu rumah terdiri
dari 5 orang anggota yakni ayah ibu dan 3 orang anak. Rumus perhitungan kebutuhan
perumahan adalah sebagai berikut.

Jumlah proyeksi penduduk


𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑅𝑢𝑚𝑎ℎ =
5

Kebutuhan Rumah Perkotaan Sabangau mengalami peningkatan setiap proyeksi


bergantung pada kenaikan jumlah penduduk wilayah tersebut. Untuk hasil yang lebih
jelas mengenai kebutuhan rumah perkotaan Sabangau dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.
Proyeksi Kebutuhan Rumah Perkotaan Sabangau Tahun 2024-2039

Jumlah Jumlah
No. Kelurahan Tahun Proyeksi Penduduk Tahun Fasilitas
Proyeksi (Jiwa) Proyeksi

2019 7,967 1,593


2023 8,965 1,793
1 Kereng Bengkirai 2028 10,391 2,078
2033 12,044 2,409
2038 13,959 2,792
2019 3,639 728
2 Sabaru 2023 4,101 820
2028 4,762 952
2033 5,530 1,106
2038 6,421 1,284
2019 4,553 911
2023 5,131 1,026
3 Kalampangan 2028 5,957 1,191
2033 6,916 1,383
2038 8,029 1,606
2019 16,159 3,232
2023 18,197 3,639
Jumlah 2028 21,110 4,221
2033 24,490 4,898
2038 28,409 5,682
Sumber ; Hasil analisa 2019

4.6.1.1 Proyeksi Fasilitas Perdagangan dan Jasa


Salah satu fasilitas untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yaitu fasilitas perdagangan
dan jasa, yang didalamnya dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Seiring pertambahannya
penduduk dan meningkatnya kebutuhan masyarakat, fasilitas perdagangan di suatu daerah
pada tahun-tahun mendatang akan mengalami peningkatan. Proyeksi Kebutuhan fasilitas
perhitungan sesuai SNI 03-1733 Tahun 2004. Proyeksi fasilitas diperlukan untuk pemenuhan
fasilitas untuk kesejahteraan warga di Perkotaan Sabangau. Fasilitas Perdagangan dan Jasa di
Kecamatan Sabangau terdapat toko, Warung dan pasar.Untuk fasilitas kios atau toko perlu
adaya pengembangan setiap tahunnya. Untuk fasilitas pasar terus mengalami penambahan
tiap tahun. Untuk keterangan lebih jelas mengenai proyeksi perdagangan dan jasa dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.
Proyeksi Kebutuhan Perdagangan dan Jasa Perkotaan Sabangau Tahun 2024-2039

Toko Warung Pasar


Jumlah
Penduduk
No Kelurahan Tahun
tahun Jumlah Fasilitas Penduduk Proyeksi Penambahan Jumlah Penduduk Proyeksi Penambahan Jumlah Penduduk Proyeksi Penambahan
terakhir
Eksisting pendukung (Unit) (Unit) fasilitas pendukung (Unit) (Unit) fasilitas pendukung (Unit) (Unit)
eksisting eksisting
2019 7,967 253 1,250 6 0 4 1,600 5 1 0 4,800 2 2
2023 8,965 253 1,250 7 0 4 1,600 6 2 0 4,800 2 2
Kereng
1 2028 10,391 253 1,250 8 0 4 1,600 6 2 0 4,800 2 2
Bengkirai
2033 12,044 253 1,250 10 0 4 1,600 8 4 0 4,800 3 3
2038 13,959 253 1,250 11 0 4 1,600 9 5 0 4,800 3 3
2019 3,639 40 1,250 3 -37 1 1,600 2 1 1 4,800 1 0
2023 4,101 40 1,250 3 -37 1 1,600 3 2 1 4,800 1 0
2 Sabaru 2028 4,762 40 1,250 4 -36 1 1,600 3 2 1 4,800 1 0
2033 5,530 40 1,250 4 -36 1 1,600 3 2 1 4,800 1 0
2038 6,421 40 1,250 5 -35 1 1,600 4 3 1 4,800 1 0
2019 4,553 92 1,250 4 -88 1 1,600 3 2 1 4,800 1 0
2023 5,131 92 1,250 4 -88 1 1,600 3 2 1 4,800 1 0
3 Kalampangan 2028 5,957 92 1,250 5 -87 1 1,600 4 3 1 4,800 1 0
2033 6,916 92 1,250 6 -86 1 1,600 4 3 1 4,800 1 0
2038 8,029 92 1,250 6 -86 1 1,600 5 4 1 4,800 2 1
2019 16,159 385 1,250 13 -125 9 1,600 10 4 2 4,800 4 2
2023 18,197 385 1,250 14 -125 9 1,600 12 6 2 4,800 4 2
Jumlah 2028 21,110 385 1,250 17 -123 9 1,600 13 7 2 4,800 4 2
2033 24,490 385 1,250 20 -122 9 1,600 15 9 2 4,800 5 3
2038 28,409 385 1,250 22 -121 9 1,600 18 12 2 4,800 6 4
Sumber : Hasil Analisa 2019
4.6.1.1 Proyeksi Perkantoran
Sarana perkantoran merupakan sarana pelayanan public. Sarana Pelayanan publik adalah segala
bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi
tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah, dan di lingkungan Badan
Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan
masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang- undangan.
Sarana Perkantoran perlu diproyeksikan untuk mempermudah masyarakat sekitar memperoleh
pelayanan pemerintah lebih cepat dan efisien. Proyeksi Kebutuhan fasilitas perhitungan sesuai SNI 03-1733
Tahun 2004. Proyeksi fasilitas diperlukan untuk pemenuhan fasilitas untuk memnuhi pelayanan masyarakat
di Perkotaan Sabangau. Ada Jangkauan Pelayanan fasilitas yang sesuai dengan jangkauan pelayanan tiap
desa maupun tiap kecamatan.
Sarana Perkantoran yang dibutuhakan di Kecamatan Sabangau tahun 2023-2038 yakni Kantor Camat
jumlah fasilitas kebutuhan yakni 1 (satu) unit pada setiap jenis fasilitas. Adapun tabel proyeksi perkantoran
yang dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel
Kebutuhan sarana Perkantoran Kecamatan Sabangau Tahun 2024-2039
4.6.2.2 Proyeksi Sarana Pelayanan Umum
Sarana merupakan alat penunjang keberhasilan suatu proses upaya yang dilakukan dalam melayani
masyarakat. Untuk menjangkau pelayanan masyarakat lebih baik lagi maka diperlukan ketersediaan bebagai
fasilitas penunjang lainnya untuk kawasan perkotaan oleh karena itu perlunya proyeksi fasilitas pelayanan
umum pelengkap perumahan antara lain pendidikan, transportasi, kesehatan, olahraga dan social budaya.
A. Fasilitas Pendidikan
Pendidikan menjadi modal yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas suatu negara agar lebih
maju, dengan adanya pendidikan kita bisa mengetahui berbagai macam informasi serta mendapatkan
pendidikan moral, kedisiplinan, agama, sosial dan masih banyak lagi yang bisa kita dapatkan. Salah satu
aspek yang seharusnya mendapat perhatian utama oleh setiap pengelola pendidikan adalah mengenai fasilitas
pendidikan. Sarana pendidikan umumnya mencakup semua fasilitas yang secara langsung dipergunakan dan
menunjang dalam proses pendidikan. Mutu pendidikan pada suatu wilayah dapat dilihat dari jumlah fasilitas
yang ada, kualitas masyatakat ditentukannya dengan kualitas pendidikannya. Semakin tinggi kualiats
pendidikannya, semakin kualitas pula masyarakatnya.

Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan tidak terlepas dari tersedianya sarana pendidikan yang
memadai di samping juga harus didukung oleh tenaga pendidik yang memegang peranan utama untuk
terselenggaranya proses belajar mengajar. Oleh karenanya ketersediaan fasilitas pelayanan untuk pendidikan
harus selalu disesuaikan dengan kebutuhan penduduk yang mana dari waktu ke waktu selalu berkembang,
dengan demikian penduduk dapat terlayani dan fasilitas yang tersedia dapat berfungsi secara optimal.

Sarana Pendidikan perlu diproyeksikan untuk mempermudah masyarakat sekitar memperoleh


pendidikan yang layak dan lengkap. Proyeksi Kebutuhan fasilitas perhitungan sesuai SNI 03-1733 Tahun
2004. Proyeksi fasilitas diperlukan untuk pemenuhan fasilitas untuk memperbaiki Sumber Daya Manusia di
Perkotaan Sabangau. Ada Jangkauan Pelayanan fasilitas Pendidikan yang sesuai dengan jangkauan
pelayanan tiap Kelurahan maupun tiap kecamatan. Untuk kebutuhan fasilitas pendidikan yakni melalui
perhitungan baik tingkat TK, Sd, SMP, maupun SMA. Berikut hasil analisa kebutuhan fasilitas pendidikan
untuk Kawasan Perkotaan Kecamatan Sabangau 20 tahun yang akan datang. Adapun proyeksi fasilitas
pendidikan di Perkotaan Sabangau dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Pendidikan di Pekotaan Kecamatan Sabangau Tahun 2024-2039

Faslitas TK Fasilitas SD
Jumlah
No Kelurahan Tahun Penduduk Jumlah
tahun akhir Penduduk Proyeksi Penambahan Jumlah Penduduk Proyeksi Penambahan
Fasilitas
Eksisting pendukung (Unit) (Unit) fasilitas pendukung (Unit) (Unit)
eksisting
2019 7,967 9 1,250 6 0 4 1,600 5 1
2023 8,965 9 1,250 7 0 4 1,600 6 2
Kereng
1 2028 10,391 9 1,250 8 0 4 1,600 6 2
Bengkirai
2033 12,044 9 1,250 10 0 4 1,600 8 4
2038 13,959 9 1,250 11 0 4 1,600 9 5
2019 3,639 1 1,250 3 2 1 1,600 2 1
2023 4,101 1 1,250 3 2 1 1,600 3 2
2 Sabaru 2028 4,762 1 1,250 4 3 1 1,600 3 2
2033 5,530 1 1,250 4 3 1 1,600 3 2
2038 6,421 1 1,250 5 4 1 1,600 4 3
2019 4,553 2 1,250 4 2 1 1,600 3 2
2023 5,131 2 1,250 4 2 1 1,600 3 2
3 Kalampangan 2028 5,957 2 1,250 5 3 1 1,600 4 3
2033 6,916 2 1,250 6 4 1 1,600 4 3
2038 8,029 2 1,250 6 4 1 1,600 5 4
2019 16,159 12 1,250 13 4 6 1,600 10 4
2023 18,197 12 1,250 14 4 6 1,600 12 6
Jumlah 2028 21,110 12 1,250 17 6 6 1,600 13 7
2033 24,490 12 1,250 20 7 6 1,600 15 9
2038 28,409 12 1,250 22 8 6 1,600 18 12
Sumber : Hasil analisa 2019
Lanjutan Tabel

Fasilitas SMP Fasilitas SMA

Jumlah
Proyeks Proyeks Penambaha
No Kelurahan Tahun Penduduk Jumlah Penduduk Penambahan Jumlah Penduduk
i i n
tahun akhir
pendukun
fasilitas pendukung (Unit) (Unit) fasilitas (Unit) (Unit)
g
eksistin eksistin
g g
2019 7,967 0 4,800 2 2 1 4,800 2 1
2023 8,965 0 4,800 2 2 1 4,800 2 1
Kereng
1 2028 10,391 0 4,800 2 2 1 4,800 2 1
Bengkirai
2033 12,044 0 4,800 3 3 1 4,800 3 1
2038 13,959 0 4,800 3 3 1 4,800 3 1
2019 3,639 1 4,800 1 0 0 4,800 1 1
2023 4,101 1 4,800 1 0 0 4,800 1 1
2 Sabaru 2028 4,762 1 4,800 1 0 0 4,800 1 1
2033 5,530 1 4,800 1 0 0 4,800 1 1
2038 6,421 1 4,800 1 0 0 4,800 1 1
2019 4,553 1 4,800 1 0 2 4,800 1 0
2023 5,131 1 4,800 1 0 2 4,800 1 0
3 Kalampangan 2028 5,957 1 4,800 1 0 2 4,800 1 0
2033 6,916 1 4,800 1 0 2 4,800 1 0
2038 8,029 1 4,800 2 1 2 4,800 2 0
2019 16,159 2 4,800 4 2 3 4,800 4 2
2023 18,197 2 4,800 4 2 3 4,800 4 2
Jumlah 2028 21,110 2 4,800 4 2 3 4,800 4 2
2033 24,490 2 4,800 5 3 3 4,800 5 2
2038 28,409 2 4,800 6 4 3 4,800 6 2

Sumber : Hasil analisa 2019


B. Fasilitas Transportasi
Transportasi adalah perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya
dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin. Transportasi
digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Sarana Transportasi
yakni tempat yang digunakan untuk menaikkan atau menurunkan penumpang. Adanya sarana
transportasi untuk menunjang keberadaan prasarana transportasi. Dengan adanya sarana trasnportasi
yakni berupa halte, pangkalan ojek, terminal, pangkalan angkot, serta pangkalan becak memepermudah
masyarakat saatmencari transportasi public. Sarana Transportasi perlu diproyeksikan untuk
mempermudah masyarakat sekitar. Proyeksi Kebutuhan fasilitas perhitungan sesuai SNI 03-1733
Tahun 2004. Adapun proyeksi fasilitas transportasi di Perkotaan Sabangau dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 4.53
Kebutuhan Sarana Transportasi Perkotaan Kecamatan Sabangau Tahun 2023-2038

C. Fasilitas Kesehatan
Pengembangan fasilitas kesehatan di wilayah perencanaan di tinjau dari aspeknya merupakan salah
satu faktor penting dalam mencapai kehidupan masyarakat yang sehat. Untuk fasilitas kesehatan yang
terdapat di Perkotaan Sabangau terdiri dari puskesmas, , praktek dokter dan Rumah Bersalin. Seiring
dengan bertambahnya jumlah penduduk untuk beberapa tahun kedepan, kebutuhan akan sarana
kesehatan sangat diperlukan masyarakat. Untuk mengetahui seberapa besar kebutuhan saran kesehatan
untuk tahun proyeksi, maka data proyeksi kita harus berdasarkan perhitungan sesuai SNI 03-1733
Tahun 2004. Adapun proyeksi fasilitas kesehatan di Perkotaan Sabangau dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel
Proyeksi Kebutuhan Sarana Pelayanan Umum Kesehatan di Perkotaan Kecamatan Sabangau Tahun 2024-2039
Puskesmas
Jumlah Penduduk
No. Kelurahan Tahun Jumlah Fasilitas Penduduk
Tahun proyeksi Proyeksi Penambahan
eksisting pendukung

2019 7,967 0 30,000 0 0


2023 8,965 0 30,000 0 0
1 Kereng Bengkirai 2028 10,391 0 30,000 0 0
2033 12,044 0 30,000 0 0
2038 13,959 0 30,000 0 0
2019 3,639 1 30,000 0 -1
2023 4,101 1 30,000 0 -1
2 Sabaru 2028 4,762 1 30,000 0 -1
2033 5,530 1 30,000 0 -1
2038 6,421 1 30,000 0 -1
2019 4,553 1 30,000 7 6
2023 5,131 1 30,000 6 5
3 Kalampangan 2028 5,957 1 30,000 5 4
2033 6,916 1 30,000 4 3
2038 8,029 1 30,000 4 3
2019 16,159 2 30,000 2 5
2023 18,197 2 30,000 2 4
Jumlah 2028 21,110 2 30,000 1 3
2033 24,490 2 30,000 1 2
2038 28,409 2 30,000 1 2

Sumber : Hasil Analisa 2019


Lanjutan Tabel 4.
Tempat Praktek Dokter

No. Kelurahan Tahun Jumlah Penduduk Jumlah Fasilitas Penduduk


Proyeksi Penambahan
Tahun Proyeksi Eksisting Pendukung

2019 7,967 3 5,000 2 0


2023 8,965 4 5,000 2 0
1 Kereng Bengkirai 2028 10,391 4 5,000 2 0
2033 12,044 4 5,000 2 0
2038 13,959 4 5,000 3 0
2019 3,639 2 5,000 1 0
2023 4,101 3 5,000 1 0
2 Sabaru 2028 4,762 3 5,000 1 0
2033 5,530 3 5,000 1 0
2038 6,421 3 5,000 1 0
2019 4,553 3 5,000 1 0
2023 5,131 4 5,000 1 0
3 Kalampangan 2028 5,957 4 5,000 1 0
2033 6,916 4 5,000 1 0
2038 8,029 4 5,000 2 0
2019 16,159 8 5,000 4 0
2023 18,197 11 5,000 4 0
Jumlah 2028 21,110 11 5,000 4 0
2033 24,490 11 5,000 4 0
2038 28,409 11 5,000 6 0

Sumber : Hasil Analisa 2019


Lanjutan Tabel 4.
Rumah Bersalin

No. Kelurahan Tahun Jumlah Penduduk Jumlah Fasilitas Penduduk


Proyeksi Penambahan
Tahun Proyeksi Eksisting pendukung

2019 7,967 1 30,000 0 0


2023 8,965 1 30,000 0 0
1 Kereng Bengkirai 2028 10,391 1 30,000 0 0
2033 12,044 1 30,000 0 0
2038 13,959 1 30,000 0 0
2019 3,639 0 30,000 0 0
2023 4,101 0 30,000 0 0
2 Sabaru 2028 4,762 0 30,000 0 0
2033 5,530 0 30,000 0 0
2038 6,421 0 30,000 0 0
2019 4,553 2 30,000 0 0
2023 5,131 2 30,000 0 0
3 Kalampangan 2028 5,957 2 30,000 0 0
2033 6,916 2 30,000 0 0
2038 8,029 2 30,000 0 0
2019 16,159 3 30,000 0 0
2023 18,197 3 30,000 0 0
Jumlah 2028 21,110 3 30,000 0 0
2033 24,490 3 30,000 0 0
2038 28,409 3 30,000 0 0

Sumber : Hasil Analisa 2019


D. Fasilitas Olahraga
Fasilitas olahraga merupakan salah satu fasilitas yang terdapat dalam sarana pelayanan umum.
Fasilitas olahraga sendiri adalah suatu bentuk permanen, baik di dalam maupun diluar ruangan.
Pengadaan fasilitas olahraga dilakukan oleh pemerintah, pihak swasta maupun swadaya masyarakat
sendiri. Fasilitas olahraga sangatlah penting dalam mendukung aktivitas dan kegiatan masyarakat yang
terdapat di kawasan perkotaan kecamatan Sabangau. Fungsi fasilitas olahraga dikawasan perkotaan
kecamatan Sabangau yaitu menjadi tempat dalam mengembangkan bakat dan minat dalam bidang
olahraga serta sarana dalam menjalin silaturrahmi ataupun hubungan sosial baik antar masyarakat
sekitar maupun pendatang dari luar daerah karena adaya kegiatan olahraga/ pertandingan.
Fasilitas olahraga yang terdapat di kawasan Perkotaan Kecamatan Sabangau yaitu fasilitas
lapangan sepak bola, futsal, lapangan tenis, dan lapangn bulu tangkis. Dalam perkembangannya
fasilitas olahraga akan terus mengalami penambahan seiring dengan penambahan penduduk.
Sehinggaa diperlukan proyeksi penambahan fasilitas untuk beberapa tahun yang akan datang agar
kebutuhan masyarakat akan fasilitas olahraga terpenuhi. Standar yang digunakan dalam menetukan
proyeki penambahan fasilitas yaitu menggunakan jumlah penduduk dan fasilitas eksisting. Jumlah
penduduk yang dimaksud yaitu jumlah penduduk proyeksi dan jumlah penduduk yang menjadi standar
untuk tiap fasilitas olahraga. Standar penduduk untuk fasilitas olahraga diketahui berdasarkan
perhitungan sesuai SNI 03-1733 Tahun 2004. Dari hal tersebut maka diketahui jumlah fasilitas
proyeksi yang dikurangi dengan jumlah fasilitas eksisting. Adapun proyeksi fasilitas olahraga di
Perkotaan Sabangau dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.55
Proyeksi Kebutuhan Sarana Pelayanan Umum Olahraga di Perkotaan Kecamatan Sabangau Tahun 2024-2039
Lapangan Sepak Bola Lapangan Voli Sirkuit
Tahu Jumla
Jumlah Jumlah Pendu Jumlah Pendu Pendu
N Kelurah n h
Penduduk Fasilita duk Fasilita duk Proyek duk Proyek
o an Proy Proyeks Penambah Penambah Fasilit Penamb
Tahun s Peduk s Peduk si Peduk si
eksi i (Unit) an an as ahan
Proyeksi Eksistin ung ( Eksistin ung ( (Unit) ung ( (Unit)
Eksisti
(Jiwa) g Jiwa) g Jiwa) Jiwa)
ng
12000
2019
7,967 1 2,500 0 0 1 2,500 0 0 0 0 15
12000
2024
8,965 1 2,500 0 0 1 2,500 0 0 0 0 13
Kereng
12000
1 Bengkir 2029
10,391 1 2,500 0 0 1 2,500 0 0 0 0 12
ai
12000
2034
12,044 1 2,500 0 0 1 2,500 0 0 0 0 10
12000
2039
13,959 1 2,500 0 0 1 2,500 0 0 0 0 9
12000
2019
3,639 1 2,500 1 0 0 2,500 1 1 1 0 33
12000
2024
4,101 1 2,500 1 0 0 2,500 1 1 1 0 29
12000
2 Sabaru 2029
4,762 1 2,500 1 0 0 2,500 1 1 1 0 25
12000
2034
5,530 1 2,500 0 0 0 2,500 0 0 1 0 22
12000
2039
6,421 1 2,500 0 0 0 2,500 0 0 1 0 19
12000
2019
4,553 0 2,500 1 1 1 2,500 1 0 0 0 26
12000
2024
5,131 0 2,500 0 0 1 2,500 0 0 0 0 23
Kalamp 12000
3 2029
angan 5,957 0 2,500 0 0 1 2,500 0 0 0 0 20
12000
2034
6,916 0 2,500 0 0 1 2,500 0 0 0 0 17
12000
2039
8,029 0 2,500 0 0 1 2,500 0 0 0 0 15
12000
2019 2,500 2,500
16,159 2 2 1 2 2 1 1 0 74
Jumlah 12000
2024 2,500 2,500
18,197 2 1 - 2 1 1 1 0 66
2029 2,500 2,500 12000
Lapangan Sepak Bola Lapangan Voli Sirkuit
Tahu Jumla
Jumlah Jumlah Pendu Jumlah Pendu Pendu
N Kelurah n h
Penduduk Fasilita duk Fasilita duk Proyek duk Proyek
o an Proy Proyeks Penambah Penambah Fasilit Penamb
Tahun s Peduk s Peduk si Peduk si
eksi i (Unit) an an as ahan
Proyeksi Eksistin ung ( Eksistin ung ( (Unit) ung ( (Unit)
Eksisti
(Jiwa) g Jiwa) g Jiwa) Jiwa)
ng
21,110 2 1 - 2 1 1 1 0 57
12000
2034 2,500 2,500
24,490 2 1 - 2 1 - 1 0 49
12000
2039 2,500 2,500
28,409 2 1 - 2 1 - 1 0 42
Sumber : Hasil analisa 2019
E. Fasilitas Sosial Budaya
Fasilitas sosial budaya merupakan fasilitas yag disedikan oleh pemerintah untuk dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat menjadi temat untuk mengadakan pertemuan dan kegiatan antar
anggota masyarakat yang lain. Sehingga dari hal tersebut terjadi interaksi dan akan terjalin
hubungan antar warga masyarakat yang harmonis. Fasilitas sosial budaya memiliki beberapa jenis
yaitu fasilitas balai warga, fasilitas parkir umum dan fasilitas pos hansip. Fasilitas sosial budaya
sangatlah diperlukan sebagai media yang dapat mempererat hubungan antar warga masyarakat
serta menjadi pos dalam menjaga keamanan, ketertiban dan kenyamanan dalam lingkungan
masyarakat.
Terkait hal tersebut fasilitas sosial budaya yang terdapat kawasan perkotaan kecamatan
Sabangau masih sangat kurang dan terbatas. Dari hal tersebut sangat diperlukan pengadaannya
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat serta membuat masyarakat perkotaan Sabangau memiliki
hubungan yang harmonis antar sesama. Tidak hanya hal tersebut keamanan dan ketertiban di
lingkungan masyarakat dapat pula terjaga dengan tersedinya pos hansip. Tiap- tiap fasilitas sosial
budaya memiliki radius pelayanan sendiri. Sehingga ditiap- tiap tempat yang ditentukan harus
terdapat fasilitas sosial budaya agar semua warga masyarakat kawasan perkotaan kecamatan
Sabangau dapat terlayani.
Dalam perkembangannya fasilitas sosial budaya akan terus mengalami penambahan seiring
dengan penambahan penduduk. Sehinggaa diperlukan proyeksi penambahan fasilitas untuk
beberapa tahun yang akan datang agar kebutuhan masyarakat akan fasilitas sosial budaya
terpenuhi. Standar yang digunakan dalam menetukan proyeki penambahan fasilitas yaitu
menggunakan jumlah penduduk dan fasilitas eksisting. Jumlah penduduk yang dimaksud yaitu
jumlah penduduk proyeksi dan jumlah penduduk yang menjadi standar untuk tiap fasilitas
peribadatan. Standar penduduk untuk fasilitas Sosial Budaya diketahui berdasarkan perhitungan
sesuai SNI 03-1733 Tahun 2004. Dari hal tersebut maka diketahui jumlah fasilitas proyeksi yang
dikurangi dengan jumlah fasilitas eksisting. Adapun proyeksi fasilitas sosial budaya di Perkotaan
Sabangau dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel
Proyeksi Kebutuhan Sarana Pelayanan Umum Sosial Budaya di Perkotaan Kecamatan
Sabangau Tahun 2023-2038
Pos Hansip Parkir Umum
Tahun Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk
No Kelurahan Proyeksi Proyeksi
Proyeksi Tahun Proyeksi Fasilitas Pedukung ( Penambahan Fasilitas Pedukung ( Penambahan
(Unit) (Unit)
(Jiwa) Eksisting Jiwa) Eksisting Jiwa)
2019 7,967 3 2,500 0 0 1 2,500 0 0
2024 8,965 3 2,500 0 0 1 2,500 0 0
Kereng
1 2029 10,391 3 2,500 0 0 1 2,500 0 0
Bengkirai
2034 12,044 3 2,500 0 0 1 2,500 0 0
2039 13,959 3 2,500 0 0 1 2,500 0 0
2019 3,639 4 2,500 1 0 1 2,500 1 0
2024 4,101 4 2,500 1 0 1 2,500 1 0
2 Sabaru 2029 4,762 5 2,500 1 0 1 2,500 1 0
2034 5,530 5 2,500 0 0 1 2,500 0 0
2039 6,421 6 2,500 0 0 1 2,500 0 0
2019 4,553 4 2,500 1 1 2 2,500 1 0
2024 5,131 4 2,500 0 0 2 2,500 0 0
Kalampanga
3 2029 5,957 4 2,500 0 0 2 2,500 0 0
n
2034 6,916 4 2,500 0 0 2 2,500 0 0
2039 8,029 4 2,500 0 0 2 2,500 0 0
0
2019 16,159 2 1 2
11 7,500 4 7,500
0
2024 18,197 1 - 1
11 7,500 4 7,500
0
Jumlah 2029 21,110 1 - 1
12 7,500 4 7,500
0
2034 24,490 1 - 1
12 7,500 4 7,500
0
2039 28,409 1 - 1
13 7,500 4 7,500
Sumber : Hasil analisa 2019
F. Fasilitas Peribadatan
Fasilitas peribadatan adalah tempat untuk menjalankan ibadah umat beragama secara
berjamaah untuk memenuhi kebutuhan rohani. Fasilitas peribadatan menjadi sarana yang sangat
penting dalam mewujudkan dan menciptakan masyarakat yang relegius serta lebih paham terkait
norma- norma dalam kehidupan bermasyarakat yang bersumber dari agama. Pengadaan fasilitas
peribadatan dilakukan oleh pemerintah maupun swadaya masyarakat itu sendiri. Terkait fasilitas
peribadatan di Kawasan Perkotaan Kecamaan Sabangau memiliki masjid, musolah, Gereja dan
Kleteng sebagai fasilitas peribadatan. Tersediannya masjid, musolah, Gereja dan Kleteng sebagai
fasilitas peribadatan karena dominan dan hampir seluruh masyarakat dikawasan perkotaan
kecamatan Sabangau memeluk agama yang Beragam. Adapun pengadaan fasilitas peribadatan di
kawasan perkotaan kecamatan kopang dilakukan oleh pemerintah dan fasilitas ini tersebar di
seluruh kawasan perkotaan kecamatan Sabangau.
Fungsi fasilitas peribadatan di Kawasan Perkotaan Kecamatan Sabangau selain tempat
untuk meaksanakan kegiatan rohani tetapi juga menjadi fasilitas dalam melakukan kegiatan
kajian/ pengajian serta menjadi tempat pendidikan informal seperti TPA.
Dalam perkembangannya fasilitas peribadatan akan terus mengalami penambahan seiring
dengan penambahan penduduk. Sehinggaa diperlukan proyeksi penambahan fasilitas untuk
beberapa tahun yang akan datang agar kebutuhan masyarakat akan fasilitas peribadatan
terpenuhi. Standar yang digunakan dalam menetukan proyeki penambahan fasilitas yaitu
menggunakan jumlah penduduk dan fasilitas eksisting. Jumlah penduduk yang dimaksud yaitu
jumlah penduduk proyeksi dan jumlah penduduk yang menjadi standar untuk tiap fasilitas
peribadatan. Standar penduduk untuk fasilitas peribadatan diketahui berdasarkan perhitungan
sesuai SNI 03-1733 Tahun 2004. Dari hal tersebut maka diketahui jumlah fasilitas proyeksi yang
dikurangi dengan jumlah fasilitas eksisting. Adapun proyeksi fasilitas peribadatan di Perkotaan
Sabangau dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel
Proyeksi Kebutuhan Sarana Pelayanan Umum Peribadatan di Perkotaan Kecamatan Sabangau Tahun 2024-2039
Masjid Mushola Gereja

Jumlah
No. Kelurahan Tahun Jumlah Jumlah Jumlah
Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk
Fasilitas Proyeksi Penambahan Fasilitas Proyeksi Penambahan Fasilitas Proyeksi Penambahan
Tahun Pendukung Pendukung Pendukung
Eksisting Eksisting Eksisting
Proyeksi

2019 7,967 2 30,000 0 -2 10 250 32 22 1 2,500 3 2

2023 8,965 2 30,000 0 -2 10 250 36 26 1 2,500 4 3

1 Kereng Bengkirai 2028 10,391 2 30,000 0 -2 10 250 42 32 1 2,500 4 3

2033 12,044 2 30,000 0 -2 10 250 48 38 1 2,500 5 4

2038 13,959 2 30,000 0 -2 10 250 56 46 1 2,500 6 5

2019 3,639 2 30,000 0 -2 2 250 15 13 1 2,500 1 0

2023 4,101 2 30,000 0 -2 2 250 16 14 1 2,500 2 1

2 Sabaru 2028 4,762 2 30,000 0 -2 2 250 19 17 1 2,500 2 1

2033 5,530 2 30,000 0 -2 2 250 22 20 1 2,500 2 1

2038 6,421 2 30,000 0 -2 2 250 26 24 1 2,500 3 2

2019 4,553 1 30,000 0 -1 10 250 18 8 1 2,500 2 1

2023 5,131 1 30,000 0 -1 10 250 21 11 1 2,500 2 1

3 Kalampangan 2028 5,957 1 30,000 0 -1 10 250 24 14 1 2,500 2 1

2033 6,916 1 30,000 0 -1 10 250 28 18 1 2,500 3 2

2038 8,029 1 30,000 0 -1 10 250 32 22 1 2,500 3 2

2019 16,159 5 30,000 0 -5 22 250 65 43 3 2,500 6 3

2023 18,197 5 30,000 0 -5 22 250 73 51 3 2,500 8 5

Jumlah 2028 21,110 5 30,000 0 -5 22 250 85 63 3 2,500 8 5

2033 24,490 5 30,000 0 -5 22 250 98 76 3 2,500 10 7

2038 28,409 5 30,000 0 -5 22 250 114 92 3 2,500 12 9

Sumber : Hasil Analisa 2019


4.6.4 Analisa Proyeksi Kebutuhan Prasarana

Analisa proyeksi kebutuhan prasarana terdiri dari jaringan prasarana utama serta jaringan
prasarana lainnnya.
4.6.4.1 Jaringan Prasarana Utama

Jaringan prasarana utama terdiri atas jaringan listrik, jaringan telekomunikasi, jaringan air
minum dan jaringan air limbah.
A. Jaringan Listrik

Dalam rangka peningkatan kegiatan serta perekonomian masyarakat perkotaan Sabangau


sehingga perlunya peningkatan akses listrik dikarenakan kebutuhan listrik merupakan salah satu
kebutuhan manusia yang sangat penting dalam keperluan masyarakat sehari-hari. Masyarakat
hampir tidak dapat dipisahkan setiap kebutuhan untuk melakukan pekerjaaan yang ada tanpa adanya
keutuhan listrik. Sehingga dengan adanya kekurangan energy listrik dapat mengganggu kehidupan
manusia. Oleh sebab itu, ketersediaan listrik harus tetap dipertahankan. Dikarenakan keutuhan
listrik meningkat seiring pertambahan jumlah penduduk sehingga kebutuhan listrikpun harus
direncanakan dalam perhitungan proyeksi. Untuk Mencari proyeksi kebutuhan listrik di Kawasan
Perkotaan Kecamatan Sabangau dalam kurun waktu 20 tahun yang akan datang, Analisis utilitas
listrik menggunakan asumsi tentang kebutuhan utilitas listrik dengan asumsi sebagai berikut.

Asusi 1 (satu) orang membutuhkan 450 VA/hari. Standar pelayanan daya


listrik perjiwa adalah 450 VA dengan rincian sebagai berikut :
 Perumahan : 450 VA/hari X Jumlah Penduduk = total kebutuhan RT
 Perdagangan dan perkantoran : 25% X total kebutuhan RT
 Sosial dan pelayanan umum : 25% X total kebutuhan RT
 Penerangan jalan : 10% X total kebutuhan RT
 Cadangan : 30% X total kebutuhan RT

Sehingga didapatkan total kebutuhan listrik yangdapat digunakan untuk perhitungan


kebutuhan gardu listrik (1 Gardu listrik memuat 20 KVA). Adapun proyeksi kebutuhan jaringan
listrik di Perkotaan Sabangau dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.58
Proyeksi Kebutuhan Jaringan Listrik Perkotaan Sabangau Tahun 2024-2039
Menurut Standar PU

Tahun Jumlah Perdagangan Sosial dan


No Kelurahan Rumah
Proyeksi Penduduk dan Pelayanan Penerangan Cadangan Total
Tangga (450
Perkantoran Umum Jalan (10%) (30%) Kebutuhan
VA/orang
(25% (25%)

2019 7,967 3,585,150 896287.5 896287.5 358515 1075545 6,811,785


2023 8,965 4,034,250 1008562.5 1008562.5 403425 1210275 7,665,075
Kereng
1 2028 10,391 4,675,950 1168987.5 1168987.5 467595 1402785 8,884,305
Bengkirai
2033 12,044 5,419,800 1354950 1354950 541980 1625940 10,297,620
2038 13,959 6,281,550 1570387.5 1570387.5 628155 1884465 11,934,945
2019 3,639 1,637,550 409387.5 409387.5 163755 491265 3,111,345
2023 4,101 1,845,450 461362.5 461362.5 184545 553635 3,506,355
2 Sabaru 2028 4,762 2,142,900 535725 535725 214290 642870 4,071,510
2033 5,530 2,488,500 622125 622125 248850 746550 4,728,150
2038 6,421 2,889,450 722362.5 722362.5 288945 866835 5,489,955
2019 4,553 2,048,850 512212.5 512212.5 204885 614655 3,892,815
2023 5,131 2,308,950 577237.5 577237.5 230895 692685 4,387,005
3 Kalampangan 2028 5,957 2,680,650 670162.5 670162.5 268065 804195 5,093,235
2033 6,916 3,112,200 778050 778050 311220 933660 5,913,180
2038 8,029 3,613,050 903262.5 903262.5 361305 1083915 6,864,795
2019 16,159 7,271,550 1,817,888 1,817,888 727,155 2,181,465 13,815,945
2023 18,197 8,188,650 2,047,163 2,047,163 818,865 2,456,595 15,558,435
Jumlah 2028 21,110 9,499,500 2,374,875 2,374,875 949,950 2,849,850 18,049,050
2033 24,490 11,020,500 2,755,125 2,755,125 1,102,050 3,306,150 20,938,950
2038 28,409 12,784,050 3,196,013 3,196,013 1,278,405 3,835,215 24,289,695

Sumber : Hasil Analisa 2019


B. Jaringan Telekomunikasi
Lingkungan perumahan harus dilengkapi jaringan telepon sesuai ketentuan dan persyaratan
teknis yang diatur dalam peraturan perundangan yang telah berlaku, terutama mengenai tata cara
perencanaan umum jaringan telepon lingkungan perumahan diperkotaan. Kriteria yang digunakan
dalam penyediaan jaringan telepon yakni tiap lingkungan rumah perlu dilayani sambungan telpon
rumah dan telepon umum sejumlah 0,13/jiwa. Wilayah perkotaan Sabangau hampir tidak ada
masyarakat yang masih mempergunakan telfon rumah sehingga keutuhan telekomunikasi kabel
hanya sebatas untuk pemasangan jaringan internet yang lebih dikenal dengan istilah pemasangan
wifi. Wilayah perkotaan Sabangau didominasi oleh pengguna telepon genggam/ handphone
sehingga perlunya perencanaan Menara telekomunikasi untuk jaringan telepon genggam. Telepon
seluler saat ini sudah menjadi kebutuhan sehari hari. Dalam Peraturan Menteri Kominfo No.2/
PER/ M. KOMINFO. /3/2008, dimana salah satu pertimbangan tersebut yakni efisiensi dan
efektifitas penggunaan menara telepon memperhatikan faktor keamanan lingkungan. Pemerintah
Daerah diharapkan turut serta mengatur dan bertanggung jawab dalam menyusun rencana
pembangunan dan penggunaan menara bersama. Adapun perencanaan Kebutuhan BTS menurut
Jurnal Hayadi Hamuda (2006) diasusmsikan sebagai berikut.
 pengguna telpon tersebar diseluruh wilayahdengan tidak adanya pengelompokan
berdasarkan provider tertentu.
 Dengan lama rata-rata panggilan atau menerima telpon untuk setiap handphone perhari
diasusmsikan 2 menit atau setara dengan 33 mErlang.
 Grade Of Service (GOS)=2%

 Kapasitas rata-rata setiap BTS 44,7 Erlang.

Parameter perencanaan menghitung kebutuhan BTS yakni menggunakan data proyeksi


penduduk. Dengan asumsi telendensitas seluler wilayah Kalimantan menurut Menkominfo yakni
sebesar 83,67% dan merupakan terbesar kedua setelah Jakarta-Banten, dengan rumus sebagai berikut :

P = 83,67% × Pt

Keterangan ;
P = Jumlah Pelanggan Seluler
Pt = Jumlah Penduduk
Jika Diasumsikan Setiap pelanggan membangkitkan trafik sebesar 33 mErlang, maka trafik
yang dapat dibangkitkan oleh semua pelanggan dapat diperhitungkan dengan rumus Sebagai berikut:

T = P × E × 10-3

Keterangan :

T = Total trafik yang dibangkitkan oleh pelanggan seluler (mErlang)

P = Jumlah pelanggan seluler

E = Erlang Per pelanggan (mErlang) sebesar 33 mErlang

Adapun rumus untuk menentukan kebutuhan jumlah Base Traceiver Station (BTS) untuk
melayani jumlah pelanggan menggunakan rumus sebagai berikut

T
𝐵=
A

Keterangan :

B = Jumlah Kebutuhan BTS

T = Total Trafik yang dibangkitkan pelanggan seluler (Erlang)

A = Kapasitas 1 BTs Yakni 44,7 Erlang

Berdasarkan rumus serta asumsi yang didapat dari beberapa referensi untuk penerapan
proyeksi kebutuhan jaringan telekomunikasi. Adapun proyeksi kebutuhan jaringan telekomunikasi
Perkotaan Sabangau yang dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel
Proyeksi Kebutuhan Jaringan Telekomunikasi Perkotaan Sabangau Tahun 2023-2038
Utilitas STO Utilitas BTS
Jumlah
Tahun Jumlah Sambungan Jumlah Jumlah Kebutuhan
No Kelurahan Penduduk Proyeksi Jumlah Total Penambahan
Proyeksi Penduduk Telpon Eksisting Penambahan Eksisting BTS (1
Pendukung (Unit) Pelanggan Trafik BTS
(Unit) BTS BTS=44,7
Erlang
2023 8965 1165 1 120000 1 1 1 130 4 0 0

Kereng 2028 10391 1351 1 120000 1 1 1 151 5 0 0


1
Bangkirai 2033 12044 1566 1 120000 1 1 1 175 6 1 0
2038 13959 1815 1 120000 1 1 1 202 7 1 0
2023 4101 533 0 120000 0 0 2 59 2 0 0
2028 4762 619 0 120000 0 0 2 69 3 0 0
2 Sabaru
2033 5530 719 0 120000 0 0 2 80 3 0 0
2038 6421 835 0 120000 0 0 2 93 4 0 0
2023 5131 667 0 120000 0 0 1 74 3 0 0
2028 5957 774 0 120000 0 0 1 86 3 0 0
3 Kalampangan
2033 6916 899 0 120000 0 0 1 100 3 0 0
2038 8029 1044 0 120000 0 0 1 116 4 0 0

2023 18197 2366 1 360000 1 1 4 264 9 1 0


2028 21110 2744 1 360000 1 1 4 306 11 1 0
Jumlah
2033 24490 3184 1 360000 1 1 4 355 12 1 0
2038 28409 3693 1 360000 1 1 4 412 15 1 0
Sumber : Hasil analisa 2019
C. Jaringan Air Minum dan Air Bersih
air merupakan senyawa yang memiliki peran penting dalam mendukung segala sisi
kehidupan bagi makhluk hidup yang ada di permukaan bumi ini.. Menurut UU RI No. 7 Tahun
2004, Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Pengembangan akan pemenuhan
kebutuhan air bersih Perkotaan Sabangau didapatkan dari air sumur Bor dengan seiringnya
pertambahan penduduk maka kebutuhan akan air bersih semakin meningkat sehingga
pengembangan kebutuhan air bersih perlu direncanaakan dengan baik, berhubung air bersih
merupakan faktor yang penting bagi masyarakat untuk mandi, minum, dll. Perhitungan
berdasarkan Permen PU No.14 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal
Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Oleh karena itu proyeksi akan kebutuhan air
bersih harus berdasarkan standar asumsi seperti berikut. Standar 1 orang = 60 liter/hari. Adapun
proyeksi kebutuhan air minum dan air bersih dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 4.
Proyeksi Air Minum Perkotaan Sabangau Tahun 2023-2038
Menurut Standar PU
Tahun Jumlah Kebutuhan Air Kebutuhan Air
Kelurahan
Proyeksi Penduduk Baku (60 Minum (60 Total
liter/orang/Hari liter/Orang/Hari
2019 7,967 478,020 478,020 956,040
2024 8,965 537,900 537,900 1,075,800
Kereng
2029 10,391 623,460 623,460 1,246,920
Bengkirai
2034 12,044 722,640 722,640 1,445,280
2039 13,959 837,540 837,540 1,675,080
2019 3,639 218,340 218,340 436,680
2024 4,101 246,060 246,060 492,120
Sabaru 2029 4,762 285,720 285,720 571,440
2034 5,530 331,800 331,800 663,600
2039 6,421 385,260 385,260 770,520
2019 4,553 273,180 273,180 546,360
2024 5,131 307,860 307,860 615,720
Kalampangan 2029 5,957 357,420 357,420 714,840
2034 6,916 414,960 414,960 829,920
2039 8,029 481,740 481,740 963,480
2019 16,159 969,540 969,540 1,939,080
Jumlah
2024 18,197 1,091,820 1,091,820 2,183,640
Menurut Standar PU
Tahun Jumlah Kebutuhan Air Kebutuhan Air
Kelurahan
Proyeksi Penduduk Baku (60 Minum (60 Total
liter/orang/Hari liter/Orang/Hari
2029 21,110 1,266,600 1,266,600 2,533,200
2034 24,490 1,469,400 1,469,400 2,938,800
2039 28,409 1,704,540 1,704,540 3,409,080
Sumber : Hasil Analisa 2019

D. Jaringan Air Limbah


Berdasarkan keputusan Menperindag RI No.231/MPP/Kep/7/1997 Pasal 1 Tentang
Prosedur Impor Limbah, menyatakan bahwa limbah adalah bahan/barang sisa atau bekas dari
suatu kegiatan atau proses produksi yang fungsinya sudah berubah dari aslinya. Menurut Karmana
(2007), Limbah merupakan sisa atau sampah suatu proses programsi yang dapat menjadi bahan
pencemaran atau polutan disuatu lingkungan. Banyak kegiatan manusia yang menghasilkan
limbah antara lain kegiatan industri, transportasi, rumah tangga dan kegiatan lainnya.

Dengan adanya sistem Air Limbah diharapkan penyaluran limbah rumah tangga dan
penyaluran air hujan dapat diatasi dengan baik. Penyebaran limbah dapat menjangkau wilayah
yang luas karena ukurannya yang kecil/mikro sehingga mudah menyebar dan tidak mudah
terdeteksi secara langsung. Selain itu, dampak dari limbah tidak hanya tertuju pada satu faktor,
namun juga akan mempengaruhi faktor-faktor lainnya. Sistem air limbah yang ada di Perkotaan
Sabangau selama ini menggunakan septic tank namun ada juga yang langsung membuangnya ke
sungai karna sebagaian kelurahan di kecamatan Sabangau letak permukimannya di atas sungai
atau bisa disebut juga sebagai rumah panggung. yang merupakan tempat pembuangan imbah di
Perkotaan Sabangau. Perhitungan berdasarkan Permen PU No.14 Tahun 2010 Tentang Petunjuk
Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang, Oleh karena
itu proyeksi akan kebutuhan air limbah berdasarkan standar asumsi seperti berikut.

Standar minimal air limbah adalah 45 liter /orang/hari, dengan


rincian sebagai berikut :

 Minimal 20 Liter/Orang/Hari Untuk Mandi


 Minimal 15 Liter/Orang/Hari Untuk Cuci
 Minimal 10 Liter/Orang/Hari Untuk Kakus
Tabel
Proyeksi Air Limbah Perkotaan Sabangau Tahun 2024-2039
Menurut Standar
PU
Jumlah
Kelurahan Tahun Proyeksi Pembuangan
Penduduk
Limbah 45
liter/Hari/Orang

2019 7,967 358.515

2024 8,965 403.425

Kereng Bengkirai 2029 10,391 467.595

2034 12,044 541.980

2039 13,959 628.155

2019 3,639 163.755

2024 4,101 184.545

Sabaru 2029 4,762 214.290

2034 5,530 248.850

2039 6,421 288.945

2019 4,553 204.885

2024 5,131 230.895

Kalampangan 2029 5,957 268.065

2034 6,916 311.220

2039 8,029 361.305

2019 16,159 727

2024 18,197 819

Jumlah 2029 21,110 950

2034 24,490 1,102,050

2039 28,409 1,278,405


Sumber : Hasil Analisa 2019
4.6.4.2 Prasarana Lainnya
A. Jaringan Persampahan
Sampah adalah material sisa yang dibuang sebagai hasil dari proses produksi, baik itu
industri maupun rumah tangga. Definisi lain dari sampah adalah sesuatu yang tidak diinginkan
oleh manusia setelah proses/ penggunaannya berakhir. Sampah mencakup beberapa bagian yaitu
limbah industry dan limbah rumah tangga. Analisis sampah bertujuan untuk memperkirakan
beberapa jumlah buangan sampah dari tiap-tiap penduduk. Perhitungan berdasarkan Permen PU
No.14 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan
Umum Dan Penataan Ruang, dimana untum mengetahui proyeksi banyaknya volume sampah
yang akan dihasilkan di Perkotaan Sabangau kedepan dengan asumsi yang digunakan sebagai
berikut.

Standar Produksi Sampah :


 Volume Sampah / 1 orang = 2,5 Liter/ Har

Adapun proyeksi perhitungan persampahan di Perkotaan Sabangau dapat dilihat pada


tabel berikut.
Tabel
Proyeksi Volume Persampahan Perkotaan Sabangau Tahun 2024-2039
Menurut Standar
PU

Tahun Jumlah
No Kelurahan Pembuangan
Proyeksi Penduduk
Sampah 2,5
liter/Hari/Orang

2019 7,967 19.918


2023 8,965 22.413
Kereng Bengkirai 2028 10,391 25.978
2033 12,044 30.110
2038 13,959 34.898
2019 3,639 379
2 Sabaru 2023 4,101 10.253
2028 4,762 11.905
2033 5,53 13.825
2038 6,421 16.053
2019 4,553 11.383
2023 5,131 12.828
3 Kalampangan 2028 5,957 14.893
2033 6,916 17.290
2038 8,029 20.073
2019 16,159 40.398
2023 18,197 45.493
Jumlah 2028 21,11 52.775
2033 24,49 61.225
2038 28,409 71.023
Sumber : Hasil Analisa 2019

4.6.1 Analisa Kebutuhan Ruang sesuai Tujuan di BWP Sabangau


Analisa Kebutuhan Ruang yakni perhitungan ruang yang disesuaikan terkait konsep
pengembangan BWP Sabangau. Adapun Kebutuhan Ruang BWP Sabangau sebagai berikut:
4.6.1.1. Pembangunan Kebutuhan Wisata Air Penujang Konsep

Wisaata kereng bengkirai adalah wisata air yang terkenal di palangkaraya wisata . perlunya
pembenahan untuk membuat wista ini tetap menarikm dengan cara : penambahan wahana baru untuk
menarik minat wisatawan untuk berkunjung kewista kerengbengkirai, wisata ini menyediakan susur
sungai yang hanya berputar dan mendapatkan informasi tentang wisata air kerengbengkirai , untuk
menarik pengunjung dibangunya kafe terapung sebagai tujuan dan kafe terapung ini juga memiliki
konsep memancing, dan ikan hasil pancingan bisa diolah sendiri oleh wisatawan. Pembangun lahan
parker untuk membuat ketertiban parkiran.

Tabel …
Kebutuhan Ruang Wisata Air Penunjang Konsep
No Fasilitas Ukuran Volume Kapasitas Satuan

1 Wahan baru ( sepeda air ) - 10 1 Orang


2 Kafe terapung dan tempat 7x7 1 30 Orang
pemancingan
3 Lahan parker 10 x 10 1 30 motor Orang

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2019


4.6.1.2 Pengembangan Industri Pertanian
Pertanian ini akan menjadi ekowisata.Untuk menjadi pertanian yang berbasis wista maka
perlu pembangunan untuk menunjang ekowista antara lain mebuat beberapa fasilitas yang
menunjang kegiatan pertanian tersebut. Dengan adanya fasilitas fasilitas tersebut akan menambah
nilai hasil panen petani sehingga dapat menguntungkan para petani. Adapun lebih lengkap terkait
kebutuhan ruang bagian dari agrowisata padi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel
Kebutuhan Ruang Pengembangan Industri
No Fasilitas Ukuran Volume Kapasitas Satuan
Bangunan
1 17 x 9 1 50 Orang
industri
Gudang
penyimpanan Hasil
2 8x8 1 20-50
hasil produksi
produksi
Kantor
pemasaran
3 8x8 1 10 Orang
dan
pengolahan
Sumber : Hasil Analisa 2019

4.6.1.3 Pengembangan Wisata Kampung Nelayan

Potensi wista baru di Desa eksotis yg terletak di pinggir sungai dan di kelilingi hutan membuat
desa ini terlihat menarik. Disini juga memiliki potensi perikanan konsepan menjadikannya kampong
nelayan sangat mungkin dilakukan, penduduk mayoritas nelayan akses masuk menuju kelurahan ini
hanya bisa menggunakan kelotok dan perahu maka kami mengonsepkan kampong nelaya .untuk
meningkatkan kualitas maka akan di bangaun restoran terapung, resot untuk menarik parawistawa

Table
Kebutuhan Ruang Kampong Nelayan
No Fasilitas Ukuran Volume Kapasitas Satuan
1 Restoran 12 x 9 1 30 Orang
2 Resort 3x5 5 4 Orang
Loket dan
3 gapura pintu 4x4 1 4 Orang
masuk
4 Toko souvenir 4x4 2 10 Orang
5 Gazebo 3x2 5 5 Orang
Sumber : Hasil Analisa 2019

Anda mungkin juga menyukai