Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Teknologi Berkelanjutan (Sustainable Technology Journal)

Volume 1 Nomor 2

KAJIAN PENGEMBANGAN RAWA


(STUDI KASUS RAWA KALAHIEN KABUPATEN BARITO SELATAN)
Ita Minarni1, Robertus Chandrawidjaja2, Novitasari2
1Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Barito Selatan
2Bidang Rekayasa dan Pengelolaan Sumberdaya Rawa Fakultas Teknik Unlam

ABSTRACT

Hydrologic analysis is intended to estimate the presence of water resources taking into account of nature the
parameters that influence itself and it is intended to provide an estimate of the amount of water available, the
average rainfall areas,is and debit of the amount required swamp puddle in the planning, the preliminary
data needed in planning . the purpose of natural resourse development system is to regulate wetlands
groundwater and to improve the water quality and wetlands that meet the requirements for the cultivation of
agricultural and fishery areas. These results indicate that swamp conditions of Kalahien can be developed
by taking aspects of hydrology and characteristics of Kalahien swamp area. By using analysis of maximum
flow rate expected to be able to design cropping pattern and the right kinds of plants, it can be increasing
agricultural productivity.Development step of the are marsh by making zones, fisheries management,
maintaining banks of the swamp, use of water weeds and plankton and water quality management also
maintain ecosystem sustainability of fish habitat in the mash.

Keywords: Swamp Kalahien, Development of Wetland Hydrology Analysis.

1. PENDAHULUAN
pertambakan, selebihnya diperuntukkan untuk
Dari total luas 883.000 ha lahan konservasi air, tumbuhan dan hewan
Kabupaten Barito Selatan, Kecamatan Dusun rawa.Lahan rawa akan memiliki peranan
Selatan memiliki luas lahan 1.829 ha atau penting dan strategis bagi pengembangan
20,71 persen dari total luas Kabupaten. Luas pertanian yang sekaligus mampu mendukung
penggunaan lahan menurut status peruntukan ketahanan pangan nasional terutama bila
lahan di Kabupaten Barito Selatan pada tahun dikaitkan dengan perkembangan penduduk
2009 adalah sebesar 431.407 ha. Jenis dan berkurangnya lahan subur untuk berbagai
penggunaan tanah yang paling banyak penggunaan non pertanian.
terdapat di Kabupaten Barito Selatan yaitu Pengembangan lahan rawa berarti
berupa lahan bukan sawah seluas 416.445 ha mengubah lahan rawa sedemikian rupa
(96,53 persen), termasuk didalamnya seluas sehingga tercipta suatu lingkungan baru yang
46.351 ha (5.25 persen) merupakan lahan cocok untuk pengembangan budidaya
untuk pekarangan dan bangunan. Jenis pertanian dan pemukiman. Hal itu tidak
penggunaan tanah yang lain di Kabupaten semudah seperti membalikkan tangan, banyak
Barito Selatan meliputi lahan sawah seluas tantangan dan kendala yang dihadapi dalam
14.962 ha (3,47 persen). Dalam RTRW, untuk usaha merubah lahan rawa yang secara alami
pengembangan kawasan Kabupaten Barito tidak sebagus lahan pertanian dataran tinggi.
Selatan mencadangkan 302.712 ha lahan Kendala yang dihadapi dalam usaha
untuk kawasan permukiman baru. pengembangan rawa di Kalimantan Tengah
Lahan sawah seluas 14.962 hayang menyangkut beberapa aspek antara lain yaitu
kebanyakan pada daerah rawa lebak sangat aspek air (tata air, banjir, kekeringan,
potensial untuk dikembangkan menjadi lahan keasaman dan kegaraman dan lain-lain),
budidaya pertanian tanaman pangan, aspek tanah (pirit, gambut, mudah tumbuh
holtikultura, perkebunan, peternakan dan gulma dan lain-lain), aspek sosial-budaya
ekonomi (pemasaran, penggarap, keterbatasan
modal, keterisolasian dan lain-lain) dan aspek
Jurnal Teknologi Berkelanjutan (Sustainable Technology Journal)
Available on line at:http://jtb,ulm.ac.id
Vol. 1 No. 2 (2012) pp. 95 – 103
95
KAJIAN PENGEMBANGAN RAWA (STUDI KASUS RAWA KALAHIEN KABUPATEN BARITO SELATAN)
Ita Minarni, Robertus Chandrawidjaja, Novitasari

lingkungan. Oleh karena itu, pengembangan b. Untuk mengetahui karakteristik kawasan


lahan rawa perlu didukung oleh teknologi, rawa Kalahien sehingga dapat
baik dari sektor sumber daya air, Pemukiman Dimanfaatkan bagi lahan pertanian dalam
dan Prasarana Wilayah. arti luas.
Salah satu faktor kunci keberhasilan c. Analisis pengembangan kawasan
pengembangan lahan rawa adalah teknik Pertanian Desa Kalahien.
pengolahan tanah dan tata air yang tepat, Manfaat yang dapat diambil dari
sehingga tercipta media tumbuh yang baik penelitian ini adalah diketahuinya
bagi tanaman. Dengan memperhatikan aspek keberlanjutan pada lahan rawa Kalahien
teknis, sosio agro-ekonomi dan lingkungan, antara lain adalah
maka pengembangan daerah rawa dilakukan a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
secara bertahap (gradually) yang terdiri dari meningkatkan hasil pertanian dan
tiga tahap pengembangan ; tahap pertama perikanan sehingga meningkatkan
yaitu tahap awal, tahap kedua tahap lanjutan produktifitas masyarakat di kawasan
dan tahap ketiga tahap sistem terkendali Desa Kalahien dan sekitarnya.
secara penuh. Ketiga tahap pengembangan ini b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
membutuhkan waktu yang relatif lama antara memberikan masukkan bagi
20 dan 30 tahun sehingga diperlukan suatu pengembangan dan pengelolaan kawasan
strategi dan pola kebijakan pengembangan rawa Desa Kalahien.
yang baik dan terarah, sehingga tujuan Adapun pembatasan masalah adalah:
pengembangan lahan rawa dapat dicapai a. Lokasi penelitian daerah kawasan
seoptimal mungkin. pertanian Desa Kalahien Kecamatan
Selama ini telah banyak dilakukan studi Dusun Selatan, seluas 527 hektar.
yang berkenaan dengan sumberdaya air di b. Untuk mengetahui tanaman pertanian
Kalimantan, dimana umumnya lebih banyak yang cocok untuk daerah ini, apakah air
diarahkan padakajian tentang sungai dan rawa untuk kebutuhan air penduduk dan
waduk, sementara kajian tentang rawa masih kebutuhan air pertanian mencukupi.
jarang sekali dilakukan (Noor, 2007). c. Analisis hidrologi dalam hal ini analisis
Kawasan rawa Desa Kalahien yang debit maksimum.
berlokasi di Kecamatan Dusun Selatan
(Kabupaten Barito Selatan), merupakan salah 2. METODE PENELITIAN
satu contoh kawasan di wilayah Propinsi
Kalimantan Tengah yang selama ini luput dari 2.1 Penentuan Stasiun Pengukuran
perhatian. Pada umumnya, kawasan rawa Curah Hujan
Kalahien ini merupakan sumber kehidupan Untuk menghitung air yang dapat
masyarakat desa Kalahien dan sekitarnya, ditampung di bendung, maka diperlukan data
Mengingat karakter kawasan rawa Desa curah hujan. Data tersebut di dapat dari
Kalahien ini cukup spesifik, maka upaya stasiun pengukuran curah hujan yang ada di
pengembangan kawasan dalam rangka dalam atau disekitar daerah pengaliran sungai
mengatasi permasalahan yang ada serta yang ditinjau. Data yang diambil adalah data
masalah-masalah yang mungkin timbul di curah hujan (baik bulanan atau harian) dan
masa yang akan datang, makapengembangan data klimatologi (misal data temperatur rata-
kawasan tersebut perlu mempertimbangkan rata, kelembaban rata-rata, penyinaran
banyak aspek terkait, di antaranya aspek matahari, kecepatan angin dan lain-lain).
sosial dan budaya, aspek ekonomi, aspek
hukum, aspek lingkungan hidup dan aspek 2.2 Perhitungan Curah Hujan Daerah
lainnya. Data curah hujan yang didapat dari
Penelitian ini bertujuan untuk: stasiun pengukuran curah hujan bentuknya
a. Untuk menganalisis hidrologi kawasan masih dalam data curah hujan untuk lokasi
rawa Kalahien. stasiun. Untuk mendapatkan data curah hujan
regional atau kawasan daerah pengaliran
Jurnal Teknologi Berkelanjutan (Sustainable Technology Journal)
Available on line at:http://jtb.ulm.ac.id
Vol. 1 No. 2 (2012) pp. 95 – 103
96
Jurnal Teknologi Berkelanjutan (Sustainable Technology Journal)
Volume 1 Nomor 2

sungai yang ditinjau, maka harus dilakukan digunakan sama dengan metode Thiessen,
pengolahan data dari data curah hujan per tetapi luas daerah yang dihitung adalah luas
stasiun menjadi data curah hujan rerata daerah antara garis interval kontur dikalikan dengan
(regional). (Suripin,2004). rata-rata interval yang ditinjau.
Beberapa cara yang sering dipakai adalah
sebagai berikut:
a. Metode Rata-Rata Aljabar 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Cara ini adalah perhitungan rata-rata
aljabar curah hujan di dalam dan disekitar 3.1 Pemanfaatan Air
daerah yang bersangkutan dengan Air yang tersedia di permukaan bumi ini
menggunakan rumus: solah-olah dapat diperoleh dengan cuma-
cuma. Padahal pada saat air sulit di dapat,
(1) maka nilai air itu akan naik dan harus dikelola
dengan baik, sehingga air dapat digunakan
Dimana: secara optimal.Pada saat ini pada umumnya
IR : Curah hujan regional (mm) penggunaan air tidak mempertimbangkan
n : Jumlah stasiun pengukuran curah kebutuhan air nyata, melainkan menyediakan
hujan sejumlah air yang dimintapengguna air
IA,IB,...In : Curah hujan disetiap statiun dengan asumsi mereka akan menggunakan air
(mm) tersebut secara efisien. Pengalaman
Metode ini diterapkan jika terdapat menunjukan bahwa sistem irigasi maupun
banyak stasiun curah hujan dan tersebar sistem air minum hanya berorintasi pada
dengan merata. pasok (supply oriented) air saja yang banyak
memboroskan air.Untuk itu perlu pemikiran
b. Metode Thiessen lebih lanjut bagaimana penggunaan air agar
Jika stasiun pengamatan tidak tersebar lebih efisien. Salah satu cara dilakukan
dengan merata, maka cara perhitungan curah pendekatan orientasi kebutuhan (demand
hujan rata-rata dilakukan dengan oriented) yang memperhatikan kebutuhan
memperhitungkan daerah pengaruh tiap nyata akan air yang dapat diukur dari kerelaan
stasiun. pemakai air untuk membayar.(Wiyono, 2000).
Urutan prioritas pemanfaatan air menurut
(2) UU No. 7 Tahun 2004 tentang pengairan
adalah sebagai berikut:
Dimana : a. Air Minum (kebutuhan air rumah
IR : curah hujan regional (mm) tangga dan perkotaan)
N: jumlah stasiun pengukur b. Pertanian (Pertanian rakyat dan usaha
curah hujan pertanian lainnya)
IA IB,…An:curah hujan di setiap stasiun c. Peternakan
(mm) d. Perkebunan
AA,AB,…An:bagian daerah yang mewakili e. Perikanan
setiap stasiun (ha) f. Ketenagaan
g. Industri
Metode ini lebih sering dipakai dalam h. Pertambangan
praktek karena cukup akurat dan relatif i. Lalu lintas air (navigasi)
sederhana. j. Rekreasi.
c. Metode Isohiet
Cara ini dilakukan dengan membuat garis 3.2 Analisis Karakteristik Rawa
kontur tinggi curah hujan pada setiap Berdasarkan data-data yang
stasiun. Cara ini adalah cara rasional yang dikumpulkan, dapat diketahui kondisi
terbaik jika garis-garis isohiet dapat eksisting sekaligus karakteristik kawasan
digambar dengan teliti. Rumus yang Desa Kalahien yang merupakan kawasan
perairan yang terjaga sepanjang tahun, artinya
Jurnal Teknologi Berkelanjutan (Sustainable Technology Journal)
Available on line at:http://jtb.ulm.ac.id
Vol 1 No. 2(2012) pp. 95 – 103
97
KAJIAN PENGEMBANGAN RAWA (STUDI KASUS RAWA KALAHIEN KABUPATEN BARITO SELATAN)
Ita Minarni, Robertus Chandrawidjaja, Novitasari

walaupun terjadi fluktuasi tinggi muka air 2. Secara administrasi kawasan pertanian
(kurang lebih 1 meter), namun kawasan Desa Desa Kalahien berbatasan,
Kalahein jarang mengalami kekeringan. a. Sebelah utara dengan hutan rimba
Sumber air Desa Kalahien yaitu air dari b. Sebelah Selatan berbatasan dengan
hujan dan air dari sungai Barito yang hutan rimba/Sungai Barito
mengalir masuk kawasan pertanian sebagai c. Sebelah Timur dengan Desa Penda
inflow, di musim hujan kawasan pertanian ini Asem,
dialiri oleh air banjir atau luapan sungai d. Sebelah Barat dengan Sungai Barito
Barito yang membentuk flood plain river. Ketinggian suatu tempat dari permukaan
laut terutama di daerah tropis dapat
3.3 Konsep Pengembangan Kawasan menentukan sedikit dan banyaknya curah
Rawa hujan, tinggi rendahnya suhu dan tekanan
Sistem pengembangan sumberdaya alam udara juga berhubungan erat dengan fisiografi
rawa mempunyai tujuan untuk mengatur dan geomorfologi. Unsur-unsur curah hujan,
muka air tanah dan meningkatkan kualitas air suhu dan keadaan konfigurasi lapangan sangat
dan tanah rawa sehingga memenuhi mempengaruhi pembudidayaan komoditi
persyaratan bagi budidaya pertanian dan potensi dan kesediaan air, dinamika hidrologi
perikanan daerah rawa serta dapat berfungsi dan kerentangan tanah terhadap erosi, berarti
sebagai penampung air, menjaga kualitas air pula berpengaruh terhadap pemanfaatan tanah
tetap optimal juga dapat dimanfaatkan untuk suatu wilayah apakah akan diarahkan sebagai
kegiatan usaha berbagai sektor secara optimal wilayah lindung atau budidaya. Kawasan
dan lestari. Pengembangan kawasan rawa pertanian Desa Kalahien sebagai sebuah
dapat berupa pembuatan zonasi, pengelolaan ekosistem perairan memiliki daya tarik yang
perikanan, mempertahankan bantaran rawa, dapat dikembangkan sebagai obyek andalan,
memanfaatkan gulma air dan plankton serta pada musim penghujan luas permukaan
pengelolaan kualitas air juga menjaga genangan air mencapai hamparan yang cukup
ekosistem kelestarian habitat ikan di rawa. luas namun tidak terlalu dalam, sehingga
cukup potensial sebagai tempat menanam
3.4 Pembahasan padi dan memancing ikan. Wilayah kawasan
3.4.1 Letak Geografis pertanian Desa Kalahien ini merupakan
Kawasan pertanian Desa Kalahien wilayah open space (lahan terbuka) yang
berlokasi di Kecamatan Dusun Selatan, mempunyai kecepatan angin sedang dan
Kabupaten Barito Selatan Propinsi terdapat vegetasi khas rawa lebak yang dapat
Kalimantan Tengah. Kawasan pertanian Desa menahan atau menghambat hembusan angin,
Kalahien ini memiliki luas sebesar 527 ha seperti dikelilingi oleh hutan rimba serta oleh
terletak disisi kiri dan kanan Jalan Propinsi Semakin tinggi wilayah konfigurasi lapangan
yang menghubungkan Kabupaten Barito semakin kasar dan semakin terjal pula
Selatan dengan Ibukota Propinsi Kalimantan keadaan lerengnya, sehingga pembudidayaan
Tengah (Palangka Raya). wilayah tersebut akan mengakibatkan erosi
Secara detail, Desa Kalahien ini dan memperbesar aliran air permukaan yang
digambarkan sebagai berikut: berarti akan memperluas tanah kritis dan
1. Kawasan pertanian Desa Kalahien berada mengganggu kestabilan debit air.
di belakang perdesaan Kalahien
sedangkan Desa Kalahien sendiri berada 3.4.2 Analisis Aspek Pertanian Dan
16 km ke arah Barat Kota Buntok Ibukota Perikanan
Kabupaten Barito Selatan terletak pada 1o Analisis serta rekomendasi aspek
20’ sampai dengan 2o 35’ Lintang Selatan pertanian dan perikanan di Kalahien
dan 114o sampai 115o Bujur Timur yang dilakukan berdasarkan data yang ada,
merupakan bagian dari Propinsi disamping itu juga dengan memperhatikan
Kalimantan Tengah. pendapat dan saran dari penduduk disekitar
Desa Kalahien. Kegiatan pertanian yang
Jurnal Teknologi Berkelanjutan (Sustainable Technology Journal)
Available on line at:http://jtb.ulm.ac.id
Vol. 1 No. 2 (2012) pp. 95 – 103
98
Jurnal Teknologi Berkelanjutan (Sustainable Technology Journal)
Volume 1 Nomor 2

dilakukan penduduk Desa Kalahien berupa sambilan) petani, di samping mengusahakan


kegiatan bercocok tanam di pekarangan tanamannya. Jenis ternak utama adalah itik,
rumah mereka, akan tetapi hanya untuk dan kerbau.
memenuhi kebutuhan sehari-hari misalnya: Upaya untuk memperoleh hasil dengan
cabai, lombok rawit, tomat dan sawi. memanfaatkan secara optimal unsur biotik
Sedangkan untuk sektor perikanan penduduk (tumbuhan/tanaman, hewan baik ikan maupun
Desa Kalahien hanya sebagian kecil sebagai ternak), dipadukan dengan unsur abiotik
nelayan. (lingkungan yakni iklim, tanah dan
ketersediaan air) dan dikelola dengan sistem
1. Pertanian pengelolaan yang memadai, sehingga mampu
Keberhasilan kegiatan pertanian tidak menghasilkan bahan makanan, bahan industri,
akan lepas dari kondisi tanah, kualitas tanah, dan bahan keperluan lainnya yang
dan kualitas air. Kualitas tanah yang berkaitan memberikan peluang untuk melakukan
erat dengan kesuburan tanah. Adapun jenis kegiatan lanjutan, dan menjadi kegiatan yang
tanaman yang cocok dibudidayakan di lahan disebut industri rumah tangga.Masyarakat
rawa antara lain adalah padi yang berumur 4 diberdayakan untuk mengusahakan tanaman,
bulan (padi rintak), palawija (jagung, kedelai, ternak, dan bahkan ikan secara bersamaan
kacang tanah, kacang hijau), holtikultura pada lahan yang dikuasainya dan melakukan
(cabai, lombok rawit, tomat, sawi, kacang kegiatan yang saling memanfaatkan satu sama
panjang, semangka, labu). Lahan rawa juga lainnya, sehingga dapat memberikan hasil
berpeluang sebagai sumber pertumbuhan yang beraneka ragam dan mampu mencukupi
produksi peternakan. kebutuhan hidupnya.
Padi rintak ditanam pada musim kemarau
(Juni sampai September) penanaman 2. Perikanan
dilakukan dengan sistem rancah gogo (pada Aspek perikanan di rawa lebak Desa
akhir musim hujan menjelang musim Kalahien tidak dapat dilepaskan dari
kemarau. Untuk penanaman palawija dan ekosistem perairan dan sumberdaya hayati
holtikultura memerlukan penataan lahan yang terdapat di rawa tersebut. Rawa lebak
(bentuk surjan atau guludan), yang berguna Desa Kalahien sebagai ekosistem perairan
untuk meninggikan permukaan tanah memiliki komponen penyusun ekosistem baik
sehingga air mudah turun. komponen abiotik maupun biotik yang saling
Budidaya peternakan yang dianjurkan berinteraksi satu dengan yang lain.
untuk dikembangkan di sekitar Desa Kalahien Komponen biotik penyusun ekosistem rawa
adalah Kerbau, babi dan itik, usaha lebak Desa Kalahien sekaligus juga
peternakan itik di lahan rawa menunjukan merupakan sumberdaya hayati.
keuntungan yang cukup baik, sapi dipelihara Keanekaragaman sumberdaya hayati yang
oleh para petani/peternak di lahan rawa secara terdapat di rawa lebak Desa Kalahien cukup
tradisional (sistem pengembangan setengah tinggi antara lain berupa flora atau tumbuhan,
liar) pada siang hari kerbau dibiarkan plankton, serta fauna (terutama bentos dan
berkeliaran diareal persawahan yang belum ikan).
ditanami, dan pada malam hari dibawa masuk Ikan dalam ekosistem perairan termasuk
kandang yang di bangun di dekat rumah kelompok nekton yaitu hewan air yang dapat
penduduk. bergerak atau berenang bebas. Bagi
Perlu menjadi perhatian bahwa masyarakat yang hidup di sekitar rawa lebak
kesempatan bertani di lahan rawa adalah Desa Kalahien, ikan yang terdapat di rawa
bukan hanya pada tanaman pangan namun tersebut memiliki nilai yang sangat besar,
juga pada perikanan dan peternakan. Hasil baik untuk memanuhi kebutuhan gizi keluarga
pertanian adalah pokok, karena sangat maupun sebagai sumber pendapatan karena
dibutuhkan, sementara produk yang banyak nilai ekonominya.
menghasilkan uang dan memungkinkan Berdasarkan hasil pengamatan secara
adalah usaha peternakan (merupakan kerja langsung dan wawancara dengan masyarakat

Jurnal Teknologi Berkelanjutan (Sustainable Technology Journal)


Available on line at:http://jtb.ulm.ac.id
Vol 1 No. 2(2012) pp. 95 – 103
99
KAJIAN PENGEMBANGAN RAWA (STUDI KASUS RAWA KALAHIEN KABUPATEN BARITO SELATAN)
Ita Minarni, Robertus Chandrawidjaja, Novitasari

setempat serta dari hasil telaah pustaka yang Tabel 2. Parameter Statistik untuk
ada, di Desa Kalahien terdapat beberapa jenis Menentukan Jenis Distribusi
ikan. Di antara berbagai jenis ikan tersebut No Distribusi Persyaratan
terdapat beberapa jenis yang memiliki nilai Cs ≈ 0
ekonomis tinggi, misalnya Papuyu (Anabas 1 Normal
Ck ≈ 3
Testudineus), toman (Channa micropeltis), Cs = Cv3 + 3Cv
gabus (Channa striata) dan sepat rawa 2 Log Normal Ck = Cv8 + 6Cv6 +15Cv4
(Trichogaster trichopterus), patin (Pangasius +16Cv2 + 3
Cs = 1,14
Sp). Adapun ikan yang terdapat di Desa 3 Gumbel
Ck = 5,4
Kalahien selengkapnya dapat dilihat pada 4 Log Pearson III Selain dari nilai di atas
Tabel 1. Sumber: Bambang Triatmodjo, 2009

Tabel 1. Ikan yang Terdapat di Rawa Lebak Tabel 3. Rekafitulasi distribusi.


Desa Kalahien Log
Log Gumbel
Normal Pearson
No. Nama Ilmiah Nama Umum Keterangan Normal
Cs ≈ Cs tipe III
1 Anabas testudineus Betik/papuyu Omnivor Cs = 3
Cs Ck 0,00 1,1396 Cs =
2 Channa micropeltes Toman Karnivor Cv
Ck ≈ Ck Bebas
3 Channa striata Gabus Karnivor Ck >
3,00 5,4002 Ck =
4 Clarias batrachus Lele Omnivor 0,00
Bebas
5 Clarias nieuhofi Kali Omnivor 1,051 2,51 X X X 
6 Cryptopterus limpok Lais Omnovor
Helostoma Pemangsa
7 Biawan Dari parameter statistik data curah
temminckii plankton
8 Mystus Nemurus Baung Karnivor hujan pada tiga stasiun dan persyaratan
9 Mysteus Nigriceps Senggiringan Omnivor
10 Monopterus albus Belut Karnivor
distribusi, maka disimpulkan bahwa pada
Osphronemus daerah aliran sungai tersebut mempunyai
11 Gurami Herbivor
goramy kecenderungan pada Distribusi Log
12 Pangasius Sp Patin Karnivor Pearsontipe III. Periode ulang hujan
Pemangsa
13 Peristolepis fasciatus Kapar
plankton rancangan dapat dilihat pada tabel 4 berikut,
Trichogaster
14 Sepat rawa Herbivora Tabel 4. Periode ulang Hujan rancangan
trichopterus
Trichogaster Periode
15 Sepat siam Herbivora 2 5 10 25 50 100
pectoralis Ulang T
Hujan
87,247 142,501 185,353 246,178 296,313 350,752
rancangan
XT (mm)
3.4.3 Perhitungan Hujan Rancangan
Curah hujan rancangan merupakan curah
Persamaan intensitas hujan dengan
hujan maksimum yang diharapkan terjadi memasukkan nilai XT ke dalam rumus
dalam suatu periode ulang tertentu. Dalam
Mononobe .
perhitungan curah hujan rancangan digunakan
dua metode analisa distribusi probabilitas 2

yaitu distribusi probabilitas Gumbel dan log- R24  24  3


It    mm/jam (3)
Pearson tipe III. 24  t c 
Adapun parameter statistik untuk
menentukan jenis distribusi berdasarkan sehingga diperoleh :
Tabel 2 dan Tabel 3 berikut. Intensitas hujan pada periode ulang 2 tahun
dengan durasi 5 menit:

2
90,639  24  3
I2   
24  t c 

Perhitungan intensitas hujan rancangan


selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 5
Jurnal Teknologi Berkelanjutan (Sustainable Technology Journal)
Available on line at:http://jtb.ulm.ac.id
Vol. 1 No. 2 (2012) pp. 95 – 103
100
Jurnal Teknologi Berkelanjutan (Sustainable Technology Journal)
Volume 1 Nomor 2

Tabel 5. Intensitas CurahHujan dengan Debit puncak untuk periode ulang 2 tahun
Frekuensi dan Durasi tertentu dengan durasi 5 menit dengan data sebagai
Durasi Periode Ulang (T) berikut:
C : untuk tanah gemuk, datar diambil = 0,15
(Menit) 2 5 10 25 50 100
2
 I 24   24 
3
5 158,568 259,099 336,873 447,420 538,537 637,479 I t2    
 24   t c 
10 99,889 163,218 212,212 281,851 339,249 401,577
2
87,247  24  3
15 76,229 124,557 161,946 215,089 258,892 306,457

20 62,925 102,819 133,682 177,551 213,709 252,972 24  5 / 60 
45 36,646 59,879 77,852 103,400 124,458 147,324
I t2  158,568 mm/jam
60 30,250 49,428 64,265 85,354 102,737 121,612
A = 6,155 km2
Q = 0,278 C I A
120 19,056 31,137 40,484 53,769 64,719 76,609
Q = 0,278 . 0,15 . 158,568 . 6,155
180 14,542 23,762 30,894 41,033 49,389 58,463 Q = 0,040698m3/s
240 12,004 19,615 25,502 33,871 40,769 48,259
3.4.5 Pengembangan Kawasan Rawa
300 10,345 16,903 21,977 29,189 35,134 41,588 Desa Kalahien
Berdasarkan data Hidrologi dan
Waktu Konsentrasi : karakteristik tanah desa Kalahien, perlu
dilakukan serangkaian langkah
0 , 385
 0,87.L2  pengembangan rawa, yang bertujuan agar
tc    rawa dapat berfungsi sebagai penampung air
 1000.S  (4) dan menjaga kualitas air tetap optimal serta
rawa dapat dimanfaatkan untuk kegiatan
S = 0,001 m/m usaha berbagai sektor secara optimal dan
L = 1,5 Km2 lestari. Pengembangan yang dilakukan untuk
menjaga kualitas air (fisik, kimia, biologi),
0 , 385
 0,87 x 1,5 2  sosial, ekonomi dan budaya masyarakat di
t    sekitar Rawa Desa Kalahien agar tetap baik.
 1000 x 0,001 
Secara umum pengembangan rawa
terdiri dari dua macam yaitu
= 77,7063 jam a. Pengembangan di kawasan rawa
= 77,7063 / 24 b. Pengembangan di luar kawasan rawa.
= 3,24 hari
Pengembangan kawasan rawa dapat
3.4.4 Debit Maksimum
berupa pembuatan zonasi, mempertahankan
Perhitungan debit maksimum
kuantitas air, pengelolaan perikanan,
menggunakan metode rasional dengan rumus
mempertahankan bantaran danau,
sebagai berikut:
memanfaatkan gulma air dan plankton, serta
pengelolaan kualitas air. Dalam pemanfaatan
Q = 0,278 CIA (5)
bantaran danau antara lain dapat dilakukan
dengan memilih kegiatan pertanian
Dimana:
menggunakan sistem tanam atau jenis
Q: debit puncak yang ditimbulkan oleh
tanaman yang sekecil mungkin menyebabkan
hujan dengan Intensitas, durasi dan
erosi tanah sehingga dapat menekan laju
frekuensi tertentu (m3/det)
pendangkalan rawa.
I : intensitas hujan (mm/jam)
Untuk menjaga ekosistem dan kelestarian
A: luas daerah tangkapan (km2)
habitat ikan di rawa lebak Desa Kalahien
C: koefisien aliran yang tergantung pada
perlu dikembangkan sistem zonasi atau tata
jenis permukaan lahan.
ruang agar rawa dapat berfungsi dan
Jurnal Teknologi Berkelanjutan (Sustainable Technology Journal)
Available on line at:http://jtb.ulm.ac.id
Vol 1 No. 2(2012) pp. 95 – 103
101
KAJIAN PENGEMBANGAN RAWA (STUDI KASUS RAWA KALAHIEN KABUPATEN BARITO SELATAN)
Ita Minarni, Robertus Chandrawidjaja, Novitasari

bermanfaat secara optimal, adapun pembagian pola tanam, serta jenis tanaman yang
zonasi adalah sebagai berikut:. tepat, sehingga dapat meningkatkan
a. Zona pemukiman, produktivitas pertanian.
b. zona peternakan, dan b. Aspek karakteristik kawasan fisik dan
c. zona budidaya pertanian. kualitas air rawa Desa Kalahien.
Selain untuk menekan kemungkinan Analisis aspek ini akan dapat
terjadinya konflik kepentingan, zonasi rawa digunakan dalam deversifikasi
juga bertujuan untuk memperjelas hak, pertanian.
wewenang dan tanggung jawab, serta 3. Berdasarkan zonasi di Desa Kalahien dan
pedoman dalam penyusunan program sekitarnya maka pengembangan kawasan
berbagai sektor terkait. Zonasi rawa rawa Kalahien bukan hanya sebagai suatu
sebaiknya mempertimbangkan kepentingan wilayah pertanian tanaman pangan saja
wilayah, aspirasi masyarakat, daya dukung namun juga budidaya perikanan,
dan kelestarian lingkungan, serta didukung peternakan dan perkebunan, pada
oleh peraturan perundang-undangan. gilirannya akan meningkatkan
Kegiatan budidaya perikanan apabila produktivitas dan penghasilan petani dan
dilakukan dengan tidak benar dapat masyarakat setempat.
berdampak negatif terhadap kualitas air dan
organisme yang ada Desa Kalahien. Tanpa DAFTAR RUJUKAN
pengembangan yang baik kegiatan
penangkapan ikan akan merusak habitat dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Giofisika
menguras ikan yang ada sehingga usaha Palangka Raya. (2011). Data Cuaca,
penangkapan menjadi tidak lestari dan suhu, suhu dan kelembaban,.
tergantung pada penebaran umum
(restocking). Badan Pusat Statistik Kabupaten Barito
Usaha budidaya ikan di rawa jika Selatan. (2010). Data Penduduk Akhir
dilakukan tidak di kawasan yang benar dan Tahun 2010.
kurang memperhatikan daya dukung Chandrawidjaja, Robertus. (2010). Bahan
lingkungan akan berdampak negatif antara Ajar Hirologi Rawa. Universitas
lain berupa pencemaran perairan. Pencemar Lambung Mangkurat Press.
utama dari kegiatan budidaya ikan yaitu
berupa sisa pakan dan sisa metabolisme. Dinas Tata Kota Kabupaten Barito Selatan.
Apabila di Desa Kalahien akan dikembangkan (2010). Peta Wilayah Kabupaten Barito
usaha budidaya ikan, misalnya dengan Selatan.
budidaya sistem. Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten
Barito Selatan. (2010). Sasaran Luas
4. KESIMPULAN Tanam, Panen, Produktivitas dan
Produksi tahun 2011.
Adapun kesimpulan dari pembahasan diatas
Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten
adalah sebagai berikut:
Barito Selatan. (2009). Laporan Tahunan
1. Desa Kalahien merupakan bagian dari
Bidang Pertanian.
Kecamatan Dusun Selatan yang
mempunyai lahan potensial seluas 527 ha, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Barito
saat ini hanya sebagian yang sudah Selatan. (2010) Data Curah Hujan
dimanfaatkan untuk pertanian. Maksimum Daerah.
2. Faktor penting untuk mengetahui kawasan Halwani, Wawan. (2008). Potensi
pertanian Desa Kalahien sebagai kawasan Pemanfaatan Kawasan Rawa Bangkau.
budidaya dan pelestarian meliputi Prosiding Seminar Nasional Rawa.
a. Aspek hidrologi kawasan rawa Universitas Lambung Mangkurat.
Kalahien. Analisis aspek ini akan Kalimantan Selatan.
dapat digunakan dalam merancang
Jurnal Teknologi Berkelanjutan (Sustainable Technology Journal)
Available on line at:http://jtb.ulm.ac.id
Vol. 1 No. 2 (2012) pp. 95 – 103
102
Jurnal Teknologi Berkelanjutan (Sustainable Technology Journal)
Volume 1 Nomor 2

Noor, Muhammad. (2004). Lahan Rawa. Sifat


dan Pengelolaan Tanah Bermasalah
Sulfat Masam. Ed. ICET.I. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Noor, Muhammad.(2007). Rawa Lebak
Ekologi Pemanfaatan dan
Pengembangannya. Ed. 1-1. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Sawong, Asiel. J. (2001). Pengembangan
Daerah Rawa Kalimantan Tengah. Diktat
Palangkaraya
Soewarno. (1991). Hidrologi Pengukuran dan
Pengolahan Data Aliran Sungai
(Hidrometri). Nova. Bandung.
Suripin. (2004). Sistem Drainase Perkotaan
yang Berkelanjutan. Andi Offset.
Yogyakarta.
Triatmodjo, Bambang. (2009). Hidrologi
Terapan. Beta Offset. Yogyakarta
Wiyono, Agung. (2000). Pengembangan
Sumber Daya Air.Program Studi
Teknik Sipil dan LingkPungan. Pusat
Informasi danPengembangan Sumber
Daya Air. ITB Bandung.

Jurnal Teknologi Berkelanjutan (Sustainable Technology Journal)


Available on line at:http://jtb.ulm.ac.id
Vol 1 No. 2(2012) pp. 95 – 103
103

Anda mungkin juga menyukai