Anda di halaman 1dari 11

UPJ 4 (2) (2015)

Unnes Physics Journal


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upj

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS UNTUK MENGETAHUI


POTENSI LONGSOR DAN AMBLES DI JALAN WELERI–SUKOREJO
KABUPATEN KENDAL
Rafi Wido Pramatasari , Khumaedi, Suharto Linuwih
Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Gedung D7 Lt. 2, Kampus Sekaran Gunungpati, Semarang 50229

Info Artikel Abstrak


Diterima September 2015 Jalan raya penghubung Kecamatan Weleri-Sukorejo merupakan sarana transportasi yang
Disetujui Oktober 2015 memberikan berbagai akses informasi dari segi ekonomi, sosial maupun budaya yang lancar,
Dipublikasikan November cepat dan aman. Longsor dan ambles dapat mengakibatkan rusaknya sarana dan prasarana.
2015 Penelitian ini bertujuan menggambarkan kondisi struktur geologi bawah permukaan berdasarkan
Keywords: data geolistrik resistivitas dan mengidentifikasi titik potensi longsor dan ambles. Metode
geolistrik, longsor, ambles, geolistrik konfigurasi Schlumberger digunakan untuk mengidentifikasi longsor dan ambles di lokasi
resistivitas, konfigurasi penelitian. Akuisisi data dilakukan pada tiga lokasi, masing-masing lokasi terdiri atas lima
Schlumberger geoelectric, lintasan dengan panjang lintasan 75 m. Pengolahan data dilakukan menggunakan software
landslides, subsidence, Res2dinv dan surfer 10.0. Berdasarkan hasil pengolahan data didapatkan nilai resistivitas 0-316
resistivity, Schlumberger Ωm. Hasil penelitian ini menandakan bahwa potensi longsor dan ambles ditunjukkan dengan
configuration adanya patahan dan bidang gelincir. Longsor pada lokasi A merupakan jenis longsor rotasi
sedangkan pada lokasi B merupakan jenis longsor translasi, hal ini dikarenakan adanya
patahanyang menyebabkan amblesan dan terlihatnya pola bidang gelincir berbentuk rata. Pada
lokasi C tidak dapat diketahui jenis longsornya karena pola bidang gelincir yang tidak terlihat.

Abstract
The road which connecting the District of Weleri-Sukorejo is a means of transportation that provides a wide
range of access to information in terms of economic, social and culture which is smoot, quick and safe.
Landslides and subsidence can cause damage to infrastructure. This study aims to describe the condition of
the geological structure of the subsurface based on data geoelectric resistivity found points of potential
landslides and subsidence. Schlumberger configuration geoelectric method used to identify landslides and
subsidence in this study. Data acquisition is done at three locations, each location consists of five tracks with
75 m length. Data processing was performed using the software Res2Dinv, Res3Dinv and Surfer 10.0. Based
on the results of data processing obtained resistivity values 0-316 Ωm. The results of this study indicates that
the potential for landslides and subsidence indicated the presence of faulting and sliding plane. The type of
landslides in location A is the landslides kind of rotation while at the location B is a kind of landslides of
translation, this is due to the fault which caused subsidence and visibility of flat-shaped pattern sliding plane.
At location C can not be known type of landslides due to sliding plane pattern which is not visible.

© 2015 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi: ISSN 2252-6978
E-mail: rafi.fisika@gmail.com

1
Rafi Wido Pramatasari et al / Unnes Physics Journal 4 (2) (2015)

PENDAHULUAN

Kawasan pegunungan di Indonesia yang mengalami longsoran akan bergerak


mayoritas merupakan tempat atau di atas bidang gelincir tersebut (Darsono
kawasan wisata alam yang banyak et al., 2012: 58). Penambahan air yang
dikunjungi oleh wisatawan baik domestik meresap ke dalam pori tanah atau batuan
maupun mancanegara. Salahsatunya terutama pada saat musim hujan akan
kawasan wisata pegunungan Curugsewu- mengakibatkan perubahan harga
Sukorejo. Akses jalan menuju kawasan resistivitas tanah. Oleh karena itu metode
wisata Curugsewu-Sukorejo ini cukup geolistrik resistivitas dapat dimanfaatkan
berliku sesuai dengan kondisi jalan untuk survei daerah rawan longsor,
pegunungan pada umumnya. Pada ruas khususnya untuk menentukan ketebalan
jalan Weleri-Sukorejo Kabupaten Kendal lapisan yang berpotensi longsor (Supeno
dijumpai lereng yang rawan longsor et al., 2008: 48 - 49).
disebabkan pola guna lahan yang sudah Geolistrik ini merupakan metode
banyak berubah di daerah tersebut, geofisika aktif, dimana pengukuran arus
banyak lahan yang dipergunakan sebagai listrik diinjeksikan ke dalam bumi melalui
lahan pertanian atau perkebunan sayur. dua elektroda arus. Beberapa penelitian
Pada tanggal 2 Pebruari 2014 di telah berhasil dilakukan dengan
daerah ruas jalan Weleri-Sukorejo Desa menggunakan metode geolistrik
Pagergunung, Kecamatan Pageruyung, resistivitas untuk penelitian bahaya
tebing setinggi 15 meter mengalami potensi longsor (Darsono et al., 2012;
longsor, akibatnya akses jalan tertutup Epada et al., 2012; Stierman et al., 1999;
dan arus lalu lintas tersendat. Selang Tassone et al., 2010; Supeno et al., 2008;
beberapa hari, pada tanggal 7 Pebruari Virman et al., 2013). Hasil interpretasi di
2014, berita harian Suara Merdeka lokasi penelitian terdeteksi litologi batuan
memberitakan bahwa jalan yang berdasarkannilai resistivitasnya sehingga
menghubungkan Kecamatan Weleri- peran penting dari data tersebut
Sukorejo kembali ditutup, setelah menunjukkan potensi terjadinya longsor.
sebelumnya tertutup longsoran tebing, Tujuan dari penelitian ini
kini giliran jalan ambles sedalam dua menggambarkan kondisi struktur geologi
meter. Jalan yang ambles berada di Dukuh bawah permukaan berdasarkan data
Nguwok Desa Surokonto Wetan geolistrik resistivitas dan
Kecamatan Pageruyung. Kendaraan yang mengidentifikasi titik potensi longsoran
melintas harus bergantian sebab lebar dan amblesan.
jalan hanya tersisa dua meter (Suara Geolistrik merupakan salah satu
Merdeka, 2014). metoda geofisika yang mempelajari sifat
Tanah longsor merupakan aliran listrik di dalam bumi dan
fenomena alam, namun beberapa bagaimana cara mendeteksinya di
aktivitas manusia dapat memicu permukaan bumi. Metode ini pada
terjadinya bencana tanah longsor. Salah dasarnya menganggap bumi bersifat
satu faktor penyebab longsoran yang homogen isotropik, resistivitas yang
sangat berpengaruh adalah bidang terukur merupakan resistivitas
gelincir (slip surface) atau bidang geser sebenarnya dan tidak bergantung pada
(shear surface). Pada umumnya tanah spasi elektroda, namun pada

2
Rafi Wido Pramatasari et al / Unnes Physics Journal 4 (2) (2015)

kenyataannya bumi terdiri dari lapisan- Hubungan antara tahanan jenis,


lapisan dengan yang berbeda-beda, beda potensial dan arus listrik yang
sehingga potensial yang terukur terukur memenuhi persamaan:
merupakan pengaruh dari lapisan-lapisan
tersebut. Anggapan medium berlapis yang
{( ) ( )}
ditinjau misalnya terdiri dari dua lapis
dan mempunyai resistivitas yang berbeda
{( ) ( )}
( ). Pengukuran medium ini
dianggap medium satu lapis homogen (1)
yang memiliki satu harga resistivitas yaitu
dengan K adalah faktor geometri
resistivitas semu ( ). Gambar 1. Susunan
dari konfigurasi elektroda yang
Elektroda Schlumberger (Telford, et al.,
digunakan di lapangan. Rumusan faktor
1990)
geometri dapat dituliskan:

{( ) ( )}

(2)
dengan
(3)
Dari Persamaan (1) didapatkan
nilai resistivitas material. Untuk
membedakan resistivitas material satu
Gambar 1. Susunan Elektroda dengan yang lain maka diperlukan Tabel 1
Schlumberger (Telford, et al., 1990) sebagai bahan acuan.
Tabel 1. Variasi resistivitas material bumi
(Telford et al.,1990).
Pada alat Resistvity Multi-Channel
Bahan Resistivitas
terdapat pengaturan konfigurasi yang
( )
diinginkan, alat tersebut otomatis muncul
Air
opsi schlumberger dan wenner.
Distilasi
Konfigurasi geolistrik metode tahanan 2x105
Permukaan
jenis yang ada dalam penelitian ini 30-3x103
Tambang
akan digunakan konfigurasi Schlumberger 0.4-6x102
Laut
(Gambar 1 ), injeksi arus listrik ke dalam 0.21
bumi melalui elektroda arus ( ) dan
Batuan
mengukur respon formasi batuan bawah 103-106
Gabro
permukaan pada elektroda potensial 50-107
Batugamping
( ). 1-6.4 x 103
Batupasir
Untuk memperoleh informasi yang 20-2x103
Serpih
lebih dalam, pengukuran dilakukan 75-200
Breksi
dengan memperbesar spasi elektroda.
Konglomerat 2x103 -104
Data yang diperoleh berupa arus (I dalam
Alluvium dan
ampere) dan beda potensial (∆V dalam 10-800
pasir
volt), dengan mengetahui nilai beda
Tufa 2x103-105
potensial dan arus listrik maka nilai
Lempung 1-100
tahanan jenis perlapisan batuan bawah
Tanah 1-104
permukaan dapat diprediksi.

3
Rafi Wido Pramatasari et al / Unnes Physics Journal 4 (2) (2015)

METODE PENELITIAN spasi lintasan. Tahap persiapan lapangan meliputi


Penelitian dilaksanakan di ruas jalan Weleri- persiapan alat mulai dari sewa alat, pengecekan
Sukorejo Kabupaten Kendal. Berikut peta lokasi kelengkapan dan kelayakan alat beserta
penelitian Gambar 2. komponen- komponennya, serta pembagian job
description untuk masing masing personil
peneliti.Tahap pengolahan data, pada tahapan ini
sepenuhnya menggunakan softwere untuk
menganalisis data yang telah diperoleh, softwere
yang digunakan yaitu Microsoft Excel, Res2Dinv,
Res3Dinv dan Surfer 10.0. selanjutnya tahap
interpretasi data yaitu data yang telah didapat
dilapangan dari program GeoRes akan ditampilkan
secara dua dimensi oleh Res2Dinv untuk setiap
Gambar 2. Peta lokasi penelitian lintasannya. Pengolahan data resistivitas dengan
menggunakan program Res2Dinv akan diperoleh
Daerah penelitian terletak pada Zone 49 analisa 2-D yang diwujudkan dengan gambar
UTM (Universal Transverse Mercator). Lokasi penampang model inversi dengan model topografi
pertama di Desa Surokonto Wetan dukuh Nguwok, sesuai dengan keadaan alam yang berupa
Dadap Ayam (lokasi A), berada pada posisi kedalaman dan nilai resistivitas pada tiap lapisan
koordinat UTM X 395171m-395140m dan posisi kemudian pada pengolahan 3-D dengan
koordinat UTM Y 9223300m-9223356m dengan menggunakan program Res3Dinv, Surfer 10.0
elevasi 248m-269m yang terdiri atas lima lintasan setelah diolah menggunakan Microsoft Excel 2010
yang membentang pada arah , Lokasi kedua untuk dilihat perkedalaman dan perlapisanannya.
di Desa Pageruyung (lokasi B) berada pada posisi Tahap interpretasi data dilakukan berdasarkan
koordinat UTM X 395100m-395089m dan posisi pengamatan fisik dan dilihat dari peta geologi
koordinat UTM Y 9221676m-9221454m dengan batuan penyusun daerah penelitian yang
elevasi 350m-345m terdiri atas lima lintasan yang merupakan data penunjang melakukan
membentang pada arah dan untuk Lokasi interpretasi. Perbedaan nilai resistivitas dapat
ketiga di Desa Pageruyung (lokasi C) berada pada membedakan bentuk perlapisan bawah
posisi koordinat UTM X 395047m-395002 m dan permukaan.
posisi koordinat UTM Y 9221987m-9221928m
dengan elevasi 318m-334m terdiri atas lima HASIL DAN PEMBAHASAN
lintasan yang membentang pada arah .
Panjang dari masing-masing lintasan pengukuran
Interpretasi lapisan resistivitas batuan di
75 meter dengan spasi antar elektroda 5 meter dan
masing-masing lokasi pengukuran diperoleh hasil
jarak dari masing-masing lintasan adalah 5 meter
antara kedalaman, material penyusun dan besar
.Konfigurasi yang digunakan dalam penelitian
nilai resistivitas bawah permukaan dari model 2-D
ini yaitu konfigurasi Schlumberger.
dan 3-D. Pada penelitian ini hasil analisa
Peralatan yang digunakan dalam
ditampilkan dengan menggunakan dua pengolahan
pengambilan data adalah Resistivity S-Field,
yaitu software Res2Dinv, Res3Dinv dan Surfer 10.0
laptop,dua buah aki kering, enam belas buah
karena dapat dijadikan sebagai pembanding dan
elektroda arus dan potensial, dua gulung kabel
pendukung. Secara geologi lokasi penelitan berada
arus dan potensial masing-masing 150 meter, palu
pada Formasi Damar (Qtd).
geologi, meteran, dan GPS.
Penampang Melintang 2-D
Tahapan dalam penelitian ini antara lain
Hasil olah data 2-D menampilkan
tahap persiapan pra lapangan meliputi survei
penampang resistvitas hasil inversi 2-D dengan
medan penelitian untuk menentukan lokasi
model topografi sebagai berikut:
pengukuran, pembuatan lintasan, penentuan
Lokasi A
panjang lintasan, penentuan patok, penentuan

4
Rafi Wido Pramatasari et al / Unnes Physics Journal 4 (2) (2015)

Akuisisi data pada lokasi A terdiri dari lima Interpretasi 2-D Lokasi A
lintasan yang sejajar dilakukan dengan mengambil Hasil pengolahan untuk lokasi A, dimana
panjang lintasan masing-masing 75 meter dengan lokasi pertama ini terletak di bekas longsoran yang
jarak antar elektroda 5 meter dan jarak antar terjadi pada bulan Pebruari 2014, diperoleh harga
lintasan 5 meter, untuk mengetahui kemenerusan resistivitas berkisar 0-316 Ωm. Berdasarkan peta
bawah permukaan berpotensi longsor. Lokasi A geologi lembar Semarang-Magelang, lokasi
bentangan lintasan dengan arah searah penelitian berada pada Formasi Damar.
dengan arah arus aliran air di lereng lahan Berdasarkan gambar penampang resistivitas
tanaman jagung. Lokasi pertama berada pada hasil inversi lokasi A terlihat adanya kemenerusan
posisi koordinat UTM X 395172m-395141m dan penyebaran lapisan yang memiliki nilai resistivitas
posisi koordinat UTM Y 9223299m-9223353m yang sama. Bentangan lintasan pada lokasi ini
dengan elevasi 233m-250m. Berikut hasil searah dengan aliran sungai. Lapisan yang
pengolahan data menggunakan Res2Dinv untuk mengandung air lebih banyak akan memiliki
kelima lintasan diperoleh penampang harga resistivitas lebih kecil sedangkan lapisan yang
resistivitas semu. kedap air dibanding lainnya memiliki nilai
resistivitas lebih besar. Pada umumnya tanah yang
mengalami longsor akan bergerak diatas bidang
gelincir. Pola anomali akibat adanya bidang
gelincir ditunjukkan dengan warna kuning yang
diduga sebagai lempung pasir dengan nilai
resistivitas 46,6 Ωm sampai 90,8 Ωm pada
(a)
kedalaman 6,38 meter. Apabila hujan turun
dengan curah yang tinggi, air akan meresap ke
dalam tanah yang kemungkinan akan terakumulasi
di lapisan tersebut, sehingga lapisan yang
mengalami pelapukan di atasnya akan bergerak
(b)
menuruni lereng dan dapat memicu adanya tanah
longsor lagi.
Lokasi B
Akuisisi data pada lokasi B terdiri dari lima
lintasan dilakukan dengan mengambil panjang
(c)
lintasan masing-masing 75 meter dengan jarak
antar elektroda 5 meter dan jarak antar lintasan 5
meter, untuk mengetahui kemenerusan bawah
permukaan berpotensi ambles. Pada lokasi B
bentangan lintasan dengan arah sejajar
dengan jalan.Lokasi kedua berada pada posisi
(d)
koordinat UTM X 395091m–395097m dan posisi
koordinat UTM Y 9221452m-9221452m dengan
elevasi 244m-250m. Berikut hasil pengolahan data
menggunakan Res2Dinv untuk kelima lintasan
(e) diperoleh penampang harga resistivitas semu.
Gambar 3. Penampang resistvitas hasil
inversi citra 2-D dengan model topografi: (a)
lintasan 1, (b) lintasan 2, (c) lintasan 3, (d) lintasan
4, (e) lintasan 5. (a)

5
Rafi Wido Pramatasari et al / Unnes Physics Journal 4 (2) (2015)

(b) (a)

(c)
(b)

(d)
(c)

(e)
Gambar 4. Penampang resistvitas hasil
(d)
inversi citra 2-D dengan model topografi: (a)
lintasan 1, (b) lintasan 2, (c) lintasan 3, (d) lintasan
4, (e) lintasan 5.

Interpretasi 2-D Lokasi B (e)


Gambar 4. (a) dan (b) menunjukkan lapisan Gambar 5. Penampang resistvitas hasil
yang mengandung air lebih banyak akan memiliki inversi citra 2-D dengan model topografi: (a)
resistivitas lebih kecil, ditandai dengan warna biru lintasan 1, (b) lintasan 2, (c) lintasan 3, (d) lintasan
dan harga resistivitas antara 1,00-4,64 Ωm. 4, (e) lintasan 5
Lapisan resistivitas rendah ini memotong .
perlapisan antar batuan yang memiliki nilai Interpretasi 2-D Lokasi C
resistivitas lebih tinggi pada bentangan meter ke Hasil pengolahan untuk lokasi C akan
30-35 m, bidang ini merupakan bidang yang diketahui potensi longsor. Hasil pengukuran
diduga berpotensi amblesan. diperoleh harga resistivitas berkisar 0-316 Ωm.
Lokasi C Berdasarkan peta geologi lembar Semarang-
Akuisisi data pada lokasi C terdiri dari lima Magelang, lokasi penelitian berada pada Formasi
lintasan dilakukan dengan mengambil panjang Damar. Berdasarkan gambar penampang
lintasan masing-masing 75 meter dengan jarak resistivitas hasil inversi pada lokasi C tidak terlihat
antar elektroda 5 meter dan jarak antar lintasan 5 adanya kemenerusan penyebaran lapisan. Batuan
meter, untuk mengetahui kemenerusan bawah yang mengalami pelapukan oleh air kemungkinan
permukaan berpotensi longsor. Pada lokasi C labil. Lokasi C menunjukkan adanya batuan yang
bentangan lintasan dengan arah di lereng tidak kompak.
tepi jalan yang baru ditanami pohon sengon.Lokasi Penampang Kontur 3-D
C berada pada posisi koordinat UTM X 395048m- Software pemodelan 3 dimensi (3-D) ini
395006m dan posisi koordinat UTM Y 9221980m- adalah software Surfer 10.0. Surfer 10.0. Software
9221919m dengan elevasi 326m-338m. Berikut ini merupakan perangkat lunak yang digunakan
hasil pengolahan data menggunakan Res2Dinv untuk pembuatan peta kontur. Hasil inversi
untuk kelima lintasan diperoleh penampang harga Res2Dinv disimpan dalam bentuk data XYZ, setelah
resistivitas semu. itu diolah menggunakan sofware Surfer 10.0 untuk

6
Rafi Wido Pramatasari et al / Unnes Physics Journal 4 (2) (2015)

melakukan plotting data. Hasil plotting data Lokasi B


penampang kontur vertikal 3-D menggunakan tiga Kelima lintasan pada lokasi B jika digabung
sumbu. Sumbu x menyatakan panjang lintasan, secara keseluruhan dengan menggunakan software
sumbu y menyatakan kedalaman dan sumbu z Surfer 10.0 akan menunjukkan penampang vertikal
menyatakan posisi lintasan. lapisan bawah permukaan daerah penelitian.
Lokasi A Interpretasi penampang vertikal ditunjukkan pada
Kelima lintasan pada lokasi A jika digabung Gambar 7.
secara keseluruhan dengan menggunakan software
Surfer 10.0 akan menunjukkan penampang vertikal
lapisan bawah permukaan daerah penelitian.
Interpretasi penampang vertikal ditunjukkan pada
Gambar 6.

Gambar 7. Penampang kontur vertikal 3-D


pada lokasi B

Bidang lemah pada lokasi B berada pada


jarak ke 40 m sampai 50 m dengan kedalaman 3,75
Gambar 6. Penampang kontur vertikal m sampai 9,26 m. Bidang lemah yang ditandai
3-D pada lokasi A warna biru hingga hijau dengan harga resistivitas
antara 0-31,62 Ωm memotong perlapisan antar
Kedalaman 1,25 m sampai 15,93 m pada Gambar batuan yang memiliki nilai resistivitas lebih tinggi.
6. memiliki rentang nilai resistivitas sama, mulai 0- Adanya kemenerusan batuan keras pada lokasi B
316,22 Ωm. Citra warna ungu hingga hijau diduga berada pada kedalaman 12,44 m-15,93 m. Dugaan
lempung berpasir, sedangkan citra warna coklat akan terjadinya ambles ditandai adanya
hingga merah diduga breksi vulkanik. perpotongan antara bidang lemah dengan lapisan
Berdasarkan hasil penampang kontur batuan yang memiliki nilai resistivitas tinggi.
vertikal 3-D dapat diinterpretasi nilai resistivitas Lokasi C
dari perbedaan citra warna, sehingga dapat Kelima lintasan pada lokasi C jika digabung
diidentifikasi adanya kemenerusan bawah secara keseluruhan dengan menggunakan software
permukaan bahwa pada kedalaman 1,25 m pada Surfer 10.0 akan menunjukkan penampang vertikal
lintasan 1-5. Resistivitas batuan rendah terlihat lapisan bawah permukaan daerah penelitian.
dari kedalaman 1,25 m sampai 9,26 m, sedangkan Interpretasi penampang vertikal ditunjukkan pada
pada kedalaman 12,44 m sampai 15,93 m sudah Gambar 8.
terlihat persebaran batuan keras yang diduga
batuan breksi. Beberapa bidang lemah yang
ditandai warna biru hingga hijau dengan harga
resistivitas antara 1,00-31,62 Ωm berada pada
jarak 25 m sampai 60 m dengan kedalaman 3,75 m
sampai 9,26 m. Kemenerusan batuan keras terlihat
pada kedalaman 12,44 m-15,93 m. Dugaan akan
terjadinya longsor ditandai adanya perpotongan
antara bidang lemah dengan lapisan batuan yang
memiliki nilai resistivitas tinggi.

7
Rafi Wido Pramatasari et al / Unnes Physics Journal 4 (2) (2015)

breksi vulkanik. Berdasarkan pemodelan 2-D dan


3-D dibuat dalam rentang nilai resistivitas yang
sama, sehingga dapat dilihat distribusi nilai
resistivitas yang besarnya sama dan dapat
diketahui bagaimana kemiringan lapisan batuan di
daerah penelitian.
Besar kecilnya longsoran akan tergantung
pada kondisi geologi dan mekanisme penyebab
longsoran tersebut. Umumnya longsoran besar
dipicu oleh getaran yang ditimbulkan gempabumi
dan longsoran pada material-material vulkanik
Gambar 8. Penampang kontur vertikal 3-D
(Imran et al., 2012:189). Kondisi geologi daerah
pada lokasi C
penelitian merupakan wilayah yang tidak pernah
mengalami gempa yang besar. Oleh karena itu
Batuan keras nampak pada jarak 10-30 m
kondisi geologi lainnya seperti litologi, struktur
dengan kedalaman 12,44 m sampai 15,93 m.
geologi dan topografi memegang peranan penting
Sedangkan batuan dengan resistivitas rendah
sebagai penyebab longsoran.
berada pada jarak 35-65 dengan kedalaman yang
Secara geologi, lokasi penelitan berada pada
bervariasi. Interpretasi pada lokasi C tidak
Formasi Damar (Qtd). Formasi Damar (Qtd)
menunjukkan adanya pola bidang gelincir sehingga
merupakan batupasir tufan, konglomerat dan
tidak dapat diketahui adanya potensi longsor.
breksi vulkanik. Batupasir mengandung mineral
mafik, feldspar dan kuarsa. Breksi vulkanik
PEMBAHASAN mungkin diendapkan sebagai lahar. Breksi
vulkanik merupakan batuan piroklastik yang
Berdasarkan interpretasi lapisan batuan terdiri atas fragmen dan matriks. Fragmen
dari model 2-D dan 3-D pada masing-masing lokasi batuannya secara umum terdirir dari batuan beku
pengukuran, diketahui hasil antara lain; basa yang berbentuk menyudut dengan ukuran
kedalaman lapisan, material penyusun dan rentang antara 45-150 mm. Sedangkan matriknya terdiri
nilai resistivitas bawah permukaan. Hasil analisa atas tufa kasar dengan ukuran butir antara 1/16-2
ditampilkan dengan menggunakan dua software mm. Selain itu daerah penelitian tersusun oleh
yaitu Res2Dinv dan Surfer 10.0 supaya dapat lempung pasir. Lempung pasir bersifat plastis
dijadikan sebagai pembanding dan pendukung. dalam kondisi basah atau mengembang pada
Olah data 2-D menampilkan penampang kondisi kering. Dalam kondisi kering lapisan tanah
resistivitas hasil inversi 2-D dengan model ini menjadi pecah-pecah.
topografi. Sedangkan olah data 3-D menampilkan Hasil survei lapangan menunjukkan bahwa
hasil secara vertikal kedalaman lapisan bawah jalan Weleri-Sukorejo yang mengalami longsoran
permukaan keseluruhan lintasan pada masing- tidak hanya dipengaruhi litologinya namun juga
masing lokasi penelitian. Setiap rentang nilai dipengaruhi kondisi alam antara lain; (a) lereng-
resistivitas menunjukkan jenis batuan yang lereng pada kelokan sungai. (b) lereng-lereng yang
berbeda, oleh karena itu hasil analisis tersebut terpotong oleh jalur jalan (khususnya jalan Weleri-
harus dikorelasikan dengan geologi daerah Sukorejo). Kejadian longsor untuk pemotongan
pengukuran. lereng pada jalan Weleri-Sukorejo terjadi pada
Berdasarkan hasil interpretasi dari lokasi A pada musim hujan setiap tahun. (c) daerah
penampang 2-D lokasi A, B dan C seperti yang yang dilalui patahan, dapat dilihat pada peta
ditunjukkan pada Gambar 6-8, terdapat lapisan- geologi (Gambar 2.1) berada di sebelah selatan
lapisan batuan yang berbeda. Perbedaan lapisan daerah penelitian. Daerah ini dicirikan oleh adanya
batuan terlihat dari perbedaan warna di setiap lembah/sungai dengan lereng curam dan tersusun
lapisannya. Litologi dari semua lintasan memiliki oleh batuan yang retak-retak secara intensif, serta
penyusun yang sama yaitu lempung pasir dan ditandai dengan munculnya beberapa mata air

8
Rafi Wido Pramatasari et al / Unnes Physics Journal 4 (2) (2015)

pada sungai/lembah tersebut. Retakan-retakan Struktur geologi yang juga ditemukan di


batuan tersebut dapat mengakibatkan lereng wilayah penelitian antara lain patahan dan
mudah terganggu kestabilannya, sehingga dapat perlapisan batuan. Patahan ditemukan terutama
terjadi jatuhan atau luncuran batuan apabila air pada wilayah yang mempunyai kemiringan lereng
meresap dalam retakan saat hujan, atau apabila sangat terjal dan pada lereng-lereng yang
terjadi getaran. (d) tata lahan/persawahan dan mengalami pemotongan dibagian bawahnya
curah hujan yang tinggi sebagai pemicu. (Gambar 6-8). Lebar patahan mencapai 5-20 meter
Hasil pengolahan untuk masing-masing titik dan sangat potensial terjadi longsor.
pengukuran diperoleh dua lapisan batuan dengan Potensi longsor semakin besar karena di
nilai resistivitas pada lapisan pertama antara 0- beberapa tempat terjadi pemotongan lereng, baik
31,62 Ωm dan lapisan kedua 46,41-316,22 Ωm. oleh sungai maupun oleh pembangunan jalan dan
Sedangkan informasi geologi menunjukkan bahwa infrastruktur lainnya. Patahan terjadi akibat
daerah penelitian terdiri atas batupasir tufan, tekanan yang tidak seimbang pada suatu lapisan
konglomerat, dan breksi vulkanik. Rentang nilai batuan. Dalam teori elastisitas, dijelaskan bahwa
resistivitas ini sesuai dengan harga resistivitas batuan akan mengalami deformasi (mengalami
material oleh Telford et al., (1990) seperti pada perubahan bentuk) apabila melewati ambang
Tabel 1. batas kekuatan elastisitasnya sehingga batuan
Berdasarkan hasil pengolahan data dari tersebut akan mengalami patahan. Faktor
semua lintasan dengan software Res2dinv dan rekahan/patahan sebagai salah satu penyebab
Surfer 10.0 diperoleh penampang kontur terjadinya longsoran juga telah dijelaskan oleh
resistivitas. Kontur resistivitas ini memberikan Klimeš dan Vilímek (2011) sebagaimana dikutip
gambaran kondisi tanah atau batuan bawah Imran et al., (2012: 192). Struktur perlapisan yang
permukaan. Lapisan pertama merupakan lempung dijumpai pada lapisan batuan umumnya searah
pasir pada kedalaman 0-8 m dengan kisaran nilai dengan kemiringan lereng. Kondisi demikian dapat
resistivitas 0-100 Ωm dan lapisan kedua menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya
merupakan batuan breksi vulkanik pada longsoran dan bahkan dapat bertindak sebagai
kedalaman sekitar 8-15,9 m dengan kisaran nilai bidang gelincir.
resistivitas 101-316,22 Ωm. Berdasarkan gambar penampang kontur
Longsor terjadi karena adanya gangguan resistivitas 2-D dan 3-D pada lokasi A, terlihat
kesetimbangan gaya yang bekerja pada lereng, adanya kemenerusan penyebaran lapisan yang
yakni gaya pendorong (tegangan geser) dan gaya memiliki nilai resistivitas yang sama. Bentangan
penahan (kuat geser). Ketidakseimbangan gaya lintasan pada lokasi ini searah dengan aliran
yang bekerja tersebut disebabkan oleh adanya sungai, lapisan yang mengandung air lebih banyak
suatu proses yang menaikkan gaya pendorong atau akan memiliki resistivitas lebih kecil sedangan
mengurangi gaya penahan massa tanah/batuan lapisan yang kedap air dibanding lainnya memiliki
sehingga menyebabkan lereng menjadi tidak stabil nilai resistivitas lebih besar. Pada umumnya tanah
dan massa tanah/batuan bergerak turun yang mengalami longsor akan bergerak diatas
(Mukaddas 2005:263). Hasil penelitian dari Epada bidang gelincir.
et al., (2012) di daerah Kekem, Western Cameroon, Penampang kontur 2-D lokasi B Gambar 4.
data geolistrik yang menunjukkan nilai resistivitas (a) dan (b) menunjukkan beberapa lapisan yang
rendah diidentifikasi sebagai lapisan akuifer mengandung air lebih banyak akan memiliki
lempung pasir. Lapisan akuifer ini berperan resistivitas lebih kecil yang ditunjukkan dengan
penting sebagai pemicu proses longsor. Hasil warna biru dan harga resistivitas antara 1,00-4,64
penelitian di jalan Weleri-Sukorejo menunjukkan Ωm. Lapisan ini memotong perlapisan antar
bahwa lempung pasir bertindak sebagai lapisan batuan yang memiliki nilai resistivitas lebih tinggi
akuifer, sedangkan breksi vulkanik yang pada meter ke 30-35 meter. Kemenerusan patahan
merupakan lapisan impermeable bertindak terlihat pada Gambar 4. (a) dan (b). Bidang ini
sebagai bidang gelincir. diduga berpotensi ambles. Dugaan akan terjadinya
ambles tersebut ditandai adanya perpotongan

9
Rafi Wido Pramatasari et al / Unnes Physics Journal 4 (2) (2015)

antara lapisan batuan resistivitas rendah dengan SIMPULAN


lapisan batuan resistivitas tinggi pada kedalaman
3,75 m samapi 9,26 m. Sedangkan pada Gambar 4. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat
(c), (d), (e) tidak terlihat adanya patahan. disimpulkan bahwa:
Berdasarkan gambar penampang resistivitas Data resistivitas yang didapatkan
hasil inversi lokasi C tidak terlihat adanya memberikan gambaran struktur bawah
kemenerusan penyebaran lapisan yang memiliki permukaan daerah penelitian tersusun oleh dua
nilai resistivitas yang sama. Lapisan yang memiliki lapisan batuan. Lapisan pertama merupakan
nilai resistivitas rendah berkisar 0-100 Ωm dan lempung pasir pada kedalaman 0-8 m dengan nilai
lapisan yang memiliki nilai resistivitas tinggi resistivitas 0-100 Ωm dan lapisan kedua
berkisar 101-316 Ωm. Pada kedalaman 1,25 m merupakan lapisan batuan breksi vulkanik pada
sampai 15,93 m nilai resistivitasnya bervariasi dari kedalaman 8-15,9 m dengan kisaran nilai
mulai rendah ditunjukkan pada citra warna ungu resistivitas 101-316 Ωm.
hingga hijau diduga lempung pasir dan resistivitas Titik potensi longsor berada pada lokasi A
tinggi ditunjukkan pada citra warna coklat hingga (UTM X 395140m-395171m dan UTM Y
merah diduga breksi vulkanik. 9223300m-9223356m) yang merupakan jenis
Berdasarkan gambar penampang resistivitas longsoran rotasi. Sedangkan titik potensi ambles
hasil inversi lokasi C tidak terlihat adanya berada pada lokasi B (UTM X 395089m-395100m
kemenerusan penyebaran lapisan. Batuan yang dan UTM Y 9221454m-9221676) yang merupakan
mengalami pelapukan oleh air kemungkinan jenis longsor translasi dikarenakan adanya
bersifat labil. Lapisan yang memiliki nilai patahan yang menyebabkan ambles dan
resistivitas rendah berkisar 0-100 Ωm dan lapisan terlihatnya pola bidang gelincir berbentuk rata.
yang memiliki nilai resistivitas tinggi berkisar 101- Pada lokasi C tidak dapat diketahui jenis
316 Ωm. Lokasi C menunjukkan batuan yang tidak longsornya kerena pola bidang gelincir yang tidak
kompak. terlihat.
Jenis longsoran pada lokasi A jika diihat dari
pola bidang gelincir yang berbentuk lengkung SARAN
tidak teratur, termasuk jenis longsoran rotasi
seperti dapat dilihat pada Gambar 3. (c) dan (d).
Saran untuk penelitian selanjutnya antara
Adanya patahan yang menyebabkan ambles dan
lain :
terlihatnya pola bidang gelincir berbentuk rata
Perlu dilakukan penelitian yang
menunjukkan bahwa lokasi B memiliki kategori
berkelanjutan yaitu dengan penambahan panjang
longsoran translasi. Sedangkan pada lokasi C tidak
lintasan yang bertujuan penambahan target
terlihat adanya pola bidang gelincir sehingga tidak
kedalaman sehingga dapat diperoleh gambaran
dapat diketahui jenis longsorannya.
bawah permukaan lebih dalam pada lokasi C.
Hasil penelitian ini, dugaan potensi longsor
Hasil dari penelitian ini menginformasikan
ditunjukkan dengan adanya patahan dan bidang
tentang struktur bawah permukaan dan hasil
gelincir. Salah satu ciri patahan adalah adanya
potensi terjadinya longsor, perlu diketahui dan
penurunan kedudukan lapisan batuan, dimana
dikomunikasikan dengan pihak terkait agar dapat
pada daerah penelitian dijumpai sungai dan
dilakukan tindakan pencegahan sehingga resiko
pembatas jalan terlihat ambles. Berdasarkan hasil
yang muncul ketika bencana tanah longsor terjadi
interpretasi, patahan dicirikan dengan nilai
dapat dikurangi. Selain itu, masyarakat setempat
resistivitas yang lebih rendah dari daerah
harus waspada dan selalu berupaya untuk
sekitarnya, sehingga terdapat diskontinuitas
mencegah terjadinya tanah longsor, misalnya
(ketidakmenerusan) batuan.
dengan pelestarian hutan dan penanaman di
lereng atau tebing.

10
Rafi Wido Pramatasari et al / Unnes Physics Journal 4 (2) (2015)

DAFTAR PUSTAKA

Darsono.B. Nurlaksito, & B. Legowo. 2012. Identifikasi Gunungpati, Kota Semarang, Jawatengah).Skripsi.
Bidang Gelincir Pemicu Bencana Tanah Longsor Semarang: FMIPA UNNES.
dengan Metode Resistivitas 2-Dimensi di Desa Mukaddas, A. 2005. Studi Geolistrik dan Geologi Pada
Pablengan Kecamatan Matesih Kabupaten Daerah Rawan Gerakan Tanah. Smartek, : 262-
Karanganyar.Indonesian Journal of Applied 269
Physics, 2(1): 51-66. Stierman, D.J. & J.E. Brady. 1999. Electrical Resistivity
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. n.d. Mapping of Landscape Modifications at the
Pengenalan Gerakan Tanah. Vulcanological Talgua Site, Olancho, Honduras. Geoarcheology.
Survey of Indonesia. AnInternational Journal, 14(6), 495-510. [diakses
Epada, P. D., G. Sylvestre, & T.C. Tabod. 2012. 09- 02- 2015]
Geophysical and Geotechnical Investigations of a Suara Merdeka.com
Landslide in Kekem Area, Western Cameroon. Supeno, N. Priyantari. & G. Halik.2008. Penentuan
International Journal of Geosciences, 3,780-789. Struktur Bawah Permukaan Daerah Rawan
[diakses 09- 02- 2015] Longsor Berdasarkan interpretasi Data
Imran, A. M., B. Azikin. & Sultan. 2012. Perana Aspek Resistivitas.Jurnal Ilmu Dasar, 9(1) :48-55.
Geologi Sebagai Penyebab Terjadinya Longsoran Tassone, A., M. Santomauro., M. Menichetti., M. E.
pada ruas Jalan Poros Malono – Sinjai. Jurnal Carredo., M. B. Remesal., H. Lippai., E. Lodolo, & J.
Geologi Indonesia, 2(3):185-196. F Vilas. 2010. Imaging Subsurface Lithologial and
Kementrian Negara Lingkungan Hidup. 2007. Analisis Structural Features by Resistivity Tomography:
Potensi Rawan Bencana alam di Papua dan North Beagle Channel ( Tierra del Fuego,
Maluku (Tanah Longsor-Banjir-Gempa Bumi- Argentina). Revista Mexicana de Ciencias
Tsunami).Laporan Akhir. Jakarta: Depusi Bidang Geologicas, v. 27, num 3, 2010, p. 562-572.
Pembinaan Sarana Teknis dan Peningkatan [diakses 22-01-2015].
Kapasitas. Thanden, R. E., H. Sumadirja, P. W. Richards, K. Sutisna &
Lumbanbatu, U. M. & S. Hidayat. 2007. Evaluasi Awal T. C. Amin. 1996. Peta Geologi Bersistem,
Kerentanan Pelulukan/Likuefaksi Daerah Kendal Indonesia: Lembar Magelang-Semarang [peta
dan Sekitarnya, Jawa Tengah. Jurnal Geologi geologi]. Bandung: Pusat Penelitian dan
Indonesia, 2(3): 159-176. Pengembangan Geologi. 1 lembar.
Metode Geolistrik Tahanan Jenis-1 (Geogis). Geophysical Telford, W.M., L.P. Geldart, & R.E. Sheriff. 1990. Applied
Consulting and Instrumen Servies . diakses di Geophysics ( 2nd ed.). New York: Cambridge
http://www.geocis,net;http://geocis.indonet University Press.
work.co.id Virman, P.G.DLasmono, & M.A.Massinai. 2013.
Miqdad, M. 2008. Penentuan Resistivitas Tanah pada Identifikasi Bidang Gelincir Daerah Kepulauan
Zona Labil dengan Aplikasi Gelistrik Metode Serui Menggunakan Metode Geolistrik Tahanan
Tahanan Jenis Konfigurasi Schlumberger (studi Jenis. Makalah diseminarkan pada Seminar
kasus di Desa Pongangan, Kecamatan Nasional Fisika.Makasar : FMIPA Universitas
Makasar.

11

Anda mungkin juga menyukai