MIKROPALEONTOLOGI
Disusun oleh :
TEKNIK GEOLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL
YOGYAKARTA
2018
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui :
Page | 2
HALAMAN PERSEMBAHAN
Page | 3
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yesus karena atas berkat dan
rahmatnya saya dapat menyelesaikan Laporan Resmi Mikropaleontologi ini dengan
baik. Dalam pembuatan Laporan ini saya susun berdasarkan atas hasil praktikum
selama satu semester ini. Saya selaku penyusun menyadari bahwa ada kekurangan
dalam pengetahuan maupun penulisan kata-kata pada laporan ini, semoga dapat
dijadikan pembelajaran agar lebih baik lagi dalam penulisan laporan selanjutnya,
dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya. Sekian dan
Terimakasih.
Kezia Joris
Page | 4
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN..............................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................
DAFTAR TABEL....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latarbelakang..............................................................................................
1.2 Maksud Dan Tujuan....................................................................................
1.3 Metode.........................................................................................................
BAB II DASAR TEORI
2.1 Mikropaleontologi.......................................................................................
2.2 Foraminifera................................................................................................
2.3 Foraminifera Plangtonik.............................................................................
2.3.1 Morfologi Foraminifera Plangtonik...................................................
2.4 Foraminifera Bentonik................................................................................
2.4.1 Morfologi Foraminifera Bentonik......................................................
2.5 Foraminifera Besar......................................................................................
2.5.1 Morfologi Foraminifera Besar............................................................
2.6 Aplikasi Mikropaleontologi
2.6.1 Penentuan Umur.................................................................................
2.6.2 Penentuan Lingkungan Pengendapan.................................................
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Foraminifera Plantonik
3.1.1 Famili Globigerinidae.........................................................................
3.1.2 Famili Globorotalidae.........................................................................
3.1.3 Famili Hantkenidae.............................................................................
3.1.4 Lampiran Form Praktikum..................................................................
3.2 Foraminifera Benthonik
3.2.1 Genus Dentalina..................................................................................
3.2.2 Genus Amphistegina...........................................................................
3.2.3 Genus Bathysiphon.............................................................................
Page | 5
3.2.4 Genus Bolivina..................................................................................
3.2.5 Genus Nodogerina.............................................................................
3.2.6 Lampiran Form Praktikum................................................................
3.3 Foraminifera Besar
3.3.1 Genus Nummulites............................................................................
3.3.2 Genus Discocylina.............................................................................
3.3.3 Genus Lepidocyclina.........................................................................
3.3.4 Lampiran Form praktikum................................................................
BAB IV PENUTUP
Kritik dan Saran..................................................................................................
Kesimpulan.........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
LAMPIRAN.............................................................................................................
Page | 6
DAFTAR GAMBAR
Page | 7
DAFTAR TABEL
Page | 8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latarbelakang
Mikropaleontologi juga didefinisikan sebagai studi sitematik yang membahas
mikrofosil, klasifikasi, morfologi, ekologi, dan mengenai kepentingannya terhadap
stratigarfi atau ilmu yang mempelajari sisa organisme yang terawetkan di alam
dengan mengunakan alat mikroskop.
Objek studi dari mikropaleontologi ialah Mikrofosil. Mikrofosil sendiri Fosil
dari Organisme yang berukuran kecil maupun bagian/struktur tubuh dari fosil yang
berukuran kecil yang untuk diamati perlu bantuan mikroskop.
1.3 Metode
Metode yang saya gunakan dalam penyusunan laporan ialah metode primer
yang ialah pengamatan dan Deskripsi secara langsung terhadap fosil yang berada
di Laboratorium. Dalam pembuatan Laporan ini juga menggunakan metode
sekunder dengan menggunakan literatur seperti Buku Praktikum
Mikropaleontologi serta literatur yang didapatkan dari sumber buku atau media
online.
Page | 9
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Mikropaleontologi
Mikropaleontologi merupakan studi yang secara khusus mempelajari sisa-sisa
oraganisme yang terawetkan di alam dengan menggunakan mikroskop. Organisme
yang terawetkan tersebut dinamakan fosil mikro karena berukuran sangat kecil.
Sebagai contoh fosil mikro adalah fosil-fosil dari organisme golongan foraminifera.
Golongan ini umumnya mempunyai ukuran yang kecil, sehingga untuk
mengadakan penelitian harus menggunakan mikroskop. Umumnya fosil mikro
berukuran lebih kecil dari 0,5 mm, tetapi ada pula yangg mencapai 19 mm (Genus
Fusulina).
2.2 Foraminifera
Kingdom Protista
Phylum Protozoa
SubPhylum Sarcodina
Superkelas Rhizopoda
Kelas Foraminifera
Page | 10
Gambar 1 Foraminifera kecil
Bentuk Test
Bentuk test adalah bentuk keseluruhan dari cangkang foraminifera. Macam-
macam test foraminifera antaralain :
1. Globular (berbentuk bola bundar)
2. Disk (berbentuk seperti botol)
3. Cylindrical (berbentuk seperti batang)
4. Spiral
5. Stellate (berbentuk seperti bintang)
6. Cancellate
7. Lancelate (berbentuk seperti gada)
8. Conical (berbentuk kerucut)
9. Spherical
10. Discoidal (berbentuk seperti cakram)
11. Fusiform (bentuk kombinasi)
12. Biumbilicate (mempnyai 2 umbilicus)
13. Tabular (berbetuk seperti tabung)
14. Bifurcating (berbentuk seperti cabang)
15. Aborescent (berbentuk seperti pohon)
16. Radiate (bentuk radial)
17. Irregular (tidak teratur)
18. Hemispherical (bentuk setengah bola)
19. Zig-zag
20. Biconvex (cembung pada kedua sisi)
21. Flaring (seperti obor)
22. Spiroconvex (cembung pada sisi dorsal)
Page | 12
23. Umbiliconvex (cembung pada sisi ventral)
24. Lenticular biumbilicate (seperti ensa)
25. Palmate (seperti daun)
26. Arborescent (seperti pohon)
Bentuk Kamar
Bentuk kamar adalah bentuk masing-masing pembentuk test cangkang
foraminifera. Macam-macam bentuk kamar, antaralain:
1. Spherical
2. Pyriform
3. Tabular
4. Angular truncate
5. Hemispherical
6. Globular
7. Angular rhomboid
8. Angular conical
9. Radial elongate
10. Ovate
11. Clavete
12. Tobuluspinate
13. Flatulose
14. Semicircular
15. Cylical
16. Neat
Komposisi Test
Berdasarkan komposisi kimia maupun material penyusunnya, test (cangkang)
Foraminifera dapat dikelompokkan menjadi, yaitu:
1. Dinding Khitin/Tektin, merupakan bentuk dinding yang paling primitif pada
foraminifera. Dinding ini tersusun oleh zat organik yang mempunyai zat tanduk,
fleksibel, dan transparan. Biasanya berwarna kuning dan tidak berpori
(imperforate). Foraminifera yang mempunyai bentuk dinding ini jarang yang
ditemukan sebagai fosil, kecuali golongan Allogromidae.
2. Dinding Aglutinin/Aranceous, merupakan test yang terbuat dari material-
material asing yang direkatkan satu sama lainnya dengan semen. Aranceous
terdiri dari material asing berupa pasir sedangkan Aglutinin terdiri dari material
asing berupa lumpur, spong-spikulae, beraneka ragam mika, dan lain-lain.
3. Dinding silikaan (siliceus), materialnya dihasilkan/berasal dari organisme itu
sendiri atau dapat juga merupakan material sekunder dalam pembentukannya.
4. Dinding gampingan, terbagi atas empat yaitu:
a. Dinding porselen, terbuat dari material gampingan, tidak berpori, terdiri
dari Kristal-kristal kalsit berukuran kriptokristalin dan mempunyai
kenampakan seperti porselen dengan warna buram atau putih.
b. Dinding gampingan hyaline, hampir kebanyakan dari foraminifera
memunyai dinding tipe ini. Tipe dinding ini merupakan dinding
gampingan yang bersifat bening/transparan dan umumnya berpori halus.
c. Dinding gampingan granular, dinding terdiri atas Kristal-kristal kalsit
yang granular tanpa adanya material asing atau semen
d. Dinding gampingan kompleks, merupakan dinding test yang umumya
terdapat pada golongan fusulinidae (foram besar), mempunyai beberapa
lapisan yang digunakan dalam membedakan tipe Fusulinidae dan
Schagerinid.
Page | 14
Aperture
Aperture merupakan bagian penting pada test forminifera, karena merupakan
lubang pada kamar akhir tempat protoplasma organisme tersebut bergerak keluar
masuk. Berikut ini macam-macam aperture.
1. Primary aperture interiormarginal (aperture utama interior marginal):
a. Primary aperture interiormarginal umbilical: aperture utama
interiormarginal yang terletak pada daerah pusat putaran (umbilicus).
b. Primary aperture interiormarginal equatorial: aperture utama
interiomarginal yang terletak pada equator test. Cirinya adalah apabila
dari samping terlihat simetri dan dijumpai pada susunan planispiral
c. Primary aperture extra umbilical: aperture utama interiormarginal yang
memanjang dari pusat ke peri-peri.
2. Secondary aperture (aperture sekunder): lubang lain (tambahan) dari aperture
utama dan berukuran lebih kecil.
3. Accessory aperture (aperture aksesoris): aperture sekunder yang terletak pada
struktur aksesoris atau struktur tambahan.
Page | 15
4. Aperture
a. Tooth: menyerupai gigi
b. Lip/rim: bentuk bibir aperture yang menebal
c. Bulla: bentuk segienam teratur
d. Tegilla: bentuk segienam tidak teratur
5. Permukaan test
a. Punctuate: berbintik-bintik
b. Smooth: mulus/licin
c. Reticulate: mempunyai sarang lebah
d. Pustulose: tonjolan-tonjolan bulat
e. Cancallate: tonjolan-tonjolan memanjang.
Page | 16
Gambar 4 Bentuk Test globular
Page | 17
e. Planispiral (uncoiling). Contoh : Rectocornuspira
2. Polythalamus
Merupakan suatu susunan kamar dan bentuk akhir kamar foraminifera yang
terdiri dari lebih satu kamar, misalnya uniserial saja ata biserial saja. Macam-
macam polythalamus test :
1. Uniformed yang terbagi menjadi :
a. Uniserial yang terbagi lagi mejadi :
Rectilinear (linear punya leher) test uniserial terdiri atas kamar – kamar
bulat yang dipisahkan dengan stolonxy atau neck. Contohnya :
Siphonogerina, Nodogerina.
Gambar 10 Siphonogerina
Page | 18
Linear tanpa leher yaitu kamar tidak bulat dan satu sama lain tidak
dipisahkan leher – leher. Contohnya : Nodosaria.
Gambar 11 Nodosaria
Equitant unserial yaitu test uniserial yang tidak memiliki leher tetapi
sebaliknya kamarnya sangat berdekatan sehingga menutupi sebagian yang
lain. Contohnya : Glandulina.
Gambar 12 Glandulina
Gambar 13 Dentalina
b. Biserial yaitu test yang tersusun oleh dua baris kamar yang terletak berselang
– seling. Contoh : Textularia.
Gambar 14 Textularia
Page | 19
c. Triserial yaitu test yang tersusun oleh tiga baris kamar yang terletak berselang
– seling. Contoh : Uvigerina, Bulmina.
Gambar 15 Uvigerina
2. Biformed test merupakan dua macam susunan kamar yang sangat berbeda satu
dengan yang lainnya dalam sebuah test, misalnya biserial pada awalnya kemudian
menjadi uniserial pada akhirnya. Contoh : Bigerina.
Gambar 16 Bigerina
3. Triformed test yaitu tiga bentuk susunan kamar dalam sebuah test misalnya
permulan biserial kemudian berputar sedikit dan akhirnya menjadi uniserial.
Contohnya : Vulvulina.
Gambar 17 Vulvulina
4. Multiformed test merupakan dalam sebuah test lebih dari tiga susunan kamar,
bentuk ini jarang ditemukan.
Page | 20
Bentuk test dan kamar foraminifera
Bentuk test adalah bentuk keseluruhan dari cangkang foraminifera, sedangkan
bentuk kamar merupakan bentuk masing – masing kamar pembentuk test.
Macam – macam pembentuk test antara lain :
1. Tabular (berbentuk tabung), contohnya Bathyspiral rerufescens.
2. Bifurcating (bentuk cabang), contohnya Rhabdammina abyssorum.
3. Radiate (bentuk radial), contohnya Astrorizalimicola sandhal.
4. Arborescent (bentuk pohon), contohnya Dendrophrya crecta.
5. Irregular (bentuk tak teratur), contohnya Planorbulinoides sp.
6. Hemispherical (bentuk setengah bola), contohnya Pyrgo murrhina.
7. Zig-zag (bentuk berbelok – belok), contohnya Lenticulina.
8. Lancealate (bentuk seperti gada), contohnya Guttulina sp.
9. Conical (bentuk kerucut), contohnya Textularilla cretos.
10. Spherical (bentuk bola), contohnya Orbulina universa.
11. Discoidal (bentuk cakram), contoh Cycloloculina miocenica.
12. Fusiform (bentuk gabungan), contohnya Vaginulina leguman.
13. Biumbilicate (mempunyai dua umbilicus), contohnya Anomalinella rostrata.
14. Biconvex (bentuk cembung di kedua sisi), contohya Robulus nayaroensis.
15. Flaring (bentuk seperti obor), Goesella rotundeta.
16. Spiroconvex (bentuk cembung di sisi dorsal), contohnya Cibicides refulgens.
17. Umbilicoconvex (bentuk cembung di sisi ventral), contohnya Pulvinulinella
pacivica.
18. Lenticular biumbilicate (bentuk lensa), contohnya Cassidulina laevigata.
19. Palmate (bentuk daun), contohnya Flabellina frugosa.
Page | 21
Bentuk Kamar
1. Spherical, contohnya Ellipsobulimina sp.
2. Pyriform, contohnya Ellipsoglandulina velascoensis.
3. Tabular, contohnya Pleurostomella subhodosa.
4. Globular, contohnya Globigerina bulloides.
5. Ovate, contohnya Guttlina problema.
6. Angular truncate, contohnya Virgulina gunteri.
7. Hemispherical, contohnya Pulleniatina obliquiloculata.
8. Angular rhomboid, yaitu Globorotalia tumida.
9. Radial elongate, contohnya Clavulina insignis.
10. Clavate, contohnya Hastigerinella bermudezi.
11. Tubulospinate, contohnya Hantkeninaalabamensis.
12. Cyclical, contohya Cycloloculina miocenica.
13. Flatulose, contohnya Pleurostamella clavata.
14. Semicircular, contohnya Pavonina flabelliformis.
Page | 22
Aperture
Golongan benthos memiliki bentuk aperture yang bervariasi dan aperture itu
sendiri merupakan bagian penting dari test foraminifera, karena merupakan lubang
yang protoplasma organisme tersebut bergerak keluar dan masuk. Macam-macam
aperture foraminifera benthos antara lain :
1. Simple Aperture, yaitu :
a. at end of tabular chamber
b. at base of aperture face
c. in middle aperture face
d. aperture yang bulat dan sederhana, biasanya terletak diujung sebuah
test(terminal), lubangnya bulat.
e. Aperture comma shaped, mempunyai koma/melengkung, tetapi tegak lurus
pada permukaan septal face.
f. Aperture phyaline, merupakan sebuah lubang yang terletak diujung neck
yangn pendek tapi menyolok.
g. Aperture slit like, berbentuk lubang sempit yang memanjang, umum dijumpai
pada foraminifera yang bertest hyaline.
h. Aperture crescentic, lubangnya berbentuk tapal kuda.
2. Supplementary Aperture, yaitu :
a. Infralaminal accessory aperture – dendritik
b. Aperture yang memancar (radiate), merupakan sebuah lubang yang bulat, tapi
mempunyai pematang yang memancar dari pusat lubang.
c. Radiate with apertural facechamberlet.
3. Multiple Aperture, yaitu :
a. Multiple sutural, aperture yang terdiri dari banyak lubang, terletak di
sepanjang suture.
b. Aperture cribralateral, cribrate/inapertural face cribrate. Bentuknya seperti
saringan, lubang uummnya halus dan terdapat pada permukaan kamar akhir.
c. Terminal
d. Primary Aperture, yaitu :
Primary aperture interiomarginal umbilical
Interiomarginal umbilical extra runbilical/simple aperture lip/ ventral and
peripheral.
Page | 23
Biasanya dijumpai pada batugamping/batugamping pasiran yang mempunyai
kekerasan tinggi, sehingga perlu dilakukan dengan sayatan tipis. Selain itu
foraminifera pengenalan kamar-kamarnya menjadi perlu dalam penamaan. Dan
hanya dapat diamati dengan metode-metode sayatan tipis.
1. Kamar Embrional
Merupakan kamar yang tumbuh pertama kali atau dikenal sebagai proloculus.
Pada umumnya proloculus dijumpai dibagian tengah, namun beberapa genus
terdpat dibagian tepi seperti myogypsina. Kamar embrional dapat dibedakan
menjadi 2, yaitu protoconch dan deutroconh. Terkadang diantara kamar embrionik
dengan kamar ekuatorial terdapat kamar nepionik, namun dalam pengamatan sulit
dikenali.
2. Kamar Ekuatorial
Kamar ini terdapat pada bidang ekuatorial. Jumlah kamar ekuatorial sangat
membantu untuk mengetahui jumlah putaran dari test foraminifera besar. Jumlah
putaran pada beberapa golongan menjadi pembeda diantara beberapa genus.
3. Kamar Lateral
Kamar ini terletak dibagian atas dan di bawah dari kamar ekuatorial. Identifikasi
pada kamar ini ada pada tebal tipisnya dinding kamar, selain itu pada beberapa
genus sering dijumpai adanya stolon yang menghubungkan rongga antar kamar.
Jumlah kamar terkadang memberikan pengaruh namun tidak terlalu singnifikan.
Page | 24
2.6 Aplikasi Mikropaleontologi
Mikrofosil khususnya foraminifera memiliki nilai kegunaan dibidang geologi
yang sangat tinggi. Hal ini disebabkan oleh sifat keterdapatannya yang dapat
dijumpai dihampir semua batuan sedimen yang mengandung karbonat. Penggunaan
data yang sering digunakan adalah untuk penentuan umur termasuk penyusunan
biostratigrafi dan penentuan lingkungan pengendapan.
Page | 25
zaman tersier juga dinotasikan dengan huruf “ T ” namun dibagi dengan indeks
huruf dimana huruf “a” untuk tersier tertua kemudian beturut hingga “h” yang
menandakan tersier yang termuda. adapun tahapan dari klasifikasi ini adalah:
Pengambilan sampel dilapangan yang kemudian melakukan penyajian fosil
dengan cara melepaskan fosil tersebut dari batuan dan menyayat tipis fosil (0.05
mm) lalu menenpelkannya di plat kaca yang kemudian diamati dibawah mikroskop.
Bila fosilnya sulit dilepaskan dari batuan maka Penamaan fosil dapat dicari dengan
penamaan genus dan species yang ada. Menentukan umur dari setiap genus species
yang ditemukan dalam range chart yang dibuat oleh Adam, 1970.Memasukkan
umur serta species ke dalam tabel umur Kolom yang terbanyak dipotong oleh garis
umur adalah umur dari batuan tersebut.
Page | 26
Untuk dapat mengetahui lingkungan pengendapannya dapat menggunakan fosil
foraminifera kecil benthik. Beberapa fosil penciri lingkungan pengendapan adalah:
1. Habitat air payau :mengandung foraminifera arenaceous seperti: Ammotium,
Trochammina dan Miliammina.
2. Habitat Laguna: fauna air payau masih di jumpai ditambah dengan Amonia dan
Elphidium.
3. Habitat Pantai Terbuka: lingkungan dengan energi yang kuat. Didominasioleh
fauna berukuran besar seperti: Elphidium spp., Ammnia becarii dan Amphistegina.
4. Zona Neritik Dalam (0-30 m): Elphidium, Eggerella advena dan Textularia.
5. Zona Neritik Tengah (30-100 m): Eponides, Cibicides, Robulus dan Cassidulina.
6. Zona Neritik Luar (100-200 m): Bolivina, Marginulina, Siphonina dan
Uvigerina.
7. Zona Bathyal Atas (200-500 m): Uvigerina spp., Bulimina, Valvulineria,
Bolivina dan Gyroidina soldanii.
8. Zona Bathyal Tengah (500-1000 m): cyclammina, Chilostomella, Cibicides
wuellerstorfi dan Cabicides rugosus.
9. Zona Bathyal Bawah (1000-2000 m): Melonis barleeanus, Uvigerina hispida,
Uvigerina peregrina dan Oridorsalis umbonatus.
10. Zona Abyssal (2000-5000 m): Melonis pompiloides, Uvigerina ampulacea,
Bulimina rostrata, Cibicides mexicamus dan Eponides tumidulus.
11. Zona Hadal (>5000 m): Bathysiphon, Recurvoides turbinatus.
Page | 27
BAB III
PEMBAHASAN
1. Orbulina
Ciri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline dan bentuk test spherical,serta
aperture tidak kelihatan (small opening). Aperture ini adalah akiba tdari
terselumbungnya seluruh kamar-kamar sebelumnya oleh kamar terakhir. Beberapa
speies yang termasuk pada genus ini beserta gambar.Urbulina universal, Orbulina
bilobata
2. Genus Globigerina
Ciri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline, bentuk test speroical, bentuk
kamar globural, susunan kamar trochospiral. Aperture terbukalebar dengan bentuk
parabol dan terletak pada umbilicus. Aperture inidisebut umbilical aperture.
Page | 28
3. Genus Globigerinoides
Ciri-ciri morphologi sama dengan Globigerina tetapi mempunyai supplementary
aperture, dengan demikian dapat dikatakan bahwa globigerinoides ini adalah
Globigerina yang mempunyai supplementary aperture.
Gambar 23 Globigerinoides
1. Genus Globorotalia
Ciri-ciri morphologi dengan test hyaline, bentuk test biconvex, bentuk kamar
subglobular, atau “angular conical”. Aparture memanjang dari umbilicus ke
pinggir test. Pada pinggir test terdapat keel dan ada yang tidak.
2. Genus truncorotaloides
Ciri-ciri morfologi dengan dinding test hyaline bentuk test truncate, bentuk
kamar angular truncate. Susunan kamar umbilical convextrochospiral dengan
deeply umbilicus. Aperture terbuka lebar yangmemanjang dari umbilicus ke pinggir
test.Ciri-ciri khasnya dari genus ini ialah terdapatnya sutural supplementary
aperture dan dinding test yang kasar (seperti berduri) yang pada genusgloborotalia
hal ini tidak akan dijumpai. Subgenus ini tidak dibahaslebih lanjut, karena terdapat
pada lapisan tua Eosen Tengah. ContohTruncorotaloides rahr
Page | 29
3.1.3 Famili Hanteknida
Pada bagian test terdapat dua umbilicus yang masing- masing terletak pada salah
satu sisi test yang berseberangan. Susunan kamar planispiral involute. Pada
beberapa genus kamar-kamar ditumbuhi oleh spine-spine panjang Beberapa genus
yang termasuk dalam Familiy Hantkeniidae:
1. Genus Hantkenina
Bentuk test biumbilicate, bentuk kamar tabular spinate dan susunan kamar
planispiral involute, tiap-tiap kamar terdapat spine yang panjang. Contoh :
Hantkenina alabamensis
2. Genus Hastigerina
Bentuk test biumbilicate, susunan kamar planispiral involute atau “loosely
coiled”. Mempunyai aperture equatorial yang terletak pada aperture face. Contoh
Hastigerina aequilateralis
Page | 30
3.1.4 Lampiran Form praktikum
Deskripsi
a. Dinding : gampingan
b. Bentuk Test : cenderung bulat
c. Bentuk Kamar : elips
d. Susunan Kamar : polythalamus
e. Jumlah Kamar : 5 kamar
f. Pertiumbuhan Kamar : lambat
g. Arah Putaran Kamar : searah jarum jam (dextral)
h. Aperture : primer
i. Hiasan : berpori
Page | 31
Deskripsi Foramnifera Planktonik
Pandangan Ventral Pandangan Dorsal Pandangan Samping
Deskripsi
a. Dinding : gampingan
b. Bentuk Test : bulat
c. Bentuk Kamar : bulat
d. Susunan Kamar : polythalamus
e. Jumlah Kamar :3
f. Pertiumbuhan Kamar : slow
g. Arah Putaran Kamar : dextral
h. Aperture : primer
i. Hiasan : berpori
Umur :
Jenis : planktonik
Page | 32
Deskripsi Foramnifera Planktonik
Pandangan Ventral Pandangan Dorsal Pandangan Samping
Deskripsi
a. Dinding : gampingan
b. Bentuk Test : bulat
c. Bentuk Kamar : bulat
d. Susunan Kamar : polythalamus
e. Jumlah Kamar : 4 kamar
f. Pertiumbuhan Kamar : slow
g. Arah Putaran Kamar : pandangan dorsal tidak terlihat sehingga putaran
kamar tidak dapat di tentukan
h. Aperture : primer
i. Hiasan : smooth
Umur : N6-N20
Jenis : Planktonik
Page | 33
Deskripsi Foramnifera Planktonik
Pandangan Ventral Pandangan Dorsal Pandangan Samping
Deskripsi
a. Dinding : gampingan
b. Bentuk Test : bulat
c. Bentuk Kamar : bulat
d. Susunan Kamar : monothaoamus
e. Jumlah Kamar : terdapat kamar yang terselubung
f. Pertiumbuhan Kamar : tidak dapat diketahui
g. Arah Putaran Kamar : tidak dapat diketahui
h. Aperture : aperture tidak kelihatan (small opening)
i. Hiasan : smooth
Page | 34
1.2. Foraminifera Bentonik
3.2.1 Genus Dentalia
Termasuk famili Lageridae, dengan ciri – ciri test pilythalamus, uniserial,
curvilinier, suture menyudut, komposisi test gampingan berpori halus, aperture
memancar, terletak pada ujung kamar akhir.
Gambar 27 Amphistegerina
Page | 35
3.2.3 Genus Bathysiphon
Termasuk famili Rhizamminidae dengan test silindris, kadang – kadang lurus,
monothalamus, komposisi test pasiran, aperture di puncak berbentuk pipa. Muncul
Silur – Resent.
Gambar 28 Bathysiphon
Gambar 29 Bolivina
Page | 36
3.2.6 Lampiran Form Praktikum
Deskripsi
a. Dinding : gampingan
b. Bentuk Test : bulat / biconvex
c. Bentuk Kamar : bulat
d. Susunan Kamar : polythalamus
e. Jumlah Kamar :8
f. Pertiumbuhan Kamar : fast
g. Arah Putaran Kamar : searah jarum jam
h. Aperture : berbentuk busur
i. Hiasan : retral processes
Page | 37
Deskripsi Foramnifera Benthonik
Pandangan Ventral Pandangan Dorsal Pandangan Samping
Deskripsi
a. Dinding : hyalin
b. Bentuk Test : bulat memanjang
c. Bentuk Kamar : polythalamus, bulat
d. Susunan Kamar : biserial-uniserial (biformed)
e. Jumlah Kamar :6
f. Pertiumbuhan Kamar : fast
g. Arah Putaran Kamar :
h. Aperture : posisi : terminal. Bentu : silt like
i. Hiasan : smooth
Umur :
Jenis :
Lingkungan Pengendapan : benthonik
Page | 38
Deskripsi Foramnifera Benthonik
Pandangan Ventral Pandangan Dorsal Pandangan Samping
Deskripsi
a. Dinding : hyalin
b. Bentuk Test : memanjang
c. Bentuk Kamar : bulat
d. Susunan Kamar : polythalamus, biserial-uniserial, biformed
e. Jumlah Kamar : 11
f. Pertiumbuhan Kamar : fast
g. Arah Putaran Kamar :-
h. Aperture : tidak terlihat
i. Hiasan : smooth
Umur :
Jenis : benthonik
Page | 39
Deskripsi Foramnifera Benthonik
Pandangan Ventral Pandangan Dorsal Pandangan Samping
Deskripsi
a. Dinding : porselen
b. Bentuk Test : bulat
c. Bentuk Kamar : membulat, polythalamus
d. Susunan Kamar : planispiral
e. Jumlah Kamar :8
f. Pertiumbuhan Kamar : fast
g. Arah Putaran Kamar : sinistral
h. Aperture : bulat sederhana
i. Hiasan : retral processes
Umur : pleistosen
Jenis : benthonic
Page | 40
3.3 Foraminifera Besar
Bentuk Test pada umumnya besar, lenticular, discoidal, planispiral, dan bilateral
simetris. Test terbuat dari zat gampingan yang tersusun secara radial. Beberapa
jenis sayatan tipis pada golongan ini menunjukkan kenampakan yang berbada-beda.
Gambar 31 Discocylina
Page | 41
3.3.3 Genus Lepidocyclina
kenampakan seperti lensa (lentiluler) pipih cembung,discoidal,permukaan test
papilate, halus reticulate, pinggirnya biasa bulat, kadang seperti batang atau
polygon.
Page | 42
3.3.4 Lampiran Form Praktikum
Deskripsi :
Page | 43
Deskripsi Foraminifera Besar
Sayatan Vertikal Sayatan Horisontal
Deskripsi :
Page | 44
Deskripsi Foraminifera Besar
Sayatan Vertikal Sayatan Horisontal
Deskripsi :
Page | 45
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Mikropaleontologi juga didefinisikan sebagai studi sitematik yang membahas
mikrofosil, klasifikasi, morfologi, ekologi, dan mengenai kepentingannya terhadap
stratigarfi atau ilmu yang mempelajari sisa organisme yang terawetkan di alam
dengan mengunakan alat mikroskop.
Forminifera merupakan kelompok yang penting didalam mikropaleontologi.
Penggunaannya dalam budang geologi banyak sekali manfaatnya, terutama dalam
biostratigrafi. Sangat mudah ditemukan pada batuan sedimen fraksi halus yang
diendapkan pada lingkungan laut.
Foraminifera dapat dibedakan menjadi 2 yaitu Foraminifera besar dan
Foraminifera kecil. Foraminifera kecil dibagi lagi menjadi 2 yatitu Foraminifera
Plangtonik dan Foraminifera Benthonic.
4.2 Saran
Disarankan agar jumlah mikroskop boleh ditambahkan dan agar semua
praktikan mendapatkan mikroskop dengan kualitas pengamatan yang baik, karena
ada beberapa mikroskop yang kurang maksimal saat dipakai untuk identifikasi fosil.
Page | 46
DAFTAR PUSTAKA
Page | 47