Anda di halaman 1dari 7

Pendahuluan

Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum Hulu memegang peranan penting dalam proses
pembangunan. Prioritas masalah yang dihadapi adalah konflik kepentingan antara upaya
pelestarian lingkungan sebagai fungsi resapan, dan upaya memaksimalkan pemanfaatan lahan
terbangun dimana Kawasan Metropolitan Bandung berada di atasnya.
Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum adalah sistem air terjun yang terletak di Gunung
Wayang, Kertasari Kabupaten Bandung, dan meluas ke Laut Jawa, Kabupaten Karawang,
meliputi
± 315 km digunakan untuk berbagai kegiatan seperti pemasangan air, irigasi, dan pemasukan air
industri, dan berfungsi sebagai link antara berbagai kegiatan domestik dan non domestik di DAS
Citarum. DAS Citarum memiliki tiga fungsi utama: pasokan air, limbah, dan pengelolaan
limbah.
Penurunan kualitas air di Sungai Citarum Hulu dikaitkan dengan kurangnya upaya
konservasi dan perkembangan fisik seperti tiang dan jalan, yang menyebabkan erosi. Penurunan
kualitas air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti vegetasi, topografi, tanah, dan kualitas air.
Metode:
Penelitian dilakukan denganpendekatan kuantitatif. Untuk menghitung besarnya tingkat
fluktuasidebit aliran dan tingkat erosi tanah pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum
DAS Citarum Hulu dan Tata Guna Lahan
DAS Citarum Hulu memiliki bentuk hidrotopografi yang unik, yaitu suatu dataran
horizontal dengan ketinggian sekitar 660 meter di atas permukaan laut (mdpl) yang dikelilingi
oleh pegunungan tinggi (1.500 - 2.000 mdpl) yang melingkar dari utara, timur, sampai selatan.
Bentuk ini menyebabkan DAS Citarum Hulu memiliki potensi banjir dan longsor yang tinggi, terutama pada
musim hujan. Fungsi resapan di DAS Citarum Hulu mengalami penurunan yang ditandai dengan
peningkatan luas lahan terbangun dan pengurangan lahan hutan. Muin et al. (2015) menjelaskan salah satu
akibat dari penurunan fungsi resapan adalah peningkatan peluang kejadian banjir. Banjir selalu terjadi
setiap tahun dengan kerugian besar, khususnya di wilayah yang berdekatan dengan titik suplesi aliran
menuju Sungai Citarum. Wilayah-wilayah yang berpotensi banjir selain merugikan sektor permukiman juga
berdampak pada sektor pertanian. Perubahan penggunaan lahan yang dominan terjadi adalah deforestrasi
luas hutan, ekspansi lahan pertanian berlebih, dan pengembangan lahan terbangun. Oleh karena itu,
pengelolaan tata guna lahan di DAS Citarum Hulu sangat penting untuk mengurangi dampak negatif dari
perubahan iklim dan aktivitas manusia.

Data tata guna lahan di DAS Citarum Hulu, didapat menggunakan teknologi
penginderaan jauh, yaitu teknologi yang memanfaatkan gelombang elektromagnetik yang
dipantulkan atau diserap oleh obyek di permukaan bumi untuk menghasilkan citra atau gambar.
Dengan menggunakan citra satelit, kita dapat menginterpretasi obyek yang ada di permukaan
bumi berdasarkan warna, bentuk, tekstur, pola, dan konteksnya.

Luas dan Prosentase Penggunaan Lahan Sub Das


Citarum Hulu Tahun 2020
Luas (ha) Prosentase
No Jenis Tanah (%)
1 Perairan 292 0,17
2 Hutan 35.085 19,80
3 Lahan Terbuka 242 0,14
4 Tanah Budidaya 97.885 55,24
5 Rumput 1.058 0,60
6 Lahan Terbangun 42.638 24,06
Jumla 177.200 100
h
Sumber: Interpretasi citra satelit Sentinel 2 dan KLHK

Dari tabel tersebut, terdapat 6 jenis penggunaan lahan pada sub das citarum hulu,
disimpulkan bahwa persentase penggunaan lahan yang terbesar terdapat pada tanah budidaya
sebesar 55,24 % (yang pada data peta tutupan lahan ditandai dengan warna coklat) dan yang
paling sedikit yaitu penggunaan lahan pada perairan yang memiliki presentase sebesar 0,17 %
dari keseluruhan total penggunaan lahan (yang pada peta tutupan lahan ditandai dengan warna
bitu tua)
……………………………………….
Gambar 2. Peta Tutupan Lahan Sub Das Citarum Hulu Tahun 2020
Tingkat Fluktuasi Debit Aliran

Perubahan karakteristik hidrologi memengaruhi peningkatan debit sungai pada musim


penghujan, namun kekurangan air pada musim kemarau. Permasalahan yang ada di DAS
Citarum Hulu diduga terjadi akibat pola perubahan penggunaan lahan yang simultan. Hal ini
menyebabkan peluang terjadinya luapan sungai dan banjir semakin meningkat. Oleh karena itu,
dibutuhkan kajian yang mampu mengindentifikasi pola perubahan penggunaan lahan yang
berpengaruh pada perubahan karakteristik DAS Citarum hulu. Penelitian ini bertujuan untuk 1)
menganalisis pola perubahan penggunaan lahan di DAS Citarum Hulu dan 2) mengkaji pengaruh
perubahan penggunaan lahan pada karakteristik hidrologi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kualitas Sub DAS Citarum Hulu berdasarkan
analisis tingkat fluktuasi aliran permukaan dan sensitivitas erosi tanah.

Dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa, sub DAS Kopo,Ciwidey, Cibeureum, dan sub DAS
Hilir Nanjung Memiliki tingkat fluktuasi yang tinggi.
Beberapa Sub DAS lainnya seperti Cimahi,Cicadas,Cidurian, meskipun nilai aliran permukaan
diatas 50%, namun karena memiliki saluran sungai yang panjang dengan kemiringan saluran
tidak curam sehingga waktu konsentrasi menjadi agak lambat, maka tingkat fluktuasi memiliki
tingkat yang rendah.
Kondisi morfologi kelerengan yang berbentuk cekungan membentuk karakteristik hidrologinya.
Hujan yang jatuh menjadi lebih cepat terkonsertasi dan dengan drainese yang lambat berpotensi
mengakibatkan terjadinya banjir di Cekungan Bandung
Tingkat Erosi Tanah
Tingkat erosi tanah di tiap sub DAS dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu erosi aktual
dan erosi potensial. Komponen yang diperhitungkan dalam menetapkan tingkat erosivitas ini
antara lain curah hujan, jenis tanah, panjang lereng, kemiringan lereng, dan penggunaan lahan.
Dapat saja suatu lahan mempunyai erosi potensial tinggi, tetapi karena penggunaan
lahannya hutan maka secara erosi aktual adalah rendah. Nilai tingkat erosi tanah yang digunakan
dalam penelitian ini adalah nilai erosi aktual, karena tidak hanya mempertimbangkan komponen
fisik alaminya saja tetapi juga mempertimbangkan komponen penggunaan lahan.

Yang baca langsung;


Erosi aktual adalah kondisi erosi tanah pada suatu lahan dimana penggunaan lahan
sebagai penyebab tinggi atau rendahnya kondisi erosi tanah di daerah tersebut. Sedangkan erosi
potensial adalah kondisi erosi tanpa memperhatikan penggunaan lahannya. Contohnya pada Sub
subDAS Kopo, Cisangkuy, dan Cirasea memiliki nilai erosi potensial yang tinggi, namun erosi
aktual sedang.
Tipologi Kualitas DAS

Dengan mengambil asumsi bahwa tingkat fluktuasi debit aliran dan tingkat erosi tanah
memiliki bobot yang sama. Untuk memudahkan pembagian wilayah studi secara spasial, tipologi
kualitas sub DAS dikelompokkan ke dalam tiga tingkatan yaitu tinggi, sedang dan rendah .
Semakin tinggi tingkat fluktuasi debit aliran dan tingkat erosi tanah, maka kualitas sub DAS
semakin rendah, demikian sebaliknya.
Secara keseluruhan kualitas SubDAS Citarum Hulu pada kategori sedang. Berdasarkan hasil
analisis, dapat dilihat bahwa faktor utama pembentuk kualitas DAS adalah penggunaan lahan.
Konversi tutupan lahan tanpa mempertimbangkan dampak lingkunganjuga dapat menyebabkan
erosi. Penyediaan vegetasi yang memadai dan penghijauan di DAS akanmenurunkan erosi tanah
secara signifikan. pengaturan pemanfaatan lahan sub DAS Citarum Hulu adalah kunci solusi untuk
banjir Citarum.
Penutup

1. Secara keseluruhan fungsi DAS merupakan fungsi kumulatif dariberbagai berbagai


macam faktor yang ada yaitu vegetasi, topografi, tanah dan permukiman. Perubahan pada
salah satu faktor tersebut akan menyebabkan gangguan terhadap ekosistem DAS secara
keseluruhan. Gangguan pada DAS antara lain disebabkan karena adanya tekanan tekanan
pembangunan dan tekanan sosialekonomi masyarakat di dalam kawasanDAS.

2. Tutupan Lahan sub DAS Citarum Hulu hingga tahun 2016 mengalami perubahan yang
didominasi oleh kawasan perkotaan/terbangun, pertanian lahan kering dan perkebunan,
sedangkan luasan hutan primer,sekunder, hutan campuran dan kebun serta lahan sawah
terus menurun
3. Kehadiran manusia sebagai pemanfaat dari lahan tersebut menjadi penentu apakah
kegiatannya dapat memicu bencana yang lebih besar atau mencegah terjadinya bencana.
Dengan mengetahui kualitas lingkungan yang ditinggali, dalam satuan DAS, kegiatan
pembangunan harusnya dapat lebih bijak dalam mengambil keputusan.

4. Fungsi resapan di DAS Citarum Hulu mengalami penurunan yang ditandai dengan
peningkatan luas lahan terbangun dan pengurangan lahan hutan. Muin et al. (2015)
menjelaskan salah satu akibat dari penurunan fungsi resapan adalah peningkatan peluang
kejadian banjir. Banjir selalu terjadi setiap tahun dengan kerugian besar, khususnya di
wilayah yang berdekatan dengan titik suplesi aliran menuju Sungai Citarum. Wilayah-
wilayah yang berpotensi banjir selain merugikan sektor permukiman juga berdampak
pada sektor pertanian. Perubahan penggunaan lahan yang dominan terjadi adalah
deforestrasi luas hutan, ekspansi lahan pertanian berlebih, dan pengembangan lahan
terbangun.

Anda mungkin juga menyukai