Anda di halaman 1dari 3

NAMA : DELLA OKTARINA

NIM : 0502128025031
TUGAS 3 HIDROLOGI LAHAN RAWA GAMBUT

1. Sebutkan tipologi lahan rawa lebak dan jelaskan ?


2. Bagaimana pola hidrologi lahan rawa lebak?
cari dengan kata kunci : typology, swamp land, swamp, hydrology, pola hidrologi, lahan rawa lebak,
tipologi rawa lebak, karakteristik rawa lebak
JAWABAN :

1. Rawa lebak adalah daerah rawa yang tergenang air dengan tinggi muka air >50em sampai 200
em dan lamanya genangan minimal 3 (tiga) bulan sampai hampir setahun, terletak pada daerah
cekungan (depresi) dan terlepas dari pengaruh gerakan pasang surut sungai/laut. Rawa lebak
merupakan wilayah penampungan air (catchment basin) pada suatu kawasan daerah aliran
sungai (DAS).

Rawa lebak merupakan ekosistem yang dinamis, mengalami perubahan dua arah dari sistem
akuatik ke sistem terestrial, dipengaruhi oleh faktor-faktor hidrologi, mutu air, vegetasi, fauna,
kepemilikan dan pemanfaatan.

Berdasarkan karakteristik hidrologi, lahan rawa dibagi dalam tiga zona yaitu: Zona I: pasang
surut payau/salin; zona II : rawa pasang surut air tawar, dan zona III: rawa non pasang surut.
Rawa lebak berada pada zona III dengan kondisi gerakan atau jangkauan pasang pada musim
hujan sangat lemah karena dorongan air hujan dari kawasan hulu sangat kuat, tetapi pada musim
kemarau pasang dari laut dapat menjangkau masuk ke daerah lebak (zona III) karena dorongan
air hujan dari kawasan hulu sangat lemah.

Berdasarkan variasi ketinggian genangan dan lama genangan sehingga rawa lebak dapat
dibagi dalam 3 (tiga) tipe yaitu : (1) lebak dangkal, (2) tengahan, dan (3) dalam atau sangat
dalam (Subagyo, 2006). Lebak dangkal/pematang adalah wilayah yang mempunyai tinggi
genangan < 50 em dengan lama genangan minimal 3 bulan dalam setahun. Wilayahnya
mempunyai hidrotopografi nisbi lebih tinggi dan merupakan wilayah paling dekat dengan
tanggul sungai. Lebak tengahan adalah wilayah yang mempunyai tinggi genangan antara 50-
100 em dengan lama genangan 3-6 bulan dalam setahun. Wilayahnya mempunyai
hidrotopografi lebih rendah dari lebak dangkal dan merupakan wilayah antara lebak dangkal
dengan lebak dalam. Adapun lebak dalam adalah wilayah yang mempunyai tinggi genangan >
100 em dengan lama genangan > 6 bulan dalam setahun. Wilayah yang hidrotopografinya
paling rendah

Penyusunan tipologi rawa dibuat dengan tujuan:


1). Untuk menjelaskan unit-unit ekologi dengan kondisi alami yang homogen,
2). Menyusun unit-unit tersebut dalam suatu sistem untuk membantu penentuan manajemen
sumber daya,
3). Untuk mempermudah inventarisasi dan pemetaan, dan
4). Penyeragaman konsep dan terminologi

2. Lahan rawa lebak memiliki peluang yang besar untuk dikembangkan sebagai lahan-pertanian
melalui pengelolaan yang tepat. Pengelolaan lahan rawa dimaksud adalah upaya merencanakan,
melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi kegiatan pengembangannya. Sedangkan
pengembangan lahan rawa adalah upaya untuk meningkatkan manfaat sumberdaya lahan dan
air yang terdapat di daerah rawa. Oleh sebab itu, lahan rawa harus dikelola dan dimanfaatkan
secara berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat.
Lahan lebak yang berpotensi untuk pertanian diperkirakan seluas 10,19 juta ha dan yang baru
dibuka seluas 1,55 juta ha (15,2%), sedangkan yang dimanfaatkan untuk pertanian sekitar 0,729
juta ha atau baru 7,2%. Dari lahan lebak yang dimanfaatkan untuk pertanian tersebut, yang
ditanami padi sekitar 694.291 ha dan yang ditanami padi 2 kali setahun baru sekitar 62.844 ha.
Dengan demikian masih terdapat areal yang sangat luas yang bisa dimanfatkan untuk produksi
pertanian

Pengelolaan air (hidrologi) merupakan kunci keberhasilan pemanfaatan lahan rawa lebak untuk
pertanian. Laju kenaikan genangan air di lahan rawa lebak umumnya sukar diprediksi karena
besarnya debit air yang dipengaruhi oleh curah hujan di kawasan hulu.

Hidrologi lahan rawa lebak cocok untuk tanaman padi, oleh sebab itu padi merupakan salah
satu komponen utama dalam sistem usaha tani masyarakat lahan rawa lebak. Proses dan
peranan rawa dalam aliran permukaan dapat didefinisikan menjadi dua bagian yaitu (1):
perjalanan dari hujan menjadi aliran lahan kemudian menuju rawa dan (2) proses dari
tampungan rawa dan pengaruhnya menuju ke hilir.

Keadaan hidrologi rawa dengan tepat ditunjukkan oleh hidroperid (hydroperiod) yaitu pola
musiman muka air rawa dan pola itu merupakan ciri khas (signature) hidrologi pada setiap rawa
yang mendeskripsikan naik dan turunnya air permukaan dan air bawah permukaan pada rawa
(Bromberg, 1990; Mitsch & Gosselink, 2015; Reddy & DeLaune, 2008). Hidroperiod ini
merupakan karakteristik rawa yang menggambarkan keluar masuknya air dan ditentukan oleh
volume di luar rawa baik yang alami seperti pola hujan maupun yang buatan seperti penduduk
dan perkembangan pertanian (Bromberg, 1990; Acreman & Holden, 2013) dan dipengaruhi
oleh bentuk fisik daerah rawa tersebut dan oleh kedekatannya dengan sumber air. Monitoring
pada hidroperiod dapat menunjukkan adanya perubahan pada bentang lahan dan sedikit
perubahan pada rawa sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Alwi, M, dan Tapakrisnanto, C. 2017. Potensi dan Karakteristik Lahan Rawa Lebak. IARRD
PRESS

Amal, N. 2021. Analisis Karakteristik Dan Formulasi Rawa Dengan Pendekatan Variabel
Hidrologi Rawa. Info Teknik. Vol 22 (1) Hal 99-116

Mutmainah, D., et, all. 2012. Pola pengelolaan rawa lebak berbasis keterpaduan ekologi-
ekonomi-sosial-budaya untuk pemanfaatan berkelanjutan management scheme of swamp area
dealing with integrated of ecology economy-sociocultural for sustainable utilization. Jurnal
Kebijakan Perikanan. Vol 4 (2). 59-67

Noor, M., et. all. 2019. Sistem Polder untuk Pengembangan Pertanian Berkelanjutan di Lahan
Rawa Lebak. IARRD PRESS

Purwanto, S. 2006. Kebijakan Pengembangan Lahan Rawa Lebak. Prosiding Seminar Nasional
Lahan Rawa

Waluyo, et. all. 2008. Fluktuasi Genangan Air Lahan Rawa Lebak Dan Manfaatnya Bagi
Bidang Pertanian Di Ogan Komering Ilir. Jurnal Hidrosfir Indonesia. Vol 3 (2). 57-66

Anda mungkin juga menyukai