DOSEN PENGAMPU :
HAIKI MART YUPI, S.T., M.T., PH.D.
NIP. 19780608 200501 1 003
OLEH :
STEPHANIE ANGELINA
NIM. 213030501184
Sketsa (gambar) pembagian zone pada bentang lahan rawa berdasarkan pengaruh daya pasang
dan intrusi air laut, sumber Subagyo (2006):
Rawa pasang surut yang berada pada zona I, dipengaruhi oleh pasang harian berupa luapan
air payau atau salin. Oleh karena itu, dikenal sebagai rawa pasang surut air payau atau salin.
Lahan ini terdiri dari fisiografi utama gambut dan marin.
Adapun rawa pasang surut yang berada pada zona-II, dipengaruhi oleh pasang harian air
tawar. Oleh karena itu, lahan ini dikenal sebagai lahan rawa pasang surut air tawar.
Fisiografi utama pada lahan ini adalah aluvial/fluviatil, gambut dan marin.
Sedangkan lahan rawa, lebak berada pada zona-III, tidak dipengaruhi oleh pasang surut
dengan fisiografi utama yaitu aluvial/fluviatil, dan gambut.
3) Karakrakteristik Tanah
Keragaman kelompok tanah yang ada pada lahan rawa pasang surut mengakibatkan
terjadinya variasi karakteristik tanah.
Karakteristik tanah yang ada sangat berhubungan erat dengan
sifat fisik,
sifat kimia maupun
biologi tanah.
Sifat fisik tanah, Karakteristik fisik tanah yang berhubungan erat dengan pengelolaan lahan
rawa untuk pertanian adalah kematangan tanah, permeabilitas, dan kemampuan menyimpan air.
Kematangan tanah, baik mineral maupun gambut, mempengaruhi kemampuan menyimpan air
tanah. Tingkat kematangan dan permeabilitas tanah mineral di kawasan rawa bervariasi,
sementara sifat dan ciri fisik tanah gambut dipengaruhi oleh tingkat dekomposisi. Semakin
matang bahan gambut, porositas dan subsidensinya rendah, namun Bulk Density (BD) dan daya
pegang air tinggi.
Sifat kimia tanah, Karakteristik kimia tanah sangat bervariasi karena dipengaruhi oleh
beberapa faktor, termasuk tipologi lahan. Lahan salin memiliki kandungan garam yang tinggi
akibat air laut, sedangkan lahan sulfat masam memiliki kandungan senyawa pirit dan tingkat
keasaman tinggi. Lahan gambut memiliki kandungan bahan organik dan asam organik yang
tinggi. Karakteristik ini mempengaruhi sifat kimia tanah lainnya. Secara umum, lahan rawa
pasang surut termasuk lahan yang masam dan memiliki tingkat kesuburan rendah, terutama
pada tanah gambut.
Sifat biologi tanah, Mikroorganisme di tanah rawa memegang peranan penting dalam
mengurai bahan organik, mereduksi sulfat dan besi, serta mengoksidasi besi dan pirit. Mereka
terlibat dalam banyak proses kimia, baik sebagai pendekomposisi bahan organik maupun
mereduksi dan mengoksidasi Fe dan sulfat.
Berdasarkan definisi tersebut, maka lahan rawa merupakan lahan yang berada pada daerah
rawa, baik berupa tanah mineral atau tanah gambut.
Berdasarkan pengaruh air pasang surut, lahan rawa dibedakan menjadi:
1) Rawa pasang surut, yaitu lahan yang berada pada zona I dan II, merupakan lahan rawa
yang genangannya dipengaruhi oleh pasang surut (air laut, payau dan air tawar).
2) Rawa lebak, yaitu lahan yang berada pada zona III (rawa non pasang surut).
Untuk memudahkan pengelolaan lahan rawa lebak, dibagi berdasarkan tinggi dan lama
genangan menjadi tiga tipe genangan.
Untuk memudahkan pengelolaan lahan rawa lebak, dibagi berdasarkan tinggi dan lama
genangan menjadi tiga tipe yaitu :
1. Lebak dangkal atau pematang, yaitu lahan rawa yang tinggi genangannya < 50 cm
dengan lama 1- 3 bulan.
2. Lebak tengahan, yaitu lahan rawa yang mempunyai tinggi genangan 50 - 100 cm dengan
lama 3 - 6 bulan.
3. Lebak dalam, yaitu lahan rawa yang mempunyai tinggi genangan > 100 cm dengan lama
6 – 12 bulan.
Menurut Balitra:
Lahan rawa lebak adalah rawa yang dipengaruhi oleh adanya genangan dengan waktu
lamanya genangan > 3 bulan dan tinggi genangan > 50 cm.
Berdasarkan lama dan tingginya genangan daerah rawa lebak di bagi dalam 4 (empat)
tipe, yaitu lebak dangkal, lebak tengahan, lebak dalam dan lebak sangat dalam.
Dalam satu daerah rawa lebak dapat terdiri atas wilayah lebak dangkal sekitar 40-60%,
lebak tengahan 30-50%, dan lebak dalam 10-30% dan lebak sangat dalam antara 5-10%.
Hasil pengamatan Anwar dan Mawardi (20I0, 2011, 2012) menunjukkan bahwa
dinamika tinggi muka air rawa lebak sangat ditentukan pola curah hujan kawasan, baik
daerah rawa lebak, maupun kawasan hulu rawa lebak.
Hal ini menunjukkan bahwa tinggi muka air rawa lebak mengikuti pola curah hujan
kawasan rawa lebak.
Umumnya dinamika tinggi muka air rawa lebak tengahan dan lebak dalam mempunyai
kesamaan pola bila berada dalam satu Sub DAS, sedangkan rawa lebak dangkal dapat
berbeda.
Kualitas air rawa lebak dipengaruhi oleh sumber air yang masuk ke daerah tersebut.
Adanya erosi pada kawasan hulu akan membawa unsur hara pada air yang mengalir ke lahan
rawa lebak, sehingga memperkaya hara pada daerah yang lebih rendah. Kedaan ini juga
berpengaruh terhadap kualitas air kawasan tersebut.
Luas lahan rawa di Indonesia diperkirakan 33 - 34 juta hektar, terbagi atas :
lahan pasang surut seluas 20,13 juta hektar, dan
rawa lebak 13,28 juta ha
yang terbentang luas di sepanjang pantai Sumatera, Kalimantan, dan Irian Jaya, Sulawesi
(Widjaja -Adhi et al., 1992).
Pengertian dari :
Lahan gambut (peatland) adalah hamparan kawasan tanah gambut dengan tata guna
lahan tertentu diatasnya bisa berupa hutan, perkebunan, pertanian, semak belukar dan
lain – lain.
Lahan gambut ada yang masih bersifat alami (hutan), lahan gambut yang mengalami
degradasi, lahan gambut untuk pertanian dan perkebunan.
Lahan gambut tropis (tropical peat land) adalah hamparan kawasan tanah gambut yang
terdapat di daerah tropis.
Hutan rawa gambut (Peat swamp forest) adalah hutan yang terdapat pada kawasan
gambut dengan ekosistem didalamnya (flora, fauna, dan juga kondisi air) termasuk
vegetasi dengan karakteristik khas lahan gambut yang tumbuh diatasnya (tropical peat,
modarate peat, boreal peat).
Hutan rawa gambut tropis (tropical peat swamp forest) adalah hutan rawa gambut yang
terdapat pada lahan gambut di kawasan tropis dengan karakteristik vegetasi dengan
kerapatan yang tinggi, vegetasi (pohon besar) yang terdiri dari berbagai macam variasi
spesies tanaman.
Dan type atau variasi hutan rawa gambut ditunjukan seperti pada gambar di atas (slide
sebelumnya):
Type 1 adalah Riverine Forest (hutan rawa gambut didaerah sekitar tepian sungai) dengan
ketinggian vegetasi (pohon) 15 m – 40 m.
Type 2 adalah Marginal mixed (hutan rawa gambut dengan kondisi vegetasi sedikit bervariasi)
dan dengan ketinggian vegetasi (pohon) 15 m – 50 m.
Type 3 adalah Mixed peat swamp forest (hutan rawa gambut dengan vegetasi yang bervariasi)
dengan ketinggian vegetasi (pohon) 10 m – 55 m.
Type 4 adalah transition pole (hutan rawa gambut dengan pepohonan yang sudah mengalami
transisi/perubahan). Ketinggian vegetasinya < 40 m.
Note:
Dari gambar yang sudah ditunjukkan, menyatakan bahwa pada hutan rawa gambut (peat swamp
forest) dari tepian sungai sampai menuju kubah gambut (peat dome) kondisi vegetasi (pohon)
semakin mengecil atau dengan kata lain, semakin ketengah pohonnya semakin kecil.
Type 5 dan Type 6 adalah low pole (hutan rawa gambut dengan kondisi vegetasi yang rendah).
Ketinggian vegetasinya adalah < 18 m
Lahan gambut dibagi menjadi empat (4) tipe berdasarkan kedalamannya, yaitu:
1) Lahan gambut dangkal, yaitu lahan dengan ketebalan gambut 50 – 100 cm,
2) Lahan gambut sedang, yaitu lahan dengan ketebalan gambut 100 – 200 cm,
3) Lahan gambut dalam, yaitu lahan dengan ketebalan gambut 200 – 300 cm dan
4) Lahan gambut sangat dalam, yaitu lahan dengan ketebalan gambut lebih dari 300 cm
5) Dalam Najiyati et al. (1997)
Berdasarkan tingkat kematangan, tanah gambut dapat dibedakan atas tiga (3) macam, yaitu :
1) Fibrik yaitu tanah gambut dengan bahan organik yang sudah terdekomposisi, yang
memiliki serat sebanyak 2/3 volume.
Porositas tinggi, daya memegang air tinggi,
2) Hemik yaitu tanah gambut dengan bahan organik yang memiliki tingkat kematangan
antara fibrik dan saprik dengan kandungan seratnya 1/3 – 2/3 volume,
3) Saprik yaitu tanah gambut dengan sebagain besar bahan organik telah mengalami
dekomposisi yang memiliki serat kurang dari 1/3 dengan bobot isi yang lebih besar dari
fabrik.
Untuk membedakan ketiga tingkat kematangan gambut tersebut salah satu caranya yaitu dengan
mengamati warna tanah.
Tanah gambut fabrik berwarna hitam muda,
Tanah gambut hemik hitam agak gelap, dan
Tanah gambut saprik berwarna hitam gelap