PAPER
Mata kuliah problematika agroekosistem
Dosen pengampu : Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P.
Selasa, 22 November 2016
Disusun Oleh :
Hutami Rusbadillah 20150210074
Muhammad Widin 20150210078
Herdian Ageng Sadewa 201502100
Irfan Aris 20150210083
Muhammad Burhanuddin I. 20150210114
0
I. Pendahuluan
1
II. Pembahasan
2
oleh proses pedogenik beupa endapan liat, debu, dan sebagian pasir yang berupa
alluvial sungai atau marin (laut). Sedangkan tanah gambut terbentuk oleh adanya
proses geogenik berupa akumulasi (pasisa-sisa tanaman baik yang sudah mati baik
terdekomposisi (matang) maupun belum terdekomposisi (mentah). Dua jenis
tanah ini mempunyai sifat fisik, kimia, maupun biologi yang berbeda sehingga
mempunyai potensi yang berbeda. Sifat- sifat tanah yang berbeda tersebut
diantaranya adalah kadar bahan organik, kadar air, kapasitas tukar kation,
kejenuhan basa, dan ketersediaan hara bagi tanaman (Noor dan Raahman, 2001).
B. Terbentuknya Rawa Pasang Surut Air Laut
Rawa zona A terbentuk dikarenakan terjadinya pasang air laut yang
melalui muara dan meluas disekiataran hingga air menggenangi cekungan yang
berada di daerah pinggiran sungai dan muara. Pada bagian teluk yang terlindung
dari hantaman ombak langsung atau di bagian pantai yang terlindung gosong pasir
(sand spits) pada bagian paling depan terdapat dataran lumpur disebut tidal flats
yang terbenam air laut sewaktu laut pasang dan muncul sebagai daratan sewaktu
air surut. Pada bagian daratan yang sedikit lebih tinggi letaknya yang sebagian
atau seluruhnya masih digenangi air pasang disebut tidal marsh (rawa pasang
surut) atau salt marsh (rawa dipengaruhi air garam) (Subagyo, 2006).
Panjang wilayah zona A pasang surut air laut masuk ke arah hulu dari
muara sungai dipengaruhi dari bentuk estuari atau teluk. Pada bagian muara
sungai yang melebar berbentuk V ke arah laut akan terjadinya pasang dan surut air
laut. Jika bentuk estuari lebar dan lurus pengaruh air asin/salin dapat mencapai
sekitar 10-20 km dari muara sungai besar. Namun, apabila muara sempit dan
sungai berkelok, pengaruh air asin/salin hanya mencapai jarak 5-10 km dari muara
sungai. Sementara dari laut ke arah daratan pulau delta atau pinggiran sungai jarak
masuknya air pasang dapat mencapai sekitar 4-5 km (Subagyo, 2006).
Contoh lahan rawa zona A yang berada di Indonesia seperti daerah hutan
mangrove di Kulonprogo, rawa gambut di Ujung Pandaran, Kalimantan Tengah,
muara Mentaya, Sampit, rawa asam, Belitung Timur, rawa pasang surut di daerah
pantai utara jawa dan hutan gambut di daerah sumatra selatan.
3
Gambar 1. Pembagian zona lahan rawa di sepanjang daerah aliran sungai
(DAS) bagian bawah dan tengah. Sumber gambar : Subagyo, 2006
C. Fungsi Rawa Pasang Surut Air Laut (Zona A)
Wilayah rawa zona A terdapat fungsi dalam agroekosistem yang cocok
untuk daerah rawa air asin atau payau. Fungsi rawa pasang surut air laut antara
lain sebagai hutan mangrove dan hutan gambut.
1. Hutan Mangrove
Daerah di belakang laguna atau pesisir laut merupakan daerah yang
dapat ditumbuhi tanaman bakau atau mangrove (Rhizophora sp., Bruguiera
sp.) yang masih dipengaruhi pasang suru air laut. Lebar daerah hutan bakau
dari garis pantai hingga daratan mencapai 1,5 2 km (Subagyo, 2006). Proses
terbentuknya lahan hutan mangrove dimulai dengan pembentukan endapan
dari beberapa material seperti lumpur, sampah organik dan sisa-sisa vegetasi
yang secara akumulatif membentuk sebuah dangkalan yang nantinya akan
semakin meluas seiring waktu dan menjadi tempat tumbuhnya tumbuhan
bakau jenis Avicennia alba dan Rhizophora apiculata. Dengan bertambahnya
4
usia kwalitas tanah juga berubah sehingga jenis tumbuhan yang tadinya
tumbuh pertama kali tidak lagi bisa berkembang, namun sebaliknya memicu
tumbuhan baru untuk muncul. Hutan mangrove merupakan jenis hutan
heterogen. Proses pembentukan hutan mangrove secara alami membutuhkan
waktu yang lama, akan tetapi hutan mangrove dapat terbentuk dengan cara
melakukan konservasi mangrove pada lahan rawa tepi pantai (Pongo, 2011).
Hutan mangrove memiliki beberapa fungsi seperti :
a) Hutan mangrove menjadi habitat berbagai jenis satwa seperti blekok
Asia Limnodrumus semipalmatus, bangau wilwo Mycteria cinerea,
bubut hitam (Centropus nigroruf), dan bangau tongtong (Leptoptilos
javanicu), udang-udangan (Crustacea) dan ikan air payau seperti
bandeng (Chanos chanos), kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus),
ikan kakap putih (Barramundi) dan lain-lain.
5
hutan mangrove bahkan membantu proses penambatan racun secara
aktif
2. Hutan Gambut
Lahan gambut merupakan bentang lahan yang tersusun oleh tanah
hasil dekomposisi tidak sempurna dari vegetasi pepohonan yang tergenang air
sehingga kondisinya anaerobik. Material organik tersebut terus menumpuk
dalam waktu lama sehingga membentuk lapisan-lapisan dengan ketebalan
lebih dari 50 cm. Hutan gambut mempunyai kemampuan menyimpan karbon
dalam jumlah yang besar. Karbon tersimpan mulai dari permukaan hingga di
dalam dalam tanah, mengingat kedalamannya bisa mencapai lebih dari 10
meter. Tanah gambut memiliki kemampuan menyimpan air hingga 13 kali
dari bobotnya (Subagyo, 2006).
Lahan gambut terbentuk akibat endapan bahan organik seperti batang
dan kayu yang terbawa dari sungai yang akhirnya mengendap di rawa.
Penumpukan bahan organik dikarenakan pergerakan gelombang pasang yang
membawa material tersebut. Bahan organik yang terendam dalam air asin
atau payau sulit untuk terdekompoisi. Selanjutnya secara perlahan-lahan akan
terjadi akumulasi bahan organik, sehingga lama-kelamaan akan terus
menumpuk hingga memiliki ketebalan tertentu (Widjaja-Adhi et al, 2000:
Subagyo, 2006).
Berdasarkan tingkat dekomposisinya dan bahan materi induknya,
gambut dibedakan menjadi 3, yaitu;
6
a) Gambut Endapan (campuran air, rumputan air, plankton)
Gambut endapan biasanya diakumulasikan di perairan, dan pada
umumnya dijumpai di bagian bawah dari suatu profil organik. Kadang-
kadang tercampur dengan gambut lain yang lebih dekat ke permukaan.
Gambut endapan dibentuk dari bahan tanaman yang mudah
dihumifikasikan. Mengingat sifat dari jaringan asal dan macam pelapukan,
maka terbentuk bahan sangat koloidal, padat dan bersifat seperti karet;
kapasitas kelembabannya tinggi, antara empat hingga lima kali bobot
keringnya. Air yang diisap secara demikian diikat secara kuat dan dengan
demikian gambut jenis ini sangat lambat mengering. Bila terjadi
kekeringan kemampuan menghisap air sangat lambat dan tetap keras
berada dalam bentuk bongkah yang kuat.
7
mengandung campuran bahan-bahan berserat. Gambut ini kapasitas
menahan airnya lebih rendah dari gambut berserat.
Beberapa fungsi dari lahan rawa gambut adalah sebagai beriut :
a) Mitigasi banjir dan kekeringan di wilayah hilir. Gambut memiliki
porositas yang tinggi sehingga mempunyai daya serap air yang sangat
besar. Menurut jenisnya, gambut saprik, hemik, dan fibrik dapat
menampung air berturut-turut sebesar 451% (empat ratus lima puluh satu
per seratus), 450-850% (empat ratus lima puluh hingga delapan ratus
lima puluh per seratus), dan lebih dari 850% (delapan ratus lima puluh
per seratus) dari bobot keringnya atau hingga 90% (sembilan puluh per
seratus) dari volumenya. Karena sifatnya itu, gambut memiliki
kemampuan sebagai penambat (reservoir ) air tawar yang cukup besar
sehingga dapat menahan banjir saat musim hujan dan sebaliknya
melepaskan air tersebut pada musim kemarau.
c) Rawa gambut menyediakan sumber alam yang luar biasa. Tidak kurang
dari 300 (tiga ratus) jenis tumbuhan telah tercatat di hutan rawa gambut
Sumatera. Di Taman Nasional Berbak Jambi, misalnya kawasan ini
merupakan pelabuhan bagi keanekaragaman genetis dan ekologis dataran
rendah pesisir di Sumatera. Sejauh ini telah tercatat tidak kurang dari 260
(dua ratus enam puluh) jenis tumbuhan (termasuk 150 jenis pohon dan 23
jenis palem), sejauh ini merupakan jumlah jenis terbanyak yang pernah
diketahui (Cecep, 2016).
III. KESIMPULAN
8
Lahan rawa zona A merupakan suatu daerah yang tergenang air dalam
kurun waktu tertenti yang berada disekitar pantai. Rawa zona A dipengaruhi
pasang surut air laut langsung atau melalui muara sungai, sehingga ainya terasa
asin. Pada daerah rawa zona A memiliki agroekosistem seperti hutan bakau dan
gambut serta memiliki ekosistem yang khas. Wilayah Rawa pasang surut di
Indonesia sangat luas, seperti lahan gambut di pesisir sumatra selatan, hutan
mangrove di pesisir pulau jawa dan papua serta rawa-rawa di daerah kalimantan.
Daftar Pustaka
9
10