PAPER
OLEH :
LA B O R A T O R I U M A G R O K L I M A T O L O G I
P R OGRAM STUD I AGR OE K OTE KN OLO GI
F A K U L T A S P E R T A N I A N
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2016
HUBUNGAN CURAH HUJAN TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN
TEMBAKAU ( Nicotiana tabacum L. )
PAPER
OLEH :
Paper Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memenuhi Komponen Penilaian di
Laboratorium Agroklimatologi Pertanian Program Studi Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Ditugaskan Oleh :
Dosen Penanggung Jawab Praktikum
LA B O R A T O R I U M A G R O K L I M A T O L O G I
P R OGRAM STUD I AGR OE K OTE KN OLO GI
F A K U L T A S P E R T A N I A N
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2016
JUDUL : HUBUNGAN CURAH HUJAN TERHADAP PRODUKSI
TANAMAN TEMBAKAU (Nicotiana tabacum L.)
NAMA : DONY PRATAMA
NIM : 160301105
GROUP : AGROEKOTEKNOLOGI II B
Diketahui Oleh :
Asisten Koordinator
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan penulis kesempatan hingga dapat menyelesaikan paper ini tepat
pada waktunya.
Adapun judul paper ini adalah “ Hubungan Antara Curah Hujan
Terhadap Pertumbuhan Tanaman Tembakau ( Nicotiana tabacum L. ) “ yang
merupakan salah satu syarat untuk memenuhi komponen penilaian di
Laboratorium Agroklimatologi Program Studi Agroekoteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen mata
kuliah Agroklimatologi Pertanian yaitu: Dra. Ir. Chairani Hanum, MP.,
Dr. Ir. Nini Rahmawati , Dr. Ir. Yahya Hasanah , Ir. Lisa Mawarni, MP.,
Ir. Irsal, MP., Ir. Irmansyah, MP., serta kepada abang dan kakak asisten
Laboratorium Agroklimatologi Program Studi Agroekoteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh dari sempurna, maka dari
itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan di masa yang akan
datang. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga paper ini dapat
bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang...............................................................................1
Tujuan Penulisan...........................................................................2
Kegunaan Penulisan......................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Tembakau ( Nicotiana tabacum L. ) ...........3
Syarat Tumbuh............................................................................4
Iklim................................................................................4
Tanah...............................................................................5
HUBUNGAN ANTARA CURAH HUJAN TERHADAP PERTUMBUHAN
TANAMAN TEMBAKAU ( Nicotiana tabacum L. )
Pengertian Curah Hujan....................................................................................7
Defenisi Tanaman Tembakau ( Nicotiana tabacum L. ) ..............................8
Hubungan Curah Hujan Dengan Pertanian....................................................9
Faktor Yang Memepengaruhi Curah Hujan...................................................10
Hubungan Curah Hujan Terhadap Tanaman Tembakau
( Nicotiana tabacum L. ) ................................................................................12
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tembakau merupakan salah satu komoditas non migas yang penting di
Indonesia karena sebagai sumber devisa dan pendapatan negara dalam aktivitas
ekonomi dan cukup banyak menyerap tenaga kerja. Indonesia merupakan salah
satu penghasil tembakau dengan mutu yang terbaik. Salah satu tembakau yang
terkenal di pasar global adalah tembakau Deli yang merupakan komoditas daerah
Sumatera Utara. Mengingat bahwa tembakau Deli merupakan komoditi yang di
ekspor secara tetap dan merupakan sumber devisa Negara. (Departemen
Pertanian, 2008) Produksi pertanian sangat tergantung pada empat faktor
utama yaitu : keadaan tanaman, keadaan tanah, iklim dan kecerdasan manusia
(petani). Keadaan tanah dan tanaman sampai pada batas tertentu dapat diubah dan
dikuasai oleh manusia, sedangkan iklim adalah faktor alami tidak dapat diubah
dan sangat sukar ditanggulangi karena sangat fluktuatif dan melibatkan banyak
aspek yang majemuk didalamnya (Indriani, 2011).
Kebutuhan air minimal tanaman tembakau adalah sebesar
volume yang dipakai untuk evapotranspirasi tanaman tembakau selama
pertumbuhan (umur sekitar 120 hari). Hal ini terkait dengan penguapan
(evapotranspirasi) tanaman tembakau sekitar 1,5 −2 ,0 mm/hari pada umur 0−2
minggu; 3,5−4,0 mm/hari (2−7 minggu); 5,0−6,0 mm/hari (7−10 minggu);
4,5−5,0 mm/hari. (10−14 minggu); dan 3,5−4,0 mm/hari (14−17 minggu).
Kebutuhan air tanaman tembakau dapat dipenuhi dari air hujan atau air irigasi.
Namun demikian curah hujan merupakan faktor yang menentukan hasil dan mutu
tembakau. Curah hujan pada awal pertumbuhan sangat dibutuhkan, namun apabila
curah hujan berlebih menyebabkan lengas tanah tinggi, perakarantanaman busuk
dan berakibat kematian tanaman tembakau. Apabila curah hujan berlebih pada
fase pemasakan daun dan saat panen akan menyebabkan mutu tembakau turun
(Sholeh, 2012). Tanaman tembakau
juga sangat tergantung dengan air. Masalah air sangat berperan penting dalam
pertumbuhan tanaman tembakau. Curah hujan yang dibutuhkan antara tembakau
yang satu dengan yang lainnya tidak sama. Misalnya tembakau Deli menghendaki
curah hujan berkisar antara 1500 – 2000 mm/tahun. Artinya untuk setiap tahunnya
areal daerah tembakau harus dapat mendapatkan siram air hujan sebanyak 1500 –
2000 mm. Untuk pengelolahan tembakau cerutu mulai pengolahan tanah sampai
pemetikan daun yang diinginkan dibutuhkan 4 bulan kering. Jenis tembakau
cerutu biasanya dipetik pada waktu musim hujan sedang pengolahan tanah dan
penanamannya di usahakan padawaktu musim kemarau (Simbolon, 2007).
Menurut penelitian yang dilakukan
oleh Nofria Maulidiana (2008) di PT. Perkebunan Nusantara II kebun Helvetia,
ruang lingkup permasalahan sistem budidaya tembakau Deli yang
diidentifikasikan terdiri atas adanya pengembangan kota yang terus mengurangi
ketersediaan faktor produksi di kawasan Helvetia, faktor iklim yang semakin sulit
diprediksi, penurunan kesuburan tanah dan pengolahan tanah yang tidak
sempurna. Kondisi iklim terutama curah hujan, baik jumlah dan penyebarannya
sangat beragam sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan, produksi, dan mutu
tembakau. Hujan yang tidak menentu merupakan masalah dalam perencanaan
pengelolaan tanaman tembakau, terutama pada tanah-tanah berat seperti vertisol.
Pada tanah berat apabila drainase tidak baik, adanya hujan akan menggenangi
lahan. Genangan air di sekitar perakaran tembakau akan menyebabkan tanaman
layu, karena akar tanaman mengalami kerusakan. (Sholeh, 2012)
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah untuk mempelajari
pengaruh curah hujan dan hari hujan terhadap produksi tanaman tembakau
(Nicotiana tabacum L.).
Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan penulisan paper ini adalah sebagai salah satu syarat
untuk memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Agroklimatologi Program
Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Tembakau termasuk golongan tanaman semusim, dalam dunia pertanian
tergolong dalam tanaman perkebunan. Tembakau diklasifikasikan sebagai berikut
kingdom Plantae divisi Spermatophyta dengan subdivisi Angiospermae dengan
kelas Dicotyledoneae. Tanaman tembakau memiliki ordo Solanales dengan famili
Solanaceae serta memiliki genus Nicotiana dengan spesies Nicotiana tabacum L.
(Steenis, 2007).
Tanaman tembakau merupakan tanaman berakar tunggang yang tumbuh
tegak lurus ke pusat bumi. Akar tunggangnya dapat menembus tanah sampai
kedalaman 5 cm, sedangkan akar serabutnya ke samping. Selain itu, tanaman
tembakau juga memiliki bulu bulu akar. Perakaran akan berkembang baik jika
tanahnya gembur, mudah menyerap air, dan subur (Hanum,2013).
Batang tanaman tembakau berbentuk agak bulat, batangnya agak lunak
tetapi kuat, makin ke ujung semakin kecil. Ruas-ruas batang mengalami
penebalan yang ditumbuhi daun, batang tanaman tidak bercabang atau sedikit
bercabang. Pada setiap ruas batang selain ditumbuhi daun juga ditumbuhi tunas
yang disebut tunas ketiak daun. Diameter batang sekitar 5 cm. Fungsi batang
selain sebagai tempat tumbuh daun dan organ-organ lainnya juga untuk jalan
pengangkutan zat hara (makanan) dari akar ke daun dan sebagai jalan
menyalurkan zat asimilasi keseluruh bagian tanaman (Gunawan, 2004).
Daun tembakau berbentuk lonjong atau
bulat, tergantung pada varietasnya. Daun yang berbentuk bulat lonjong ujungnya
berbulat runcing, sedangkan berbentuk bulat ujungnya berbentuk tumpul. Daun
memiliki tulang-tulang menyirip, bagian tepi daun agak bergelombang dan licin.
Ketebalan daun yang berbeda-beda, tergantung varietas budidaya. Daun tumbuh
berselang-seling mengelilingi batang tanaman. Daun memiliki mulut daun yang
terletak merata. Jumlah daun dalam satu tanaman 28-32 helai (Cahyono, 2008).
Bunga tembakau termasuk bunga majemuk yang berbentuk seperti
terompet, benang sari berjumlah lima buah, warna bunga dalam satu helai ada
yang kemerah-merahan dan putih . Bunga tembakau akan mekar secara berurutan
dari yang paling tua ke paling muda. Tanaman tembakau dapat mengadakan
penyerbukan sendiri walaupun tidak menutup kemungkinan terjadi penyerbukan
silang. Bunga ini berfungsi sebagai alat penyerbukan sehingga dapat dihasilkan
biji-biji untuk perkembangbiakan (Budiarto, 2007).
Bakal buah terdapat pada bagian dasar bunga, biji-bijinya sangat kecil,
dengan jumlah mencapai ribuan perbatang, sehingga untuk kebutuhan pembibitan
tidak kesulitan. Benih tembakau dapat dihasilkan dari kebun sendiri, dengan
memelihara bunga hingga berbuah sampai tua untuk keperluan penanaman pada
musim berikutnya (Matnawi, 2007).
Buah tembakau berbentuk bulat lonjong dan berukuran kecil, didalamnya
banyak berisi biji yang bobotnya sangat ringan. Biji tembakau yang belum
melewati masa dorman tidak dapat berkecambah apabila disemaikan. Untuk dapat
memperoleh kecambah yang baik sekitar 95 % biji yang dipetik harus sudah
masak dan telah disimpan dengan baik dengan suhu yang kering (Cahyono, 2008).
Syarat Tumbuh
Iklim
Iklim adalah salah satu sumber daya alam yang sangat penting dalam
kegiatan pertanian, termasuk tanaman tembakau. Defisit air diatas 500 mm per
tahun dapat mengurangi produktivitas hingga 70% kecuali jika diberi irigasi.
Curah hujan yang memadai (diatas 5 mm) per hari hujan merata sepanjang
pertumbuhan dan kering selama 2-3 bulan sebelum tebang adalah tempat yang
paling cocok untuk tembakau (Hakim, 2010).
Hujan yang ada di Indonesia semakin ke timur semakin
berkurang baik jumlah maupun distribusinya. Panjang musim hujan di Indonesia
bervariasai antara 10 – 110 hari atau 640 - 4115 mm, sedangkan panjang musim
kemarau antara 50 - 350 hari. Daerah lombok memiliki musim kemarau
terpanjang 300 - 350 hari, sedangkan yang terpendek daerah Jawa Barat basian
selatan (Boer, 2013). Tanaman tembakau merupakan jenis tanaman
spesifik lokasi. Keadaan temperatur dan kelembaban udara berbeda-beda sesuai
dengan jenis tanaman tembakau. Tembakau dataran tinggi memerlukan temperatur
udara yang rendah. Tembakau dataran rendah memerlukan temperatur yang tinggi
namun temperature yang cocok untuk pertumbuhan tembakau pada umumnya
berkisar antara 21 - 2,30C. (Nasution, 2008).
Penyinaran cahaya matahari sangat diperlukan tanaman ini dalam proses
fotosintesis untuk menghasilkan bagian vegetatif (batang, daun, cabang, dan
perakaran), generatif (bunga, buah dan biji). Kurangnya penyinaran matahari
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan produksi (Sudaryono, 2004).
Suhu juga sangat berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Suhu
berpengaruh terhadap tanaman tembakau terutama pada masa pembibitan dan
masa menjelang panen. Menurut Gunawan (2004) pada masa perkecambahan
suhu optimal antara 23,90C- 26,70C perkecambahan dan pertumbuhan lambat
sekali, demikian juga apabila suhu diatas 350C akan mematikan benih di
persemaian. Suhu juga berpengaruh terhadap waktu panen tembakau. Tembakau
mulai dipanen umur 100-120 hari dann pada suhu rata-rata 26,70C dapat dipanen
pada umur 80-90 hari sesudah tanam.
Tanah
Tanaman tembakau memiliki sistem perakaran yang relatif dangkal,
namun sangat peka terhadap drainase yang kurang baik, sehingga persediaan air
yang cukup didalam tanah sangat diperlukan. Tanaman tembakau dapat tumbuh
baik pada pH 5,5 – 6,5 pada umumnya tanah yang mudah meluluskan air lebih
sesuai untuk pertanaman tembakau, namun tanah tersebut harus mempunyai
kapasitas menahan air yang cukup (Gunawan, 2004).
Jenis tanah yang cocok untuk tembakau deli adalah Andisol
atau Inceptisol berkadar humus tinggi Tipe tanah yang berstruktur remah, sedikit
berpori dengan aerasi yang baik lebih cocok untuk pertumbuhan tembakau deli.
Dengan tipe tanah semacam ini ada harapan besar untuk mendapatkan hasil daun
yang tipis, elastis dan warna krosok lebih cerah (Anggraini, 2009).
Pada dasarnya tembakau menghendaki tanah yang subur
dan gembur serta mengandung humus yang cukup. Selanjutnya tanah diusahakan
agar tidak cepat menjadi kering jika beberapa waktu tidak ada hujan. Sebaliknya
tanah juga diusahakan tidak terlalu basah apabila beberapa kali ada hujan lebat
karena pada keadaan demikian tanaman tembakau tidak akan tahan (Gunawan,
2004). Suhu tanah bervariasi secara berkelanjutan. Di permukaan
tanah, pada malam hari panas yang telah hilang menghasilkan suhu yang menurun
mencapai titik minimum dan ketika ada matahari suhu tanah yang minimum
tersebut meningkat. Dengan bantuan sinar matahari, tanah memulai menyimpan
energi yang kemudian menghilang, disebabkan suhu meningkat. Proses tersebut
akan terus berkelanjutan hingga sore hari atau intensitas radiasi yang mengalami
kemunduran disebabkan karena jumlah energi yang diterima menurun hingga
hilang sama sekali dari permukaan tanah (hausenbuiller,2012).
Suhu tanah yang rendah dapat mempengaruhi
penyerapan air dari pertumbuhan tumbuhan tembakau. Jika suhu tanah rendah,
kecil kemungkinan terjadi transpirasi, dan dapat mengakibatkan tumbuhan
mengalami dehidrasi atau kekurangan air. Pengaruh dari suhu tanah pada proses
penyerapan bisa dilihat dari hasil perubahan viskositas air, kemampuan menyerap
dari membran sel, dan aktivitas fisiologi dari sel-sel akar itu sendiri. Dengan kata
lain pada keadaan udara yang panas maka evaporasi air dari permukaan tanah
akan semakin besar. (Tisdale and Nelson, 2006).
HUBUNGAN ANTARA CURAH HUJAN TERHADAP PERTUMBUHAN
KESIMPULAN