Anda di halaman 1dari 20

HUBUNGAN CURAH HUJAN TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN

TEMBAKAU ( Nicotiana tabacum L. )

PAPER

OLEH :

DONY PRATAMA / 160301105


AGROEKOTEKNOLOGI II B

LA B O R A T O R I U M A G R O K L I M A T O L O G I
P R OGRAM STUD I AGR OE K OTE KN OLO GI
F A K U L T A S P E R T A N I A N
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2016
HUBUNGAN CURAH HUJAN TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN
TEMBAKAU ( Nicotiana tabacum L. )

PAPER

OLEH :

DONY PRATAMA / 160301105


AGROEKOTEKNOLOGI II B

Paper Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memenuhi Komponen Penilaian di
Laboratorium Agroklimatologi Pertanian Program Studi Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Ditugaskan Oleh :
Dosen Penanggung Jawab Praktikum

( Dra. Ir. Chairani Hanum, MP. )


NIP : 196108311988032004

LA B O R A T O R I U M A G R O K L I M A T O L O G I
P R OGRAM STUD I AGR OE K OTE KN OLO GI
F A K U L T A S P E R T A N I A N
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2016
JUDUL : HUBUNGAN CURAH HUJAN TERHADAP PRODUKSI
TANAMAN TEMBAKAU (Nicotiana tabacum L.)
NAMA : DONY PRATAMA
NIM : 160301105
GROUP : AGROEKOTEKNOLOGI II B

Diketahui Oleh :
Asisten Koordinator

( Muhammad Ridho Catur Prasetya )


NIM:130301279

Diperiksa Oleh : Diperiksa Oleh :


Asisten Korektor I Asisten Korektor II

( Tapi Mutia Ariani Lubis ) ( Muhammad Ridho Adha )


NIM: 130301274 NIM: 140301186
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan penulis kesempatan hingga dapat menyelesaikan paper ini tepat
pada waktunya.
Adapun judul paper ini adalah “ Hubungan Antara Curah Hujan
Terhadap Pertumbuhan Tanaman Tembakau ( Nicotiana tabacum L. ) “ yang
merupakan salah satu syarat untuk memenuhi komponen penilaian di
Laboratorium Agroklimatologi Program Studi Agroekoteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen mata
kuliah Agroklimatologi Pertanian yaitu: Dra. Ir. Chairani Hanum, MP.,
Dr. Ir. Nini Rahmawati , Dr. Ir. Yahya Hasanah , Ir. Lisa Mawarni, MP.,
Ir. Irsal, MP., Ir. Irmansyah, MP., serta kepada abang dan kakak asisten
Laboratorium Agroklimatologi Program Studi Agroekoteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh dari sempurna, maka dari
itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan di masa yang akan
datang. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga paper ini dapat
bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Medan, November 2016

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang...............................................................................1
Tujuan Penulisan...........................................................................2
Kegunaan Penulisan......................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Tembakau ( Nicotiana tabacum L. ) ...........3
Syarat Tumbuh............................................................................4
Iklim................................................................................4
Tanah...............................................................................5
HUBUNGAN ANTARA CURAH HUJAN TERHADAP PERTUMBUHAN
TANAMAN TEMBAKAU ( Nicotiana tabacum L. )
Pengertian Curah Hujan....................................................................................7
Defenisi Tanaman Tembakau ( Nicotiana tabacum L. ) ..............................8
Hubungan Curah Hujan Dengan Pertanian....................................................9
Faktor Yang Memepengaruhi Curah Hujan...................................................10
Hubungan Curah Hujan Terhadap Tanaman Tembakau
( Nicotiana tabacum L. ) ................................................................................12
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tembakau merupakan salah satu komoditas non migas yang penting di
Indonesia karena sebagai sumber devisa dan pendapatan negara dalam aktivitas
ekonomi dan cukup banyak menyerap tenaga kerja. Indonesia merupakan salah
satu penghasil tembakau dengan mutu yang terbaik. Salah satu tembakau yang
terkenal di pasar global adalah tembakau Deli yang merupakan komoditas daerah
Sumatera Utara. Mengingat bahwa tembakau Deli merupakan komoditi yang di
ekspor secara tetap dan merupakan sumber devisa Negara. (Departemen
Pertanian, 2008) Produksi pertanian sangat tergantung pada empat faktor
utama yaitu : keadaan tanaman, keadaan tanah, iklim dan kecerdasan manusia
(petani). Keadaan tanah dan tanaman sampai pada batas tertentu dapat diubah dan
dikuasai oleh manusia, sedangkan iklim adalah faktor alami tidak dapat diubah
dan sangat sukar ditanggulangi karena sangat fluktuatif dan melibatkan banyak
aspek yang majemuk didalamnya (Indriani, 2011).
Kebutuhan air minimal tanaman tembakau adalah sebesar
volume yang dipakai untuk evapotranspirasi tanaman tembakau selama
pertumbuhan (umur sekitar 120 hari). Hal ini terkait dengan penguapan
(evapotranspirasi) tanaman tembakau sekitar 1,5 −2 ,0 mm/hari pada umur 0−2
minggu; 3,5−4,0 mm/hari (2−7 minggu); 5,0−6,0 mm/hari (7−10 minggu);
4,5−5,0 mm/hari. (10−14 minggu); dan 3,5−4,0 mm/hari (14−17 minggu).
Kebutuhan air tanaman tembakau dapat dipenuhi dari air hujan atau air irigasi.
Namun demikian curah hujan merupakan faktor yang menentukan hasil dan mutu
tembakau. Curah hujan pada awal pertumbuhan sangat dibutuhkan, namun apabila
curah hujan berlebih menyebabkan lengas tanah tinggi, perakarantanaman busuk
dan berakibat kematian tanaman tembakau. Apabila curah hujan berlebih pada
fase pemasakan daun dan saat panen akan menyebabkan mutu tembakau turun
(Sholeh, 2012). Tanaman tembakau
juga sangat tergantung dengan air. Masalah air sangat berperan penting dalam
pertumbuhan tanaman tembakau. Curah hujan yang dibutuhkan antara tembakau
yang satu dengan yang lainnya tidak sama. Misalnya tembakau Deli menghendaki
curah hujan berkisar antara 1500 – 2000 mm/tahun. Artinya untuk setiap tahunnya
areal daerah tembakau harus dapat mendapatkan siram air hujan sebanyak 1500 –
2000 mm. Untuk pengelolahan tembakau cerutu mulai pengolahan tanah sampai
pemetikan daun yang diinginkan dibutuhkan 4 bulan kering. Jenis tembakau
cerutu biasanya dipetik pada waktu musim hujan sedang pengolahan tanah dan
penanamannya di usahakan padawaktu musim kemarau (Simbolon, 2007).
Menurut penelitian yang dilakukan
oleh Nofria Maulidiana (2008) di PT. Perkebunan Nusantara II kebun Helvetia,
ruang lingkup permasalahan sistem budidaya tembakau Deli yang
diidentifikasikan terdiri atas adanya pengembangan kota yang terus mengurangi
ketersediaan faktor produksi di kawasan Helvetia, faktor iklim yang semakin sulit
diprediksi, penurunan kesuburan tanah dan pengolahan tanah yang tidak
sempurna. Kondisi iklim terutama curah hujan, baik jumlah dan penyebarannya
sangat beragam sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan, produksi, dan mutu
tembakau. Hujan yang tidak menentu merupakan masalah dalam perencanaan
pengelolaan tanaman tembakau, terutama pada tanah-tanah berat seperti vertisol.
Pada tanah berat apabila drainase tidak baik, adanya hujan akan menggenangi
lahan. Genangan air di sekitar perakaran tembakau akan menyebabkan tanaman
layu, karena akar tanaman mengalami kerusakan. (Sholeh, 2012)

Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah untuk mempelajari
pengaruh curah hujan dan hari hujan terhadap produksi tanaman tembakau
(Nicotiana tabacum L.).

Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan penulisan paper ini adalah sebagai salah satu syarat
untuk memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Agroklimatologi Program
Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman
Tembakau termasuk golongan tanaman semusim, dalam dunia pertanian
tergolong dalam tanaman perkebunan. Tembakau diklasifikasikan sebagai berikut
kingdom Plantae divisi Spermatophyta dengan subdivisi Angiospermae dengan
kelas Dicotyledoneae. Tanaman tembakau memiliki ordo Solanales dengan famili
Solanaceae serta memiliki genus Nicotiana dengan spesies Nicotiana tabacum L.
(Steenis, 2007).
Tanaman tembakau merupakan tanaman berakar tunggang yang tumbuh
tegak lurus ke pusat bumi. Akar tunggangnya dapat menembus tanah sampai
kedalaman 5 cm, sedangkan akar serabutnya ke samping. Selain itu, tanaman
tembakau juga memiliki bulu bulu akar. Perakaran akan berkembang baik jika
tanahnya gembur, mudah menyerap air, dan subur (Hanum,2013).
Batang tanaman tembakau berbentuk agak bulat, batangnya agak lunak
tetapi kuat, makin ke ujung semakin kecil. Ruas-ruas batang mengalami
penebalan yang ditumbuhi daun, batang tanaman tidak bercabang atau sedikit
bercabang. Pada setiap ruas batang selain ditumbuhi daun juga ditumbuhi tunas
yang disebut tunas ketiak daun. Diameter batang sekitar 5 cm. Fungsi batang
selain sebagai tempat tumbuh daun dan organ-organ lainnya juga untuk jalan
pengangkutan zat hara (makanan) dari akar ke daun dan sebagai jalan
menyalurkan zat asimilasi keseluruh bagian tanaman (Gunawan, 2004).
Daun tembakau berbentuk lonjong atau
bulat, tergantung pada varietasnya. Daun yang berbentuk bulat lonjong ujungnya
berbulat runcing, sedangkan berbentuk bulat ujungnya berbentuk tumpul. Daun
memiliki tulang-tulang menyirip, bagian tepi daun agak bergelombang dan licin.
Ketebalan daun yang berbeda-beda, tergantung varietas budidaya. Daun tumbuh
berselang-seling mengelilingi batang tanaman. Daun memiliki mulut daun yang
terletak merata. Jumlah daun dalam satu tanaman 28-32 helai (Cahyono, 2008).
Bunga tembakau termasuk bunga majemuk yang berbentuk seperti
terompet, benang sari berjumlah lima buah, warna bunga dalam satu helai ada
yang kemerah-merahan dan putih . Bunga tembakau akan mekar secara berurutan
dari yang paling tua ke paling muda. Tanaman tembakau dapat mengadakan
penyerbukan sendiri walaupun tidak menutup kemungkinan terjadi penyerbukan
silang. Bunga ini berfungsi sebagai alat penyerbukan sehingga dapat dihasilkan
biji-biji untuk perkembangbiakan (Budiarto, 2007).
Bakal buah terdapat pada bagian dasar bunga, biji-bijinya sangat kecil,
dengan jumlah mencapai ribuan perbatang, sehingga untuk kebutuhan pembibitan
tidak kesulitan. Benih tembakau dapat dihasilkan dari kebun sendiri, dengan
memelihara bunga hingga berbuah sampai tua untuk keperluan penanaman pada
musim berikutnya (Matnawi, 2007).
Buah tembakau berbentuk bulat lonjong dan berukuran kecil, didalamnya
banyak berisi biji yang bobotnya sangat ringan. Biji tembakau yang belum
melewati masa dorman tidak dapat berkecambah apabila disemaikan. Untuk dapat
memperoleh kecambah yang baik sekitar 95 % biji yang dipetik harus sudah
masak dan telah disimpan dengan baik dengan suhu yang kering (Cahyono, 2008).

Syarat Tumbuh

Iklim
Iklim adalah salah satu sumber daya alam yang sangat penting dalam
kegiatan pertanian, termasuk tanaman tembakau. Defisit air diatas 500 mm per
tahun dapat mengurangi produktivitas hingga 70% kecuali jika diberi irigasi.
Curah hujan yang memadai (diatas 5 mm) per hari hujan merata sepanjang
pertumbuhan dan kering selama 2-3 bulan sebelum tebang adalah tempat yang
paling cocok untuk tembakau (Hakim, 2010).
Hujan yang ada di Indonesia semakin ke timur semakin
berkurang baik jumlah maupun distribusinya. Panjang musim hujan di Indonesia
bervariasai antara 10 – 110 hari atau 640 - 4115 mm, sedangkan panjang musim
kemarau antara 50 - 350 hari. Daerah lombok memiliki musim kemarau
terpanjang 300 - 350 hari, sedangkan yang terpendek daerah Jawa Barat basian
selatan (Boer, 2013). Tanaman tembakau merupakan jenis tanaman
spesifik lokasi. Keadaan temperatur dan kelembaban udara berbeda-beda sesuai
dengan jenis tanaman tembakau. Tembakau dataran tinggi memerlukan temperatur
udara yang rendah. Tembakau dataran rendah memerlukan temperatur yang tinggi
namun temperature yang cocok untuk pertumbuhan tembakau pada umumnya
berkisar antara 21 - 2,30C. (Nasution, 2008).
Penyinaran cahaya matahari sangat diperlukan tanaman ini dalam proses
fotosintesis untuk menghasilkan bagian vegetatif (batang, daun, cabang, dan
perakaran), generatif (bunga, buah dan biji). Kurangnya penyinaran matahari
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan produksi (Sudaryono, 2004).
Suhu juga sangat berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Suhu
berpengaruh terhadap tanaman tembakau terutama pada masa pembibitan dan
masa menjelang panen. Menurut Gunawan (2004) pada masa perkecambahan
suhu optimal antara 23,90C- 26,70C perkecambahan dan pertumbuhan lambat
sekali, demikian juga apabila suhu diatas 350C akan mematikan benih di
persemaian. Suhu juga berpengaruh terhadap waktu panen tembakau. Tembakau
mulai dipanen umur 100-120 hari dann pada suhu rata-rata 26,70C dapat dipanen
pada umur 80-90 hari sesudah tanam.

Tanah
Tanaman tembakau memiliki sistem perakaran yang relatif dangkal,
namun sangat peka terhadap drainase yang kurang baik, sehingga persediaan air
yang cukup didalam tanah sangat diperlukan. Tanaman tembakau dapat tumbuh
baik pada pH 5,5 – 6,5 pada umumnya tanah yang mudah meluluskan air lebih
sesuai untuk pertanaman tembakau, namun tanah tersebut harus mempunyai
kapasitas menahan air yang cukup (Gunawan, 2004).
Jenis tanah yang cocok untuk tembakau deli adalah Andisol
atau Inceptisol berkadar humus tinggi Tipe tanah yang berstruktur remah, sedikit
berpori dengan aerasi yang baik lebih cocok untuk pertumbuhan tembakau deli.
Dengan tipe tanah semacam ini ada harapan besar untuk mendapatkan hasil daun
yang tipis, elastis dan warna krosok lebih cerah (Anggraini, 2009).
Pada dasarnya tembakau menghendaki tanah yang subur
dan gembur serta mengandung humus yang cukup. Selanjutnya tanah diusahakan
agar tidak cepat menjadi kering jika beberapa waktu tidak ada hujan. Sebaliknya
tanah juga diusahakan tidak terlalu basah apabila beberapa kali ada hujan lebat
karena pada keadaan demikian tanaman tembakau tidak akan tahan (Gunawan,
2004). Suhu tanah bervariasi secara berkelanjutan. Di permukaan
tanah, pada malam hari panas yang telah hilang menghasilkan suhu yang menurun
mencapai titik minimum dan ketika ada matahari suhu tanah yang minimum
tersebut meningkat. Dengan bantuan sinar matahari, tanah memulai menyimpan
energi yang kemudian menghilang, disebabkan suhu meningkat. Proses tersebut
akan terus berkelanjutan hingga sore hari atau intensitas radiasi yang mengalami
kemunduran disebabkan karena jumlah energi yang diterima menurun hingga
hilang sama sekali dari permukaan tanah (hausenbuiller,2012).
Suhu tanah yang rendah dapat mempengaruhi
penyerapan air dari pertumbuhan tumbuhan tembakau. Jika suhu tanah rendah,
kecil kemungkinan terjadi transpirasi, dan dapat mengakibatkan tumbuhan
mengalami dehidrasi atau kekurangan air. Pengaruh dari suhu tanah pada proses
penyerapan bisa dilihat dari hasil perubahan viskositas air, kemampuan menyerap
dari membran sel, dan aktivitas fisiologi dari sel-sel akar itu sendiri. Dengan kata
lain pada keadaan udara yang panas maka evaporasi air dari permukaan tanah
akan semakin besar. (Tisdale and Nelson, 2006).
HUBUNGAN ANTARA CURAH HUJAN TERHADAP PERTUMBUHAN

TANAMAN TEMBAKAU ( Nicotiana tabacum L. )

Pengertian Curah Hujan


Hujan adalah presipitasi berwujud cairan, berbeda dengan presipitasi
nonairseperti salju, atau es. Hujan merupakan proses kondensasi uap air di
atmosfer menjadi butir air yang cukup berat untuk jatuh dan biasanya di daratan.
Dua proses yang mungkin bersamaan dapat mendorong udara semakin jenuh
menjelang hujan, yaitu pendinginan udara atau penambahan uap air ke udara
(Hanum, 2013). Secara umum tanaman Tembakau menghendaki
jumlah curah hujan kurang dari 2.000 mm/tahun, dalam satu tahun dengan
distribusi yang tegas. Pada daerah yang curah hujannya tinggi atau kalau basahnya
hampir sepanjang tahun, tembakau tidak dapat tumbuh baik. Sedang pada daerah
yang terlalu kering tanpa adanya kemungkinan pangairan menyebabkan tanaman
merana. Kebutuhan distribusi hujan selama pertumbuhan agak berbeda untuk
masing-masing jenis tembakau (Rohmania, 2013).
Tanaman tembakau yang mendapatkan air lebih
dapat mengembangkan luas daun yang lebih besar. Penghentian pemberian air
pada umur 60 hari yaitu pada saat keadaan cuaca sangat kering dan panas dimana
panen daun tembakau dilakukan pada umur 71 hari mengakibatkan
evapotranspirasi yang tinggi pada keadaan demikian tanaman kurang mampu
mempertahankan daun dibagian bawah sehingga daun mengering (Anggraini,
2009). Kekurangan air akan menyebabkan tanaman
menjadi kerdil, perkembangannya menjadi abnormal. Kekurangan yang terjadi
terus menerus selama periode pertumbuhan akan menyebabkan tanaman tersebut
menderita dan kemudian mati. Sedang tanda-tanda pertama yang terlihat ialah
layunya daun. Peristiwa kelayuan ini disebabkan karena penyerapan air tidak
dapat mengimbangi kecepatan penguapan air dari tanaman. Jika proses transpirasi
ini cukup besar dan penyerapan air tidak dapat mengimbanginya, maka tanaman
tersebut akan mengalami kelayuan sementara (transcient wilting), sedang tanaman
akan mengalami kelayuan tetap, apabila keadaan air dalam tanah telah mencapai
permanent wilting percentage. Tanaman dalam keadaan ini sudah sulit untuk
disembuhkan karena sebagaian besar sel-selnya telah mengalami plasmolisia
(Anggarwulan dan Mudyantini, 2005).

Defenisi Tanaman Tembakau ( Nicotiana tabacum L. )


Tanaman tembakau merupakan tanaman semusim, dalam dunia pertanian
tergolong tanaman perkebunan tetapi bukan merupakan kelompok tanaman
pangan.Tanaman tembakau dibudidayakan dalam pertanian untuk dimanfaatkan
daunnya sebagai pembuatan rokok (Purbosayekti, 2010). Menurut Padmo dan
Djatmiko (2011), spesies tanaman tembakau yang pernah ada di dunia ini
diperkirakan mencapai lebih dari 20 jenis, di mana persebaran geografis sangat
mempengaruhi cara bercocok tanam serta spesies, varietas yang diusahakan, dan
mutu yang dihasilkan.
Tanaman tembakau dapat tumbuh optimal pada daerah dengan ketinggian
kurang dari 700 m diatas permukaan laut dengan temperatur lebih dari 22o C dan
curah hujan rata-rata 2000mm/tahun.Sedang tembakau pada dataran tinggi sangat
baik bila ditanam didaerah dengan curah hujan rata-rata 1500 – 3500 mm/tahun
(Cahyono, 2008).
Berbagai jenis tembakau dengan berbagai kegunaannya diusahakan
diIndonesia, baik oleh rakyat maupun oleh perusahaan.Matnawi (2007)
menyatakan, secara umum tembakau di Indonesia dapat dipisahkan menurut
musim tanamnya yaitu:
1. Tembakau Voor-Oogst
Tembakau ini biasanya dinamakan tembakau musim kemarau atau
onberegend. Artinya, jenis tembakau yang ditanam pada waktu musim penghujan
dan dipanen pada waktu musim kemarau.
2. Tembakau Na-Oogst
Tembakau Na-Oogst adalah jenis tembakau yang ditanam pada musim
kemarau, kemudian dipanen atau dipetik pada musim penghujan.
3. Tembakau Bawah Naungan (TBN)
Merupakan tembakau yang dibudidayakan pada daerah-daerah yang tidak
memiliki suasana Cloudinnes, yang mana disuatu daerah tempat/lahan untuk
penanaman tembakau kurang mendapatkan pancaran sinar matahari (matahari
tertutup awan) dalam jumlah yang banyak. Untuk itu solusinya adalah dengan
cara “cloudiness” buatan yang mana diusahakan dengan membuat naungan.

Hubungan Curah Hujan Dengan Pertanian


Kegiatan pertanian selalu berhubungan dengan fluktuasi unsur-unsur cuaca
yang mempengaruhi hasil pertanian baik yang bersifat positif (meningkatkan
hasil) maupun negatif (menurunkan hasil). Pemantauan unsur-unsur cuaca sangat
diperlukan khususnya pada saat pergantian musim, baik antara musim hujan ke
kemarau atau sebaliknya. Awal musim hujan sangat menentukan penentuan saat
tanam sedangkan awal musim kemarau menentukan tingkat keberhasilan panen,
karena akhir musim pertanaman sangat ditentukan oleh ketersediaan air menjelang
kemarau (Chasanah, 2010). Secara garis besar manfaat yang diperoleh dalam
mempelahari klimatologi yaitu untuk meningkatkan kewaspadaan dari pengaruh
iklim yang semakin sulit diprediksi. Dengan diperkirakannya kondisi iklim yang
akan terjadi maka dapat dilakukan usaha untuk menyesuaikan dengan kondisi
yang akan mungkin terjadi. Selain itu, dapat juga dilakukan pemanfaatan unsur-
unsur iklim yang dapat membantu dan memberikan keuntungan.
TANAH+IKLIM/CUACA+TANAMAN= HASIL TANAMAN. Dari situ
dapat dilihat, bahwa ada 3 faktor utama yang menentukan hasil tanaman. Supaya
hasil yang diperoleh optimum, maka ketiga factor tersebut juga harus dalam
keadaan optimum seimbang. Dengan teknologi tingkat sekarang ini dan kemajuan
yang akan datang asalkan tersedia modal, factor tanah dan tanaman sebagian besar
dapat dikuasai oleh manusia. Misalnya dengan modal besar dapat memanfaatkan
padang pasir atau tanah-tanah masam/bergaram. Juga dengan modal besar dapat
dihasilkan jenis tanaman yg dikehendaki (sebaliknya factor iklim). Dalam hal
semacam ini Negara yang dikatakan subur makmur akhirnya hanya dapat
bertanam 1 kali, walaupun sebetulnya alam memungkinkan untuk dapat bertanam
berulang kali dalam 1 tahun juga. Kalau air tersedia mungkin kita dapat bertanam
2 atau 3 kali. Sudah barang tentu supaya kita dapat menguasai dan memanfaatkan
hujan tersebut sebaik-baiknya, wataknya harus diketahui benar-benar.
( Soekardi wisnubroto, 2006).
Menurut H. Abdullah (2005). Memasuki tahun 2004 ternyata hujan turun
semakin deras sehingga di beberapa daerah mengalami bencana kebanjiran.
Bahkan bencana itu telah merusak lahan persawahan di beberapa wilayah yang
merupakan pusat produksi beras. Iklim tahun 2004 memang terjadi secara tidak
normal dibandingkan beberapa tahun sebelumnya. Besarnya dampak kekeringan
ini juga di dorong oleh pemberitaan media massa baik dari surat kabar maupun
televise yang gencar memberitakan bencana banjir dan kekeringan di beberapa
daerah sehingga menimbulkan dampak psikologis bagi masyarakat.
Menurut Kartojo (2005). Iklim merupakan faktor yang sangat
berperan dalam mendukung pertumbuhan tanaman. Kondisi iklim yang sangat
ekstrim misalnya kemarau panjang. akan menimbulkan dampak yang luas baik
terhadap tanaman maupun manusia. Data iklim tidak hanya dimanfaatkan oleh
pertanian saja. namun juga digunakan untuk keperluan perhubungan dan
lingkungan hidup. Data iklim yang sering digunakan dalam meteorology dan
geofisika saat ini merupakan hasil pengamatan selama 30 tahun. Sampai sekarang
data iklim itu masih di anggap cukup tepat untuk mewakili cirri dan unsur
meteorologi. Hujan biasanya turun apabila ada interaksi antara air laut dengan
udara. Apabila air laut panas maka udara di atas laut akan lembab. Apabila udara
lembab maka hujan akan turun.
Curah hujan merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan dan produksi
suatu tanaman, sehingga pembudidayaan tanaman perlu di
sesuaikan terhadap fluktuasi curah hujan. Namun , karena
curahhujan sangat berfluktuatif dan acak, budidaya tanaman
seringkali sulit disesuaikan bahkan terlambat untuk di antisipasi
perubahan yang tiba-tiba dan ekstrim. Suatu sistem peringatan
dini sangat dibutuhkan dalam pembudidayaan tanaman. Hal
tersebut dapat di awali dengan membuat dan memanfaatkan
model prediksi curah hujan, sehingga gambaran curah hujan
beberapa periode ke depan dapat di peroleh lebih awal
(Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, 2006).

Faktor Yang Memepengaruhi Curah Hujan


Sebagai salah satu kawasan tropis yang unik dinamika atmosfernya
dimana banyak dipengaruhi oleh kehadiran angin pasat, angin monsunal, iklim
maritim dan pengaruh berbagai kondisi lokal, maka cuaca dan iklim di Indonesia
diduga memiliki karakteristik khusus yang hingga kini mekanisme proses
pembentukannya belum diketahui banyak orang. Secara umum curah hujan di
wilayah Indonesia didominasi oleh adanya pengaruh beberapa fenomena, antara
lain sistem Monsun Asia-Australia, El-Nino, sirkulasi Timur-Barat (Walker
Circulation) dan sirkulasi Utara-Selatan (Hadley Circulation) serta beberapa
sirkulasi karena pengaruh local (McBride, 2012 ).
Variabilitas curah hujan di Indonesia sangatlah kompleks
dan merupakan suatu bagian chaotic dari variabilitas monsun (Ferranti 2007
dalam Aldrian 2013). Monsun dan pergerakan ITCZ (Intertropical Convergence
Zone) berkaitan dengan variasi curah hujan tahunan dan semi tahunan di
Indonesia (Aldrian, 2013), sedangkan fenomena El-Nino dan Dipole Mode
berkaitan dengan variasi curah hujan antar tahunan di Indonesia.
Indonesia dikenal sebagai satu kawasan benua
maritim karena sebagian besar wilayahnya didominasi oleh lautan dan diapit oleh
dua Samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Oleh karena itu
elemen (unsur) iklimnya terutama curah hujan memungkinkan dipengaruhi oleh
keadaan suhu permukaan laut (SPL) di sekitarnya. Salah satu fenomena yang
dicirikan oleh adanya suatu perubahan SPL yang kemudian mempengaruhi curah
hujan di Indonesia adalah fenomena yang terjadi di Samudera Hindia yang dikenal
dengan istilah Dipole Mode (DM) yang tidak lain merupakan fenomena couple
antara atmosfer dan laut yang ditandai dengan perbedaan anomali dua kutub Suhu
Permukaan Laut ( SPL) di Samudera Hindia tropis bagian timur (perairan
Indonesia di sekitar Sumatera dan Jawa) dan Samudera Hindia tropis bagian
tengah sampai barat (perairan pantai timur Benua Afrika). Pada saat anomali SPL
di Samudera Hindia tropis bagian barat lebih besar daripada di bagian timurnya,
maka terjadi peningkatan curah hujan dari normalnya di pantai timur Afrika dan
Samudera Hindia bagian barat. Sedangkan di Indonesia mengalami penurunan
curah hujan dari normalnya yang menyebabkan kekeringan, kejadian ini biasa
dikenal dengan istilah Dipole Mode Positif (DM +). Fenomena yang berlawanan
dengan kondisi ini dikenal sebagai DM (-) (Ashok et al., 2001 Hermawan,
E.2007). Hasil kajian yang dilakukan Saji. et al (2001 Hermawan, E.2007)
menunjukkan adanya hubungan antara fenomena DM dengan curah hujan yang
terjadi di atas Sumatera bagian Selatan sebesar -0,81. Selain itu, Banu (2003
Hermawan, E.2007) juga telah mengkaji adanya pengaruh DM terhadap curah
hujan di BMI (Benua Maritim Indonesia) dan Gusmira (2005 Hermawan, E.2007)
yang mengkaji dampak DM terhadap angin zonal dan curah hujan di Sumatera
Barat. Seperti halnya di Sumatera Barat, analisis keterkaitan kejadian DM
terhadap perilaku curah hujan yang tersebar di beberapa stasiun penakar curah
hujan yang ada di Sumatera Barat dan Sumatera Selatan. Dengan menggunakan
lebih banyak data stasiun untuk kedua kawasan tersebut, diharapkan dapat
dianalisis keadaan curah hujan di kawasan tersebut yang mewakili curah hujan
sebenarnya terutama yang terjadi pada saat kejadian DM.

Hubungan Curah Hujan Terhadap Tanaman Tembakau


( Nicotiana tabacum L. )
Iklim merupakan salah satu faktor pembatas dalam proses pertumbuhan
dan produksi tanaman. Jenis2 dan sifat2 iklim bisa menentukkan jenis2 tanaman
yg tumbuh pada suatu daerah serta produksinya. Oleh karena itu kajian
klimatologi dalam bidang pertanian sangat diperlukan. Seiring dengan dengan
semakin berkembangnya isu pemanasan global dan akibatnya pada perubahan
iklim, membuat sektor pertanian begitu terpukul. Tidak teraturnya perilaku iklim
dan perubahan awal musim dan akhir musim seperti musim kemarau dan musim
hujan membuat para petani begitu susah untuk merencanakan masa tanam dan
masa panen. Untuk daerah tropis seperti indonesia, hujan merupakan faktor
pembatas penting dalam pertumbuhan dan produksi tanaman pertanian. Selain
hujan, unsur iklim lain yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah suhu,
angin, kelembaban dan sinar matahari.
Setiap tanaman pasti memerlukan air dalam siklus hidupnya, sedangkan
hujan merupakan sumber air utama bagi tanaman. Berubahnya pasokan air bagi
tanaman yg disebabkan oleh berubahnya kondisi hujan tentu saja akan
mempengaruhi siklus pertumbuhan tanaman. Itu merupakan contoh global
pengaruh iklim terhadap tanaman. Di indonesia sendiri akibat dari perubahan
iklim, yaitu timbulnya fenomena El Nino dan La Nina. Fenomena perubahan
iklim ini menyebabkan menurunnya produksi kelapa sawit. Selain itu produksi
padi juga menurun akibat dari kekeringan yang berkepanjangan atau terendam
banjir. Akan tetapi pada saat fenomea La Nina produksi padi malah meningkat
untuk masa tanam musim ke dua.

KESIMPULAN

1. Hujan adalah presipitasi berwujud cairan, berbeda dengan presipitasi


nonairseperti salju, atau es. Hujan merupakan proses kondensasi uap air di
atmosfer menjadi butir air yang cukup berat untuk jatuh dan biasanya di
daratan. Dua proses yang mungkin bersamaan dapat mendorong udara
semakin jenuh menjelang hujan, yaitu pendinginan udara atau penambahan
uap air ke udara.
2. Tanaman tembakau merupakan tanaman semusim, dalam dunia pertanian
tergolong tanaman perkebunan tetapi bukan merupakan kelompok
tanaman pangan.Tanaman tembakau dibudidayakan dalam pertanian untuk
dimanfaatkan daunnya sebagai pembuatan rokok.
3. Kegiatan pertanian selalu berhubungan dengan fluktuasi unsur-unsur cuaca
yang mempengaruhi hasil pertanian baik yang bersifat positif
(meningkatkan hasil) maupun negatif (menurunkan hasil).
4. Secara umum curah hujan di wilayah Indonesia didominasi oleh adanya
pengaruh beberapa fenomena, antara lain sistem Monsun Asia-Australia,
El-Nino, sirkulasi Timur-Barat (Walker Circulation) dan sirkulasi Utara-
Selatan (Hadley Circulation) serta beberapa sirkulasi karena pengaruh
local.
5. Setiap tanaman pasti memerlukan air dalam siklus hidupnya, sedangkan
hujan merupakan sumber air utama bagi tanaman. Berubahnya pasokan air
bagi tanaman yg disebabkan oleh berubahnya kondisi hujan tentu saja
akan mempengaruhi siklus pertumbuhan tanaman.
DAFTAR PUSTAKA

Anggarwulan, E., W. Mudyantini, 2005. Pengaruh Ketersediaan Air terhadap


Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng
Jawa (Talinum paniculatum Gaertn.). Biofarmasi 3 (2): 47-51

Anggraini, E. 2009. Pemanfaatan Mikoriza Untuk Meningkatkan Pertumbuhan


Dan Produksi Tembakau Deli (Nicotiana Tabacum L.) Pada Kondisi
Cekaman Kekeringan. Thesis. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera
Utara, Medan

Boer, R. 2013. Penyimpangan Iklim di Indonesia. Jurnal Ilmu – Ilmu Pertanian


1(1) : 60 – 69

Budiarto, H., 2007. Tantangan dan peluang Agribisnis Tembakau Cerutu.


Prosiding Lokakarya Nasional Agribisnis Tembakau. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan. Surabaya.

Cahyono, B. 2008. Tembakau Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Penerbit


Kanisius, Yogyakarta Departemen Pertanian. 2004. Prosiding Seminar
Pengembangan Tembakau Burley. Malang

Gunawan, A. 2004. Evaluasi Pertumbuhan Beberapa Varietas Tanaman


Tembakau (Nicotiana tabacumL.). Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Medan.

Hakim, M. 2010. Potensi Sumber Daya Lahan untuk Tanaman Tembakau di


Indonesia. Jurnal Agrikultura 21(1): 5-12.

Hanum, C. 2013. Klimatologi Pertanian. USU Press. Medan.

Indriani, O., A. Wiresyamsi dan Sukmawati. 2011. Penetapan Pola Tanam


Berdasarkan Model ArimaDi Kecamatan Praya Timur Lombok Tengah.
Jurnal Agroteksos, vol. 21 (1) : 11-18

Matnawi. H. 2007. Budidaya Tembakau Bawah Naungan. Penerbit Kanisius,


Yogyakarta. hlm. 9-16.
Maulidiana, N. 2008. Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli di PT.
Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia. Skripsi Universitas
Sumatera Utara, Medan.

Nasution, W. A., 2008. Pengaruh Bio VA-MIKORIZA dan Pemberian Arang


Terhadap Jamur Phytium spp. Pada Tanaman Tembakau Deli
(Nicotiana tabacumL.) di Rumah Kaca. Skripsi. Universitas Sumatera
Utara. Medan.

Rohmania, A. 2013. Mengenal Budidaya Tembakau. Universitas Brawijaya Press,


Malang

Sholeh, M. 2012. Keterkaitan antara Kondisi Iklim dan Perencanaan Tanam


Tembakau Virginia. Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat,
Malang

Simbolon, N. M. 2007. Respon Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana tabacum L. )


Pada Beberapa Tingkat Pemberian Air Dengan pH Yang Berbeda. Skripsi.
Universitas Sumatera Utara. Medan.

Steenis, C. G. G. J. 2007. Flora. PT. Pradnya Paramita. Jakarta. 485 hal.

Sudaryono, 2004. Pengaruh Naungan terhadap Perubahan Iklim Mikro pada


Budidaya Tanaman Tembakau Rakyat. J. Tek. Ling. 7 (1): 50-54.

Cahyono. 2008. Cahyono, bambang.2008.Tembakau Budi Daya dan Analisis


Usaha Tani.Yogyakarta: Kanisius.

Padmo, S dan Djatmiko, E. 2011.Tembakau : Kajian Sosial-Ekonomi.Yogyakarta.


Aditya Media.

Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan.2006. Penyusunan Model Prediksi


Curah Hujan dengan Teknik Analisis Jaringan Syaraf di Sentra Produksi Padi
di Jawa Barat dan Banten.Jurnal Tanah dan iklim: 11 dan 12.

Anda mungkin juga menyukai