Anda di halaman 1dari 7

SUHU TANAH

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan


perkembangan tanaman. Suhu berkorelasi positif dengan radiasi matahari. Suhu tanah
maupun udara di sekitar tajuk tanaman. Tinggi rendahnya suhu di sekitar tanaman
ditentukan oleh radiasi matahri, kerapatan tanaman, distribusi cahaya dalam tajuk
tanaman, kandungan lengas tanah.

Suhu mempengaruhi beberapa proses fisiologis penting: bukaan stomata, laju


transpirasi, laju penyerapan air dan nutrisi, fotosintesis, dan respirasi peningkatan suhu
sampai titik optimum akan diikuti oleh peningkatan proses di atas. Setelah melewati titik
optimum, proses tersebut mulai dihambat baik secara fisik maupun kimia, menurunnya
aktivitas enzim (enzim terdegradasi).

Pengukuran suhu tanah di stasiun klimatologi pertanian dilakukan pada berbagai


kedalaman, yaitu 5;10;20;50 dan 100 cm dari permukaan tanah. Pengukuran dilakukan
pada tanah berumput pendek dan pada areal terbuka. Seperti diketahui bahwa suhu tanah
berpengaruh terhadap penyerapan air. Semakin rendah suhu, semakin sedikit air yang
diserap oleh akar, karena itu penurunan suhu tanah mendadak dapat menyebabkan
kelayuan tanaman.

Peningkatan suhu di sekitar iklim mikro tanaman akan menyebabkan cepat


hilangnya kandungan lengas tanah. Peranan suhu kaitannya dengan kehilangan lengas
tanah melewati mekanisme transpirasi dan evaporasi. Peningkatan suhu terutama suhu
tanah dan iklim mikro di sekitar tajuk tanman akan mempercepat kehilangan lengas tanah
terutama pada musim kemarau.
Pada musim kemarau, peningkatan suhu iklim mikro tanaman berpengaruh negatif
terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman terutama pada daerah yang lengas
tanahnya terbatas. Pengaruh negatif suhu pada lengas tanah dapat diatasi melalui
perlakuan pemulsaan (mengurangi evaporasi dan transpirasi).

Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan yang dilakukan adalah untuk mengenal alat-alat
pengukur suhu tanah serta cara mengukur suhu tanah.

Kegunaan Penulisan

- Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium
Agroklimatologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

- Sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.


TINJAUAN PUSTAKA

Jumlah panas yang sampai ke permukaan bumi disebabkan oleh konduksi bumi
atau hasil proses kimia dan biologi yang tak berarti pada suhu tanah. Temperatur tanah
utamanya sangat tergantung oleh jumlah radiasi yang diterima dari matahari. Kuantitas
dari panas yang didapat dari permukaan bumi oleh konduksi dari bumi atau berasal dari
unsur kimia dan proses biologi yang kecil memberikan efek temperature (Baver,1960).

Suhu tanah bervariasi secara berkelanjutan. Di permukaan tanah, pada malam hari
panas yang telah hilang menghasilkan suhu yang menurun mencapai titik minimum dan
ketika ada matahari suhu tanah yang minimum tersebut meningkat. Dengan bantuan sinar
matahari, tanah memulai menyimpan energi yang kemudian menghilang, disebabkan
suhu meningkat. Proses tersebut akan terus berkelanjutan hingga sore hari atau intensitas
radiasi yang mengalami kemunduran disebabkan karena jumlah energi yang diterima
menurun hingga hilang sama sekali dari permukaan tanah (hausenbuiller,1982).

Suhu tanah yang rendah dapat mempengaruhi penyerapan air dari pertumbuhan
tumbuhan. Jika suhu tanah rendah, kecil kemungkinan terjadi transpirasi, dan dapat
mengakibatkan tumbuhan mengalami dehidrasi atau kekurangan air. Pengaruh dari suhu
tanah pada proses penyerapan bisa dilihat dari hasil perubahan viskositas air, kemampuan
menyerap dari membran sel, dan aktivitas fisiologi dari sel-sel akar itu sendiri. Dengan
kata lain pada keadaan udara yang panas maka evaporasi air dari permukaan tanah akan
semakin besar (Tisdale and Nelson, 1966).

Untuk mengatur suhu tanah bukanlah kemampuan manusia secara pribadi, tapi
suhu tanah tersebut dapat di kontrol dengan dua cara yaitu dengan menutupi mulsa
organik pada tanah, dan pengaturan tanaman residu yang keduanya dapat mempengaruhi
implikasi biologi, juga bisa dengan mulsa plastik yang biasanya diberikan untuk
perkebunan dan terakhir dapat dengan cara mengatur penguapan tanah (Brady and
Weil,2000).
Dari data suhu pada awal pertumbuhan, dapat diramalkan waktu kematangan
tanaman tersebut, suhu tanah lebih memberikan jawaban pada perubahan setempat dari
pada isolasi, topografi dan sebagainya. Suhu tanah terutama suhu ekstrim, akan
mempengaruhi perkecambahan biji, aktivitas akar kecepatan, dan umur tanaman, serta
terjadinya keganasan penyakit tanaman (Guslim, 2007).

Hebatnya lagi, semakin kecil albedo tanah maka akan semakin besar terjadinya
fluktuasi suhu tanah. Oleh karena itu banyak di daerah bermusim panas menutup tanah
dengan bubuk putih (pengapuran) yang akan mengurangi kemungkinan terjadinya
fluktuasi suhu tanah ke permukaan tanah, dan jika ditutupi dengan bubuk hitam maka
akan terjadi fluktuasi suhu tanah besar-besaran (Wild,1973).

Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang terpenting dalam kegiatan usaha
agraris. Produktivitas tanah sangat dipengaruhi oleh kwalitas serta berbagai masukan
teknologi. Perbedaan kwalitas tanah turut pula mempengaruhi luas pemilikan, jenis
tanaman serta kepadatan penduduk (BAPPEDASU,1983).

Suhu tanah setiap saat dipengaruhi oleh rasio energi yang diserap dan yang
dilepaskan. Hubungan perubahan konstan ini digambarkan dlam perhitungan berdasarkan
musim, bulanan, dan suhu tanah harian. Temperature harian atau jam dari atmosfer udara
dan tanah pada zona-zona yang menunjukkan penandaan divergensi sesuai kondisi.
(Brady,1984).

Tanah merupakan dasar pertanian yang menjadi kunci utama produksi makanan. Tidak
seperti produksi yang dilaksanakan oleh industri kebanyakan dengan komponen
tambahan, yang digunakan dari tahun ke tahun hingga dari abad ke abad. Pendalamannya
dengan memahami dan menjaganya, petani memiliki semua harapan yang dapat
membangun mimpi sebuah industri, perbaikan dasar produksi (Simpson,1983).

Humifikasi adalah sintesis senyawa organik baru berupa senyawa-senyawa humik, yaitu
senyawa fulvat, humat, dan humin. Mineral lempung juga dinamakan mineral sekunder
karena tidak terdapat dalam bahan litosfer semula. Demikian pula senyawa humik disebut
bahan organik sekunder karena tidak terdapat dalam bahan biosfer semula
(Notohadiprawiro,1998).
Erosi tanah akibat angin dapat terjadi pada beberapa tempat di permukaan bumi
dimana topsoil tererosi menjadi partikel kecil dan berpindah ke atmosfer menjadi suatu
bentuk awan debu, seperti yang terjadi pada daerah Oklahoma dan Kansasa. Hal ini
menyebabkan masalah rendahnya pertumbuhan tanaman yang menyeluruh (Griffith,
1966).

Konsistensi tanah berguna pada estimasi aliran tanah atau ketahanan tanah terhadap
(berat bangunan, goyangan, atau lalu lintas). Fruekuensi, laboratorium spesifik
pengukuran dilapangan yang membaginya secara konsistensi. Suhu tanah mengalami
perubahan dari pengembunan secara terus menerus pada kedalaman yang dangkal di
banyak tanah di daerah Alaska yang beku sampai ke Hawai yang tropis, dimanapun
jarang ditemukan suhu tanah dapat mencapai 100o F (37,8o C) pada hari yang panas
sekalipun. Pada kebanyakan permukaan bumi, suhu tanah harian jarang mengalami
perubahan pada kedalaman 20 inchi (51 cm). tapi dibawah kedalaman tersebut suhu tanah
akan mengalami perubahan yang secara lambat menunjukkan pertambahan derajat suhu
sekitar 2o F (Donahue dkk,1977).

Suhu tanah dipengaruhi oleh aktivitas mikrobakteri. Jangkauan suhu yang dicapai ketika
nitrat dibentuk secara umum berkisar antara 1o-40o C (34o-104o F). suhu tanah yang
optimum pada 30o C (86o F). walau bagaimanapun juga, nitrat berhubungan dengan
faktor optimum, kadar nitrat rendah diperkirakan suhu tanah sekitar 34o F (Tisdale and
Nelson, 1960).
DAFTAR PUSTAKA

BAPPEDASU. 1983. Analisa Pola Tata Guna Tanah Berdasarkan Produktivitas Tanah di
Sumatera Utara. BAPPEDASU. Medan.

Baver, L.D., 1740. Soil Physics. John Wiley & Sons, Inc., New York.

Brady, N.C., 1984. The Nature and Properties of Soils. MacMillan Publishing. New
York.

Brady, N.C., and Weil, R.R., 2000. Elements of The Nature and Properties of Soils.
Prentice Hall. New Jersey.

Donahue, R.L., Miller, R.W., and Shickluna, J.C., 1977. An Introduction to Soil and
Plant Growth. Prentice Hall. New Jersey.

Griffiths, F. J. 2006. Applied Climatology An. Second Edition. Texas A&M University.
Texas.

Guslim. 2008. Agrokloimatologi. USU Press. Medan.

Hausenbuiller, R.L., 1982. Soil Science. Wm. C. Brown Company. Lowa.

Notohadiprawiro, T., 1998. Tanah dan Lingkungan. DEPDIKBUD. Jakarta.

Simpsons, K., 1983. Soil. Longman. New York.


Tisdale, S.L, and Nelson, W.L., 1960. Soil Fertility and Fertilizers. The MacMillan
Company. New York.

Tisdale, S.L., and Nelson, W.L., 1966. Soil Fertility and Fertilizers. MacMillan
Publishing. New York.

Wild, A., 1973. Russel’s Soil Conditions and Plants Growth. Longman. New York.

Anda mungkin juga menyukai