Anda di halaman 1dari 55

I.

PENDAHULUAN
Pertumbuhan adalah suatu proses perkembangan suatu jasad, termasuk
pertumbuhan tanaman. Dalam proses pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh
faktor internal dan eksernal. Faktor – faktor internal antara lain sifat genetic
(keturunan) tanaman yang berpengaruh pada kualitas dan kuantitas produk
tanaman tersebut. Sementara faktor external adalah kondisi lingkungan yang
mempengaruhi secara langsung proses pertumbuhan tanaman. Faktor eksternal
yang secara langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara garis besar
terdiri dari kondisi tanah dan iklim. Kondisi tanah dapat terdiri dari ketersediaan
lengas (air yang berada dalam pori – pori tanah), reksi tanah, ketersediaan unsur
hara, kandungan gas dalam tanah serta jasad mikro dalam tanah. Kondisi iklim
yang berpengatuh langsung kepada pertumbuhan tanaman, berasal dari perilaku
ikllim antara lain, temperatur, curah hujan, sinar matahari, kelembaban dan angin.

Faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman juga dapat


dibagi menjadi dua bagian besar yaitu faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik
menunjukkan adanya pengaruh organisme lain pada pertumbuhan tanaman, yaitu
flora dan fauna yang ada di sekitar tanaman dan di dalam tanah. Flora dapat
berasal dari tanaman lain (bersaing dalam mendapatkan air, hara dan sinar
matahari), sedangkan fauna dapat berasal dari jasad mikro dalam tanah, ataupun
fauna lain yang dapat bersifat menguntungkan (serangga penyerbuk) maupun
yang bersifat merugikan (menimbulkan hama dan penyakit tanaman) . Faktor
abiotik berasal dari seluruh komponen tidak hidup yang berada di luar tubuh
tanaman, misalnya kondisi tanah dan perilaku iklim.

Faktor eksternal ada yang bersifat dapat dikelola manusia tetapi ada juga
yang tidak dapat dikelola manusia. Pengetahuan manusia untuk mengelola faktor
eksternal telah berkembang terlebih dahulu dan telah menggunakan cara – cara
yang lebih maju, serta melibatkan masuknya bahan – bahan tertentu dari luar
ekosistem tanaman. Kemampuan manusia untuk mengelola pertumbuhana
tanaman kemudian lebih dikenal dengan ‘cara bercocok tanam’ yang dapat
berupa tindakan pemakaian bibit unggul, pemupukan sampai kepada pengaturan –
pengaturan penanaman yang secara teknis menguntungkan. Sementara itu,
2

kinerja ikllim lebih banyak bersumber dari perilaku atmosfer. Oleh karena itu iklim
menjadi factor eksternal yang tidak dapat dikelola manusia. Dengan demikian
manusia hanya dapat menyesuaikan kondisi iklim untuk melaksanakan peng-
usahaan tanaman lewat berbagai macam cara pemahaman terhadap kondisi-
kondisi iklim.

Hubungan antara tanaman dan factor ekstern (lingkungan) digambarkan


sebagai berikut :

Lingkungan abiotik = iklim


yang bersumber dari perilaku
atmosfer.
Sinar matahari, curah hujan,
temperatur, kelembaban, angin

produksi
tanaman
Lingkungan
biotik

FLORA
FAUNA
tanaman

tanah

Lingkungan abiotik lain, tanah


adalah Tanah (meliputi
kesuburan fisik kimia dan
biologi)
3

Hubungan paling mencolok antara komponen iklim dan pertumbuhan


tanaman digambarkan dalam proses dasar fotosintesis sebagai berikut :

Sinar matahari

H2O + CO2 C6H12O6 + O2 + energi


[ klorofil]

Dalam proses fotosintesis terdapat peristiwa sangat unik, yaitu terjadinya


transformasi energi sinar (matahari) menjadi energi bio (rantai dasar karbohidrat),
kemudian jika berbagai bentuk turunan senyawa karbohidrat dikomsumsi oleh
manusia, bentuk energi bio tersebut diubah lagi menjadi energi panas dan energi
gerak.

Barangkali manusia tidak akan pernah mampu membayangkan


bagaimanakah jika interaksi antara sinar matahari dan klorofil tidak akan pernah
ada, atau barangkali manusia juga tidak akan pernah bisa membayangkan,
bagaimana cara mempertahankan kelangsungan hidupnya jika klorofil yang
dikandung oleh tumbuhan hijau (vegetasi) menghilang dari dunia. Alasan inilah
yang kemudian membuktikan betapa besarnya pengaruh aspek lingkungan
terhadap proses fissiologi tanaman secara keseluruhan.

Iklim yang bersumber dari perilaku atmosfer menghasilkan beberapa


fenomena – fenomena iklim di bumi seperti curah hujan, radiasi matahari,
temperatur dan kelembaban serta gerakan angin. Peran komponen – komponen
iklim tersebut secara ringkas dapat disimak di bawah ini :
a. Curah hujan
Curah hujan memegang peranan penting sehingga menjadi satu-satunya
sumber air bagi tanaman yang disediakan alam. Air sebagai pembawa unsur
hara dari dalam tanah, masuk ke dalam akar dan ditranslokasikan ke seluruh
tubuh tanaman. Beberapa percobaan membuktikan bahwa fotosintesa dapat
mengalami penurunan sebesar 30 % jika kandungan air dalam daun
4

dihilangkan, dan pada kandungan air mencapai 60 % proses fotosintesis akan


berhenti.

b. Radiasi Matahari
Energi matahari yang ditangkap zat hijau daun (klorofil) merupakan energi
fotosintesa. Hasil fotosintesa ini menjadi bahan utama dalam pertumbuhan dan
produksi tanaman. Selain itu, energi matahari juga dapat meningkatkan laju
pembungaan dan pembuahan, tetapi jika intensitas radiasi matahari diturunkan,
dapat memperpanjang masa pertumbuhan tanaman (penundaan panen).
Tanaman yang dipanen buahnya atau bijinya akan tumbuh dengan baik pada
intensitas radiasi matahari yang tinggi.

c. Temperatur Udara
Temperatur udara di sekitar tanaman berpengaruh besar pada proses
transpirasi yang terjadi di permukaan daun. Temperatur udara merupakan
faktor penting dalam menentukan tempat dan waktu penanaman yang cocok,
bahkan faktor temperatur udara merupakan faktor penentu pusat-pusat
produksi tanaman, misal kentang di kawasan bertemperatur rendah dan padi di
kawasan bertemperatur tinggi.

d. Angin
Angin dapat menyuplai (menyediakan) CO2 bagi kebutuhan fotosintesa.
Selain itu angin juga dapat mempengaruhi temperatur dan kelembaban tanah.
Angin kencang menyebabkan penguapan yang besar. Disamping itu angin juga
memegang peran penting dalam proses transpirasi tanaman, penyebaran
spora, proses persarian bunga dan penyebaran penyakit tanaman.
5

II. PLANET BUMI

A. Bagian – bagian Planet Bumi.


Planet bumi merupakan planet ke tiga dari sembilan planet yang beredar
mengelilingi matahari, serta merupakan planet terbesar ke enam. Dalam
pembahasan sistem bumi, bumi dibagi menjadi 4 bagian pokok yaitu (a) bagian
padat (litosfer) yang ditempati oleh tanah dan batuan; (b) bagian air (hidrosfer)
yang ditempati oleh sistem perairan seperti laut, danau dan sungai; (c) Biosfer
yaitu bagian bumi yang ditempati oleh berbagai jenis organisme dan (d) atmosfer
yaitu bagian udara yang menyelimuti seluruh permukaan bumi.

Jika dipisahkan dari pola interaksi bumi-iklim, bumi dapat dibagi menjadi
dua bagian besar, yaitu a)daratan, yaitu bagian bumi yang tidak ditempati air serta
b) lautan, yaitu bagian bumi yang ditempati air. Sementara itu, daratan masih
dibagi menjadi dataran rendah, dataran menengah dan dataran tinggi
(pegunungan)

Dalam siklus biogeofisiko kimia dari berbagai unsur yang ada di bumi,
proses hantaran panas dan alih rupa energi maupun materi, keempat bagian
planet bumi di atas selalu berinteraksi aktif. Biosfer di permukaan bumi
merupakan pewakil proses interaksi bagian-bagian bumi tersebut. Organisme yang
hidup dan berkembang di permukaan tanah, terutama flora dan fauna, menda-
patkan nutrisi tanaman dan air dari dalam tanah. Air didapatkan dari proses iklim
yang menimbulkan hujan sebagai satu-satunya sumber air terbesar bagi
organisme di permukaan tanah. Sedangkana tanah merupakan bagian dari proses
pelapukan batuan. Sementara itu dikarenakan berada di permukaan tanah, semua
bentuk kehidupan akan mendapatkan pengaruh dari atmosfer yang berupa
fenomena temperature, kelembaban, radiasi matahari dan tiupan angina.

Dalam khasanah klimatologi, maka atmosfer merupakan komponen yang


paling penting.
6

Lapisan atmosfer yang menyelimuti bumi punya ketebalan yang sulit


ditetapkan secara pasti. Hal ini disebabkan lantaran batas antara lapisan atmosfer
bumi dengan angkasa luar (outer space) yang tidak jelas.

B. Atmosfer dan Profil Atmosfer


Atmosfer merupakan selimut gas tebal (lapisan udara) yang secara
menyeluruh menutupi bumi. Berat total atmosfer diperkirakan sekitar 56.1014 ton,
sekitar separuh berat ini berada di bawah ketinggian 6000 m (18.000 kaki) dan
lebih dari 99 % berada dalam ketinggian sampai 30 km (20 mil). Tebal atmosfer
diperkirakan mencapai lebih kurang 10.000 km dari permukaan laut. Sebanyak
97% darinya terletak pada lapisan paling bawah, sampai mencapai 29 km. Makin
tinggi lapisannya makin tipis. Sampai ketinggian 80 km komposisinya hampir
dikatakan seragam serta dalam keadaan kering susunannya sebagian besar
adalah N2 (78,08%) dan O2 (21%) dan CO2 sekitar 0,03%.Tanpa atmosfer, tidak
akan ada kehidupan, tidak akan terjadi awan, angin dan tidak akan pernah ada
cuaca.

Disamping sangat penting untuk kehidupan dan sebagai media bagi proses
cuaca, atmosfer berfungsi sebagai selimut pelindung bagi bumi terhadap tenaga
penuh matahari pada waktu siang hari dan menghalangi hilangnya panas yang
berlebihan pada malam hari. Tanpa atmosfer, suhu bumi dapat meningkat menjadi
93,3oC pada siang hari dan turun mendekati – 148,9oC pada malam hari. Jadi
atmosfer merupakan sumber perilaku iklim di bumi, dan berpengaruh terhadap
proses kehidupan permukaan bumi. Atmosfer juga melindungi bumi dari pecahan-
pecahan meteor dari luar atmosfer bumi.

Profil atmosfer terdiri dari bagian – bagian atau lapisan yang dapat
dibedakan berdasarkan :
1. Temperatur.
7

Pembedaan lapisan lapisan atmosfer juga dapat digambarkan dengan cara


lain sebagaimana gambar berikut ini :

1. troposfer 2. tropopause 3.stratofer 4. stratopause


5. mesosfer 6. mesopause 7. ionosfer 8. termosfer
8

2. Kompsisi Udara.

km

Ekosfer
1000

Heterosfer

85
Homosfer

HOMOSFER
Lapisan atmosfer yang terletak antara permukaan bumi sampai ketinggian
85 km, di tempat ini nitrogen dan oksigen berbentuk molekul, serta massa
molekuler udara konstan dengan berat 28,97 gram.

HETEROSFER
Lapisan atmosfer di atas homosfer yang terletak pada ketinggian 85 – 1000
km. Lapisan ini ditandai oleh disosiasi molekul oksigen dan nitrogen menjadi atom
oksigen dan atom nitrogen. Disosiasi ini menyebabkan penurunan massa udara
dari berat 28,97 gr (homosfer) menjadi 15,79 gr pada ketinggian 200 km.

EKOSFER
Lapisan atmosfer di atas heterosfer yang merupakan batas atmosfer dan
ditandai dengan kebocoran-kebocoran atom-atom tertentu ke ruang angkasa.
9

C. Sifat Radioelektrik.

1000 km

500
Daerah F
150
Daerah E IONOSFER
100
Daerah D
50

NETROSFER

Berdasarkan proses ionisasi molekul-molekul atmosferik, atmosfer dibagi


dua :
Lapisan netrosfer berjarak dari permukaan bumi sampai ketinggian 50 km.
Lapisan ini mempunyai kepadatan elektron lebih rendah dibanding lapisan di
atasnya (ionosfer).

Lapisan ionosfer berdasarkan kepadatan elektronnya dibagi menjadi :


- Lapisan D, yang terletak pada ketinggian 50 – 90 km dan punya
kepadatan elektron antara 103 – 104 elektron/cm3. Lapisan ini memantul sinar
gelombang panjang (λ = 1000 m atau lebih) dan menyerap sinar gelombang
pendek.
- Lapisan E, terletak pada ketinggian 90 – 150 km, kepadatan elektron
5 3
10 /cm
-Lapisan F, pada ketinggian > 150 km, dengan kepadatan elektron
mencapai 2.106/cm3
10

D. Sifat – Sifat Kimia.

TERMOSFER
100

KHEMOSFER

OZONOSFER
20
ATMOSFER

Lapisan khemosfer merupakan lapisan terpenting, karena dalam lapisan


tersebut terjadi reaksi kimia sebagai berikut :
1. Pembentukan Ozon
O2 O+O
O2 + O2 O3 + O
Terjadi pada ketinggian ± 25 km dan membentuk lapisan ozonosfer.

2. Disosiasi uap air


H2O H+ + OH−

3. Disosiasi molekul oksigen atom oksigen


O2 O + O

4. Disosiasi molekul nitrogen atom nitrogen


N2 N + N

5. Terjadinya reaksi dalam lapisan Khemosfer paling bawah


SO2 + 2NH3 + H2O SO3(NH4)2
11

III. MATAHARI DAN BUMI

A. Matahari.
Matahari merupakan pusat energi panas bagi ke sembilan planet yang
mengelilinginya. Matahari merupakan salah satu dari 100 juta lebih bintang yang
ada dalam galaksi kita, memiliki diameter 1.390.000 kilometer, dengan berat
1,989X1030 kilogram dan bertemperatur 5.800o Kelvin (permukaannya) serta 15,6
juta Kelvin (pada intinya). Lantaran sebagai satu-satunya sumber energi panas
bagi jagad raya, maka matahari menjadi sumber energi dan pengontrol iklim bagi
bumi.

Panas yang dimiliki matahari dan jarak yang cukup jauh membuat
pengetahuan orang tentang matahari baru sebatas pada posisi dan kedudukan
matahari terhadap bumi dan planet – planet lain, serta pengaruh dan peran
matahari kepada proses iklim dan kondisi biosfer di bumi.

Ilustrasi matahari hasil pemotretan satelit disajikan di bawah ini :

Bumi berevolusi mengelilingi matahari pada jarak rata-rata 149,6 . 106 km


(dengan orbit berbentuk elips. Dengan bentuk orbital yang tidak berbentuk
12

lingkaran sempurna (elips), maka jarak antara bumi dan matahari tidak selalu
sama.

Jarak bumi – matahari terdekat disebut perihelion dan ini terjadi pada
tanggal 4 Januari dengan jarak sekitar 91,5 juta mil ≈ 147,19 juta km, serta jarak
bumi – matahari terjauh disebut aphelion yang terjadi pada tanggal 5 Juli dengan
jarak 94,5 juta mil ≈ 152,01 juta km. Matahari dapat meng-emisi-kan radiasi
elektromagnetik dalam bentuk gelombang yang menjalar dengan kecepatan 3 x
1010 cm/detik.

Energi matahari ini, diradiasikan sama rata ke segala arah, dan sebagian
besar energi ini hilang ke dalam alam semesta yang maha luas, dan hanya
sebagian kecil saja yang dapat diterima bumi.

Berdasarkan hukum Lambert, kerapatan alir energi cahaya yang diterima


per satuan luas permukaan akan mencapai maksimal jika berkas cahaya tersebut
jatuh tegak lurus di atas permukaan tersebut. Dikarenakan bumi berbentuk bulat,
maka sesuai dengan hukum Lambert tersebut, kerapatan aliran energi cahaya
yang diterima per satuan luas permukaan pada daerah sekitar Garis Ekuator akan
lebih tinggi dibanding dengan daerah pada garis lintang yang lebih tinggi, baik
pada belahan bumi Utara (Northern Hemisphere) maupun belahan bumi Selatan
(Southern Hemisphere), sebagaimana ilustrasi di bawah ini :

belahan bumi Utara

bumi
matahari
belahan bumi Selatan
13

Garis yang menghubungkan titik kutub Utara dan titik kutub Selatan tidak
selalu tegak lurus terhadap garis yang menghubungkan titik pusat lingkaran bumi
dan titik pusat lingkaran matahari, maka secara teratur, sumbu perputaran bumi
akan bergerak ke kiri dan ke kanan membentuk sudut maksimum sebesar hampir
23,5o dari posisi tegak lurusnya. Sebagaimana ilustrasi di bawah ini :

sun

Garis edar matahari secara teratur akan bergerak dari Garis Ekuator ke
Utara sampai garis lintang 23o 27’ LU (Tropic of Cancer), kemudian kembali ke
Ekuator dan terus ke selatan sampai pada garis lintang 23o 27’ LS (Tropic of
Capricorn), setelah itu kembali ke Ekuator.

Zona antara Tropic of Cancer dan Tropic of Capricorn disebut daerah


Tropis. Pada saat matahari berada pada tropic of cancer, sebagian wilayah kutub
selatan akan selalu gelap (tidak menerima matahari secara langsung), walaupun
berada pada posisi berhadapan langsung dengan matahari.

Batas wilayah terang dan gelap tersebut, terletak pada 66o 33’ LS, dan garis
lintang ini disebut Lingkaran Antartika. Hal yang berkebalikan akan terjadi sama,
pada saat matahari berada pada tropic of capricorn.
14

Untuk lebih memperjelas keterangan di atas, gambar dibawah ini perlu


disimak lebih lanjut :

KUTUB
66033’ LU

SEDANG
22 juni
23027’ LU

TROPIS
00

TROPIS
22 desember 23027’ LS

SEDANG
66033’ LS

KUTUB

B. Insolansi
Insolasi berasal dari kata Insolation (Incoming Solar Radiation) yang
berarti energi matahari yang diterima bumi. Sumber energi utama bagi bumi ini
menyebabkan gerak udara (angin) dan arus laut.

Energi matahari yang jatuh pada atmosfer bagian atas pada jarak rata-
rata Matahari – Bumi disebut Tetapan Matahari (Solar Konstanta) yang besarnya 2
kal/cm2/menit.. Energi matahari dalam bentuk radiasi gelombang pendek tidak
semuanya sampai ke bumi, tetapi terbagi-bagi sebagai berikut :

1. Insolasi radiasi gelombang pendek matahari.


2. Energi matahari yang hilang oleh pantulan, hamburan dan sebagainya.
3. Energi matahari yang hilang karena pantulan oleh permukaan salju, air.
4. Energi matahari yang diterima bumi dan memanasi permukaan bumi.
5. Radiasi gelombang panjang dari bumi yang memanasi atmosfer (udara).
6. Distribusi panas oleh konveksi dan turbulensi.
7. Panas yang hilang ke luar angkasa.
15

7 2

5 6 5 3 1

Faktor-faktor yang bepengaruh pada Insolasi


a. Letak lintang (latitude) b. Lama Penyinaran (Durasi)
- Sudut jatuh / datangnya sinar

a b c

Insolansi di a>b>c

Intensitas insolasi berkurang dengan bertambahnya luas bidang yang disinari

A
Dikarenakan luas bidang yang disinari di daerah B> daerah A maka insomansi
daerah A lebih besar insolansi daerah B.
16

Insolansi juga dipengaruhi oleh lama penyinaran/durasi sinar matahari,


artinya suatu daerah di permukaan bumi yang memiliki panjang hari lebih lama
(misal di kawasan sekitar ekuator/katulistiwa) akan mendapatkan total insolansi
harian lebih banyak. Sementara di kawasan antartika sampai area kutub, akan
mendapatkan total insolansi harian lebih kecil.

C. Perjalanan Radiasi Matahari.


Matahari memancarkan sinarnya ke segala arah sama rata. Pancaran sinar
matahari di terima oleh lingkungan dalam bentu Radiasi Gelombang Sinar
Pendek, dengan demikian sinar matahari di terima oleh bumi dalam bentuk radiasi
gelombang pendek (siang hari) dan dipantulkan lagi oleh bumi ke atmosfer dalam
bentuk radiasi gelombang panjang (malam hari).

Radiasi gelombang pendek (RGPe) yang dipancarkan matahari tidak


semuanya diterima bumi, tetapi hanya kira – kira separohnya saja, sebagaimana
ragaan di bawah ini.

100% RGPe

35%
permukaan atas atmosfer
65%

14%

permukaan bumi
51%

Dari skema di atas dapat diketahui bahwasanya radiasi sinar matahari


dalam bentuk radiasi gelombang pendek yang sampai di bumi hanyalah sekitar
51%. Sementara itu radiasi matahari yang telah diterima bumi akan dipantulkan
17

lagi oleh bumi pada malam harinya dalam bentuk radiasi gelombang panjang,
sebagaimana ragaan di bawah ini :

Ruang angkasa
17%
Hilang, tanpa memanasi atmosfer

RGPa atmosfer
19%
6%
9%

Radiasi konveksi konden-


Efektif turbulensi sasi
permukaan bumi

Dari sekitar 51% radiasi gelombang pendek yang diterima bumi pada siang
hari, ternyata yang betul – betul efektif dipergunakan (terutama untuk proses
fotosintesis) hanyalah berkisar 6% saja, sementara 9% dipergunakan untuk proses
pemanasan atmosfer, 19% masuk ke dalam proses iklim (digunakan dalm proses
daur air di alam), dan 17% hilang sia – sia tanpa dipergunakan oleh sistem bumi.
18

III. KERAGAMAN IKLIM BUMI

Keragaman iklim antara satu wilayah dengan wilayah lain, ditentukan


peranan beberapa faktor :
a. Posisi bumi terhadap garis edar matahari (posisi lintang).
b. Pola lintasan bumi.
c. Rotasi bumi.
d. Keberadaan badan air di permukaan bumi (laut, danau, dll)
e. Pola arah angin
f. Fisiografi permukaan daratan
g. Kerapatan dan jenis vegetasi

A. Posisi Lintang.
Radiasi matahari kumulatif tahunan yang diterima daerah tropis jauh lebih
tinggi dibanding daerah antara :
≈ Tropic of Cancer dengan lingkaran antartika
≈ Tropic of Capricorn dengan lingkaran antartika

Kondisi menyebabkan daerah tropis memiliki rata-rata suhu paling tinggi


sepanjang tahun jika dibandingkan dengan daerah – daerah lain. Hal ini
disebabkan oleh :

1. Sinar matahari masuk ke daerah ekuator dalam posisi tegak lurus,


sehingga menghasilkan insolansi lebih tinggi.
2. Pada saat matahari berada di belahan bumi Utara, daerah ekuator tetap
mendapatkan sinar matahari, demikian pula sebaliknya jika matahari
berada di belahan bumi Selatan, daerah ekuatot juga mendapatkan sinar
matahari. Pendek kata, sepanjang tahun, daerah ekuator selalu
mendapatkan sinar matahari. Atau jika dilihat gambar yang tercantum
dalam halaman 13, yang menunjukkan posisi kecondongan bumi
terhadap matahari, pola perjalanan matahari dari Kutub Utara ke Kutub
Selatan yang selalu melewati garis ekuator, menyebabkan ekuator
mendapatkan total penyinaran lebih besar.
19

Sedangkan wilayah kutub selalu mendapatkan total radiasi matahari paling


rendah. Keadaan ini menyebabkan daerah tropis bertemperatur lebih tinggi
dibanding belahan bumi lain. Panjang hari (lama penyinaran matahari) pada
daerah tropis relatif konstan sepanjang tahun, tetapi untuk daerah tropis relatif
konstan sepanjang tahun, tetapi untuk daerah yang semakin jauh dari Garis
Ekuator, panjang hari akan berfluktuasi semakin besar.

Pada saat garis edar matahari berada di sebelah utara garis ekuator,
panjang hari pada belahan bumi utara akan lebih dari 12 jam.

Panjang hari maksimal tercapai pada saat matahari berapa pada tropic of
cancer untuk belahan bumi Utara dan pada saat matahari berada pada tropic of
capricorn untuk belahan bumi Selatan.

B. Pola lintasan bumi.


Pola lintasan bumi saat mengelilingi matahari tidaklah berbentuk lingkaran,
tetapi berupa garis elips (oval), sehingga terjadi jarak terdekat antara matahari dan
bumi (perihelion) dan jarak terjauh (aphelion) sebagaimana ilustrasi di bawah ini :

B
M

Pada saat bumi berada pada jarak terdekat dengan matahari, bumi mene-
rima panas lebih banyak bila dibandingkan dengan pada saat berada pada jarak
tejauh. Perbedaan penerimaan panas ini menyebabkan terjadinya keragaman
iklim di bumi.

C. Rotasi bumi.
Selama mengelilingi matahari, bumi juga melakukan rotasi terhadap poros
bumi, sehingga dalam keseharian, bumi dibagi menjadi waktu siang untuk bagian
20

bumi yang lengsung berhadapan dengan matahari, dan waktu malam untuk bagian
bumi yang tidak berhadapan dengan matahari seperti ilustrasi di bawah ini :

Matahari bumi
A B

A = waktu siang, B = waktu malam.


Waktu siang dan waktu malam menyebabkan timbulnya perbedaan jumlah
panas yang sampai ke permukaan bumi, dan ini memunculkan keragaman iklim,
seperti perbedaan temperatur urada dan kelembaban.

D. Keberadaan Laut dan Air di Permukaan Bumi.


Bentang air permukaan yang luas seperti laut atau danau berpengaruh
terhadap iklim suatu kawasan. Besar pengaruhnya, bergantung pada luas bentang
air tersebut. Peningkatan suhu air berlangsung lebih lambat, tetapi air mampu
menyimpan panas lebih lama dibanding daratan. Air punya panas spesifik tinggi.
(Panas spesifik adalah jumlah energi yang dibutuhkan untuk meningkatkan suhu 1
gram air sebesar 1oC)

Angin yang berhembus melewati permukaan bentang air dapat


menghambat peningkatan atau penurunan suhu udara secara drastis pada wilayah
daratan di sekitarnya (pantai). Oleh karena itu wilayah kepulauan atau wilayah
dekat pantai untuk daerah tropis akan lebih sejuk. Sementara itu di wilayah utara
tropic of cancer dan di wilayah tropic of capricorn, akan terasa lebih hangat.

E. Pola Arah Angin.


Pola arah angin mempengaruhi iklim. Angin merupakan faktor penting
dalam pendistribusian uap air / kelembaban udara dan panas. Angin permukaan
21

pada belahan bimu utara dan selatan cenderung membentuk pola yang terdiri dari
3 sabuk angin utama.

66o33’ LU polar easterlies

23o27” LU westerlies

0o tropical easterlies
23o27” LS westerlies

66o33” LS polar easterlies

Pada saat garis edar matahari berada di belahan bumi Utara (mendekati
Tropic of Cancer), maka suhu rata-rata pada kawasan Asia Tenggara akan tinggi.
Pada kondisi seperti ini, suhu udara di atas bentangan laut akan lebih rendah
dibandingkan suhu udara di daratan. Dengan demikian tekanan udara di atas
bentang laut lebih tinggi dibanding daratan, dan udara akan bergerak dari laut
menuju darat (Angin ini karena berawal / berasal dari laut, maka disebut angin
laut) karena berasal dari laut, maka angin laut banyak membawa uap air dan
menyebabkan terjadinya hujan.

Pada saat garis edar matahari berada di belahan bumi Selatan, suhu rata-
rata di Asia Tenggara lebih rendah. Pada saat seperti ini, daratan akan lebih dingin
dibanding lautan, atau di atas bentangan laut bersuhu lebih tinggi dibanding
daratan. Akibatnya, angin akan bertiup dari daratan menuju lautan (disebut angin
darat) .karena berasal dari darat, angin ini miskin uap air (lebih kering) dan
merupakan penyebab musim kemarau.
22

F. Fisiografi Permukaan Daratan


Fisiografi (ukuran-ukuran fisik) daratan terdiri dari 2 komponen, yaitu a).
Geomorfologis (bentuk-bentuk permukaan bumi) dan b). Altitude (ketinggian
tempat). Keduanya berpengaruh kepada iklim.

Pegunungan dan kompleks perbukitan dapat menghalangi pergerakan angin, dan


angin dipaksa naik sebagaimana ilustrasi di bawah ini :

Daerah bayangan hujan curah hujan tinggi

angin
kering angin lembab

Jika udara naik, volumenya akan mengembang dan suhunya menurun


secara adiabatik. Bila udara yang naik tersebut mengandung uap air, maka uap air
akan mengalami kondensasi (pengembunan). Dengan demikian hujan akan terjadi
pada sisi lereng yang menghadang datangnya angin.

Angin yang mencapai puncak, umumnya telah kekurangan uap air, dan
pada saat menuruni lereng, menjadi sangat kering. Hal ini lantaran uap air telah
terkondensasi sebelum mencapai puncak.

G. Kerapatan dan Jenis Vegetasi


Pola sebaran vegetasi dipengaruhi oleh kondisi iklim dan tanah. Vegetasi
dan iklim mempunyai hubungan yang sangat erat. Di satu sisi, jenis dan sebaran
vegetasi dipengaruhi iklim. Di sisi lain, kerapatan, kerindangan dan kondisi habitus
vegetasi (keragaan) dapat menciptakan iklim mikro yang spesifik.
23

Kondisi iklim yang dapat dirasakan langsung oleh manusia di areal persawahan
tentu akan berlainan jika berada di bawah kerindangan hutan.

Uap air yang dilepas tanaman lewat tajuk kerindangannya (transpirasi)


dapat menciptakan lingkungan iklim yang spesifik. Seringnya hujan lokal yang
turun di lingkungan hutan membuktikan hal ini, karena jumlah uap air yang
ditranspirasikan vegetasi hutan tentunya lebih banyak.

Sebaran vegetasi telah lama dipelajari orang, dan kesudahannya telah


cukup bukti bahwa vegetasi hutan memiliki peran yang begitu besar terhadap iklim
dan keberlangsungan sistem pertanian di bawahnya sebagaimana ilustrasi berikut

Transpirasi
kondensasi

hujan

Iklim mikro
hutan

lahan pertanian
24

IV. IKLIM

1. Anasir Anasir Iklim.


A. Temperatur (Suhu)
Temperatur merupakan derajad panas pada waktu tertentu. Temperatur
merupakan karakteristik yang dimiliki suatu benda yang berhubungan dengan
panas dan energi. Jika panas dialirkan pada suatu benda, maka suhu benda
tersebut akan meningkat, sebaliknya suhu benda tersebut akan turun jika benda
tersebut kehilangan panas. Akan tetapi, satuan panas energi dengan satuan suhu
tidak merupakan suatu konstanta yang berhubungan, karena besarnya
peningkatan suhu akibat penerimaan panas dalam jumlah tertentu dipengaruhi
oleh daya tampung panas (head capacity) yang dimiliki benda yang menerima
panas tersebut.

- Suhu Udara
Selama setiap periode 24 jam, suhu udara berfluktuasi dengan nyata.
Fluktuasi ini berkaitan erat dengan proses pertukaran energi yang berlangsung di
atmosfer. Pada siang hari, sebagian radiasi matahari diserap oleh gas-gas di
atmosfer dan partikel-partikel padat yang melayang-layang di atmosfer. Serapan
energi matahari ini meyebabkan suhu udara meningkat. Suhu udara harian
maksimum tercapai pada saat cahaya matahari jatuh tegak lurus. Sebagian radiasi
pantulan dari permukaan bumi juga akan diserap oleh gas dan partikel yang ada
di atmosfer.

Dikarenakan kerapatan udara dekat permukaan lebih tinggi dan lebih punya
peluang menyerap radiasi pantulan ini, maka pada siang hari suhu udara di dekat
permukaan lebih tinggi dibanding dalam lapisan udara yang lebih tinggi.

Sebaliknya, pada malam hari, terutama menjelang subuh, suhu udara dekat
permukaan menjadi leih rendah dibanding suhu udara dalam lapisan yang lebih
tinggi.
25

Untuk lebih jelasnya grafik fluktuasi suhu udara harian disajikan berikut ini :

Suhu ( C)
35
30
25
20

06 12 18 24 06 Jam
Fluktuasi Suhu Udara Harian
Sedangkan profil suhu udara dan suhu tanah dekat permukaan tanah
disajikan di bawah ini :
26

Permukaan bumi merupakan penyerap utama radiasi matahari. Oleh karena


itu, permukaan bumi (dalam ham ini – permukaan tanah) merupakan sumber
panas bagi udara di atasnya dan bagi tanah di bawahnya. Pada malam hari,
permukaan bumi tidak menerima masukan energi radiasi matahari, tetapi
permukaan bumi tetap akan memancarkan energi (radiasi gelombang panjang).

Proses diatas menyebabkan permukaan bumi kehilangan panas dan


dengan demikian suhu permukaan bumi turun. Kejadian ini menyebabkan fluktuasi
suhu permukaan (bumi) lebih besar dibanding dengan suhu udara di atas dan di
bawah permukaan bumi, sebagaimana gambar di bawah ini :

Panas yang berasal dari permukaan tanah (bumi) dirambatkan ke dalam


lapisan tanah yang lebih dalam, dan proses ini memerlukan waktu. Akibatnya,
pada saat temperatur maksimum di permukaan tanah tepat jam 13.00, maka
temperatur maksimum di dalam tanah terjadi setelah jam 13.00. Demikian pula
halnya pada pencapaian temperatur minimum.
27

Satuan yang digunakan dalam pengukuran suhu tanah adalah Derajat


Celcius (oC), Derajat Kelvin (oK), Derajat Fahrenheit (oF) dan Derajat Reamur (oR).
Satuan Derajat Celcius (oC) paling umum digunakan dalam pengukuran suhu.
Satuan suhu ini didasarkan atas titik beku dan titik didih air.

Satuan derajat Kelvin banyak digunakan dalam pengukuran fisika yang


berkaitan dengan kemampuan memancarkan energi jika suhunya > 0 oK. Satuan
derajat Fahrenheit hanya digunakan di Amerika, sedangkan derajat Reamur jarang
digunakan.
Konversi antar satuan derajat dapat dilakukan berdasar tabel berikut :

o o o o
C F K R
⎛9⎞ o ⎛9⎞ o
o
C - ⎜ ⎟ C + 32 o
C + 273 ⎜ ⎟ C
⎝5⎠ ⎝5⎠
5 ⎛9⎞ o 4
o
F (oF – 32) - ⎜ ⎟ F + 255,2 (oF – 32)
9 ⎝5⎠ 9

⎛9⎞ o 4
o
K o
K – 273 ⎜ ⎟ K – 459,4 - (oK – 273)
⎝5⎠ 5

⎛5⎞o ⎛9⎞ o ⎛9⎞ o


o
R ⎜ ⎟ R ⎜ ⎟ R + 32 ⎜ ⎟ R + 273 -
⎝4⎠ ⎝5⎠ ⎝5⎠

- Variasi suhu di Indonesia.


Fluktuasi suhu musiman untuk masing-masing lokasi di Indonesia sangat
kecil. Hal ini disebabkan Indonesia terletak di daerah tropis. Oleh karena itu,
Indonesia disebut memiliki iklim ISOTHERMAL . Jadi, variasi suhu di Indonesia
lebih dipengaruhi oleh perbedaan tinggi tempat (altitude). Suhu maksimum di
Indonesia menurun sebesar 0,6oC untuk setiap kenaikan elevasi setinggi 100
meter.
Berdasarkan data 60 lokasi dikumpulkan oleh Oldeman pada tahun 1977,
ditemukan hubungan :
T maksimum = 31,3 – 0,006x
T minimum = 22,8 – 0,005x
x = ketinggian tempat (meter)
28

Suhu maksimum tertinggi umumnya dicapai pada bulan Oktober (akhir


musim kemarau) dan suhu minimum terendah dicapai pada bulan Juli / Agustus.

B. Kelembaban Udara
Kelembaban udara ditentukan oleh kandungan (jumlah) uap air dalam
udara. Total massa uap air per satuan volume udara disebut Kelembaban Absolut
(kg/m3). Perbandingan antara massa uap air dengan massa udara lembab dalam
satuan volume tertentu disebut Kelembaban Spesifik (g/kg).

Dalam khasanah Klimatologi, kelembaban udara dinyatakan sebagai


kelembaban relatif (Relative humidity), yang disingkat dengan RH.

RH merupakan perbandingan antara tekanan uap air aktual (yag terukur)


dengan tekanan uap air pada kondisi jenuh.

⎛ PA ⎞
RH = ⎜ ⎟ x 100 %
⎝ Ps ⎠

PA = tekanan uap aktual


Ps = tekanan uap jenuh
Jika udara jenih uap air, PA = PS. Dengan demikian RH = 100 %

Tekanan uap air adalah tekanan parsial uap air dalam udara dengan satuan
Pascal (Pa). Tekanan uap air ini dipengaruhi oleh kerapatan uap air (water vapor
density) dan suhu yang dihubungkan dalam persamaan :

PA = 4,62 – 10-4 PV.T

PA = tekanan uap air (kPa) Kilo Pascal


PV = kerapatan uap air (g/m3)
T = Suhu dalam satuan oK

Pada saat kondisi tekanan atau kerapatan uap air jenuh, udara tak dapat
lagi menampung tambahan uap air. Dengan demikian penambahan uap air akan
29

diimbangi proses kondensasi, sehingga jumlah uap air yang terkandung tak akan
melebihi kapasitas tampung udara.

Dari persamaan di atas menunjukkan bahwa kemampuan udara dalam


menampung uap air dapat ditingkatkan dengan menaikkan suhu. Dengan
demikian, jika udara yang jenuh uap air ditingkatkan suhunya, maka udara tersebut
dapat menjadi tak jenuh uap air.

Besarnya kelembaban udara antara satu tempat dengan tempat lain dapat
berlainan, untuk beberapa ketinggian, profil kelembaban udara disajikan dalam
gambar berikut :

Dalam lapisan udara dekat permukaan tanah, fluktuasi kelembaban lebih


besar dari area yang makin tinggi (makin jauh) dari permukaan tanah. hal ini terjadi
karena uap air bersumber dari permukaan tanah.
30

Pada siang hari, kelembaban lebih tinggi terjadi dalam udara dekat
permukaan, tetapi pada malam hari, kelembaban lebih rendah terjadi dalam udara
dekat permukaan.

C. Awan dan Hujan


Uap air yang dihasilkan melalui proses evapotranspirasi dari berbagai
sumber di permukaan bumi akan bergerak ke lapisan troposfer bumi. Suhu udara
pada lapisan troposfer bumi akan makin rendah dengan bertambahnya ketinggian.

Penurunan suhu udara akan mempercepat tercapainya kejenuhan uap air


dalam lapisan udara tersebut, dan hal ini akan mendorong terjadinya kondensasi.
Naiknya udara yang mengandung uap air ke dalam lapisan atas troposfer dapat
terjadi melalui tiga proses, yaitu secara konveksi, orografis dan frontal.

• Naiknya udara dari lapisan bawah troposfer secara konveksi adalah akibat
suhu udara lapisan bawah lebih tinggi, sehingga udara tersebut memuai
dan menjadi lebih ringan (lebih renggang). Udara dingin pada lapisan atas
akan turun karena lebih berat (lebih rapat).

• Naiknya udara secara orografis adalah akibat udara bergerak yang


terhalang oleh adanya pegunungan (atau penghalang geografis lainnya),
sehingga massa udara dipaksa naik. Massa udara yang naik akan
mengalami penurunan suhu sehingga proses kondensasi dapat
berlangsung.

• Naiknya udara secara frontal dapat terjadi jika massa udara panas bergerak
dan bertemu dengan massa udara dingin dari arah yang berlawanan.
Massa udara panas akan naik, sedangkan massa udara dingin akan tetap di
lapisan bawah.

Bila massa udara panas tersebut banyak mengandung uap air, maka akan
terjadi konsensasi. Proses kondensasi karena kondisi – kondisi orografis
31

disebut hujan Orografis sedangkan proses kondensasi karena peristiwa


frontal disebut hujan Frontal.

• Kondensasi juga dapat terjadi lebih cepat jika terdapat partikel-partikel halus
yang bersifat higroskopis sehingga dapat berfungsi sebagai inti kondensasi.
Akhirnya, inti kondensasi ini akan mengikat molekul-molekul di sekitarnya
untuk selanjutnya membentuk butiran air. Jika suhu udara berada di bawah
titik beku air, maka kristal es dapat terbentuk.

Penggolongan Awan
Awan yang dapat terbentuk jika terjadi kondensasi uap air di atas
permukaan bumi. Secara teoritis, massa udara yang naik ke atas volumenya akan
mengembang secara adiabatis, karena tekanan udara di atas lebih kecil daripada
tekanan udara di bawah. Akibat ekspansi adiabatis dan secara termodinamika
maka temperatur udara akan turun kurang lebih 1oC tiap kenaikan 100 m. udara
kering, sedangkan udara basah akan turun sebesar 0,65oC tiap kenaikan 100 m.
Berdasarkan bentuk dan ketinggian pembentukannya, awan dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :

• Berdasarkan bentuknya, awan dibedakan menjadi


1. Awan Stratus yang berbentuk pipih, berwarna abu-abu, terbentuk pada
ketinggian 1,8 km.
2. Awan Cumulus punya bentuk dasar rata dan bagian atas mirip bunga kubis
(cauliflower) dan terbentuk pada ketinggian ± 600 m. jika udara lembab dan
2,4 km. jika udara kering. Salah satu jenis awan cumulus dapat terbentuk
dalam lapisan troposfer yang lebih tinggi sampai pada ketinggian 15,2 km
.(Cumulonimbus) yang menyebabkan hujan lebat.
3. Awan Cirrus berwarna putih, tipis, berserat dan terdiri dari kristal es. Awan
ini terbentuk pada ketinggian lebih dari 6,2 km.
32

• Berdasarkan ketinggian tempat pembentukannya, awan dibedakan :


1. Awan rendah yang terbentuk pada ketinggian kurang dari 2 km, misalnya
Nimbostratus (Ns), Stratocumulus (Sc) dan Stratus (St).
2. Awan menengah yang terbentuk pada ketinggian 2 – 7 km, misalnya
Altocumulus (Ac), Altostratus (As).
3. Awan tinggi yang terbentuk pada ketinggia lebih dari 7 km, misalnya Cirrus
(Ci), Cirrostratus (Cs) dan Cirrocumuluc (Cc).
4. Awan vertikal yang terbentuk pada ketinggian 1 – 29 km, misalnya Cumulus
(Cu) dan Cumulonimbus (Cb).

Presipitasi
Awan yang terbentuk sebagai hasil kondensasi uap air akan terbawa oleh
angin, sehingga mempunyai penyebaran lebih luas. Jika butiran air atau kristal es
mencapai ukuran yang cukup besar maka benda tersebut mulai dipengaruhi (tidak
dapat melawan) gaya gravitasi bumi dan akhirnya bergerak ke arah permukaan
bumi. Proses ini disebut presipitasi.

Ukuran butiran air yang jatuh dalam proses presipitasi dapat beragam.
* Ukuran dengan φ > 0,5 mm Hujan
* Ukuran dengan φ > 0,2 – 0,5 mm Gerimis
* Ukuran dengan φ < 0,2 mm Tidak pernah sampai ke permukaan
bumi (sebelum sampai permukaan bumi
telah menguap, kembali ke atmosfer)

- Teori Hujan.
• Teori Kristal Es
Berdasarkan teori ini, butiran air hujan berasal dari kristal es atau salju yang
mencair. Kristal terbentuk dalam awan-awan tinggi (misal awan cirrus) akibat
deposisi uap air pada inti kondensasi. Apabila makin banyak uap air yang
terikat pada inti kondensasi ini, maka ukuran kristal makin besar, dan hal ini
menjadi semakin berat untuk tetap melayang. Akhirnya kristal ini akan
33

dipengaruhi gravitasi dan jatuh menuju bumi. Dalam perjalanannya menuju


bumi, kristal es ini akan bertemu dengan udara panas sehingga mencair
kembali menjadi air hujan.

• Teori Tumbukan
Butiran air berukuran tidak sama (tidak seragam), dan hal ini berakibat
kecepatan jatuhnya berbeda. Butiran dengan diameter lebih besar akan jatuh
dengan kecepatan lebih tinggi, sehingga selama proses jatuhnya, butiran besar
selalu menabrak (menumbuk) dan bergabung dengan butiran hujan yang lebih
kecil. Proses penggabungan ini mengakibatkan terjadinya butiran hujan yang
lebih besar.

D. Penyinaran Matahari dan Fotoperiodesitas.


Pada saat bumi mengitari (mengelilingi) matahari, posisi sumbu bumi tidak
selalu tegak lurus terhadap garis penghubung antara inti bumi dengan inti
matahari.

Garis penghubung antara inti bumi dan inti matahari paralel dengan radiasi
matahari. Sudut yang terbentuk bervariasi sekitar (90 ± 23,5)oC. Variasi sudut yang
terbentuk ini menyebabkan garis matahari secara teratur bergeser ke belahan
bumi Utara dan ke belahan bumi Selatan.

Pada saat sumbu bumi pada posisi tegak lurus dengan garis penghubung
pusat (inti) bumi dan inti matahari, maka garis edar matahari berada pada lintang
0o (ekuator).

Pada saat sumbu bumi berada pada posisi kemiringan maksimal, maka
garis edar matahari berada pada lintang 23o27’.

Pola pergeseran garis edar matahari ini menyebabkan perubahan panjang


hari (lama penyinaran) di setiap lokasi di permukaan bumi.
34

Untuk daerah tropis yang dekat dengan garis ekuator, perubahan panjang
hari ini tidak begitu besar. Semakin jauh dari garis ekuator, fluktuasi panjang hari
ini akan semakin besar.

Lokasi-lokasi di belahan bumi Utara, lama penyinaran yang panjang (>12


jam) akan terjadi saat garis edar matahari berada antara garis ekuator dengan
garis 23,5oLU. Lama penyinaran yang pendek (<12 jam) terjadi pada saat garis
edar matahari berada di belahan bumi Selatan.

Untuk lokasi-lokasi di belahan bumi Selatan, akan terjadi proses sebaliknya.


Lama penyinaran dapat mempengaruhi perilaku dan kegiatan makhluk hidup di
planet bumi. Termasuk metabolisme tanaman. Penyinaran yang lebih lama akan
memberikan kesempatan yang lebih besar bagi tumbuhan untuk meman-
faatkannya melalui proses fotosintesis.

Selain itu, lama penyinaran juga mempengaruhi aktivitas hormon tumbuhan,


misalnya hormon yang berperan dalam inisiasi (pemekaran) bunga. Fotosintesis
menggambarkan atau berhubungan dengan fase perkembangan dan pertumbuhan
tanaman (tumbuhan) yang dipengaruhi lama penyinaran matahari yang diterima
tanaman tersebut.

Fase pertumbuhan tanaman yang sering (paling besar) dipengaruhi lama


penyinaran matahari adalah saat-saat tanaman tersebut memasuki fase generatif.
Tanaman yang membutuhkan lama penyinaran yang panjang (>14 jam, sehari
semalam) dinamakan tanaman hari panjang (long day plant). Tanaman yang
membutuhkan lama penyinarana pendek (<10 jam dalam sehari semalam) disebut
tanaman hari pendek (short day plant). Sedangkan tanaman yang fase
perkembangannya tidak dipengaruhi lama penyinaran matahari disebut tanaman
hari netral (neutral day plant).
35

D. Udara dan Angin.


-Tekanan Udara.
Tekanan udara diukur berdasarkan tekanan gaya pada permukaan yang
mempunyai luas tertentu, misal 1 cm2. Satuan yang digunakan dalam pengukuran
tekanan udara adalah atmosfer (atm), milimeter kolom air raksa (mm Hg) atau
milibar (mbar),

Tekanan udara dasar (tekanan udara normal) adalah setara dengan


tekanan kolom udara setinggi lapisan atmosfer bumi pada garis lintang 45o dan
suhu 0o. Besarnya tekanan udara pada kondisi seperti ini dinyatakan sebesar 1
atmosfer (1 atm.).

Tekanan udara sebesar 1 atm. ini setara dengan tekanan yang ditimbulkan
oleh kolom air raksa setinggi 760 mm. Satuan tekanan udara lain adalah kg/m2.
lb/inchi2 sering disingkat psi. (pound per square inchi).

Konversi tekanan udara antar satuan

1 atm = 760 mm hg = 14,7 psi = 1.013 mbar

Alat untuk mengukur tekanan udara disebut barometer. Tekanan udara berkurang
dengan bertambahnya ketinggian tempat (elevasi atau altitude).

Hubungan antara tekanan udara dengan ketinggian tempat diformulasikan dalam


persamaan Laplace :

h = k (1 + Jt) log [βo / βh]


h = ketinggian tempat
k = konstanta
j = koef. pemuaian udara (0,00367)
t = suhu rata-rata permukaan laut sampai pada ketinggian h
βo = tekanan udara pada permukaan laut
βh = tekanan udara pada ketinggian h
36

Hubungan antara tekanan udara dengan ketinggian tempat dipakai sebagai dasar
pembuatan alat pengukur ketinggian tempat (altimeter).

Tekanan udara pada umumnya turun sebesar 11 mbar. untuk tiap


pertambahan tinggi 100 m. Tekanan udara dipengaruhi oleh suhu. Dikarenakan
fluktuasi suhu di daerah tropis kecil, maka fluktuasi tekanan udara di daerah tropis
juga relatif kecil (konstant.

Tekanan udara yang tidak berfluktuasi besar ini menyebabkan kecepatan


angin di kawasan dekat garis ekuator seperti halnya Indonesia pada umumnya
relatif lemah.

Kawasan-kawasan yang memiliki tekanan udara sama dihubungkan dengan


garis isobar. Di Indonesia, garis isobar secara umum akan paralel dengan garis
kontur permukaan bumi. Tekanan udara antara satu tempat dngan tempat lain
berbeda-beda dan pada lokasi tertentu akan berubah dari waktu ke waktu. Pola
perubahan dan perbedaan ini disebabkan oleh pergeseran garis edar matahari,
keberadaan bentang laut dan ketinggian tempat (altitude).

• Pergeseran garis edar matahari menyebabkan fluktuasi suhu musiman,


terutama untuk daerah garis lintang pertengahan.
Suhu berpengaruh terhadap pemuaian dan penyusutan volume udara.

Jika udara memuai, maka udara menjadi lebih renggang dan akibatnya,
tekanannya akan menurun. Sebaliknya, jika volume udara menurun (menyusut)
maka kerapatan udara tersebut menjadi lebih tinggi dan akibatnya tekanan
udara meningkat.

• Bentang laut yang luas berperan sangat besar mempengaruhi fluktuasi tekanan
udara, karena laut merupakan pemasok uap air ke dalam udara (lewat proses
evaporasi). Penambahan uap air ke dalam udara ini menyebabkan tekanan
udara meningkat, dan peristiwa inilah yang menimbulkan angin laut pada siang
hari.
37

Pengaruh ketinggian tempat terhadap pola perubahan tekanan udara dapat


diterangkan dengan persamaan Laplace yang telah disampaikan di muka.

-Angin.
Massa udara yang bergerak disebut udara. Angin dapat bergerak horisontal
atau vertikal dengan kecepatan bervariasi dan berfluktuasi dinamis. Faktor yang
menyebabkan gerakan massa udara adalah adanya perbedaan tekanan udara dari
satu tempat ke tempat lain. Angin selalu bergerak dari tempat yang bertekanan
tinggi ke tempat yang bertekanan lebih rendah. Jika tidak ada lagi gaya lain yang
mempengaruhi, maka angin akan bergerak secara langsung dari udara bertekanan
tinggi ke arah yang bertekanan lebih rendah.

Perputaran bumi terhadap sumbunya, akan menimbulkan gaya yang


berpengaruh pada arah gerakan angin. Pengaruh perputaran bumi terhadap arah
angin disebut pengaruh Coriolis. Pengaruh coriolis menyebabkan angin bergerak
searah jarum jam mengitari daerah bertekanan rendah di belahan bumi Selatan
dan sebaliknya bergerak berlawanan arah jarum jam mengitari daerah bertekanan
rendah di belahan bumi Utara.

Menurut proses, arah dan tempat kejadiannya, angin dibagi menjadi pola
umum sirkulasi udara, angin musim dan angin lokal sebagaimana dijelaskan
berikut ini :

A. Pola umum Sirkulasi Udara (Prevailing Wind)


- Untuk daerah tropis dan subtropis, angin berhembus dari arah Tenggara
(belahan bumi Selatan) dan dari arah Timur (belahan bumi Utara).
- Untuk iklim sedang, angin berhembus dari arah Barat, yaitu Barat Laut untuk
belahan bumi Selatan dan Barat Daya untuk belahan bumi Utara (lihat pola
sabuk angin).
38

B. Angin Musim
Arah angin ini berubah sesuai musim. Umumnya angin akan bertiup dari arah
Timur Laut selama periode 6 bulan dan kemudian dari arah Barat Daya selama
6 bulan berikutnya.

C. Angin Lokal
Di lapisan udara dekat permukaan terdapat angin lokal yang dipengaruhi
kondisi geografis setempat sebagaimana ilustrasi di bawah ini :

Angin Laut Angin Darat

Pada waktu siang hari, matahari memancarkan energi panasnya, daratan


dan lautan merupakan dua macam permukaan di bumi yang memiliki
perbedaan sifat. Daratan lebih mudah dipanaskan, sementara air laut (sifat air
pada umumnya) lebih lambat mejadi panas. Oleh karena itu dengan periode
panas yang sama, di darat memiliki suhu yang lebih tinggi (tekanan udara lebih
rendah) dibanding suhu udara di atas lautan (tekanan udara lebih tinggi).
Dengan demikian udara akan bergerak dari lautan menuju daratan (karena
berasal dari lautan disebut angin laut)

Pada waktu malam hari, bumi secara berangsur – angsur akan


melepaskan panas yang diterima siang hari. Perbedaan sifat daratan dan
39

lautan menyebabkan arah gerakan udara berbalik. Pada malam hari daratan
lebih mudah melepas kandungan panasnya (lebih cepat menjadi dingin),
sementara itu, lautan lebih lambat melepas panasnya. Sebagai akibatnya suhu
di atas darat lebih sejuk (tekanan udara lebih tinggi) dibandingkan suhu di atas
lauatan yang cenderung lebih panas (tekanan udaranya lebih rendah).
Keadaan ini menyebabkan udara akan bergerak dari arah darat (disebut angin
darat) menuju laut.

Dengan proses yang sama, kejadian ini juga berlangsung di beberapa


kawasan yang spesifik, misalnya daerah pegunungan sebagaimana ilustrasi di
bawah ini :

Kawasan pegunungan dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian pucak dan
lembah. Dari puncak memiliki prosentase vegetasi lebih sedikit, sedangkan kondisi
lembah pada umumnya ditutupi rapat oleh berbagai macam vegetasi yang
membuatnya lebih sukar ditembus sinar matahari. Sementara di daerah puncak
lebih mudah dipanasi matahari, sehingga pada waktu siang hari daerah puncak
bersuhu lebih tinggi (tekanan udara lebih rendah) dan di daerah lembah bersuhu
lebih rendah (tekanan udara lebih tinggi). Sebagai akibatnya, pada waktu siang
hari udara bergerak dari lembah (angin lembah) menuju daerah puncak.
40

Sedangkan pada waktu malam hari, puncak lebih cepat menjadi dingin karena
pelepasan panas sehingga tekanan udaranya lebih tinggi dibanding di daerah
lembah yang lebih sukar melepas panas. Kondisi ini menyebabkan pada malam
hari udara bergerak dari puncak (angin gunung) menuju lembah.

2. Klasifikasi Iklim.
Sejarah peradaban manusia telah membuktikan bahwa upaya manusia
untuk mengenal lingkungannya telah berabad – abad lamanya dilakukan.
Pengamatan sederhana yang menjadi dasar pengenalan lingkungan kehidupan
manusia tersebut akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan bahwa fenomena
perilaku lingkungan yang akrab dengan kehidupan manusia seperti panas-dingin,
gelap-terang dan bahkan kering –basah, telah membuka pemahaman manusia
bahwasanya lingkungan tersebut ada yang tidak dapat diatur dan dikuasai
manusia, dan itu semua karena bersumber dari langit. Pemahaman manusia juga
memberikan kenyataan bahwa pengaruh lingkungan yang bersumber dari langit
dan kemudian disebut dengan iklim ini juga berpengaruh kepada seluruh
organisme yang menempati bumi (secara keseluruhan bagian bumi yang ditempati
organisme yang disebut biosfer), termasuk organisme di dalamnya adalah
tumbuhan yang mulai dibudidayakan manusia (tanaman).

Manusia juga menyadari bahwa untuk melangsungkan kehidupannya,


mereka tidak dapat dilepaskan dari perilaku penyusun biosfer lainnya, terutama
tumbuhan. Dengan demikian perhatian manusia pada perilaku kehidupan tanaman
juga mulai banyak diamati. Sebagai kesudahannya, manusia menjadi paham
bagaimana upaya untuk membudidayakan tumbuhan tertentu (tanaman) serta
faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi kehidupannya. Adanya fakta bahwa
ada hubungan antara tanaman dan iklim, akhirnya akan membawa manusia
kepada tingkat pengenalan yang lebih sistematis. Hasil yang sistematis ini
akhirnya dapat lebih mudah disosialisasikan dan dikenal manusia pada peradaban
yang lebih luas.
41

Tahapan – tahapan proses pengenalan dan pemahaman hubungan antara


tanaman dan iklim dapat diragakan sebagai berikut :

Fakta adanya hubungan


antara tanaman dan iklim.

Mengenal dan memilah-milah


komponen iklim yang
berpengaruh

Meneliti proses terjadinya /


munculnya komponen –
komponen iklim

Menetapkan / mengukur
besaran – besaran komponen
iklim

Mengelompokkan / klasifikasi
komponen – komponen iklim
yang terukur

Informasi yang
bermanfaat
42

Bangsa Yunani kuno telah lama mengenal adanya hubungan antara garis
lintang (latitude) dan suhu. Oleh karena itu mereka membagi belahan bumi
menjadi 3 zone, yaitu zone panas (torrid), zone sedang (temperate) dan zone
dingin (figrid). Setelah pengetahuan klimatologi dipergunakan dalam kegiatan
manusia, pengetahuan dan pembagian zona iklim berdasar garis lintang banyak
kelemahannya. Sejalan dengan perkembangan piranti ukur, maka berdasarkan
data iklim yang berhasil direkam, Wladimir Koppen (1846 – 1940) mengenalkan 5
tipe iklim dunia, yaitu :
1. Iklim Tropika Basah (Rainy tropical climate)
2. Iklim Kering (Dry climate)
3. Iklim Hujan Suhu Sedang (Warm temperate rainy climate)
4. Iklim Hutan bersalju dingin (Cold snow forest climate)
5. Iklim Kutub (Polar climate)

A. Dasar Klasifikasi Iklim


Pada umumnya klasifikasi iklim didasarkan pada unsur-unsur iklim yang
menunjukkan pola keragaman yang jelas. Unsur iklim yang sering digunakan
tersebut adalah suhu dan curah hujan (presipitasi). Sedangkan unsur yang lain
seperti cahaya dan angin jarang digunakan sebagai dasar penggolongan iklim.
Berdasarkan luas wilayah, iklim dapat dibedakan menjadi iklim makro, meso dan
mikro.
9 Iklim Makro
meliputi wialayah yang sangat luas, meliputi luasan satuan zona iklim,
kontinen, sampai seluas bumi secara global. Iklim makro ini menitikberatkan
pada gejala iklim yang dipengaruhi unit geografi yang besar seperti lautan atau
benua.
Keragaman yang ditonjolkan adalah keragaman antara zona iklim.
9 Iklim Meso
mengkaji variasi dan dinamika iklim dalam satu satuan zona iklim (intra zona
iklim). Iklim meso meliputi wilayah sampai beberapa kilo meter persegi.
9 Iklim Mikro
mencakup variasi iklim dalam skala paling kecil, misal kondisi temperatur di
sekitar ladang jagung atau dalam rumah kaca.
43

B. Klasifikasi Iklim Global


Bentuk – bentuk permukaan bumi banyak dipelajari orang lewat kajian
geomorfologi dalam skala atau kawasan terbatas. Sedangkan kajian posisi bumi
terhadap matahari, membuahkan pengetahuan karakteristik bumi secara global.
Pengetahuan manusia tentang posisi bumi terhadap garis edar matahari
menghasilkan klas iklim global, sehingga permukaan bumi dibagi menjadi daerah
beriklim kutub, daerah beriklim sedang dan daerah beriklim tropis. Pengetahuan
lebih lanjut mengenai dasar penggolongan iklim tersebut kemudian dilengkapi
dengan pengetahuan pengaruh kondisi permukaan bumi kepada iklim, dan
akhirnya akan memunculkan klasifikasi yang lebih rinci dan cenderung lebih
lengkap, serta diperuntukkan untuk kawasan yang lebih sempit. Kajian lebih rinci
terhjadap 3 klas daerah illim di atas menghasil suatu pengetahuan bahwa secara
global, bumi dibagi atas 15 kelompok iklim :

1. Iklim Kutub
2. Iklim Sub Kutub
3. Iklim Sub Artika
4. Iklim Kontinen Lembab dengan musim panas singkat
5. Iklim kontinen lembab dengan musim panas panjang
6. Iklim Pantai Barat
7. Iklim Sub Tropika Lembab
8. Iklim Sub tropika dengan musim panas kering
9. Iklim Lintang Pertengahan Agak Kering
10. Iklim Lintang Pertengahan Kering
11. Iklim Lintang Rendah Agak Kering
12. Iklim Lintang Rendah Kering
13. Iklim Tropika Monsoon
14. Iklim Tropika Basah
15. Iklim Pegunungan

Untuk kebutuhan – kebutuhan yang lebih sempit dan khusus, kadangkala


klasifikasi iklim ini dapat saja berbeda, hal tersebut bergantung kepada dasar
44

kebutuhan klasifikasi, kondisi – kondisi setempat dan bahkan pengetahuan yang


berkembang di tempat tersebut.

C. Klasifikasi Iklim di Indonesia


Berdasarkan klasifikasi iklim global, wilayah kepulauan Indonesia sebagian
besar tergolong dalam zona iklim tropika basah, dan sisanya masuk zona iklim
pegunungan atau tropika monsoon. Variasi suhu udara ditentukan oleh ketinggian
tempat, oleh karena itu zona iklim berdasarkan suhu udara di Indonesia dibedakan
menjadi dua, yakni dataran rendah dan dataran tinggi (pegunungan).

Zona iklim pegunungan berada pada ketinggian > 100 m. di atas permukaan
laut. Dengan demikian, suhu rata-rata pada zona iklim pegunungan dapat lebih
rendah 6°C dibanding dataran rendah. Zona iklim pegunungan di Indonesia
meliputi wilayah pegunungan Bukit Barisan, daerah puncak (Jawa Barat), sekitar
Wonosobo (komplek 6 Sumbing – Sindoro), pegunungan Jaya Wijaya (Irian) dan
beberapa bagian pegunungan di Kalimantan dan Sulawesi.

Dikaitkan dengan kepentingan pertanian, Bakosurtanal (Badan Koordinasi


Survei Tanah Nasional) membagi Indonesia ke dalam 4 zona agroklimat, yakni
perhumid (basah), udik (selalu lembab), ustik (kering musiman) dan aridik (selalu
kering).

ƒ Zona agroklimat perhumid adalah zona iklim dengan curah hujan tinggi dan
merata sepanjang tahun. Curah hujan bulanan selalu lebih dari 200 mm. atau
dicirikan oleh 12 bulan basah per tahun. Zona perhumid meliputi wilayah Teluk
Tapanuli, Lubuk Sikaping (Sumbar), wilayah pantai antara Pariaman – Padang,
kiblat Barat Pegunungan Barisan antara Gunung Kerinci sampai bagian Utara
Bengkulu, Bogor dan sekitarnya dan beberapa dataran tinggi (Kalimantan, Irian
Jaya) dan sekitar Danau Amaru (Irian Jaya).
ƒ Zona agroklimat udik adalah zona iklim dengan 0 – 4 bulan kering per tahun.
Wilayah Indonesia yang tergolong agroklimat udik adalah wilayah pantai
Sumatera, sebagian besar Pulau Kalimantan dan Irian Jaya.
45

ƒ Zona agroklimat Ustik dicirikan oleh jumlah bulan kering per tahun antara 5 – 8
bulan, mempunyai perbedaan musim kemarau dan musim hujan yang tegas.
Wilayah Indonesia yang masuk zona agroklimat ini antara lain wilayah pantai
Utara Aceh, pantai Utara Jawa, sebagian besar wilayah Jawa Timur, Pulau
Madura, Bali, Lombok, kepulauan Nusa Tenggara, sekitar Merauke, Sulawesi
Tenggara dan Selatan (sebagian).
ƒ Zona agroklimat aridik meliputi zona iklim dengan jumlah bulan kering antara 9
– 12 bulan. Wilayah Indonesia yang masuk zona iklim ini hanya sebagian kecil
saja, yakni wilayah pantai utara Pulau timor, pantai Timur Pulau Sumba dan
wilayah pantai Pulau Wetar.

International Rice Research Institute (IRRI) mengusulkan zona agroklimat


untuk Asia Tenggara, dan usulan ini diperuntukkan bagi budidaya padi
sebagaimana tabel di bawah ini :

Zona Sub Bulan Basah Keterangan


Zona
I - >9 -
II 1 5–9 Tanpa bulan kering
2 5–9 Tanpa bulan kering dengan pola hujan
3 5–9 bimodial
4 5–9 Dengan bulan kering ≥ 2
Batas musim hujan tegas atau dengan bulan
yang bercurah hujan > 1000 mm / bulan
III 1 2–5 Tanpa bulan kering
2 2–5 Bulan kering ≥ 2
IV - <2 -

D. Dasar Teori Klasifikasi Iklim.


Dalam proses panjang produksi tanaman, keterkaitan pertumbuhan
tanaman dan iklim menjadi factor penentu. Dari komponen iklim yang ada, yang
sering menjadi faktor pembatas adalah ketersediaan air (lewat curah hujan) dan
46

radiasi surya , selain itu suhu, angina, kelembaban udara yang ekstrim pada
tempat-tempat tertentu dana tanaman tertentu.

Pada dasarnya tidak semua tempat/lokasi data iklim dapat tersedia dengan
lengkap, dan biasanya data iklim hanya tersedia dalam bentuk catatan kejadian
curah hujan, karena curah hujan dapat juga berfungsi sebagai pengendali iklim.
Oleh sebab itu, kdang-kadang curah hujan dapat juga digunakan sebagai alat
penduga komponen iklim yang lain. Disamping itu kenyataan lain membuktikan
bahwasanya curah hujan sebagai salah satu komponen iklim memiliki kondisi yang
beragam antara satu tempat dengan tempat lain, sehingga diperlukan suatu upaya
penggolongan agar perilaku hujan dapat lebih dipahami, sehingga fungsi klasifikasi
iklim ini bertujuan untuk menyederhanakan jumalh kisaran iklim yang tidak
terbatas.

Indonesia merupakan wilayah yang memiliki tipe iklim tropika basah (berada
di daerah tropis tetapi banyak sebaran hujan). Indonesia beriklim tropika karena
sepanjang tahun mendapatkan sinar matahari, serta memiliki kelembaban tinggi
karena sebaran hujan cukup tinggi. Sebaran hujan yang cukup tinggi disebabkan
karena Indonesia merupakan Negara kepulauan (mempunyai luasan laut besar
sebagai sumber evaporasi), Negara pegunungan (penyebab hujan lokal orografis)
serta Negara dengan hutan tropis besar (penyebab tingginya transpirasi).

Klasifikasi membuat pemanfaatan data iklim menjadi lebih mudah, karena


paling tidak klasifikasi akan dapat membuat indentifikasi tipe iklim dengan cara
teratur dan dapat digunakan sebagai dasar pemanfaatan teknologi dalam upaya
untuk menyebarkan informasi iklim. Dengan demikian sangat jelas bahwa sesuai
dengan tujuan dan fungsi klasifikasi iklim pada umumnya, hasil klasifikasi iklim
diharapkan cocok terutama untuk perencanaan termasuk dalam bidang pertanian
yang dapat bersifat lokal, regional, nasional maupun kawasan yang lebih global.

Khusus dalam kegiatan budidaya pertanian, klasifikasi biasanya didasarkan


pada komponen iklim yang paling berpengaruh dan berposisi sebagai kunci
keberhasilan pertanaman. Di satu sisi, suhu menentukan pola sebaran jenis
47

tanaman, tetapi pengalaman di lahan menunjukkan bahwa ketersediaan air lebih


banyak menjadi factor pembatas pertumbuhan tanaman. Oleh karenanya,
klasifikasi iklim dapat disusun atas dasar perilaku suhu dan sebaran curah hujan,
atau bahkan dalam lokasi-lokasi yang lebih khusus, klasifikasi iklim cukup
didasarkan pada pola sebaran curah hujan.

- Metode Oldeman.
Dengan mempertimbangkan fakta bahwa padi merupakan tanaman pangan
paling penting di Indonesia (dan juga Asia Tenggara), maka L.R. Oldeman pada
tahun 1974 menyusun klasifikasi iklim Indonesia berdasarkan jumlah bulan basah
yang terjadi berturut-turut. Bulan basah adalah bulan dengan curah hujan > 200
mm. dan bulan kering adalah bulan dengan curah hujan < 100 mm. Masa Basah
(periode basah) adalah rangkaian bulan basah yang terjadi berturut-turut, tanpa
diselingi bulan kering.
Berdasarkan jumlah bulan basah yang berturut-turut (periode basah), untuk
Pulau Jawa disusunlah 8 zona agroklimat sebagai berikut :

Periode Bulan
Zona Agroklimat
Basah Kering
A >9 <2
B1 7–9 <2
B2 7–9 2–4
C2 5–6 2–4
C3 5–6 5–6
D2 3–4 2–4
D3 3–4 5–6
E <3 <6

Indonesia merupakan negara kepulauan dan sekaligus negara pegunungan


yang banyak memiliki variasi geomorfologis. Dalam satu kawasan yang tidak
begitu luas, kondisi – kondisi permukaan bumi di Indonesia dapat terdiri dari
berbagai macam bentuk lahan. Kondisi – kondisi semacam ini akhirnya dapat
memunculkan variasi kondisi iklim, dan tentu saja berpengaruh besar terhadap
48

pola penyebaran tipe pertumbuhan dan macam vegetasi. Atas dasar hal ini
Oldeman membagi lima zona agroklimat Indonesia seperti tabel berikut :

Zona Jumlah Bulan Basah Berurutan


A >9
B 7–9
C 5–6
D 3–4
E <3
Untuk kebutuhan praktis dan kondisi – kondisi yang lebih detail lagi, disusunlah
beberapa sub-zona agroklimat versi Oldeman dalam matrik ragaan di bawah
ini:

- Metode Mohr.
Klasifikasi sistem Mohr didasarkan atas jumlah bulan basah dan bulan
kering dalam setahun. Bulan basah adalah bulan dengan curah hujan > 100 mm.,
bulan kering adalah bulan dengan curah hujan < 60 mm.
49

Klasifikasi zona iklim berdasar kriteria tersebut sebagai berikut :


Zona Jumlah Bulan basah Jumlah Bulan Kering
Ia 12 0
Ib 7 – 11 0
II 4 – 11 1–2
III 4–9 2–4
IV 4–7 4–6
V 4–5 6–7

Dasar penetapan bulan basah dan bulan kering menggunakan rata-rata


curah hujan bulanan selama beberapa tahun, kemudian digolongkan menjadi :

Golongan I : daerah basah, yaitu suatu daerah yang sama sekali tidak
terdapat curah hujan < 60 mm.
Golongan II : daerah agak basah, yaitu suatu daerah dengan periode
bulan kering lemah (hanya terdapat 1 bulan kering).
Golongan III : daerah agak kering, yaitu daerah dengan 3-4 bulan ke-
ring.
Golongan IV : daerah kering, yaitu daerah dengan 5-6 bulan kering.
Golongan V : daerah sangat kering, yaitu daerah dengan kekeringan
panjang (lebih dari 6 bulan kering).

- Metode Schmidt dan Ferguson.


Dasar penetapan klas iklim menurut metode ini hampir sama dengan kriteria
yang digunakan Mohr, yaitu pada penetapan bulan basah dan keringnya.
Perbedaannya terletak pada penetapan kurun waktu curah hujan yang terjadi.
Mohr menetapakan jenis bulan basah dan kering berdasarkan pada curah hujan
rata – rata bulanan selama beberapa tahun, sementara Schmidt & Ferguson
mendasarkannya pada jumlah bulan basah dan bulan kering untuk tiap tahunnya,
kemudian baru ditetapkan rata – rata bulan basah dan kering untuk beberapa
tahun.
50

Klasifikasi Schmidt & Ferguson didasarkan atas nisbah antara jumlah bulan
kering dengan jumlah bulan basah, yang diberi simbol Q.

Jumlah Bulan Kering


Q=
Jumlah Bulan Basah

Berdasar nilai Q ini, wilayah Indonesia dapat dibedakan menjadi 8 zona iklim

Zona Nilai Q Kondisi Iklim


A < 0,143 Sangat Basah
B 0,143 – 0,33 Basah
C 0,33 – 0,60 Agak Basah
D 0,60 – 1,00 Sedang
E 1,00 – 1,67 Agak Kering
F 1,67 – 3,00 Sangat Kering
G 3,00 – 7,00 Kering
H > 7,00 Luar Biasa Kering

Hasil penetapan klas iklim baik menurut Oldeman, Mohr ataupun Schmidt
dan Ferguson banyak membantu para perencana dan petugas lapangan untuk
menyusun zona – zona agroklimat untuk beberapa wilayah. Lembaga Penelitian
Pertanian Pusat yang ada di Bogor, berdasarkan klas iklim Oldeman telah
menyusun peta zona agroklimat untuk pulau – pulau utama yang ada di Indonesia
seperti pulau Jawa-Madura, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya.
Pemahaman terhadap peta semacam ini sangat membantu para perencana
pertanian untuk membuat persiapan dan perencanaan kegiatan pertanian secara
lebih matang. Paling tidak para perencana pertanian dapat mengenal lebih lengkap
tentang kawasan yang akan digarapnya.
51

V. INTERAKSI IKLIM, TANAH DAN TANAMAN


Kegiatan pertanian terutama pembudidayaan tanaman adalah suatu bentuk
system produksi yang berdasarkan pada proses pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh
faktor internal (genetik tanaman) dan faktor eksternal yaitu lingkungan baik yang
bersifat biotik (organisme pengganggu) maupun yang bersifat abiotik (tanah dan
iklim). Sifat dan watak tanah sangat dipengaruhi oleh perilaku iklim dan organisme
yang hadir bersamanya. Di antara faktor eksternal abiotik yang ada, iklim
mempunyai peran strategis karena selama masih ada fenomena iklim di bumi, iklim
akan mempengaruhi tanaman sepanjang siklus hidupnya, bahkan sampai masa
lepas dari lahan (pasca panen).

Proses produksi pertanian ternyata bukan saja hanya mengaitkan antara


tanaman dan tanah, tetapi pada kenyataannya hubungan tersebut masih
dipengaruhi iklim yang terkait dalam pola interaksi sebagai berikut:

IKLIM

TANAH TANAMAN

Antara tanah dan tanaman memiliki hubungan erat, di satu sisi tanaman
mendapatkan air dan nutrisi dari dalam tanah, sementara di sisi lain, sisa
kehidupan tanaman dapat menjadi sumber bahan organik yang menyuburkan
tanah. Sementara iklim memberikan pengaruh nyata baik kepada tanah maupun
tanaman. Proses pelapukan yang merupakan kinerja iklim (seperti kondisi panas-
dingin, basah-kering) selalu mempengaruhi proses pembentukan dan
perkembangan tanah mulai dari serpihan batuan sampai membentuk berbagai
macam jenis tanah. Sedangkan terhadap tanaman, iklim akan memberikan
pengaruh sepanjang siklus hidup tanaman. Bidang kajian iklim yang secara
mendalam mempelajari hubungan iklim dan tanaman disebut Agroklimatologi.
52

Dalam lingkup yang lebih terbatas tanah dan tanaman juga dapat mem-
pengeruhi iklim. Kondisi permukaan tanah (kering dan basah) dapat menciptakan
siklus kelembaban yang berbeda, Kondisi porositas tanah permu-kaan ber-
pengaruh pada dalam tidaknya infiltrasi radiasi matahari yang jatuh di permukaan
tanah yang akhirnya mempengaruhi kondisi temperatur tanah, baik di permukaan
maupun di dalam tubuh tanah. Tanaman erat hubungannya dengan penciptaan
iklim mikro (iklim dekat permukaan tanah). Bentuk kerindangan tanaman atau
vegetasi (kanopi) akan memberikan perbedaan sifat hantara radiasi matahari. Jika
dibandingkan dengan lahan terbuka, lahan bervegetasi memberikan dampak ke-
sejukan karena adanya penghalangan radiasi matahari yang jatuh di permukaan
tanah. Pada lahan – lahan bervegetasi rapat yang membentuk sistem hutan,
proses transpirasi yang dihasilkan mempengaruhi peluang terjadinya hujan lokal.

Dari uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa iklim dan cuaca merupakan
penentu penting dalam proses produksi bahan pangan dan pertanian umumnya
serta menjadi faktor penyebab instabilitas yang lebih besar peranannya dibanding
faktor-faktor biofisik lainnya. Iklim merupakan kondisi perilaku atmosfer yang
menyebabkan dinamisasi unsure cuaca dalam jangka waktu terterntu. Ilmu yang
menelaah keadaan dan perilaku iklim yang dihubungkan dengan penyebaran dan
pertumbuhan tanaman disebut klimatologi pertanian. Sedangkan cuaca adalah
keadaan atmosfer sesaat dalam waktu singkat, seperti hujan lebat yang
menyebabkan banjit, suhu udara yang luar biasa panas, angina kencang yang
dapat menumbangkan pohon. Ilmu yang menelaah keadaan cuaca serta proses
terjadinya disebut meteorologi.
53

DAFTAR BACAAN
Budiyanto Gunawan.1999. Panduan Praktikum Klimatologi Pertanian.
Fakultas Pertanian Univ. Muhammadiyah Yogyakarta.34h.
Handoko.1995. Klimatologi Dasar. Dunia Pustaka Jaya.Jakarta.192h.
Jackson,I.J.1977. Climate, Water and Agriculture in the Tropics. Longman.
London and New York.248p.
Lakitan Benyamin.1994. Dasar Dasar Klimatologi. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.175h.
Tjasyono,B. 1987. Iklim dan Lingkungan. Cendekia Jaya Utama.187h.
Tjasyono,B.1987. Klimatologi Terapan. Pionir Jaya.Bandung.274h.
Trewartha,G.T. and L.H. Horn.1980. Pengantar Iklim (terjemahan 1995.)
Gadjah Mada Univ.Press.825h.
54

DIKTAT KULIAH

KLIMATOLOGI DASAR

Disusun Oleh :

Ir. GUNAWAN BUDIYANTO,MP.


LIES NOER AINI,SP

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKRTA
2001
55

Anda mungkin juga menyukai