Anda di halaman 1dari 29

Dasar-Dasar Budidaya Tanaman 2019

BAB 4
PERSYARATAN TUMBUH TANAMAN

Tanaman dalam pertumbuhan dan perkembangannya sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan
atau ekologi dimana tanaman tersebut tumbuh. Tanaman yang ditumbuhkan pada lingkungan yang
memenuhi kebutuhan syarat tumbuhnya, tanaman akan tumbuh dan berproduksi secara optimal. Hal
ini sebaliknya akan terjadi apabila tanaman tersebut tumbuh pada lingkungan yang tidak atau kurang
mendukung. Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman dapat
dikelompokkan atas 1) faktor iklim (cahaya, suhu, keadaan udara, 2) faktor medium tumbuh (tanah,
air) dan 3) faktor biologis (organisme bermanfaat dan tidak bermanfaat).

A. Faktor Iklim
Tanaman untuk tumbuh dan berkembang memerlukan cahaya, suhu, kondisi udara, tanah dan
air. Coba perhatikan di lingkungan kita ada tanaman yang tumbuhnya perlu cahaya banyak contohnya
padi, jagung, cabai, mangga, durian dan lain-lain, tetapi ada juga tanaman yang tumbuh pada tempat
yang ada naungan atau perlu naungan, misalnya tanaman hias anggrek, aglonema, anterium, kunyit,
jahe, kapulaga dan lain-lain. Begitu juga kebutuhan suhu, ada tanaman yang hidupnya di daerah
dingin (suhu rendah siang < 20°C misalnya wortel, bunga mawar, kentang dan lain-lain, sebaliknya
ada tanaman yang hidup optimal di daerah suhu panas, misalnya jenis kaktus, kelapa, mangga dan
lai-lain. Untuk itu apabila kita akan membudidayakan tanaman agar tanaman tumbuh dan berproduksi
secara optimal, kita perlu memahami betul kebutuhan tanaman tersebut akan cahaya, suhu,
kelembaban (unsur klimat), unsur tanah dan unsur air.
Iklim adalah rata-rata keadaan cuaca pada daerah yang luas dan dalam waktu yang lama, lama
terjadinya perubahan iklim biasanya sekitar 30 tahunan. Cuaca adalah keadaan udara pada suatu
tempat dan pada waktu yang singkat atau tertentu, sehingga cuaca selalu berubah-ubah dan
daerahnya juga tidak begitu luas. Perbedaan pokok antara cuaca dari iklim adalah terletak pada
daerah dan waktu. Unsur-unsur iklim yang pokok meliputi radiasi matahari, suhu, kelembaban udara,
tekanan udara, awan, presipitasi, evaporasi, dan angin.

1. Peranan Unsur-Unsur Iklim bagi Tanaman


Pertumbuhan dan produksi tanaman merupakan hasil akhir dari proses fotosintesis dan berbagai
fisiologi lainnya. Proses fotosintesis sebagai proses awal kehidupan tanaman pada dasarnya adalah
proses fisiologi dan fisika yang mengkonversi energi surya (matahari) dalam bentuk gelombang
elektromagnetik menjadi energi kimia dalam bentuk karbohidrat. Sebagian energi kimia tersebut
direduksi atau dirombak menjadi energi kinetik dan energi termal melalui proses respirasi, untuk
memenuhi kebutuhan internal tanaman. Sedangkan bagian lainnya direformasi menjadi beberapa
jenis senyawa organik, termasuk asam amino, protein dan lain-lain melalui beberapa proses
metabolisme tanaman.
Selain radiasi surya, proses fotosintesis sangat ditentukan oleh ketersediaan air, konsentrasi CO 2
dan suhu udara. Sedangkan proses respirasi dan beberapa proses metabolisme tanaman secara
signifikan dipengaruhi oleh suhu udara dan beberapa unsur iklim lain. Proses transpirasi yang
menguapkan air dari jaringan tanaman ke atmosfer merealisasikan proses dinamisasi dan translokasi
energi panas, air, hara dan berbagai senyawa lainnya di dalam jaringan tanaman. Secara fisika,
proses transpirasi tanaman sangat ditentukan oleh ketersediaan air tanah (kelembaban udara), radiasi
surya, kelembaban nisbi dan angin.
Selain proses metabolisme, proses pembungaan, pengisian biji dan pematangan biji atau buah
juga sangat dipengaruhi oleh radiasi surya (intensitas dan lama penyinaran), suhu udara dan

Fahrur Rozi, S.P. 1


Dasar-Dasar Budidaya Tanaman 2019

kelembaban nisbi serta angin. Oleh sebab itu, produkstivitas dan mutu hasil tanaman yang banyak
ditentukan pada fase pengisian dan pematangan biji atau buah sangat dipengaruhi oleh berbagai
unsur iklim dan cuaca, terutama radiasi surya dan suhu udara.
Secara aktual, berbagai proses fisiologi, pertumbuhan dan produksi tanaman sangat dipengaruhi
oleh unsur cuaca, yaitu keadaan atmosfer dari saat ke saat selama umur tanaman, ketersediaan air
(kelembaban tanah) sangat ditentukan oleh curah hujan dalam periode waktu tertentu dan disebut
sebagai unsur iklim, yang pada hakikatnya adalah akumulasi dari unsur cuaca (curah hujan dari saat
ke saat). Demikian juga, pertumbuhan dan produksi tanaman merupakan manivestasi akumulatif dari
seluruh proses fisiologi selama fase atau periode pertumbuhan tertentu oleh sebab itu dalam
pengertian yang lebih teknis dapat dinyatakan bahwa pertumbuhan dan produksi tanaman
dipengaruhi oleh berbagai unsur iklim (sebagai akumulasi keadaan cuaca) selama pertumbuhan
tanaman.

2. Pemanfaatan Informasi Iklim dalam Pertanian


Secara teknis dalam budidaya tanaman, hampir semua unsur iklim berpengaruh terhadap
produksi dan pengelolaan tanaman. Namun masing-masing mempunyai pengaruh dan peran yang
berbeda terhadap berbagai aspek dalam budidaya tanaman. Sedangkan secara konseptual,
pendekatan dan informasi iklim dalam pembangunan pertanian berkaitan dengan 5 aspek atau
kegiatan yaitu sebagai berikut
1) Pengembangan wilayah dan komoditas pertanian seperti kesesuaian lahan, perencanaan tata
ruang, perwilayahan agroekologi dan komoditi, sistem informasi geografi (GIS) dan sebagainya.
2) Perencanaan kegiatan operasional (budidaya) pertanian, seperti perencanaan pola tanam,
pengairan, pemupukan, PHT (pengendalian faktor biotik atau abiotik secara terpadu), panen, dan
sebagainya.
3) Peramalan dan analisis sistem pertanian, seperti daya dukung lahan, ramalan produksi,
pendugaan potensi hasil dan produktivitas pertanian.
4) Pengelolaan dan konservasi lahan (tanah dan air).
5) Menunjang kegiatan penelitian komoditas dan sumberdaya lahan serta pengkajian teknologi
pertanian, terutama dalam merumuskan atau menyimpulkan hasilnya.

3. Pengaruh Unsur Iklim bagi Tanaman


a. Radiasi matahari
Energi matahari adalah sumber utama dari energi atmosfer. Penyebarannya di seluruh muka
bumi adalah merupakan pengendalian yang besar terhadap cuaca dan iklim. Energi matahari adalah
pokok dari sebab semua perubahan-perubahan dan pergerakan di dalam atmosfir. Energi matahari
berpengaruh terhadap suhu udara, mempengaruhi sifat pada tanaman maupun binatang.
Tanaman memerlukan sinar matahari sebagai sumber energi dalam proses fotosintesa. Hasil
fotosintesa tanaman menghasilkan gula (karbohidrat). Karbohidrat inilah oleh tanaman digunakan
untuk energi pertumbuhan. Oleh karena itu sinar matahari sangat dibutuhkan oleh tanaman. Setiap
jenis tanaman kebutuhan energi berbeda-beda, ada jenis tanaman yang perlu sinar matahari banyak
(100% cahaya) ada yang sedikit (kurang dari 100%). Persamaan dalam proses fotosintesis adalah
sebagai berikut

CO 2+ H 2 OCahaya C 6 H 12 O6 + Energi

Fahrur Rozi, S.P. 2


Dasar-Dasar Budidaya Tanaman 2019

Matahari adalah sumber energi terbesar bagi fotosintesa dan proses metabolisme tanaman
lainnya, namun radiasi matahari yang mencapai permukaan bumi jumlahnya sedikit sekali. Hal ini
disebabkan oleh adanya berbagai gas, uap air, dan debu sebagai komponen atmosfer bumi yang
menyerap sebagian besar radiasi matahari tersebut (misalnya ozon yang menyerap cahaya
gelombang panjang sehingga menghindarkan peningkatan suhu yang berlebihan pada permukaan
bumi). Jadi atmosfer bumi pada hakekaktnya adalah suatu selubung gas yang menyaring sebagian
besar cahaya tampak (visible light) dalam jumlah yang cukup memadai untuk fotosintesis dan sedikit
sekali meloloskan cahaya tidak tampak (invisible light), sehingga suhu permukaan bumi tetap terjaga
pada tingkat yang moderat (sedang).
Ada tiga faktor cahaya yang penting yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman, yaitu intensitas, kualitas, dan fotoperiodesitas.

1) Intensitas cahaya
Intensitas cahaya berkaitan dengan keadaan dimana cahaya berada dalam jumlah yang
memungkinkan tanaman untuk berfotosintesis. Berdasarkan kebutuhannya akan intensitas cahaya
optimum, tanaman dapat dikelompokan menjadi sebagai berikut
a) Tanaman yang menghendaki intensitas cahaya matahari rendah tanaman tersebut ditanam perlu
dinaungi, contohnya anggrek, tanaman hias anterium, temu-temuan (jahe, kunyi dan sebagainya).
b) Tanaman yang menghendaki intensitas cahaya matahari sedang (tanaman setengah naungan),
contohnya temu-temuan (jahe , kunyi dan sebagainya), kopi.
c) Tanaman yang menghendaki intensitas cahaya matahari tinggi (tanaman cahaya penuh),
contohnya jagung, karet, kelapa dan sebagainya.
d) Tanaman yang tumbuh dengan baik pada segala kondisi intensitas cahaya matahari (tanaman
cahaya dan naungan), contohnya sawi.
Tanaman yang tumbuh di bawah kondisi tanpa cahaya, tetapi memperoleh suplai makanan dari
organ penyimpanan (misalnya biji atau umbi) akan bewarna kuning dan tumbuh memanjang dengan
batang lemah. Ekspresi morfologis dari kekurangan cahaya disebut etiolasi.

2) Kualitas cahaya
Kualitas cahaya merujuk pada komposisi panjang gelombang yang dapat mempengaruhi
tanaman untuk melangsungkan metabolisme terutama fotosintesis. Komposisi cahaya dapat
mempengaruhi laju pertumbuhan tanaman, yang dapat dilihat dari berat kering tanaman serta fase-
fase vegetative-reproduktifnya. Dalam kaitannya dengan fase vegetative-reproduktif, terdapat
hubungan antara cahaya merah (red) dan cahaya merah-jauh (far-red). Pada umumnya cahaya
merah berpengaruh meningkatkan perkecambahan benih, pertumbuhan kecambah pada sejumlah
spesies, dan meningkatkan pembentukan primordia bunga pada tanaman hari panjang.

3) Fotoperiodesitas
Fotoperiodesitas adalah lama waktu memicu terjadinya fotosintesis. Jadi pada prinsipnya peran
faktor cahaya dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah berkaitan dengan
keberlangsungan proses fotosintesa di dalam tanaman bersangkutan. Cahaya juga mempengaruhi
berbagai proses tanaman yang lain, seperti perkecambahan, pembentukan umbi, pembungaan dan
ekspresi kelamin. Pengaruh cahaya terhadap perkembangan tanaman seringkali berkaitan erat
dengan lama periode cahaya dan periode gelap, atau yang disebut fotoperiodesitas.
Pada umumnya, semakin lama periode cahaya (asalkan faktor-faktor lain dalam keadaan
optimum), maka semakin banyak karbohidrat yang dibentuk pada fotosintesa, dan semakin pendek
periode malamnya semakin sedikit karbohidrat yang digunakan untuk respirasi. Sebagai contoh,

Fahrur Rozi, S.P. 3


Dasar-Dasar Budidaya Tanaman 2019

stroberi yang ditanam pada musim panas di daerah beriklim sedang memberikan hasil yang lebih
besar dengan rasa buah yang lebih manis dengan aroma yang lebih baik dibandingkan stroberi yang
dihasilkan di daerah tropik yang panjang hari dan panjang malam relatif sama.
Periode cahaya juga menentukan inisiasi pembentukan kuncup bunga. Tanaman yang
menghendaki periode cahaya lebih panjang (14-16 jam per hari) daripada periode gelap untuk inisiasi
pembentukan bunganya disebut tanaman hari panjang, sedangkan tanaman yang menghendaki lama
cahaya lebih pendek (8-10 jam per hari) daripada periode gelap disebut tanaman hari pendek.
Sementara itu, tanaman yang pembungaannya tidak dipengaruhi oleh panjang hari disebut tanaman
hari netral.
Bila tanaman hari pendek ditanam di bawah kondisi hari panjang, maka akan terbentuk
karbohidrat dan protein dalam jumlah yang besar, yang kemudian digunakan untuk pertumbuhan dan
perkembangan batang, daun, dan akar. Oleh karena itu, pada tanaman tersebut pertumbuhan fase
vegetatifnya lebih dominan serta tidak berbungan dan berbuah. Sebaliknya, tanaman hari panjang bila
dibudidayakan di bawah kondisi hari pendek, maka kadar karbohidrat dan protein yang terbentuk akan
sedikit karena kekurangan cahaya sehingga pertumbuhan vegetatifnya akan lemah dan juga tidak
berbunga. Sesungguhnya banyak aspek lain (selain pembungaan) dari pertumbuhan dan
perkembangan tanaman yang dipengaruhi oleh fotoperiodesitas, misalnya pembentukan umbi pada
kentang, dahlia, dan singkong, serta perbanyakan vegetative alami pada stroberi dan cocor bebek
(Bryophyllum).

Tabel Penggolongan Beberapa Jenis Tanaman Berdasarkan Kebutuhan Panjang Hari


Kelompok Hari Panjang Hari Pendek Hari Netral
Buah-buahan Stroberi (musim dingin) Stroberi (tanpa musim)
Sayuran Kentang, ubi jalar, buncis Spinach, lobak, selada Tomat, cabai, okra
Tanaman hias Krisan, violces, kastuba, dahlia Aster, Delphinium, kaca piring Anyelir, mawar

b. Suhu
Suhu didifinisikan sebagai derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan skala yang tertentu
dengan menggunakan berbagai tipe termometer. Secara umum, pertumbuhan tanaman dapat
berlangsung pada kisaran suhu minimum 4,5°C hingga suhu maksimum 36°C. Namun, untuk
memungkinkan tanaman melangsungkan fotosintesis dengan laju maksimum dan respirasi yang
normal, tanaman menghendaki kisaran suhu yang disebut suhu optimum. Besarnya kisaran suhu
optimum ini bervariasi, tergantung pada spesies dan tahap perkembangan tanaman. Oleh karena
tanaman memiliki laju fotosintesa yang tinggi bersamaan dengan berlangsungnya respirasi yang
normal dalam kisaran suhu yang berbeda, maka tanaman hortikultura dapat digolongkan sebagai
berikut
1) Tanaman daerah dingin (subtropis), yaitu tanaman yang memberikan hasil maksimum pada
kisaran suhu yang relatif rendah
2) Tanaman daerah panas (tropis), yaitu tanaman yang memberikan hasil maksimum pada kisaran
suhu yan relatif tinggi.

Tabel Penggolongan Tanaman Berdasarkan Kebutuhan Suhu Optimum


Daerah Sebaran Tanaman Buah Tanaman Sayur Tanaman Hias
Daerah dingin Apel, pir, chery, plum, Asparagus, selada, Anyelir, geranium, african
kiwi, strobery, anggur kubis, bit, wortel, kapri, violet, petunia, dahlia
kentang
Daerah panas Persik, kesemek, apricot, Tomat, cabai, terong, Mawar, kastuba, kaca

Fahrur Rozi, S.P. 4


Dasar-Dasar Budidaya Tanaman 2019

jeruk, kurma, anggur timun, semangka, labu, piring, lili, amarilis,


buncis, okra anggrek

Berbagai proses pertumbuhan tanaman memperlihatkan adanya hubungan yang bersifat


kuantitatif dengan suhu, misalnya respirasi, sebagian reaksi pada fotosintesa serta berbagai
fenomena pendewasaan dan penuaan. Proses-proses seperti dormansi, pembungaan dan
pembentukan buah juga sangat tergantung pada suhu. Akan tetapi, sebagaimana telah dikemukakan
sebelumnya, kisaran suhu optimum untuk pertumbuhan tanaman tergantung pada spesies atau
kultivar serta tahap-tahap fisiologis tertentu dari proses pertumbuhan. Tanaman yang dipelihara di
bawah kondisi suhu seragam dan konstan tidak akan tumbuh dan berbuah secepat tanaman yang
ditumbuhkan di bawah kondisi suhu siang dan malam yang berbeda. Kebanyakan tanaman
menghendaki suhu malam hari yang lebih rendah daripada siang hari.

c. Kelembaban udara
Kelembaban udara adalah tingkat kebasahan udara, karena dalam udara, air selalu terkandung
dalam bentuk uap air. Kandungan uap air dalam udara hangat lebih banyak daripada kandungan uap
air dalam udara dingin. Macam-macam kelembaban udara sebagai berikut
1) Kelembaban relatif (nisbi)
Kelembaban relatif (nisbi) yaitu perbandingan jumlah uap air yang ada di udara dengan jumlah
maksimum uap air yang dikandung pada suhu dan tekanan tertentu. Misalnya pada suhu 27°C,
udara tiap-tiap 1 m3 maksimal dapat memuat 25 gram uap air pada suhu yang sama ada 20 gram
uap air, maka lembab udara pada waktu itu sama dengan
20
×100 %=80 %
25
2) Kelembaban absolut (mutlak)
Kelembaban absolut (mutlak) yaitu banyaknya uap air (gram) pada 1 m 3. Kadar air dalam udara
dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tempat yang lembab
menguntungkan bagi tumbuhan dimana tumbuhan dapat mendapatkan air lebih mudah serta
berkurangnya penguapan yang akan berdampak pada pembentukan sel yang lebih cepat. Namun
apabila kelembaban terlalu tinggi, berdampak negatif karena pada kelembaban yang tinggi
pertumbuhan cendawan juga tinggi, hal ini mengakibatkan tanaman terserang penyakit.
Kelembaban yang optimum untuk pertumbuhan berkisar 70-80%

d. Angin
Angin dalam hubungannya dengan iklim menyumbangkan dua fungsi yaitu sebagaimana pada
penjelasan berikut ini
1) Pemindahan panas, dalam bentuk yang dapat dirasa atau laten, dari lintang rendah ke lintang
yang lebih tinggi atau membuat setimbang neraca radiasi matahari antara lintang rendah dan
lintang tinggi, dan
2) Pemindahan uap air yang dievaporasikan dari laut ke daratan dimana sebagian besar
dikondensasikan untuk menyediakan kebutuhan air yang turun kembali sebagai presipitasi.
Dalam kegiatan budidaya tanaman, angin berperan penting dalam membantu penyerbukan, yaitu
untuk polen (tepung sari) yang ringan dapat diterbangkan sehingga dapat terjadi penyerbukan silang.
Contoh tanaman yang penyerbukannya dibantu angin adalah padi, jagung dan lain-lain. Angin juga
berperan dalam penyebaran mikro organisme baik yang bermanfaat maupun tidak yaitu angin bisa
menerbangkan spora-spora dari cendawan.

Fahrur Rozi, S.P. 5


Dasar-Dasar Budidaya Tanaman 2019

e. Presipitasi
Presipitasi sangat penting dalam budidaya yaitu sebagai sumber air. Hujan yang baik baik untuk
pertumbuhan tanaman adalah hujan yang merata. Data presipitasi yang penting dalam menguraikan
iklim daerah adalah:
1) Jumlah curah hujan rata-rata tahunan atau bulanan
2) Jumlah hari hujan rata-rata
3) Penyebaran presipitasi musiman

f. Udara
Udara tersusun atas lebih kurang 78% nitrogen, 21% oksigen, 0,9% argon, 0,03%
karbondioksida, 0,07% gas lainnya. Selain itu, di dalam udara juga terdapat berbagai polutan dari
senyawa-senyawa organik dan anorganik yang sebagian besar merupakan produk dari reaksi
fotokimia antara cahaya matahari dengan hasil pembakaran. Polutan-polutan tersebut dapat
mempengaruhi pertumbuhan normal tanaman, bahkan dapat mempengaruhi kehidupan manusia.
1) Oksigen
Oksigen sangat banyak terdapat diudara, dan tanaman akan mengalami kekurangan oksigen
hanya bila terjadi banjir di daerah perakaran (keadaan yang dikenal sebagai waterlogging).
Oksigen merupakan faktor kritis bagi pertumbuhan tanaman. Tanah dengan kondisi aerasi yang
buruk memiliki kandungan oksigen yang rendah dan karbondioksida yang tinggi akan
menghambat respirasi akar dan menyebabkan pertumbuhan akar kerdil sehingga mengurangi
penyerapan air dan unsur hara. Oksigen juga berperan penting dalam perkecambahan biji,
dimana pemberian air yang berlebihan berakibat pada berkurangnya kadar oksigen akan
menyebabkan perkecambahan biji terhambat. Oleh karena itu, draenasi tanah yang baik sangat
penting untuk diperhatikan karena karena kelembaban yang terlampau tinggi pada tanah dengan
draenase yang buruk akan menurunkan kadar oksigen tanah.
2) Karbondioksida
Kandungan CO2 di atmosfer sangat rendah (lebih kurang 300 ppm), namun kehadirannya sangat
penting bagi tanaman sebagai sumber karbon. Bagi tanaman yang tumbuh di lapangan, CO 2 tidak
pernah menjadi faktor pembatas, namun di rumah kaca, kandungan CO 2 dapat berkurang secara
dratis karena fotosintesa dapat menurunkan kadar CO 2 udara bila pertukaran udara tidak lancar.
Oleh karena itu, pada kondisi demikian, pengayaan CO 2 dapat meningkatkan hasil dan
memperbaiki mutu produk. Namun demikian, CO 2 yang berlebihan dapat pula berakibat buruk
(meracuni) bagi tanaman. Kadar CO2 di udara dapat meningkat sebagai akibat adanya
pembakaran, seperti kebakaran hutan dan pembakaran bahan bakar minyak dan batubara, dan
sebagainya. Dengan sifatnya yang transparan pada cahaya tampak dan agak buram pada cahaya
inframerah ke udara (dikenal sebagai efek rumah kaca). Pengukuran CO 2 atmosfer menunjukan
bahwa konsentrasi CO2 mengalami peningkatan dari 274 ppm pada tahun 1860 menjadi 350 ppm
pada tahun 1992. Peningkatan CO2 udara, dewasa ini berada pada kira-kira 1,5 ppm per tahun.
3) Nitrogen
Nitrogen adalah suatu gas inert (tidak mudah bereaksi dengan unsur lain) di atmosfer dan tidak
tersedia bagi tanaman, kecuali diubah terlebih dahulu menjadi nitrat (NO 3-) atau amonium (NH4+)
yang prosesnya dikenal sebagai penambatan nitrogen. Nitrat dapat terbentuk di udara akibat
panas yang ditimbulkan oleh kilat dan masuk ke dalam tanah bersamaan dengan air hujan,
namun jumlahnya sangat kecil, yakni hanya 5-7 kg/ha/tahun. Sebagian besar nitrogen diikat oleh
mikroorganisme, misalnya bakteri bebas seperti Agrobacter dan Clostridium, beberapa alga biru-
hijau (yang berperanan penting dalam budidaya padi), dan bakteri-bakteri tertentu seperti
Rhizobium dan Frankia. Bakteri-bakteri ini bersimbiosis dengan berbagai tanaman kacang-

Fahrur Rozi, S.P. 6


Dasar-Dasar Budidaya Tanaman 2019

kacangan dan legume berkayu lainnya. Secara tradisional, petani meningkatkan penambatan
nitrogen atmosfer dengan cara rotasi tanaman, sedangkan nitrogen yang terdapat di dalam pupuk
ditambat melalui proses penambatan kimiawi.

B. Faktor Media Tumbuh (Tanah dan Air atau Faktor Edafic)


Tanah sebagai tempat atau media tumbuh tanaman sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan,
dan produksi tanaman. Tanah didefinisikan sebagai lapisan permukaan bumi yang secara fisik
berfungsi sebagai tempat tumbuh-berkembangnya perakaran penompang tegak tumbuhnya tanaman,
dan penyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara
atau nutrisi senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti N, P, K, Ca,
Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl, dan lain-lain; secara biologis berfungsi sebagai habitat biota (organisme)
yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi)
bagi tanaman. Ketiga fungsi secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk
menghasilkan biomasa dan produksi baik tanaman pangan, obat-obatan, industri perkebunan,
maupun kehutanan.
Tanah adalah lapisan yang menyeliputi bumi antara litosfer (batuan yang membentuk kerak
bumi) and atmosfer. Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan tanaman dan organisme,
membentuk tubuh unik yang menyelaputi lapisan batuan. Proses pembentukan tanah dikenal sebagai
pedogenesis. Proses yang unik ini membentuk tanah sebagai tubuh alam yang terdiri atas lapisan-
lapisan atau disebut sebagai horizon.
Setiap horizon dapat menceritakan mengenai asal dan proses-proses fisika, kimia dan biologi
yang telah dilalui tubuh tanah tersebut. Hans Jenny (1899-1992), seorang pakar tanah asal Swis yang
bekerja di Amerika Serikat, dalam bukunya Factors of Soil Formation (1941) mengajukan konsep
pembentukan tanah sebagai:
S=f ( cl , o , r , p , t )
S adalah Soil (tanah), cl adalah climate (iklim), o adalah organism (organisme), r adalah relief
(topografi), p adalah parent material (bahan induk atau batuan), dan t adalah time (waktu).

1. Tanah
Tanah adalah salah satu sumber daya alam yang sangat penting. Tidak mungkin ada kehidupan
di permukaan bumi tanpa adanya tanah. Berbagai produk tanaman dihasilkan dari tanah, dan produk
itu digunakan oleh manusia dan hewan sebagai sumber bahan pangan, pakaian dan bahan
bangunan. Meskipun teknologi budidaya tanaman demikian maju, contohnya dengan sistem
hidroponik atau aeroponik yang luas, namun tanah sebagai media tumbuh sulit ditinggalkan.
Suatu bencana besar muncul bagi makhluk hidup jika tanah sebagai media tumbuh tanaman
mengalami kerusakan, dalam arti tidak mampu lagi mendukung pertumbuhan tanaman. Hal ini dapat
terjadi jika manusia tidak mampu atau lalai mengelola tanah dengan cara yang benar, baik karena
tidak dimilikinya ilmu pengetahuan tentang tanah atau bisa juga karena rendahnya rasa tanggung
jawab pengguna tanah atau lahan.
Bagaimana cara mengelola tanah dengan tepat dan benar sehingga tidak mudah menjadi rusak
dan fungsinya dapat berkesinambungan, khususnya dalam produksi bahan sandang pangan dan
bahan bangunan, serta pengendali lingkungan hidup, maka perlu mempelajari tanah secara ilmiah
yang mencakup antara lain tentang sifat tanah, potensinya, usaha pencegahan kerusakan, teknologi
pengelolaan, teknologi pemetaan sebaran tanah, serta evaluasi lahan untuk berbagai penggunaan.

a. Fungsi tanah

Fahrur Rozi, S.P. 7


Dasar-Dasar Budidaya Tanaman 2019

Atas dasar definisi yang telah dibahas maka tanah sebagai media tumbuh mempunyai empat
fungsi utama, yaitu :
1) Tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran, dalam hal ini tanah mempunyai dua peran
utama, yaitu
a) Penyokong tegak dan tumbuhnya trubus (bagian atas) tanaman
b) Sebagai penyerap zat-zat yang dibutuhkan tanaman
2) Penyedia kebutuhan primer tanaman untuk melaksanakan aktivitas metabolismenya, baik selama
pertumbuhan maupun untuk berproduksi, meliputi air, udara dan unsur-unsur hara.
3) Penyedia kebutuhan sekunder tanaman yang berfungsi dalam menunjang aktivitasnya agar
berlangsung optimum, meliputi zat-zat aditif yang diproduksi oleh biota terutama mikroflora tanah
seperti :
a) Zat-zat pemacu tumbuh (hormon, vitamin dan asam-asam organik khas)
b) Antibiotik dan toksin yang berfungsi sebagai anti faktor biotik atau abiotik (penyakit tanaman di
dalam tanah)
c) Senyawa-senyawa atau enzim yang berfungsi dalam penyediaan kebutuhan primer tersebut
atau transformasi zat-zat toksik eksternal seperti pestisida dan limbah industri berbahaya.
4) Habitat biota tanah, baik yang berdampak positif karena terlibat langsung atau tidak langsung
dalam penyediaan kebutuhan primer dan sekunder tanaman tersebut, maupun yang berdampak
negatif karena merupakan faktor biotik atau abiotik (penyakit tanaman).

b. Komponen tanah
1) Profil tanah
Profil tanah adalah irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas hingga ke batuan induk tanah.
Profil dari tanah yang berkembang lanjut biasanya memiliki horizon-horizon O – A – E – B – C – R.
Solum tanah terdiri dari horizon O – A – E – B. Lapisan tanah atas meliputi horizon O – A. Lapisan
tanah bawah meliputi horizon E – B. Horizon O merupakan horizon yang terdiri dari serasah atau sisa-
sisa tanaman (Oi) dan bahan organik tanah hasil dekomposisi serasah (Oa). Horizon A merupakan
horizon mineral yang telah mengalami eluviasi (tercuci) sehingga kadar bahan organik tanah, liat
silikat, Fe dan Al yang dimiliki rendah, tetapi pasir dan debu kuarsa (seskuoksida) serta mineral
resisten lainnya tinggi, dan memiliki warna yang terang. Horizon B merupakan horizon illuvial atau
horizon tempat terakumulasinya bahan-bahan yang tercuci dari horizon di atasnya (akumulasi bahan
elubial). Horizon C merupakan lapisan yang bahan penyusunnya masih sama dengan bahan induk ®
atau belum terjadi perubahan. Horizon R adalah horizon bahan induk tanah.
Secara vertikal tanah berdiferensiasi membentuk horizon-horizon (lapiasan-lapisan) yang
berbeda-beda baik dalam morfologis seperti ketebalan dan warna, maupun karakteristik fisik dan
kimiawi, serta biologis masing-masing sebagai konsekuensi terjadinya faktor-faktor lingkungan
terhadap bahan induk asal maupun bahan-bahan eksternal, berupa bahan organik sisa-sisa biota
yang hidup di atasnya dan mineral non bahan-induk yang berasal dari letusan gunung api, atau yang
terbawa oleh aliran air. Susunan horizon-horizon tanah dalam lapisan permukaan bumi stebal 100-120
cm disebut sebagai profil tanah.
Tanah mineral yang dapat berfungsi sebagai media tumbuh ideal yang secara material tersusun
oleh 4 komponen, yaitu bahan padatan (mineral dan bahan organik), air dan udara. Berdasarkan
volumenya, maka tanah biasanya terdiri dari :
1) 50 % padatan, berupa 45 % bahan mineral dan 5 % bahan organik, dan
2) 50 % ruang pori, berisi 25 % air dan 25 % udara.

Fahrur Rozi, S.P. 8


Dasar-Dasar Budidaya Tanaman 2019

Gambar
Sketsa Proporsi Komponen Tanah Mineral

Profil tanah adalah irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas hingga ke batuan induk tanah.
Profil tanah ini memiliki kegunaan sebagai berikut
1) Untuk mengetahui kedalaman lapisan olah (lapisan tanah atas atau horizon O – A) dan solum
tanah (horizon O – A – E – B).
Kedalaman lapisan olah atau solum tanah yang merupakan indikator potensi kedalaman akar
tanaman untuk berpenetrasi. Makin dangkal berarti makin tipis sistem perakaran sehingga makin
besar bobot atau tinggi tanaman yang akan makin mudah tanaman untuk tumbang.
2) Untuk mengetahui kelengkapan atau diferensiasi horizon pada profil
Kelengkapan atau difrensiasi horizon pada profil tanah merupakan indikator umur tanah atau
proses-proses pembentukan (genesis) yang telah dilaluinya, makin lengkap berdifrensiasi horizon-
horizon tanah berarti makin tua umur tanah, namun kelengkapan umur tanah atau diferensiasi
horizon ini akan makin berkurang atau makin baur apabila tanah mengalami erosi.

2) Warna tanah
Warna tanah merupakan gabungan berbagai warna komponen penyusun tanah. Warna tanah
berhubungan langsung secara proporsional dari total campuran warna yang dipantulkan permukaan
tanah. Warna tanah sangat ditentukan oleh luas permukaan spesifik yang dikali dengan proporsi
volumetrik masing-masing terhadap tanah. Makin luas permukaan spesifik menyebabkan makin
dominan menentukan warna tanah, sehingga warna butir koloid tanah (koloid anorganik dan koloid
organik) yang memiliki luas permukaan spesifik yang sangat luas, sehingga sangat mempengaruhi
warna tanah. Warna tanah humus, besi oksida dan besi hidroksida menentukan warna tanah. Besi
oksida berwarna merah, agak kecoklatan atau kuning yang tergantung derajat hidrasi. Besi tereduksi
berwarna biru hijau, kuarsa umumnya berwarna putih, liat berwarna kelabu atau putih atau merah
tergantung propordi tipe mantel besi. Jadi warna tanah merupakan indikator sifat kimiawi tanah.
Sifat kimia yang penting adalah pH tanah, kandungan C-organik, kandungan mineral tanah, dan
C/N tanah. Ada 3 alasan pH tanah sangat penting untuk diketahui yaitu
1) Menentukan mudah atau tidaknya unsur-unsur hara diserap oleh tanaman. Umumnya unsur hara
yang diserap oleh akar pada pH 6-7, karena pada pH tersebut sebagian besar unsur hara mudah
larut dalam air.
2) Derajat keasaman atau pH tanah juga menunjukkan keberadaan unsur-unsur yang bersifat racun
bagi tanaman. Pada tanah masam, banyak ditemukan unsur Al yang selain bersifat racun juga
mengikat P, sehingga tidak dapat diserap oleh tanaman. Pada tanah masam unsur-unsur mikro
menjadi mudah larut sehingga ditemukan unsur mikro, seperti Fe, Zn, Mn, Cu dalam jumlah yang

Fahrur Rozi, S.P. 9


Dasar-Dasar Budidaya Tanaman 2019

terlalu besar, akibatnya akan menjadi racun bagi tanaman. Pada tanah alkali, ditemukan unsur
yang dapat meracuni tanaman yaitu natrium (Na) dan molibdenum (Mo).
3) Derajat keasaman atau pH tanah sangat mempengaruhi perkembangan mikroorganisme di dalam
tanah. Pada pH 5,5-7 bakteri dan jamur pengurai bahan organik dapat berkembang dengan baik.
Secara umum pH yang ideal bagi pertumbuhan tanaman adalah mendekati netral (6,5-7).
Namun, kenyataannya setiap jenis tanaman memiliki kesesuaian pH yang berbeda-beda. Tindakan
pemupukan tidak akan efektif apabila pH tanah diluar batas optimum. Pupuk yang telah ditebarkan
tidak akan mampu diserap tanaman dalam jumlah yang diharapkan. Karenanya, pH tanah sangat
penting diketahui jika efisiensi pemupukan ingin dicapai. Pemilihan jenis pupuk tanpa
mempertimbangkan pH tanah juga dapat memperburuk pH tanah.
Derajat keasaman (pH) tanah yang sangat rendah dapat ditingkatkan dengan menebarkan kapur
pertanian, sedangkan pH tanah yang terlalu tinggi dapat diturunkan dengan penambahan sulfur.
Sebelum pengapuran, pH tanah harus diketahui terlebih dahulu. Nilai pH yang didapat akan
menentukan jumlah kapur yang harus ditebarkan.
Khusus untuk tanah gambut, komposisi ini relatif berlainan, karena bagian padatnya 100% dapat
berupa bahan organik, sedangkan ruang porinya 100% dapat terisi air, sehingga ketiadaan bahan
mineral dan udara pada tanah ini merupakan masalah utama dalam pemanfaatannya menjadi lahan
pertanian produktif.
Pengapuran akan menambah unsur hara kalsium yang diperlukan untuk dinding sel tanaman.
Pengapuran dapat menggunakan dolomit atau calmag (CaCO 3MgCO3) kalsit atau kaptan (CaCO3).
Setelah diperoleh pH rata-rata, penentuan kebutuhan dapat dilakukan dengan menggunakan data
berikut ini :
1) < 4,0 (paling asam) maka jumlah kapur >10,24 ton/ha
2) 4,2 (sangat asam) maka jumlah kapur 9,28 ton/ha
3) 4,6 (asam) maka jumlah kapur 7,39 ton/ha
4) 5,4 (asam) maka jumlah kapur 3,60 ton/ha
5) 5,6 (agak asam) maka jumlah kapur 2,65 ton/ha
6) 6,1 – 6,4 (agak asam) maka jumlah kapur <0,75 ton/ha

3) Fisika tanah
Sifat fisik tanah sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Kondisi fisik tanah
menentukan penetrasi akar di dalam tanah, retensi air, drainase, aerasi dan nutrisi tanaman. Sifik fisik
tanah juga mempengaruhi sifat kimia dan biologi tanah. Sifat-sifat fisik tanah tergantung pada jumlah,
ukuran, bentuk, susunan dan komposisi mineral dari partikel-partikel tanah, macam dan jumlah bahan
organik, volume dan bentuk pori-pori serta perbandingan air dan udara yang menempati pori-pori
pada waktu tertentu. Beberapa sifat fisika yang terpenting adalah tekstur, struktur, kerapatan ( density)
porositas, konsistensi, warna dan suhu.

a) Tekstur tanah
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif (dalam persen) fraksi pasir, debu dan liat. Tekstur
tanah penting kita ketahui, oleh karena komposisi ketiga fraksi butir-butir tanah tersebut akan
menentukan sifat-sifat fisika, fisika-kimia dan kimia tanah. Sebagai contoh besarnya lapangan
pertukaran dari ion-ion di dalam tanah ditentukan oleh tekstur tanah. Tekstur tanah berhubungan erat
dengan plastisitas, permeabilitas, kekerasan, kesuburan dan produktifitas tanah pada daerah-daerah
geografis tertentu. Tanah dengan 25% liat misalnya, maka liat monmorillonit akan lebih plastis
dibandingkan dengan tanah yang mengandung 70% liat yang terdiri dari oksida-oksida berair dari besi
dan alumunium.

Fahrur Rozi, S.P. 10


Dasar-Dasar Budidaya Tanaman 2019

Tanah yang didominasi liat akan memiliki pori-pori kecil (tidak porous). Tanah yang didominasi
oleh pasir akan memiliki pori-pori besar (lebih porous). Sedangkan tanah yang didominasi debu akan
memiliki pori-pori sedang (agak porous). Berdasarkan kelas teksturnya, maka tanah dapat
digolongkan menjadi sebagai berikut
1) Tanah bertekstur halus atau kasar berliat, artinya tanah yang memiliki minimal 37,5% liat, baik itu
liat berdebu atau liat berpasir.
2) Tanah bertekstur sedang atau tanah berlempung, artinya tanah ini tersusun atas
a) Tanah bertekstur sedang, mencakup tanah dengan tekstur lempung berdebu (silty loam),
lempung berpasir sangat halus, lempung (loam), atau debu (silt).
b) Tanah bertekstur sedang tetapi agak kasar, mencakup tanah yang bertekstur lempung
berpasir halus atau lempung berpasir (sandy loam).
c) Tanah bertekstur sedang dan agak halus, meliputi lempung liat berdebu (sandy silt loam),
lempung liat berpasir (sandy clay loam), serta lempung liat (clay loam).
3) Tanah bertekstur kasar atau tanah berpasir, artinya tanah yang memiliki minimal 70% pasir dan
bertekstur pasir atau pasir berlempung.

b) Struktur tanah
Struktur tanah adalah penyusunan partikel-partikel tanah primer seperti pasir, debu dan liat
membentuk agregat yang satu agregat dengan lainnya dibatasi bidang belah alami yang lemah.
Agregat yang terbentuk secara alam disebut ped, sedangkan istilah cold digunakan untuk bongkah
tanah hasil pengolahan tanah.
Struktur tanah memang ada bermacam-macam, akan tetapi yang dikehendaki ialah struktur
tanah yang remah. Keuntungan struktur tanah demikian ialah udara dan air tanah berjalan lancar dan
temperatur stabil. Keadaan tersebut sangat memacu pertumbuhan jasad renik tanah yang memegang
peranan penting dalam proses pelapukan bahan organik di dalam tanah. Oleh karena itu, untuk
memperbaiki strutur tanah ini dianjurkan untuk diberi pupuk organik (pupuk kandang, kompos, atau
pupuk hijau ).
Salah satu contoh tanah yang berstruktur kurang baik adalah tanah liat. Tanah ini tersusun atas
partikel-partikel yang cukup kecil. Sangat kecil kalau dibandingkan dengan tanah pasir. Partikel tanah
liat kurang lebih sama dengan seperseratus kali partikel tanah pasir. Kehalusannya membuat tanah
liat cenderung menggumpal, terlebih pada musim hujan, dan sangat rakus menghisap air. Jeleknya
lagi, tanah liat akan menahan air dengan ketat sehingga keadaannya menjadi lembab dan udara juga
berputar cukup lambat. Bila nantinya kering, tanah liat akan menggumpal seperti batu dan sifatnya
juga semakin kedap terhadap udara. Itu sebabnya sering dijumpai tanah liat banyak dimanfaatkan
sebagai bahan pembuat keramik dan batu bata. Tentunya tanaman kalau ditanam pada tanah
tersebut, kehidupannya akan menderita karena akarnya tidak mampu menembus lapisan tanah padat.
Ada pula tanah yang strukturnya terlalu porous, seperti tanah pasir. Pada tanah tersebut tanaman
juga tidak akan tumbuh subur. Hal ini diakibatkan karena sifat porous tanah tersebut sangat mudah
merembeskan air yang mengangkut zat-zat makanan hingga jauh ke dalam tanah. Akibatnya, zat-zat
makanan yang dibutuhkan tanaman tersebut tidak bisa terjangkau oleh akar.
Lalu, mengapa tanaman yang ditanam bukan di tanah pasir dan tanah liat masih saja tumbuh
kurang subur? Kasus seperti ini memang paling banyak terjadi dan sering menjadi kendala petani
dalam budidaya. Hal ini ada hubungannya dengan kesuburan tanah yang meliputi kandungan hara,
derajat keasaman (pH), pengolahan tanah, dan segi perawatan lain. Struktur dapat memodifikasi
pengaruh tekstur dalam hubungannya dengan kelembaban, porositas, tersedianya unsur hara,
kegiatan organisme tanah dan pertumbuhan akar.

Fahrur Rozi, S.P. 11


Dasar-Dasar Budidaya Tanaman 2019

Tabel Struktur, Sifat, Diagram dan Lokasi pada Profil Tanah


Diagram
No Tipe Struktur Sifat Agregat Lokasi
Agregat
1. Granuler Kurang porous, ukuran kecil, Horizon A
padat, tidak terikat antara agregat
bulat
2. Remah (crumb) Porous, bulat, ukuran kecil, Horizon A
agregat tidak terikat sesamanya
3. Lempeng Agregat berbentuk lempeng Horizon A2, tanah hutan
dan tanah clavapan
4. Gumpal Gumpal berbentuk kubus, agregat Horizon B
berpegang erat dengan lainnya,
jika terjadi agregat lebih kecil
5. Gumpal Berbentuk gumpal, bermuka datar Horizon B
bersudut dengan pinggir bersudut tajam
6. Prisma Bentuk mirip prisma, bagian atas Horizon B
datar
7. Columnar Agregat seperti tiang dengan Horizon B
puncak berbentuk agak bulat

c) Porositas tanah
Di dalam tanah terdapat sejumlah ruang pori-pori. Ruang pori ini penting oleh karena ruang-
ruang ini disi oleh air dan udara. Air dan udara (gas-gas) juga bergerak melalui ruang pori ini.
Penyedian air dan gas untuk pertumbuhan tanaman dan jumlah air yang bergerak melalui tanah
berkaitan sangat erat dengan jumlah dan ukuran pori-pori tanah ini. Oleh karena berat tanah
berhubungan dengan jumlah ruang pori, maka ada hubungan ruang pori dan berat tanah. Berat dan
ruang pori tanah bervariasi dari satu horizon ke horizon yang lain, sama halnya dengan sifat tanah
lainnya dan kedua variabel ini dipengaruhi oleh tekstur dan struktur tanah.
Tanah yang subur memiliki sifat fisik kimia dan biologi yang baik untuk pertumbuhan tanaman.
Secara alamiah proporsi komponen-komponen tanah sangat tergantung pada :
1) Ukuran partikel penyusun tanah, makin halus berarti makin padat tanah, sehingga ruang porinya
juga akan menyempit, sebaliknya jika makin kasar berarti makin remah tanah, sehingga ruang
porinya juga akan membesar.
2) Sumber bahan organik tanah, tanah bervegetasi akan mempunyai proporsi bahan organik tanah
yang tinggi, sebaliknya pada tanah gundul (tanpa vegetasi) maka proporsi bahan organik tanah
akan rendah.
3) Iklim terutama curah hujan dan temperatur, saat hujan dan evaporasi (penguapan) rendah
proporsi air meningkat (dan proporsi udara menurun), sebaliknya pada saat tidak hujan dan
evaporasi tinggi maka proporsi air menjadi turun.
4) Sumber air, tanah yang berdekatan dengan sungai akan lebih banyak mengandung air dari pada
yang jauh dari sungai.
Masing-masing komponen tanah tersebut berperan penting dalam menunjang fungsi tanah
sebagai media tumbuh, sehingga variabilitas keempat komponen tanah ini akan berdampak terhadap
variabilitas fungsi tanah sebagai media tumbuh. Udara tanah misalnya berfungsi sebagai gudang dan
sumber gas sebagai berikut
1) O2 yang dibutuhkan oleh sel-sel perakaran tanaman untuk melaksanakan respirasi, yang
melepasakan CO2 dan untuk oksidasi enzimatik oleh mikrobia autotrofik (mampu menggunakan
senyawa anorganik sebagai sumber energinya)
2) CO2 bagi mikrobia fotosintetik, CO2 dihasilkan oleh mikroorganisme pada proses respirasi dan
digunakan oleh mikroorganisme dalam proses fotosintetik. Oleh karena itu CO 2 merupakan
komponen penting dalam siklus karbon.

Fahrur Rozi, S.P. 12


Dasar-Dasar Budidaya Tanaman 2019

3) N2 bagi mikrobia pengikat N, pengikatan N terjadi ketika N atmosfer diubah menjadi amonia oleh
enzim nitrogenase. Enzim nitrogenase rentan terhadap keberadaan oksigen. Organisme pengikat
N banyak terdapat pada kondisi anaerobik.
Beberapa gas seperti CO2 dan N2 serta NH3, H2 dan gas-gas lainnya baik yang berasal dari
proses dekomposisi bahan organik maupun berasal dari sisa-sisa pestisida atau limbah industri,
apabila berkadar relatif tinggi dapat menjadi racun baik bagi akar maupun bagi mikrobia tanah.
Adanya sirkulasi udara (aerasi) yang baik akan memungkinkan pertukaran gas-gas ini dengan O 2 dari
atmosfer, sehingga aktivitas mikrobia autotrofik yang berperan vital dalam penyediaan unsur-unsur
hara menjadi terjamin dan toksisitas gas-gas tersebut ternetralisir.

2. Air Tanah
Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah.
Sebagian besar air yang diperlukan oleh tanaman berasal dari tanah (disebut air tanah). Air tanah
merupakan salah satu sumber daya air. Selain air sungai dan air hujan, air tanah juga mempunyai
peranan yang sangat penting terutama dalam menjaga keseimbangan dan ketersediaan air bagi
tanaman. Air ini harus tersedia pada saat tanaman memerlukannya. Air diperlukan oleh tanaman
untuk mmenuhi kebutuhan biologisnya, antara lain untuk memenuhi transpirasi, untuk proses
assimilasi, dan untuk mengangkut hasil-hasil fotosintensisnya ke seluruh jaringan tanaman.
Kebutuhan air setiap tanaman berbeda.
Air tanah berfungsi sebagai komponen utama tubuh tanaman dan biota tanah. Sebagian besar
ketersediaan dan penyerapan seperti N, K, dan Ca dominan diserap tanaman melalui bantuan
mekanisme aliran masa air, baik ke permukaan akar maupun transportasi ke daun. Oleh karena itu ,
tanaman yang mengalami defisiensi (kekurangan) air tidak saja akan layu tetapi juga akan mengalami
defisiensi hara. Untuk menghasilkan 1 g biomass kering, tanaman membutuhkan sekitar 500 g air,
yang 1%nya mengisi setiap unit sel-sel tanaman. Reaksi-reaksi kimia tanah hanya berlangsung bila
terdapat air.
Dalam pengolahan tanah, air tanah juga berfungsi mempermudah pengolahan tanah,
mengendalikan perubahan suhu, dan bila menggenang (pada sistem sawah) dapat menghambat
perkembangan gulma. Pada tanah kering pengolahan tanah sebaiknya dalam kondisi kapasitas
lapang.
Pentingnya air tidak hanya dilihat dari sisi jumlah air yang tersedia saja, tetapi lebih pada
pendistribusian air tersebut. Hal ini penting kaitannya dengan kebutuhan tanaman yang berbeda,
mulai pada saat tanaman berkecambah hingga panen yang sekaligus mengakhiri siklus hidup dari
tanaman yang dibudidayakan. Untuk mengatasinya, diperlukan penambahan air (baik dari curah hujan
maupun dari sumber irigasi) yang intervalnya disesuaikan dengan pola kebutuhan tanaman agar air
yang digunakan untuk mengganti kehilangan air dapat lebih efisien penggunaanya. Sehingga sumber
daya air kita yang semakin hari semakin menurun akibat efek pemanasan global dapat digunakan
dengan lebih bijaksana dan terarah.

a. Proses terbentuknya air tanah


Air tanah terbentuk dari air hujan yang turun ke bumi. Air hujan tersebut sebagian besar akan
mengalir pada permukaan bumi mengisi sungai atau rawa, selanjutnya air ini akan meresap ke dalam
tanah hingga mencapai strude zone atau zona jenuh yang kemudian menjadi air tanah. Banyaknya air
yang meresap ke dalam tanah tergantung pada jenis lapisan batuan. Berdasarkan hal ini maka
terdapat dua tipe lapisan batuan, yaitu

Fahrur Rozi, S.P. 13


Dasar-Dasar Budidaya Tanaman 2019

1) Lapisan kedap air, lapisan ini disebut juga impermeable, dimana kadar pori pada lapisan ini
sangat kecil sehingga air sulir meresap. Kadar pori adalah banyaknya ruang dalam butir-butir
tanah, dinyatakan dalam persen (%).
2) Lapisan tidak kedak air, merupakan lapisan kebalikan dari tanah yang kedap air. Lapisan tanah
yang tidak kedap air (permeable) memiliki kadar pori yang besar sehingga memiliki kemampuan
menyerap air lebih besar. Air hujan akan terus meresap ke bawah melalui lapisan ini sampai
tertahan di lapisan kedap air.
Air tanah yang terletak di antara kedua lapisan kedap ini disebut air preatis. Air preatis
menimbulkan gejala seperti sungai bawah tanah di daerah kapur, mata air, geyser, mata air artesis
dan travertin.

b. Sumber air tanah


Ada dua sumber air tanah yaitu dari air di permukaan tanah dan dari air hujan. Sumber air tanah
dari permukaan tanah ini berasal dari sungai, danau, rawa serta genangan air lainnya, selanjutnya air
ini meresap melalui lajur jenuh.

1) Air permukaan
Air permukaan adalah air yang terkumpul di atas tanah atau di mata air, sungai, danau, lahan
basah, atau laut. Air permukaan berhubungan dengan air bawah tanah atau air atmosfer. Air
permukaan secara alami terisi melalui presipitasi dan secara alami berkurang melalui penguapan dan
rembesan ke bawah permukaan sehingga menjadi air bawah tanah. Meskipun ada sumber lain untuk
air bawah tanah, yakni air jebak dan air magma, presipitasi merupakan faktor utama dan air bawah
tanah yang berasal dari proses ini disebut air meteor.

a) Mata air
Mata air (spring water) merupakan penghasil air bersih yang biasa masyarakat gunakan untuk
berbagai keperluan hidupnya. Air yang berasal dari mata air biasanya merupakan air yang sudah
layak konsumsi karena mengalami purifikasi secara alami (self purification). Selain itu, mata air juga
biasanya dimanfaatkan oleh berbagai perusahaan berbasir air untuk mendapatkan pasokan air layak
konsumsi. Mata air dapat terbentuk akibat terpotongnya aliran air tanah oleh bentuk geografi setempat
dan air keluar dari batuan. Berdasarkan proses terbentuknya maka keluarnya air tanah biasanya
terdapat di daerah kaki bukit, lereng, lembah perbukitan, dan di daerah dataran.
Mata air adalah sebuah keadaan alami dimana air tanah mengalir keluar dari akuifer menuju
permukaan tanah. Mata air merupakan bagian dari hidrosfer. Mata air dapat terjadi karena air
permukaan meresap ke dalam tanah dan menjadi air tanah. Air tanah kemudian mengalir melalui
retakan dan celah di dalam tanah yang dapat berupa celah kecil sampai gua bawah tanah. Air
tersebut pada akhirnya akan menyembur keluar dari bawah tanah menuju permukaan dalam bentuk
mata air. Keluarnya air menuju permukaan tanah, dapat merupakan akibat dari akuifer terbatas,
dimana permukaan air tanah beradal di elevasi yang lebih tinggi dari tempat keluar air. Bergantung
dengan asupan sumber air seperti hujan atau lelehan salju yang meresap ke dalam tanah, sebuah
mata air dapat bersifat ephimeral (intermitten atau kadang-kadang) atau perennial (terus-menerus).
Mata air dibedakan berdasarkan tenaga keluarnya air dari dalam tanah. Klasifikasi ini dibedakan
menjadi tenaga gravitasi dan tenaga non gravitasi. Mata air yang berasal dari tenaga non gravitasi
meliputi mata air vulkanik, mata air celah, mata air hangat, dan mata air panas. Sedangkan mata air
yang berasal dari tenaga gravitasi dibedakan menjadi mata air depresi, mata air kontak, mata air
artesis, dan mata air turbuler.

Fahrur Rozi, S.P. 14


Dasar-Dasar Budidaya Tanaman 2019

Mata air tentu saja memiliki manfaat yang sangat beragam, baik itu dapat dirasakan langsung
atau tidak langsung oleh manusia. Air yang berasal dari dalam tanah tentunya merupakan air jernih
yang biasanya layak minum sehingga kualitasnya sudah sangat baik. Berbagai manfaat dari mata air
di antaranya adalah sebagai sumber air domestik (air untuk kebutuhan keluarga), sumber air irigasi,
sumber air minum, sumber air untuk sarana ibadah, dan sumber air untuk industri.

b) Sungai
Sungai adalah aliran air yang besar dan memanjang yang mengalir secara terus-menerus dari
hulu (sumber) menuju hilir (muara). Ada juga sungai yang terletak di bawah tanah, disebut sebagai
sungai bawah tanah (underground river), misalnya sungai bawah tanah di Gua Hang Soon Dong di
Vietnam, sungai bawah tanah di Yucatan (Meksiko), sungai bawah tanah di Gua Pindul (Indonesia).
Pada beberapa kasus, sebuah sungai secara sederhana mengalir meresap ke dalam tanah
sebelum menemukan badan air lainnya. melalui sungai merupakan cara alami bagi air hujan yang
turun di daratan untuk mengalir ke laut atau tampungan air yang besar seperti danau. Sungai terdiri
dari beberapa bagian, bermula dari mata air yang mengalir ke anak sungai. Beberapa anak sungai
akan bergabung untuk membentuk sungai utama. Aliran air biasanya berbatasan dengan saluran
dasar dan tebing di sebelah kiri dan kanan. Penghujung sungai dimana sungai bertemu laut dikenal
sebagai muara sungai.
Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul
dari presipitasi, seperti hujan, embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan di beberapa negara
tertentu juga berasal dari lelehan es atau salju. Selain air, sungai juga mengalirkan sedimen dan
polutan. Kemanfaatan terbesar sungai adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai
saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya potensial untuk dijadikan obyek
wisata sungai. Di Indonesia saat ini terdapat 5.950 daerah aliran sungai.
Menurut jumlah air atau debit air yang mengalir pada sungai, maka sungai dapat diklasifikasikan
sebagai berikut
1) Sungai permanen, yaitu sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif tetap. Contoh sungai
jenis ini adalah Sungai Kapuas, Kahayan, Barito, dan Mahakam di Kalimantan, Sungai Musi dan
Indragiri di Sumatera.
2) Sungai periodik, yaitu sungai yang pada waktu musim hujan airnya banyak, sedangkan pada
musim kemarau airnya sedikit. Contoh sungai jenis ini banyak terdapat di Pulau Jawa, misalnya
Bengawan Solo dan Sungai Opak di Jawa Tengah, Sungai Progo dan Code di Yogyakarta, serta
Sungai Brantas di Jawa Timur.
3) Sungai intermittent (sungai episodik), yaitu sungai yang mengalirkan airnya pada musim
penghujan, sedangkan pada musim kemarau airnya kering. Contoh sungai jenis ini adalah Sungai
Kalada di Pulau Sumba, dan Sungai Batanghari di Sumatera.
4) Sungai ephemeral, yaitu sungai yang ada airnya hanya pada saat musim hujan. Pada
hakekatnya, sungai jenis ini hampir sama dengan kenis episoduk, hanya saja pada musim hujan
sungai jenis ini airnya belum tentu banyak.
Menurut genetiknya sungai-sungai di dunia terdiri dari beberapa jenis seperti yang tertera
sebagai berikut
1) Sungai konsekuen, yaitu sungai yang arah alirannya searah dengan kemiringan lereng.
2) Sungai subsekuen, yaitu sungai yang aliran airnya tegak lurus dengan sungai konsekuen.
3) Sungai obsekuen, yaitu anak sungai subsekuen yang alirannya berlawanan arah dengan sungai
konsekuen.
4) Sungai insekuen, yaitu sungai yang alirannya tidak teratur atau terikat oleh lereng daratan.
5) Sungai resekuen, yaitu anak sungai subsekuen yang alirannya searah dengan sungai konsekuen.

Fahrur Rozi, S.P. 15


Dasar-Dasar Budidaya Tanaman 2019

6) Sungai andesen, yaitu sungai yang kekuatan erosi ke dalamnya mampu mengimbangi
pengangkatan lapisan batuan yang dilalui.
7) Sungai anaklinal, yaitu sungai yang arah alirannya mengalami perubahan karena tidak mampu
mengimbangi pengangkatan lapisan batuan.
Sedangkan menurut sumber airnya, sungai-sungai di dunia dapat diklasifikasikan sebagaimana
berikut ini :
1) Sungai hujan, yaitu sungai yang berasal dari air hujan. Banyak dijumpai di Pulau Jawa dan
kawasan Nusa Tenggara.
2) Sungai gletser, yaitu sungai yang berasal dari melelehnya es. Banyak dijumpai di negara-negara
yang beriklim dingin, seperti Sungai Gangga di India dan Sungai Rhein di Jerman.
3) Sungai campuran, yaitu sungai yang berasal dari air hujan dan lelehan es. Dapat dijumpai di
Papua, contohnya Sungai Digul dan Sungai Memberamo.

c) Danau
Danau adalah sejumlah air (tawar atau asin) yang terakumulasi di suatu tempat yang cukup luas,
yang dapat terjadi karena mencairnya gletser, aliran sungai, atau karena adanya mata air. Biasanya
danau dapat dipakai sebagai sarana rekreasi, dan olahraga. Danau adalah cekungan besar di
permukaan bumi yang digenangi oleh air bisa air tawar atau asin yang seluruh cekungan tersebut
dikelilingi oleh daratan. Kebanyakan danau adalah air tawar dan juga banyak berada di belahan bumi
utara pada ketinggian yang lebih atas. Sebuah danau periglasial adalah danau yang di salah satunya
terbentuk lapisan es (ice cap) atau gletser, es ini menutupi aliran air keluar danau.
Istilah danau juga digunakan untuk menggambarkan fenomena seperti Danau Eyre, dimana
hanya terisi pada saat musim hujan. Banyak danau adalah buatan dan sengaja dibangun untuk
penyediaan tenaga listrik-hidro, rekreasi (berenang, selancar angin dan sebagainya), persediaan air,
dan lain-lain. Finlandia dikenal sebagai tanah seribu danau dan Minnesota dikenal sebagai tanah
sepuluh ribu danau. Great Lakes di Amerika Utara juga memiliki asal dari zaman es. Sekitar 60%
danau dunia terletak di Kanada, ini dikarenakan sistem pengaliran kacau yang mendominasi negara
ini. Di Bulan ada wilayah gelap berbasal, mirip Mare Bulan tetapi lebih kecil, yang disebut lacus
(bahasa Latin yang berarti danau). Mereka diperkirakan oleh para astronom sebagai danau.
Berdasarkan proses terjadinya, danau dibedakan sebagai berikut :
1) Danau tektonik, yaitu danau yang terbentuk akibat penurunan muka bumi karena pergeseran atau
patahan.
2) Danau vulkanik, yaitu danau yang terbentuk akibat aktivitas vulkanisme atau gunung berapi.
3) Danau tektovulkanik, yaitu danau yang terbentuk akibat percampuran aktivitas tektonisme dan
vulkanisme.
4) Danau bendungan alami, yaitu danau yang terbentuk akibat lembah sungai terbendung oleh aliran
lava saat erupsi terjadi.
5) Danau karst, yaitu danau yang terbentuk akibat pelarutan tanah kapur.
6) Danau glasial, yaitu danau yang terbentuk akibat mencairnya es atau keringnya daerah es yang
kemudian terisi air.
7) Danau buatan, yaitu danau yang terbentuk akibat aktivitas manusia

d) Rawa
Rawa atau lahan basah (wetland) adalah wilayah-wilayah dimana tanahnya jenuh dengan air,
baik bersifat permanen (menetap) atau musiman. Wilayah-wilayah ini sebagian atau seluruhnya
kadang-kadang tergenangi oleh lapisan air yang dangkal. Digolongkan ke dalam lahan basah ini

Fahrur Rozi, S.P. 16


Dasar-Dasar Budidaya Tanaman 2019

diantaranya adalah rawa-rawa (termasuk rawa bakau), paya, dan gambut. Air yang menggenangi
lahan basah ini tergolong ke dalam air tawar, payau atau asin.
Rawa merupakan wilayah yang memiliki tingkat keaneka ragaman hayati yang tinggi
dibandingkan dengan kebanyakan ekosistem. Di atas lahan basah tumbuh berbagai macam tipe
vegetasi (masyarakat tumbuhan), seperti hutan rawa air tawar, hutan rawa gambut, hutan bakau, paya
rumput dan lain-lain. Marga satwa penghuni lahan basah juga tidak kalah beragamnya, mulai dari
yang khas lahan basah seperti buaya, kura-kura, biawak, ular, aneka jenis kodok, dan berbagai
macam ikan, hingga ke ratusan jenis burung dan mamalia, termasuk pula harimau dan gajah.
Pada sisi yang lain, banyak kawasan lahan basah yang merupakan lahan yang subur, sehingga
kerap dibuka, dikeringkan dan dikonversi menjadi lahan pertanian. Baik sebagai lahan persawahan,
lokasi pertambakan, maupun sebagai daerah transmigrasi. Mengingat nilainya yang tinggi, di banyak
negara lahan-lahan basah (rawa-rawa) ini diawasi dengan ketat penggunaannya serta dimasukkan ke
dalam program-program konservasi dan rancangan pelestarian keanekaragaman hayati semisal
Biodiversity Action Plan.

e) Laut
Laut adalah sebuah tubuh air asin besar yang dikelilingi secara menyeluruh atau sebagian oleh
daratan. Dalam arti yang lebih luas, laut adalah sistem perairan samugera berair asin yang terhubung
di Bumi yang dianggap sebagai satu samudera global atau sebagai beberapa samudera utama. Laut
mempengaruhi iklim Bumi dan memiliki peran penting dalam siklus air, siklus karbon dan siklus
nitrogen. Meskipun laut telah dijelajahi dan diarungi sejak zaman prasejarah, kajian ilmiah modern
terhadap laut yaitu oseanografi baru dimulai pada masa ekspedisi HMS Challenger dari Britania Raya
pada tahun 1870-an.
Laut pada umumnya dibagi menjadii lima samudra besar yang meliputi empat samudera yang
diakui Organisasi Hidrografi Internasional (Samudera Atlantik, Samudera Pasifik, Samudera Hindia
dan Samudera Arktik) dan Samudera Selatan, serta bagian yang lebih kecil seperti Laut Tengah, yang
dikenal sebagai laut. Akibat pergeseran benua, saat ini Belahan Bumi Utara memiliki rasio antara luas
daratan dan laut yang lebih seimbang (sekitar 2 : 3) dari pada Belahan Bumi Selatan yang nyaris
keseluruhan merupakan samudera (1 : 4,7). Kadar salinitas di samudera lepas secara umum bernilai
sekitar 3,5%, tetapi variasi dapat ditemukan di perairan yang lebih dikelilingi daratan, di dekat muara
sungai besar, atau di kedalaman besar. Sekitar 85% dari zat yang terlarut di lautan lepas adalah
natrium klorida. Perbedaan salinitas dan suhu di antara wilayah-wilayah laut menimbulkan arus
termohalin. Pengaruh ombak, yang dihasilkan oleh angin dan oleh pasang surut laut, menimbulkan
arus permukaan. Arah aliran arus diatur oleh daratan di permukaan dan bawah laut serta oleh efek
Coriolis akibat rotasi Bumi.
Perubahan ketinggian permukaan laut pada masa lalu meninggalkan landas benua, yaitu wilayah
dangkal di laut yang dekat dengan darat. Wilayah yang kaya akan nutien ini dihuni oleh kehidupan
yang menjadi sumber makanan bagi manusia seperti ikan, mamalia, krustasea, moluska, dan rumput
laut, baik yang ditangkap dari alam liar maupun yang dikembangkan dalam tambak. Keaneka
ragaman hayati yang paling beragam di wilayah terumbu karang tropis. Dahulu, perburuan paus di
laut lepas umum dilakukan, tetapi jumlah paus yang kian menurun memicu upaya konservasi dari
berbagai negara yang menghasilkan moratorium terhadap perburuan paus komersial. Kehidupan di
laut juga dapat ditemukan di kedalaman yang jauh dari jangkauan sinar matahari. Ekosistem di laut
dalam didukung oleh keterdapatan nutrien dari celah-celah hidrotermal. Kehidupan di Bumi
kemungkinan bermula dari sana dan mikroba air umumnya dianggap sebagai pemicu peristiwa
peningkatan oksigen zaman dahulu di atmosfer Bumi. Baik tumbuhan maupun hewan mula-mula
berevolusi di laut.

Fahrur Rozi, S.P. 17


Dasar-Dasar Budidaya Tanaman 2019

Laut juga merupakan unsur penting bagi aktivitas perdagangan, transportasi, dan industri
manusia serta sebagai sumber tenaga pembangkit listrik. Hal-hal tersebut membuat laut
diperhitungkan dalam strategi peperangan. Di sisi lain, laut juga dapat menjadi sumber ancaman
bencana seperti tsunami dan siklon tropis. Pengaruh-pengaruh tersebut menjadukan laut sebagai
aspek penting dalam kebudayaan manusia. Mulai dari berbagai dewa-dewa laut yang dapat
ditemukan di berbagai kebudayaan, puisi epos karya penulis Yunani Kuno yaitu Homeros, atau
penguburan manusia di laut hingga perubahan yang ditimbulkan oleh Pertukaran Kolumbus, seni
kelautan hiperealis, dan musik yang terinspirasi seperti Laut dan Kapal Sinbad karya Nikolai Rimsky-
Korsakov. Laut juga menjadi tempat kegiatan-kegiatan waktu luang manusia seperti berenang,
menyelam, selancar, dan berlayar. Akan tetapi, pertumbuhan penduduk, industrialisasi, dan pertanian
intensif kini menimbulkan polusi laut. Karbon dioksida di atmosfer yang makin meningkat jumlahnya
menurunkan nilai pH laut melalui proses pengasaman samudera. Pemancingan berlebihan juga
menjadi masalah bagi laut yang merupakan kepemilikan bersama.

2) Air hujan
Hujan adalah sebuah presipitasi berwujud cairan, berbeda dengan presipitasi non-cair seperti
salju, batu es dan slit. Hujan memerlukan keberadaan lapisan atmosfer tebal agar dapat menemui
suhu di atas titik leleh es di dekat dan di atas permukaan Bumi. Di Bumi, hujan adalah proses
kondensasi uap air di atmosfer menjadi butir air yang cukup berat untuk jatuh dan biasanya tiba di
daratan. Dua proses yang mungkin terjadi bersamaan dapat mendorong udara semakin jenuh
menjelang hujan, yaitu pendinginan udara atau penambahan uap air ke udara. Virga adalah presipitasi
yang jatuh ke Bumi namun menguap sebelum mencapai daratan; inilah satu cara penjenuhan udara.
Presipitasi terbentuk melalui tabrakan antara butir air atau kristal es dengan awan. Butir hujan memiliki
ukuran yang beragam mulai dari pepat, mirip panekuk (butir besar), hingga bola kecil (butir kecil).
Kelembapan yang bergerak di sepanjang zona perbedaan suhu dan kelembapan tiga dimensi
yang disebut front cuaca adalah metode utama dalam pembuatan hujan. Jika pada saat itu ada
kelembapan dan gerakan ke atas yang cukup, hujan akan jatuh dari awan konvektif (awan dengan
gerakan kuat ke atas) seperti kumulonimbus (badai petir) yang dapat terkumpul menjadi ikatan hujan
sempit. Di kawasan pegunungan, hujan deras bisa terjadi jika aliran atas lembah meningkat di sisi
atas angin permukaan pada ketinggian yang memaksa udara lembap mengembun dan jatuh sebagai
hujan di sepanjang sisi pegunungan. Di sisi bawah angin pegunungan, iklim gurun dapat terjadi
karena udara kering yang diakibatkan aliran bawah lembah yang mengakibatkan pemanasan dan
pengeringan massa udara. Pergerakan truf monsun, atau zona konvergensi intertropis, membawa
musim hujan ke iklim sabana. Hujan adalah sumber utama air tawar di sebagian besar daerah di
dunia, menyediakan kondisi cocok untuk keragaman ekosistem, juga air untuk pembangkit listrik
hidroelektrik dan irigasi ladang. Curah hujan dihitung menggunakan pengukur hujan. Jumlah curah
hujan dihitung secara aktif oleh radar cuaca dan secara pasif oleh satelit cuaca.
Dampak pulau panas perkotaan mendorong peningkatan curah hujan dalam jumlah dan
intensitasnya di bawah angin perkotaan. Pemanasan global juga mengakibatkan perubahan pola
hujan di seluruh dunia, termasuk suasana hujan di timur Amerika Utara dan suasana kering di wilayah
tropis. Hujan adalah komponen utama dalam siklus air dan penyedia utama air tawar di planet ini.
Curah hujan rata-rata tahunan global adalah 990 milimeter (39 in). Sistem pengelompokan iklim
seperti sistem pengelompokan iklim Köppen menggunakan curah hujan rata-rata tahunan untuk
membantu membedakan kawasan-kawasan iklim. Antartika adalah benua terkering di Bumi. Di daerah
lain, hujan juga pernah turun dengan kandungan metana, besi, neon, dan asam sulfur.

a) Pembentukan hujan

Fahrur Rozi, S.P. 18


Dasar-Dasar Budidaya Tanaman 2019

1) Udara lembab
Udara berisikan uap air dan sejumlah air dalam massa udara kering, disebut Rasio
Pencampuran, diukur dalam satuan gram air per kilogram udara kering (g/kg). Jumlah kelembapan di
udara juga disebut sebagai kelembapan relatif; yaitu persentase total udara uap air yang dapat
bertahan pada suhu udara tertentu. Jumlah uap air yang dapat ditahan udara sebelum melembap
(100% kelembapan relatif) dan membentuk awan (sekumpulan air kecil dan tampak dan partikel es
yang tertahan di atas permukaan Bumi) bergantung pada suhunya. Udara yang lebih panas memiliki
lebih banyak uap air dari pada udara dingin sebelum melembap. Karena itu, satu-satunya cara untuk
melembapkan udara adalah dengan mendinginkannya. Titik embun adalah suhu yang dicapai dalam
pendinginan udara untuk melembapkan udara tersebut.
Ada empat mekanisme utama dalam pendinginan udara hingga titik embunnya: pendinginan
adiabatik, pendinginan konduktif, pendinginan radiasional, dan pendinginan evaporatif. Pendinginan
adiabatik terjadi ketika udara naik dan menyebar. Udara dapat naik karena konveksi, gerakan
atmosfer berskala besar, atau perintang fisik seperti pegunungan (pengangkatan orografis).
Pendinginan konduktif terjadi ketika udara bertemu permukaan yang lebih dingin, biasanya tertiup dari
satu permukaan ke permukaan lain, misalnya dari permukaan air ke daratan yang lebih dingin.
Pendinginan radiasional terjadi karena emisi radiasi inframerah yang muncul akibat udara ataupun
permukaan di bawahnya. Pendinginan evaporatif terjdai ketika kelembapan masuk dalam udara
melalui penguapan, sehingga memaksa suhu udara mendingin hingga suhu bulb basah, atau
mencapai titik kelembapan.
Cara utama uap air dapat bergabung dengan udara adalah ketika angin berkonvergensi ke
wilayah gerakan ke atas, presipitasi atau virga yang jatuh dari atas, pemanasan siang hari yang
menguapkan air dari permukaan laut, badan air atau tanah basah, transpirasi tumbuhan, udara dingin
atau kering yang bergerak di perairan panascool or dry air moving over warmer water, dan udara yang
naik di pegunungan. Uap air biasanya mulai mengembun di nuklei kondensasi seperti debu, es, dan
garam untuk membentuk awan. Bagian-bagian tinggi front cuaca (tiga dimensi) memaksa wilayah luas
melakukan gerakan ke atas di atmosfer Bumi sehingga membentuk dek awan seperti altostratus atau
sirostratus. Stratus adalah dek awan stabil yang terbentuk ketika udara dingin dan stabil terperangkap
di bawah massa udara panas. Awan ini juga dapat terbentuk akibat pengangkatan kabut adveksi
ketika kondisi berangin.

2) Koalesensi
Koalesensi terjadi ketika butir air bergabung membentuk butir air yang lebih besar, atau ketika
butir air membeku menjadi kristal es yang dikenal sebagai proses Bergeron. Resistensi udara
mengakibatkan butiran air mengambang di awan. Ketika turbulensi udara terjadi, butiran air
bertabrakan dan menghasilkan butiran yang lebih besar. Butiran air besar ini turun dan koalesensi
terus berlanjut, sehingga butiran menjadi cukup berat untuk melawan resistensi udara dan jatuh
sebagai hujan. Koalesensi umumnya sering terjadi di awan atas titik beku dan dikenal sebagai proses
hujan hangat. Di awan bawah titik beku, kristal es mulai jatuh ketika memiliki massa yang cukup.
Umumnya, kristal membutuhkan massa yang lebih besar daripada koalesensi yang terjadi antara
kristal dan butiran air sekitarnya. Proses ini bergantung kepada suhu, karena butiran air superdingin
hanya ada di awan bawah titik beku. Selain itu, karena perbedaan suhu yang besar antara awan dan
permukaan, kristalkristal es ini bisa mencair ketika jatuh dan menjadi hujan.
Butiran hujan memiliki beragam ukuran mulai dari diameter rata-rata 0,1 milimeter (0,0039 in)
hingga 9 milimeter (0,35 in), di atas itu butiran akan terpisah-pisah. Butiran kecil disebut butiran awan
dan berbentuk bola. Butiran hujan besar semakin pepat di bawah seperti roti hamburger, butiran
terbesar berbentuk mirip parasut. Berbeda dengan kepercayaan masyarakat, bentuk butir hujan yang

Fahrur Rozi, S.P. 19


Dasar-Dasar Budidaya Tanaman 2019

asli justru tidak mirip air mata. Butiran hujan terbesar di Bumi tercatat di Brasil dan Kepulauan
Marshall pada tahun 2004—beberapa di antaranya sebesar 10 milimeter (0,39 in). Ukuran besar ini
disebabkan oleh pengembunan partikel asap besar atau tabrakan antara sekelompok kecil butiran
dengan air tawar yang banyak.
Intensitas dan durasi hujan biasanya berkaitan terbalik yang berarti badai intensitas tinggi
memiliki durasi pendek dan badai intensitas rendah memiliki durasi panjang. Butir hujan pada hujan es
cair cenderung lebih besar dari pada butiran hujan lain. Butir hujan jatuh pada kecepatan terminalnya,
lebih besar untuk butiran besar karena massanya yang lebih besar terhadap rasio tarikan. Di
permukaan laut tanpa angin, gerimis 0,5 milimeter (0,020 in) jatuh dengan kecepatan 2 meter per
detik (4,5 mph), sementara butiran besar 5 milimeter (0,20 in) jatuh pada kecepatan 9 meter per detik
(20 mph). Suara butir hujan menabrak air disebabkan oleh gelembung air berosilasi di bawah air.
Kode METAR untuk hujan adalah RA, sementara kode untuk hujan deras adalah SHRA.

b) Sebab hujan
1) Aktivitas frontal
Hujan stratiform (perintang hujan besar dengan intensitas yang relatif sama) dan dinamis (hujan
konvektif yang alaminya deras dengan perubahan intensitas besar dalam jarak pendek) terjadi
sebagai akibat dari naiknya udara secara perlahan dalam sistem sinoptis (satuan cm/detik), seperti di
sekitar daerah front dingin dan dekat front panas permukaan. Kenaikan sejenis juga terjadi di sekitar
siklon tropis di luar dinding mata, dan di pola hujan sekitar siklon lintang tengah. Berbagai jenis cuaca
dapat ditemukan di sepanjang front tutupan dengan kemungkinan terjadinya badai petir, namun
biasanya jalur mereka dikaitkan dengan penguapan massa air.
Front tutupan biasanya terbentuk di sekitar daerah bertekanan rendah. Hal yang memisahkan
curah hujan dari presipitasi lainnya, seperti butir es dan salju, adalah adanya lapisan tebal udara yang
tinggi dengan suhu di atas titik cair es, yang mencairkan hujan beku sebelum mencapai tanah. Jika
ada lapisan dangkal dekat permmukaan yang suhunya di bawah titik beku, hujan beku (hujan yang
membeku setelah bersentuhan dengan permukaan di lingkungan sub-beku) akan terjadi. Hujan es
semakin jarang terjadi ketika titik beku di atas atmosfer melebihi ketinggian 11000 kaki (3400 m) di
atas permukaan laut.

2) Konvektif
Hujan konvektif, atau hujan deras, berasal dari awan konvektif seperti kumulonimbus atau
kumulus kongestus. Hujan ini jatuh deras dengan intensitas yang cepat berubah. Hujan konvektif jatuh
di suatu daerah dalam waktu yang relatif singkat, karena awan konvektif memiliki bentangan
horizontal terbatas. Sebagian besar hujan di daerah tropis bersifat konvektif; namun, selain hujan
konvektif, hujan stratiform juga diduga terjadi. Graupel dan hujan es menandakan konveksi. Di lintang
tengah, hujan konvektif berselang-seling dan sering dikaitkan dengan batasan baroklinis seperti front
dingin, garis squall, dan front panas.

3) Efek orografis
Hujan orografis terjadi di sisi atas angin pegunungan dan disebabkan oleh gerakan udara lembap
berskala besar ke atas melintasi pegunungan, mengakibatkan pendinginan dan kondensasi adiabatik.
Di daerah berpegunungan dunia yang mengalami angin relatif tetap (misalnya angin dagang), iklim
yang lebih lembap biasanya lebih menonjol di sisi atas angin gunung daripada sisi bawah angin
gunung. Kelembapan tidak ada karena pengangkatan orografis, meninggalkan udara yang lebih
kering (lihat angin katabatik) di sisi bawah angin yang menurun dan menghangatkan serta menjadi
tempat pengamatan bayangan hujan.

Fahrur Rozi, S.P. 20


Dasar-Dasar Budidaya Tanaman 2019

Di Hawaii, Gunung Wai'ale'ale, di pulau Kauai, terkenal karena curah hujannya yang ekstrem dan
memiliki curah hujan rata-rata tahunan tertinggi kedua di dunia, 460 inci (12000 mm). Sistem badai
Kona membasahi negara bagian ini dengan hujan deras antara Oktober dan April. Iklim setempat
bervariasi di masing-masing pulau karena topografinya, terbagi menjadi kawasan atas angin (Koʻolau)
dan bawah angin (Kona) berdasarkan lokasi relatif terhadap pegunungan tinggi. Sisi atas angin
memaparkan wilayah timur terhadap angin dagang timur laut dan menerima lebih banyak hujan; sisi
bawah angin lebih kering dan cerah, dengan sedikit hujan dan cakupan awan.
Di Amerika Selatan, untaian pegunungan Andes menghalangi kelembapan Pasifik yang datang
ke benua ini, mengakibatkan iklim gurun di bawah angin melintasi Argentina Barat. Pegunungan
Sierra Nevada menciptakan efek yang sama di Amerika Utara denngan membentuk Great Basin dan
Gurun Mojave.

4) Wilayah tropis
Musim hujan adalah masa dalam suatu tahun yang terjadi selama satu atau beberapa bulan
ketika sebagian besar hujan rata-rata tahunan suatu daerah jatuh di tempat tersebut. Istilah musim
hijau juga kadang digunakan sebagai eufemisme oleh pihak pariwisata. Wilayah dengan musim hujan
tersebar di beberapa kawasan tropis dan subtropis. Iklim dan wilayah sabana dengan cuaca monsun
memiliki musim panas hujan dan musim dingin kemarau. Hutan hujan tropis teknisnya tidak memiliki
musim kemarau atau hujan, karena hujan tersebar merata sepanjang tahu. Sejumlah daerah dengan
musim hujan akan mengalami jeda dalam pertengahan musim hujan ketika zona konvergensi
intertropis atau truf monsun bergerak ke kutub dari lokasinya selama pertengahan musim panas.
Ketika musim hujan terjadi selama musim panas, hujan lebih sering turun selama akhir sore dan awal
malam. Musim hujan adalah masa ketika kualitas udara dan air segar membaik, dan tanaman tumbuh
subur.
Siklon tropis, sumber curah hujan sangat deras, terdiri dari massa udara besar beberapa ratus
mil dengan tekanan rendah di pusatnya dan angin bertiup ke pusat searah jarum jam (belahan Bumi
selatan) atau berlawanan arah jarum jam (belahan Bumi utara). Meski siklon dapat mengakibatkan
kematian dan kerusakan properti yang besar, inilah faktor penting dalam penguasaan hujan atas
suatu daerah, karena siklon dapat membawa hujan yang sangat dibutuhkan di wilayah kering. Wilayah
di sepanjang jalurnya dapat menerima jatah hujan setahun penuh melalui satu kali peristiwa siklon
tropis.

5) Pengaruh manusia
Zat partikulat yang dihasilkan oleh gas buang mobil dan sumber-sumber polusi lain membentuk
nuklei kondensasi awan, yang mendorong pembentukan awan dan meningkatnya kemungkinan hujan.
Akibat polusi lalu lintas penglaju dan komersial menumpuk sepanjang minggu, kemungkinan hujan
meningkat: hujan memuncak pada Sabtu setelah lima hari penumpukan polusi. Di daerah padat
penduduk dekat pesisir, seperti Pesisir Timur Amerika Serikat, dampaknya bisa dramatis: ada
kemungkinan hujan 22% lebih tinggi pada hari Sabtu daripada Senin. Dampak pulau panas perkotaan
memanaskan kota sebesar 0,6 °C (1,1 °F) hingga 5,6 °C (10,1 °F) di atas kawasan pinggiran kota dan
pedesaan sekitarnya. Panas tambahan ini mendorong gerakan yang lebih besar ke atas dan
menyebabkan aktivitas hujan deras dan badai petir tambahan. Tingkat curah hujan di bawah angin
kota meningkat antara 48% dan 116%. Sebagai akibat pemanasan ini, curah hujan bulanan 28% lebih
besar antara 20 mil (32 km) hingga 40 mil (64 km) di bawah angin kota, jika dibandingkan dengan atas
angin. Sejumlah kota mengakibatkan curah hujan total meningkat sebesar 51%.
Suhu yang meningkat cenderung meningkatkan penguapan yang dapat mendorong lebih banyak
hujan. Jumlah peristiwa hujan meningkat di daratan sebelah utara 30°N sejak 1900 hingga 2005,

Fahrur Rozi, S.P. 21


Dasar-Dasar Budidaya Tanaman 2019

namun mulai menurun di kawasan tropis sejak 1970-an. Di seluruh dunia, tidak ada kecenderungan
presipitasi keseluruhan secara statistik dalam satu abad terakhir, meski kecenderungan hujan
bervariasi menurut daerah dan waktunya. Wilayah timur Amerika Utara dan Selatan, Eropa Utara, dan
Asia Tengah semakin basah, Sahel, Mediterania, Afrika bagian Selatan, dan beberapa bagian Asia
Selatan semakin kering. Terjadi peningkatan jumlah peristiwa hujan deras di berbagai daerah dalam
satu abad terakhir, termasuk peningkatan sejak 1970-an akibat banyaknya kekeringan—khususnya di
wilayah tropis dan subtropis. Perubahan curah hujan dan penguapan di samudra diakibatkan oleh
berkurangnya salinitas di perairan lintang tengah dan tinggi (berarti lebih banyak hujan) dan
meningkatnya salinitas di lintang rendah (berarti sedikit hujan dan/atau banyak penguapan). Di
daratan Amerika Serikat, total curah hujan tahunan meningkat dengan tingkat rata-rata 6,1 persen per
abad sejak 1900, dengan peningkatan tertinggi terjadi di wilayah iklim Tengah Utara Timur (11,6
persen per abad) dan Selatan (11,1 persen). Hawaii adalah satu-satunya wilayah yang mengalami
penurunan (-9,25 persen). Upaya mempengaruhi cuaca yang paling sukses adalah penyemaian awan
yang melibatkan teknik peningkatan presipitasi musim dingin di atas pegunungan dan mengurangi
hujan es.

c) Karakteristik hujan
1) Pola
Ikatan hujan adalah wilayah awan dan presipitasi yang panjang. Gelombang hujan dapat bersifat
stratiform atau konvektif, dan terbentuk akibat perbedaan suhu. Jika dilihat melalui pencitraan radar
cuaca, perpanjangan presipitasi ini disebut sebagai struktur terikat. Ikatan hujan mendahului front
tutupan panas dan front panas dikaitkan dengan gerakan lemah ke atas, dan cenderung lebar serta
bersifat stratiform.
Ikatan hujan yang muncul dekat dan mendahului front dingin bisa jadi merupakan garis squall
yang mampu menghasilkan tornado. Ikatan hujan yang dikaitkan dengan front dingin dapat dibelokkan
oleh pegunungan lurus terhadap orientasi front karena pembentukan jet penghalang tingkat rendah.
Ikatan badai petir dapat terbentuk bersama angin laut dan angin darat jika kelembapan yang
diperlukan untuk membentuknya ada pada saat itu. Jika ikatan hujan angin laut cukup aktif
mendahului front dingin, mereka mampu menutupi lokasi front dingin tersebut.
Ketika siklon menutupi langit, sebuah truf udara panas tinggi (trough of warm air aloft), atau
trowal, akan terjadi akibat angin selatan yang kuat di perbatasan timurnya berputar-putar tinggi
mengitari kawasan timur lautnya, dan mengarah ke periferi (juga disebut sabuk pengangkut panas)
barat lautor, memaksa truf permukaan berlanjut ke sektor dingin lengkungan yang sama menuju front
tutupan. Trowal menciptakan bagian dari siklon tutupan yang disebut sebagai kepala koma, karena
bentuk awan pertengahan troposfer seperti koma yang menyertai fenomena ini. Ini juga bisa menjadi
fokus atas presipitasi lokal yang deras, dengan kemungkinan badai petir jika atmosfer di sepanjang
trowal cukup stabil untuk menciptakan konveksi. Pengikatan di dalam pola presipitasi kepala koma
suatu siklon ekstratropis dapat menandakan hujan deras. Di balik siklon ekstratropis pada musim
gugur dan dingin, ikatan hujan dapat terbentuk di bawah angin permukaan air panas seperti Danau-
Danau Besar. Di bawah angin kepulauan, ikatan hujan deras dan badai petir dapat terbentuk karena
konvergensi angin tingkat rendah di bawah angin batas pulau. Di lepas pantai California, hal ini terjadi
ketika adanya peningkatan front dingin.
Ikatan hujan dengan siklon tropis memiliki orientasi melengkung. Siklon tropis berisikan hujan
deras dan badai petir yang, bersama dinding mata dan mata, membentuk hurikan atau badai tropis.
Batas ikatan hujan di sekitar siklon tropis dapat membantu menentukan intensitas siklon tersebut.

2) Keasaman

Fahrur Rozi, S.P. 22


Dasar-Dasar Budidaya Tanaman 2019

pH hujan selalu bervariasi yang umumnya dikarenakan daerah asal hujan tersebut. Di pesisir
timur Amerika, hujan yang berasal dari Samudra Atlantik biasanya memiliki pH 5,0-5,6; hujan yang
berasal dari seberang benua (barat) memiliki pH 3,8-4,8; dan badai petir lokal memiliki pH serendah
2,0. Hujan menjadi asam karena keberadaan dua asam kuat, yaitu asam belerang (H 2SO4) dan asam
nitrat (HNO3). Asam belerang berasal dari sumber-sumber alami seperti gunung berapi dan lahan
basah (bakteri penghisap sulfat); dan sumber-sumber antropogenik seperti pembakaran bahan bakar
fosil dan pertambangan yang mengandung H2S. Asam nitrat dihasilkan oleh sumber-sumber alami
seperti petir, bakteri tanah, dan kebakaran alami; selain itu juga sumber-sumber antropogenik seperti
pembakaran bahan bakar fosil dan pembangkit listrik.
Dalam 20 tahun terakhir, konsentrasi asam nitrat dan asam belerang dalam air hujan telah
berkurang yang dikarenakan adanya peningkatan amonium (terutama amonia dari produksi ternak)
yang berperan sebagai penahan hujan asam dan meningkatkan pH-nya.

3) Pengelompokan iklim Köppen


Klasifikasi Köppen bergantung pada nilai suhu dan presipitasi rata-rata bulanan. Bentuk
klasifikasi Köppen yang umum digunakan memiliki lima jenis utama mulai dari A hingga E. Jenis
utama tersebut adalah A, tropis; B, kering; C, sejuk lintang menengah; D, dingin lintang menengah;
dan E, kutub. Lima klasifikasi utama ini dapat dibagi lagi menjadi klasifikasi sekunder seperti hutan
hujan, monsun, sabana tropis, subtropis lembap, daratan lembap, iklim lautan, iklim mediterania,
stepa, iklim subarktik, tundra, daratan es kutub, dan gurun.
Hutan hujan ditandai dengan curah hujan tinggi yang minimum normal tahunnya antara 1750
milimeter (69 in) dan 2000 milimeter (79 in). Sebuah sabana tropis adalah bioma daratan rumput yang
terletak di kawasan iklim semi-gersang hingga semi-lembap di lintang subtropis dan tropis dengan
curah hujan antara 750 milimeter (30 in) dan 1270 milimeter (50 in) per tahun. Sabana tropis tersebar
di Afrika, India, wilayah utara Amerika Selatan, Malaysia, dan Australia. Zona iklim subtropis lembap
adalah daerah yang hujan musim dinginnya dikaitkan dengan badai besar yang diarahkan angin
westerlies dari barat ke timur. Kebanyakan hujan musim panas terjadi selama badai petir dan siklon
tropis. Iklim subtropis lembap terletak di daratan sebelah timur, antara lintang 20° dan 40° derajat dari
khatulistiwa.
Iklim lautan (atau oseanik/maritim) dapat dijumpai di sepanjang pesisir barat di lintang tengah
seluruh benua di dunia, berbatasan dengan lautan dingin dan wilayah tenggara Australia, dan memiliki
presipitasi besar sepanjang tahun. Iklim mediterania membentuk iklim benua di Cekungan
Mediterania, sebagian wilayah barat Amerika Utara, sebagian Australia Barat dan Selatan, wilayah
barat daya Afrika Selatan dan sebagian wilayah tengah Chili. Iklim ini ditandai oleh musim panas yang
panas dan kering dan musim dingin yang dingin dan basah. Stepa adalah daratan rumput kering. Iklim
subarktik bersifat dingin dengan permafrost abadi dan presipitasi kecil.

d) Pengukuran hujan
1) Alat ukur
Cara standar untuk mengukur curah hujan atau curah salju adalah menggunakan pengukur hujan
standar, dengan variasi plastik 100-mm (4-in) dan logam 200-mm (8-in). Tabung dalam diisi dengan
25 mm (0,98 in) hujan, limpahannya mengalir ke tabung luar. Pengukur plastik memiliki tanda di
tabung dalam hingga resolusi 0,25 mm (0,0098 in), sementara pengukur logam membutuhkan batang
yang dirancang dengan tanda 0,25 mm (0,0098 in). Setelah tabung dalam penuh, isinya dibuang dan
diisi dengan air hujan yang tersisa di tabung luar sampai tabung luar kosong, sehingga menjumlahkan
total keseluruhan sampai tabung luar kosong. Jenis pengukuran lain adalah pengukur hujan sepatu
yang populer (pengukur termurah dan paling rentan), ember miring, dan beban. Untuk mengukur

Fahrur Rozi, S.P. 23


Dasar-Dasar Budidaya Tanaman 2019

curah hujan dengan cara yang murah, kaleng silindris dengan sisi tegak dapat dipakai sebagai
pengukur hujan jika dibiarkan berada di tempat terbuka, namun akurasinya bergantung pada
penggaris yang digunakan untuk mengukur hujan. Semua pengukur hujan tadi dapat dibuat sendiri
dengan pengetahuan yang memadai.
Ketika penghitungan curah hujan dilakukan, berbagai jaringan muncul di seluruh Amerika Serikat
dan tempat lain ketika penghitungan curah hujan dapat dikirimkan melalui Internet, seperti
CoCoRAHS atau GLOBE. Jika jariingan Internet tidak tersedia di daerah tempat tinggal, stasiun cuaca
terdekat atau kantor meteorologi akan melakukan penghitungan. Satu milimeter curah hujan sama
dengan satu liter air per meter persegi. Ini menyederhanakan penghitungan kebutuhan air untuk
pertanian.

2) Sensor jarak jauh


Salah satu kegunaan utama radar cuaca adalah mampu menilai jumlah curah hujan yang jatuh di
cekungan besar untuk keperluan hidrologis. Misalnya, pengendalian banjir sungai, pengelolaan
selokan bawah tanah, dan pembangunan bendungan adalah semua bidang yang memerlukan data
akumulasi curah hujan. Perhitungan curah hujan radar melengkapi data stasiun darat yang dapat
digunakan untuk kalibrasi. Untuk menghasilkan akumulasi radar, tingkat hujan di satu titik dihitung
menggunakan nilai data reflektivitas pada satu titik jaringan. Persamaan radar kemudian dipakai, yaitu
b
Z=AR
Z berarti reflektivitas radar, R berarti tingkat curah hujan, dan A dan b adalah konstanta.
Perhitungan curah hujan satelit memakai instrumen gelombang mikro pasif di atas orbit kutub serta
satelit cuaca geostasioner untuk mengukur tingkat curah hujan secara tidak langsung. Untuk
menghasilkan akumulasi curah hujan pada satu periode waktu tertentu, semua akumulasi dari
masing-masing kotak jaringan di dalam gambar pada waktu itu harus dijumlahkan.

3) Intensitas
Intensitas curah hujan dikelompokkan menurut tingkat presipitasi, seperti yang terdapat berikut
ini:
a) Gerimis — ketika tingkat presipitasinya < 2,5 milimeter (0,098 in) per jam
b) Hujan sedang — ketika tingkat presipitasinya antara 2,5 milimeter (0,098 in) - 7,6 milimeter (0,30
in) atau 10 milimeter (0,39 in) per jam
c) Hujan deras — ketika tingkat presipitasinya > 7,6 milimeter (0,30 in) per jam, atau antara 10
milimeter (0,39 in) dan 50 milimeter (2,0 in) per jam.
d) Hujan badai — ketika tingkat presipitasinya > 50 milimeter (2,0 in) per jam

4) Periode kembali
Kemungkinan suatu peristiwa dengan intensitas dan durasi tertentu disebut frekuensi atau
periode kembali. Intensitas badai dapat diperkirakan untuk periode kembali dan durasi badai apapun
dengan melihat grafik yang didasarkan pada data historis lokasi hujan. Istilah badai 1 dalam 10 tahun
menjelaskan peristiwa hujan yang jarang dan hanya mungkin terjadi sekali setiap 10 tahun, sehingga
hujan ini memiliki kemungkinan 10 persen setiap tahun. Hujan akan lebih deras dan banjir akan lebih
buruk daripada badai terburuk yang terjadi dalam satu tahun. Istilah badai 1 dalam 100 tahun
menjelaskan peristiwa hujan yang sangat jarang dan akan terjadi dengan kemungkinan sekali dalam
satu abad, sehingga hujan ini memiliki kemungkinan 1 persen setiap tahun. Hujan akan menjadi
ekstrem dan banjir lebih parah daripada peristiwa 1 dalam 10 tahun tersebut. Seperti semua peristiwa
kemungkinan, badai 1 dalam 100 tahun bisa saja terjadi berkali-kali dalam satu tahun saja.

Fahrur Rozi, S.P. 24


Dasar-Dasar Budidaya Tanaman 2019

5) Prakiraan hujan
Prakiraan Presipitasi Kuantitatif (disingkat PPK; QPF dalam bahasa Inggris) adalah perkiraan
jumlah presipitasi cair yang terkumpul dalam periode tertentu di suatu daerah. PPK akan diperinci
ketika jenis presipitasi terukurkan yang mencapai batas minimal merupakan prakiraan untuk setiap am
selama periode sah PPK. Prakiraan presipitasi cenderung dibatasi oleh jam sinoptis seperti 0000,
0600, 1200 dan 1800 GMT. Relief daratan juga termasuk dalam PPK melalui pemakaian topografi
atau berdasarkan pola presipitasi iklim dari hasil observasi dengan rincian jelas. Dimulai pada
pertengahan hingga akhir 1990-an, PPK digunakan dalam model prakiraan hidrologi untuk
mensimulasikan dampak terhadap sungai di seluruh Amerika Serikat.
Model prakiraan memperlihatkan sensitivitas tertentu terhadap tingkat kelembapan di lapisan
pelindung planet, atau di tingkat terendah atmosfer yang menurun seiring ketinggiannya. PPK dapat
dibuat dengan dasar prakiraan jumlah kuantitatif atau kemungkinan prakiraan jumlah kualitatif. Teknik
prakiraan citra radar memperlihatkan kemampuan yang lebih tinggi daripada prakiraan model dalam 6
hingga 7 jam waktu citra radar. Prakiraan dapat diverifikasi melalui pemakaian pengukur hujan,
prakiraan radar cuaca, atau keduanya. Berbagai skor kemampuan dapat ditentukan untuk mengukur
nilai prakiraan curah hujan.

e) Dampak hujan
1) Bidang pertanian
Presipitasi, khususnya hujan, memiliki dampak dramatis terhadap pertanian. Semua tumbuhan
memerlukan air untuk hidup, sehingga hujan (cara mengairi paling efektif) sangat penting bagi
pertanian. Pola hujan biasa bersifat vital untuk kesehatan tumbuhan, terlalu banyak atau terlalu sedikit
hujan dapat membahayakan, bahkan merusak panen. Kekeringan dapat mematikan panen dan
menambah erosi, sementara terlalu basah dapat mendorong pertumbuhan jamur berbahaya.
Tumbuhan memerlukan beragam jumlah air hujan untuk hidup. Misalnya, kaktus tertentu memerlukan
sedikit air, sementara tanaman tropis memerlukan ratusan inci hujan per tahun untuk hidup.
Di daerah musim hujan dan kemarau, nutrien tanah tersapu dan erosi meningkat selama musim
hujan. Hewan memiliki strategi adaptasi dan bertahan hidup di wilayah basah. Musim kemarau
sebelumnya mengakibatkan kelangkaan makanan menjelang musim hujan, karena tanaman panen
harus tumbuh terlebih dahulu. Negara-negara berkembang mencatat bahwa penduduknya memiliki
fluktuasi berat badan musiman karena kelangkaan makanan sebelum panen pertama yang terjadi
pada akhir musim hujan. Hujan dapat ditampung menggunakan tangki air hujan; diolah agar dapat
dikonsumsi, non-konsumsi dalam ruang atau irigasi. Hujan berlebihan dalam waktu singkat dapat
menyebabkan banjir bandang.

2) Bidang budaya
Tanggapan budaya terhadap hujan berbeda-beda di seluruh dunia. Di daerah beriklim sedang,
masyarakat, terutama pria, cenderung kesal ketika cuaca tidak stabil atau berawan. Hujan juga dapat
membawa kebahagiaan dan dianggap menenangkan serta memiliki estetika yang dinikmati
masyarakat. Di daerah kering seperti India, atau ketika terjadi kekeringan di daerah lain, hujan
memperbaiki suasana hati masyarakat.
Di Botswana, kata hujan dalam bahasa Setswana, pula, digunakan sebagai nama mata uang
nasional karena pentingnya hujan terhadap ekonomi negara gurun ini. Beberapa budaya
mengembangkan cara menghadapi hujan dengan berbagai alat lindung seperti payung dan jas hujan,
serta alat pengalihan seperti talang air dan drainase badai yang mengalirkan air hujan ke selokan.
Banyak orang mencium adanya bau yang menenangkan selama dan sesaat setelah hujan. Sumber

Fahrur Rozi, S.P. 25


Dasar-Dasar Budidaya Tanaman 2019

bau ini adalah petrikor, minyak yang dihasilkan tumbuh-tumbuhan, kemudian diserap bebatuan dan
tanah dan dilepaskan ke udara selama hujan berlangsung.

c. Kerusakan sumber air


Kerusakan sumber daya air tidak dapat dipisahkan dari kerusakan di sekitarnya, seperti
kerusakan lahan, vegetasi dan tekanan penduduk. Ketiga hal tersebut saling berkaitan dalam
mempengaruhi ketersediaan sumber air. Kondisi tersebut tentu saja menimbulkan kerusakan air tanah
dikawasan sekitarnya. Beberapa faktor yang menyebabkan tumbulnya permasalahan kerusakan
sumber air adalah
1) Pertumbuhan industri yang pesat di suatu kawasan disertai dengan pertumbuhan pemukiman
penduduk akan menimbulkan kecenderungan kenaikan permintaai air tanah.
2) Pemakaian air beragam sehingga berbeda dalam kepentingan, maksud serta cara memperoleh
sumber air tersebut.
3) Perlu perubahan sikap sebagian besar masyarakat yang cenderung boros dalam penggunaan
serta melalaikan unsur konservasi.

3. Hubungan Tanah – Air – Tanaman


Air dibutuhkan tanaman pada berbagai fungsi yaitu (1) air merupakan bagian yang esensil bagi
protoplasma dan membentuk 80-90% bobot segar jaringan yang tumbuh aktif, (2) air adalah pelarut, di
dalamnya terdapat gas-gas, garam-garam, dan zat-zat terlarut lainnya, yang bergerak keluar masuk
sel, dari organ ke organ dalam proses transpirasi, (3) air adalah pereaksi dalam fotosintesis dan pada
berbagai proses hidrolisis, dan (4) air esensil untuk menjaga turgiditas, diantaranya dalam
pembesaran sel, pembukaan stomata dan menyangga bentuk (morfologi) daun-daun muda atau
struktur lainnya yang berlignin sedikit Air juga berpengaruh penting pada sifat fisik tanah. Kandungan
air dalam tanah sangat berpengaruh pada konsistensi tanah, dan kesesuaian tanah untuk diolah.
Begitu pula variasi kandungan air mempengaruhi daya dukung tanah.
Perakaran tanaman tumbuh ke arah yang lembap dan menarik air sampai tercapai potensial air
kritis dalam tanah. Air yang diserap dari tanah oleh akar tanaman disebut air yang tersedia. Air
tersedia merupakan perbedaan antara jumlah air dalam tanah pada kapasitas lapang (air yang tetap
tersimpan dalam tanah yang tidak mengalir ke bawah karena gaya gravitasi) dan jumlah air dalam
tanah pada persentase perlayuan permanen (pada persentase kelembapan tanah ini tanaman akan
layu dan tidak segar kembali dalam atmosfer dengan kelembapan relatif 100%).
Keberadaan air dalam tanah tergantung pada iklim yang ditekankan pada curah hujan.
Kebutuhan air dapat dipenuhi oleh air hujan alami atau hujan buatan maupun air pengairan.
Kebutuhan air total bagi pertumbuhan tanaman secara umum berkisar dari 500–700 mm selama satu
musim. Pertumbuhan vegetatif dan reproduktif menunjukkan tanggap yang jelas akan air. Air yang
ada di dalam tanah dapat berkurang karena adanya penguapan, perkolasi, atau diserap oleh
tanaman. Apabila dalam jangka waktu tertentu tidak ada penambahan air oleh hujan atau oleh irigasi
maka tanah akan mengering dan tanaman akan segera memperlihatkan pengaruhnya terhadap
kekeringan tersebut. Mula-mula tanaman akan layu pada siang hari dan segar kembali pada malam
hari. Tetapi lama kelamaan tanaman akan tetap layu baik siang maupun malam hari, bila tidak segera
disiram.
Tujuan pengairan ialah menyediakan air untuk pertumbuhan tanaman. Umumnya pemberian air
disesuaikan dengan periode kritis tanaman. Kebutuhan air bagi pengairan dapat ditentukan oleh
adanya penghitungan kelembaban air tanah dan air yang tersedia, serta penghitungan tingkat
ketersediaan air (oleh data meteorologi). Dengan kata lain, pengairan akan efektif apabila diberikan

Fahrur Rozi, S.P. 26


Dasar-Dasar Budidaya Tanaman 2019

sebelum kelembaban tanah dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Jelasnya air diberikan pada
60% dari air yang tersedia artinya 60% kadar air diantara kapasitas lapang dan titik layu permanen.

C. Faktor Biologis
Faktor biotic yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah organisme yang hidup dan
berkembang di sekitar tanaman. Organisme tersebut ada yang bermanfaat/menguntungkan dan
merugikan. Kedua kelompok ini tidak dapat diabaikan. Hasil tanaman yang kita pungut kurang lebih
merupakan cerminan dari hasil kerja sama kedua kelompok ini.
Organisme yang termasuk dalam kelompok bermanfaat meliputi organisme yang melakukan
perombakan bahan organic, penambatan nitrogen, penyediaan unsure hara, predator hama dan
penyakit dan organisme yang membantu penyerbukan. Sedangkan kelompok yang merugikan adalah
organisme yang melakukan persaingan hara dengan tanaman pokok yaitu gulma, dan atau
menyebabkan tanaman kena hama dan penyakit.

1. Organisme bermanfaat atau menguntungkan


Peranan utama organisme tanah adalah untuk mengubah bahan organik, baik segar maupun
setengah segar atau sedang melapuk, sehingga menjadi bentuk senyawa lain yang bermanfaat bagi
kesuburan tanah. Sisa-sisa tanaman segar diubah menjadi bagian-bagian kecil oleh nematoda,
keong, bakicot, serangga, rayap, tikus dan lain-lain. Bagian kecil ini diserang oleh mikrolfora dan
binatang yang hidup dari jaringan mati atau membusuk. Bila sedikit air, bahan tersebut akan diserang
bakteri dan fungi. Beriringan dengan proses itu, cacing-cacing akan mencampurkan bagian-bagian
tadi antara lapisan atas dan bawah. Aktifitas ini menyebabkan tanah menjadi gembur dan penyebaran
bahan organik merata. Kotoran cacing kaya akan unsure hara , karena itu cacing dapat memperkaya
tanah dengan hara melalui kotorannya.

a. Organisme penambat nitrogen


Sumber utama nitrogen untuk tanaman adalah gas nitrogen bebas di udara, yang menempati
78% dari volume atmosfer. Dalam bentuk unsur ia tidak digunakan oleh tanaman. Nitrogen gas harus
dirubah menjadi bentuk nitrat ataupun ammonium melalui proses-proses tertentu agar dapat
digunakan oleh tanaman. Penambatan nitrogen dari udara dilakukan oleh bakteri Rhizobium yang
bersimbiosis dengan tanaman legin. Keadaan ini dapat dilihat dengan adanya bintil pada akar
tanaman tersebut. Bintil ternyata merupakan hasil suatu iritasi pada permukaan akar, kurang lebih
mirip dengan benjol-benjol pada daun dan batang yang disebabkan oleh insekta. Biasanya organisme
masuk melalui akar rambut. Tabung infeksi tumbuh sepanjang akar halus, dimana bintil kemudian
dibentuk. Penambatan maksimum akan terjadi bila kadar nitrogen dalam tanah rendah. Jumlah gas
nitrogen yang dapat ditambat oleh bakteri Rhizobium tergantung dari strein Rhizobium, tanaman
inang, dan keadaan lingkungan, misalnya pH tanah, aerasi, drainase, kelembaban tanah dan kapur
aktif.

b. Organisme penyerbuk
Organisme lain yang bermanfaat adalah organisme penyerbuk tanaman, diantaranya adalah
serangga, kumbang, kupu-kupu, kelelawar, burung, lebah dan lain-lain. Serangga umumnya
menyerbuki tanaman yang bunganya berwarna kuning, burung menyerbuki tanaman yang bunganya
berwarna jingga atau kemerah-merahan, sedangkan untuk kelelawar tertarik dengan tanaman yang
bunganya warna pucat.

2. Organisme merugikan

Fahrur Rozi, S.P. 27


Dasar-Dasar Budidaya Tanaman 2019

Organisme yang merugikan tanaman ada tiga (3) kelompok yaitu kelompok hama, kelompok
penyebab penyakit dan gulma atau tanaman pengganggu. Hama yang merusak tanaman bisa
disebabkan oleh hewan dari kelas terendah sampai dengan hewan kelas tinggi (mamalia). Sedangkan
penyakit tumbuhan disebabkan oleh bakteri, jamur dan virus. Sedangkan gulma terbagi gulma yang
berdaun lebar dan berdaun sempit.

a. Hama
Hama yang merusak tanaman bisa disebabkan oleh hewan dari kelas terendah sampai dengan
hewan kelas tinggi (mamalia). Ada empat kelompok hama berdasarkan ukuran tubuhnya yaitu:
1) Mamalia : misalnya babi hutan, burung
2) Rodentia : misalnya tikus sawah, tupai
3) Antropoda : binatang beruas termasuk serangga/ insekta, hama penggerek (ulat)
4) Nematoda : sebangsa cacing misalnya ulat tanah, cacing
Kerusakan tanaman atau bagian tanaman yang disebabkan oleh hama menyebabkan kondisi
tanaman menjadi tidak normal lagi. Tanaman yang terserang akan menunjukkan suatu kelainan bila
dibandingkan dengan tanaman yang sehat. Tanda-tanda yang tampak dari luar pada tanaman yang
sakit adalah:
1) Terjadi perubahan warna pada organ tanaman, seperti daun dan batang menguning atau coklat
2) Tanaman layu sebagai akibat sel-sel dan jaringan tanaman dirusak hama, bahkan tanaman
tersebut dapat mati
3) Tanaman kerdil karena fungsi jaringan terganggu sehingga tidak dapat menyalurkan makanan
dengan baik.

b. Penyakit
Di alam terdapat berpuluh-puluh ribu penyakit yang menyerang tumbuhan, dan setiap tumbuhan
dapat diserang oleh bermacam-macam penyakit. Sebaiknya setiap jenis penyakit dapat pula
menyerang satu atau beratus-ratus macam tumbuhan. Tanaman apabila sudah terserang penyakit
pertumbuhan tidak akan normal, bahkan apabila penyakitnya tidak dikendalikan akan menyebabkan
kegagalan pertumbuhan dan produksi tanaman. Golongan gejala penyakit tumbuhan adalah sebagai
berikut
1) Gejala Hiferplasia, ialah pertumbuhan luar biasa oleh perpanjangan atau pembesaran sel-sel,
dinamakan juga hipertropi, seperti keriting, kudis, intunesensi, tunefekasi, fasikulasi, dan
prolifarasi.
2) Gejala Hifoplasia ialah pertumbuhan regresif dengan kekurangan sel-sel, kerdil (duarfuig) ialah
suatu gejala hipoplasia. Dalam hal ini tanaman tidak mencapai ukuran yang normal.
3) Perubahan warna
a) Daun menguning, daun-daun tanaman dapat berubah warnanya menjadi kuning karena rusak
dan kemudian gugur
b) Bercak kuning (yellow spot). Bercak kuning dapat merupakan sifat genetik dari tanaman yang
mempunyai warna daun beraneka, tetapi dapat juga disebabkan adanya infeksi virus, dikenal
dengan istilah mosaik.
c) Merah dan merah keungu-unguan, disebabkan oleh pembentukan antasian pada tanaman
yang menderita kekurangan P misalnya pada tanaman jagung.
d) Jaringan yang berwarna coklat menunjukan adanya serangan dieback (mati ujung). Leher
akar berubah karenanya menjadi coklat saat leher akar mulai menebal.

Fahrur Rozi, S.P. 28


Dasar-Dasar Budidaya Tanaman 2019

e) Daun keperak-perakan (silvery shine) dapat disebabkan oleh Hysanoptera (trips), Acariva
(mites), organisme ini merusak sel epidermis, sehingga sel kering dan kemudian sel tersebut
akan terisi dengan udara.
f) Bercak air (water spot) ialah sebenarnya bercak yang terjadi karena dinding sel telah mati.
Bercak air ini kemudian berubah warnanya menjadi bentuk bulatan seperti bekas tusukan
serangga, misalnya Helopeltis antoni pada daun teh.
4) Kekeringan atau layu
Ciri penyakit layu ialah gugurnya daun-daun, yang diikuti keringnya batang daun tunas, kadang-
kadang akar yang berpenyakit akan berfungsi lagi, dan itu semua mungkin juga dapat disebabkan
jamur, nematoda.
5) Nekrose
Suatu hal yang biasa bila beberapa jaringan mati, misalnya pada kulit kayu dan daun. Jika
matinya jaringan disebabkan penyebab yang lain dari penyebab yang normal, dinamakan
nekrose. Bercak nekrose pertama-tama berwarna kuning, kemudian berwarna coklat atau hitam
(antracnose). Pada daun, bercak nekrose dapat disebabkan oleh jamur, virus, bakteri, penyakit
indefisiensi atau oleh serangga.

Fahrur Rozi, S.P. 29

Anda mungkin juga menyukai