BAB 3
PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP
Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya, baik lingkungan alam maupun
lingkungan sosial. Kita bernafas memerlukan udara dari lingkungan sekitar, kita makan, minum,
menjaga kesehatan, semuanya memerlukan lingkungan. Pengertian lingkungan adalah segala
sesuatu yang ada di sekitar manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik
langsung maupun tidak langsung. Lingkungan bisa dibedakan menjadi lingkungan biotik dan abiotik.
Jika kalian berada di sekolah, lingkungan biotiknya berupa teman-teman sekolah, bapak ibu guru
serta karyawan, dan semua orang yang ada di sekolah, juga berbagai jenis tumbuhan yang ada di
kebun sekolah serta hewan-hewan yang ada di sekitarnya. Adapun lingkungan abiotik berupa udara,
meja kursi, papan tulis, gedung sekolah, dan berbagai macam benda mati yang ada di sekitar.
Seringkali lingkungan yang terdiri dari sesama manusia disebut juga sebagai lingkungan sosial.
Lingkungan sosial inilah yang membentuk sistem pergaulan yang besar peranannya dalam
membentuk kepribadian seseorang. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kata lestari artinya tetap
selama-lamanya, kekal, tidak berubah sebagai mana sedia kala, melestarikan artinya menjadikan
(membiarkan) tetap tidak berubah dan serasi atau cocok, sesuai. Berdasarkan kamus ini
melestarikan, keserasian, dan keseimbangan lingkungan berarti membuat tetap tidak berubah atau
keserasian dan keseimbangan lingkungan. Pelestarian lingkungan hidup adalah rangkaian upaya
untuk melindungi kemampuan lingkungan hidup terhadap tekanan perubahan dan dampak negatif
yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung kehidupan manusia dan mahluk
hidup lainnya.
Pembinaan kesadaran lingkungan hidup melalui kegiatan-kegiatan nyata yang dekat dengan
kehidupan sehari-hari, dapat membawa kita lebih memahami dan dapat langsung
mengaplikasikannya. Lingkungan merupakan tempat hidup kita sehari-hari, didalamnya terdapat
komponen-komponen ekosistem dan sosiosistem. Jika lingkungan tersebut ditata sedemikian rupa
maka akan dapat menjadi wahana pembentukan prilaku arif terhadap lingkungan.
1. Pengertian
Segala sesuatu yang ada di sekitar kita yang mempengaruhi sikap dan perilaku kita merupakan
lingkungan. Di sekitar kita terdapat manusia lainnya yang mempengaruhi sikap dan perilaku kita.
Orang tua, guru, teman, tetangga dan masyarakat lainnya menjadi bagian dari setiap keputusan yang
kita ambil dalam bersikap dan berbuat. Masyarakat di sekitar kita membuat nilai dan norma yang
menjadi acuan dalam bersikap dan berbuat. Setiap anggota masyarakat dituntut untuk mematuhinya
dan tidak boleh keluar dari nilai dan norma yang berlaku. Di sekitar kita terdapat tumbuhan. Kita
merasa, teduh, sejuk dan nyaman jika berada di tempat yang rindang oleh pepohonan. Kanopi pohon
melindungi kita dari sinar matahari yang terik. Tumbuhan mengeluarkan Oksigen yang sangat kita
butuhkan dan menyerap CO2, sehingga udara terasa sejuk. Tumbuhan juga menjadi sumber makanan
bagi manusia dan hewan.
Di lingkungan sekitar kita terdapat hewan, baik hewan peliharaan maupun hewan liar. Keduanya
berperan besar dalam memenuhi kebutuhan manusia akan makanan dan fungsi lainnya, seperti
bahan baku pakaian, keindahan, dan lain-lain. Di sekitar kita juga terdapat sesuatu yang tak terlihat
secara kasat mata. Daya dan keadaan ada di sekitar kita dalam berbagai bentuk, seperti keadaan
tenang, gaduh, sejuk, panas, dingin, banyak, sedikit, kuat, lemah, dan lain-lain. Semuanya
mempengaruhi kehidupan dan kesejahteraan kita. Manusia tidak akan nyaman jika keadaannya
panas atau berisik. Ini berarti kesejahteraannya terganggu.
Semua yang ada di sekitar kita seperti yang telah diuraikan tadi, baik yang berwujud kebendaan
maupun berupa daya dan keadaan akan mempengaruhi sikap dan perilaku kita, bahkan akan
mempengaruhi perikehidupan dan kesejahteraan kita, sesuai definisi lingkungan menurut Undang-
Undang Lingkungan Hidup No. 23 Tahun 1997 adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Dalam lingkungan terjadi
interaksi yang dinamis antara manusia dengan manusia lainnya dan antara manusia dengan
komponen biogeofisikkimia. Interaksi tersebut tidaklah selalu sederhana tetapi sangat kompleks.
Dalam interaksi tersebut manusia mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungannya.
Manusia mempengaruhi lingkungan dengan cara mengatur lingkungan dan mengambil sumber
daya yang ada di lingkungan. Manusia membangun jembatan, jalan, sawah, permukiman dan lain-
lain. Manusia juga membangun nilai dan norma dalam kaitannya dengan lingkungan. Sebaliknya
lingkungan juga mempengaruhi perilaku manusia. Perhatikanlah bagaimana manusia beradaptasi
menyesuaikan diri dengan lingkungannya masing-masing. Bentuk rumah, matapencaharian, jenis
pakaian dan lain-lain dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Skala tinjauan lingkungan juga bisa sempit
atau luas. Rumah dan pekarangan merupakan sebuah lingkungan bagi penghuninya yang relatif
sempit ruang lingkupnya. Tetapi Pulau Jawa atau bahkan lapisan bumi dan makhluk hidup di atasnya
yang disebut biosfer juga merupakan lingkungan hidup tetapi dalam skala yang luas.
Manusia sangat bergantung pada lingkungan hidupnya, manusia akan musnah jika lingkungan
hidupnya rusak. Lingkungan hidup yang rusak adalah lingkungan hidup yang tidak dapat lagi
menjalankan fungsinya dalam mendukung kehidupan. Keinginan setiap manusia untuk meningkatkan
kualitas hidup merupakan sesuatu yang tak dapat dihindari, namun tanpa disertai kearifan dalam
proses pencapaiannya, justru kemerosotan kualitas hidup yang akan diperoleh. Untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya manusia melakukan eksploitasi sumberdaya alam. Seiring dengan perubahan
peradapan, kebutuhan terus berkembang baik jenis maupun jumlahnya, sedangkan penyediaan
sumberdaya alam terbatas. Eksploitasi yang berlebihan akan mengakibatkan merosotnya daya
dukung alam. Disisi lain dalam proses penyediaan barang kebutuhan manusia juga akan dihasilkan
limbah. Limbah yang dihasilkan menjadi beban bagi lingkungan untuk mendegradasinya. Jumlah
limbah yang semakin besar yang tidak terdegradasi akan menimbulkan masalah pencemaran.
LINGKUNGAN HIDUP
Sosial
Tanah
Flora Ekonomi
Air Budaya
Ekosistem
Gambar
Skema Lingkungan Hidup
4. Kesetimbangan Lingkungan
Lingkungan hidup merupakan suatu sistem yang yang tersusun dari sub-sistem abiotik, biotik dan
kultur. Ketiga sub-sistem tersebut mempunyai hubungan saling keterkaitan dan saling
ketergantungan. Oleh sebab itu lingkungan hidup akan mengikuti azas kesetimbangan sistem
sebagaimana sistem yang lain. Semua sistem akan mencapai suatu kesetimbangan, jika terjadi
perubahan pada sub-sistem akan berpengaruh pada kesetimbangan seluruh sistem dan akan menuju
kesetimbangan yang baru. Sebagai ilustrasi, ekosistem aquarium yang terdiri dari komponen air, batu,
ikan dan tumbuhan air. Jika kita mengisi ikan terlalu banyak maka kualitas air akan cepat turun dan
jenis ikan yang tidak dapat beradaptasi terhadap turunnya kualitas air akan mati, sehingga terjadi
kesetimbangan baru pada ekosistem aquarium.
Setiap makhluk hidup mempunyai kemampuan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan,
namun kemampuannya sangat terbatas. Adaptasi mahluk hidup terhadap perubahan lingkungan juga
bisa terjadi melalui evolusi, bahkan secara keseluruhan suatu ekosistem dapat memulihkan
kondisinya dari kerusakan melalui suksesi, namun kedua hal tersebut memerlukan waktu yang
panjang.
Gambar
Lingkungan yang Belum Pengalami
Perubahan (Lingkungan Hidup Alami)
Di dalam lingkungan hidup alami terdapat hubungan saling mempengaruhi antara komponen
abiotik dengan biotik. Komponen abiotik berupa batuan, tanah, air, udara (cuaca dan iklim)
mempengaruhi keberadaan organisme di suatu wilayah. Keberadaan tumbuhan dan pertumbuhannya
sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah, cuaca dan iklim. Tumbuhan sayuran sangat baik
pertumbuhannya di daerah pegunungan yang suhunya dingin dan tanah vulkanik yang subur.
Sebaliknya, tumbuhan palma (kelapa, nipah dan lain-lain) sangat baik pertumbuhannya di daerah
pantai yang bersuhu panas (megaterma). Komponen biotik juga mempengaruhi abiotik. Sebagai
contoh, suhu udara dipengaruhi oleh keberadaan tumbuhan. Jika kita berada di daerah yang banyak
tumbuhannya, maka udara akan terasa lebih nyaman.
Antarkomponen biotik maupun antar komponen abiotik juga saling mempengaruhi. Keberadaan
tumbuhan mempengaruhi keberadaan hewan di suatu wilayah. Di daerah dengan tumbuhan yang
beragam memungkinkan hewannya juga beragam. Seperti halnya dalam lingkungan biotik, dalam
lingkungan abiotik juga terjadi proses saling mempengaruhi. Tanah dipengaruhi oleh iklim, dan batuan
atau bahan induk. Demikian halnya dengan air yang keberadaannya dipengaruhi oleh kondisi curah
hujan, tanah, dan batuan.
Gambar
Lingkungan yang Telah Mengalami
Perubahan oleh Manusia
Seharusnya manusia terus menerus melakukan upaya lingkungan binaan. Namun kebanyakan,
manusia tidak melakukannya sehingga banyak terjadi kerusakan lingkungan di mana-mana. Hutan
lebat seenaknya dibabat tanpa berusaha menanam pohon penggantinya. Air bersih dipakai untuk
dalam industri tekstil tetapi setelah tercemar, air tersebut dibuang seenaknya ke sungai sehingga
mencemari lingkungan. Kegiatan manusia yang tidak menciptakan lingkungan binaan mengakibatkan
dampak negatif terhadap lingkungan alam. Bagaimana agar tidak rusak, manusia perlu
merencanakannya dengan baik setiap akan membangun bangunan atau membuka hutan agar tidak
menggangu kelestarian lingkungan alami. Jika lingkungan binaan manusia tidak mampu
mengembalikan keadaan lingkungan alami, lambat laun akan mempengaruhi keadaan lingkungan
sosial budaya manusia.
Gambar
Komponen Abiotik yang Berbeda Antara Laut dan
Lahan Pertanian Telah Mempengaruhi Komponen Sosial Budaya
Komponen sosial budaya juga akan mempengaruhi komponen abiotik maupun biotiknya. Untuk
memenihi kebutuhan hidupnya manusia memanfaatkan lahan dan hutan untuk kegiatan pertanian
maupun non pertanian. Semakin maju suatu masyarakat, semakin intensif pemanfaatannya. Tingkat
kerusakan yang ditimbulkannya juga akan berbeda. Masyarakat yang telah maju teknologinya
cenderung untuk mengeksploitasi sumber daya alam lebih besar karena dorongan kebutuhan yang
semakin besar dan beragam serta didukung oleh kemampuan teknologinya. Masyarakat sederhana,
cenderung mampu mempertahankan kelestarian lingkungannya karena adanya norma dan nilai
tertentu yang diterapkan dalam menjaga kelestarian lingkungannya.
Gambar
Interaksi Komponen Sosial Budaya yang
Berbeda dengan Komponen Abiotik dan Biotik: (a) Interaksi pada
Masyarakat yang Telah Maju; (b) Interaksi pada Masyarakarat yang Masih Sederhana
Komponen abiotik juga berinteraksi dan saling mempengaruhi dengan komponen biotik.
Tumbuhan dipengaruhi oleh komponen iklim, air, tanah dan komponen abiotik lainnya. Kondisi iklim,
air, tanah juga dipengaruhi oleh kondisi tumbuhannya. Daerah yang berhutan, biasanya mampu
menyimpan air dan menjaga udaranya tetap sejuk. Begitu pula dengan hewan yang persebaran dan
pertumbuhannya dipengaruhi oleh komponen-komponen abiotik seperti air, udara (suhu, kelembapan
dan lain-lain), kondisi tanah, dan lain-lain.
Dalam interaksinya dengan lingkungan alamnya, manusia menempati posisi yang dominan
karena manusia dikaruniai kemampuan budaya melebihi kemampuan makhluk-makhluk lainnya.
Dengan kemampuan budayanya itu manusia mampu mengubah permukaan muka bumi. Tentu saja
tiap kelompok masyarakat memiliki tingkat budayanya masing-masing. Masyarakat yang telah maju
dengan teknologi tinggi mampu memanfaatkan lingkungan bagi kemakmuran hidupnya. Kebalikannya,
kelompok manusia yang berkemampuan budayanya masih terbatas, pemanfaatan sumber daya
lingkungannya juga terbatas.
1) Udara untuk keperluan pernapasan, tidak akan ada manusia yang dapat bertahan hidup tanpa
bantuan udara.
2) Air untuk keperluan minum, mandi serta kegiatan kolektif seperti pengairan sawah dan
pembangkit tenaga listrik. Bahkan saat ini, air bersih sudah menjadi benda ekonomi.
3) Tumbuhan dan hewan untuk keperluan pemenuhan kebutuhan protein hewani dan nabati. Selain
untuk sumber makanan, tumbuhan dan hewan dapat juga dijakdikan sumber tenaga dan
kesenangan. Di daera-daerah tertentu, masihkah kalian suka melihat sapi atau kerbau dijadikan
sebagai penarik bajak di sawah, kuda untuk menarik delman dan dijadikan sarana olah raga
berkuda. Perlu juga kita sadari, bahwa oksigen yang kita hirup setiap saat dari udara, sebagian
besarnya berasal dari tumbuhan dalam proses fotosintesis, dan sebaliknya gas karbondioksida
yang dihasilkan dari pernapasan kita akan digunakan oleh tumbuhan untuk fotosintesis pula.
4) Lahan untuk keperluan mendirikan prasarana pribadi maupun sosial. Rumah tempat tinggal yang
kita gunakan untuk melindungi diri dari panas dan hujan, serta fasilitas sosial seperti gedung-
gedung pemerintahan, olah raga dan gedung pertokoan semuanya kita bangun di atas lahan.
Tidak hanya sebatas itu saja, cobalah kalian tengok ke daerah pedesaan, lahan menempati peran
yang sangat penting, sebab di atas lahanlah mereka para petani melakukan aktifitas rutinnya.
Bahkan kalau kita meninggalpun, kita akan dikubur pada lahan.
Apa yang akan terjadi jika lingkungan kita rusak? Kerusakan lingkungan pada akhirnya akan
berdampak negatif bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Bayangkan, jika udara yang kita hirup
adalah udara yang sudah tercemar. Udara yang kita hirup akan masuk melalui saluran pernapasan
dan mengganggu fungsi dari alat-alat pernapasan kita seperti hidung, tenggorokan, dan paru-paru.
Udara yang mengandung bahan-bahan pencemar juga dapat masuk ke dalam darah dan
mengganggu jaringan syaraf.
Apa yang terjadi jika lingkungan perairan kita tercemar limbah? Air limbah yang tercemar akan
sangat berbahaya jika dikonsumsi oleh manusia. Makhluk hidup dalam air seperti ikan, kerang dan
lain-lain akan menyimpan bahan-bahan pencemar yang ada dalam air di dalam tubuhnya. Pada
gilirannya jika manusia memakan ikan atau makhluk air lainnya, bahan-bahan pencemar tersebut
akan menumpuk dalam tubuh manusia. Akibatnya, dapat menimbulkan berbagai macam penyakit
seperti penyakit kulit, kanker, kecacadan pada balita dan lain-lain.
Gambar
Kerusakan Lingkungan Akibat Ulah Manusia pada
Akhirnya akan Dirasakan Dampaknya oleh Manusia
Karena itu, kita wajib menjaga fungsi dari masing-masing komponen lingkungan agar fungsinya
tetap dapat mendukung kehidupan, termasuk kehidupan manusia. Bayangkanlah jika komponen-
komponen tersebut mengalami kerusakan, maka pada akhirnya manusia juga yang akan merasakan
dampak negatifnya. Bencana alam yang terjadi seperti banjir dan kekeringan umumnya adalah karena
ulah manusia yang tidak bertanggung jawab bukan hanya karena proses alamiah. Hutan yang
berfungsi menjaga pasokan air di musim kemarau akhirnya tidak mampu lagi menjaga fungsinya
tersebut karena telah ditebang untuk kepentingan pertanian dan permukiman. Akibatnya pada musim
hujan hanya sedikit air yang diserap oleh tanah dan sebagian besar dialirkan ke sungai dan
menimbulkan banjir.
Gambar
Kerusakan Lingkungan pada Akhirnya
Akan Menimbulkan Bencana bagi Manusia
dan berkelanjutan, tentunya dengan cara-cara yang simpatik, kreatif, inovatif dengan menganut nilai-
nilai dan kearifan budaya lokal.
Menyikapi perkembangan lingkungan hidup serta pengembangan metode pendidikan lingkungan
hidup dan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai wawasan lingkungan hidup
kepada peserta didik dan masyarakat pada tanggal 2 Juni 2005 telah ditanda tangani kesepakatan
bersama antara Menteri Negara Lingkungan Hidup dan Menteri Pendidikan Nasional dan sebagai
realisasi dari MOU tersebut pada tanggal 21 Februari 2006 telah dirancang green school atau yang
dikenal dengan sekolah adiwiyata yaitu sekolah peduli dan berbudaya lingkungan.
Green school dalam konsep adiwiyata adalah sekolah yang mampu mengoptimalkan potensi
sumberdaya alam sebagai solusi pemecahan permasalahan yang di hadapi oleh warga seputar
sekolah. Adapun komponen komponen lain menjadi pelengkap yang di sesuaikan oleh kondisi
lingkungan sekolah. Green school memiliki sasaran untuk seluruh warga sekolah. Dengan maksud
untuk membangun serta menggali partisipasi warga sekolah dalam kegiatan kegiatan yang memiliki
muatan pengelolaan dan pelestarian lingkungan. Dalam pelaksanaannnya Kementerian Negara
Lingkungan Hidup bekerjasama dengan stekholder, menggulirkan green school atau adiwiyata ini
dengan harapan dapat mengajak warga sekolah melaksanakan proses belajar mengajar materi
lingkungan hidup dan ikut berpartisipasi melastarikan serta menjaga lingkungan hidup di sekolah dan
sekitarnya.
Dalam implementasi kebijakan pendidikan lingkungan hidup, baik melalui pendidikan formal, non
formal maupun informal diharapkan agar semua pihak dapat melakukan antara lain:
1) Mengembangkan kelembagaan pendidikan lingkungan hidup
2) Peningkatan kualitas sumber daya manusia
3) Pengembangan sarana dan prasarana
4) Peninggatan dan efesiensi penggunaan anggaran
5) Pengembangan materi lingkungna hidup
6) Peningkatan komunikasi dan Informasi
7) Pemberdayaan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan dan pengembangan
8) Pengembangan metode pendidikan lingkungan hidup
Kedelapan aspek tersebut perlu ditumbuh kembangkan sehingga dapat menjadi alat penggerak
yang efisien dan efektif bagi kemajuan pendidikan lingkungan hidup. Pendidikan lingkungan hidup
adalah upaya mengubah perilaku dan sikap yang dilakukan oleh berbagai pihak atau elemen
masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran
masyarakat tentang nilai nilai lingkungan dan isu permasalahan lingkungan yang ada pada akhirnya
dapat menggerakkan keselamatan lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan yang akan
datang.
peduli dan berbudaya lingkungan. Oleh karena itu kebijakan sekolah perlu mendapat prioritas utama
untuk dikembangkan diseluruh tingkatan pendidikan formal mulai dari pendidikan SD dan pendidikan
menengah (SMP dan SMK) atau yang sederajat.
Dengan kebijakan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan diharapkan semua program
dan kegiatan sekolah yang terkait dengan masalah lingkungan hidup dapat terakomoditir dengan baik.
Kebijakan ini nantinya dapat menjadi dasar pengelolaan program dan kegiatan disekolah yang
berbasis lingkungan hidup. Kebijakan sekolah yang dikembangkan berdasar pada filosofi lingkungan
dan mengembangkan budaya kepedulian terhadap lingkungan hidup bagi seluruh warga sekolah.
Pengembangan kebijakan sekolah peduli dan berbudaya lingkungan tersebut adalah:
1) Visi dan misi sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan
2) Kebijakan sekolah dalam mengintegrasikan pelajaran lingkungan hidup pada semua mata
pelajaran
3) Kebijakan peningkatan sumber daya manusia
4) Kebijakan sekolah yang mendukung lingkungan sekolah yang bersih dan sehat
5) Kebijakan sekolah untuk pengalokasian dan penggunaan dana kegiatan yang terkait dengan
lingkungan hidup
6) Pengembangan kurikulum berbasis lingkungan hidup
5) Suasana yang nyaman memungkinkan peserta didik tidak mengalami kejenuhan ketika meneriam
materi.
6) Memberi peluang untuk untuk berimajinasi.
Dari beberapa kelebihan diatas maka dapat disimpulkan bahwa konsep pembelajaran
menggunakan lingkungan memberikan peluang yang sangat besar bagi peserta didik, untuk
meningkatkan hasil belajarnya. Konsep lingkungan merujuk pada eksplorasi ekologi sebagai andalan
mahluk hidup yang saling tergantung antara yang satu dengan yang lain, dari konsep inilah para siswa
dituntut untuk memahami arti penting lingkungan hidup. Oleh karena itu guru mesti mampu
menyadarkan para siswa bahwa ekosistem lingkungan sangat mempengaruhi kesejahteraan hidup
manusia. Misalnya guru menyadarkan siswa bahwa maraknya bencana yang terjadi di Indonesia
seperti banjir, tanah longsor, kebakaran, wabah penyakit, merupakan kesalahan manusia dalam
menjaga dan melindungi funsi ekosistem.
Pencemaran tersebut terjadi karena manusia tidak menjaga ekosistem lingkungan misalnya
membuang sampah di sungai, menebangi pohon secara sembarangan serta melakukan pencemaran
udara, baik sengaja maupun tidak. Akhirnya masyarakat yang harus menanggung resiko negatifnya.
Tujuan utama penekanan konsep lingkungan ini adalah untuk menjelaskan fungsi manusia dalam
menjaga alam semesta dan menunjukkan cara menjaga kualitas lingkungan alam untuk kepentingan
bersama pada masa yang akan datang. Disinilah para guru yang mengajar siswa diluar kelas harus
memahami betul arti penting konsep lingkungan. Pendidikan lingkungan hidup harus mengandung
beberapa tujuan, yaitu 1) membantu siswa untuk memiliki kesadaran dan kepekaan terhadap
lingkungan hidup dan sumber daya alam secara totalitas; dan 2) membantu siswa memiliki
pemahaman dasar tentang hubungan timbal balik lingkungan hidup dan sumber daya alam.
mampu untuk berkonsentrasi dalam belajar, gurupun menjadi mudah marah dan menjadi kutrang
fokus dalam menyampaikan materi pelajaran. Semakin jelaslah bahwa fungsi dan peran tumbuh
tumbuhan dalam kegiatan belajar mengajar sangat penting bagi kelancaran serta kebersihan kegiatan
belajar mengajar itu sendiri. Itulah sebabnya pengaturan tanaman dan tumbuh tumbuhan di
lingkungan kelas harus direncanakan dan direalisasikan sedemikian rupa agar suasana kegiatan
belajar mengajar di dalam kelas berlangsung dengan kondusif.
Green school sangat penting untuk digalakkan demi terselenggaranya kegiatan belajara
mengajar yang sehat. Selain membawa kemamfaatan bagi stakeholder pendidikan, program tersebut
juga akan membantu mengurangi dampak pemanasan global meskipun dalam skala yang relative
kecil.
koeksistensi secara suistainable dan saling menguntungkan (mutualism) antara sumber daya tersebut
dapat lestari dan manusia sebagai pengguna dapat memperoleh manfaat tanpa harus merusak alam
sekitarnya.
Namun dalam prakteknya berbagai fakta dan data menunjukkan bahwa keberlangsungan dan
kelestarian sumber daya dewasa ini sangat memperihatinkan. Banjir dan longsor kini telah rutin dan
menyebar di seluruh Indonesia. Dalam tahun 2003 saja, telah terjadi 236 kali banjir di 136 kabupaten
dan 26 provinsi, disamping itu juga terjadi 111 kejadian longsor di 48 kabupaten dan 13 provinsi.
Dalam tahun yang sama tercatat 78 kejadian kekeringan yang tersebar di 11 provinsi dan 36
kabupaten. Dalam periode itu juga, 19 provinsi lahan sawahnya terendam banjir, 263.071 Ha sawah
terendam dan gagal panen, serta 66.838 Ha sawah puso.
Data lain menunjukkan bahwa Indonesia tergolong negara yang kawasan hutan tropisnya hilang
dalam waktu tercepat di dunia. Laju deforestasi terus meningkat mencapai rata-rata 2 juta Ha per
tahun. Tipe hutan tropis ini dalam waktu dekat dipastikan hampir seluruhnya lenyap di Sulawesi dan
Sumatera, dan di Kalimantan diperkirakan akan lenyap pada tahun 2010, jika laju deforestasi tersebut
terus berlangsung. Di samping itu hampir setengah dari luas hutan di Indonesia sudah terfragmentasi
oleh jaringan jalan, jalur akses lainnya, dan berbagai kegiatan pembangunan, seperti pembangunan
perkebunan dan hutan tanaman industri.
Akibat lanjutannya dari kerusakan lingkungan adalah fungsi lingkungan hutan yang mendukung
kehidupan manusia terabaikan, beragam kehidupan flora dan fauna yang membentuk mata rantai
kehidupan yang bermanfaat bagi manusia menjadi rusak dan hilang. Semua ini mengakibatkan
timbulnya ketidak adilan dan kesenjangan mengakses manfaat pembangunan bagi masyarakat di
sekitar kawasan hutan.
Jika kita melihat kembali kepada pengelolaan sumber daya alam yang telah dilakukan selama ini,
sistem pengelolaan sumber daya alam yang diterapkan di Indonesia pada umumnya, lebih kepada
pendekatan dimana negara ataupun daerah dalam hal ini pemerintah yang mempunyai kewenangan
dalam pengelolaan sumber daya tanpa mempertimbangkan dan melibatkan masyarakat sekitarnya
sehingga pada saat terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan pengelolaan sumber daya dan
lingkungan di lapangan, masyarakat di sekitar tidak akan peduli dan tidak akan bertindak untuk
menjaga kelestarian bahkan malah akan turut terlibat dalam perusakan dengan memanfaatkan
sumber daya yanng ada tanpa memperhatikan kelestarian.
Kebijakan pengelolaan sumber daya yang diterapkan oleh pemerintah dengan pendekatan top
down, dan struktural tersebut, dengan sendirinya terkadang mengabaikan kepentingan masyarakat
dan yang tinggal di sekitar dan kurang memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk
berpartisipasi langsung dalam proses pengelolaan sumber daya dan lingkungan tersebut. Di lain
pihak, lemah dan makin luntur kepedulian masyarakat (community awareness) untuk mengelola
sumber daya dan lingkungan secara lestari dan memecagkan persoalan-persoalan bersama yang ada
terkait dengan permasalahan sumber daya dan lingkungan.
Dengan kata lain, kebijakan pemerintah dalam hal pengelolaan sumber daya dan lingkungan
selama ini belum mampu menumbukan rasa memiliki dan keinginan dari masyarakat di sekitar
lingkungan tersebut untuk turut menjaga. Itulah sebab implementasi suatu kebijakan yang penerapan
berhubungan langsung dengan sumber daya dan kehidupan masyarakat, justru sering ditolak dan
menimbulkan konflik vertikal yang kontra-produktif. Hal seperti ini sunguh sangat ironis di era otonomi
luas seperti saat ini. Sedangkan penerapan desentralisasi yang banyak dilakukan pada era otonomi
saat ini hanya merupakan penyerahan wewenang yang semu dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah, sedangkan dalam pelaksanaan pengelolaan sumber daya dan lingkungan,
pemerintah daerah tidak melibatkan masyarakat sekitar, kalau ada hanya kegiatan dengan skala kecil
dan untuk daerah tertentu saja.
pertumbuhan penduduk yang cenderung tumbuh secara eksponensial. Sementara produksi dari
sumber daya alam akan mengalami diminishing return dimana output perkapita akan mengalami
kecenderungan yang menurun sepanjang waktu. Menurut Malthus, ketika proses diminishing return ini
terjadi, standar hidup juga akan menurun sampai ke tingkat subsisten yang pada gilirannya akan
mempengaruhi reproduksi manusia.
Pandangan Kedua, adalah pandangan eksploitatif atau sering juga disebut sebagai perspektif
Ricardian. Dalam pandangan ini dikemukakan antara lain sebagai berikut :
1) Sumber daya alam dianggap sebagai mesin pertumbuhan (engine of growth) yang
mentransformasikan sumber daya ke dalam man-made capital yang pada gilirannya akan
menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi di masa datang.
2) Keterbatasan supply dari sumber daya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dapat disubtitusikan
dengan cara intensifikasi (eksploitasi sumber daya secara intensif) atau dengan cara
ekstensifikasi (memanfaatkan sumber daya yang belum dieksploitasi).
Jika sumber daya menjadi langka, hal ini akan tercermin dalam dua indikator ekonomi, yakni
meningkat baik harga output maupun biaya ekstraksi per satuan output. Meningkatnya harga output
akibat meningkatnya biaya per satuan output akan menurunkan permintaan terhadap barang dan jasa
yang dihasilkan sumber daya alam. Di sisi lain, peningkatan harga output menimbulkan insentif
kepada produsen sumber daya alam untuk berusaha meningkatkan supply. Namun, karena
ketersediaan sumber daya alam terbatas, kombinasi dampak harga dan biaya akan menimbulkan
insentif untuk mencari sumber daya subtitusi dan peningkatan daur ulang. Selain itu, untuk
mengembangkan inovasi-inovasi seperti pencarian deposit baru, peningkatan efisiensi produksi, dan
peningkatan teknologi daur ulang sehingga dapat mengurangi tekanan terhadap pengurasan sumber
daya alam.
Kemudian dalam hierarki konseptual, sumber daya alam merupakan barang publik (public
goods). Konsekuensi atas konsepsi ini adalah bahwa akses untuk mendapatkan harus terbuka untuk
sebanyak mungkin bagi pelaku ekonomi dan masyarakat luas. Jenis public goods seperti ini harus
dikelola secara transparan dan diawasi secara terbuka. Dengan demikian, jika kendali pengelolaan
dilakukan pemerintah saja tanpa kontrol yang memadai dari pihak masyarakat, maka kemanfaatan
menjadi sangat terbatas pula. Pengalaman Indonesia selama ini memperlihatkan bahwa kontrol
pemerintah pusat sangat kuat sehingga kemanfaatan juga terbatas pada kalangan dekat birokrasi
pusat tersebut. Hal ini terbuktu dari alokasi berbagai potensi sumber daya alam seperti pertambahan,
hutan, perikanan dan sebagainya.
Pola pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan, pada umumnya dapat dilakukan melalui
dua pendekatan, yaitu Pertama, melalui kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah untuk kemudian
diterapkan di lapangan dengan disertai aturan-aturan dan konsekuensi dalam pelaksanaan sehingga
pemerintah beserta aparat akan berperan sebagai subyek sedangkan sumber daya alam dan
masyarakat akan menjadi obyek yang hanya mengikuti ketetapan pemerintah, sedangkan pendekatan
yang Kedua adalah dilakukan desentralisasi pengelolaan sumber daya alam pemerintah kepada
masyarakat, sehingga masyarakat akan turut berperan secara langsung dan turut menjadi subyek
dalam pengelolaan sehingga akan tumbuh rasa memiliki dan keinginan turut menjaga kelestarian.
Memperhatikan kondisi tersebut, perubahan paradigma pembangunan khususnya pola
pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan dan berkesinambungan dengan mengacu pada
prinsip kesinambungan, keseimbangan dan kelestarian merupakan pilihan yang harus dipilih oleh
pemerintah. World Commision on Environment and Development (WCED) atau Brundtland
Commision memberikan definisi pada prinsip pembangunan berkelanjutan sebagai pembangunan
yang memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi-generasi mendatang
memenuhi kebutuhan sendiri. Definisi tersebut tercantum dalam laporan Brundtland Commision our
Common Future yang diterbitkan pada tahun 1987.
Terlepas dari perdebatan interprestasi pendefinisian pembangunan berkelanjutan tersebut,
terdapat tiga langkah sebagai implementasi kebijakan yang penting untuk dipikirkan oleh para
pengambil kebutusan pembangunan, sebagai berikut Pertama, berkenaan dengan pengelolaan
sumber daya alam (resource management) dengan tekanan pada pengelolaan hutan, tanah dan air.
Pengelolaan hutan harus mencakup sumber hayati plasma nutfah, yang merupakan sumber daya
alam genetik (genetic resource), sehingga pengelolaan hutan tidak hanya memperhatikan kayu,
melainkan juga sumber genetik tersebut. Hal ini penting karena sumber alam genetik akan menjadi
sumber daya alam yang menentukan pembangunan yang akan datang.
Kedua, berkenaan dengan pengelolaan dampak pembangunan terhadap lingkungan yang
mencakup penerapan analisis dampak pembangunan terhadap lingkungan, pengendalian
pencemaran, khususnya bahan berbahaya dan beracun, maupun pengelolaan lingkungan binaan
manusia (man made environment) seperti kota, waduk dan lain sebagainya. Ketiga, berkenaan
dengan pembangunan sumber daya manusia (human resource development), yang mencakup
pengendalian jumlah penduduk atau kualitasnya (tingkat kelahiran, tingkat kematian dan tingkat
kesehatan); pengelolaan mobilitas perpindahan penduduk ke daerah dan ke kota, pengembangan
kualitas penduduk, baik secara fisik maupun non fisik yang menyangkut kualitas pribadi maupun
kualitas bermasyarakat, serta pengembangan keserasian kuantitatif, keserasian kualitatif da
keserasian wawasan.
3.
4. Pencemaran udara
Pencemaran udara adalah pencemaran di udara akibat adanya zat-zat yang mengganggu
keseimbangan udara. Contoh zat-zat yang menyebabkan pencemaran udara adalah gas karbon
monoksida, gas karbon dioksida, gas sulfur oksida, gas nitrogen oksida, hidrokarbon, materi partikulat,
dan kebisingan. Zat-zat ini dihasilkan dari semua proses pembakaran termasuk asap knalpot motor
diesel dan motor bensin serta untuk industri dihasilkan melalui proses pembakaran lewat cerobong
asap pabrik. Untuk materi partikulat selain dari proses pembakaran juga dihasilkan dari semua
pekerjaan yang mengeluarkan partikel-partikel kecil (debu) seperti menggerinda, mengelas,
mengebor, dan lain-lain.
Bising dihasilkan dari suara mesin yang digunakan dalam pengoperasian di industri-industri.
Salah satu akibat pencemaran udara yakni gangguan kesehatan seperti penyakit pernapasan
(bronkitis, asma, dan amfisema) yang disebabkan oleh gas sulfur oksida, gas nitrogen oksida, dan
hidrokarbon. Pusing, mual, kerusakan otak bahkan kematian oleh gas karbon monoksida, penyakit
tumor paru-paru seperti fibrosis, silikosis, asbestosis oleh materi partikulat. Tuli dan gangguan
psikologis serta fisiologis oleh bising. Selain limbah dari industri yang berupa gas dan bising, limbah
yang lain dapat berupa cair, panas dan radiasi. Cara mengurangi pencemaran udara adalah sebagai
berikut
1) Jika gas buang mengandung sulfur oksida dikurangi dengan cara memasang filter basah pada
motor penggerak
2) Jika gas buang mengandung nitrogen oksida dikurangi dengan cara menurunkan suhu
pembakaran
3) Jika gas buang mengandung karbon monoksida dan hidrokarbon dikurangi dengan cara
memasang alat pengubah katalitik
4) Jika gas buang mengandung materi partikulat atau partikel-partikel kecil, dikurangi dengan cara
memasang filter udara, filter basah, pengendap siklon, pengendap sistem gravitasi dan
pengendap elektrostatik.
5. Pencemaran Air
Pencemaran air banyak disebabkan oleh limbah organik, limbah anorganik, senyawa kimia
organik dan limbah kimia anorganik. Limbah organik contohnya adalah daun, kulit buah, sayur, dan
bangkai binatang. Limbah anorganik contohnya adalah plastik, logam, kaca, dan kain. Senyawa kimia
organik contohnya adalah detergen, minyak, plastik, dan oli. Senyawa kimia organik contohnya adalah
merkuri pada termometer air raksa, lampu tabung, dan baterai; timbal pada korosi pipa-pipa, kaleng,
dan pestisida; kobalt pada alat-alat pemotong (contoh gergaji), alat-alat penggiling, keramik, dan cat;
kadmium pada pipa PVC, karet, dan kaca.
Zat-zat tersebut dapat mencemari air melalui pembuangan ke perairan (sungai, laut, dan danau)
atau melalui air resapan. Salah satu akibat pencemaran air yakni dapat menimbulkan gangguan
kesehatan berupa penyakit menular dan penyakit tidak menular. Contoh penyakit menular yang
disebabkan oleh pencemaran air adalah diare, disentri, disentri amuba, tifus, ascariasis, dan taeniasis.
Sedangkan contoh penyakit tidak menular yang disebabkan oleh pencemaran air adalah penyakit
kerusakan hati, kerusakan ginjal, kerusakan jantung, kerusakan saraf, sakit kepala, depresi, janin
cacat mental, perubahan tingkah laku, keguguran, kelahiran prematur, kematian janin dan hipertensi.
a. Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah banyak disebabkan oleh limbah anorganik contohnya adalah plastik, logam,
kaca, kain, pestisida kimia (insektisida, herbisida, dan fungisida), pupuk kimia, logam berat (merkuri
pada termometer air raksa, lampu tabung, dan baterai), timbal (pada korosi pipa-pipa, kaleng, dan
pestisida), kobalt (pada alat-alat pemotong atau gergaji, alat-alat penggiling, keramik, dan cat),
kadmium (pada pipa PVC, karet, dan kaca). Akibat pencemaran tanah yakni tanah menjadi tandus
dan air yang terserap melalui tanah tersebut menjadi tercemar.
6. Pengelolaan Limbah
Dengan semakin besarnya skala usaha, maka semakin banyak pula limbah yang dihasilkan.
Maka dari itu perlu dilakukan penanganan terhadap limbah yang dihasilkan tersebut, seperti :
1) Saluran pembuangan limbah cair harus dikonstruksi dengan baik sehingga proses pembuangan
limbah cair tidak terhambat.
2) Tempat penampungan hendaknya dibuat, jangan langsung dibuang ketempat umum karena akan
mengganggu dan mencemari lingkungan umum.
3) Jika produksi sampah atau limbah cair ternyata cukup tinggi, atau telah mengakibatkan
ganggguan pencemaran adalah indikasi awal bahwa telah terjadi masalah pencemaran
lingkungan, maka disarankan untuk berkonsultasi dengan badan pengelolaan limbah.
4) Pemanfaatan limbah adalah sebagai tambahan makanan atau minuman untuk ternak
5) Untuk sampah yang kering dan padat perlu disediakan tempat pembuangan sampah padat yang
cukup baik kebersihannya maupun ukurannya sesuai dengan jumlah sampah yang diproduksi.
a. Pupuk Kompos
Ditengah kepadatan aktivitas manusia, penanganan sampah masih menjadi permasalahan serius
yang belum bisa tertangani dengan tuntas, terutama di kota-kota besar. Sampah yang tidak mendapat
penanganan serius bisa mengakibatkan pencemaran, baik polusi udara, polusi air maupun polusi
tanah. Salah satu solusi penanganan sampah adalah pengubahan sampah menjadi pupuk organik
atau kompos.
Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari bahan organik atau makhuk hidup yang telah mati.
Bahan organik ini akan mengalami penguraian oleh mikroorganisme sehingga sifat fisiknya akan
berbeda dari semula. Pupuk organik termasuk pupuk majemuk lengkap karena kandungan unsur
makro lebih dari satu dan mengandung unsur hara mikro.
Pada prinsipnya pembuatan kompos adalah mengubah bahan segar menjadi kompos dengan
bantuan jazad renik. Sampah kota yang menggunung merupakan bahan kompos yang sangat
potensial, hanya saja perlu diperhatikan bahwa sebelum digunakan sampah itu harus dipisahkan
dahulu bagian rubbishnya. Jadi yang dimanfaatkan sebagai kompos hanyalah sampah-sampah jenis
garbage saja, karena sampah ini mudah sekali membusuk. Pada prinsipnya langkah-langkah
pengomposan dapat secara fabrikasi, alami, manual maupun modern.
a) Kelembaban
Bahan kompos yang kelembannya lebih kecil dari 40% tidak akan cepat terdekomposisi.
Sebaliknya bahan yang kelembabannya lebih besar 60% memberikan suasana reaksi anaerob (tidak
ada oksigen), menghasilkan bau busuk dan lambat terdekomposisi. Idealnya kelembaban berkisar
antara 50-55%. Bahan yang kering harus diberi air hingga kelembaban mencapai 50-55%. Untuk
mempertahankan kelembaban timbunan kompos, pemberian air sewaktu-waktu pada cuaca panas
perlu diberikan.
b) Mikroorganisme
Ratusan spesies mikroorganisme, kebanyakan bakteri, jamur dan aktinomisetes (cabang bakteri)
terlihat pada dekomposisi bahan organik dalam timbunan kompos. Mikroorganisme ini ditemukan
secara alami dalam kompos, bahan organik, dan tanah. Mikroorganisme segera bekerja pada saat
kelembaban dan konsentrasi oksigen menguntungkan.
Sebenarnya untuk mempercepat pengkomposan tdak diperlukan tambahan khusus (inokulan)
jamur, bakteri dan emzim, apabila Nisbah C/N, kelembaban, dan aerasi dalam kondisi ideal sehingga
dekomposisi dapat berjalan secara sempurna kecuali untuk serbuk gergaji dan ganggang laut yang
tidak banyak mengandung mikroorganisme.
c) Oksigen
Bahan organik akan lebih cepat didekomposikan oleh mikroorganisme arobis yaitu
mikroorganisme yang membutuhkan oksigen. Bila tidak cukup tersedia oksigen pada timbunan,
mikroorganisme anaerob memegang peranan dan menghasilkan produk yang buruk, yang ditandai
oleh bau busuk, pH rendah, yang dapat menjadi racun bagi tanaman. Aerasi yang baik sangat penting
untuk memperoleh produk akhir kompos yang dapat digunakan secepat mungkin. Pembalikan
timbunan memungkinkan lebih banyak oksigen yang tersedia dan membantu mempercepat
dekomposisi.
8.