Anda di halaman 1dari 9

PEMBANGUNAN BERBASIS EKOLOGI BAB 1 PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Dewasa ini, telah terjadi peningkatan suhu di berbagai belahan dunia. Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 0.18 C (1.33 0.32 F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia" melalui efek rumah kaca. Pemanasan global di Indonesia semakin diperparah dengan kebijakan pemerintah yang kurang berbasis pada ekologi. Pemerintah lebih fokus pada investasi dalam bidang industri yang mengorbankan banyak sumber daya alam di Indonesia. Kebijakan di bidang kehutanan juga telah berimbas besar pada kondisi lingkungan di Indonesia. Pemerintah lebih tertarik untuk memanfaatkan sistem hidrologi dan menjadikannya objek wisata daripada menanam pohon. Dengan permasalahan-permasalahan alam yang terjadi seharusnya pemerintah sudah mulai berbenah diri untuk fokus pada kebijakan pembangunan yang berbasis ekologi. Kebijakankebijakan pembangunan di Indonesia haruslah mengutamakan dan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Oleh karena itu, pembangunan berbasis ekologi sangat penting untuk dibahas dan juga diwujudkan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas kami merusmuskan masalah, sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud dengan ekologi? 2. Apa peran manusia dalam pembangunan berbasis ekologi? 3. Bagaimana pengaplikasian pembangunan berbasis ekologi? 1.3 Tujuan Dari makalah ini kami memiliki tujuan, antara lain: 1. Menelaah lebih dalam mengenai ekologi 2. Memahami peran manusia dala pembangunan berbasis ekologi 3. Memahami pembangunan berbasis ekologi

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1. Ekologi

Sejak dalam kandungan induk, suatu organisme sudah mulai berhubungan dengan alam lingkungan. Proses hidup yang mengantarnya pada kehidupan lebih lanjut, dimulai dari perkembangannya dalam rahim induk. Selanjutnya, ketika organisme tersebut lahir tidak berhenti berhubungan dengan lingkungannya. Organisme tersebut mulai berkembang dan berinteraksi lebih lanjut dengan lingkungan. Perkembangan makhluk hidup sangat membutuhkan lingkungannya, dimulai dari hirupan oksigen dalam lingkungan menuju alat pernafasannya, asupan makanan alam menuju alat pencernaannya. Namun bukan hanya hubungan fisiologis saja yang terjalin, ada hubungan menyeluruh yang terjadi, seperti hubungan psikologis. Hubungan tersebut mengharuskan makhluk hidup mengadakan pembangunan dan perkembangan lingkungan untuk tetap bertahan hidup. Sebelum membahas mengenai ekologi, harus ditelaah terlebih dahulu mengenai konsep ekologi. 2.1.1 Pengertian Ekologi Hubungan antara makhluk hidup dan lingkungan merupakan bahasan menarik untuk ditelaah lebih dalam. Hal tersebut karena telah terjadi proses, hubungan, perkembangan dan jalinan unik di dalamnya. Suatu makhluk hidup memiliki fungsi, peranan, dan kedudukan yang saling berkaitan dengan lingkungannya. Jalinan dan jaringan itu dikembangkan dalam bidang penelaahan yang dikonsepkan sebagai ekologi. Kata ekologi berasal dari dua suku kata dari bahasa Yunani, yaitu oikos yang berarti rumah (house) dan logos yang artinya penelaahan atau ilmu. Oleh karena itu, Laurence Pringle mendefinisikan ekologi sebagai berikut : Ecology is the study of the houses, or environments of living organisms all of their surroundings, including other animals and plants, climate, and soil . (Pringle, 1971). Ada juga tokoh yang memberikan definisi ekologi sebagai ilmu yang mempelajari hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungan mereka (Dasman, Milton, Freeman, 1973). Jadi, fokus ekologi adalah hubungan antara makhluk hidup dan lingkungannya. Erlich dan kawankawan memberi batasan pada hubungan tersebut dalam mengartikan ekologi sebagai subdisiplin dari biologi yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungan mereka pada populasi, komunitas dan level ekosistem (Erlich dkk, 1973). 2.1.2 Unsur-unsur Ekologi Ekologi sebagai suatu penelaahan mempunyai dua unsur yaitu makhluk hidup dan lingkungan. Makhluk hidup sebagai unsur pertama merupakan suatu subyek yang mengelola interaksinya dengan alam. Di lingkungan, makhluk hidup memiliki fungsi, peranan, dan kedudukan yang saling berkaitan. Unsur kedua setelah makhluk hidup yang tidak terlepas dari konsep ekologi adalah lingkungan. Menurut Prof. Dr. Otto Soemarwoto , Lingkungan adalah segala sesuatu di sekeliling organisme yang berpengaruh pada kehidupannya (Otto Soemarwoto, 1985). Dalam Undang-Undang RI, Nomor 4 tentang Ketentun-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup tahun 1982 dijelaskan Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya , keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup

lainnya. Dari konsep lingkungan tersebut maka lingkungan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Lingkungan alam b. Lingkungan sosial c. Lingkungan budaya 2.1.3 Asas Ekologi Berlangsungnya suatu sistem ekologi yang membentuk jalinan kehidupan antara makhluk hidup sesamanya dan dengan alam lingkungannya, mengikuti asas-asas tertentu. Asas-asas ekologi, antara lain: a. Asas keanekaragaman Makhluk hidup di alam ini memiliki jenis yang beraneka ragam. Tiap makhluk hidup mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan dalam lingkungan. Oleh karena itu, lingkungan hidup secara alamiah mengalami keseimbangan yang stabil dan dinamis. b. Asas Kerja Sama Terciptanya keseimbangan alamiah dalam suatu ekosistem adalah hasil dari adaptasi makhluk hidup dengan lingkungan, yang menyediakan sumber daya, antara lain karena ada asas kerja sama di antara mereka. Berlangsungnya asas kerja sama juga berkat adanya keanekaragaman unsur-unsur ekologi dalam ekosistem yang bersangkutan. Bentuk kerja sama yang saling menguntungkan itu biasa disebut simbiosis mutualisme. c. Asas Persaingan Bentuk hubungan di antara unsur-unsur ekologi selain dalam bentuk kerja sama juga dalam bentuk persaingan. Asas persaingan ini berfungsi mengontrol pertumbuhan suatu unsur yang terlalu pesat yang dapat mengganggu keseimbangan ekosistem. 2.2 Peran Manusia dalam Pembangunan Berbasis Ekologi Pembangunan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan hidup. Interaksi antara pembangunan dan lingkungan hidup membentuk sistem ekologi yang disebut ekosistem. Manusia, baik sebagai subjek maupun objek pembangunan, merupakan bagian dari ekosistem. Pembangunan bertujuan menaikkan tingkat hidup dan kesejahteraan rakyat. Dapat pula dikatakan sebagai pembangunan bertujuan untuk menaikkan mutu hidup rakyak. Karena mutu hidup dapat diartikan sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar rakyat dengan lebih baik. Kebutuhan dasar merupakan kebutuhan esensial bagi hidup kita. Ia terdiri dari atas tiga bagian, yaitu kebutuhan dasar untuk kebutuhan hidup hayati, kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup yang manusiawi dan derajat kebebasan untuk memilih. Banyak penelitian menunjukkan,banyak jenis kebutuhan dasar untuk benyak anggota masyarakat kita belum dapat terpenuhi dengan baik. Misalnya pangan, air bersih, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal masih belum dapat tersedia dengan cukup. Dengan masih belumnya terpenuhi kebutuhan masyarakat, mutu lingkungan hidup masyarakat masih belum baik. Karena itu pembangunan masih harus diteruskan. Dalam usaha memperbaiki lingkungan hidup, harus dijaga agar kemampuan lingkungan untuk mendukung kehidupan pada tingkat yang lebih tinggi tidak menjadi rusak.

2.2.1 Manusia sebagai Subyek dalam Lingkungan Manusia dilahirkan ke permukaan bumi dengan kelengkapan jasmani dan rohani yang berbeda dengan makhluk lainnya. Manusia mempunyai akar dan pikiran yang membuatnya berbeda dengan makhluk lain, sehingga diberi kelebihan memiliki akal-pikiran. Kelengkapan akal-pikiran ini, manusia mampu menghadapi tantangan berat dan mampu menyelesaikan masalah dan mampu memanfaatkan lingkunagn dengan sebaik-baiknya. Sebagai makhluk biologi, manusia lahir menyendiri sebagai seorang individu. Selaku individu, manusia memiliki potensi-potensi psikologis yang dapat dikembangkan. Untuk perkembangan itu secara wajar dibutuhkan pertumbuhan jasmani yang baik, untuk perkembangan dan pertumbuhan, manusia tidak dapat melepaskan diri dari lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial dan budaya. Manusia tidak hanya sebagai makhluk individu, tetapi sebagai makhluk sosial bagi kehidupan masyarakatnya. Ditinjau dari kondisi lingkungan, manusia di satu pihak menjadi penjaga dan pelindung lingkungan. Dari keunikan sikap manusia bisa saja manusia menjadi perusak lingkungan, perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh agar kondisi lingkungan tidak menjadi bumerang bagi dirinya dan bagi kondisi masyarakat lain. Diantara manusia dan lingkungannya terjadi interaksi ekologis. Interaksi dapat berlaku positif dalam arti mengembangkan daya dukung lingkungan dengan dalam menjamin hidupnya, dapat pula berlangsung negatif dengan pengertian merusak lingkungan tersebut. Hal ini dapat kita hayati dan dapat kita saksikan secara langsung. Manusia yang hidup dalam suatu lingkungan, khususnya lingkungan fisis-biologis, mengadakan interaksi demham lingkungannya. Dari hasil interaksi tadi, diperoleh pengalaman yang mengembangkan nilai hubungan antar manusia, nilai hubungan antar manusia dengan lingkungannya, dan bahkan nilai hubungan dengan Tuhan. Nilai tadi menjaga kelestarian hubungan diantara sesama manusia, hubungan manusia dengan Tuhan sebagai Khaliknya. Dari pengalaman yang berkesinambungan dan bermakna bagi kehidupan, khususnya pengalaman tentang lingkungan, mengembangkan pengetahuan manusia tentang alam lingkungan. Pengetahuan tadi mengembangkan nilai yang menjaga kelestarian lingkungan yang menjamin kehidupannya. Nilai yang membentuk keyakinan pada manusia tentang kelestarian tersebut antara lain pada tabu dan pantangan. Bentuk tabu dan pantangan itu antara lain mengangkerkan hutan, pohon-pohon tertentu dan bagian lingkungan perairan tertentu. Tabu yang kita bahas tadi merupakan bentuk menjaga kelestarian lingkungan. Hal ini juga menunjukkan keunikan manusia yang hidup didalam lingkungannya. Menjaga dan melestarikan hewan dan tumbuhan juga memiliki suatu nilai ekologi. Karena merupakan bentuk menjaga kelestarian alam dan menjaga rantai makanan yang ada di alam agar selalu seimbang. Banyak kejadian di masa lalu menunjukkan bahwa kurangnya pengertian masyarakat akan hubungan interaksi antara manusia dengan lingkungan ini dan kurangnya pengertian tentang sifat-sifat manusia sendiri dapat menyebabkan berbagai bencana yang menimpa masyarakat sebagai akibat tindakannya sendiri. Hal ini terutama benar bila manusia dilihat dari segi makhluk yang berbudaya. Dalam konteks ini manusia akan merasakan kebutuhan akan kekuasaan, kekayaan, pengetahuan, kepuasan yang berkembang secara indefinitif.

Lain halnya, apabila manusia dilihat sebagai makhluk biologis, perasaan lapar atau dahaga mudah dipenuhi dengan makan dan minum. Dengan sendirinya budaya akan terus berkembang, lalu pemanfaatan sumber daya alam dan laju peningkatan jumlah dan kualitas limbah juga bertambah. Apabila dampak intensitas kegiatan ini terhadap kualitas lingkungan tidak diperhatikan akan terjadi peningkatan taraf pencemaran lingkungan yang akan mengakibatkan turunnya kesehatan masyarakat. Oleh karenanya, usaha-usaha di bidang kesehatan lingkungan perlu didasarkan atas pengetahuan ekologi manusia. Adapun yang dimaksud dengan ekologi manusia adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara setiap segi kehidupan manusia (fiaik, mental, sosial) dengan lingkungan hidupnya (biofisis, psikososial) secara keseluruhan dan bersifat sintetis. Pengetahuan ekologi manusia ini merupakan dasar esensiil untuk mengembangkan teknik-teknik baru dalam pengelolaan lingkungan. Hubungan ekologi manusia dengan usaha kesehatan lingkungan dapat dianalogkan dengan hubungan antara ekologi dengan pertanian, kehutanan, dan sebagainya. Sebagai contoh, ekologi manusia dapat diterapkan dalam berbagai bidang kesehatan sebagai berikut: a. Dalam ilmu kedokteran pencegahan, meningkatkan daya tahan manusia terhadap faktor disgenik. b. Dalam ilmu kesehatan lingkungan meningkatkan daya guna faktor eugenik (menguntungkan) dan mengurangi pengaruh faktor disgenik (merugikan). c. Dalam ilmu kedokteran pengobatan membantu meningkatkan kekuatan manusia dalam melawan faktor disgenik. 2.2.2 Manusia sebagai pelaksana pembangunan Manusia memiliki banyak akal sehingga manusia bisa mengeluarkan ide sebanyakbanyaknya untuk meningkatkan keseimbangan lingkungan. Dengan hal yang dimiliki manusia, manusia melakukan tugasnya untuk menggunakan alam dengan sebaik-baiknya dan menggunakan akal pikirannya, menjadikan alam ini lebih layak yaitu menggunakan alam dengan sesuai aturan sehingga manusia memiliki kehidupan yang bersahabat dengan alam. Manusia diberi tangung jawab pengelolaan alam semesta untuk kesejahteraan umat manusia, karena alam semesta memang diciptakan Tuhan untuk manusia. Manusia sebagai pelaksana pembangunan sama saja dengan tugas manusia sebagai khilafah. Kemampuan manusia untuk mengubah atau memodifikasi kualitas lingkungannya tergantung sekali pada taraf sosial budayanya. Masyarakat yang masih primitif hanya mampu membuka hutan secukupnya untuk memberi perlindungan pada masyarakat tersebut. Sebaliknya, masyarakat yang sudah maju sosial budayanya dapat mengubah lingkungan hidup sampai ke taraf yang irreversibel. Gunung-gunung dapat dibelah sesuai dengan keperluannya, hutan dapat diubah menjadi kota dalam waktu singkat. Contoh lain, manusia sebagai makhluk hidup selain mendayagunakan unsur-unsur dari alam, ia juga membuang lagi segala sesuatu yang tidak dipergunakan kembali ke alam. Tindakan ini akan berakibat buruk bagi manusia apabila jumlah buangan sudah terlampau banyak sehingga alam tidak dapat lagi membersihkan keseluruhannya (proses self purification terlampaui)

2.3 Peran Ekologi dalam Pembangunan 2.3.1 Manfaat dan Risiko Lingkungan dalam Pembangunan Pembangunan tidak saja menghasilkan manfaat, melainkan juga membawa risiko. Kita dapat melihatnya di sekitar kita. Sungai kita bendung. Dengan bendungan itu kita dapatkan manfaat listrik, bertambahnya air pengairan dan terkendalinya banjir. Risikonya ialah tergenangnya kampung dan sawah, tergusurnya penduduk, dan kepunahan jenis tumbuhan dan hewan. Contoh lainnya adalah batubara, batubara kita manfaatkan untuk membangkitkan tenaga listrik. Dengan itu kita mendapatkan risiko pencemaran udara oleh debu, jelaga, dan SO2. Di dalam pembangunan selalu didapatkan manfaat pada satu pihak dan risiko pada lain pihak. Pasangan manfaat dan risiko tidak terpisahkan. Pada dasarnya pelaksanaan pembangunan selalu bersifat dilema. Pandangan kita terhadap dilema ini suka berlainan. Pada umumnya para pelaksana proyek pembangunan lebih melihat manfaatnya dan mengentengkan risikonya. Bagaimanapun baik manfaat maupun risiko harus kita perhitungkan secara berimbang. Risiko kita terima sebagai biaya manfaat yang kita ambil. Hanya memperhatikan manfaatnya saja dapat membahayakan lingkungan. Sebaliknya hanya memperhatikan risikonya atau terlalu membesar-besarkan risikonya akan membuat kita menjadi takut untuk berbuat. Baik memperhatikan manfaat saja atau sebaliknya memperhatikan risiko saja akan menimbulkan pertentangan. Tetapi dengan tidak berbuat sesuatu pun akan ada orang yang setuju dan tidak setuju. Dan apabila kita tidak berbuat sesuatu, jadi menghentikan pembangunan, kita akan terlanda oleh risiko lingkungan, sehingga mutu hidup kita akan terus merosot. Karena itu, keputusan untuk membangun harus diambil. Masalahnya bukanlah membangun atau tidak membangun, melainkan bagaimana membangun agar sekaligus mutu lingkungan-dan dengan demikian mutu hidup-dapat terus ditingkatkan. Pembangunan itu berwawasan lingkungan Analisis Manfaat dan Risiko Lingkungan (AMRIL) merupakan alat untuk pembangunan yang berwawasan lingkungan.

2.3.2 Tantangan Pembangunan dalam Kaitannya dengan Lingkungan Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, serta aplikasinya dalam pembangunan negara, pemanfaatan sumber daya alam akan meningkat. Demikian pula dengan buangan berbahayanya, sehingga kualitas lingkungan hidup akan terus berubah secara dinamis. Beban lingkungan dalam menunjang pembangunan akan semakin berat. Pertumbuhan industri di berbagai bidang serta tekanan terhadap sumber daya alam menyebabkan timbulnya permintaan, inovasi, dan produksi sumber bahan sintesis, yang sering tergolong dalam bahan berbahaya, demikian pula buangannya. Industrialisasi akan membawa serta kebutuhan akan pemukiman tenaga kerja yang terkonsentrasi di daerah urban/periurban. Kota-kota akan bertambah, baik jumlah maupun besarnya. Dengan demikian permintaan akan pelayanan kesehatan lingkungan akan bertambah dan semakin komplex.

Perubahan kualitas lingkungan yang cepat ini merupakan tantangan bagi manusia untuk dapat menjaga fungsi lingkungan hidup agar tetap normal sehingga daya dukung kelangsungan hidup manusia di bumi ini tetap lestari, dan kesehatan masyarakat tetap terjamin. Oleh karenanya perlu ditumbuhkan strategi baru untuk dapat meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat, yakni : setiap aktivitas harus (i) didasarkan atas kebutuhan manusia, (ii) ditujukan pada kehendak masyarakat, (iii) direncanakan oleh semua pihak yang berkepentingan, (iv) didasarkan atas prinsip-prinsip ilmiah, dan (v) dilaksanakan secara manusiawi.

2.3.3 Pembangunan yang Terlanjutkan Faktor lingkungan yang diperlukan untuk mendukung pembangunan yang terlanjutka ialah i) terpeliharanya proses kologi yang esensial, ii) tersedianya sumberdaya yang cukup, dan iii) lingkungan siosial-budaya dan ekonomi yang sesuai. Ketiga faktor itu tidak saja mengalami dampak dari pembangunan, melainkan juga mempunyai dampak terhadap pembangunan. Karena itu untuk terlanjutkannya pembangunan tidak cukup untuk melakukan Analisis Dampak Lingkungan (ADL) yang hanya berlaku untuk perencanaan proyek pembangunan. Pengelolaan lingkungan untuk pembangunan harus didasarkan pada konsepsi yang lebih luas. Konsepsi itu harus mencakup dampak lingkungan terhadap proyek, pengelolaan lingkungan proyek yang sudah operasional dan perencanaan dini pengelolaan lingkungan untuk daerah yang mempunyai potensi besar untuk pembangunan, tetapi belum mempunyai rencana pembangunan. 2.3.4 Pengelolaan Proyek Pembangunan yang Memperhatikan Lingkungan Pengelolaan proyek pembangunan yang biasa kita lakukan ialah secara sektoral. Misalnya, proyek bendungan untuk PLTA dikelola oleh PLN dan proyek jalan raya oleh Direktorat Jenderal Bina Marga. Proyek yang besar mempunyai aspek yang banyak. Ambil sebagai contoh proyek bendungan. Umur bendungan tergantung oleh laju erosi di daerah hulu dan penyuburan air oleh limbah kota dan desa. Waduk yang terbentuk akan menggenangi desa, sawah, ladang, dan jalan. Mungkin pula hutan dan candi akan tergenang. Perkembangan dan sistem pasar rusak. Lapangan pekerjaan banyak yang hilang. Sementara itu banyak orang tidak mau ditransmigrasikan dan ingin tinggal di daerah itu. Karena itu tekanan penduduk terhadap lahan meningkat. Bahaya erosi dan kerusakan tata air bertambah. Kesulitan pokok ialah siapa yang bertanggung jawab dan harus melakukan penanggulangan masalah itu? Misalnya, siapa yang harus melakukan pengendalian erosi di daerah hulu? Siapa yang harus mengusahakan pemukiman kembali penduduk yang tidak mau bertransmigrasi? Jelas PLN tidak dapat melakukan semuanya sendiri, karena keterbatasan biaya dan keterbatasan tenaga ahli. Kecuali itu juga akan bertentangan dengan pembagian tanggung jawab dan tugas aparatur pemerinahan. Karena itu seharusnya masing-masing masalah itu menjadi tanggung jawab dinas yang membawahi bidang masalah tersebut. Misalnya pengembangan perikanan untuk

pemukiman kembali dilakukan oleh Dinas Perikanan. Kesulitannya ialah masing-masing dinas mempunyai program sendiri-sendiri. Pengelolaan proyek menunjukkan perlunya pendekatan yang holistis terhadap pengelolaan proyek pembangunan. Proyek itu haruslah dianggap sebagai komponen dalam ekosistem lingkungan tempat proyek itu dilaksanakan. Komponen lingkungan lainnya yang terkait pada proyek itu harus dimasukkan dalam perencanaan proyek. Hal ini mengharuskan keikutsertaan Bappeda dalam perencanaan proyek pusat, terutama proyek besar seperti bendungan. Sebagai imbalan terhadap jerih payah Bappeda dan Pemerintahan Daerah setempat, proyek harus berusaha untuk menyalurkan sebagian manfaat untuk pembangunan daerah yang ditempati proyek itu. Dengan demikian proyek tidak saja mempunyai arti penting secara nasional dan regional, melainkan juga secara lokal. Proyek menjadi kekuatan pendorong pembangunan daerah. Pemerataan manfaat pembangunan dapat berjalan lebih lancar. Baik pihak proyek, maupun Pemerintah Daerah saling beruntung. Misalnya, dalam hal bendungan sebagian listrik disalurkan ke daerah tampung waduk dan daerah hulu sungai yang dibendung untuk pengembangan industri yang menciptakan lapangan pekerjaan baru untuk penduduk. Tingkat kehidupan penduduk meningkat. Tekanan penduduk terhadap lahan turun. Erosi berkurang. Keselamatan waduk lebih terjamin. 2.3.5 Pendekatan Ekologi pada Pembangunan Masa Mendatang Akibat pertumbuhan, pertambahan, dan perkembangan manusia, masalah sosial yang terjadi di masyarakat tidak ada kunjung reda. Usaha manusia mengatasi masalah tadi juga tidak akan pernah berhenti. Tindakan manusia yang lebih positif dan terarah dalam mengatasi masalah serta meningkatkan kesejahteraannya adalah dalam bentuk pembangunan. Pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia dikenal sebagai pembangunan yang berwawasan lingkungan. Mengingat masalah sosial yang tidak akan pernah lenyap, dan mengingat pula bahwa pembangunan yang menunjang kesejahteraan masyarakat tidak akan pernah berhenti, maka pendekatan ekologi baik bagi kepentingan preventif, refresif, dan rehabilitatif maupun untuk pembangunan, tetap akan berperan. Apalagi jika diingat bahwa populasi manusia akan terus berkembang, sedangkan sumber daya lingkungan cepat atau lambat akan sampai kepada batas kemampuan daya dukungnya. Dengan demikian, pendekatan ekologi baik sebagai ANDAL maupun sebagai AMRIL, akan tetap menempati kedudukan yang penting. Makin tinggi kesadaran manusia akan pentingnya sumber daya lingkungan mampu menjamin kehidupan, makin penting pula kedudukan pendekatan ekologi dalam kehidupan ini. Hanya barangkali pada masa yang akan datang pendekatan ekologi ini akan lebih memanfaatka hasil kemajuan teknologi canggih, sehingga hasilnya menjadi lebih meyakinkan. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Ekologi memiliki peranan penting di dalam pembangunan, karena ekologi itu sendiri adalah hubungan antara makhluk hidup dan lingkungan merupakan bahasan menarik untuk ditelaah

lebih dalam. Di dalam pembangunan itu sendiri, manusia memegang peranan yang sangat penting untuk melakukan pembangunan berbasis ekologi, karena kodrat manusia sebagai subyek dalam lingkunan dan pelaksana dalam pembangunan. Banyak manfaat dan risiko yang akan dialami lingkungan dalam pembangunan, tantangan pun harus dihadapi untuk terus melakukan pembangunan yang berkelanjutan, sehingga pendekatan ekologi harus dilakukan dalam setiap melakukan pembangunan, terutama yang berhubungan dengan lingkungan. Sehingga pembangunan terus berlanjut agar mutu dan kualitas hidup terjamin, serta lingkungan pun tidak akan rusak dengan pembangunan yang terus berjalan mengikuti arus waktu. 3.2 Saran Pemerintah seharusnya sudah mulai berbenah diri untuk fokus pada kebijakan pembangunan yang berbasis ekologi. Kebijakan-kebijakan pembangunan di Indonesia haruslah mengutamakan dan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Oleh karena itu, pembangunan berbasis ekologi sangat penting untuk dibahas dan juga diwujudkan. DAFTAR PUSTAKA Soemarwoto, Otto, 1991, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Jakarta : PT. Penerbit Djambatan. Soeriaatmadja,R.E, 1997, Ilmu Lingkungan, Bandung : ITB. Slamet, Juli Soemirat, 2006, Kesehatan Lingkungan, Yogyakarta : Gadjahmada University Press. Sumaatmadja, Nursid DR., 1989, Studi Lingkungan Hidup, Bandung : PT. Alumni.

Anda mungkin juga menyukai